Studi Preferensi Konsumen terhadap Varian Produk Bolu Pisang (Studi Kasus Produk Bolu Pisang Alania Chocolava)
STUDI PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP VARIAN
PRODUK BOLU PISANG (STUDI KASUS PRODUK
BOLU PISANG ALANIA CHOCOLAVA)
GITA HAPSARI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Preferensi
Konsumen terhadap Varian Produk Bolu Pisang (Studi Kasus Produk Bolu Pisang
Alania Chocolava) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Gita Hapsari
NIM F34100109
ABSTRAK
GITA HAPSARI. Studi Preferensi Konsumen terhadap Varian Produk Bolu
Pisang (Studi Kasus Produk Bolu Pisang Alania Chocolava). Dibimbing oleh
LIEN HERLINA
Bolu pisang merupakan produk yang sudah dikenal oleh masyarakat.
Sebagai pemain baru dalam industri bolu pisang, Bolu Pisang Alania Chocolava
perlu melakukan pengembangan agar produk bolu pisang ini dapat bersaing
dengan kompetitor produk sejenis. Pengembangan yang dilakukan berupa
penambahan topping pada bolu pisang, dengan tujuan sebagai alternatif cita rasa
pada bolu pisang. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran preferensi konsumen terhadap varian bolu pisang sehingga dapat
memformulasikan strategi pemasaran bagi produk bolu pisang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor utama seseorang dalam membeli atau mengkonsumsi
produk kue adalah cita rasa, kandungan gizi, bentuk/ukuran, harga, dan aspek
higienis. Beberapa pihak yang mempengaruhi seseorang dalam membeli dan
mengkonsumsi kue adalah diri sendiri, keluarga, teman, dan iklan. Hasil analisis
korespondensi berganda menunjukkan bahwa setiap varian bolu pisang disukai
oleh kelompok tertentu; varian cokelat disukai oleh remaja, varian keju disukai
oleh orang dewasa dan lanjut usia, varian original disukai oleh orang dewasa, dan
varian brownies disukai oleh anak-anak dan dewasa.
Kata kunci : bolu pisang, preferensi konsumen, analisis korespondensi berganda
ABSTRACT
GITA HAPSARI. Consumer Preference Studies on Banana Cake Product Variant
(Case Study of Bolu Pisang Alania Chocolava Product). Supervised by LIEN
HERLINA
Banana cake is a well-known product in the society. As a new producer in
banana cake industries, Bolu Pisang Alania Chocolava needs to make some
improvements so that their products can compete with other competitors on the
same product. Improvements have been done by adding topping on the banana
cake, as an alternative taste of banana cake. The main objective of this research
was to obtain consumer preference on banana cake variant in order to formulate
marketing strategy for banana cake product. The research result shown that main
factors affecting a person in buying or consuming cake products are taste,
nutrition facts, shape/size, price, and hygienic aspect. Some parts affecting a
person in buying or consuming cake products are themselves, families, friends,
and advertisement. Multiple correspondence analysis results shown that each
variant of banana cake are preferred by certain group; chocolate variant preferred
by teenagers, cheese variant preferred by adults and elderly, original variant
preferred by adults, and brownies variant preferred by children and adults.
Keywords : banana cake, consumer preference, multiple correspondence analysis
STUDI PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP VARIAN
PRODUK BOLU PISANG (STUDI KASUS PRODUK
BOLU PISANG ALANIA CHOCOLAVA)
GITA HAPSARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Studi Preferensi Konsumen terhadap Varian Produk Bolu Pisang
(Studi Kasus Produk Bolu Pisang Alania Chocolava)
Nama
: Gita Hapsari
NIM
: F34100109
Disetujui oleh
Ir Lien Herlina, MSc
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
dan limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi berjudul “Studi
Preferensi Konsumen terhadap Varian Produk Bolu Pisang (Studi Kasus Produk
Bolu Pisang Alania Chocolava)” berhasil diselesaikan. Tema yang diangkat
dalam penelitian yang dilaksanakan selama Maret hingga April 2014 ini adalah
mengenai preferensi konsumen.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada:
1. Ir Lien Herlina, MSc, selaku Pembimbing Akademik atas perhatian dan
bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi
2. Dr Ir Meika Syahbana Rusli dan Prof Dr Ir Erliza Hambali, selaku dosen
penguji
3. Prof Dr Ir Erliza Hambali; selaku pemilik Alania Chocolava, atas kesediaan
untuk saya melakukan penelitian terhadap Bolu Pisang Alania Chocolava
4. Kedua orang tua; Bapak Achdijat Ganda dan Ibu Nastiti Kusumorini, serta
adik Giri Rasyidpradana Ganda, yang selalu memberikan dukungan dan
semangat selama ini
5. Febriani Purba, Kiki Amelia Lubis, Giovanni Dwi Atmaja, Hadiwijoyo, dan
Yoga Prasetyo atas semangat, kebersamaan, tawa dan canda yang telah
diberikan.
6. M Wajih Abdul Basit, Nadhira Afina Putri, dan Hernanda Wisnu sebagai
teman sebimbingan yang selalu mendukung satu sama lain
7. Keluarga besar TIN 47 atas kasih sayang dan cerita-cerita indah tak
terlupakan
8. Seluruh responden yang telah membantu dalam melakukan pengumpulan
data, dan
9. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Gita Hapsari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
xi
Latar Belakang
11
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE PENELITIAN
2
Kerangka Pemikiran
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
3
Jenis dan Sumber Data
4
Metode Penarikan Sampel
4
Metode Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Produk Bolu Pisang Alania Chocolava
6
Karakteristik Responden
8
Penilaian Konsumen terhadap Varian Bolu Pisang
11
Preferensi Konsumen terhadap Varian Bolu Pisang
23
Implikasi Manajerial
27
SIMPULAN DAN SARAN
29
Simpulan
29
Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
39
DAFTAR TABEL
1 Kandungan gizi bolu pisang (per sajian 100 g)
2 Jumlah penduduk Kotamadya Bogor menurut kelompok umur dan
jenis kelamin
3 Jumlah responden menurut kelompok umur dan jenis kelamin
4 Populasi vs faktor yang mempengaruhi dalam membeli kue
5 Populasi vs faktor yang mempengaruhi dalam mengkonsumsi kue
6 Populasi vs pihak yang mempengaruhi dalam membeli produk kue
7 Populasi vs pihak yang mempengaruhi dalam mengkonsumsi produk
kue
11
5
5
10
10
11
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kerangka pemikiran
Bolu pisang varian original
Bolu pisang varian keju
Bolu pisang varian brownies
Bolu pisang varian cokelat
Persentase jumlah responden berdasarkan kelompok usia
Presentase jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Presentase jumlah responden berdasarkan pekerjaan
Plot korespondensi antara parameter rasa dengan pengetahuan akan
produk bolu pisang
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan pengetahuan akan
produk bolu pisang
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan
pengetahuan akan produk bolu pisang
Plot korespondensi antara parameter rasa dengan kelompok usia
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan kelompok usia
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan
kelompok usia
Plot korespondensi antara parameter rasa dengan jenis kelamin
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan jenis kelamin
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan jenis
kelamin
Plot korespondensi antara parameter rasa dengan pengalaman
membeli produk kue
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan pengalaman
membeli produk kue
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan
pengalaman membeli produk kue
3
7
7
7
7
8
9
9
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
21 Plot korespondensi antara varian favorit dengan pengetahuan akan
produk bolu pisang
22 Plot korespondensi antara varian favorit dengan kelompok usia
23 Plot korespondensi antara varian favorit dengan jenis kelamin
24 Plot korespondensi antara varian favorit dengan pengalaman membeli
kue
24
25
26
27
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian
2 Perhitungan Jumlah Responden
3 Grafik Analisis Korespondensi Berganda Seluruh Kategori
31
36
38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bolu pisang merupakan salah satu kue yang sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Bahan baku utama bolu pisang adalah pisang, tepung terigu, gula,
telur, dan margarin. Bolu pisang memiliki rasa yang manis serta tekstur yang
lembut dan padat, sehingga produk ini digemari oleh mayoritas masyarakat yang
menggemari makanan manis. Kandungan gizi bolu pisang cukup lengkap, karena
mengandung makronutrien yang diperlukan bagi tubuh. Kandungan gizi bolu
pisang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan gizi bolu pisang (per sajian 100 g)
Informasi gizi
Jumlah
%AKG
Energi total
347 kkal
Lemak
9.82 g
16 %
Protein
6.95 g
12 %
Karbohidrat
57.61 g
19 %
Energi dalam sepotong bolu pisang cukup tinggi sehingga produk ini cocok
bagi masyarakat yang memiliki kesibukan tinggi. Tekstur bolu pisang yang
lembut dan padat membuat produk ini lebih mengenyangkan apabila
dibandingkan dengan kudapan lainnya.
Produk bolu pisang merupakan produk yang telah lama dikenal oleh
masyarakat. Produk ini telah dikenal lama oleh masyarakat Kota Bogor.
Komersialisasi produk bolu pisang yang diketahui dimulai pada tahun 1988, yaitu
produk Bolu Pisang Ibu Onih. Komersialisasi produk bolu pisang ini berlanjut
hingga saat ini banyak produsen yang memproduksi produk bolu pisang.
Banyaknya kompetitor yang memproduksi bolu pisang menyebabkan persaingan
pasar untuk produk bolu pisang menjadi semakin tinggi.
Sebagai pemain baru dalam industri bolu pisang, Bolu Pisang Alania
Chocolava perlu melakukan pengembangan agar produk bolu pisang ini dapat
bersaing dengan kompetitor produk sejenis. Pengembangan terhadap bolu pisang
dilakukan sebagai bentuk variasi, sehingga konsumen memiliki banyak pilihan
dalam menentukan produk bolu pisang yang sesuai dengan ekspektasinya.
Pengembangan yang dapat dilakukan meliputi bentuk bolu pisang (bulat dengan
lubang di tengahnya atau persegi) dan ukuran (besar atau kecil). Pengembangan
produk yang juga dilakukan oleh produsen bolu pisang adalah penambahan
topping pada bolu pisang, dengan tujuan sebagai alternatif cita rasa pada bolu
pisang.
Melihat perkembangan produk bolu pisang, sangat menarik untuk dilakukan
pengkajian yang lebih mendalam terhadap preferensi konsumen terhadap varian
produk Bolu Pisang Alania Chocolava. Informasi tentang preferensi konsumen
terhadap varian produk ini menjadi sangat penting, terutama untuk
memformulasikan strategi pemasaran agar fase perkenalan produk di masyarakat
menjadi lebih singkat. Jika preferensi telah terbentuk dan suatu produk dianggap
baik oleh konsumen, maka konsumen akan melakukan pembelian dan jika
2
konsumen merasa puas dengan produk bolu pisang tersebut, konsumen menjadi
loyal.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Mendapatkan
gambaran segmentasi pasar produk bolu pisang, (2) Mendapatkan gambaran
preferensi konsumen terhadap varian bolu pisang, (3) Mengetahui faktor apa saja
yang mempengaruhi segmentasi pasar dan preferensi konsumen produk bolu
pisang, (4) Formulasi strategi pemasaran bagi produk bolu pisang.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah (1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat
memberikan gambaran mengenai pentingnya mengetahui preferensi konsumen
terhadap suatu produk sebagai langkah untuk menentukan strategi pemasaran
yang tepat bagi produk tersebut, (2) Bagi kalangan akademis, penelitian ini dapat
digunakan sebagai perbandingan mengenai teori strategi pemasaran berdasarkan
preferensi konsumen, (3) Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan
gambaran tentang preferensi konsumen terhadap produk bolu pisang serta
masukan bagi perusahaan mengenai rekomendasi strategi pemasaran yang dapat
dilakukan, (4) Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan tentang penentuan strategi pemasaran berdasarkan preferensi konsumen
yang dapat dimanfaatkan ketika akan mengembangkan usaha atau saat bekerja di
perusahaan.
Ruang Lingkup Penelitian
Produk yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah produk bolu pisang
yang diproduksi oleh Alania Chocolava. Data yang dikumpulkan terkait dengan
preferensi konsumen diambil sendiri oleh peneliti dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada responden yang merupakan representasi konsumen secara
keseluruhan. Lingkup penelitian ini dibatasi pada gambaran preferensi konsumen
terhadap varian bolu pisang, segmentasi pasar produk bolu pisang, dan identifikasi
faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen dan segmentasi pasar produk
bolu pisang.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Sebagai pemain baru dalam industri bolu pisang, Bolu Pisang Alania
Chocolava perlu melakukan pengembangan agar produk bolu pisang ini dapat
3
bersaing dengan kompetitor produk sejenis. Salah satu pengembangan dilakukan
dengan cara menambah varian produk. Informasi tentang preferensi konsumen
terhadap varian produk ini menjadi sangat penting, terutama untuk
memformulasikan strategi pemasaran agar fase perkenalan produk di masyarakat
tidak terlalu lama. Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka pemikiran penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambaran Preferensi
Gambaran Segmentasi
-
Pembeli produk
Konsumen produk
Perilaku pembelian
terhadap produk
-
Kuesioner Preferensi
Kuesioner Segmentasi
-
Analisis deskriptif
Product knowledge
Penilaian produk
(rasa, aroma,
penerimaan umum)
-
Analisis deskriptif
Multiple
correspondence
analysis
Analisis Faktor
-
Gambaran
segmentasi pasar
Gambaran preferensi
konsumen
Pengembangan strategi pemasaran produk bolu pisang
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor dengan fokus utama pada
tempat umum; seperti stasiun Bogor, terminal bus Baranang Siang, lapangan olah
raga Sempur, pasar, dan pusat perbelanjaan. Lokasi ini dipilih secara sengaja
4
dengan mempertimbangkan tempat yang pada umumnya sering dikunjungi oleh
masyarakat Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 37 hari yaitu dari tanggal
13 Maret 2014 hingga 18 April 2014.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara kepada responden dengan
menggunakan kuesioner (Lampiran 1). Data sekunder merupakan pelengkap dari
data primer. Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan
dengan materi penelitian. Studi literatur dilakukan pada perpustakaan, data
perusahaan (gambaran umum perusahaan dan dokumen perusahaan), BPS, jurnal,
buku penelitian, dan buku referensi yang berhubungan dengan materi penelitian
yang dicantumkan dalam daftar pustaka.
Metode Penarikan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk penelitian ini
adalah teknik sampling secara quota sampling. Quota sampling merupakan
prosedur pengambilan sampel secara non-probabilitas yang memastikan bahwa
beragam kelompok dalam suatu populasi akan dapat direpresentasikan dalam
karakteristik yang relevan dengan luasan yang dikehendaki (Zikmund and Babin
2007). Penggunaan teknik pengambilan sampel dengan cara quota sampling
dilakukan karena pada populasi lingkup penelitian; yaitu warga Kotamadya
Bogor, terdapat subpopulasi; yaitu berdasarkan gender dan kelompok umur.
Maka sampel penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Pengambilan sampel
dilakukan secara acak.
Penelitian ini menggunakan rumus Slovin untuk menentukan jumlah
minimal sampel yang dapat menggambarkan serta mewakili data populasi.
....................................................................................................
(1)
Di mana :
n
= jumlah contoh
N
= jumlah populasi
e
= tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (10%)
Berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 10%, maka
didapatkan jumlah responden sebanyak 100 responden dengan perhitungan
sebagai berikut :
Perhitungan jumlah responden dari masing-masing golongan rentang usia
dan gender menggunakan rumus slovin dan berdasarkan data populasi warga
Kotamadya Bogor. Data populasi warga Kotamadya Bogor tahun 2013 dapat
dilihat pada Tabel 2.
5
Tabel 2
Jumlah penduduk Kotamadya Bogor menurut
kelompok umur dan jenis kelamin
Jumlah penduduk
Kelompok umur
Laki-laki Perempuan
Jumlah
0–4
45 257
41 506
86 933
5–9
45 913
43 118
89 031
10 – 19
87 352
85 180
172 532
20 – 29
92 786
89 772
182 558
30 – 39
86 172
81 636
167 808
40 – 49
64 946
61 443
126 389
50 – 59
42 135
39 211
81 346
> 60
29 210
31 761
60 971
Total
493 351
473 627
966 978
(sumber : BPS Kota Bogor 2013)
Digunakan dalam
sampling frame
Berdasarkan Tabel 2 di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui
jumlah responden masing-masing golongan rentang usia dan jenis kelamin agar
respondennya terwakili. Tabel 3 menampilkan hasil perhitungan responden
masing-masing golongan rentang usia dan gender. Detil perhitungan dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Tabel 3 Jumlah responden menurut kelompok umur dan
jenis kelamin
Jumlah responden
Kelompok umur
Laki-laki Perempuan
Jumlah
5–9
5
5
10
10 – 19
10
10
20
20 – 29
11
10
21
30 – 39
10
9
19
40 – 49
7
7
14
50 – 59
5
4
9
> 60
3
4
7
Total
51
49
100
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapat jumlah responden
masing-masing golongan rentang usia dan gender yang digunakan dalam
penelitian ini.
Metode Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif mengacu pada transformasi data mentah ke dalam suatu
bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan (Wibisono 2003). Analisis
deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah
dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Istijanto 2005). Analisis
deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik umum
6
konsumen dan mengetahui proses pengambilan keputusan pembelian produk bolu
pisang melalui perhitungan presentase jawaban responden dalam bentuk tabulasi
sederhana. Analisa deskriptif dapat dirumuskan sebagai berikut.
................................................................................................................... (2)
Di mana :
P
= Persentase responden yang memilih kategori tertentu
n
= Jumlah responden yang memilih kategori tertentu
Σfi
= Total jawaban
Uji Validitas
Uji validitas merupakan pengujian kuesioner yang dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh
responden. Uji validitas dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada tiga
puluh responden dengan kriteria responden adalah orang yang gemar
mengkonsumsi makanan kecil (snack); khususnya produk kue. Uji validitas
dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif.
Uji Preferensi Konsumen (Multiple Correspondence Analysis)
Analisis korespondensi berganda merupakan metode komposisi yang
berdasarkan kategori dari suatu tabel kontingensi untuk memetakan persepsi.
Tiga elemen dasar dari setiap proses pemetaan persepsi adalah mendefinisikan
objek, mendefinisikan ukuran kesamaan dan membangun dimensi perbandingan.
Analisis korespondensi menggunakan salah satu konsep statistik dasar khi-kuadrat
yang digunakan untuk membakukan nilai-nilai frekuensi sel dari tabel kontingensi
dan membentuk dasar untuk hubungan atau kesamaan. Khi-kuadrat merupakan
sebuah nilai ukuran hubungan antara baris dan kolom kategori (Anderson et al,
2009). Keuntungan analisis ini adalah (1) dapat dipresentasikan dalam ruang
persepsi, (2) menampilkan hubungan antara baris, kolom, dan kategori, (3)
memberikan tampilan gabungan dari baris dan kolom dan kategori dalam dimensi
yang sama (Greenacre 2010).
Matriks korespondensi (P) didefinisikan sebagai matriks dari frekuensi
relatif pada tabel kontingensi yang berukuran axb
............................................................................................. (3)
di mana
.................................................................................................... (4)
merupakan total frekuensi dari matriks X.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk Bolu Pisang Alania Chocolava
Alania Chocolava didirikan pada tanggal 01 Mei 2011 di Kota Bogor
dengan produk utama berupa produk olahan kakao; seperti minuman cokelat,
chocolate bar (milk chocolate dan dark chocolate), keeping cokelat, permen
cokelat, wafer, biskuit, dan produk berbasis cokelat lainnya. Produk lain yang
7
sedang dikembangkan oleh Alania Chocolava adalah Bolu Pisang Alania. Saat ini
Alania Chocolava telah mengeluarkan empat varian rasa; yaitu Original (Gambar
2), Keju (Gambar 3), Brownies (Gambar 4), dan Cokelat (Gambar 5).
Gambar 2 Bolu pisang varian original
Gambar 3 Bolu pisang varian keju
Gambar 4 Bolu pisang varian brownies
Gambar 5 Bolu pisang varian cokelat
Produk bolu pisang Alania Chocolava memposisikan dirinya sebagai sarapan pagi
sehat, bernutrisi, enak, dan mengenyangkan. Selain itu produk ini juga
8
memposisikan dirinya sebagai oleh-oleh kuliner baru dari Kota Bogor. Produk ini
memiliki tag line yaitu “Terasa Pisangnya, Harum Aromanya”.
Karakteristik Responden
Kuesioner ini menggunakan sampel dengan jumlah seratus responden yang
berdomisili di wilayah Kota Bogor. Kriteria responden yang diperlukan adalah
responden yang gemar mengkonsumsi makanan kecil (snack) dan gemar
mengkonsumsi kue. Hal ini berkaitan dengan persepsi konsumen terhadap produk
kue. Setiadi (2010) menyatakan bahwa persepsi konsumen terhadap suatu objek
akan berbeda-beda sehingga persepsi memiliki nilai subjektif. Apabila responden
terpilih adalah seorang yang tidak menyukai produk kue maka penilaian yang
akan diberikan responden tersebut adalah tidak suka terhadap semua sampel dan
gambaran preferensi tidak akan terlihat.
Hasil pengolahan data kuesioner dikelompokkan berdasarkan beberapa
kategori; yaitu (1) pengetahuan terhadap produk bolu pisang, (2) usia, (3) jenis
kelamin, dan (4) pengalaman membeli kue.
Hasil pengolahan data terhadap pengetahuan mengenai bolu pisang
menunjukkan bahwa sebanyak 81% responden mengetahui produk bolu pisang
dan sebanyak 19% tidak mengetahui produk bolu pisang. Hal ini menunjukkan
bahwa produk bolu pisang sudah lama dikenal di kalangan masyarakat.
Gambar 6 Persentase jumlah responden berdasarkan kelompok usia
Gambar 6 menunjukkan hasil pengolahan data kuesioner terhadap kelompok
usia. Berdasarkan data tersebut diperoleh bahwa mayoritas responden berada
dalam rentang usia 10 – 19 tahun (21%), sedangkan presentase responden terkecil
berada dalam rentang usia di atas 60 tahun. Berdasarkan data tersebut terlihat
tidak ada kelompok usia 0 – 4 tahun. Hal ini disebabkan karena pada umumnya
manusia mulai menunjukkan keputusan yang terkait dengan preferensinya pada
rentang usia pra sekolah (Pratitasari 2010).
Hasil pengolahan data kuesioner terhadap jenis kelamin menunjukkan
bahwa 51% responden yang terjaring berjenis kelamin laki-laki dan 49%
responden yang terjaring berjenis kelamin perempuan.
9
Gambar 7 Presentase jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Gambar 7 menunjukkan hasil pengolahan data kuesioner terhadap tingkat
pendidikan. Hasil pengolahan data kuesioner terhadap tingkat pendidikan
menunjukkan bahwa mayoritas responden yang terjaring dalam penelitian ini
merupakan seseorang yang sedang menjalani pendidikan SMA atau seorang
lulusan SMA (37%). Presentase responden terkecil adalah responden dengan
tingkat pendidikan Master dan Doktor, dengan masing-masing presentase sebesar
2%.
Gambar 8 Presentase jumlah responden berdasarkan pekerjaan
Gambar 8 menunjukkan hasil pengolahan data kuesioner terhadap
pekerjaan. Hasil pengolahan data kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas
responden yang terjaring dalam penelitian ini berprofesi sebagai pelajar (37%).
Hal ini disebabkan karena jumlah responden terbanyak berasal dari kelompok usia
10 – 19 tahun yang pada umumnya masih menjalani pendidikan sekolah dasar
maupun sekolah menengah.
Berdasarkan hasil survei; sebanyak 91% responden mengaku pernah
membeli produk kue. sebanyak 9% responden mengaku tidak pernah membeli
produk kue. Jumlah responden yang secara teratur membeli kue sebanyak 13%
dari responden yang mengaku pernah membeli kue. Jumlah responden yang
10
membeli kue hanya ketika diinginkan sebanyak 87% dari responden yang
mengaku membeli produk kue.
Tabel 4 Populasi vs faktor yang mempengaruhi dalam membeli kue
Faktor dalam membeli produk kue
Kategori Basis
Cita
Kandungan
Bentuk/ukuran
Kemasan
Lainnya
rasa
gizi
Pernah
membeli 91% 89.01%
19.78%
23.08%
53.85%
6.59%
kue
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa faktor yang mempengaruhi dalam
pembelian produk kue adalah cita rasa (89.01%). Hal ini menunjukkan bahwa
persepsi konsumen terhadap rasa suatu produk dapat menentukan keputusan
pembelian di waktu yang akan datang. Sebanyak 6.59% responden yang memilih
faktor lainnya sebagai pertimbangan dalam membeli produk kue; yaitu faktor
harga dan aspek higienis.
Tabel 5 Populasi vs faktor yang mempengaruhi dalam mengkonsumsi kue
Faktor dalam mengkonsumsi produk kue
Kategori Basis
Cita
Kandungan
Bentuk/ukuran Kemasan
Lainnya
rasa
gizi
Tidak
9% 100%
11.11%
22.22%
11.11%
0.00%
pernah
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa faktor yang mempengaruhi dalam
mengkonsumsi produk kue adalah cita rasa (100%). Hal ini menunjukkan bahwa
persepsi konsumen terhadap rasa suatu produk dapat menentukan keputusan
konsumen untuk mengkonsumsi kembali produk kue tersebut di waktu yang akan
datang. Faktor ini juga dapat menstimulasi konsumen untuk melakukan
pembelian di waktu yang akan datang.
Berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5, terlihat bahwa faktor utama baik dalam
membeli kue maupun mengkonsumsi kue adalah cita rasa. Selain cita rasa juga
terdapat faktor sensoris lain seperti bentuk dan ukuran kue serta kemasan kue
tersebut. Setiadi (2010) menyatakan bahwa faktor sensoris seperti bentuk, warna,
dan rasa merupakan salah satu karakteristik stimulus yang dapat mempengaruhi
persepsi konsumen terhadap produk kue. Selain faktor cita rasa, bentuk/ukuran,
dan kemasan, terdapat faktor kandungan gizi yang mempengaruhi dalam
pembelian maupun konsumsi produk kue. Hal ini disebabkan karena persepsi
konsumen terhadap kualitas, apabila semakin baik kualitas suatu produk maka
semakin baik pula produk tersebut terdefinisi dalam persepsi konsumen (Bearden
2001). Apabila kandungan gizi produk kue semakin lengkap maka persepsi
konsumen akan produk kue tersebut semakin kuat dan konsumen akan cenderung
untuk memilih produk kue tersebut.
11
Tabel 6 Populasi vs pihak yang mempengaruhi dalam membeli produk kue
Pihak yang mempengaruhi dalam membeli produk
kue
Kategori
Basis
Diri sendiri Teman
Keluarga
Lainnya
Pernah
91%
71.43% 32.97%
54.95%
4.40%
membeli kue
Tabel 7 Populasi vs pihak yang mempengaruhi dalam mengkonsumsi produk kue
Pihak yang mempengaruhi dalam
membeli/memilih produk kue
Kategori
Basis
Diri sendiri Teman
Keluarga
Lainnya
Tidak pernah
9%
88.89% 66.67%
88.89%
0.00%
Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 terlihat bahwa mayoritas responden
mengatakan bahwa pihak yang mempengaruhi dalam pembelian produk kue
adalah diri sendiri, kemudian keluarga, selanjutnya teman, dan pihak lainnya.
Kotler (2000) menyatakan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam keputusan
pembelian antara lain adalah pengambil inisiatif (inisiator), orang yang
mempengaruhi (influencer), pengambil keputusan (decision taker), pembeli
(buyer), dan pemakai (user). Diri sendiri pada kasus pengambilan keputusan
dalam mengkonsumsi kue dapat bertindak sebagai inisiator, influencer, decision
taker, dan user.
Keluarga dan teman pada keputusan pembelian atau
mengkonsumsi produk kue dapat bertindak sebagai inisiator, influencer, dan user.
Faktor lainnya yang dipilih dalam keputusan pembelian atau mengkonsumsi
produk kue adalah iklan. Iklan pada keputusan pembelian atau mengkonsumsi
produk kue dapat bertindak sebagai inisiator dan influencer.
Penilaian Konsumen terhadap Varian Bolu Pisang
Penilaian konsumen terhadap varian bolu pisang dilakukan dengan
menggunakan analisis korespondensi berganda antara salah satu sampel dengan
setiap kategori. Berdasarkan plot tersebut dapat terlihat penilaian responden
terhadap sampel tersebut. Penilaian terhadap sampel terdiri atas tiga parameter;
yaitu parameter rasa, aroma, dan penerimaan umum. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah Sampel 171 (varian cokelat), Sampel 203 (varian keju),
Sampel 411 (varian original), dan Sampel 512 (varian brownies).
12
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 9 Plot korespondensi antara parameter rasa dengan pengetahuan
akan produk bolu pisang
Berdasarkan Gambar 9, terlihat bahwa responden yang mengetahui produk
bolu pisang cenderung suka dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512.
Responden yang mengetahui produk bolu pisang cenderung tidak menyukai
Sampel 411. Responden yang tidak mengetahui produk bolu pisang cenderung
menyukai keempat sampel.
13
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
Gambar 10
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan
pengetahuan akan produk bolu pisang
Berdasarkan Gambar 10, terlihat bahwa responden yang mengetahui produk
bolu pisang cenderung suka dengan Sampel 512. Responden yang mengetahui
produk bolu pisang cenderung tidak menyukai Sampel 171, Sampel 203, dan
Sampel 411. Responden yang tidak mengetahui produk bolu pisang cenderung
menyukai keempat sampel.
14
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
Gambar 11
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan
pengetahuan akan produk bolu pisang
Berdasarkan Gambar 11, terlihat bahwa responden yang mengetahui produk
bolu pisang cenderung suka dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512.
Responden yang mengetahui produk bolu pisang cenderung tidak menyukai
Sampel 411. Responden yang tidak mengetahui produk bolu pisang cenderung
menyukai keempat sampel.
15
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 12 Plot korespondensi antara parameter rasa dengan kelompok usia
Berdasarkan Gambar 12, terlihat bahwa setiap kelompok usia memiliki
penilaian yang berbeda terhadap seluruh sampel. Kelompok usia 5 – 9 tahun
cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 10 – 19 tahun sangat suka
dengan Sampel 171, Sampel 203, Sampel 512, dan Sampel 411. Kelompok usia
20 – 29 tahun cenderung menyukai dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel
512; namun tidak menyukai Sampel 411. Kelompok usia 30 – 39 tahun
cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 40 – 49 tahun cenderung
menyukai dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512; namun tidak
menyukai Sampel 411. Kelompok usia 50 – 59 tahun cenderung menyukai
keempat sampel. Kelompok usia di atas 60 tahun cenderung menyukai dengan
Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512; namun tidak menyukai Sampel 411.
16
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 13 Plot korespondensi antara parameter aroma dengan kelompok usia
Berdasarkan Gambar 13, terlihat bahwa kelompok usia 5 – 9 tahun
cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 10 – 19 tahun sangat suka
dengan Sampel 171 dan Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel 203 dan
Sampel 411. Kelompok usia 20 – 29 tahun cenderung menyukai Sampel 171 dan
Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel 203 dan Sampel 411. Kelompok usia
30 – 39 tahun cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 40 – 49
tahun cenderung menyukai Sampel 171 dan Sampel 512; serta tidak menyukai
Sampel 203 dan Sampel 411. Kelompok usia 50 – 59 tahun cenderung menyukai
keempat sampel. Kelompok usia di atas 60 tahun cenderung menyukai Sampel
171 dan Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel 203 dan Sampel 411.
17
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 14 Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum
dengan kelompok usia
Berdasarkan Gambar 14, terlihat bahwa kelompok usia 5 – 9 tahun
cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 10 – 19 tahun sangat suka
dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel
411. Kelompok usia 20 – 29 tahun cenderung menyukai dengan Sampel 171,
Sampel 203, dan Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel 411. Kelompok usia
30 – 39 tahun cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 40 – 49
tahun cenderung menyukai dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512;
serta tidak menyukai Sampel 411. Kelompok usia 50 – 59 tahun cenderung
menyukai keempat sampel. Kelompok usia di atas 60 tahun cenderung menyukai
dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel
411.
18
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 15 Plot korespondensi antara parameter rasa dengan jenis kelamin
19
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 16 Plot korespondensi antara parameter aroma dengan jenis kelamin
20
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 17 Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan jenis
kelamin
Berdasarkan Gambar 15, terlihat bahwa pria cenderung menyukai keempat
sampel.
Wanita juga cenderung menyukai keempat sampel berdasarkan
parameter rasa. Berdasarkan Gambar 16, terlihat bahwa baik pria maupun wanita
cenderung menyukai Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512; namun tidak
menyukai Sampel 411. Berdasarkan Gambar 17, terlihat bahwa pria cenderung
menyukai keempat sampel. Wanita cenderung menyukai Sampel 171, Sampel
203, dan Sampel 512; namun tidak menyukai Sampel 411.
21
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
Gambar 18
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Plot korespondensi antara parameter rasa dengan pengalaman
membeli produk kue
22
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
Gambar 19
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan pengalaman
membeli produk kue
23
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
Gambar 20
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan
pengalaman membeli produk kue
Berdasarkan Gambar 18, terlihat bahwa baik responden yang pernah
membeli kue maupun responden yang tidak pernah membeli kue
cenderungmenyukai keempat sampel. Responden yang tidak pernah membeli kue
cenderung menyukai keempat sampel dari segi rasa. Berdasarkan aspek aroma
(Gambar 19), terlihat bahwa responden yang pernah membeli kue cenderung suka
dengan Sampel 171 dan Sampel 512; namun tidak menyukai Sampel 203 dan
Sampel 411. Responden yang tidak pernah membeli kue cenderung menyukai
keempat sampel. Berdasarkan aspek penerimaan umum (Gambar 20), terlihat
bahwa responden yang pernah membeli kue cenderung suka dengan Sampel 171,
Sampel 203, dan Sampel 512; namun tidak menyukai Sampel 411. Responden
yang tidak pernah membeli kue cenderung menyukai keempat sampel.
Preferensi Konsumen terhadap Varian Bolu Pisang
Preferensi merupakan gambaran sikap seseorang yang ditunjukkan dengan
derajat kesukaan terhadap suatu jenis produk (Sanjur 1982). Menurut Assael
(1992) preferensi merupakan kesan yang mengarah pada pemahaman dan ingatan
sehingga terbentuk persepsi serta tersimpan dan melekat dalam pikiran konsumen.
Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda–beda terhadap obyek rangsangan
24
yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh penerimaan ransangan, perubahan makna
informasi, dan pengingatan sesuatu secara selektif. Sementara Engel et al. (1998)
mendefinisikan preferensi adalah evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang
memiliki respon dengan cara menguntungkan atau tidak. Mowen dan Minor
(1999) mengatakan bahwa teori preferensi mempunyai implikasi kuat dan banyak
dipakai dalam menjelaskan perilaku konsumen.
Preferensi konsumen terhadap varian bolu pisang dilakukan dengan
menggunakan analisis korespondensi berganda antara semua sampel dengan
setiap kategori (Lampiran 3). Berdasarkan plot tersebut dapat terlihat varian bolu
pisang manakah yang paling disukai berdasarkan kategorinya.
Gambar 21 Plot korespondensi antara varian favorit dengan pengetahuan
akan produk bolu pisang
Berdasarkan Gambar 21, terlihat bahwa responden yang mengetahui produk
bolu pisang cenderung lebih menyukai Sampel 203. Sedangkan responden yang
tidak mengetahui tentang produk bolu pisang lebih menyukai sampel 512 dan 203.
Sampel 171 dan Sampel 411 cenderung tidak disukai baik oleh responden yang
tahu maupun tidak tahu mengenai produk bolu pisang.
25
Gambar 22 Plot korespondensi antara varian favorit dengan kelompok usia
Berdasarkan Gambar 22, terlihat bahwa setiap kelompok usia memiliki
kesukaan yang berbeda. Namun terdapat beberapa kelompok usia yang memiliki
kesukaan yang sama. Sampel 171 cenderung disukai oleh kelompok usia 10 – 19
tahun. Sampel 203 cenderung lebih disukai oleh kelompok usia 20 – 29 tahun,
kelompok usia 40 – 49 tahun, dan kelompok usia di atas 60 tahun. Sampel 411
cenderung tidak disukai oleh semua kelompok umur. Sampel 512 cenderung
disukai oleh kelompok usia 5 – 9 tahun, kelompok usia 30 – 39 tahun, dan
kelompok usia 50 – 59 tahun. Seiring bertambahnya usia seseorang dan seiring
banyaknya variasi makanan yang telah dicoba selama hidupnya, preferensi rasa
dapat terus berubah. Orang yang lebih muda cenderung lebih menyukai makanan
dengan intensitas asin atau manis yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang lebih tua (Wansink et al 2003).
26
Gambar 23 Plot korespondensi antara varian favorit dengan jenis kelamin
Berdasarkan Gambar 23, terlihat bahwa setiap jenis kelamin memiliki
kesukaan yang berbeda. Wanita cenderung menyukai Sampel 171, sedangkan
pria cenderung menyukai Sampel 203. Seperti halnya usia, jenis kelamin
memiliki peranan dalam preferensi konsumen. Wanita menyukai Sampel 171
karena Sampel 171 memiliki rasa manis. Makanan manis mengandung gula
sebagai komponen pembentuk karbohidrat. Selain itu, wanita memang lebih
cenderung untuk mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah sedikit (Terakes
2008). Pria menyukai Sampel 203 karena Sampel 203 memiliki rasa asin gurih.
Rasa asin gurih memberikan kesan bahwa pada makanan tersebut mengandung
daging, yang mana lebih disukai oleh pria. Pria juga cenderung lebih menyukai
makanan dengan rasa asin daripada wanita (Chrisler dan McCreary 2010).
27
Gambar 24 Plot korespondensi antara varian favorit dengan pengalaman membeli
kue
Berdasarkan Gambar 24, terlihat bahwa responden yang pernah membeli
produk kue cenderung lebih menyukai Sampel 203. Sedangkan responden yang
tidak pernah membeli produk kue lebih menyukai sampel 512. Sampel 171 dan
Sampel 411 cenderung tidak disukai baik oleh responden yang pernah maupun
tidak pernah membeli produk kue.
Implikasi Manajerial
Selama ini outlet Alania Chocolava paling sering menjual bolu pisang
varian keju dan original. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap
pemilik Alania Chocolava, diketahui bahwa varian bolu pisang dengan tingkat
penjualan paling tinggi adalah bolu pisang varian keju. Bolu pisang varian
cokelat dan brownies jarang dijual di outlet. Menurut pengamatan yang dilakukan
pihak toko, varian-varian tersebut tidak terlalu diminati oleh konsumen.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa setiap varian
disukai oleh kelompok-kelompok tertentu. Varian cokelat cenderung disukai oleh
pelajar dengan rentang usia 10 – 19 tahun. Varian cokelat juga cenderung unuk
disukai oleh wanita. Varian keju cenderung disukai oleh konsumen dengan
rentang usia 20 – 29, 40 – 49, dan di atas 60 tahun. Varian keju juga cenderung
disukai oleh laki-laki. Varian brownies cenderung disukai oleh konsumen dengan
rentang usia 5 – 9, 30 – 39, dan 50 – 59 tahun.
28
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa konsumen menyukai varianvarian bolu pisang. Namun pada praktiknya varian keju merupakan varian yang
paling sering dibeli oleh konsumen. Varian cokelat umumnya disukai oleh
kalangan remaja, namun pada kenyataannya varian cokelat tidak terlalu laku di
pasaran. Hal ini disebabkan karena remaja cenderung tidak membeli kue sendiri.
Selain itu, bolu pisang yang dijual berukuran besar dan tidak menarik bagi remaja.
Hal itulah yang menyebabkan varian cokelat tidak terlalu memenangkan pasar.
Varian brownies cenderung disukai oleh anak-anak, namun pada kenyataannya
varian brownies tidak terlalu laku di pasaran. Hal ini disebabkan karena
pengambil keputusan pembelian makanan dalam keluarga adalah ibu.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa para ibu cenderung menyukai varian
keju, sehingga varian produk bolu pisang yang terbeli adalah varian keju. Varian
original cenderung tidak terlalu disukai oleh konsumen. Hal ini disebabkan
karena menurut penilaian konsumen, bolu pisang original yang dikeluarkan oleh
Alania Chocolava memiliki rasa dan aroma pisang yang kurang terasa, sehingga
kurang diminati oleh konsumen. Selain itu, bolu pisang original kurang diminati
oleh konsumen dapat disebabkan karena persepsi konsumen yang meyakini bahwa
kue semacam bolu pisang merupakan kue yang kuno, sehingga tidak lagi diminati.
Alania Chocolava perlu untuk terus memperbaiki strategi pemasaran agar
masa perkenalan produk bolu pisang ini tidak terlalu lama. Perbaikan strategi
pemasaran dapat dilakukan dengan melakukan strategi dengan mengembangkan
empat komponen dasar dari bauran pemasaran; yaitu produk, penetapan harga,
penempatan, dan promosi. Dari segi produk dapat dilakukan diferensiasi produk.
Diferensiasi produk dapat dilakukan dengan cara menambah variasi rasa atau
penambahan atribut pelengkap yang dapat membuat penampakan produk menjadi
lebih menarik. Diferensiasi produk juga dapat dilakukan dengan merubah bentuk
dan ukuran bolu pisang yang ada, contohnya menjadi berbentuk seperti cupcake
sehingga lebih diminati oleh kalangan anak-anak, remaja, serta kalangan dewasa.
Penetapan harga yang tepat bagi bolu pisang juga perlu dilakukan. Apabila harga
terlalu mahal sedangkan performa produk tidak sesuai, maka konsumen dapat
dengan mudahnya beralih ke merk lain dengan produk sejenis. Posisi penempatan
produk dalam outlet penjualan juga perlu diperhatikan. Sebagai produk baru,
maka Bolu Pisang Alania Chocolava perlu dikenalkan kepada konsumen. Produk
dapat ditempatkan di posisi depan, atau di dekat kasir outlet sehingga konsumen
berinteraksi dengan pelayan di kasir, konsumen akan melihat produk dan ingin
tahu mengenai produk tersebut. Setiap varian produk dapat dilakukan teknik
promosi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, bagi produk yang digemari oleh
anak-anak, promosi dapat dilakukan dengan target sasaran promosi adalah ibu dari
anak-anak tersebut. Para ibu dapat diberikan stimulus mengenai kandungan gizi
yang baik, rasa yang disukai oleh anak-anak, dan atribut-atribut lainnya sehingga
para ibu mau membeli. Promosi juga dapat dilakukan dengan cara strategi cicip
rasa di outlet penjualan, sehingga konsumen yang mengunjungi outlet menjadi
tahu akan produk tersebut.
29
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa faktor utama yang
mempengaruhi seseorang dalam membeli atau mengkonsumsi produk kue adalah
cita rasa. Selain cita rasa, terdapat faktor kandungan gizi, bentuk/ukuran,
kemasan, dan faktor lain seperti harga dan higienitas. Sedangkan pihak yang
paling berpengaruh dalam keputusan membeli atau mengkonsumsi kue adalah diri
sendiri. Keluarga dan teman dapat menjadi pihak yang berpengaruh namun hanya
sebagai inisiator, influencer, dan user. Pihak lain seperti iklan di media dapat
menjadi pihak yang berpengaruh namun hanya sebagai inisiator dan influencer.
Secara umum konsumen menyukai varian-varian rasa bolu pisang yang
diproduksi oleh Alania Chocolava. Konsumen cenderung lebih menyukai bolu
pisang dengan varian topping yang berbeda-beda dari pada bolu pisang original.
Konsumen juga cenderung lebih menyukai bolu pisang dengan varian lain (seperti
brownies) dari pada bolu pisang original.
Saran
Agar masa perkenalan produk bolu pisang ini berlangsung lebih singkat,
maka perlu dilakukan perbaikan strategi dalam memasarkan produk. Perbaikan
strategi pemasaran dapat dilakukan dengan mengembangkan empat komponen
dasar dari bauran pemasaran; yaitu diferensiasi produk, penetapan harga produk
yang sesuai, strategi penempatan produk di dalam outlet, dan bentuk promosi
produk yang dapat dilakukan.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperluas pangsa
pasar bolu pisang Alania Chocolava. Salah satunya adalah variasi ukuran bolu
pisang sehingga pasarnya dapat lebih luas dan dapat mencakup anak-anak, remaja,
dan dewasa. Selain itu penambahan atribut-atribut sehingga secara visual dapat
menarik perhatian bagi calon pembeli. Selain itu dapat juga dilakukan strategi
cicip rasa dengan cara menyiapkan bolu pisang di kasir toko untuk dicoba oleh
pengunjung toko.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson RE, Black WC, Babin BJ. 2009. Multivariate Data Analysis Seventh
Edition. New Jersey (US) : Prentice Hall, Inc
Assael H. 1992. Consumer Behavior and Marketing Action. New York (US) :
Kent Publishing Company
Bearden WO, Thomas NI, Raymond WL. 2001. Marketing : Principles and
Perspectives. Third Edition. New York (US) : McGraw-Hill Companies
Chrisler JC, McCrea
PRODUK BOLU PISANG (STUDI KASUS PRODUK
BOLU PISANG ALANIA CHOCOLAVA)
GITA HAPSARI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Preferensi
Konsumen terhadap Varian Produk Bolu Pisang (Studi Kasus Produk Bolu Pisang
Alania Chocolava) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Gita Hapsari
NIM F34100109
ABSTRAK
GITA HAPSARI. Studi Preferensi Konsumen terhadap Varian Produk Bolu
Pisang (Studi Kasus Produk Bolu Pisang Alania Chocolava). Dibimbing oleh
LIEN HERLINA
Bolu pisang merupakan produk yang sudah dikenal oleh masyarakat.
Sebagai pemain baru dalam industri bolu pisang, Bolu Pisang Alania Chocolava
perlu melakukan pengembangan agar produk bolu pisang ini dapat bersaing
dengan kompetitor produk sejenis. Pengembangan yang dilakukan berupa
penambahan topping pada bolu pisang, dengan tujuan sebagai alternatif cita rasa
pada bolu pisang. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran preferensi konsumen terhadap varian bolu pisang sehingga dapat
memformulasikan strategi pemasaran bagi produk bolu pisang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor utama seseorang dalam membeli atau mengkonsumsi
produk kue adalah cita rasa, kandungan gizi, bentuk/ukuran, harga, dan aspek
higienis. Beberapa pihak yang mempengaruhi seseorang dalam membeli dan
mengkonsumsi kue adalah diri sendiri, keluarga, teman, dan iklan. Hasil analisis
korespondensi berganda menunjukkan bahwa setiap varian bolu pisang disukai
oleh kelompok tertentu; varian cokelat disukai oleh remaja, varian keju disukai
oleh orang dewasa dan lanjut usia, varian original disukai oleh orang dewasa, dan
varian brownies disukai oleh anak-anak dan dewasa.
Kata kunci : bolu pisang, preferensi konsumen, analisis korespondensi berganda
ABSTRACT
GITA HAPSARI. Consumer Preference Studies on Banana Cake Product Variant
(Case Study of Bolu Pisang Alania Chocolava Product). Supervised by LIEN
HERLINA
Banana cake is a well-known product in the society. As a new producer in
banana cake industries, Bolu Pisang Alania Chocolava needs to make some
improvements so that their products can compete with other competitors on the
same product. Improvements have been done by adding topping on the banana
cake, as an alternative taste of banana cake. The main objective of this research
was to obtain consumer preference on banana cake variant in order to formulate
marketing strategy for banana cake product. The research result shown that main
factors affecting a person in buying or consuming cake products are taste,
nutrition facts, shape/size, price, and hygienic aspect. Some parts affecting a
person in buying or consuming cake products are themselves, families, friends,
and advertisement. Multiple correspondence analysis results shown that each
variant of banana cake are preferred by certain group; chocolate variant preferred
by teenagers, cheese variant preferred by adults and elderly, original variant
preferred by adults, and brownies variant preferred by children and adults.
Keywords : banana cake, consumer preference, multiple correspondence analysis
STUDI PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP VARIAN
PRODUK BOLU PISANG (STUDI KASUS PRODUK
BOLU PISANG ALANIA CHOCOLAVA)
GITA HAPSARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Studi Preferensi Konsumen terhadap Varian Produk Bolu Pisang
(Studi Kasus Produk Bolu Pisang Alania Chocolava)
Nama
: Gita Hapsari
NIM
: F34100109
Disetujui oleh
Ir Lien Herlina, MSc
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
dan limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi berjudul “Studi
Preferensi Konsumen terhadap Varian Produk Bolu Pisang (Studi Kasus Produk
Bolu Pisang Alania Chocolava)” berhasil diselesaikan. Tema yang diangkat
dalam penelitian yang dilaksanakan selama Maret hingga April 2014 ini adalah
mengenai preferensi konsumen.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada:
1. Ir Lien Herlina, MSc, selaku Pembimbing Akademik atas perhatian dan
bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi
2. Dr Ir Meika Syahbana Rusli dan Prof Dr Ir Erliza Hambali, selaku dosen
penguji
3. Prof Dr Ir Erliza Hambali; selaku pemilik Alania Chocolava, atas kesediaan
untuk saya melakukan penelitian terhadap Bolu Pisang Alania Chocolava
4. Kedua orang tua; Bapak Achdijat Ganda dan Ibu Nastiti Kusumorini, serta
adik Giri Rasyidpradana Ganda, yang selalu memberikan dukungan dan
semangat selama ini
5. Febriani Purba, Kiki Amelia Lubis, Giovanni Dwi Atmaja, Hadiwijoyo, dan
Yoga Prasetyo atas semangat, kebersamaan, tawa dan canda yang telah
diberikan.
6. M Wajih Abdul Basit, Nadhira Afina Putri, dan Hernanda Wisnu sebagai
teman sebimbingan yang selalu mendukung satu sama lain
7. Keluarga besar TIN 47 atas kasih sayang dan cerita-cerita indah tak
terlupakan
8. Seluruh responden yang telah membantu dalam melakukan pengumpulan
data, dan
9. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Gita Hapsari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
xi
Latar Belakang
11
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE PENELITIAN
2
Kerangka Pemikiran
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
3
Jenis dan Sumber Data
4
Metode Penarikan Sampel
4
Metode Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Produk Bolu Pisang Alania Chocolava
6
Karakteristik Responden
8
Penilaian Konsumen terhadap Varian Bolu Pisang
11
Preferensi Konsumen terhadap Varian Bolu Pisang
23
Implikasi Manajerial
27
SIMPULAN DAN SARAN
29
Simpulan
29
Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
39
DAFTAR TABEL
1 Kandungan gizi bolu pisang (per sajian 100 g)
2 Jumlah penduduk Kotamadya Bogor menurut kelompok umur dan
jenis kelamin
3 Jumlah responden menurut kelompok umur dan jenis kelamin
4 Populasi vs faktor yang mempengaruhi dalam membeli kue
5 Populasi vs faktor yang mempengaruhi dalam mengkonsumsi kue
6 Populasi vs pihak yang mempengaruhi dalam membeli produk kue
7 Populasi vs pihak yang mempengaruhi dalam mengkonsumsi produk
kue
11
5
5
10
10
11
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kerangka pemikiran
Bolu pisang varian original
Bolu pisang varian keju
Bolu pisang varian brownies
Bolu pisang varian cokelat
Persentase jumlah responden berdasarkan kelompok usia
Presentase jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Presentase jumlah responden berdasarkan pekerjaan
Plot korespondensi antara parameter rasa dengan pengetahuan akan
produk bolu pisang
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan pengetahuan akan
produk bolu pisang
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan
pengetahuan akan produk bolu pisang
Plot korespondensi antara parameter rasa dengan kelompok usia
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan kelompok usia
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan
kelompok usia
Plot korespondensi antara parameter rasa dengan jenis kelamin
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan jenis kelamin
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan jenis
kelamin
Plot korespondensi antara parameter rasa dengan pengalaman
membeli produk kue
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan pengalaman
membeli produk kue
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan
pengalaman membeli produk kue
3
7
7
7
7
8
9
9
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
21 Plot korespondensi antara varian favorit dengan pengetahuan akan
produk bolu pisang
22 Plot korespondensi antara varian favorit dengan kelompok usia
23 Plot korespondensi antara varian favorit dengan jenis kelamin
24 Plot korespondensi antara varian favorit dengan pengalaman membeli
kue
24
25
26
27
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian
2 Perhitungan Jumlah Responden
3 Grafik Analisis Korespondensi Berganda Seluruh Kategori
31
36
38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bolu pisang merupakan salah satu kue yang sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Bahan baku utama bolu pisang adalah pisang, tepung terigu, gula,
telur, dan margarin. Bolu pisang memiliki rasa yang manis serta tekstur yang
lembut dan padat, sehingga produk ini digemari oleh mayoritas masyarakat yang
menggemari makanan manis. Kandungan gizi bolu pisang cukup lengkap, karena
mengandung makronutrien yang diperlukan bagi tubuh. Kandungan gizi bolu
pisang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan gizi bolu pisang (per sajian 100 g)
Informasi gizi
Jumlah
%AKG
Energi total
347 kkal
Lemak
9.82 g
16 %
Protein
6.95 g
12 %
Karbohidrat
57.61 g
19 %
Energi dalam sepotong bolu pisang cukup tinggi sehingga produk ini cocok
bagi masyarakat yang memiliki kesibukan tinggi. Tekstur bolu pisang yang
lembut dan padat membuat produk ini lebih mengenyangkan apabila
dibandingkan dengan kudapan lainnya.
Produk bolu pisang merupakan produk yang telah lama dikenal oleh
masyarakat. Produk ini telah dikenal lama oleh masyarakat Kota Bogor.
Komersialisasi produk bolu pisang yang diketahui dimulai pada tahun 1988, yaitu
produk Bolu Pisang Ibu Onih. Komersialisasi produk bolu pisang ini berlanjut
hingga saat ini banyak produsen yang memproduksi produk bolu pisang.
Banyaknya kompetitor yang memproduksi bolu pisang menyebabkan persaingan
pasar untuk produk bolu pisang menjadi semakin tinggi.
Sebagai pemain baru dalam industri bolu pisang, Bolu Pisang Alania
Chocolava perlu melakukan pengembangan agar produk bolu pisang ini dapat
bersaing dengan kompetitor produk sejenis. Pengembangan terhadap bolu pisang
dilakukan sebagai bentuk variasi, sehingga konsumen memiliki banyak pilihan
dalam menentukan produk bolu pisang yang sesuai dengan ekspektasinya.
Pengembangan yang dapat dilakukan meliputi bentuk bolu pisang (bulat dengan
lubang di tengahnya atau persegi) dan ukuran (besar atau kecil). Pengembangan
produk yang juga dilakukan oleh produsen bolu pisang adalah penambahan
topping pada bolu pisang, dengan tujuan sebagai alternatif cita rasa pada bolu
pisang.
Melihat perkembangan produk bolu pisang, sangat menarik untuk dilakukan
pengkajian yang lebih mendalam terhadap preferensi konsumen terhadap varian
produk Bolu Pisang Alania Chocolava. Informasi tentang preferensi konsumen
terhadap varian produk ini menjadi sangat penting, terutama untuk
memformulasikan strategi pemasaran agar fase perkenalan produk di masyarakat
menjadi lebih singkat. Jika preferensi telah terbentuk dan suatu produk dianggap
baik oleh konsumen, maka konsumen akan melakukan pembelian dan jika
2
konsumen merasa puas dengan produk bolu pisang tersebut, konsumen menjadi
loyal.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Mendapatkan
gambaran segmentasi pasar produk bolu pisang, (2) Mendapatkan gambaran
preferensi konsumen terhadap varian bolu pisang, (3) Mengetahui faktor apa saja
yang mempengaruhi segmentasi pasar dan preferensi konsumen produk bolu
pisang, (4) Formulasi strategi pemasaran bagi produk bolu pisang.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah (1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat
memberikan gambaran mengenai pentingnya mengetahui preferensi konsumen
terhadap suatu produk sebagai langkah untuk menentukan strategi pemasaran
yang tepat bagi produk tersebut, (2) Bagi kalangan akademis, penelitian ini dapat
digunakan sebagai perbandingan mengenai teori strategi pemasaran berdasarkan
preferensi konsumen, (3) Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan
gambaran tentang preferensi konsumen terhadap produk bolu pisang serta
masukan bagi perusahaan mengenai rekomendasi strategi pemasaran yang dapat
dilakukan, (4) Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan tentang penentuan strategi pemasaran berdasarkan preferensi konsumen
yang dapat dimanfaatkan ketika akan mengembangkan usaha atau saat bekerja di
perusahaan.
Ruang Lingkup Penelitian
Produk yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah produk bolu pisang
yang diproduksi oleh Alania Chocolava. Data yang dikumpulkan terkait dengan
preferensi konsumen diambil sendiri oleh peneliti dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada responden yang merupakan representasi konsumen secara
keseluruhan. Lingkup penelitian ini dibatasi pada gambaran preferensi konsumen
terhadap varian bolu pisang, segmentasi pasar produk bolu pisang, dan identifikasi
faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen dan segmentasi pasar produk
bolu pisang.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Sebagai pemain baru dalam industri bolu pisang, Bolu Pisang Alania
Chocolava perlu melakukan pengembangan agar produk bolu pisang ini dapat
3
bersaing dengan kompetitor produk sejenis. Salah satu pengembangan dilakukan
dengan cara menambah varian produk. Informasi tentang preferensi konsumen
terhadap varian produk ini menjadi sangat penting, terutama untuk
memformulasikan strategi pemasaran agar fase perkenalan produk di masyarakat
tidak terlalu lama. Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka pemikiran penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambaran Preferensi
Gambaran Segmentasi
-
Pembeli produk
Konsumen produk
Perilaku pembelian
terhadap produk
-
Kuesioner Preferensi
Kuesioner Segmentasi
-
Analisis deskriptif
Product knowledge
Penilaian produk
(rasa, aroma,
penerimaan umum)
-
Analisis deskriptif
Multiple
correspondence
analysis
Analisis Faktor
-
Gambaran
segmentasi pasar
Gambaran preferensi
konsumen
Pengembangan strategi pemasaran produk bolu pisang
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor dengan fokus utama pada
tempat umum; seperti stasiun Bogor, terminal bus Baranang Siang, lapangan olah
raga Sempur, pasar, dan pusat perbelanjaan. Lokasi ini dipilih secara sengaja
4
dengan mempertimbangkan tempat yang pada umumnya sering dikunjungi oleh
masyarakat Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 37 hari yaitu dari tanggal
13 Maret 2014 hingga 18 April 2014.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara kepada responden dengan
menggunakan kuesioner (Lampiran 1). Data sekunder merupakan pelengkap dari
data primer. Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan
dengan materi penelitian. Studi literatur dilakukan pada perpustakaan, data
perusahaan (gambaran umum perusahaan dan dokumen perusahaan), BPS, jurnal,
buku penelitian, dan buku referensi yang berhubungan dengan materi penelitian
yang dicantumkan dalam daftar pustaka.
Metode Penarikan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk penelitian ini
adalah teknik sampling secara quota sampling. Quota sampling merupakan
prosedur pengambilan sampel secara non-probabilitas yang memastikan bahwa
beragam kelompok dalam suatu populasi akan dapat direpresentasikan dalam
karakteristik yang relevan dengan luasan yang dikehendaki (Zikmund and Babin
2007). Penggunaan teknik pengambilan sampel dengan cara quota sampling
dilakukan karena pada populasi lingkup penelitian; yaitu warga Kotamadya
Bogor, terdapat subpopulasi; yaitu berdasarkan gender dan kelompok umur.
Maka sampel penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Pengambilan sampel
dilakukan secara acak.
Penelitian ini menggunakan rumus Slovin untuk menentukan jumlah
minimal sampel yang dapat menggambarkan serta mewakili data populasi.
....................................................................................................
(1)
Di mana :
n
= jumlah contoh
N
= jumlah populasi
e
= tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (10%)
Berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 10%, maka
didapatkan jumlah responden sebanyak 100 responden dengan perhitungan
sebagai berikut :
Perhitungan jumlah responden dari masing-masing golongan rentang usia
dan gender menggunakan rumus slovin dan berdasarkan data populasi warga
Kotamadya Bogor. Data populasi warga Kotamadya Bogor tahun 2013 dapat
dilihat pada Tabel 2.
5
Tabel 2
Jumlah penduduk Kotamadya Bogor menurut
kelompok umur dan jenis kelamin
Jumlah penduduk
Kelompok umur
Laki-laki Perempuan
Jumlah
0–4
45 257
41 506
86 933
5–9
45 913
43 118
89 031
10 – 19
87 352
85 180
172 532
20 – 29
92 786
89 772
182 558
30 – 39
86 172
81 636
167 808
40 – 49
64 946
61 443
126 389
50 – 59
42 135
39 211
81 346
> 60
29 210
31 761
60 971
Total
493 351
473 627
966 978
(sumber : BPS Kota Bogor 2013)
Digunakan dalam
sampling frame
Berdasarkan Tabel 2 di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui
jumlah responden masing-masing golongan rentang usia dan jenis kelamin agar
respondennya terwakili. Tabel 3 menampilkan hasil perhitungan responden
masing-masing golongan rentang usia dan gender. Detil perhitungan dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Tabel 3 Jumlah responden menurut kelompok umur dan
jenis kelamin
Jumlah responden
Kelompok umur
Laki-laki Perempuan
Jumlah
5–9
5
5
10
10 – 19
10
10
20
20 – 29
11
10
21
30 – 39
10
9
19
40 – 49
7
7
14
50 – 59
5
4
9
> 60
3
4
7
Total
51
49
100
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapat jumlah responden
masing-masing golongan rentang usia dan gender yang digunakan dalam
penelitian ini.
Metode Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif mengacu pada transformasi data mentah ke dalam suatu
bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan (Wibisono 2003). Analisis
deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah
dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Istijanto 2005). Analisis
deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik umum
6
konsumen dan mengetahui proses pengambilan keputusan pembelian produk bolu
pisang melalui perhitungan presentase jawaban responden dalam bentuk tabulasi
sederhana. Analisa deskriptif dapat dirumuskan sebagai berikut.
................................................................................................................... (2)
Di mana :
P
= Persentase responden yang memilih kategori tertentu
n
= Jumlah responden yang memilih kategori tertentu
Σfi
= Total jawaban
Uji Validitas
Uji validitas merupakan pengujian kuesioner yang dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh
responden. Uji validitas dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada tiga
puluh responden dengan kriteria responden adalah orang yang gemar
mengkonsumsi makanan kecil (snack); khususnya produk kue. Uji validitas
dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif.
Uji Preferensi Konsumen (Multiple Correspondence Analysis)
Analisis korespondensi berganda merupakan metode komposisi yang
berdasarkan kategori dari suatu tabel kontingensi untuk memetakan persepsi.
Tiga elemen dasar dari setiap proses pemetaan persepsi adalah mendefinisikan
objek, mendefinisikan ukuran kesamaan dan membangun dimensi perbandingan.
Analisis korespondensi menggunakan salah satu konsep statistik dasar khi-kuadrat
yang digunakan untuk membakukan nilai-nilai frekuensi sel dari tabel kontingensi
dan membentuk dasar untuk hubungan atau kesamaan. Khi-kuadrat merupakan
sebuah nilai ukuran hubungan antara baris dan kolom kategori (Anderson et al,
2009). Keuntungan analisis ini adalah (1) dapat dipresentasikan dalam ruang
persepsi, (2) menampilkan hubungan antara baris, kolom, dan kategori, (3)
memberikan tampilan gabungan dari baris dan kolom dan kategori dalam dimensi
yang sama (Greenacre 2010).
Matriks korespondensi (P) didefinisikan sebagai matriks dari frekuensi
relatif pada tabel kontingensi yang berukuran axb
............................................................................................. (3)
di mana
.................................................................................................... (4)
merupakan total frekuensi dari matriks X.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk Bolu Pisang Alania Chocolava
Alania Chocolava didirikan pada tanggal 01 Mei 2011 di Kota Bogor
dengan produk utama berupa produk olahan kakao; seperti minuman cokelat,
chocolate bar (milk chocolate dan dark chocolate), keeping cokelat, permen
cokelat, wafer, biskuit, dan produk berbasis cokelat lainnya. Produk lain yang
7
sedang dikembangkan oleh Alania Chocolava adalah Bolu Pisang Alania. Saat ini
Alania Chocolava telah mengeluarkan empat varian rasa; yaitu Original (Gambar
2), Keju (Gambar 3), Brownies (Gambar 4), dan Cokelat (Gambar 5).
Gambar 2 Bolu pisang varian original
Gambar 3 Bolu pisang varian keju
Gambar 4 Bolu pisang varian brownies
Gambar 5 Bolu pisang varian cokelat
Produk bolu pisang Alania Chocolava memposisikan dirinya sebagai sarapan pagi
sehat, bernutrisi, enak, dan mengenyangkan. Selain itu produk ini juga
8
memposisikan dirinya sebagai oleh-oleh kuliner baru dari Kota Bogor. Produk ini
memiliki tag line yaitu “Terasa Pisangnya, Harum Aromanya”.
Karakteristik Responden
Kuesioner ini menggunakan sampel dengan jumlah seratus responden yang
berdomisili di wilayah Kota Bogor. Kriteria responden yang diperlukan adalah
responden yang gemar mengkonsumsi makanan kecil (snack) dan gemar
mengkonsumsi kue. Hal ini berkaitan dengan persepsi konsumen terhadap produk
kue. Setiadi (2010) menyatakan bahwa persepsi konsumen terhadap suatu objek
akan berbeda-beda sehingga persepsi memiliki nilai subjektif. Apabila responden
terpilih adalah seorang yang tidak menyukai produk kue maka penilaian yang
akan diberikan responden tersebut adalah tidak suka terhadap semua sampel dan
gambaran preferensi tidak akan terlihat.
Hasil pengolahan data kuesioner dikelompokkan berdasarkan beberapa
kategori; yaitu (1) pengetahuan terhadap produk bolu pisang, (2) usia, (3) jenis
kelamin, dan (4) pengalaman membeli kue.
Hasil pengolahan data terhadap pengetahuan mengenai bolu pisang
menunjukkan bahwa sebanyak 81% responden mengetahui produk bolu pisang
dan sebanyak 19% tidak mengetahui produk bolu pisang. Hal ini menunjukkan
bahwa produk bolu pisang sudah lama dikenal di kalangan masyarakat.
Gambar 6 Persentase jumlah responden berdasarkan kelompok usia
Gambar 6 menunjukkan hasil pengolahan data kuesioner terhadap kelompok
usia. Berdasarkan data tersebut diperoleh bahwa mayoritas responden berada
dalam rentang usia 10 – 19 tahun (21%), sedangkan presentase responden terkecil
berada dalam rentang usia di atas 60 tahun. Berdasarkan data tersebut terlihat
tidak ada kelompok usia 0 – 4 tahun. Hal ini disebabkan karena pada umumnya
manusia mulai menunjukkan keputusan yang terkait dengan preferensinya pada
rentang usia pra sekolah (Pratitasari 2010).
Hasil pengolahan data kuesioner terhadap jenis kelamin menunjukkan
bahwa 51% responden yang terjaring berjenis kelamin laki-laki dan 49%
responden yang terjaring berjenis kelamin perempuan.
9
Gambar 7 Presentase jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Gambar 7 menunjukkan hasil pengolahan data kuesioner terhadap tingkat
pendidikan. Hasil pengolahan data kuesioner terhadap tingkat pendidikan
menunjukkan bahwa mayoritas responden yang terjaring dalam penelitian ini
merupakan seseorang yang sedang menjalani pendidikan SMA atau seorang
lulusan SMA (37%). Presentase responden terkecil adalah responden dengan
tingkat pendidikan Master dan Doktor, dengan masing-masing presentase sebesar
2%.
Gambar 8 Presentase jumlah responden berdasarkan pekerjaan
Gambar 8 menunjukkan hasil pengolahan data kuesioner terhadap
pekerjaan. Hasil pengolahan data kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas
responden yang terjaring dalam penelitian ini berprofesi sebagai pelajar (37%).
Hal ini disebabkan karena jumlah responden terbanyak berasal dari kelompok usia
10 – 19 tahun yang pada umumnya masih menjalani pendidikan sekolah dasar
maupun sekolah menengah.
Berdasarkan hasil survei; sebanyak 91% responden mengaku pernah
membeli produk kue. sebanyak 9% responden mengaku tidak pernah membeli
produk kue. Jumlah responden yang secara teratur membeli kue sebanyak 13%
dari responden yang mengaku pernah membeli kue. Jumlah responden yang
10
membeli kue hanya ketika diinginkan sebanyak 87% dari responden yang
mengaku membeli produk kue.
Tabel 4 Populasi vs faktor yang mempengaruhi dalam membeli kue
Faktor dalam membeli produk kue
Kategori Basis
Cita
Kandungan
Bentuk/ukuran
Kemasan
Lainnya
rasa
gizi
Pernah
membeli 91% 89.01%
19.78%
23.08%
53.85%
6.59%
kue
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa faktor yang mempengaruhi dalam
pembelian produk kue adalah cita rasa (89.01%). Hal ini menunjukkan bahwa
persepsi konsumen terhadap rasa suatu produk dapat menentukan keputusan
pembelian di waktu yang akan datang. Sebanyak 6.59% responden yang memilih
faktor lainnya sebagai pertimbangan dalam membeli produk kue; yaitu faktor
harga dan aspek higienis.
Tabel 5 Populasi vs faktor yang mempengaruhi dalam mengkonsumsi kue
Faktor dalam mengkonsumsi produk kue
Kategori Basis
Cita
Kandungan
Bentuk/ukuran Kemasan
Lainnya
rasa
gizi
Tidak
9% 100%
11.11%
22.22%
11.11%
0.00%
pernah
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa faktor yang mempengaruhi dalam
mengkonsumsi produk kue adalah cita rasa (100%). Hal ini menunjukkan bahwa
persepsi konsumen terhadap rasa suatu produk dapat menentukan keputusan
konsumen untuk mengkonsumsi kembali produk kue tersebut di waktu yang akan
datang. Faktor ini juga dapat menstimulasi konsumen untuk melakukan
pembelian di waktu yang akan datang.
Berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5, terlihat bahwa faktor utama baik dalam
membeli kue maupun mengkonsumsi kue adalah cita rasa. Selain cita rasa juga
terdapat faktor sensoris lain seperti bentuk dan ukuran kue serta kemasan kue
tersebut. Setiadi (2010) menyatakan bahwa faktor sensoris seperti bentuk, warna,
dan rasa merupakan salah satu karakteristik stimulus yang dapat mempengaruhi
persepsi konsumen terhadap produk kue. Selain faktor cita rasa, bentuk/ukuran,
dan kemasan, terdapat faktor kandungan gizi yang mempengaruhi dalam
pembelian maupun konsumsi produk kue. Hal ini disebabkan karena persepsi
konsumen terhadap kualitas, apabila semakin baik kualitas suatu produk maka
semakin baik pula produk tersebut terdefinisi dalam persepsi konsumen (Bearden
2001). Apabila kandungan gizi produk kue semakin lengkap maka persepsi
konsumen akan produk kue tersebut semakin kuat dan konsumen akan cenderung
untuk memilih produk kue tersebut.
11
Tabel 6 Populasi vs pihak yang mempengaruhi dalam membeli produk kue
Pihak yang mempengaruhi dalam membeli produk
kue
Kategori
Basis
Diri sendiri Teman
Keluarga
Lainnya
Pernah
91%
71.43% 32.97%
54.95%
4.40%
membeli kue
Tabel 7 Populasi vs pihak yang mempengaruhi dalam mengkonsumsi produk kue
Pihak yang mempengaruhi dalam
membeli/memilih produk kue
Kategori
Basis
Diri sendiri Teman
Keluarga
Lainnya
Tidak pernah
9%
88.89% 66.67%
88.89%
0.00%
Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 terlihat bahwa mayoritas responden
mengatakan bahwa pihak yang mempengaruhi dalam pembelian produk kue
adalah diri sendiri, kemudian keluarga, selanjutnya teman, dan pihak lainnya.
Kotler (2000) menyatakan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam keputusan
pembelian antara lain adalah pengambil inisiatif (inisiator), orang yang
mempengaruhi (influencer), pengambil keputusan (decision taker), pembeli
(buyer), dan pemakai (user). Diri sendiri pada kasus pengambilan keputusan
dalam mengkonsumsi kue dapat bertindak sebagai inisiator, influencer, decision
taker, dan user.
Keluarga dan teman pada keputusan pembelian atau
mengkonsumsi produk kue dapat bertindak sebagai inisiator, influencer, dan user.
Faktor lainnya yang dipilih dalam keputusan pembelian atau mengkonsumsi
produk kue adalah iklan. Iklan pada keputusan pembelian atau mengkonsumsi
produk kue dapat bertindak sebagai inisiator dan influencer.
Penilaian Konsumen terhadap Varian Bolu Pisang
Penilaian konsumen terhadap varian bolu pisang dilakukan dengan
menggunakan analisis korespondensi berganda antara salah satu sampel dengan
setiap kategori. Berdasarkan plot tersebut dapat terlihat penilaian responden
terhadap sampel tersebut. Penilaian terhadap sampel terdiri atas tiga parameter;
yaitu parameter rasa, aroma, dan penerimaan umum. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah Sampel 171 (varian cokelat), Sampel 203 (varian keju),
Sampel 411 (varian original), dan Sampel 512 (varian brownies).
12
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 9 Plot korespondensi antara parameter rasa dengan pengetahuan
akan produk bolu pisang
Berdasarkan Gambar 9, terlihat bahwa responden yang mengetahui produk
bolu pisang cenderung suka dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512.
Responden yang mengetahui produk bolu pisang cenderung tidak menyukai
Sampel 411. Responden yang tidak mengetahui produk bolu pisang cenderung
menyukai keempat sampel.
13
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
Gambar 10
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan
pengetahuan akan produk bolu pisang
Berdasarkan Gambar 10, terlihat bahwa responden yang mengetahui produk
bolu pisang cenderung suka dengan Sampel 512. Responden yang mengetahui
produk bolu pisang cenderung tidak menyukai Sampel 171, Sampel 203, dan
Sampel 411. Responden yang tidak mengetahui produk bolu pisang cenderung
menyukai keempat sampel.
14
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
Gambar 11
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan
pengetahuan akan produk bolu pisang
Berdasarkan Gambar 11, terlihat bahwa responden yang mengetahui produk
bolu pisang cenderung suka dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512.
Responden yang mengetahui produk bolu pisang cenderung tidak menyukai
Sampel 411. Responden yang tidak mengetahui produk bolu pisang cenderung
menyukai keempat sampel.
15
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 12 Plot korespondensi antara parameter rasa dengan kelompok usia
Berdasarkan Gambar 12, terlihat bahwa setiap kelompok usia memiliki
penilaian yang berbeda terhadap seluruh sampel. Kelompok usia 5 – 9 tahun
cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 10 – 19 tahun sangat suka
dengan Sampel 171, Sampel 203, Sampel 512, dan Sampel 411. Kelompok usia
20 – 29 tahun cenderung menyukai dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel
512; namun tidak menyukai Sampel 411. Kelompok usia 30 – 39 tahun
cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 40 – 49 tahun cenderung
menyukai dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512; namun tidak
menyukai Sampel 411. Kelompok usia 50 – 59 tahun cenderung menyukai
keempat sampel. Kelompok usia di atas 60 tahun cenderung menyukai dengan
Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512; namun tidak menyukai Sampel 411.
16
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 13 Plot korespondensi antara parameter aroma dengan kelompok usia
Berdasarkan Gambar 13, terlihat bahwa kelompok usia 5 – 9 tahun
cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 10 – 19 tahun sangat suka
dengan Sampel 171 dan Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel 203 dan
Sampel 411. Kelompok usia 20 – 29 tahun cenderung menyukai Sampel 171 dan
Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel 203 dan Sampel 411. Kelompok usia
30 – 39 tahun cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 40 – 49
tahun cenderung menyukai Sampel 171 dan Sampel 512; serta tidak menyukai
Sampel 203 dan Sampel 411. Kelompok usia 50 – 59 tahun cenderung menyukai
keempat sampel. Kelompok usia di atas 60 tahun cenderung menyukai Sampel
171 dan Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel 203 dan Sampel 411.
17
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 14 Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum
dengan kelompok usia
Berdasarkan Gambar 14, terlihat bahwa kelompok usia 5 – 9 tahun
cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 10 – 19 tahun sangat suka
dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel
411. Kelompok usia 20 – 29 tahun cenderung menyukai dengan Sampel 171,
Sampel 203, dan Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel 411. Kelompok usia
30 – 39 tahun cenderung menyukai keempat sampel. Kelompok usia 40 – 49
tahun cenderung menyukai dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512;
serta tidak menyukai Sampel 411. Kelompok usia 50 – 59 tahun cenderung
menyukai keempat sampel. Kelompok usia di atas 60 tahun cenderung menyukai
dengan Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512; serta tidak menyukai Sampel
411.
18
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 15 Plot korespondensi antara parameter rasa dengan jenis kelamin
19
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 16 Plot korespondensi antara parameter aroma dengan jenis kelamin
20
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Gambar 17 Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan jenis
kelamin
Berdasarkan Gambar 15, terlihat bahwa pria cenderung menyukai keempat
sampel.
Wanita juga cenderung menyukai keempat sampel berdasarkan
parameter rasa. Berdasarkan Gambar 16, terlihat bahwa baik pria maupun wanita
cenderung menyukai Sampel 171, Sampel 203, dan Sampel 512; namun tidak
menyukai Sampel 411. Berdasarkan Gambar 17, terlihat bahwa pria cenderung
menyukai keempat sampel. Wanita cenderung menyukai Sampel 171, Sampel
203, dan Sampel 512; namun tidak menyukai Sampel 411.
21
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
Gambar 18
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Plot korespondensi antara parameter rasa dengan pengalaman
membeli produk kue
22
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
Gambar 19
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Plot korespondensi antara parameter aroma dengan pengalaman
membeli produk kue
23
Keterangan
:
171 – TS : Sampel 171, tidak suka
171 – S : Sampel 171, suka
171 – SS : Sampel 171, sangat suka
203 – TS : Sampel 203, tidak suka
203 – S : Sampel 203, suka
203 – SS : Sampel 203, sangat suka
Gambar 20
411 – TS
411 – S
411 – SS
512 – TS
512 – S
512 – SS
: Sampel 411, tidak suka
: Sampel 411, suka
: Sampel 411, sangat suka
: Sampel 512, tidak suka
: Sampel 512, suka
: Sampel 512, sangat suka
Plot korespondensi antara parameter penerimaan umum dengan
pengalaman membeli produk kue
Berdasarkan Gambar 18, terlihat bahwa baik responden yang pernah
membeli kue maupun responden yang tidak pernah membeli kue
cenderungmenyukai keempat sampel. Responden yang tidak pernah membeli kue
cenderung menyukai keempat sampel dari segi rasa. Berdasarkan aspek aroma
(Gambar 19), terlihat bahwa responden yang pernah membeli kue cenderung suka
dengan Sampel 171 dan Sampel 512; namun tidak menyukai Sampel 203 dan
Sampel 411. Responden yang tidak pernah membeli kue cenderung menyukai
keempat sampel. Berdasarkan aspek penerimaan umum (Gambar 20), terlihat
bahwa responden yang pernah membeli kue cenderung suka dengan Sampel 171,
Sampel 203, dan Sampel 512; namun tidak menyukai Sampel 411. Responden
yang tidak pernah membeli kue cenderung menyukai keempat sampel.
Preferensi Konsumen terhadap Varian Bolu Pisang
Preferensi merupakan gambaran sikap seseorang yang ditunjukkan dengan
derajat kesukaan terhadap suatu jenis produk (Sanjur 1982). Menurut Assael
(1992) preferensi merupakan kesan yang mengarah pada pemahaman dan ingatan
sehingga terbentuk persepsi serta tersimpan dan melekat dalam pikiran konsumen.
Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda–beda terhadap obyek rangsangan
24
yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh penerimaan ransangan, perubahan makna
informasi, dan pengingatan sesuatu secara selektif. Sementara Engel et al. (1998)
mendefinisikan preferensi adalah evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang
memiliki respon dengan cara menguntungkan atau tidak. Mowen dan Minor
(1999) mengatakan bahwa teori preferensi mempunyai implikasi kuat dan banyak
dipakai dalam menjelaskan perilaku konsumen.
Preferensi konsumen terhadap varian bolu pisang dilakukan dengan
menggunakan analisis korespondensi berganda antara semua sampel dengan
setiap kategori (Lampiran 3). Berdasarkan plot tersebut dapat terlihat varian bolu
pisang manakah yang paling disukai berdasarkan kategorinya.
Gambar 21 Plot korespondensi antara varian favorit dengan pengetahuan
akan produk bolu pisang
Berdasarkan Gambar 21, terlihat bahwa responden yang mengetahui produk
bolu pisang cenderung lebih menyukai Sampel 203. Sedangkan responden yang
tidak mengetahui tentang produk bolu pisang lebih menyukai sampel 512 dan 203.
Sampel 171 dan Sampel 411 cenderung tidak disukai baik oleh responden yang
tahu maupun tidak tahu mengenai produk bolu pisang.
25
Gambar 22 Plot korespondensi antara varian favorit dengan kelompok usia
Berdasarkan Gambar 22, terlihat bahwa setiap kelompok usia memiliki
kesukaan yang berbeda. Namun terdapat beberapa kelompok usia yang memiliki
kesukaan yang sama. Sampel 171 cenderung disukai oleh kelompok usia 10 – 19
tahun. Sampel 203 cenderung lebih disukai oleh kelompok usia 20 – 29 tahun,
kelompok usia 40 – 49 tahun, dan kelompok usia di atas 60 tahun. Sampel 411
cenderung tidak disukai oleh semua kelompok umur. Sampel 512 cenderung
disukai oleh kelompok usia 5 – 9 tahun, kelompok usia 30 – 39 tahun, dan
kelompok usia 50 – 59 tahun. Seiring bertambahnya usia seseorang dan seiring
banyaknya variasi makanan yang telah dicoba selama hidupnya, preferensi rasa
dapat terus berubah. Orang yang lebih muda cenderung lebih menyukai makanan
dengan intensitas asin atau manis yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang lebih tua (Wansink et al 2003).
26
Gambar 23 Plot korespondensi antara varian favorit dengan jenis kelamin
Berdasarkan Gambar 23, terlihat bahwa setiap jenis kelamin memiliki
kesukaan yang berbeda. Wanita cenderung menyukai Sampel 171, sedangkan
pria cenderung menyukai Sampel 203. Seperti halnya usia, jenis kelamin
memiliki peranan dalam preferensi konsumen. Wanita menyukai Sampel 171
karena Sampel 171 memiliki rasa manis. Makanan manis mengandung gula
sebagai komponen pembentuk karbohidrat. Selain itu, wanita memang lebih
cenderung untuk mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah sedikit (Terakes
2008). Pria menyukai Sampel 203 karena Sampel 203 memiliki rasa asin gurih.
Rasa asin gurih memberikan kesan bahwa pada makanan tersebut mengandung
daging, yang mana lebih disukai oleh pria. Pria juga cenderung lebih menyukai
makanan dengan rasa asin daripada wanita (Chrisler dan McCreary 2010).
27
Gambar 24 Plot korespondensi antara varian favorit dengan pengalaman membeli
kue
Berdasarkan Gambar 24, terlihat bahwa responden yang pernah membeli
produk kue cenderung lebih menyukai Sampel 203. Sedangkan responden yang
tidak pernah membeli produk kue lebih menyukai sampel 512. Sampel 171 dan
Sampel 411 cenderung tidak disukai baik oleh responden yang pernah maupun
tidak pernah membeli produk kue.
Implikasi Manajerial
Selama ini outlet Alania Chocolava paling sering menjual bolu pisang
varian keju dan original. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap
pemilik Alania Chocolava, diketahui bahwa varian bolu pisang dengan tingkat
penjualan paling tinggi adalah bolu pisang varian keju. Bolu pisang varian
cokelat dan brownies jarang dijual di outlet. Menurut pengamatan yang dilakukan
pihak toko, varian-varian tersebut tidak terlalu diminati oleh konsumen.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa setiap varian
disukai oleh kelompok-kelompok tertentu. Varian cokelat cenderung disukai oleh
pelajar dengan rentang usia 10 – 19 tahun. Varian cokelat juga cenderung unuk
disukai oleh wanita. Varian keju cenderung disukai oleh konsumen dengan
rentang usia 20 – 29, 40 – 49, dan di atas 60 tahun. Varian keju juga cenderung
disukai oleh laki-laki. Varian brownies cenderung disukai oleh konsumen dengan
rentang usia 5 – 9, 30 – 39, dan 50 – 59 tahun.
28
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa konsumen menyukai varianvarian bolu pisang. Namun pada praktiknya varian keju merupakan varian yang
paling sering dibeli oleh konsumen. Varian cokelat umumnya disukai oleh
kalangan remaja, namun pada kenyataannya varian cokelat tidak terlalu laku di
pasaran. Hal ini disebabkan karena remaja cenderung tidak membeli kue sendiri.
Selain itu, bolu pisang yang dijual berukuran besar dan tidak menarik bagi remaja.
Hal itulah yang menyebabkan varian cokelat tidak terlalu memenangkan pasar.
Varian brownies cenderung disukai oleh anak-anak, namun pada kenyataannya
varian brownies tidak terlalu laku di pasaran. Hal ini disebabkan karena
pengambil keputusan pembelian makanan dalam keluarga adalah ibu.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa para ibu cenderung menyukai varian
keju, sehingga varian produk bolu pisang yang terbeli adalah varian keju. Varian
original cenderung tidak terlalu disukai oleh konsumen. Hal ini disebabkan
karena menurut penilaian konsumen, bolu pisang original yang dikeluarkan oleh
Alania Chocolava memiliki rasa dan aroma pisang yang kurang terasa, sehingga
kurang diminati oleh konsumen. Selain itu, bolu pisang original kurang diminati
oleh konsumen dapat disebabkan karena persepsi konsumen yang meyakini bahwa
kue semacam bolu pisang merupakan kue yang kuno, sehingga tidak lagi diminati.
Alania Chocolava perlu untuk terus memperbaiki strategi pemasaran agar
masa perkenalan produk bolu pisang ini tidak terlalu lama. Perbaikan strategi
pemasaran dapat dilakukan dengan melakukan strategi dengan mengembangkan
empat komponen dasar dari bauran pemasaran; yaitu produk, penetapan harga,
penempatan, dan promosi. Dari segi produk dapat dilakukan diferensiasi produk.
Diferensiasi produk dapat dilakukan dengan cara menambah variasi rasa atau
penambahan atribut pelengkap yang dapat membuat penampakan produk menjadi
lebih menarik. Diferensiasi produk juga dapat dilakukan dengan merubah bentuk
dan ukuran bolu pisang yang ada, contohnya menjadi berbentuk seperti cupcake
sehingga lebih diminati oleh kalangan anak-anak, remaja, serta kalangan dewasa.
Penetapan harga yang tepat bagi bolu pisang juga perlu dilakukan. Apabila harga
terlalu mahal sedangkan performa produk tidak sesuai, maka konsumen dapat
dengan mudahnya beralih ke merk lain dengan produk sejenis. Posisi penempatan
produk dalam outlet penjualan juga perlu diperhatikan. Sebagai produk baru,
maka Bolu Pisang Alania Chocolava perlu dikenalkan kepada konsumen. Produk
dapat ditempatkan di posisi depan, atau di dekat kasir outlet sehingga konsumen
berinteraksi dengan pelayan di kasir, konsumen akan melihat produk dan ingin
tahu mengenai produk tersebut. Setiap varian produk dapat dilakukan teknik
promosi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, bagi produk yang digemari oleh
anak-anak, promosi dapat dilakukan dengan target sasaran promosi adalah ibu dari
anak-anak tersebut. Para ibu dapat diberikan stimulus mengenai kandungan gizi
yang baik, rasa yang disukai oleh anak-anak, dan atribut-atribut lainnya sehingga
para ibu mau membeli. Promosi juga dapat dilakukan dengan cara strategi cicip
rasa di outlet penjualan, sehingga konsumen yang mengunjungi outlet menjadi
tahu akan produk tersebut.
29
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa faktor utama yang
mempengaruhi seseorang dalam membeli atau mengkonsumsi produk kue adalah
cita rasa. Selain cita rasa, terdapat faktor kandungan gizi, bentuk/ukuran,
kemasan, dan faktor lain seperti harga dan higienitas. Sedangkan pihak yang
paling berpengaruh dalam keputusan membeli atau mengkonsumsi kue adalah diri
sendiri. Keluarga dan teman dapat menjadi pihak yang berpengaruh namun hanya
sebagai inisiator, influencer, dan user. Pihak lain seperti iklan di media dapat
menjadi pihak yang berpengaruh namun hanya sebagai inisiator dan influencer.
Secara umum konsumen menyukai varian-varian rasa bolu pisang yang
diproduksi oleh Alania Chocolava. Konsumen cenderung lebih menyukai bolu
pisang dengan varian topping yang berbeda-beda dari pada bolu pisang original.
Konsumen juga cenderung lebih menyukai bolu pisang dengan varian lain (seperti
brownies) dari pada bolu pisang original.
Saran
Agar masa perkenalan produk bolu pisang ini berlangsung lebih singkat,
maka perlu dilakukan perbaikan strategi dalam memasarkan produk. Perbaikan
strategi pemasaran dapat dilakukan dengan mengembangkan empat komponen
dasar dari bauran pemasaran; yaitu diferensiasi produk, penetapan harga produk
yang sesuai, strategi penempatan produk di dalam outlet, dan bentuk promosi
produk yang dapat dilakukan.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperluas pangsa
pasar bolu pisang Alania Chocolava. Salah satunya adalah variasi ukuran bolu
pisang sehingga pasarnya dapat lebih luas dan dapat mencakup anak-anak, remaja,
dan dewasa. Selain itu penambahan atribut-atribut sehingga secara visual dapat
menarik perhatian bagi calon pembeli. Selain itu dapat juga dilakukan strategi
cicip rasa dengan cara menyiapkan bolu pisang di kasir toko untuk dicoba oleh
pengunjung toko.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson RE, Black WC, Babin BJ. 2009. Multivariate Data Analysis Seventh
Edition. New Jersey (US) : Prentice Hall, Inc
Assael H. 1992. Consumer Behavior and Marketing Action. New York (US) :
Kent Publishing Company
Bearden WO, Thomas NI, Raymond WL. 2001. Marketing : Principles and
Perspectives. Third Edition. New York (US) : McGraw-Hill Companies
Chrisler JC, McCrea