MANIFESTASI KLINIS Graves Opthalmopathy

• Kemudian sel T menginfiltrasi orbita dan kulit pretibial. Interaksi antar CD4 T sel yang teraktifasi dan fibroblast menghasilkan pengeluaran sitokin ke jaringan sekitarnya, khususnya interferon-interleukin-1 dan tumor nekrosis faktor. • Sitokin-sitokin ini atau yang lainnya kemudian merangsang ekspresi dari protein- protein immunomodulatory 72 kd heat shock protein molekul adhesi interseluler dan HLA-DR didalam fibroblast orbital seterusnya mengabadikan respon autoimun pada jaringan ikat orbita. • Lebih lanjut, sitokin-sitokin khusus interferon-interleukin – 1, Transforming Growth Factor, dan insulin like growth factor 1 merangsang produksi glycosaminoglikan oleh fibroblast kemudian merangsang proliferasi dan fibroblast atau keduanya, yang menyebabkan terjadinya akumulasi glycosaminoglikan dan edema pada jaringan ikat orbita. Reseptor tyrotropin atau antibody yang lain mempunyai hubungan biologik langsung terhadap fibroblast orbital atau miosit. Kemungkinan lain, antibodi ini mewakili ke proses autoimun. • Peningkatan volume jaringan ikat dan pengurangan pergerakan otot-otot ekstraokuler dihasilkan dari stimulasi fibroblast untuk menimbulkan manifestasi klinis oftalmopaty. Proses yang sama juga terjadi di kulit pretibial akibat pengembangan jaringan ikat kulit, yang mana menyebabkan timbulnya pretibial dermopathy dengan karakteristik berupa nodul-nodul atau penebalan kulit

V. MANIFESTASI KLINIS

Evaluasi pasien tergantung pada keadaan klinis. Pasien yang datang dengan orbitopati tiroid bisa dengan atau tanpa diagnosis penyakit graves. Pasien yang datang dengan proptosis bilateral atau unilateral yang didiagnosis kemungkinan graves oftalmopati tetapi penyakit orbital lainnya harus disingkirkan . Terakhir pasien dengan kondisi tertentu yang diketahui berkaitan dengan penyakit tiroid seperti keratitis limbik superior atau myasthenia gravis dan diikuti dengan mendeteksi tanda – tanda awal dari graves oftalmopati. 3 Rodiah Rahmawaty Lubis : Graves Opthalmopathy, 2009 Gejala Edem kelopak mata dan proptosis adalah dua gambaran klinis yang dimiliki pasien graves. Gambaran edema kelopak mata haruslah ditanggapi oleh dokter sebagai graves orbitopati. Gambaran yang tidak asimetris, proptosis juga ditemui pada pasien ini. Perubahan kelopak mata berupa retraksi kelopak mata yang di pengaruhi oleh kelopak mata atas dan kelopak mata bawah. Pasien dengan retraksi kelopak bawah mengeluh adanya “ deviasi ke atas ” bola mata. Selain itu menunjukkan keluhan proptosis dan diplopia. 5 Gejala okular yang paling sering adalah ketika TAO pertama kali dikonfirmasikan sebagai rasa sakit orbital dan tidak nyaman yang mempengaruhi 30 pasien. Diplopia sekitar 17,5 pasien, lakrimasi atau fotofobia 15-20 pasien dan penglihatan kabur pada 75 pasien. Penurunan daya penglihatan yang disebabkan oleh neuropati optik muncul kurang dari 2 mata saat diagnosis TAO. 8 Mixedema pretibial dan acropachy menyertai TAO sekitar 4 dan 1 dari pasien secara berurutan dan juga dikaitkan dengan prognosis yang buruk untuk orbitopaty. Myastenia gravis muncul kurang dari 1 . 8 Tanda-tanda Proptosis Graves ophtalmopaty merupakan penyebab paling umum dari proptosis bilateral dan unilateral mempengaruhi sekitar 60 . 7 Biasanya proptosis pada graves oftalmopti adalah bilateral mungkin juga asimetris. 3,7 Pasien yang diduga mengalami penyakit mata tiroid harus diperiksa eksophtalmusnya dengan menggunakan eksophtalmometer hertel. Pada proptosis berat, penutupan kelopak mata yang tidak sempurna dapat menyebabkan kekeringan kornea disertai ketidaknyamanan dan penglihatannya menjadi buram. 7 Rodiah Rahmawaty Lubis : Graves Opthalmopathy, 2009 Gambar 1 : Proptosis,available at : http:www.rcophth.ac.ukdocsmembersfocus- collegenewsFocusSummer03.pdf Miopaty Ekstraokuler Miopaty ekstraokuler restriktif tampak jelas pada 40 pasien. 7 Pembesaran otot ekstraokuler sering membatasi rotasi okuler. Secara klinis, otot rectus inferior biasanya terlibat diikuti rectus lateral dan rectus superior. 6 Diplopia disebabkan karena fibrosis otot okuler mencegah ekstensi penuh ketika otot antagonisnya berkontraksi. 3 Dengan demikian, penglihatan ganda paling sering ditemukan ketika pasien mencoba melihat keatas atau keluar karena otot yang terpengaruh ini mengikat mata, menyebabkan pergerakan yang tidak sempurna dan ketidaksejajaran. 3,8 Gambar 2 : Myopati tyroid restriktif dikutip dari fig 6.10 Kanski JJ, Thyroid Eye Disease, Clinical Ophtalmology A Systematic Approach, sixth edition, Butterworth Hanemann, China, 2007, p 174 Retraksi kelopak mata Retraksi kelopak mata bagian atas sering merupakan salah satu tanda terjadinya TAO, muncul secara unilateral atau bilateral pada sekitar 90 pasien. 8 Retraksi Kelopak mata bagian atas pada graves oftalmopati dapat disebabkan karena tindakan berlebihan dari adrenergik dari otot muller atau pada fibrosis dan pemendekan fungsional otot levator. Retraksi kelopak mata bagian atas pada penyakit graves memiliki karakteristik kilauan Rodiah Rahmawaty Lubis : Graves Opthalmopathy, 2009 temporal dengan jumlah sklera yang banyak terlihat secara lateral dibandingkan secara merata. 3 Gambar 3 : Retraksi kelopak mata dikutip dari : Kanski JJ, Thyroid Eye Disease, Clinical Ophtalmology A Systematic Approach, sixth edition, Butterworth Hanemann, China, 2007, p 172. Neuropaty Optic Prevalensi neuropaty optik dengan kehilangan penglihatan pada pasien graves oftalmopati kurang dari 5 . 3,7,9 Kebanyakan kasus neuropaty optik disebabkan karena penekanan saraf optik oleh pembesaran otot ekstraokuler pada apex orbital. Disfungsi saraf optik biasanya menghasilkan gangguan penglihatan kabur, redup, dan penglihatan gelap. Tanda-tanda keterlibatan saraf optik termasuk penurunan akuitas snellen, penglihatan warna dan sensitivitas kontras, juga hilangnya penglihatan peripheral. 3 Rodiah Rahmawaty Lubis : Graves Opthalmopathy, 2009 Gambar 4 : Gambaran CT dengan pembesaran otot pada TED di kutip dari :Fig 6.11 Kanski JJ, Thyroid Eye Disease, Clinical Ophtalmology A Systematic Approach, sixth edition, Butterworth Hanemann, China, 2007, p 174.

VI. DIAGNOSIS