Akses Pembangunan Hutan Rakyat Pada Lahan Eks Hak Guna Usaha Pasir Madang Kabupaten Bogor.

AKSES PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN
EKS HAK GUNA USAHA PASIR MADANG
KABUPATEN BOGOR

AHMAD ARIEF HILMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Akses Pembangunan
Hutan Rakyat Pada Lahan Eks Hak Guna Usaha Pasir Madang Kabupaten Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Ahmad Arief Hilman
NRP E14090106

ABSTRAK
AHMAD ARIEF HILMAN. Akses Pembangunan Hutan Rakyat Pada Lahan Eks
Hak Guna Usaha Pasir Madang Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Hariadi
Kartodihardjo.
Hutan Rakyat di Pasir Madang sudah berkembang, namun kejelasan status
lahan hingga saat ini tidak dapat diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi : i) sejarah pemanfaatan lahan eks Hak Guna usaha. ii)
bagaimana cara akses dapat diperoleh masyarakat. iii) apa saja penggunaan akses
yang ada pada lahan eks Hak Guna Usaha. Penelitian ini merupakan sebuah
penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode pendekatan sejarah (Historical
aproach) dan pendekatan teori akses (Teory of access).
Sejarah pemanfaatan lahan di Desa Pasir Madang diawali dari masa pra
kemerdekaan hingga saat ini. Pasca kemerdekaan ditandai dengan adanya
kebijakan penguasaan lahan oleh swasta, yang melahirkan bentuk kepemilikan

korporasi. Lahan perkebunan di Desa Pasir Madang dimiliki oleh perusahaanperusahaan yang memiliki izin hak guna usaha dari pemerintah. Menjelang
berlangsungnya era reformasi, semua lahan perkebunan diambil alih oleh
masyarakat meskipun mereka mengetahui bahwa lahan itu bukan miliknya.
Budidaya tanaman kayu diawali oleh salah satu pemilik HGU di tahun 1990-an
dengan memanfaatkan lahan miring atau “girang”. Untuk masyarakat, budidaya
tanaman keras mulai populer dibudidayakan di tahun 2007-an.
Kekuatan masyarakat Pasir Madang untuk mengambil manfaat dari lahan
sangat besar. Mereka melakukan berbagai cara untuk melanjutkan hidup, mulai
dari bekerja menjadi buruh tani hingga bekerja secara mandiri sesuai
kemampuannya. Menjelang aset-aset perkebunan ditinggalkan oleh pemiliknya
disertai dengan pasca runtuhnya Orde Baru, masyarakat mulai dengan leluasa
melakukan penggarapan secara besar-besaran. Sekitar tahun 2007, banyak
masyarakat yang menjual lahan garapannya ke investor. Masuknya investor ini,
merubah jenis tanaman komoditas yang dibudidayakan oleh masyarakat. Seluruh
lahan yang digarap oleh masyarakat, berubah menjadi tanaman kayu yang menjadi
komoditas utama. Budidaya tanaman kehutanan ini begitu berkembang, sehingga
mendorong pemerintah beserta organisasi mahasiswa melakukan program
pembangunan kehutanan.
Pada masa izin HGU berlangsung, masyarakat dapat mengakses lahan
dibantu oleh oknum perusahaan yang peduli terhadap mereka dengan sifat saling

menguntungkan. Pada era reformasi, pemerintah desa mulai melakukan pendataan
lahan yang digarap oleh masyarakat hingga terjadi instruksi bupati di tahun 2013
yang menyatakan agar setiap warga diberikan surat keterangan garapan. Hal ini
sebenarnya tidak menguntungkan masyarakat, karena surat keterangan tersebut
menandakan masyarakat hanya mengolah lahan sebagai penggarap dan apabila
dikemudian hari Pemerintah/Negara/Pemilik sertifikat HGU yang sah
memerlukan kembali maka lahan garapan harus siap dikembalikan. Saat ini status
lahan di Desa Pasir Madang menjadi tidak jelas.
Kata kunci: akses , hak guna usaha, lahan

ABSTRACT

AHMAD ARIEF HILMAN. Access For Community Forest Development in
Rights for Land Use Pasir Madang Bogor Regency. Guided by Hariadi
Kartodihardjo.
Pasir Madang’s Community Forest has developed, but the clarity of the land
status until now is unknown. This study ain are to determine: i) the history of
rights of land use (HGU). ii) how does each access be obtained by the people iii)
The utilization of the access . This research is a qualitative study, using historical
approach and access theory approach.

The history of land use in Pasir Madang village begun from the preindependence period until this day. Post-independence was marked by a private
land tenure policy, which gave birth to the form of corporate ownership. The
plantation land is owned by private companies through land use right given by
government. Around reform era, all the estates were taken over by the community
even though they knew that the land was not theirs. Wood cultivation was started
by one of the owners of the concession in the 1990s, which utilized slope land or
"girang". Wood cultivation is became popular in the 2007' among the community.
Community in Pasir Madang has great power to utilize the land. They had
done various way to continue living, ranging from working as farm laborers to
work independently within its capabilities. Towards the leaving of assets by the
owner, along with the collapse of the New Order, the communit began to freely do
large scale cultivation. Around 2007, a lot of people sell their lands to investors.
The entry of these investors, changing the type of commodity crops cultivated by
the community. The whole land is tilled by the community, turned into timber as
major commodity. Forestry is developed, so as to encourage student organizations
and their governments do forestry programs.
During the land use right period, comunity can access the land aided by
unscrupulous from companies who care for them with mutually beneficial nature.
In the reform era, the village government began to collect data on land farmed by
the community until the governor decree instruction was made which states that

every citizen need to given by certificate of claim. However this is actually doesnt
benefit the community, because the claim letter indicates that they only cultivate
state owned land so when someday government or land use right holder need that
land then community need to return the land. Nowadays, the state of land
ownership in Pasir Madang village still unclear.
Keywords: access, cultivation right on land, land

AKSES PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN
EKS HAK GUNA USAHA PASIR MADANG
KABUPATEN BOGOR

AHMAD ARIEF HILMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Akses Pembangunan Hutan Rakyat Pada Lahan Eks Hak Guna
Usaha Pasir Madang Kabupaten Bogor.
Nama
: Ahmad Arief Hilman
NRP
: E14090106

Disetujui
Dosen Pembimbing

Prof Dr Ir Hariadi Kartodihardjo, MS
NIP. 19580424 198303 1 005

Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Hutan


Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop
NIP. 19651010 199002 1 001

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul
Akses Pembangunan Hutan Rakyat Pada Lahan Eks Hak Guna Usaha Pasir
Madang Kabupaten Bogor. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian karya ilmiah ini, terutama kepada Prof Dr Ir Hariadi
Kartodihardjo, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pandangan
dan arahan, bimbingan serta saran dalam pembuatan karya ilmiah ini. Tak lupa
juga penulis berterima kasih disertai salam bakti kepada ayah Drs. Baban Sobandi
(Alm), ibu Iis Sari Hayati, Anggun R. Melyanti beserta keluarga yang telah setia
mencurahkan kasih sayangnya, sahabat Rinjani, Fahutan angkatan 46, keluarga

besar Fakultas Kehutanan IPB yang telah memberikan motivasi dan segala
bantuannya, serta sahabat KPM FEMA IPB dan Sylva Indonesia yang bersedia
menjadi teman diskusi dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, masukan, kritik, serta saran sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan karya tulis ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Ahmad Arief Hilman

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii


DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

METODELOGI PENELITIAN

2

Lokasi dan Waktu

2

Jenis Penelitian

2

Teknik Pengumpulan Data

3


Prosedur Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5

Sejarah Pemanfaatan Lahan Pasir Madang

8

Analisis Hak dan Cara Akses Pembangunan Hutan Rakyat Pada Lahan Eks Hak
Guna Usaha Pada Periode 1998-2014
12
Analisis Penggunaan Akses pada Lahan Eks Hak Guna Usaha
SIMPULAN DAN SARAN

14
21

Simpulan

21

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

29

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan
hasil dalam penelitian
Luas Wilayah Desa
Jenis Pekerjaan
Data Pendidikan
Peristiwa yang terjadi di Desa Pasir Madang
Perbandingan kekuasaan dan cara mendapatkan akses di Pasir
Madang

3
5
7
7
9
13

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Bagan Alir Analisis Data
Sketsa Peta Desa Pasir Madang
Pola Hutan Rakyat di Pasir Madang
Sketsa Peta Lokasi Perkebunan
Batas-batas lahan
Senjata milik Jawara Pasir Madang

4
6
8
11
18
20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Surat Keterangan Garapan
2 Data Responden
3 Dokumentasi Lapang

24
25
26

1
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan rakyat dapat dikatakan sejak lama telah memberikan sumbangan
ekonomi maupun ekologis baik pada pemiliknya maupun kepada masyarakat
sekitar. Namun demikian pada awalnya perhatian para birokrat, pelaku bisnis,
pemerhati lingkungan maupun peniliti sangat terbatas. Berbeda halnya dengan
sekarang, dimana kalangan birokrat di pemerintahan, pengusaha, ataupun lembaga
lainnya kerap memasukkan agenda pengelolaan berbasis masyarakat sebagai
program untuk menjamin kelestarian lingkungan. Menurut Suharjito (2005) di
Pulau Jawa hutan rakyat sudah tersebar luas dan berhasil mensuplai bahan baku
lokal maupun ekspor pada industri hasil hutan skala kecil dan besar. Hutan rakyat
dan industri hasil hutan telah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi pedesaan.
Di Jawa Barat, lahan-lahan terlantar eks perkebunan banyak sekali
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyambung hidup, salah satunya di Desa
Pasir Madang Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor yang penulis teliti. Bentuk
pengelolaan hutan rakyat Pasir Madang berada di atas lahan negara yang sejatinya
tidak boleh digarap bahkan dimiliki tanpa melalui proses perizinan. Menurut
Hanna et all (1996) dalam Kartodihardjo dan Jhamtani (2006) diketahui bahwa,
kepemilikan sumberdaya alam bersifat kompleks. Disatu pihak, ada bagian dari
suatu ekosistem yang dapat memberi manfaat atau mendatangkan kerugian bagi
masyarakat banyak (public benefit/cost), dipihak lain sumberdaya alam dapat
berupa komoditi (private goods) yang manfaatnya hanya dinikmati oleh
perorangan. Oleh karena itu, tersedia pilihan-pilihan bentuk hak-hak (right) lazim
disebut rejim hak (regimes of property right) terhadap sumberdaya alam, berkisar
dari yang dikuasai negara (state property), diatur bersama didalam suatu
kelompok masyarakat atau komunitas tertentu (common property). Lebih lanjut
Bromley (1991) dalam Kartodihardjo dan Jhamtani (2006) mengatakan bahwa
rejim hak merupakan alat untuk mengendalikan penggunaan sumberdaya alam
dan menentukan keterkaitan serta ketergantungan antara kelompok masyarakat
tertentu dengan lainnya. Kemudian yang terjadi di desa yang diteliti ini adalah
akses masyarakat untuk menduduki lahan negara sudah marak sejak periode 1995.
Hal ini menjadi menarik untuk diteliti terkait perkembangan pemanfaatan lahan
eks Hak Guna Usaha tersebut, dilihat berdasarkan pendekatan sejarahnya.
Masyarakat Pasir Madang sangat bergantung pada pemanfaatan sumberdaya lahan,
baik dengan menanam padi, palawija, bahkan tanaman keras (pohon) yang
populer disebut dengan hutan rakyat.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, pertanyaan yang kemudian muncul dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sejarah pemanfaatan lahan eks Hak Guna Usaha di Desa Pasir
Madang?
2. Bagaimana akses-akses tersebut dapat diperoleh dan siapa saja pihakpihaknya?

2
3. Bagaimana penggunaan akses yang ada pada lahan eks Hak Guna Usaha di
Desa Pasir Madang? Untuk apa lahan tersebut dimanfaatkan?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ragam
pemanfaatan yang ada dilahan eks hak guna usaha yang dijabarkan menjadi 3 subtujuan, yaitu :
1.
2.
3.

Identifikasi sejarah pemanfaatan lahan eks Hak Guna Usaha,
Identifikasi hak dan cara akses diperoleh oleh masyarakat dalam
pembangunan hutan rakyat
Identifikasi penggunaan akses yang terjadi di lahan eks Hak Guna Usaha.
Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat,
pemerintah dan pihak-pihak lainnya terkait sejarah pemanfaatan, bentuk-bentuk
akses dan cara setiap akses diperoleh di lahan eks hak guna usaha Desa Pasir
Madang. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi
terkait tipe hak kepemilikan lahan yang akan diterapkan pemerintah di lahan eks
hak guna usaha di Desa Pasir Madang.

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Pengambilan dan pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di Desa
Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor pada bulan Mei hingga
Juni 2014. Sedangkan untuk pengolahan dan analisis data dilakukan di Lab.
Kebijakan Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB pada bulan
Juni hingga Agustus 2014.

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pertama dan sebagai syarat dalam tugas
akhir program studi sarjana dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah
(Sugiono 2007). Penelitian yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran
pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya.
Penelitian ini melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris
seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instrospeksi, riwayat hidup, wawancara,
pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual ; yang menggambarkan momen
rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif
(Denzin and Lincoln 2009 dalam Fajrin 2011).

3
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data mengunakan data primer dan sekunder. Data
primer didapatkan melalui teknik observasi ; yaitu data dikumpulkan dengan
mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, dan teknik
wawancara mendalam (in-dept interview) untuk mendapatkan sebuah deskripsi
penelitian yang bertemu secara langsung dengan narasumber, dengan atau tanpa
menggunakan panduan. Data sekunder didapatkan dari instansi-instansi terkait
seperti Pemerintah Desa, Kecamatan, dan Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Bogor terkait konfirmasi status kawasan yang diteliti. Data sekunder ini berupa ;
jurnal, laporan akademik, catatan, foto, atau artikel.
Peneliti merupakan mahasiswa tingkat akhir di Departemen Manajemen
Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah
(historical approach), yang bertujuan untuk melacak kronologis kejadian penting
yang dialami oleh masyarakat berdasar urutan tahun kejadian. Proses analisis
peneliti fokuskan pada era transisi Orde Baru ke era Reformasi hingga saat ini
antara tahun 1998-2014. Karena keterbatasan sumber-sumber tulisan, maka
pendekatan sejarah lisan (oral history) dijadikan sebagai salah satu pilihan penting
dalam upaya pengumpulan data. Peneliti mendapatkan data dengan mengikuti
kehidupan sosial narasumber selama tiga minggu yang diawali dengan bertemu
salah satu informan yang sudah peneliti kenal sebelumnya. Informan pertama
merupakan salah satu anggota kelompok tani yang dibentuk oleh organisasi
peneliti dan pada saat penelitian peneliti tinggal dirumah informan tersebut.
Kemudian narasumber selanjutnya ditentukan melalui metode snowball,
narasumber pertama menentukan narasumber-narasumber selanjutnya. Informasi
yang didapat peneliti merupakan informasi yang dikemukakan langsung oleh para
informan melalui forum diskusi kecil. Setiap informan menerima kedatangan
peneliti dengan terbuka, dikarenakan sebelumnya peneliti pernah melaksanakan
program pembangunan di Pasir Madang serta mengenali beberapa penduduk yang
tergabung dalam kelompok tani binaan. Data para informan dapat dilihat dalam
Lampiran 1.
Tabel 1 Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan hasil
dalam penelitian
Tujuan
No

1

Identifikasi
sejarah
pemanfaatan
lahan eks
Hak Guna
Usaha

Kebutuhan
Data

Variabel
Cara
yang diteliti Pengumpula
n data
Studi
 Gambaran
 Subjek
dokumen,
umum
Agraria
wawancara
lokasi
 Objek
mendalam
penelitian
Agraria
(daftar
 Sejarah tata  Hubungan
pertanyaan)
guna,
Agraria
penguasaan,  Perkembadan
ngan
pemilikan
Hubungan
lahan. Serta Agraria
hubungan
agraria yang
ada
pada
lahan

Olah data

Hasil

Pendekatan sejarah
naratif
(Deskriptif
naratif)

Sejarah
pemanfaatan lahan
eks
Hak
Guna
Usaha

4

Tabel 1 (Lanjutan)
Tujuan

No

2

3

Identifikasi
bentukbentuk akses
yang terjadi
di lahan eks
Hak Guna
Usaha
Identifikasi
bagaimana
cara setiap
akses
tersebut
diperoleh

Kebutuhan
Data

Variabel
Cara
yang diteliti Pengumpula
n data

tersebut
Bentuk
 akses-akses
bagaimana
yang
masyarakat
dimiliki
memanfaatkan oleh subjek
lahan tersebut
agraria
Pihak-pihak
 cara
yang terlibat bagaimana
beserta
subjek
hubungannya
agraria
dengan lahan tersebut
tersebut
mendapatkan akses

Olah data

Hasil

Studi
dokumen,
wawancara
mendalam
(daftar
pertanyaan)

Penjelasan
deskriptif

Studi
dokumen,
wawancara
mendalam
(daftar
pertanyaan)

Pendekata
n
Teori
akses

Bentukbentuk
bagaimana
masyarakat
memanfaatkan lahan
tersebut
Cara
masyarakat
memperoleh akses

Prosedur Analisis Data
Teknik analisis data terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut. Pertama,
data dikumpulkan dengan cara observasi langsung, interview, dan mengumpulkan
data dari kepustakaan, arsip, ataupun berita pers. Kedua, melakukan penilaian dan
pengamatan terhadap data primer dan sekunder yang selanjutnya disesuaikan
dengan keadaan lapangan. Ketiga, melakukan interpretasi data untuk dikaji
berdasar kerangka dasar teori. Keempat, pencapaian kesimpulan dari penelitian.
(Surakhmad 1994). Bagan alir analisis data sebagai berikut.
Peneliti

Masyarakat petani dan
investor

Pemerintah Kecamatan
dan Desa

Badan Pertanahan
Bogor

Observasi, study Dokumen dan
wawancara mendalam

Pendekatan sejarah
naratif

Sejarah pemanfaatan
lahan

Penjelasan
Deskriptif

Pendekatan teori akses

Bentuk Akses yang
terjadi

Cara akses
diperoleh

Analisis

Rekomendasi tipe hak kepemilikan yang akan
diterapkan

Gambar 1 Bagan Alir Analisis Data.

5
Pada teknik ketiga, pendekatan sejarah (historical approach) dilakukan
dalam penyusunan data dengan tujuan untuk melacak kronologis kejadian penting
yang dialami oleh masyarakat berdasarkan urutan tahun kejadian yang disajikan
berdasar periode waktu (Kartodirdjo 1992). Teori akses digunakan untuk
mengetahui bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan lahan tersebut.
Kemudian untuk mendefinisikannya, dilihat dengan cara menganalisis siapa yang
berbuat apa, dengan cara apa, kapan, dan dalam situasi seperti apa. Analisis akses
ini dilakukan untuk proses mengidentifikasi dan memetakan mekanisme
bagaimana akses didapatkan, dipertahankan dan dikontrol. Teori akses sendiri
yaitu kemampuan untuk mengambil manfaat dari sesuatu (materi, orang, lembaga
atau symbol) konsep ini berkaitan dengan web of power (Ribot dan Peluso 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Letak dan Luas
Desa Pasir Madang secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan
Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 1 651.264
ha.
Tabel 2 Luas Wilayah Desa Pasir Madang Tahun 2014
Luas wilayah
Lahan sawah
Lahan ladang/pemukiman
Lahan perkebunan
- Rakyat
- Negara
Hutan Negara
Situ
Lahan lainnya
Tanah bersertifikat
Tanah kas desa
Total Luas

Luas (ha)
200
100
240
919
150
3
14.5
2
22
1 651.264

Sumber : Data Pokok Desa Pasir Madang, 2014.

Batas wilayah Desa Pasir Madang secara administratif dapat dirinci sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pangradin Kecamatan Jasinga.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukamulih, Desa Jaya Raharja, dan
Desa Kiara Pandak Kecamatan Sukajaya.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cisarua Kecamatan Sukajaya.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cileuksa Kecamatan Sukajaya.
Desa Pasir Madang terdiri dari 3 dusun dengan 6 rukun warga (RW) dan 27
rukun tetangga (RT).

6
Aksesibilitas
Desa Pasir Madang terletak di Kecamatan Sukajaya. Kecamatan ini berjarak
± 51 km dari Kota Bogor, sedangkan jarak antara Desa Pasir Madang ke
Kecamatan ± 9 Km dengan lama jarak tempuh 20 menit menggunakan kendaraan
bermotor dan 2,5 jam berjalan kaki. Kendaraan untuk menuju Desa Pasir Madang
dari Bogor dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua
atau lebih, seperti angkutan kota/desa dan ojeg. Angkutan desa yang melayani rute
ini tersedia dalam jumlah yang minim dan waktu yang terbatas yakni hanya 3 unit
mobil dengan rute Pasar Cigudeg-Pasirmadang. Kondisi jalan menuju Desa
Pasirmadang pada saat ini relatif cukup bagus setelah ada program pembangunan
jalan oleh pemerintah Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sehingga semuanya
sudah beraspal, sedangkan ketika sebelum tahun 2013 kondisi jalannya hampir
sebagian besar jalan berbatu/sirtu. Sketsa peta Pasir Madang dapat dilihat pada
Gambar 2.

Sumber : Data Pokok Desa Pasir Madang 2014.

Gambar 2 Sketsa Peta Desa Pasir Madang.
Sosial, Ekonomi dan Budaya
Penduduk Pasir Madang berjumlah 4.167 jiwa dengan perincian 2.142
penduduk laki-laki dan 2.025 penduduk perempuan. Jumlah kepala keluarga
tercatat sebanyak 1.149 kepala keluarga dengan klasifikasi keluarga pra sejahtera
649 kk, keluarga sejahtera I 450 kk dan keluarga sejahtera II sebanyak 50 kk,
dengan rata-rata satu keluarga beranggotakan 3 - 4 orang. (Data Pokok Desa Pasir
Madang 2014)
Kepadatan penduduk di Desa Pasir Madang masih sangat rendah yakni 3
orang setiap satu hektar. Desa Pasir Madang dihuni oleh 3 etnis yakni Sunda,
Betawi dan Jawa. Mayoritas penduduk adalah suku Sunda yang mayoritas
memeluk agama Islam serta 5 orang lainnya Kristen. Sebagian besar penduduk

7
Desa Pasir Madang menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Profesi
masyarakat di Desa Pasir Madang cukup beragam, mulai dari petani, buruh tani,
pegawai, karyawan, pedagang, sopir, pengrajin, dan lain-lain dengan klasifikasi
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Pasir Madang Tahun 2014
Jenis Pekerjaan/Mata Pencaharian
Jumlah/Orang
a. Karyawan
230
b. Pegawai Negeri Sipil
7
c. Wiraswasta/pedagang
503
d. Petani
481
e. Buruh Tani
1.100
f. Tidak bekerja
200
Total angkatan kerja
2172
Sumber : Data Pokok Desa Pasir Madang 2014.

Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Pasir Madang bervariasi mulai dari
tidak pernah sekolah, pernah sekolah rakyat, sekolah dasar hingga Perguruan
Tinggi. Berdasarkan data Potensi Desa Pasir Madang tahun 2010, hampir 30%
penduduk Desa Pasir Madang belum pernah bersekolah bahkan masih terdapat
beberapa penduduk yang buta huruf yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Data Pendidikan Masyarakat Desa Pasir Madang Tahun 2014
Tingkat Pendidikan
Usia 3-6 thn yg masuk TK
Usia 3-6 thn yg sedang TK/paud
Usia 7-18 thn yg tidak pernah sekolah
Usia 7-8 Thn yang sedang sekolah
Usia 18-56 thn yg tidak pernah sekolah
Usia 18-56 thn pernah SD tapi tidak tamat
Tamat SD Sederajat
Jumlah Usia 12-56 thn tidak tamat SMP
Jumlah Usia 18-56 thn tidak tamat SMA
Tamat SMP/Sederajat
Tamat SMA/Sederajat
Tamat D1
Tamat D2
Tamat D3
Tamat S-1
Jumlah Total

Laki-laki (org) Perempuan (org)
260
351
38
30
20
22
442
418
290
308
18
22
860
727
25
15
6
4
86
53
50
39
4
0
4
4
0
0
2
2
2105
1995

Sumber : Data Pokok Desa Pasir Madang 2014.

8
Kondisi Umum Hutan Rakyat
Hutan Rakyat di wilayah penelitian pada umumnya didominasi oleh
tanaman dari jenis sengon (Falcataria mollucana) dan kayu afrika (Maesopsis
eminii). Pada saat ini kayu afrika ditanam lebih banyak dibandingkan sengon
karena hama sengon sulit dihindari1. Tanaman ini dipilih karena memiliki waktu
panen yang relatif singkat dan murah dalam pemeliharannya. Jenis-jenis tanaman
lainnya yang sering dibudidayakan oleh masyarakat antara lain jabon
(Anthocephalus cadamba), akasia (Acaccia Mangium), puspa (Schima wallichii)
dan baru-baru ini mulai ujicoba menanam Jati (Tectona grandis), dan tanaman
buah seperti durian (Durio zibethinus), mangga (Mangifera indica), alpukat
(Persea americana), dan pisang (Musa acuminata)2.
Secara umum, bentuk pengolahan lahan di Pasir Madang terdiri dari dua
model seperti yang terlihat pada Gambar 3. Model pertama adalah dengan
pengolahan hutan rakyat campuran atau agroforestry berupa menanam tanaman
palawija seperti jagung, ubi, singkong dan lainnya disaat tajuk pohon belum
menutupi lahan. Kedua, hanya dengan melakukan penanaman palawija, tanaman
kayu-kayuan hanya dijadikan sebagai tanaman pembatas lahan.

Gambar 3 Pola Hutan Rakyat di Pasir Madang.

Sejarah Pemanfaatan Lahan Pasir Madang3
Desa Pasir Madang
Pasir Madang sebelum kemerdekaan adalah kampung yang subur sehingga
Meneer Belanda tergiur untuk tinggal dan membuka lahan perkebunan dengan
komoditas tanaman teh. Meneer Belanda tersebut di kenal dengan VOC, mereka
adalah pengusaha yang tergabung dalam VOC yang kemudian mendirikan
perkebunan. Lapisan atas struktur organisasi perusahaan perkebunan terdapat
seorang administratuer dan beberapa opzichter yang diisi oleh orang – orang
Eropa. Administratuer ialah pimpinan umum yang merupakan suatu jabatan
1

Menurut penuturan kang Yusuf saat diskusi pada tanggal 12 Juni 2014.
Hasil petikan diskusi pada tanggal 12 Juni 2014 pukul 10.00 wib bersama para petani :
Pak Asmin, Pak Jain, Kang Yusuf dan Kang Pulung di kebun milik Pak Sasmita (Investor).
3
Berdasarkan hasil diskusi dengan tokoh tetua desa, Bapak Darip (72 thn) pada hari Rabu
11 Juni 2014 pukul 20.00 Wib serta studi dokumen dalam lembaran Desa Pasir Madang.
2

9
puncak yang ada di perusahaan perkebunan. Opzicher merupakan pembantu
pemimpin umum yang mengepalai beberapa mandor dan bertugas mengawasi
kinerja perkebunan. Pada lapisan bawah, terdapat buruh – buruh yang
dikelompokan ke dalam beberapa regu (ploeg) dan dipimpin oleh seorang kepala
regu (ploeg baas) (Kartodirdjo 1991). Kepala Desa/kampung yang dibentuk
Belanda dijadikan salah satu mandor di perkebunan.
Agar dapat memudahkan pengelolaan dan pengawasan, ditunjuk seorang
warga pribumi untuk menjadi kepala kampung. Abah Salamah tercatat sebagai
kepala kampung pertama dilanjutkan dengan Abah Unus, lalu Abah Ci’ing,
kemudian Abah Moehi yang meliputi wilayah kampung Ciberani, Gunung
Kembang, dan Babakan Handarusa. Hingga saat ini, tercatat Pasir Madang telah
berganti pemimpin kampung/desa sebanyak delapan kali.
Periode Kemerdekaan hingga Reformasi
Nasionalisasi aset perkebunan Belanda oleh Pemerintah Indonesia pada
tahun 1949 menjadikan lahan perkebunan dibebankan hak izin guna usaha kepada
perusahaan dalam negeri. Sebelum nasionalisasi aset dijalankan, status
perkebunan adalah akses terbuka dimana masyarakat Pasir Madang dengan
leluasa memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam dan mendirikan rumah tinggal.
Nasionalisasi dan privatisasi lahan perkebunan hingga berbagai bentuk
pemanfaatan lahan di Pasir Madang berjalan hingga saat ini dengan beragam aktor
di dalamnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Pasir Madang yang disajikan
dalam periode waktu dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 5 Peristiwa yang terjadi di Desa Pasir Madang berdasar periode waktu
Waktu