Penggunaan Ekstrak Umbi Teki (Cyperus rotundus L.) sebagai Bahan Anestesi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

PENGGUNAAN EKSTRAK UMBI TEKI (Cyperus rotundus L.)
SEBAGAI BAHAN ANESTESI IKAN BAWAL AIR TAWAR
(Colossoma macropomum)

KHALIDA HANUM

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penggunaan Ekstrak
Umbi Teki (Cyperus rotundus L.) sebagai Bahan Anestesi Ikan Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Khalida Hanum
NIM C34100070

i

ABSTRAK
KHALIDA HANUM. Penggunaan Ekstrak Umbi Teki (Cyperus rotundus L.)
sebagai Bahan Anestesi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum).
Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan NURJANAH.
Rumput teki merupakan herba menahun yang tumbuh liar dan kurang
mendapat perhatian. Salah satu bagian dari rumput teki ini terutama umbinya
diduga dapat digunakan sebagai bahan anestesi. Umbi teki mengandung
flavonoid, alkaloid, minyak atsiri, dan triterpen. Tujuan penelitian ini menentukan
konsentrasi ekstrak umbi teki yang optimal untuk pemingsanan dan menentukan
waktu sadar ikan bawal air tawar. Konsentrasi yang diberikan terdiri atas 3 tingkat
yaitu 1%, 3%, dan 5%. Waktu tercepat yang dibutuhkan ikan bawal air tawar
hingga pingsan dan sadar ditunjukkan dengan pemberian ekstrak umbi teki

sebesar 3% yaitu 9 menit 1 detik (kondisi pingsan) dan 5 menit 30 detik (kondisi
sadar). Ekstrak umbi teki terbaik akan diuji waktu sadar dengan suhu 15°C dan
waktu 120 menit, 150 menit, dan 180 menit. Terdapat perolehan waktu sadar ikan
dengan lama pingsan 180 menit lebih lama dibandingkan lama pingsan ikan 120
menit dan 150 menit.
Kata kunci : Anestesi, ikan bawal (Colossoma macropomum), survival rate (SR)
umbi teki (Cyperus rotundus L.)

ABSTRACT
KHALIDA HANUM. Use of Nut Grass Extract (Cyperus rotundus L.) as
Anesthesia Ingredient to the Tambaqui (Colossoma macropomum). Supervised by
RUDDY SUWANDI and NURJANAH.
Nut grass is perennial herbs which grows wild and gets less attention. One part of
the nut grass contains substances which thought to be used as anesthesia. The
contents of nut grass root are flavonoids, alkaloids, essential oils, and triterpen.
The purpose of this study was to determine optimal concentration of nut grass root
extract to lose consciousness and conscious time of tambaqui. The extract
concentration consists of three levels are 1%, 3%, and 5 %. The fastest time
needed tambaqui to become unconscious and conscious again was shown by 3%
nut grass root extract at 9 minutes 1 second (unconscious time) and 5 minutes 30

seconds (conscious time). The best extract was tested for conscious time with at
temperature of 15 °C during 120 minutes, 150 minutes, and 180 minutes.
Conscious time of fish that faint 180 minutes higher than faint 120 minutes and
150 minutes.
Keywords: Anesthesia, nut grass (Cyperus rotundus L.), survival rate (SR),
tambaqui (Colossoma macropomum).

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

i

PENGGUNAAN EKSTRAK UMBI TEKI (Cyperus rotundus L.)

SEBAGAI BAHAN ANESTESI IKAN BAWAL AIR TAWAR
(Colossoma macropomum)

KHALIDA HANUM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

i

: Penggunaan Ekstrak Umbi Teki (Cyperus rotundus L.)
sebagai Bahan Anestesi Ikan Bawal Air Tawar

(Colossoma macropomum)
Nama
: Khalida Hanum
NIM
: C34100070
Program Studi : Teknologi Hasil Perairan
Judul Skripsi

Disetujui oleh

Dr Ir Ruddy Suwandi, MS, MPhil
Pembimbing I

Prof Dr Ir Nurjanah, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, tak lupa shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember
2013 hingga Maret 2014 dengan judul “Penggunaan Ekstrak Umbi Teki (Cyperus
rotundus L.) sebagai Bahan Anestesi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma
macropomum) ”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr Ir Ruddy Suwandi, MS, MPhil dan Prof Dr Ir Nurjanah, MS selaku dosen
pembimbing yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, serta motivasi
yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr Mala Nurimala, SPi, MSi selaku dosen penguji.
3. Prof Dr Ir Joko Santoso MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
4. Dr Eng Uju, SPi, MSi selaku komisi pendidikan, terimakasih atas segala
masukannya.
5. Seluruh dosen dan staf Departemen Teknologi Hasil Perairan, terimakasih
atas bimbingan, arahan, kerja sama, dan ilmu pengetahuan yang diberikan.
6. Kedua orang tua, adik, dan keluarga besar yang senantiasa memberikan
dukungan kekuatan, kasih sayang, perhatian, finansial, dan doa yang tulus
kepada penulis yang tidak henti-hentinya selama ini.
7. Keluarga Bapak Dayat yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan
pada saat penelitian serta motivasi pada penulis.
8. Bapak Jajang dan Kang Abe atas kerjasama dan bantuan dalam analisis
pengujian kualitas air di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Departemen
Budidaya Perairan.
9. Mulita Indiana, Mahardika Tri Handayani, Ka Abdhu, dan Ka Taufik yang
memberikan banyak bantuan, dan motivasi serta kerjasama selama
mengerjakan penelitian sehingga terselesaikan penelitian dengan baik kepada
penulis.
10. Syaiful Bahri yang memberikan banyak motivasi selama mengerjakan skripsi.
Sahabat terbaik Nuraisyiyah, Ridhatulfahmi, Hardiyana Rusmiati, Ukhti
Solihah, Fatma, dan Isna atas motivasi dan kebersamaan yang telah diberikan

dalam keadaan suka maupun duka serta canda tawa sehingga suasana rantau
di Bogor menjadi suasana keluarga bagi penulis.
11. Keluarga besar FKMC, THP 47, dan seluruh penghuni kost Griya Pink yang
telah banyak memberikan makna dalam kebersamaan kepada penulis.
Penulis berharap penelitian yang dituangkan dalam skripsi ini dapat
memberikan banyak manfaat sesuai dengan yang diharapkan.

Bogor, Agustus 2014
Khalida Hanum

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang .....................................................................................................1
Perumusan Masalah ..............................................................................................2
Tujuan Penelitian..................................................................................................2
Manfaat Penelitian................................................................................................2
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................2

METODE PENELITIAN.........................................................................................2
Bahan ....................................................................................................................3
Alat .......................................................................................................................3
Prosedur Penelitian ...............................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................7
Penelitian Pendahuluan ........................................................................................7
Pengaruh Ekstrak Umbi Teki terhadap Ikan Bawal Air Tawar............................8
Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Proses Pemingsanan ............................9
Perlakuan Suhu terhadap Kelangsungan Hidup Ikan (survival rate) .................10
Penelitian Utama ................................................................................................11
Glukosa Darah Ikan Bawal Air Tawar ...............................................................12
Kualitas Air ........................................................................................................14
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................16
Kesimpulan.........................................................................................................16
Saran ...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17
LAMPIRAN ...........................................................................................................19
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................23

DAFTAR TABEL

1 Metode pengujian kualitas air.............................................................................. 5
2 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan ............................... 9

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian ......................................................................................... 6
2 Bahan baku umbi teki ........................................................................................... 8
3 Pengaruh pemberian ekstrak umbi teki dengan berbagai konsentrasi .................. 8
4 Tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan bawal air tawar ............................ 10
5 Waktu sadar ikan bawal air tawar....................................................................... 11
6 Perubahan kadar glukosa darah .......................................................................... 13
7 Hasil pengukuran kualitas air sebelum dan sesudah pemingsanan .................... 14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel ANOVA penambahan ekstrak umbi teki terhadap waktu sadar ............... 19
2 Tabel uji lanjut Tukey pengaruh penambahan ekstrak umbi teki ....................... 19
3 Dokumentasi penelitian ...................................................................................... 20

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hasil perikanan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, sehingga
dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani dan bahan baku industri serta
banyak diekspor ke manca negara. Permintaan konsumen akan hasil perikanan ini
setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2013 konsumsi ikan menunjukkan
peningkatan sebesar 35,14 kg/kap/thn dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar
32,25 kg/kap/thn (KKP 2011). Banyaknya komoditas perikanan, ikan bawal air
tawar dapat dikatakan berprospek cerah dan bernilai ekonomi cukup tinggi karena
selain dapat dijual dengan harga yang tinggi biaya produksinya relatif rendah.
Data produksi ikan bawal air tawar menunjukkan pada tahun 2011 mencapai
1.297.300 ton (KKP 2011)
Ikan bawal air tawar merupakan jenis ikan yang memiliki laju pertumbuhan
yang sangat pesat, proporsi dagingnya yang tebal dan tekstur yang lebih padat dari
pada daging ikan yang lain. Daging ikan bawal air tawar tidak kalah lezat
dibandingkan ikan bawal air laut (Amri dan Khairuman 2009).
Permintaan masyarakat terhadap hasil perikanan memicu timbulnya pola
pikir terhadap tingkat kesegaran. Tingkat kesegaran dan keamanan pangan
merupakan hal terpenting dalam mengkonsumsinya, sehingga perlu adanya
penanganan agar kualitas tetap terjaga salah satunya yaitu dengan sistem
transportasi. Beberapa teknik dan metode terus dikembangkan baik sistem
transportasi basah maupun sistem kering. Suwandi et al. (2008) menjelaskan
bahwa transportasi sistem basah (menggunakan media air) dinilai kurang efektif,
tidak ekonomis, dan tidak praktis. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan
transportasi sistem kering (tanpa media air). Kelebihan dari transportasi sistem
kering yaitu untuk distribusi dalam waktu yang lebih lama, khususnya untuk
tujuan ekspor. Transportasi sistem kering ikan dikondisikan dalam aktivitas
respirasi dan metabolisme rendah, untuk menekan aktivitas respirasi dan
metabolisme ikan ada dua cara yang dapat digunakan yaitu dengan suhu rendah
dan pembiusan dengan menggunakan bahan anestesi. Anestesi adalah suatu teknik
menggunakan obat (inhalasi, intravena, atau lokal) yang menyebabkan
keseluruhan atau bagian dari organisme menjadi mati rasa untuk berbagai periode
waktu (Grace dan Borley 2007).
Pembiusan ikan adalah proses untuk membuat suatu jenis ikan menjadi tidak
sadar yang diakibatkan oleh tidak terkendalinya sistem syaraf pusat yang
menyebabkan penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan
melambatnya respon terhadap rangsangan tersebut (Puspito 2010). Salah satu
bahan alami yang potensial kandungan zat anestesinya adalah umbi teki (Cyperus
rotundus L.).
Rumput teki merupakan herba menahun yang tumbuh liar dan kurang
mendapat perhatian, dan belum banyak masyarakat yang memanfaatkannya
dikarenakan informasi ilmiah dan bukti manfaat yang menunjang masih kurang
padahal, rumput teki ini mengandung komponen- komponen kimia antara lain
alkaloid, triterpen, dan minyak atsiri. Adanya minyak atsiri ini bersifat analgetik.
Analgetik adalah bahan atau obat yang digunakan untuk menekan atau
mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran

2

(Puspitasari et al. 2003). Minimnya informasi dan potensi penggunaan umbi teki
sebagai bahan anestesi belum pernah dilakukan sehingga penelitian sangat penting
untuk dilakukan.
Perumusan Masalah
Permintaan konsumen terhadap komoditas perikanan dalam bentuk hidup
semakin besar dan berkembang, terutama untuk jenis-jenis ikan yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi. Peningkatan permintaan konsumen ini didasari oleh
keinginannya untuk mendapatkan mutu yang baik dalam mengkonsumsi ikan. Hal
ini mendorong diciptakannya suatu penanganan untuk menjaga kualitas ikan agar
tetap segar yaitu dengan pemberian ekstrak umbi teki sebagai bahan anestesi pada
komoditas perikanan, dalam hal ini khusus untuk ikan bawal air tawar. Oleh
karena itu, perlu diketahui terlebih dahulu tingkat keefektifan dari umbi tersebut
dalam memingsankan ikan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas ekstrak umbi teki
sebagai bahan anestesi pada ikan bawal air tawar dan menentukan waktu sadar
ikan bawal air tawar.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas
ekstrak umbi teki sebagai bahan anestesi pada ikan bawal air tawar.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah preparasi dan ekstraksi umbi teki,
implementasi ekstrak umbi teki terhadap ikan bawal tawar, analisis kandungan
glukosa darah, analisis pengujian kualitas air, analisis data serta penulisan
laporan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai Maret 2014.
Preparasi umbi dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Teknologi
Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kandungan glukosa darah dan
pembiusan pada ikan bawal dilakukan di kolam Cikupa Caringin RT 03 RW 01
Situ Daun Tenjolaya, Bogor. Analisis pengujian kualitas air dilakukan di
Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3

Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi teki yang
diambil dari sekitar lahan Danau Taiwan Dramaga, Bogor dan ikan bawal air
tawar dengan ukuran 140-190 g/ekor yang diperoleh dari kolam Cikupa. Bahan
yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah akuades.
Alat
Alat yang digunakan antara lain pipet volumetri, gelas ukur, akuarium,
aerator, DO meter lutro mode DO-5510, pH meter orion model 410A, glucoDR
AGM-2100, spektrofotometer model SP.300, timer, blender, botol sampel,
alumunium foil, sudip, timbangan dan kain saring blacu.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Penelitian pendahuluan meliputi preparasi bahan utama umbi
teki, pengujian konsentrasi terbaik dari umbi teki dan pengujian tingkat kelulusan
hidup dengan perlakukan suhu yaitu 9°C, 12°C dan 15°C. Perlakuan suhu ini
bertujuan untuk mendapatkan temperatur yang tepat pada ikan bawal air tawar
dalam keadaan tidur, hal ini sesuai dengan penelitian Wijayanti et al. (2011) yang
menggunakan temperatur kondisi anestesi pada ikan bawal air tawar dengan
perlakuan suhu 9-14°C.
Penelitian utama meliputi perhitungan waktu sadar ikan dengan perlakuan
konsentrasi terbaik dan suhu terbaik, pengujian glukosa darah dan analisis kualitas
air.
Penelitian pendahuluan
Umbi rumput teki yang didapat berasal dari danau Taiwan Dramaga Bogor.
Umbi tersebut dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang masih menempel. Umbi
yang telah bersih kemudian ditiriskan. Selanjutnya umbi segar dihancurkan
dengan aquades dan disaring dengan kain belacu. Perbandingan antara umbi teki
dan aquades adalah 1:2, dengan perhitungan umbi teki 500 g dan aquades 1000
mL. Filtrat yang didapatkan digunakan untuk bahan anestesi pada ikan bawal.
Kemudian dilakukan pengujian konsentrasi terbaik dari ekstrak umbi teki antara
lain 1%, 3%, dan 5%. Penentuan konsentrasi tersebut menggunakan rumus
pengenceran dengan stok ekstrak umbi teki 50% dan volume air pada akuarium
sebesar 12.000 mL. Setelah didapat konsentrasi terbaik, kemudian menguji
tingkat kelulusan hidup dengan perlakukan suhu yaitu 9°C, 12°C dan 15°C dan
waktu yang digunakan adalah 30, 60, 90, 120, dan 150 menit. Tujuan dari
pengujian tingkat kelulusan hidup ikan adalah untuk mendapatkan suhu terbaik
ketika ikan dalam kondisi tidur.
Penentuan konsentrasi umbi teki ini menggunakan sebanyak 9 ekor ikan
dengan ukuran yang sama antara 140-190/ekor. Masing-masing konsentrasi diberi
perlakuan 3 ekor ikan, sebelum pada proses pemingsanan. Ikan bawal sebanyak 9
ekor dipuasakan selama 1 hari, tujuan pemuasaan ini untuk menyeragamkan
kondisi tubuh ikan dan pada saat ditransportasi tidak terlalu banyak mengeluarkan

4

metabolisme, kemudian melakukan aklimatisasi selama 10 menit tujuannya untuk
beradaptasi dengan lingkungan baru. Penimbangan bobot pertama dan pengujian
glukosa darah sebelum ikan dipingsankan, kemudian pemasukan ekstrak umbi
teki masing masing dengan konsentrasi 1%, 3% dan 5% serta menghitung waktu
pingsan. Didapatkan data waktu pingsan kemudian melakukan penyadaran ikan
dengan menghitung waktu recovery, setelah itu melakukan penimbangan dan
pengujian glukosa darah sesudah diberi perlakuan ekstrak umbi teki.
Proses selanjutnya yaitu mencari suhu terbaik untuk ikan bawal air tawar
dengan menambahkann konsentrasi umbi teki terbaik. Alur penelitian sama
dengan proses penentuan konsentrasi umbi teki, tetapi pada tahap ikan dalam
kondisi pingsan akibat pengaruh dari ekstrak umbi teki, ikan dimasukan kedalam
waduh yang sudah ditentukan suhunya antara lain 9°C, 12°C dan 15°C selama 30,
60, 90, 120 dan 150 menit. Kemudian penyadaran dihitung waktu recovery dan
didapatkan data suhu terbaik yang akan dilanjutkan ke tahap penelitian utama.
Penelitian utama
Penelitian utama merupakan lanjutan dari penelitian pendahuluan yang
meliputi uji glukosa darah, menguji konsentrasi terbaik umbi teki yaitu 3%, serta
menguji derajat kelangsungan hidup pada ikan bawal air tawar saat kondisi tidur
dengan suhu 15°C dan waktu 120, 150, dan 180 menit serta uji kualitas air.
Ikan bawal air tawar sebanyak 9 ekor dipuasakan selama 1 hari, kemudian
setelah dipuasakan ikan dari kolam diambil untuk dipindahkan ke tempat
percobaan yaitu akuarium yang berukuran 47 cm x 33 cm x 32 cm. Diaklimatisasi
selama 10 menit, kemudian ikan ditimbang bobot dan glukosa darah pertama
sebelum pemingsanan. Pada kondisi ikan didalam akuarium sebanyak 9 ekor,
kemudian memasukan ekstrak umbi teki sebanyak 3% dan perhitungan waktu
pingsan, setelah ikan pingsan kemudian ikan tersebut dimasukan kedalam wadah
yang berisi air dan es dengan suhu 15°C dengan lama waktu 120,150, dan 180
menit. Kemudian ikan diangkat dan disadarkan dengan menggunakan air yg
mengalir, setelah ikan sadar kemudian ditimbang dan diuji glukosa darah kedua.
Pengujian kualitas air dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberi
perlakuan umbi teki. Maka didapatkan data penelitian utama.
Parameter kualitas air (Boyd 1982)
Metode pengujian kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1. Parameter suhu
diukur dengan alat termometer. Kadar oksigen terlarut (DO) diukur dengan DOmeter. Kadar CO2 dilakukan dengan cara titrasi menggunakan alat gelas, pH
dilakukan dengan cara pembacaan skala pada pH-meter, dan amoniak (TAN)
diukur dengan spektrofotometer.
Pengukuran suhu (APHA 1975)
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer yang berskala
80°C. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukan ke dalam akuarium yang
telah berisi air.
Pengukuran kandungan oksigen terlarut (APHA 1975)
Pengukuran ini dilakukan menggunakan DO-meter. Tahap yang dilakukan
adalah pengkalibrasian alat, kemudian air sampel dimasukan ke dalam labu

5

Erlenmeyer sebanyak 50 mL, larutan sampel dihomogenkan dengan magnetic
stirrer, dan pengukuran oksigen terlarut.
Pengukuran CO2 (Rand et al. 1975)
Karbondioksida diukur menggunakan alat gelas dengan metode titrasi
sebagai berikut: air uji sebanyak 25 mL dipipet dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Indikator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes ditambahkan ke dalam
masing-masing erlenmeyer. Air sampel dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N hingga
terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume titran yang digunakan
kemudian dicatat. Konsentrasi CO2 air di uji dapat diketahui melalui perhitungan
dengan rumus :
A x N x 44 x 1000
2
Co2 (ppm) =
mL air sampel
Keterangan
A
N
44

:
= mL NaCO3
= normalitas Na2CO3
= bobot molekul CO2

Pengukuran derajat keasaman (pH) (APHA 1975)
Pengukuran pH diukur menggunakan pH-meter. Tahap yang dilakukan
adalah pH-meter dikalibrasi dengan air yang ber-pH 6 dan 8. Pengukuran air
sampel dilakukan dengan memasukan air ke dalam labu Erlenmeyer sebanyak 50
mL. Larutan sampel kemudian dihomogenkan dengan magnetic stirrer. Larutan
diukur dengan pH-meter setelah dihomogenkan.
Pengukuran TAN (APH 1975)
Total amonia nitrogen (TAN) diukur menggunakan alat spektrofotometer
dengan metode sebagai berikut: sampel air dipipet sebanyak 25 mL dan
dimasukkan ke dalam gelas piala 100 mL. Larutan standar NH4Cl sebanyak 25
mL disiapkan dari larutan standar amonia. Blanko dibuat dengan menggunakan 25
mL akuades. Satu tetes MnSO4, 0,5 mL chlorox, dan 0,6 mL phenate yang
ditambahkan ke dalam larutan standar, air uji, dan blanko sampai warna biru
kehijauan kemudian dibiarkan sampai 15 menit. Spektrofotometer OPTIMA SP300 diatur absorbansi 0 dan panjang gelombang 630 nm menggunakan larutan
blanko. Berikut tabel pengujian air
Tabel 1 Metode pengujian kualitas air
No
Parameter
1
Suhu
2
DO
3
CO2
4
pH
5
TAN
Sumber: Boyd (1982)

Alat
Termometer
DO-meter
Alat gelas
pH-meter
Spektrofotometer

Cara Peneraan
Pembacaan skala
Pembacaan skala
Titrasi
Pembacaan skala
Pembacaan skala

6

Berikut ini merupakan diagram alir dari proses penelitian.

Tahapan penelitian

Penelitian
pendahuluan

Preparasi umbi
teki

Pengujian
konsentrasi
umbi teki

Konsentrasi
terbaik

Penelitian utama

Tingkat kelulusan
hidup dengan
perlakuan suhu dan
waktu

Suhu
terbaik

Konsentrasi
terbaik

Suhu terbaik

Uji glukosa darah
sebelum dan sesudah
pemberian umbi teki

Uji kualitas air
sebelum dan sesudah
pemberian umbi teki

Data

Gambar 1 Diagram alir penelitian
Analisis data
Analisis data hasil penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh
diolah dengan Microsoft Excel 2007, kemudian dilakukan uji ANOVA dengan
menggunakan program komputer SPSS 17.0 untuk melihat perbedaan antar
perlakuan.

7

Model rancangan matematika RAL adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + εij

Keterangan :
Yij = nilai pengamatan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j (j=1,2)
µ
= nilai tengah atau rataan umum pengamatan
τi
= pengaruh perbedaan suhu lingkungan pada taraf ke-i (i=1,2,3)
εij
= galat atau sisa pengamatan taraf ke-i dengan ulangan ke-j
Analisis ragam ANOVA dengan uji F selang kepercayaan 95% (α = 0,05)
digunakan untuk menentukan apakah perlakuan waktu dan suhu ikan bawal air
tawar yang diberi konsentrasi ekstrak umbi teki mempengaruhi lama pingsan
terhadap waktu sadar. Pentabulasian data ini dianalisis menggunakan program
software SPSS 17.0. Apabila hasil perhitungan menunjukkan pengaruh yang nyata
maka akan dilakukan uji lanjut.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Ikan bawal air tawar yang digunakan dalam penelitian ini dalam keadaan
sehat, tidak cacat fisik dan masih segar, hal ini ditandai dengan posisi ikan bawal
air tawar dalam media air yang tegak, kokoh, aktif, agresif dan responsif. Ikan
bawal air tawar akan memberikan reaksi kejutan yang sangat tinggi saat suatu
benda didekatkan ke dalam air yang berisi ikan bawal air tawar. Pada pengujian
ini dilakukan sortasi yaitu pemilihan ukuran dan bobot ikan yang setara. Ikan
bawal air tawar yang digunakan memiliki kisaran bobot antara 140-190 gram.
Penampungan dan pengkondisian diawali dengan proses pemuasaan ikan
terlebih dahulu selama satu hari. Nasution (2012) menjelaskan pemuasaan pada
ikan sebelum ditransportasi bertujuan untuk mengurangi sebanyak mungkin
kotoran yang ada dalam perut, serta mengurangi aktivitas metabolisme selama
transportasi. Purbomartono et.al (2009) menyatakan bahwa ikan lele dumbo yang
dipuasakan selama satu hari mempunyai pertumbuhan dan konversi pakan yang
lebih baik apabila dibandingkan dengan ikan lele yang tidak dipuasakan. Hal ini
diduga karena pada ikan yang bersifat karnivora melakukan penimbunan lemak
dan protein untuk jangka waktu yang lebih lama dengan tujuan sebagai cadangan
makanan selama tidak ada intake makanan.
Umbi teki mengandung antara lain minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan
triterpen serta adanya minyak atsiri ini bersifat analgetik. Obat analgetik
merupakan kelompok obat yang memiliki aktivitas mengurangi rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran (Puspitasari et al.2003). Bentuk umbi teki dicantumkan
dalam Gambar 2

8

Gambar 2 Bahan baku umbi teki
Pengaruh Ekstrak Umbi Teki terhadap Ikan Bawal Air Tawar
Konsentrasi umbi teki yang digunakan dalam pemingsanan terdiri atas 3
tingkat yaitu 1%, 3%, dan 5%. Masing-masing konsentrasi diaplikasikan pada 3
ekor ikan.Hasil pengamatan disajikan pada Gambar 3

Gambar 3 Pengaruh pemberian ekstrak umbi teki dengan berbagai konsentrasi
berbeda terhadap waktu pingsan ( ) dan sadar ( )
Gambar 3 menunjukkan bahwa adanya penambahan berbagai konsentrasi
ekstrak umbi teki menyebabkan waktu pingsan dan sadar berbeda-beda. Pada
konsentrasi 1% waktu diperoleh yaitu 44 menit 11 detik (kondisi pingsan) dan 2
menit 35 detik (kondisi sadar), konsentrasi 3% yaitu 9 menit 1 detik (kondisi
pingsan) dan 5 menit 30 detik (kondisi sadar) dan konsentrasi 5% yaitu 2 menit 50
detik (kondisi pingsan) dan 2 menit 17 detik (kondisi sadar). Perbedaan
konsentrasi umbi teki memberikan pengaruh terhadap waktu sadar, meskipun
pada konsentrasi 5% didapat waktu sadar lebih kecil yaitu 2 menit 17 detik
disebabkan adanya jumlah ikan yang mati sebanyak 2 ekor. Yanto (2012)
menjelaskan ikan yang diperlakukan dengan bahan-bahan anestesi akan
menyebabkan kematian rasa atau pingsan. Semakin besar konsentrasi ekstrak
umbi teki yang diberikan, menyebabkan waktu pingsan lebih cepat dan waktu
sadar yang dibutuhkan semakin lama. Ekstrak umbi teki ini sangat berpengaruh

9

dalam proses pemingsanan. Puspitasari et al. (2003) menjelaskan bahwa pada
umbi teki terdapat minyak atsiri yang bersifat analgetik yang memiliki aktivitas
mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kandungan senyawa pada
umbi teki yaitu flavonoid dapat menyebabkan ikan kehilangan kesadaran, karena
flavonoid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase yang dapat
menurunkan sintesis prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah dan aliran darah local sehingga migrasi sel radang pada area
radang akan menurun (Pandey et al. 2013).
Penggunaan bahan anestesi terlalu banyak akan menyebabkan kerusakan
pada beberapa organ (insang, syaraf, ginjal, dan otak ), stress berkepanjangan,
cenderung menjadi racun, dan mengakibatkan kematian ikan. Kematian tersebut
diduga bahan anestesi yang larut dalam air akan mengakibatkan berkurangnya laju
respirasi (Saskia et al. 2013).
Hasil pengujian diatas didapatkan konsentrasi ekstrak umbi teki yang
terbaik yaitu sebesar 3%. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin lama pula
waktu ikan untuk kembali pulih seperti sebelum diberikan bahan anestesi, karena
semakin besar jumlah bahan aktif yang berada pada sistem peredaran darah maka
membutuhkan waktu lama untuk bisa kembali ke kondisi normal.
Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Proses Pemingsanan
Pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan selama proses
pemingsanan dilakukan setiap 3 menit, dimulai dari menit ke-0 sampai ikan tidak
sadar (pingsan). Deret perlakuan dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5% ekstrak
umbi teki. Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan tiap-tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan
Waktu (menit)

1%

3%

5%

0-5
5-10

Normal
Normal

Normal
Kehilangan
keseimbangan
(6′)*, pingsan
ringan (8′)* dan
pingsan (9,01)

Pingsan (2,35)*

10-15
15-20
20-25

Normal
Normal
Kehilangan
keseimbangan
25-30
Kehilangan
keseimbangan
30-35
Kehilangan
keseimbangan
35-40
Pingsan ringan
40-45
Pingsan (44,11)*
*Rata-rata waktu pingsan ikan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak umbi teki
memberikan pengaruh terhadap fisiologis ikan bawal air tawar. Pengamatan

10

terlihat pada lamanya waktu dibutuhkan oleh ikan yang diuji hingga mencapai
tahap pingsan. Perlakuan dengan konsentrasi 5% memberikan pengaruh yang
cepat dan konsentrasi 1% memberikan pengaruh yang lambat sehingga
membutuhkan waktu yang lama sampai ikan pingsan. Bahan anestesi yang
mengganggu secara langsung maupun tidak langsung terhadap keseimbangan
kationik tertentu didalam otak selama masa anestesinya. Terganggunya
keseimbangan ionic dalam otak menyebabkan ikan tersebut mati rasa karena
syaraf kurang berfungsi (Tidwell et al. 2004). Bahan anestesi yang masuk
kedalam tubuh ikan secara langsung atau tidak akan mengganggu kesetimbangan
ionic dalam otak ikan (Arfah dan Supriyono 2002).
Perlakuan Suhu terhadap Kelangsungan Hidup Ikan (survival rate)
Transportasi ikan hidup dengan perlakukan suhu merupakan faktor yang
sangat penting untuk menentukan tingkat kelangsungan hidup selama transportasi
(Wijayanti et al. 2011). Pemingsanan ikan pada tahap ini dilakukan menggunakan
konsentrasi terbaik yaitu 3% ekstrak umbi teki dan perlakuan suhu yaitu 9°C,
12°C, 15°C serta waktu yang digunakan adalah 30, 60, 90, 120, dan 150 menit.
Perlakuan suhu ini dengan penambahan air sebanyak 12.000 mL dan es batu
hingga suhu berada pada suhu yang diinginkan. Tujuannya yaitu untuk
mendapatkan suhu terbaik ikan dalam kondisi tidur. Tingkat kelulusan ikan bawal
air tawar disajikan pada Gambar 7.

Waktu pengamatan (menit)
Gambar 4 Tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan bawal air tawar dengan
suhu 9°C ( ), suhu 12°C ( ), dan suhu 15°C ( )
Gambar 4 merupakan tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar yang
menunjukkan bahwa dengan perlakuan suhu berbeda memperoleh hasil tingkat
kelulusan hidup yang berbeda. Survival rate merupakan hasil persentase jumlah
total ikan yang hidup pada akhir penelitian dengan jumlah total ikan pada awal
penelitian. Ikan yang dipingsankan pada suhu 15°C selama 30, 60, 90, 120, dan
150 menit memiliki kelulusan hidup sebesar 100%. Berbeda dengan suhu 9°C dan
12°C memiliki tingkat kelulusan hidup rata rata sekitar 50% sampai 0% karena

11

dapat dilihat pada menit ke 60 sampai 150 mengalami penurunan secara
signifikan karena ketidakmampuan hidup ikan bawal air dalam kondisi suhu yang
sangat rendah dan waktu yang cukup lama, selain itu saat ikan pada kondisi lemah
karena faktor pemberian ekstrak umbi teki dan pada kondisi lingkungan yang
tidak sesuai misalnya perubahan suhu yang cepat maka ikan menjadi rentan
terhadap rangsangan patogen sehingga terjadi sistem imun yang lemah dan
akhirnya mati. Kordi (2010) menjelaskan perubahan suhu yang mendadak dapat
menyebabkan stres pada ikan bahkan kematian. Tingkat kelulusan hidup ikan
bawal air tawar pada proses pemingsanan dengan menggunakan suhu yang
berbeda didapat suhu terbaik yaitu 15°C. Wijayanti et al. (2011) juga menjelaskan
bahwa krustasea yang diimotilisasi dengan penurunan suhu bertahap sampai
14-15°C dapat ditransportasikan dengan sistem kering.

Penelitian Utama
Penelitian utama ini meneliti waktu sadar yang merupakan lanjutan
penelitian pendahuluan, didapat yaitu konsentrasi terbaik 3% ekstrak umbi teki
dan survival rate dengan suhu terbaik yaitu 15°C. Ikan bawal air tawar yang
digunakan sebanyak 9 ekor dimana setiap 30 menit diteliti. Waktu yang
digunakan dalam penelitian yaitu 120 menit, 150 menit, dan 180 menit. Hasil
perhitungan waktu sadar ikan disajikan dalam Gambar 8

Gambar 5 Waktu sadar ikan bawal air tawar
Hasil analisis statistik menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pada
selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pemberian ekstrak umbi teki secara
umum tidak menyebabkan kematian terhadap ikan bawal air tawar. Artinya
perbedaan lama pingsan ikan bawal air tawar yang diberi konsentrasi ekstrak
umbi teki memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap waktu sadar. Hasil
uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa pada tingkat (α = 5%) diperoleh nilai F

12

hitung yang signifikan artinya terdapat minimal dua rata-rata yang berbeda.
Terdapat perbedaan sangat signifikan antara waktu sadar pada ikan dengan lama
pingsan 120 menit dengan lama pingsan ikan 180 menit dan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara waktu sadar ikan dengan lama pingsan pada 120
menit, dengan lama pingsan ikan 150 menit, sehingga waktu sadar ikan dengan
lama pingsan 180 menit lebih tinggi dibandingkan lama pingsan ikan pada waktu
120 menit dan 150 menit. Penanganan pasca pemingsanan dilakukan dengan cara
pemberian air mengalir dan penambahan aerasi. Penggunaan aerasi bertujuan
untuk membantu penambahan udara ke dalam air sehingga kadar oksigen terlarut
dalam air menjadi cukup (Boyd 1982). Proses pembugaran ikan bawal air tawar
yang hidup akan berenang, mula-mula ikan akan limbung tetapi kondisinya akan
normal setelah berada dalam air beberapa menit.
Pengaruh kondisi lama pingsan pada waktu 120 menit sampai 180 menit
memperoleh hasil signifikan. Artinya semakin lama waktu pingsan maka semakin
lama waktu sadarnya. Adanya pengaruh ekstrak umbi teki menyebabkan pengaruh
terhadap fisiologis ikan, selain itu adanya pengaruh suhu dalam perendaman
selama 180 menit dengan menggunakan suhu 15°C. Septiarusli et al. (2012)
menjelaskan bahwa lamanya waktu pulih sadar kerapu ditentukan oleh
kemampuan ikan kerapu untuk membersihkan bahan pembius dari dalam
tubuhnya. Keadaan pulih sadar ditunjukan dengan pergerakan ikan yang aktif dan
respon dari rangsangan yang ada. Sistem pernafasan dan sirkulasi darah ikan
mulai stabil seiring dengan berpindahnya bahan pembius dari jaringan tubuh ke
lingkungan (Sukmiwati dan Sari 2007). Cepat lamanya ikan kembali normal
dipengaruhi pada konsentrasi bahan pembius yang diberikan. Wijayanti et al.
(2011) menjelaskan bahwa biota perairan yang dipingsankan pada suhu akan
mengalami immotil (pingsan) setelah 5-10 menit.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas anestesi antara lain faktor biologi
dan lingkungan. Faktor biologi meliputi spesies, genetic, ukuran, berat, jenis
kelamin, komposisi lipid, kondisi tubuh, status kesehatan, dan stress. Faktor
lingkungan meliputi suhu dan pH yang mempengaruhi tingkat metabolisme pada
ikan, selain mengubah serapan di insang juga dapat menambah atau mengurangi
efektifitas zat anestesi (Ogretmen dan Gokcek 2013).

Glukosa Darah Ikan Bawal Air Tawar
Darah pada ikan sangat penting, karena darah berhubungan dengan sistem
pengangkutan yang berfungsi untuk keperluan metabolisme tubuh. Pemberian
bahan anestesi pada ikan akan mempengaruhi laju sistem pengangkutan yaitu
terjadinya peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh stres akibat
perlakuan yang diberikan. Pengujian dengan menggunakan bahan anestesi umbi
teki yang dilakukan dengan 3 kali ulangan sebanyak 9 ekor dimana setiap per 30
menit diteliti. Waktu yang digunakan dalam penelitian yaitu 120 menit, 150
menit, dan 180 menit. Pengujian kadar glukosa darah dilakukan sebelum proses
pemingsanan dan sesudah proses pemingsanan dalam keadaan ikan sadar kembali.
Hasil pengujian kadar glukosa dapat dilihat pada Gambar 6.

13

Gambar 6 Perubahan kadar glukosa darah
Tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar selama proses pemingsanan
dengan ekstrak teki dan dalam keadaan tidur mengalami perubahan dalam sistem
pengangkutan yaitu kadar glukosa darah. Glukosa darah yang diuji pada
penelitian ini dilakukan sebelum dan sesudah proses pemingsanan. Gambar 7
menunjukkan selisih dari kadar gula darah sebelum dan sesudah pemingsanan
mengalami nilai yang signifikan. Artinya semakin lama proses perendaman ikan
pada keadaan tidur maka semakin tinggi kadar glukosa darahnya. Tingginya kadar
glukosa darah dapat diketahui pada menit ke 120 selisih kadar glukosa darah
sebelum dan sesudah yaitu 66 mg/dl, begitupula pada menit ke 150 dan 180 yaitu
119 mg/dl dan 140 mg/dl. Facanha dan Gomes (2005) juga menjelaskan bahwa
pemberian ekstrak menthol dengan konsentrasi 100 mg/dl dan 150 mg/dl
memperoleh nilai kadar glukosa sebesar 63,20 mg/dl dan 73,40 mg/dl. Artinya
nilai kadar glukosa darah meningkat yang disebabkan oleh adanya pengaruh
pemberian ekstrak dari menthol.
Perubahan kadar glukosa darah yang semakin lama semakin meningkat
disebabkan oleh lama waktu perendaman yang menyebabkan ikan stres, saat
stress ikan membutuhkan lebih banyak energi untuk bertahan hidup. Energi ini
diperoleh dari pemecahan senyawa non karbohidrat menjadi glukosa darah yang
dilakukan oleh hormon kortisol. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar adrenal.
Fungsi hormon ini secara umum menurunkan tingkat stress pada ikan. Glukosa
darah merupakan sumber pasokan bahan bakar utama dan substrat esensial untuk
metabolisme sel terutama sel otak, untuk berfungsinya otak kontinyu dibutuhkan
glukosa secara terus menerus (Hastuti et al. 2003). Stres pada ikan merupakan
upaya dari sistem fisiologis untuk mempertahankan diri atau beradaptasi dengan
perubahan lingkungan, hal ini juga dipengaruhi oleh umur dan spesies ikan
(Syawal et al. 2008)
Kejadian-kejadian yang timbul pada ikan yang mengalami tingkat stress
dikendalikan oleh reaksi-reaksi hormonal dan saraf, pengeluaran dari hormonhormon adrenocorticotrophic (ACTH) dan corticosteroid yang menyebabkan
retensi ion Na+ dan Cl- sedangkan ion K+ dikeluarkan sehingga ada penambahan

14

kadar glukosa darah. Kemudian sistem saraf simpatik bereaksi secara berlebihan
yang menyebabkan kontraksi limpa dan meningkatkan pernafasan dan kenaikan
tekanan darah (Nabib dan Pasaribu 1989)
Kualitas Air
Ikan akan tumbuh dengan baik pada perairan yang kualitas (mutu) airnya
optimal. Kualitas air adalah gambaran dari kesuburan suatu perairan (Kordi 2010).
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh mendasar
bagi kelangsungan hidup ikan, khususnya ikan bawal air tawar. Pengujian kualitas
air pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia fisik air
yang baik sebelum maupun sesudah diberikan ekstrak umbi teki. Adapun
pengujian kualitas air sesudah proses pemingsanan bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh pemberian ekstrak umbi teki terhadap karakteristik fisik
kimia air yang telah digunakan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini
adalah suhu, DO, pH, CO2, dan TAN. Hasil pengukuran kelima parameter pada 3
kali ulangan disajikan dalam Gambar 8.

Gambar 7 Hasil pengukuran kualitas air sebelum (
sesudah pemingsanan ( )

) dan

Berdasarkan Gambar 7 hasil pengukuran kualitas air sebelum dan sesudah
proses pemingsanan menunjukkan dari kelima parameter tersebut memperoleh
hasil yang berbeda. Dilihat dari parameter suhu sebelum dan sesudah ikan diberi
perlakuan pemberian ekstrak umbi teki sebanyak 3% memperoleh hasil 28,3
(sebelum) dan 28,5 (sesudah). Hasil tersebut membuktikan nilai yang tidak jauh
berbeda antara suhu sebelum dan sesudah diberi perlakuan pemberian ekstrak
umbi teki.
Kordi (2010) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan kehidupan biota air
sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan
tropis adalah 28-32°C. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa kebiasaan hidup
ikan bawal air tawar yaitu pada suhu 22-28°C (Amri dan Khairuman 2009). Hasil

15

pengujian kualitas air pada parameter suhu sebelum dan sesudah diberi perlakuan
ekstrak umbi teki memperoleh hasil yang tidak terlalu jauh berbeda dengan
literatur. Penggunaan air pada penelitian ini dilakukan di sungai air deras dimana
air yang mengalir dengan volume besar kisaran perubahan suhu mungkin tidak
begitu besar. Beberapa pengaruh yang mengakibatkan suhu berbeda antara lain
letak geografis, ketinggian tempat, lama paparan terhadap matahari dan
kedalaman badan air (Kordi 2010).
Oksigen terlarut atau DO adalah salah satu jenis gas terlarut dalam air
dengan jumlah yang sangat banyak, yaitu menempati urutan kedua setelah
nitrogen. Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernapasannya harus terlarut
dalam air (Kordi 2010). Rust (2000) dalam Nasution (2012) menyatakan bahwa
oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan ikan dan sebagai fasilitator
proses oksidatif kimiawi. Data kualitas air pada parameter DO memperoleh hasil
yaitu 3,6 ppm (sebelum) dan 1,5 ppm (sesudah) diberi ekstrak umbi teki. Amri
dan Khairuman (2009) menjelaskan bahwa ikan bawal air tawar dapat hidup dan
berkembang dengan baik pada kondisi kandungan oksigen terlarut di dalam air
minimum 3 ppm. Hasil penelitian sebelum diberi ekstrak umbi teki telah sesuai
dengan literatur. Berbeda dengan hasil sesudah diberi ekstrak umbi teki yang
memperoleh nilai dibawah 3 ppm. Penurunan oksigen dari kualitas air tersebut
disebabkan peningkatan pemanfaatan oksigen dari ikan bawal air tawar, dari
kondisi ini ikan masih bisa hidup tetapi nafsu makannya mulai menurun sehingga
kurang mencukupi untuk melakukan kegiatan. Kadar oksigen dari 1,0-5,0 ppm
ikan dapat bertahan hidup tetapi pertumbuhannya terganggu (Boyd 1990).
Nilai pH menggambarkan konsentrasi ion hidrogen dalam suatu perairan.
Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan
tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen pada suhu tertentu
(Kordi 2010). Derajat keasaman (pH) air yang digunakan pada penelitian ini
terlihat menurun antara sebelum dan sesudah diberi ekstrak umbi teki yaitu 7,7
mg/L (sebelum) dan 4,9 mg/L (sesudah). Irianto (2005) menjelaskan bahwa ikan
dapat hidup pada pH 5,0-9,5 mg/L, tetapi untuk budidaya perikanan umumnya
berkisar pH 6,7-8,3 mg/L. Hal ini membuktikan bahwa air sebelum diberi ekstrak
umbi teki masih dalam batas wajar artinya sesuai dengan literatur. Berbeda halnya
dengan air sesudah diberi ekstrak umbi teki memperoleh nilai pH yang menurun.
Irianto (2005) menjelaskan air murni yang bercampur dengan air hujan dan materi
lain dari lingkungan sekitarnya maka perairan akan memiliki pH berkisar 4-9
mg/L. Kisaran pH air yang digunakan pada penelitian ini masih berada pada
kisaran standar yang telah ditentukan, sehingga bisa diasumsikan bahwa
perubahan pH air akibat pemberian ekstrak umbi teki masih dapat ditolerir oleh
ikan bawal air tawar untuk tetap bertahan hidup.
Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu parameter kualitas air yang
memiliki peranan penting dalam kehidupan organisme akuatik. Pada perairan
umum dan kolam budidaya intensif, karbon dioksida, bikarbonat atau karbonat
terlarut membentuk suatu reservoir karbon untuk fotosintesis tumbuhan air
(Irianto 2005). Berdasarkan pengolahan data hasil dari uji kualitas air pada
parameter karbon dioksida menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh antara
sebelum dan sesudah diberi ekstrak umbi teki yaitu 0,4 mg/L (sebelum) dan 0,6
mg/L (sesudah). Nilai karbondioksida mengalami peningkatan, hal tersebut
berbanding terbalik dengan nilai pH pada penelitian ini. Peningkatan nilai CO2

16

yang semakin tinggi disebabkan oleh pengeluaran hasil dari respirasi ikan bawal
air tawar. Hal ini disebabkan karena ikan bawal air tawar tersebut mengalami
stress akibat adanya proses adaptasi lingkungan dari kolam budidaya ke akuarium
percobaan sehingga menyebabkan aktivitas atau kecepatan renangnya juga
meningkat. Irianto (2005) menjelaskan setiap penurunan pH maka konsentrasi
karbondioksida akan menekan respirasi ikan, sejauh perubahan tidak berlangsung
cepat maka masih memungkinkan bagi ikan untuk beradaptasi. Tingginya
kandungan karbon dioksida dibarengi dengan turunnya pH akan lebih berbahaya
terhadap kelangsungan hidup ikan (Kottela et al. 1993). Irianto (2005)
menjelaskan kebanyak perairan alami kadar karbon dioksida tidak lebih dari 6
mg/L, sehingga hasil penelitian tidak berbeda jauh dengan standar yang telah
ditentukan.
Pengujian parameter TAN atau Total Ammonia Nitrogen merupakan salah
satu parameter dimana produk akhir utama katabolisme protein yang disekresikan
ke luar tubuh ikan melalui insang dan kulit ikut berperan pada regulasi ion melalui
pertukaran dengan ion Na+ (Irianto 2005). Berdasarkan data hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai TAN semakin meningkat sejalan dengan penambahan
ekstrak umbi teki yang dicampurkan kedalam air kolam yaitu 0,7 mg/L (sebelum)
dan 6,2 mg/L (sesudah). Perubahan nilai TAN sebelum dan sesudah pemberian
ekstrak umbi teki sangat berbeda jauh, hal ini disebabkan tingginya TAN
didapatkan ikan pada kondisi stress dan membuang sisa metabolisme yang
berlebihan. Pemberian ekstrak umbi teki dapat mempengaruhi tingginya amonia
karena akan semakin besar menekan laju metabolisme ikan bawal yang diuji.
Beberapa faktor yang yang membuat nilai TAN tinggi yaitu pakan dengan
kandungan protein tinggi menyebabkan kandungan amonia merupakan salah satu
senyawa N yang dibebaskan dari hasil ekresi (Irianto 2005).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan terpilih ekstrak umbi teki yaitu konsentrasi 3% dengan suhu
15ºC. Waktu pingsan tercepat adalah 9 menit 1 detik dengan durasi atau lama
pingsan 180 menit dan memerlukan waktu penyadaran 5 menit 30 detik.
Saran
Perlu dilakukan penelitian menggunakan media pengisi kemasan seperti
menggunakan serbuk gergaji untuk memperpanjang masa simpan bawal air tawar
pada penyimpanan sistem kering, kemudian dilakukan pengujian dari bagian
rumput teki seperti daun dan batangnya supaya terdapat perbandingan kandungan
yang lebih efektif dalam bahan anestesi.

17

DAFTAR PUSTAKA
Amri K, Khairuman. 2009. Bisnis dan Budidaya Intensif Bawal Air Tawar.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm: 27-41
[APHA] American Public Health Association. 1975. Standar Methods for The
Eximination of Water and Wastewater 14 th Edition. New York (US):
American Public Health Association.
Arfah H, Supriyono E. 2002. Penggunaan MS-222 pada pengangkutan benih ikan
patin (Pangasius sutchi). Jurnal Akukultur Indonesia. 1(3):119-122.
Boyd. 1982. Water Quality Mangement for Pond Fish Culture. Alabama (US):
Departement of Fisheries and Apllied Aquaculture, Agricultural Experiment
Station Auburn University, Alabama.
Boyd. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Alabama (US): Birmingham
Publishing Company.
Facanha MF, Gomes LC. 2005. A eficácia do mentol como anestésico para
tambaqui (Colossoma macropomum). Acta Amazonica. 35(1):71-75
Grace PA, Borley NR. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Umami V, penerjemah;
Safitri A, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Surgery
at a Glance. Ed ke-3.
Hastuti S, Supriyono E, Mokoginta I, Subandiyono. 2003. Respon glukosa darah
ikan gurami (Osphronemus gouramy, LAC.) terhadap stres perubahan suhu
lingkungan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
dan insitut Pertanian Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia. 2(2):73-77
Irianto A. 2005. Patologi ikan teleostei. Yogyakarta(ID): Gadjah Mada University
Press. Hlm: 16-98
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan. 2011. Statistik Konsumsi Ikan 2011. [internet]. [diunduh 6
April 2014]. Tersedia pada http://statistik.kkp.go.id/
Kordi M. 2010. Buku pintar pemeliharaan 14 ikan air tawar ekonomis di
keramba jaring apung. Yogyakarta(ID): Lily Publish