Analisis SWOT penerbitan al quran braille di Yayasan Raudhatul Makfufin Tangerang Selatan

ANALISIS SWOT PENERBITAN AL QURAN BRAILLE
DI YAYASAN RAUDHATUL MAKFUFIN TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu perpustakaan (S.IP)

oleh
Widhia Oktaferiyanti
NIM. 1111025100008

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436 H / 2015 M

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama


: Widhia Oktaferiyanti

NIM

: 1111025100008

Jurusan

: Ilmu Perpustakaan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Analisis SWOT
Penerbitan Al Quran Braille di Yayasan Raudhatul Makfufin Tangerang Selatan”
adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat
dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber penguntipannya
dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undangundang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 6 April 2015


Widhia Oktaferiyanti

ii

ABSTRAK

Widhia Oktaferiyanti (NIM: 1111025100008). Analisis SWOT Penerbitan Al
Quran Braille di Yayasan Raudhatul Makfufin Tangerang Selatan. Di
bawah bimbingan Fadhilatul Hamdani, M.Hum Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Raudhatul Makfufin. Penelitian ini
menjelaskan analisis SWOT dari penerbitan Al Quran Braille. Tujuan penelitian
ini adalah pertama, untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman penerbitan Al Quran Braille di Yayasan Raudhatul Makfufin; kedua,
untuk mengetahui strategi yang dapat diterapkan Yayasan Raudhatul Makfufin
dalam penerbitan Al Quran Braille. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif yang pengambilan data utamanya melalui
wawancara dengan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelebihan

penerbitan Al Quran Braille di Yayasan Raudhatul Makfufin adalah unggul
dalam segi teknologi, menjadi rujukan Al Quran Braille di Indonesia, pelayanan
yang baik, dan mendapatkan tanda tashih dari Kementrian Agama RI.
Kelemahannya yaitu, alat percetakan belum mencukupi, kurangnya kegiatan
sosialisasi, kendala dalam mendapatkan dana, serta SDM yang belum memadai.
Peluang antara lain, belum banyak penerbitan Al Quran Braille di Indonesia,
banyak tunanetra belum memiliki Al Quran Braille, meningkatnya keinginan
tunanetra untuk membaca Al Quran, dan masih banyak donantur yang belum
diajak berwakaf. Sedangkan ancamannya antara lain mulai bermunculan Al
Quran Braille jenis digital, mahalnya bahan baku, serta rendahnya pengetahuan
masyarakat terhadap Al Quran Braille bagi Tunanetra. Dari hasil analisis SWOT
tersebut, dapat ditemukan beberapa strategi yang dapat diterapkan pada
penerbitan Al Quran Braille di Yayasan Raudhatul Makfufin.

Kata Kunci: Penerbitan Al Quran Braille, Analisis SWOT, Yayasan Raudhatul
Makfufin

iv

ABSTRACT


Widhia Oktaferiyanti (NIM: 1111025100008). SWOT Analysis of Publishing
Quran Braille in South Tangerang Makfufin Raudlatul Institution.
Supervisor Fadhilatul Hamdani, M.Hum Library Science Program Faculty
of Adab and Humanities Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta. 2015

The research conducted in Raudhatul Makfufin Institution (RMI) to explain about
the SWOT Analysis toward the publication of Quran Braille in Raudhatul
Makfufin. The research is aimed to find out the strengths, weaknesses,
opportunities and threats in publishing Quran Braille and to find out strategies
which can be applied by RMI in publishing Quran Braille. The method used in
this research is descriptive method with qualitative approach using interview as
the main technique to collect data. The research result shows that the strengths of
Quran Braille publication in RMI are advanced in tecnology, being a main
reference for publicing Quran Braille in Indonesia, having a good service, and
reveiving the tashih mark from the ministry of Religious Affairs. While its
weaknesses are it does not have anough printing davices, it is lack of sosialization,
fund, and human resources. Fortunately, there are some opportunities it has like
there are few publisher of Quran Braille in Indonesia, many blinds have no Quran

Braille and their will to recite Quran is raised and there are many donors have not
been asked to give alms. But it also has some challenges or obstacle to face like
the emergence of other digital Quran Braille, the expensive cost of raw material,
and the blinds lack of knowledge of Quran Braille. from the results of SWOT
analysis, it can be found out some strategies which can be applied in publishing
Quran Braille in RMI.
Keyword: Publication Quran Braille, SWOT Analysis, Raudhatul Makfufin
Institution

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji syukur penulis hantarkan ke hadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua serta kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaikbaiknya.
Sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah memberikan petunjuk jalan untuk menempuh keselamatan dan
kebahagian dunia dan akhirat, serta seluruh keluarga, sahabatnya disepanjang

zaman.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar sarjana
Ilmu Perpusakaa sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan penulis dalam
penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalannya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi

3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Fadhilatul Hamdani, M.Hum, selaku dosen pembimbing. Terimakasih
atas saran-saran dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis,

sehingga penyusunan skripsi ini diselesaikan dengan baik.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
mengajar dan memberikan penulis ilmu selama masa perkuliahan.
6. Pengurus Yayasan Raudhatul Makfufin Bapak Ade Ismail, Bapak
Mohammad Zainal Abidin, dan Bapak Mohammad Rafiq beserta seluruh
staf di Yayasan Raudhatul Makfufin Tangerang Selatan. Terimakasih atas
bantuan, motivasi, kesediaan waktunya untuk wawancara serta saran-saran
yang telah diberikan kepada penulis untuk penyusunan skripsi ini.
7. Keluarga penulis, kedua orang tua penulis yang teristimewa dan selalu
malantunkan doa untuk penulis demi kesuksesan masa depan penulis.
Ayahanda Sido, S.Pd, MH dan Ibunda Feriyeni, S.Pd tercinta. Kakak
penulis Oki Nanang Setiawan dan kedua adik penulis Deni Rahmat
Wijayanto dan Taufiq Agusrianto, serta keluarga besar penulis yang selalu
mendukung dan mendoakan penulis.
8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2011
khususnya IPI A. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Temanteman semua tidak akan pernah terlupakan.
9. Saudara-saudara penulis satu perantauan di IKMM (Ikatan Keluarga
Mahasiswa Minangkabau)

vii


10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
banyak atas bantuannya salama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Akhirnya terhadap ketulusan dan kebaikan mereka semua hanya
kepada Allah SWT penulis serahkan balasan. Penulis berharap, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memberikan kontribusi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama saudara
muslim tunanetra, amin.

Jakarta 6 April 2015

Penulis

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................


i

SURAT PERNYATAAN ....................................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................

iii

ABSTRAK………………………………………………………………...........

iv

ABSTRACT………………………………………………………………….....

v

KATA PENGANTAR ………………………………………………………...


vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………....

ix

DAFTAR TABEL................................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….......

xiii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………….….... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………....... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………..... 7

D. Definisi Istilah ……………………………………………….. 8
E. Sistematika Penulisan ……………………………................... 9

BAB II

TINJAUAN LITERATUR
A. Penerbitan
1. Pengertian Penerbitan........................................................... 11
2. Jenis Penerbitan .................................................................. 13
3. Tugas Penerbitan ................................................................ 15
a. Editorial ........................................................................ 16
b. Produksi ........................................................................ 17
c. Pemasaran ....................................................................

18

4. Hak Cipta ...........................................................................

19

5. Perbedaan Teknis Produksi Braille Dengan Buku.............

21

ix

B. Al Quran Braille
1. Sejarah Al Quran Braille ..................................................... 22
2. Huruf Arab Braille .............................................................. 26
C. Analisis SWOT
1. Pengertian Analisis SWOT ................................................ 31

BAB III

2. Metode SWOT Analisis ....................................................

33

3. Fungsi Analisis SWOT .....................................................

36

4. Tujuan Analisis SWOT .....................................................

36

D. Penelitian Terdahulu ...............................................................

37

METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...............................................

40

B. Sumber Data.............................................................................

41

C. Pemilihan Informan...................................................................

42

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 42
E. Teknik Analisis Data................................................................. 45
F. Jadwal Penelitian....................................................................... 46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Yayasan Raudhatul Makfufin
1. Profil Yayasan Raudhatul Makfufin…………….............

48

2. Tujuan Pendirian ...............................................................

50

3. Visi dan Misi .....................................................................

50

4. Dasar Pendirian ............. ...................................................

51

5. Susunan Kepengurusan .....................................................

52

6. Program Kegiatan ..............................................................

53

7. Program Pengadaan Al Quran Braille ...............................

54

8. Jumlah Tunanetra di Indonesia .........................................

55

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ......................................

56

x

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………… 73
B. Saran ………………………………………………….............. 74

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

xi

75

DAFTAR TABEL

1.

Tabel 1

Huruf Arab Braille ................................................

27

2.

Tabel 2

Huruf Braille Tambahan ......................................

29

3.

Tabel 3

Tanda Barid/Syakl ................................................

31

4.

Tabel 4

Jadwal Penelitian..................................................

47

5.

Tabel 5

Jadwal Kegiatan Yayasan Raudhatul Makfufin ...

53

6.

Tabel 6

Matriks IFAS ........................................................

60

7.

Tabel 7

Matriks EFAS ......................................................

63

8.

Tabel 8

Matriks Analisis SWOT Penerbitan Al Quran
Braille Yayasan Raudhatul Makfufin...................

xii

69

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Lampiran 1

Pengajuan Proposal Skripsi

2.

Lampiran 2

Surat Tugas Menjadi Pembimbing

3.

Lampiran 3

Surat Izin Penelitian

4.

Lampiran 4

Surat Penggantian Judul Skripsi

5.

Lampiran 5

Transkrip Wawancara

6.

Lampiran 6

Gambar Al Quran Braille

xiii

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hak setiap individu di seluruh dunia termasuk
tunanetra. Di dalam dunia pendidikan sangat penting menjunjung tinggi
konstitusi dalam upaya memenuhi hak dasar setiap warga negara dalam
memperoleh layanan pendidikan yang baik dan berkualitas tanpa
pengecualian dan bersifat merata. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 pasal
31 yang berisikan “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran”. Pendidikan harus diberikan kepada semua peserta didik, tak
terkecuali pendidikan bagi orang yang menyandang cacat tunanetra.
Tidak hanya pendidikan umum saja yang penting untuk dipelajari oleh
tunanetra yang beragama Islam. Namun, pendidikan agama juga menjadi
suatu keharusan untuk dipelajari khususnya pembelajaran mengenal Al
Quran. Dalam Islam setiap manusia diperintahkan untuk beriman kepada
Allh SWT dan Rasulnya serta menjadikan Al Quran sebagai pedoman dan
petunjuk hidup. Dengan demikian, setiap umat manusia berkewajiban
untuk mempelajari dan memahami Al Quran, baik yang normal maupun
yang berkebutuhan khusus. Untuk menyampaikan pembelajaran Al Quran
bagi tunanetra perlu metode atau cara yang berbeda dari pembelajaran Al
Quran pada umumnya.
Kewajiban mengamalkan nilai-nilai keislaman yang terdapat di dalam
Al Quran merupakan suatu keharusan bagi setiap umut Islam juga

2

termasuk bagi tunanetra muslim. Tunanetra dapat membaca Al Quran
dengan bentuk tulisan Braille. Sejarah pertama kali Al Quran Braille
muncul di Indonesia sekitar tahun 1954.1 Lahirnya Al Quran Braille
merupakan sebuah titik terang bagi tunanetra muslim untuk menggali dan
mempelajari isi Al Quran. Namun seorang tunanetra perlu memahami
terlebih dahulu bagaimana membaca Al Quran dengan tulisan Braille,
karena huruf alphabetis Braille dengan huruf hijaiyyah Braille berbeda.
Lembaga pendidikan bagi tunanetra formal maupun non formal telah
memberikan pelajaran khusus membaca Al Quran Braille.
Tulisan yang ada dalam Al Quran Braille terdiri dari huruf hijaiyah
Braille. Dalam setiap huruf Braille terdiri enam kombinasi titik,
kombinasi enam titik ini di rumusan membentuk simbol-simbol yang
teratur. Untuk mampu membaca tulisan Braille, diperlukan pengetahuan
tentang susunan dan kode-kodenya.
Awal mula Al Quran Braille hadir di Indonesia baru berhasil pertama
kali dibaca pada tahun 1964 oleh seorang juru Braille Yogyakarta Bapak
Supardi Abdi. Selanjutnya Yayasan Tunanetra Islam menuliskan secara
manual, dan akhirnya bekerja sama dengan Kementrian Agama untuk
memproduksi Al Quran Braille pada tahun 1973.
Dalam memenuhi kebutuhan Al Quran Braille bagi tunanetra
diperlukan percetakan khusus yang ahli dalam penulisan Braille. Dalam
ruang lingkup penerbitan semakin hari terus berkembang, baik itu berupa
peralatan pendukung maupun cakupan pekerjaan dan pencetakannya
1

Ummi Maktum Voice, Asal muasal Al Quran Braille di Indonesia diakses melalui
http://www.umv.or.id/asal-mula-alquran-braille-di-indonesia/ pada tanggal 16 November 2014
jam 11.17

3

dalam berbagai bahasa, sehingga terciptalah berbagai jenis penerbit yang
mengkhususkan diri dalam menerbitkan buku. Di Indonesia pada
umumnya tugas perancangan, percetakan, dan penerbitan masih dikelola
dalam satu perusahaan saja.
Perkembangan pekerjaan dalam dunia percetakan juga sudah diikuti
oleh perkembangan peralatan pendukung. Penggunaan mesin elektronik
seperti komputer telah memacu perkembangan peralatan percetakan dan
penerbitan. Sekarang seluruh penerbitan telah meninggalkan mesin tik
dan beralih pada komputer karena lebih efektif dan efisien. Begitu pula
percetakan untuk buku-buku Braille. Saat ini telah terdapat sebuah mesin
pencetak buku Braille yang lebih mengoptimalkan kinerja dalam
penerbitan buku Braille dan tidak menggunakan cara manual lagi.
Saat ini sudah ada bentuk cetak Al Quran Braille dengan menggunakan
media kertas Braille. Satu set Al Quran Braille tebalnya 1.500 halaman
dan dibagi dalam 30 buku masing-masing satu juz. Al Quran Braille ini
berukuran 25 X 30,5 cm. Jika Al Quran biasa umunya kurang lebih
seharga 20 – 30 ribu, maka Al Quran braille harganya berkisar antara 1,5
juta – 1,6 juta rupiah. 2
Hal ini menjadi kendala bagi tunanetra untuk memiliki, membawa serta
merawatnya. Selain itu harga Al Quran yang cukup mahal, dimensi atau
ukuran buku yang cukup besar dan tekstur kertas yang cukup tebal lain
dari kertas biasa dan beragam, Al Quran ini juga tidak sembarangan dapat
dipindah ataupun disimpan. Misalkan pada pengaturan posisi dalam rak
2

Iman Herdiana, Mahalnya Al Quran Braille sulit dimiliki tunanetra diakses melalui
http://ramadan.okezone.com/read/2011/08/09/335/489735/mahal-alquran-braille-sulit-dimiliki
tunanetra diakses pada tanggal 04 Desember 2014

4

buku, Al Quran Braille tidak boleh diletakkan secara tertidur, tidak boleh
ditumpuk dalam membawanya, tidak boleh ditekuk dan lain-lain.
Dalam penerbitan, media Al Quran Braille memiliki karakteristik yang
berbeda dengan media alfabet Braille. Mengubah bentuk tulisan dari Al
Quran yang menggunakan huruf hijaiyah menjadi bentuk huruf Braille
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dibandingkan huruf alfabet. Sebagai
contoh pada huruf hijaiyah dalam Arab Braille berbentuk titik-titik timbul
yang berjumlah enam titik pada satiap petaknya dan dibaca dari kiri ke
kanan memiliki tanda baca yang pelafalannya berbeda-beda misalnya
tanwin dzomah, tanwin fathah dan tanwin kasra.3
Salah satu tempat penerbitan Al Quran Braille di Indonesia adalah
Yayasan Raudhatul Makfufin yang berlokasi di Kecamatan Serpong,
Tangerang Selatan, Banten. Kegiatan pembuatan Al Quran Braille di
Yayasan Raudhatul Makfufin telah berlangsung semenjak tahun 1995
yang meliputi kegiatan penelitian, pelatihan tenaga, input ayat dan
terjemahan, editing dan pengkoreksian.
Yayasan

Raudhatul

Makfufin

merupakan

sebuah

lembaga

ketunanetraan yang lebih menerapkan bidang keagamaan. Al Quran
Braille pada Yayasan Raudhatul Makfufin menjadi rujukan penulisan dan
penerbitan Al Quran Braille di Indonesia. Yayasan mempunyai tujuan
untuk

menjadi wadah tunanetra dalam bidang keagamaan dan

mengupayakan terciptanya kesejahteraan di kalangan tunanetra muslim.
Selain menerbitkan Al Quran Braille Yayasan ini juga menerbitkan buku3

Muhammad Shohib, Pedoman membaca dan menulis Al Quran Braille, (Jakarta: Lajnah
Mushaf Al Quran, 2012), hal.5

5

buku sumber keislaman dalam bentuk huruf Braille seperti aqidah, hadits,
fiqih, kamus bahasa arab dan lain-lain
Saat ini jumlah Al Quran Braille di Indonesia belum memadai.
Kebutuhan tunanetra muslim meningkat terhadap Al Quran jenis ini
sedangkan dalam memproduksikan untuk jumlah yang banyak tidak
terpenuhi. Semakin meningkatnya kebutuhan akan Al Quran Braille
penerbitan atau lembaga yang menerbitkan Al Quran jenis ini tentu harus
dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Dalam permasalahan ini juga
dapat dilihat kelebihan, kekurangan, peluang serta ancaman apa yang
terdapat dalam penerbitan Al quran Braille di suatu perusahaan atau
organisasi dan solusi apa yang dapat dilakukan perusahaan dalam
mengatasi permasalahan penerbitannya serta kebutuhan tunanetra.
Analisis SWOT merupakan suatu analisis yang mengidenfikasi berbagai
faktor secara beraturan atau sistematis untuk dapat merumuskan strategi
perusahaan. Dalam bidang ini strategi dalam bidang penerbitan. Analisis
SWOT logikanya dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan juga
peluang (opportunities) dan meminimalisirkan kelemahan (weaknesses)
dan ancaman (threats). Dalam proses pangambilan keputusan dalam
strategi yang akan dilakukan akan selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi dan kebijakan dari perusahaan itu sendiri.4 Dengan
demikian dalam perencanaan strategi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman harus sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini.

4

Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997), h. 19

6

Dalam menentukan strategi yang tepat dalam analisis SWOT,
perusahaan dapat ditentukan melalui kondisi dari faktor-faktor eksternal
perusahaan dan juga faktor-faktor internalnya. Dengan demikian dapat
ditemukan strategi yang tepat untuk kemajuan perusahaan kedepannya.
Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengajukan judul penelitian:
Analisis SWOT Penerbitan Al Quran Braille di Yayasan Raudhatul
Makfufin Tangerang Selatan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat memberikan fokus
masalah, maka peneliti membatasi penelitian ini mengenai Analisis
SWOT terhadap Penerbitan Al Quran Braille di Yayasan Raudhatul
Makfufin.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana

kekuatan,

kelemahan,

peluang

dan

ancaman

penerbitan Al Quran Braille di Yayasan Raudhatul Makfufin
dinilai dengan menggunakan analisis SWOT?
b. Strategi apa yang dapat diterapkan Yayasan Raudhatul Makfufin
dalam penerbitan Al Quran Braille dinilai dengan strategi analisis
SWOT?

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Agar sasaran dalam penelitian ini jelas dan sesuai dengan
permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Mengetahui

kekuatan,

kelemahan,

peluang

dan

ancaman

penerbitan Al Quran Braille menggunakan analisis SWOT di
Yayasan Raudhatul Makfufin.
b. Mengetahui strategi yang dapat diterapkan Yayasan Raudhatul
Makfufin dalam penerbitan Al Quran Braille.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman peneliti mengenai penerbitan Al Quran Braille,
bagaimana manfaat Al-Quran Braille bagi tunanetra.
b. Bagi Yayasan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi
kepada peneliti untuk memberikan saran dan masukan yang
bermanfaat kepada pihak-pihak yang terkait dalam penerbitan Al
Quran Barille pada Yayasan Raudlatul Makfufin Tangerang
Selatan. Dengan adanya saran dan masukan dari peneliti,
diharapkan yayasan dapat menjadikan saran dan masukan tersebut
untuk dijadikan bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap
penerbitan Al Quran Braille dalam mengatasi kesulitan yang ada
pada pembuatan Al Quran tersebut.

8

c. Bagi Lembaga-Lembaga Terkait
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan
praktis bagi pihak-pihak terkait khususnya bagi lembaga
penerbitan dalam bidang Al Quran Braille.
D. Definisi Istilah
Penerbitan merupakan suatu usaha perorangan atau lembaga dalam
rangka mengenalkan sesuatu melalui tulisan, kata-kata atau barang
tercetak lainnya.
Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah
SWT, yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan yang
membacanya bernilai ibadah. Al Quran berfungsi sebagai petunjuk atau
pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
Huruf Braille adalah suatu penulisan yang menggunakan, membaca
dan menulis dengan titik-titik yang timbul yang mewakili karakter
tertentu.
Tunanetra adalah individu yang karena suatu hal mengalami kondisi
penglihatan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Analisis SWOT merupakan suatu upaya yang mencakup strategi untuk
menentukan kekuatan,
perusahaan.

kelemahan, peluang,

dan ancaman suatu

9

E. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun skripsi penelitian ini, peneliti membagi ke dalam 5
(lima) bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan
sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN LITERATUR
Bab ini menguraikan landasan teori berkaitan dengan masalah
yang diteliti meliputi pembahasan mengenai penerbitan, Al
Quran Braille, pengertian analisis SWOT, model analisis SWOT,
fungsi analisis SWOT dan tujuan analisis SWOT.

BAB III

METODE PENELITIAN
Bab ini peneliti akan membahas tentang metode yang
digunakan dalam penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang profil Yayasan Raudlatul
Makfufin, sejarah singkat Yayasan Raudlatul Makfufin, dasar
pendirian, struktur organisasi, visi dan misi, program kegiatan.
Selanjutnya memaparkan hasil penelitian mencakup kekuatan
(strenght) kelemahan (weakness), peluang (opportunity),
ancaman (threat) serta strategi yang harus diterapkan oleh
Yayasan Raudhatula Makfufin dalam penerbitan Al Quran
Braille.

10

BAB V

PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari
keseluruhan

pokok

bahasan

dan

saran-saran

berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.

yang

11

BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Penerbitan
1. Pengertian Penerbitan
Perkembangan informasi dewasa ini berupa bahan tercetak sudah
semakin meningkat dan berkembang pesat. Hal ini terlihat pada
hasilnya berupa cerpen, novel, dan sumber ilmu pengetahuan yang
tersebar di berbagai media cetak (buku, majalah, dan surat kabar).
Sehubungan dengan hasil karya dan informasi yang terwujud berupa
teks, salah satu lembaga yang terkait mengenai karya dan informasi
ini adalah penerbit buku yaitu sebagai media produksinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata penerbit terletak di
bawah kata terbit. Kata terbit antara lain mengandung makna keluar
untuk diedarkan (berupa surat kabar, buku, dan sebagainya) kata
penerbit sebagai bentukan kata terbit mengandung arti orang atau
perusahaan yang menerbitkan buku, majalah, dan sebagainya.
Perusahaan yang menerbitkan buku, majalah, dan sebagainya disebut
penerbit.1

Penerbitkan

merupakan

cara,

proses,

pemunculan;

menerbitkan (buku, majalah dan sebaginya).2
Pada umumnya, penerbitan adalah sebuah perusahaan yang
menyediakan sumber daya masyarakat, bahan baku, dan modal untuk
memproduksi barang dan salah satu produk yang dihasilkan oleh

1
2

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, 2008), h. 854
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 854

12

penerbitan adalah buku.3 Dengan demikian dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa penerbitan adalah suatu usaha yang dikelola
oleh perorangan, organisasi atau instansi dalam rangka mengenalkan
suatu hal dengan menggunakan tulisan, kata-kata, atau barang
cetakan.
Dalam proses penerbitan, tugas dari penerbit adalah memberikan
dan menyampaikan informasi dan gagasan dari pengarang kepada
pembaca. Salah satu media yang digunakan dalam penyampaian
informasi ini adalah buku. Buku merupakan suatu hasil karya atau
produk intelektual pengarang, karena hasil dari produk ini merupakan
pemikiran seseorang. Buku juga disebut sebagai alat komunikasi
berjangka panjang dan merupakan sarana komunikasi paling
berpengaruh pada peradaban umat manusia dan perkembangan
kebudayaan.
Dalam dunia penerbitan, penerbit sangat erat kaitannya dengan
pengarang. Pengarang adalah seseorang yang menulis karya tentang
gagasan atau ide-idenya dalam bidang sastra, seni, dan ilmu
pengetahuan yang dituangkan dalam bentuk buku atau naskah,
gambar, dan berupa daftar. Di dalam undang-undang Hak Cipta UU
no. 6 tahun 1982 pengarang diberikan hak untuk mengumumkannya
dan

memperbanyak

karyanya

untuk

masyarakat.

Dalam

hal

memperbanyak hasil karyanya dibidang buku, pengarang akan

3

Dadi Pakar, Bagaimana dan Mengapa Penerbitan Buku: Pengantar Ihwal Penerbitan,
(Jakarta: IKAPI DKI, 2005), h. 17.

13

mempercayakan tugas ini kepada penerbit yang terikat dalam satu
kerjasama.
Tugas utama seorang pengarang adalah menuangkan gagasan dan
pokok-pokok pikirannya dalam suatu rangkaian kalimat dalam bentuk
buku atau naskah. Mengingat konsumen terdiri dari berbagai macam
lapisan masyarakat yang memiliki kebutuhan informasi yang berbedabeda, maka terbagilah atas dua jenis ragam bacaan. Pertama ragam
bacaan berupa karya nonfiksi misal buku informasi atau buku
pelajaran sepeti buku fisika, buku biografi dan lain sebagainya serta
karya fiksi yaitu berupa cerita fantasi, cerita rakyat, puisi, fiksi
sejarah, cerita petualangan, humor, fiksi ilmiah, buku bergambar dan
lain-lain.4
Dengan

demikian

penerbit

merupakan

seseorang

yang

mengkoordinasikan penyebarluasan hasil karya seseorang untuk
disebar luaskan berupa informasi, kesusastraan dan ilmu pengetahuan.
Namun penerbitan tidak dapat berjalan apabila unsur-unsur di
dalamnya tidak berjalan dengan baik. Diperlukan tim-tim yang saling
membantu satu sama lain dalam proses penerbitan.
2. Jenis Penerbitan
Dewasa ini dunia penerbitan semakin hari semakin berkembang.
Begitu pun jenis penerbitannya, dalam hal ini jenis buku yang
diterbitkan sudah sangat beragam. Sehingga sebagian penerbit

4

Murti Bunanta, Buku, Mendongeng dan Minat Baca, (Jakarta: Kelompok Pencinta Bacaan
Anak, 2008), h. 155

14

mengkhususkan

diri

dalam

menerbitkan

macam

terbitannya,

diantaranya adalah:
a. Penerbit Komersial
Pada jenis penerbitan komersial ini, perusahaan penerbitan
mempunyai misi utama yaitu memperoleh keuntungan, disamping
secara idealis dan pengabdian kepada masyarakatnya juga sebagai
bagian dari pertimbangannya ketika menerbitkan suatu karya.
Dengan menggabungan antara idealisme dan penerbitan komersial
mempunyai dampak positif bagi penerbitan jenis ini, yaitu penerbit
mendapatkan keuntungan finansial cukup baik. Sebagai contoh
kerjasama penerbitan komersial dengan penerbitan novel, buku
agama, fiksi, pendidikan dan lainnya.
b. Penerbit Universitas
Pada jenis penerbitan Universitas, misi utamanya yaitu
menyebarkan iptek, sedangkan untuk mendapatkan keuntunagn
finansial bukanlah tujuan utama penerbitan ini.
c. Penerbit vanity press
Penerbitan vanity press adalah penerbitan yang menerbitkan
buku dengan biaya produksi dibebankan kepada penulis. Di
Indonesia jenis penerbitan ini jarang ditemui. Biasanya jenis
penerbitan ini digunakan oleh para pejabat atau mantan pejabat
yang ingin menerbitkan biografi mereka, dan tentunya dengan
biaya sendiri.

15

3. Tugas Penerbitan
Secara garis besar telah disampaikan beberapa kegiatan dari
penerbitan. Pekerjaan dalam dunia penerbitan bukan merupakan
pekerjaan yang sederhana. Dalam penerbitan seorang penerbit harus
mempunyai wawasan yang luas dan jangka panjang, artinya keputusan
yang diambil dalam suatu kesepakatan haruslah tepat yang dapat
membawa keuntungan. Dengan demikian tugas utama dari penerbit
yaitu sebagai koordinator kegiatan penerbitan dan seluruh bagian di
bawahnya

yang turut

terlibat

dalam

penerbitan,

diantaranya

pengarang, percetakan, editor, penyuntingan dan lain sebagainya.
Sebuah karya yang akan disebarluaskan harus diseleksi terlebih
dahulu apakah karya tersebut baik untuk diterbitkan atau tidak.
Adakalanya karya yang ditulis oleh seorang pengarang belum tentu
sesuai dengan kebijakan perusahaan penerbitan tersebut. Di samping
itu juga beberapa perusahaan penerbitan juga mempunyai visi dan
misi tersendiri dan beda dari pada perusahaan penerbitan lain pada
umumnya. Ada sebagian penerbit yang akan lebih memfokuskan diri
pada hasil cetakannya berupa buku-buku keagamaan. Tentunya dalam
hal ini penerbit akan mencari karya yang akan diterbitkan yang sejalan
dengan visi misi perusahaan tersebut.
Dalam menjalankan usaha penerbitan, dibutuhkan sumber daya
serta cara kerja tertentu dalam menangani masing-masing tugas. Oleh
sebab itu, penerbitan memiliki elemen-elemen dasar kegiatan yang

16

terbagi atas bagian-bagian khusus untuk menangani tahap-tahap
penerbitan.
Adapun elemen-elemen tersebut yaitu: editorial, produksi, dan
pemasaran. Berikut ini penjelasan dari masing-masing bagian:5
a. Editorial
Naskah atau hasil karya dari pengarang dimasukan ke penerbit
tidak dapat langsung dicetak oleh bagian percetakan, karena naskah
harus dikoreksi terlebih dahulu oleh penerbit dan akan dilihat
apakah naskah tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah dan
dapat disebarluaskan kepada masyarakat, maka tugas untuk
pemeriksaan dan mengedit suatu naskah dilakukan oleh tim editor.
Dalam pengkoreksian naskah perlu juga dilihat apakah naskah
memuat informasi baru yang belum diterbitkan oleh penerbit yang
bersangkutan atau oleh penerbit lain. Karena apabila informasi yang
akan diterbitkan sudah diproduksi sebelumnya kemungkinan tidak
diterbitkan kembali.
Pekerjaaan editorial secara umum disebut ―kemahiran‖ yaitu
perpaduan antara seni dan ilmu. Tanpa adanya kemahiran tersebut
itu berarti seorang editor tidak mampu mengembangkan tugasnya.
Dengan kemahiran seni dan ilmu inilah yang akan membawa
gagasan dari pengarang untuk dapat diterbitkan. Untuk menjaga apa
yang dimaksut dari pengarang tidak menyimpang dari gagasan
sebenarnya, perlu dijalin komunikasi dan hubungan kerjasama yang

5

Pakar, Bagaimana dan Mengapa Penerbitan Buku, h. 25.

17

baik antara pengarang dan penerbit. Setelah naskah diterima dan
diputuskan akan diterbitkan, maka dibuatlah suatu perjanjian antara
penerbit dan pengarang. Tujuan dari diadakannya perjanjian ini
adalah sebagai pegangan bagi penerbit dan pengarang dalam bekerja
sama untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Di dalam
perjanjian mencakup tentang penyerahan hak menerbitkan naskah
dari pengarang kepada penerbit selanjutnya juga hak dan kewajiban
pengarang maupun penerbit.
Setelah naskah yang telah dikoreksi dan layak diterbitkan, tim
editorial segera menyiapkan naskah tersebut untuk dicetak.
Kegiatan ini disebut penyuntingan. Penyuntingan dilakukan untuk
melengkapi dan menyempurnakan naskah yang sudah diterima dari
pengarang agar siap dicetak dan siap untuk dijadikan buku.
b. Produksi
Proses produksi mempunyai peranan dan tanggung jawab yang
sangat penting terhadap pembuatan dan produksi naskah atau buku.
Setelah penerbit menerima naskah lengkap, selanjutnya proses
produksi akan dimulai. Naskah yang telah selesai diproses pada
penerbit, naskah tersebut akan dikembalikan kepada pengarang
untuk dikoreksi kembali oleh pengarang dan apabila telah disetujui
pengarang maka naskah dikembalikan ke penerbit untuk dicetak.
Pertama bagian produksi akan merancang bentuk buku terlebih
dahulu. Setelah proses editorial selesai bagian produks akan mulai
membuat buku. Dalam pembuatan buku perancang buku akan

18

menentukan ukuran, ilustrasi, ukuran huruf, bentuk, penetapan tata
letak, penetapan warna, serta kertas yang akan digukan untuk
membuat buku. Selanjutnya naskah dikirim ke percetakan untuk
diproduksi.
Selanjutnya bagian produksi akan memproduksikan bukunya.
Dalam tahap produksi, naskah akan melalui beberapa tahap terlebih
dahulu. Tahap pertama yaitu penyusunan huruf. Setelah hasil
pengaturan penyusunan huruf selesai akan diperiksa kembali oleh
korektor untuk disesuaikan dengan isi naskah yang asli. Setelah itu
tahap lay out yaitu penyusunan hasil pengaturan dan digabungkan
dengan ilustrasi dan tabel yang akan dijadikan halaman-halaman
buku. Lembaran halaman akan disusun dan disesuaikan dengan
ukuran kertas yang digunakan. Lembaran yang telah dicetak
kemudian dilipat-lipat sehingga mendapatkan besar halaman buku
yang berurutan. Lembaran

yang telah dilipat disusun menurut

urutan halaman buku sehingga diperoleh susunan isi buku yang
lengkap dan diberi jilid. Setelah buku selesai dicetak, buku akan
diserahkan kembali ke penerbit.
c. Pemasaran
Tujuan dari menerbitkan buku oleh penerbit adalah untuk
menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Setelah buku
selesai dicetak, selanjutnya adalah tugas bagian pemasaran untuk
melakukan distribusi hasil cetakannya ke toko-toko buku. Bukubuku yang telah selesai dicetak dan siap untuk dipasarkan biasanya

19

akan didistribusikan ke toko buku, karena penerbitan tidak melayani
langsung kegiatan pemasaran dalam hal produksi kepada konsumen.
Dalam hal ini menunjukan, bahwa distributor atau toko buku
merupakan mata rantai dalam industri buku dan tak dapat
dipisahkan dalam dunia penerbitan. Selanjutnya bagian pemasaran
juga berperan sebagai media promosi bagi buku-buku yang
dijualnya untuk diperkenalkan kepada masyarakat luas.
Metode-metode

promosi

yang

dapat

dilakukan

bagian

pemasaran yaitu, periklanan, melalui relasi pengarang, melakukan
tinjaun buku, pengumuman buku-buku yang akan terbit melalui
katalog buku, melakukan pameran buku, membuat brosur,
melakukan pengiriman brosur kepada pembeli yang berpotensi
dalam pembelian buku, bekerja sama dengan distributor, dan masih
banyak lagi metode promosi yang dapat dilakukan bagian
pemasaran lainnya.
4. Hak Cipta
Hak

cipta

merupakan

suatu

hak

yang diciptakan

untuk

pempublikasikan, memperbanyak, dan mengumumkan sebuah hasil
karya. Berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 2002 pasal 1 ayat 1
mengenai hak cipta, yaitu ―Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku‖.

20

Pengarang mempunyai wewenang untuk mengumumkan atau
memperbanyak hasil karyanya. Sehingga perlu adanya perjanjian
pengarang dengan penerbit yang akan menerbitkan hasil-hasil
karyanya. Adapun izin yang diberikan pengarang kepada penerbit
antara lain, izin untuk menerbitkan naskah karangannya menjadi buku,
merekam suatu ciptaan untuk diperbanyak dan disebarluaskan,
mengambil dan memuat suatu karangan untuk dimasukkan kedalam
kumpulan tulisan (bunga rampai), dan izin untuk menerjemahkan
karyanya ke dalam bahasa lain.
Adapun elemen-elemen perjanjian penerbitan tentang Hak Cipta
yaitu, adanya pemberian izin oleh pengarang kepada penerbit untuk
mengeksploitasikan hasil karyanya, pengarang dapat melimpahkan
hak-hak sampingan kepada penerbit, adanya penyerahan ahli waris
apabila pengarang mengalami musibah atau meninggal, adanya
keterangan dari pengarang mengenai kepemilikan sah dan hak cipta,
sera perjanjian ketetapan masa berlaku izin dari pengarang kepada
penerbit.6
Masa berlaku hak cipta biasanya pada kebanyakan negara berlaku
yaitu berlaku seumur hidup pengarang atau penciptanya dan setelah itu
ditambah 50 sampai 70 tahun setalah pengarang meninggal dunia.
Setelah masa hak cipta ini habis, akan diperpanjang oleh badan yang
mengeluarkan hak cipta tersebut. Di Indonesia di sebut dengan Ditjen
Haki.
6

Hassan Pambudi, Pedoman Dasar Penerbitan Buku, ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1996) h. 94

21

5. Perbedaan Teknis Produksi Braille Dengan Buku
Tidak begitu banyak perbedaan dari produksi Al Quran Braille
dengan buku pada umumnya. Perbedaan ini terletak pada proses
pemasaran. Dalam proses produksi untuk buku harus melalui beberapa
tahapan seperti editor, produksi dan pemasaran. Dalam produksi Al
Quran Baille juga melalui beberapa tahapan seperti tahap editor, dan
produksi.
Pada tahap editor, pada Yayasan Raudhatul Makfufin untuk naskah
Al Quran Braille sudah memiliki file master berupa softcopy.
Sehingga untuk proses editor file Al Quran Braille diperiksa kembali,
apakah tulisan Arab Braille, dan tanda baca sudah benar. Berikutnya
tahap produksi, pada tahap produksi Al Quran Braille langsung
dicetak menggunakan mesin cetak Braille. Mesin cetak Braille
memiliki bentuk yang berbeda dengan mesin cetak kertas pada
umumnya. Mesin cetak Braille akan menghasilkan titik-titik tulisan
Braille. Cara kerja mesin cetak Braille sama dengan cara kerja mesin
pencetak buku pada umumnya. Mesin disambungkan ke bagian
komputer dan Al Quran Braille langsung dicetak. Kertas yang
digunakan pada proses percetakan Al Quran Braille juga berbeda,
kertas untuk buku-buku Braille lebih tebal. Pada proses produksi
kertas Braille dirancang menyambung antara kertas satu dan kertas
kedua sampai seterusnya sehingga memudahkan dalam proses
percetakannya.

Setelah satu juz Al Quran Braille selesai dicetak,

kertas Braille yang tersambung

dipisahkan dan dijadikan dalam

22

bentuk buku. Selanjutnya diperiksa kembali dan setelah itu diberi
sampul. Dalam satu jilid Al Quran Braille terdapat dua juz Al Quran.
Pembuatan naskah Al Quran, percetakan, dan penerbitan Al Quran
Braille dilakukan pada unit yang sama yaitu di Yayasan Raudhatul
Makfufin.
Dalam penerbitan Al Quran Braille proses pemasaran tidak
digunakan, karena Al Quran Braille yang sudah selesai diproduksi
oleh Yayasan tidak didistribusikan ke toko buku, melainkan kepada
para tunanetra yang ingin memiliki Al Quran Braille. Biasanya
mereka yang membutuhkan langsung menghubungi Yayasan, dan
Yayasan akan mengirimkan Al Quran Braille secara gratis.
Sebelum Al Quran Braille diberikan kepada para tunanetra, Al
Quran Braille akan dikirim ke Lajnah Mushaf Al Quran. Disana Al
Quran Braille akan diperiksa kembali lalu setelah itu Mushaf Al
Quran akan memberikan surat izin edar Al Quran Braille.
B. Al Quran Braille
1. Sejarah Al Quran Braille
Sumber utama dari munculnya huruf Braille Arab sangat dekat
hubungannya dengan huruf Braille latin. Al Quran Braille merupakan
mushaf Al Quran yang menggunakan asas kode Braille Bahasa Arab
yang mewakili huruf-huruf Hijaiyyah, tanda baris seperti fathah,
dammah, dan kasrah ,dan lain-lain.7 Meskipun Braille Arab dan
Braille latin lahir pada masa yang tidak sama. Pada huruf Braille Arab
7

Norakyairee,dkk, Pengajaran Al Quran Braille: Isu dan Cabang Semasa, internasional
journal on Quranic Research (IJQR), Vol.3, No. 4 (Juni 2013): h. 83

23

dan latin ini mempunyai bentuk yang sama, yaitu berupa titik yang
disusun menjadi kode yang kemudian dirumuskan berdasarkan letak
titik untuk menentukan suatu huruf dan tanda baca lainnya.
Tulisan Braille muncul pertama kali di Indonesia pada tahun 1901
ketika Dr. Westhoff mendirikan sekolah Blinden Institut di Bandung.
Pendidikan anak di Indonesia semakin pesat semenjak tahun 1972, hal
ini seiringan dengan penetapan (EYD) Ejaan Yang Disempurnakan
setelah itu disusunlah sistem penulisan singkat Braille Indonesia.
setelah itu pada tahun 1999 terbentuklah buku pedoman penulisan
Braille.
Awal mulanya hadir tulisan Arab Braille pertama kali di Pakistan
dan beberapa negara Arab lainnya. Semenjak itu mulai dibentuklah
konsep-konsep tulisan Arab Braille yang mesti harus disempurnakan
lagi. Kemudian timbul rumusan huruf Arab Braille melalui suatu
konferensi Internasional pada tahun 1950 yang diselenggarakan oleh
United

Nations

Educational

Scientific

Cultural

Organization

(UNESCO). Dalam konferensi ini terwujud dalam bentuk penerbitan
Al Quran Braille yang selanjutnya akan disebarluaskan ke negaranegara lain, termasuk diantaranya negara Indonesia.
Al Quran adalah kitab suci umat islam yang mempunyai fungsi
sebagai petunjuk bagi umat manusia agar menjadi khalifah yang baik
di muka bumi. Al Quran merupakan kitab suci yang berisikan firmanfirman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
dan yang membaca akan bernilai ibadah. Al Quran adalah petunjuk

24

dan sebagai pedoman bagi umat manusia dalam mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Perintah untuk membaca Al Quran telah diwahyukan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad untuk semua umat Islam. Tak terkecuali
kepada umat muslim yang berkebutuhan khusus (tunanetra).
Tunanetra adalah seseorang yang mengalami hambatan dalam proses
penglihatan.

Sehingga

dalam

beraktivitas

sehari-hari

seorang

tunanetra lebih mengoptimalkan indera pendengaran dan peraba
termasuk untuk kegiatan membaca dan menulis.8
Tulisan yang digunakan oleh tunanetra dalam membaca dan
menulis adalah tulisan Braille, yaitu tulisan yang tersusun dengan
kombinasi pola enam titik timbul yang membentuk garis horizontal
dan garis vertikal.9 Dewasa ini berbagia media pun telah banyak
membantu

masyarakat

tunanetra

dalam

memenuhi

kebutuhan

informasinya.
Dalam membaca buku-buku informasi ataupun buku pelajaran
yang digunakan dalam kegiatan belajar, penting pula bagi tunanetra
muslim membaca Al Quran. Al Quran untuk penyandang tunanetra
pun berbeda dengan Al Quran pada umumnya. Al Quran ini
diciptakan dengan bertuliskan tulisan Braille.
Al Quran Braille di Indonesia tidak diketahui pasti awal
munculnya. Terdapat beberapa pendapat awal munculnya Al Quran
Braille ada di Indonesia. Menurut Staf Program Balai Penerbitan
8

Elsa Rahma Dia, Efektifitas penggunaan tulisan singkat braille dalam meningkatkan
kecepatan menulis anak tunanetra, e-Jupekhu I, no. 3 (Septembet 2009): h. 229

25

Braille Indonesia (BPBI), Yayat Rukhiyat, Al Quran Braille pertama
kali muncul di Indonesia sekitar tahun 1954. Al Quran tersebut
merupakan

inventaris

Kementrian

Sosial

(Kemsos)

yang

disumbangkan dari Yordania.10
Pada tahun 1966 Yayasan Tunenetra Islam (Yaketunis) menerima
Al Quran Braille dari Pakistan yang telah menggunakan harokat
isyba’iyah dan tanda waqaf yang selanjutnya digunakan untuk
menyempurnakan Al Quran terbitan Yaketunis, sebab Al Quran
terbitan Yordania belum menggunakan harokat isyba;iyah dan tanda
waqaf. Setelah itu Yaketunis mulai menulis Al Quran Braille secara
manual dan mengirimkan kepada beberapa lembaga pendidikan.
Yayasan

bekerja

sama

dengan

Kementrian

Agama

untuk

memproduksi Al Quran Braille dengan jumlah yang lebih banyak dari
biasanya pada tahun 1973.11 Selanjutnya Kementrian Agama
menetapkan pedoman pembuatan Al Quran Braille yang menjadi
standar bagi percetakan Al Quran Braille di Indonesia.
Perkembangan Al Quran Braille di Indonesia mendapatkan respon
positif dari pemerintah dan juga masyarakat pengguna. Tahun 1973
Yayasan mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa electronic
machine corporation. Mesin ketik ini sangat membantu dalam
pembuatan Al Quran Braille. Mesin ini berbentuk mesin ketik biasa

10

Ummi Maktum Voice, Asal muasal Al-Quran Braille di Indonesia diakses melalui
http://www.umv.or.id/asal-mula-alquran-braille-di-indonesia/ pada tanggal 13 Februari 2015 jam
12.00
11
Ummi Maktum Voice, Asal muasal Al-Quran Braille di Indonesia.

26

tetapi mesin ketik ini dapat menghasilkan huruf Braille dan mesin ini
menggunakan daya listrik.12
Dalam membaca Al Quran Braille terlebih dahulu harus mengerti
dengan pola enam titik yang digunakan di dalam tulisan tersebut.
Tulisan alfabetis Braille dengan tulisan arab Braille tidak jauh
berdeda, hanya saja dibedakan dengan pola titik yang digunakan. Oleh
sebab itu bagi tunanetra yang ingin mengetahui tentang huruf Arab
Braille harus belajar terlebih dahulu. Apabila penyandang tunanetra
telah mengenal huruf Braille pada alfabetis maka tidak terlalu sulit
untuk menguasi tulisan Braille Arab.
2. Huruf Arab Braille
Huruf Arab Braille tidak berbeda dengan huruf latin Braille,
sebagaimana huruf Braille yang terbentuk dari enam titik timbul. Titiktitik ini tersusun dari dua kolom. Kolom pertama di sebelah kiri titik 1,
2, dan 3 serta kolom kedua sebelah kanan titik 4, 5, dan 6.
Untuk lebih jelasnya terlihat pada contoh di bawah ini: 13
Kode Braille
1 •

• 4









Gambar 1. Kode Braille

12

Muhammad Najmuddin, Sejarah Perkembangan Al Quran Braille di Indonesia, diakses
melalui http://www.jalancahaya.org/sejarah-perkembangan-al-quran-braille-di-indonesia.html
pada tanggal 13 Februari 2015 jam 13.23
13

Muhammad Shohib, Pedoman Membaca dan Menulis Al Quran Braille, ( Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al Quran, 2012), h. 5

27

Kode enam titik dalam penulisan Braille Arab dan Braille latin sama.
Dari enam titik di atas terbentuklah huruf Braille Arab seperti tabel
berikut: 14
Tabel 1. Huruf Arab Braille
No

14

Huruf Hijaiyah

Nama Huruf

Kode Braille

Posisi Titik

1

‫ﺍ‬

Alif

( 1-- --- )

2

‫ﺏ‬

Ba‘

3

‫ﺕ‬

Ta‘

4

‫ﺙ‬

Sa‘

5

‫ﺝ‬

Jim

6

‫ﺡ‬

Ha‘

7

‫ﺥ‬

Kha‘

8

‫ﺩ‬

Dal

9

‫ﺫ‬

Żal

10

‫ﺭ‬

Ra‘

11

‫ﺯ‬

Za‘

12

‫ﺱ‬

Sin

•∙
∙∙
∙∙
•∙
•∙
∙∙
∙•
••
•∙
••
∙•
∙•
∙•
••
∙∙
•∙
∙•
∙•
••
∙∙
••
••
∙•
∙∙
∙•
•∙
••
•∙
••
•∙
•∙
∙•
••
∙•
•∙
•∙

Shohib, Pedoman Membaca, h. 5

( 12- --- )

( -23 45- )

( 1—456 )

( -2- 45- )

( 1-- -56 )

( 1-3 4-6 )

( 1—45- )

( -23 4-6 )

( 123 -5- )

( 1-3 -56 )

( -23 4-- )

28

13

‫ﺵ‬

Syin

14

‫ﺹ‬

ad

15

‫ﺽ‬

Ḍad

16

‫ﻁ‬

a‘

17

‫ﻅ‬

Ẓa‘

18

‫ﻉ‬

‗Ain

19

‫ﻍ‬

Gain

20

‫ﻑ‬

Fa‘

21

‫ﻕ‬

Qaf

22

‫ﻙ‬

Laf

23

‫ﻝ‬

Lam

24

‫ﻡ‬

Mim

25

‫ﻥ‬

Num

26

‫ﻭ‬

Waw

27

‫ﻫ‬

Ha‘

28

‫ﻻ‬

Lam-alif

••
∙∙
∙•
••
•∙
••
••
•∙
∙•
∙•
••
••
••
••
••
•∙
••
••
•∙
•∙
∙•
••
•∙
∙∙
••
••
•∙
•∙
∙∙
•∙
•∙
•∙
•∙
••
∙∙
•∙
••
∙•
•∙
∙•
••
∙•
•∙
••
∙∙
•∙
•∙
••

( 1-- 4-6 )

( 123 4-6 )

( 12- 4-6 )

( -23 456 )

( 123 456 )

( 123 -56 )

( 12- --6 )

( 12- 4-- )