Perilaku Pelajar Terhadap Lingkungan. (Studi Kasus Pendidikan Menengah Di Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor).

ANALISIS PERILAKU PELAJAR TERHADAP LINGKUNGAN
Studi Kasus : Pendidikan Menengah di Kecamatan Parung,
Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor

BARKATIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Perilaku Pelajar
Terhadap Lingkungan (Studi Kasus: Pendidikan Menengah di Kecamatan Parung,
Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 15 Oktober 2016
Barkatin
NRP P052130851

1

2

3

RINGKASAN
BARKATIN. Perilaku Pelajar Terhadap Lingkungan. (Studi Kasus Pendidikan
Menengah di Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Gunung
Sindur Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh LAILAN SYAUFINA dan HARI
WIJAYANTO.
Salah satu penyebab masalah lingkungan di Indonesia adalah faktor manusia
terutama perilaku manusia. Pelajar sebagai generasi manusia yang memiliki

peranan penting terhadap kesadaran lingkungan di sekolahnya. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi intensi perilaku pelajar terhadap perilaku lingkungan
hidup antara lain lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan
keluarga, sikap, norma subjektif. Intensi perilaku mempengaruhi bagaimana
perilaku pelajar terhadap lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisa hubungan antara lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
lingkungan sekolah, sikap, norma subjektif, persepsi secara langsung maupun
tidak langsung terhadap intensi dan menganalisa hubungan antara intensi perilaku
pelajar sekolah menengah di Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng dan
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor terhadap lingkungan serta strategi
yang dikembangkan sekolah berkaitan dengan lingkungan hidup. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode
survey dan model penelitian yang digunakan adalah model penelitian deskriptif
dan eksplanasi. Kuisioner penelitian di uji validitas dan reliabilitas menggunakan
SPSS 16.00. Perilaku diukur dengan analisis Structural Equation Modeling
(SEM) menggunakan softwer LISREL 8.8. Analisa Strength, Weakness,
Opportunities, Treaths (SWOT) digunakan untuk merumuskan strategi yang
dikembangkan berkaitan dengan lingkungan hidup. Dari uji validitas product
momentkuisioner diperoleh variabel lingkungan keluarga LK4, LK5, LK6, LK7
tidak reliabel. Analisa Structural Equation Modeling (SEM) menunjukkan

variabel yang berpengaruh intensi perilaku (IP) adalah pertama Norma Subjektif
(NS) dengan loading faktor sebesar 0.31, kedua Persepsi (P) dengan loading
faktor sebesar 0.28, ketiga lingkungan sekolah (LS) dengan loading faktor sebesar
0.27, keempat sikap (S) dengan loading faktor sebesar 0.19, kelima lingkungan
keluarga (LK) dengan loading faktor sebesar 0.05, keenam lingkungan masyarakat
(LM) dengan loading faktor sebesar – 0.02. Analisa Strengths, Weakness,
Opportunities, Treaths (SWOT) menunjukkan bahwa posisi sekolah menengah
yang ada di Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung
Sindur berada pada sel 4 dengan nilai terbobot total Internal Strategic Factors
Analysis Summary (IFAS) 3.09 dan External Strategic Factors Analysis Summary
(EFAS) 2.98. Sedangkan nilai terbobot total validitas Internal Strategic Factors
Analysis Summary (IFAS) adalah 2.58 dan External Strategic Factors Analysis
Summary (EFAS) 2.48 terletak pada sel 5. Strategi yang rumuskan dengan
mengenalkan sekolah berbudaya lingkungan atau sekolah hijau ke sekolahsekolah umum dan masyarakat.
Kata Kunci : Pendidikan lingkungan, perilaku pelajar, SEM, SWOT.

4

SUMMARY
BARKATIN. Students Behavior Analysis towards Environment

A Case Study : Senior High Schools in Sub district of Parung, Sub district of
Ciseeng, Sub district of Gunung Sindur Bogor Regency Supervised by LAILAN
SYAUFINA and HARI WIJAYANTO.
One of the causes of environmental problem in Indonesia is human factor,
especially human behavior. Students as young generation play very important role
on the awareness of environmental condition at school. There are several factors
that influence the behavior intention towards environmental behavior of students,
including the school environment, community environment, family environment,
perception, attitude, subjective norm. Behavior intention affects how attitude of
students on the environment. This study aimed to 1) analyze the influence of
environmental of school, communities, families, perceptions, attitudes, subjective
norm variable to the intention of behavior, 2) analyze the relationship between the
intention of behavior to the behavior of students on the environment and 3)
formulate strategies to be developed in the schools with regard to the
environmental life. The research was qualitative and quantitative research. The
research methode was survey methode and the research model was descriptive
research and explanation. The analysis Structural Equation Modeling(SEM) using
softwer LISREL 8.8 for behavior measurement. The Strengths, Weakness,
Opportunities, Treaths(SWOT) analysis used to formulated strategies to be
developed in the schools with regard to the environmental life. Research

quisionnairewas tested by SPSS 16.00 for validity and reliability test. The result
of validity test quisionnaire product moment showed that family environment
variable (LK4, LK5, LK6, LK7) variabel wasn’t reliable. The Structural Equation
Modeling(SEM) analysis showed that the intention of behavior was influenced by
1) subjektive norm with loading factor of 0.31, 2) perseption with loading factor
of 0.28, 3) school environment with loading factor of 0.27, 4) attitude with
loading factor of 0.19, 5) family environment with loading factor of 0.05, 6)
community environment with loading factor of-0.02. The Strengths, Weakness,
Opportunities, Treaths (SWOT) analisys showed that senior high school in sub
districts Parung, Ciseeng, Gunung Sindur of Bogor Regency was in 4 cell
(Growth) with IFAS is 3.09 and EFAS 2.98. While Internal strategic Factors
Analysis Summary (IFAS) validity is 2.58 and External Strategic Factors Analysis
Summary (EFAS) 2.48 was in 5 cell (Growth/Stability). Strategy formulated by
the study is introduction of environmental culture school or green school to
schools commons and communities.
Key Words : Environmental Education, Student Behavior, SEM, SWOT.

i

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

2

3

ANALISIS PERILAKU PELAJAR TERHADAP
LINGKUNGAN
(Studi Kasus: Pendidikan Menengah di Kecamatan Parung,
Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor)

BARKATIN


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

4

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Siti Badriyah, MSi

5

6


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tema yang dipilih
dalam tesis ini adalah Analisis Perilaku Pelajar Terhadap Lingkungan (Studi
Kasus: PendidikanMenengah di Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng dan
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Lailan Syaufina, MSc dan
Bapak Dr Ir Hari Wijayanto, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberi pengetahuan dan saran dalam penulisan tesis ini serta kepada ibu Dr Ir
Siti Badriyah, MSi selaku dosen penguji pada ujian tertutup. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Sekolah sampel yang telah
membantu selama pelaksanaan penelitian.
Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya disampaikan
kepada orang tua dan seluruh keluarga besar penulis atas segala doa dan motivasi
yang di berikan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada
pimpinan Man’haj Darul Muttaqien Parung Bogor dan teman-teman di TMI
(Tarbiyatul Mu’alimin Al Islamiyah) Man’haj Darul Muttaqien, pimpinan
Man’haj Al Qur’anNurul Huda Assyuriyah dan Nurul Amanah Bojongsari Depok
dan teman-teman di TMI (Tarbiyatul Mu’alimin Al Islamiyah) Man’haj Nurul

Amanah Bojongsari Depok serta pimpinan Yayasan Pendidikan Islam Al Farabi
Kemang Bogor dan Teman-teman di MTs Al Farabi atas segala bantuannya.

Bogor, Oktober 2016
Barkatin

7

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR

xv

DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
KerangkaPemikiran
Manfaat Penelitian

xvi
1
1
4
5
5
6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku
Lingkungan Sekolah
Lingkungan Keluarga
Lingkungan Masyarakat
Sikap
PemodelanPersamaanStruktural

Penelitian- PenelitianTentang Pendidikandan Lingkungan

7
7
9
10
12
12
14
15

3 METODE PENELITIAN
TempatdanWaktu Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Metodologi
Populasidan Subjek Penelitian
Sumber Data, Analisa Instrument, Analisa Data
Analisa Strategi

22
22
22
22
25
26
33

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng,
Kecamatan Gunung Sindur
Perilaku Pelajar Terhadap Lingkungan
Analisis Structural Equation Modeling (SEM) Perilaku
Pelajar Terhadap Lingkungan
Analisis SWOT Sekolah Menengah Atas (SMA)/
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kecamatan Parung,
Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Gunung Sindur
Validitas SWOT Sekolah Menengah Atas (SMA)/
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kecamatan Parung,
Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Gunung Sindur

34
34
36
37

43

46

8

DAFTAR ISI (lanjutan)
Posisi Strategis Sekolah-Sekolah di Kecamatan Parung,
Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur

50

5 SIMPULAN DAN SARAN

56

DAFTAR PUSTAKA

57

LAMPIRAN

61

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

118

9

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Penelitian tentang pendidikan dan lingkungan
Peubah laten dan peubah manifes model persamaan struktural analisis
perilaku pelajar terhadap lingkungan
Jumlah sekolah menengah tiap kecamatan, sekolah contoh dan jurusan
responden
Operasionalisasi variabel penelitian studi perilaku
Persamaan model pengukuran studi perilaku
Matriks external factor analisis summary (EFAS)
Matriks internal factor analisis summary (IFAS)
Kriteria hasil analisis
Matriks Strength, Weakness, Opportunities, Treaths (SWOT)
Persentase jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan formal
di Kecamatan Parung
Persentase jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan formal
di Kecamatan Ciseeng
Persentase jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan formal
di Kecamatan Gunung Sindur
SMA/SMK yang berada di Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng
dan Kecamatan Gunung Sindur
Rata-rata persentase peubah laten dan peubah manifes berdasarkan
kualitas sekolah sampel
Analisis lingkungan strategi eksternal sekolah di Kecamatan Parung,
Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur
Analisis lingkungan strategi internal sekolah di Kecamatan Parung,
Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur
Validitas penilaian rating tingkat eksternal
Validitas penilaian rating tingkat internal
Strategi pengembangan sekolah Adiwiyata di Kecamatan Parung,
Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur

16
24
25
28
29
30
31
32
33
34
35
35
36
38
44
45
46
48
52

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Teori tindakan beralasan
3 Masalah penelitian dalam Structural Equation Modeling (SEM)
4 Model persamaan struktural analisis perilaku pelajar terhadap
lingkungan
5 Matriks internal eksternal (IE)
6 Structural Equation Modeling (SEM) perilaku pelajar terhadap
lingkungan
7 Matriks strategi internal eksternal sekolah di Kecamatan Parung,
Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur
8 Integrasi kurikulum hijau dengan Kurikulum 2013/ KTSP)

5
8
15
23
31
41
50
54

10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

19
20

Deskripsi karakteristik peubah manifest dan peubah laten
Analisis Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
Analisis External Factors Analysis Summary (EFAS)
Kuisioner siswa
Kuisioner pengetahuan siswa
Kuisioner untuk kepala sekolah
Kuisioner untuk Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor
Perhitungan Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
Perhitungan External Factors Analysis Summary (EFAS)
Validitas Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
Validitas External Factors Analysis Summary (EFAS)
Tabel product moment (r) taraf signifikan 5 %
Rekapitulasi skor likert sekolah baik
Rekapitulasi skor likert sekolah sedang
Rekapitulasi skor likert sekolah kurang
Hasil uji validitas product moment dan tingkat validitas variabel
dalam instrument
Hasil uji reliabilitas alpha cronbach’s variabel kuisioner
Uji SPSS validitas dan reliabilitas lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, sikap,
norma subjektif, intensi perilaku, perilaku lingkungan
Dokumentasi penelitian
Surat keterangan penelitian

61
65
67
68
72
74
77
79
81
82
84
85
86
87
88
89
90

91
103
107

11

1

I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang pesat, aktivitas manusia yang cenderung
dekstruktif serta pembangunan yang kurang bijaksana menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan, tidak saja merusak sumberdaya alam tetapi juga
akibat dari kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menimbulkan
pencemaran lingkungan. Isu masalah kerusakan sumber daya alam dan
pencemaran lingkungan tidak hanya mencakup masalah regional ataupun
nasional tetapi menjadi masalah global.
Interaksi antara manusia dan lingkungan alam ada sejak adanya manusia
dibumi. Apabila interaksi antara manusia dan alam baik maka tidak akan
menimbulkan masalah terhadap manusia. Alam menunjang seluruh kehidupan
manusia, tetapi sebaliknya jika manusia mengeksplorasi dan mengeksploitasi
alam maka timbulah masalah yang merugikan manusia akibat perilaku manusia
yang bersifat merusak. Keraf (2010) berpendapat bahwa berbagai kasus
lingkungan hidup yangterjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun
lingkup nasional, sebagianbesar bersumber dari perilaku manusia.
Perilaku manusia yang merusak alam sudah sangat dirasakan di Indonesia
dan telah menimbulkan kerugian materiil dan non materiil. Kebakaran hutan
disejumlah hutan di Indonesia seperti Kalimantan, Sumatra menyebabkan kabut
asap yang mengganggu aktivitas dan kesehatan manusia. Penggundulan hutan
dan kasus illegal loging. Banjir tahunan yang melanda ibu kota Jakarta, Bandung
dan sejumlah kota lainnya di Indonesia. Bencana tanah longsor pada saat musim
hujan karena penggundulan hutan.
Sampah menumpuk disungai menyebabkan pendangkalan sungai. Air
sungai menjadi kotor dan berbau merupakan sumber penyakit. Sampah juga
menumpuk di sejumlah kota besar di Indonesia. Banyak masyarakat yang kurang
peduli terhadap kebersihan lingkungan. Sampah dibuang disembarang tempat
seperti di sungai, jalanan, selokan air. Masyarakat belum bijaksana dalam
berperilaku membuang sampah.
Perilaku manusia beragam dalam mengeksplorasi dan mengeksploitasi
lingkungan alam. Grob (1995) mengemukakan bahwa kerusakan lingkungan
disebabkan oleh perilaku manusia yang bersifat merusak. SedangkanLewin
(1951) dalam Brigham (1991) yang dikutip oleh Azwar (2013)mengemukakan
bahwa tingkah laku adalah fungsi dari pribadi dan lingkungannya, dirumuskan
sebagai TL = f (P,L). Wawan dan Dewi (2010) menjelaskan bahwa ada 2 faktor
yang mempengaruhi terbentuknya perilaku, yakni pertama faktor internal yang
mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi yang berfungsi
mengolah rangsangan dari luar dan yang kedua adalah faktor eksternal yang
mencakup lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, sosial
ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.
Pelajar merupakan salah satu elemen masyarakat dan kelompok usia remaja
yang memiliki sumberdaya potensial dimasa yang akan datang dan nantinya akan
terjun dimasyarakat. Pengetahuan merupakan salah satu faktor internal
membentukperilaku peduli terhadap lingkungan. Pengetahuan tentang lingkungan
yang diperoleh pelajar mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan

2

menengah berpengaruh terhadap sikap pelajar terhadap lingkungan dan kemudian
mempengaruhi perilaku. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang
berpendidikan tinggi mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku pro
terhadap lingkungan.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku adalah lingkungan.
Lingkungan yang mempengaruhi perilaku pelajar meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan
pendidikan pertama dan utama yang didapatkan seorang anak.Pendidikan yang
diperoleh anak di lingkungan keluarganya merupakan pendidikan informal.
Menurut Effendi, et all (1995) keluarga memiliki peranan utama didalam
mengasuh anak, di segala norma dan etika yang berlaku didalam lingkungan
masyarakat, dan budayanya dapat diteruskan dari orang tua kepada anaknya dari
generasi-generasi yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Anak
lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, sehingga keluarga
mempunyai peran yang banyak dalam membentuk perilaku dan kepribadian anak
serta memberi contoh nyata kepada anak. Karena di dalam keluarga, anggota
keluarga bertindak seadanya tanpa dibuat-buat.
Dari keluarga inilah baik dan buruknya perilaku dan kepribadian anak
terbentuk. Walaupun ada juga faktor lain yang mempengaruhi. Orang tua
merupakan contoh yang paling mendasar dalam keluarga. Apabila orang tua
berperilaku kasar dalam keluarga, maka anak cenderung akan meniru. Begitu juga
sebaliknya, orang tua yang berperilaku baik dalam keluarga, maka anak juga
cenderung akan berperilaku baik. Demikian juga tentang pendidikan lingkungan
yang diterima anak dari keluarganya. Jika orang tua memberikan pendidikan
lingkungan yang baik kepada anak, maka tingkat kesadaran terhadap lingkungan
juga baik dan akhirnya terbentuk perilaku yang baik pula.
Pendidikan tentang kesadaran beretika lingkungan yang diperoleh dari
orang tua maupun anggota keluarga seperti menanam, merawat dan menyiram
bunga dihalaman, mematikan lampu jika sedang tidak digunakan, membuang
sampah pada tempatnya dan mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hasni (2012) bahwa kepala keluarga
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi memiliki perilaku hidup bersih dan
sehat dari pada kepala keluarga yang berpendidikan menengah dan dasar,
sedangkan kepala keluarga yang memiliki tingkat pendidikan menengah lebih
memiliki perilaku hidup bersih dan sehat dari pada kepala keluarga yang
berpendidikan dasar. Selain tingkat pendidikan, perilaku hidup bersih juga
dipengaruhi oleh pengalaman. Pengalaman berkaitan dengan umur dan
pendidikan. Menurut Notoatmojo (2003) semakin bertambahnya umur dan
pendidikan maka pengalaman semakin luas sehingga pengalaman semakin baik.
Pendidikan yang didapatkan dari keluarga kemudian dilanjutkan melalui
pendidikan formal disekolah. Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap
pembentukan perilaku siswa. Siswa menghabiskan waktunya 6-8 jam di sekolah.
Sekolah selain sebagai tempat menuntut ilmu untuk menambah pengetahuan juga
merupakan tempat pembentukan karakter dan perilaku anak. Sekolah yang
berwawasan dan berbudaya lingkungan memiliki program dan aktivitas
pendidikan mengarah kepada kesadaran dan kearifan terhadap lingkungan hidup
dan memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program
untuk menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas

3

sekolah. Tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana
pembelajaran bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berperilaku
ramah lingkungan. Menurut Nurjhani (2009) yang dikutip Lendrawati (2013)
mengatakan pendidikan lingkungan dibutuhkan dan harus diberikankepada anak
sejak dini agar mereka mengerti dan tidak merusak lingkungan. Pendidikan
lingkungan secara formal diberikan di sekolah dijelaskan oleh Lendrawati (2013)
inidipengaruhi beberapa aspek antara lain:(a) Aspek Kognitif, pendidikan
lingkungan hidupmempunyai fungsi untuk meningkatkan pemahaman terhadap
permasalahan lingkungan. (b)Aspek Afektif, pendidikan lingkungan hidup
berfungsi meningkatkan penerimaan, penilaiandalam menata kehidupan dalam
keselarasan dengan alam. (c) Aspek Psikomotorik,pendidikan lingkungan hidup
berperan meniru, memanipulasi dalam upaya meningkatkanbudaya mencintai
lingkungan.
Lingkungan masyarakat juga turutberperan dalam mengembangkan
perilaku dan kepribadian anak. Pendidikan yang diperoleh dari masyarakat
merupakan pendidikan informal. Dalam masyarakat anak bergaul dengan teman
sebayanya maupun yang lebih muda atau bahkan yang lebih tua. Dari pergaulan
inilah anak akan mengetahui bagaimana orang lain berperilaku dan anak dapat
mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat serta anak dapat
berpikir dan mencari penyelesaiannya. Apabila anak tumbuh dan berkembang
dilingkungan yang baik maka perilaku anak juga baik. Apabila tempat tinggal
anak berada dilingkungan yang memiliki tingkat kepedulian tinggi terhadap
lingkungan hidup maka secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak.
Perkembangan tehnologi yang semakin canggih menyebabkan pelajar
sekarang sangat terbatas dalam bersentuhan dengan lingkungan hidup. Ketika
berangkat sekolah mereka lebih suka berkendaraan walaupun jaraknya sekolah
dengan rumah dekat dan ketika libur sekolah lebih suka dihabiskan di mall atau di
depan televisi dan komputer dari pada berkebun atau merawat halaman rumah
sendiri. Hal ini berpengaruh negatif terhadap kebiasaan dan perilaku yang
memandang lingkungan hidup sebagai sesuatu hal yang harus di
pelihara.Kurangnya perhatian pelajar dalam memelihara lingkungan hidup terlihat
masih banyak pelajar yang membuang sampah disembarang tempat (di laci meja
kelas, dijalanan, diangkot, selokan air), mencoret-coret dinding tembok bangunan,
membuang puntung rokok disembarang tempat dan lain-lain. Namun demikian
masih ada pelajar yang peduli terhadap lingkungan hidup seperti adanya
kelompok pelajar peduli lingkungan hidup, pelajar pecinta alam.
Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan dan terdapat167Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan 293 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Di
Kecamatan Parung terdapat 5 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 5Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Di Kecamatan Ciseeng terdapat 3Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan 5 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sedangkan diKecamatan
Gunung Sindur terdapat 4 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 3 Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian ini dilakukan di sekolah yang berada di
Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor dengan alasan peneliti mengetahui seluk beluk daerah penelitian karena
merupakan daerah tempat peneliti beraktifitas. Pendidikan menengah yang ada di
Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor belum ada yang mendapatkan predikat sekolah Adiwiyata atau sekolah

4

yang mendapatkan penghargaan lingkungan hidup. Pada umumnya Sekolah
Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) yang berada di
Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Gunung Sindur adalah
sekolah dengan status swasta dan hanya 3 sekolah negeri. Ditinjau dari luas lahan
sekolah swasta memiliki lahan yang tidak begitu luas, cukup untuk bermain para
siswa, kegiatan upacara atau olah raga dan sedikit untuk tanaman bunga.
Sedangkan sekolah dengan status negeri cukup luas dan sudah memanfaatan
lahan sebagai sarana penunjang belajar. Selain itu permasalahan penanganan
sampah yang dihasilkan tiap hari oleh para siswa belum ditangani secara
maksimal oleh hampir semua sekolah di Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng
dan Kecamatan Gunung Sindur. Kurangnya tanggungjawab dan kesadaran pada
diri siswa untuk membuang sampah pada tempatnya terutama sampah plastik.

Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan suatu rumusan masalah penelitian
yaitu : Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
lingkungan sekolah, sikap, norma subjektif, persepsi secara langsung maupun
tidak langsung terhadap intensi dan perilaku pelajar pendidikan menengah di
Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor terhadap lingkungan serta strategi yang dikembangkan sekolah
berkaitan dengan lingkungan hidup.
Dari rumusan tersebut untuk memudahkan pembahasannya penulis
menguraikannya dalam beberapa pertanyaan, yaitu :
1. Bagaimana pengaruh antara lingkungan keluargadengan intensi perilaku
dan perilaku pelajar terhadap lingkungan .
2. Bagaimana pengaruh antara lingkungan masyarakat dengan intensi perilaku
dan perilaku pelajar terhadap lingkungan.
3. Bagaiman pengaruh antara lingkungan sekolah dengan intensi perilaku dan
perilaku pelajar terhadap lingkungan.
4. Bagaiman pengaruh antara norma subjektif dengan intensi perilaku dan
perilaku pelajar terhadap lingkungan
5. Bagaiman pengaruh antara sikap lingkungan dengan intensi perilaku dan
perilaku pelajar terhadap lingkungan.
6. Bagaimana pengaruh antara persepsi dengan intensi dan perilaku pelajar
terhadap lingkungan.
7. Bagaimana strategi terbaik diterapkan disekolah-sekolah yang terdapat di
Kecamatan Parung, Kecamatan Gunung Sindur dan Kecamatan Ciseeng
Kabupaten Bogor berkaitan dengan lingkungan hidup.

5

Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh antara variabel lingkungan sekolah,
masyarakat, keluarga, sikap, norma subjektif, persepsi terhadap intensi
perilaku pelajar terhadap lingkungan.
2. Untuk menganalisis pengaruh antara intensi perilaku terhadap perilaku
pelajar terhadap lingkungan.
3. Untuk memformulasikan strategi yang akan dikembangkan di sekolah –
sekolah berkaitan dengan lingkungan hidup.

Kerangka Pemikiran

Lingkungan

Lingkungan sekolah,
masyarakat, keluarga

Norma
subjektif

Sikap

Persepsi

Intensi Perilaku
Perilaku Lingkungan
EFAS

SWOT

Strategi
yang
akan
dikembangkan di sekolahsekolah
mengenai
lingkungan hidup
Gambar 1 Kerangkapemikiran penelitian
Keterangan :

ruang lingkup penelitian

IFAS

6

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Bagi ilmu lingkungan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk
pengembangan ilmu lingkungan dari aspek sosial lingkungan.
2. Bagi lembaga pendidikan dasar dan menengah merupakan referensi
untuk menerapkan pendidikan berkarakter bagi peserta didiknya.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian
pembuktian, lanjutan maupun penelitian pengembangan serta referensi
penerapan dalam aktifitas belajar mengajar.

7

2 TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku
Pengertian Perilaku
Perilaku jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris yang artinya behavior.
Perilaku menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008) berarti tingkah laku,
kelakuan, perbuatan, kejadian, peristiwa, sesuatu hal yang terjadi, sehingga
pertama kali yang perlu dikemukakan adalah pandangan perilaku terhadap tingkah
laku manusia. Wawan dan Dewi (2010) mendefinisikan perilaku sebagai respon
individu terhadap sesuatu stimulus atau tindakan yang dapat diamati dan
mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Wawan dan Dewi bahwa perilaku merupakan
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Perilaku adalah tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas 2005).
Perilaku seseorang dapat dijelaskan melalui cara belajar atau pengkondisian. Hal
ini sesuai seperti yang dikemukakan oleh Khodijah (2014) bahwa hasil dari suatu
belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku (baik aktual maupun
potensial). Menurut para pakar ahli psikologi seperti Morgan dan King, Howard
dan Kindler, Krech, Crutchfield dan Ballachey dalam Fitriyah dan Jauhar (2013)
mengatakan bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh hereditas dan
lingkungan. Lebih lanjut Wawan dan Dewi (2010) mengatakan hereditas atau
faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku
makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah suatu kondisi
atau merupakan lahan untuk perkembangan faktor tersebut dalam rangka
terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process). Menurut Sartain
(ahli psikologi Amerika) yang dikutip oleh Purwanto (1994) yang dimaksud
dengan lingkungan (environment) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang
dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan ataulife processes. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab
terhadap kedewasaan anak tetapi berpengaruh besar terhadap kepribadian anak.
Perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme atau makhluk hidup
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Menurut Wawan dan
Dewi (2010) respon yang mempengaruhi perilaku berbentuk 2 macam, yaitu :
1. Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Contoh seorang anak
mengetahui bahwa jika membuang sampah sembarangan dapat menyebabkan
lingkungan menjadi kotor meskipun terkadang anak tersebut membuang
sampah tidak pada tempatnya. Perilaku anak tersebut masih terselubung
(covert behavior).
2. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung,
misal berpikir, tanggapan, atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya pada
contoh diatas anak tersebut membeli tong sampah dan membuang sampahnya
pada tong sampah tersebut. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak
dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behavior.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut
Skinner dalam Wawan dan Dewi (2010) sebagai berikut :

8

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce
berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku yang dimaksud.
c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuantujuan sementara, mengidentifikasi hadiah untuk masing-masing komponen
tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen
yang telah tersusun itu.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek,
yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari
berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan,
sarana fisik dan sosial budaya.
Teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) yang dikemukakan
oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein yang dikutip oleh Azwar (2013) menjelaskan
bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan
yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal yaitu
pertama perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang
spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap
tetapi juga oleh norma-norma subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita
mengenai apa orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu
perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk
berperilaku tertentu.
Sikap terhadap
perilaku
Norma-norma
subjektif

Intensi untuk
berperilaku

Perilaku

Gambar 2 Teori tindakan beralasan (Ajzen & Fishbein, 1980 dalam Azwar 2013)
Perilaku Terhadap Lingkungan
Perilaku lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal
yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam menjaga dan
memelihara lingkungan. Manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan tempat tinggalnya selain itu manusia membentuk dan dibentuk oleh
lingkungan hidupnya. Dalam penelitian ini seperti yang telah diuraikan di atas
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah lingkungan. Perilaku
lingkungan pelajar dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.
Lingkungan Sekolah

9

Peran dan Fungsi Sekolah
Pendidikan di sekolah merupakan bagian dan lanjutan dari pendidikan
dalam keluarga. Selain itu kehidupan di lingkungan sekolah adalah jembatan bagi
anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam
masyarakat kelak. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang
berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional. Sekolah bertugas
mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak
didik yang dibawa dari keluarganya. Menurut Hasbullah (2008) dalam
perkembangan kepribadian anak didik peranan sekolah dengan melalui kurikulum,
antara lain sebagai berikut :
a. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak
didik dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).
b. Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah.
c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang
berguna bagi agama, bangsa dan Negara.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Hasbullah (2008) sebagai lembaga formal sekolah
berfungsi sebagai :
a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan .
Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan
fungsi keluarga dalam pendidikan formal.
b. Spesialisasi.Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang
spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
c. Efesiensi. Sekolah tempat belajar yang dapat menampung banyak siswa
d. Sosialisai. Sekolah membantu perkembangan individu menjadi makhluk
sosial yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat.
e. Transisi dari rumah ke masyarakat. Sekolah memberi kesempatan untuk
melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke
masyarakat.
f. Konservasi dan transmisi kultural. Sekolah juga berfungsi sebagai
pemelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan
menyampaikan warisan kebudayaan kepada anak didik.
Sekolah Berwawasan dan Berbudaya Lingkungan
Sekolah berpotensi menjadi tempat membangun kesadaran terhadap upaya
pelestarian fungsi lingkungan. Ia memiliki tanggung jawab sosial yang besar
membentuk pribadi-pribadi yang selalu berpihak kepada lingkungan. Semakin
banyak sekolah peduli dan berbudaya lingkungan berarti, ke depan semakin
banyak pula anak-anak bangsa yang memiliki tanggung jawab menjagapelestarian
lingkungan.Pada tahun 2006Kementerian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan
Kemendiknas mencanangkan program sekolah Adiwiyata atau green school pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menurut Kementerian Lingkungan
Hidup (2014) Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang
baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya
kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita‐cita pembangunan berkelanjutan.
Tujuan program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung
jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata
kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

10

Pelaksanaan program Adiwiyata diletakkan pada dua prinsip dasar berikut ini :
1. Partisipatif: Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang
meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai
tanggungjawab dan peran.
2. Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan
terus menerus secara komprehensif
Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat)
komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai sekolah
Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah :
1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Di Kabupaten Bogor belum ada sekolah yang mendapatkan penghargaan
sebagai sekolah Adiwiyata. Penelitian ini menggali seberapa besar peran sekolah
dalam membentuk perilaku lingkungan pelajar melalui program-program peduli
lingkungan yang ada disekolah.
Dari uraian diatas didefinikan sekolah berbudaya dan berwawasan lingkungan
merupakan sekolah yang menerapkan cinta dan peduli lingkungan sehingga
menghasilkan sumberdaya manusia (SDM) dan perilaku berbudaya lingkungan
yang dilandasi oleh kesadaran dan pemahaman atas kondisi lingkungan sekolah
dan lingkungan sekitar ditinjau dari aspek kebijakan berwawasan lingkungan,
pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif, pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.
Lingkungan Keluarga
Pendidikan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku anak ,
karena anak mula-mula tumbuh besar dilingkungan keluarga. Keluarga
merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Mereka menghabiskan
sebagian besar waktunya bersama keluarga, sehingga keluarga menjadi tempat
pembentukan sumberdaya manusia.
Istilah pendidikan atau paedagogi menurut Hasbullah (2008) berarti
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya menurut Ki Hajar Dewantara dalam Suwarno
(1985) pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
Maksudnya adalah pendidikan sebagai penuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu agar mereka sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Keluarga didefinisikan juga sebagai sekelompok orang yang mempunyai
tingkat hubungan spesifik melalui pernikahan, adopsi dan hubungan darah (Rice
& Tucker, 1986), menurut Burges dan Locke dalam Puspitawati (2009) ada 4 ciri
keluarga, yaitu :
a. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan
(pertalian antar suami dan istri), darah (hubungan antara orang tua dan anak)
atau adopsi rumah tangga.
b. Anggota – anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu
atap dan merupakan susunan satu rumah tangga.

11

c.

Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial
d. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang diperoleh dari
kebudayaan umum.
Ki Hajar Dewantara dalam Suwarno (1985) menjelaskan lingkunganlingkungan yang mempengaruhi kedewasaan anak meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda yang disebut dengan Tri
Pusat Pendidikan.
Pendidikan terhadap anak yang di lakukan oleh keluarga di sebut
pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga bersifat informal dengan orang tua
sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak selama anak belum dewasa
dan mampu berdiri sendiri. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari orang
tuanya dan dari anggota keluarga yang lain (Orang tua bertanggung jawab
memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan
berkembang dengan baik). Begitu pula hubungan anak dengan saudara-saudara
mereka dirumah. Antara anak dalam keluarga belajar tukar menukar pengalaman,
saling menasehati dan menyayangi, saling membantu satu sama lain.Lebih lanjut
dijelaskan pergaulan antara orang tua dan anak-anaknya dalam usaha
mendewasakan menunjukkan bahwa pergaulan dalam keluarga mengandung
gejala-gejala pendidikan. (Hasbullah, 2008). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
pendidikan keluarga berfungsi sebagai :
1. Sebagai pengalaman pertama masa anak-anak
2. Menjamin kehidupan emosional anak.
3. Menanamkan dasar pendidikan moral
4. Memberikan dasar pendidikan sosial
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak
Hasbullah (2008) menyebutkan fungsi dan peranan pendidikan keluarga menjadi :
a.
Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang
merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana
pendidikan keluarga ini sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah
keseimbangan jiwa didalam perkembangan individu selanjutnya.
b.
Menjamin kehidupan emosional anak
Kehidupan emosional merupakan salah satu faktor yang terpenting di dalam
membentuk pribadi seseorang. Melalui pendidikan keluarga ini kebutuhan
emosional atau kebutuhan kasih sayang dapat dipenuhi dan dikembangkan
dengan baik.
c. Tanggung jawab keluarga
Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak meliputi:
 Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang
tua dan anak.
 Pemberian motivasi kepada kewajiban moral sebagai konsekuensi
kedudukan orang tua terhadap keturunannya.
 Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya
akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara.
 Memelihara dan membesarkan anaknya.

12



Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
ketrampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah
dewasa akan mampu mandiri.
Menurut Keraf (2010) keluarga dan masyarakat mempunyai pengaruh yang
sangat menentukan dalam membentuk cara pandang dan perilaku apakah
seseorang mempunyai kepedulian atau tidak terhadap lingkungan
hidup.Pendidikan tentang pemeliharaan hidup bisa dimulai dari komunitas yang
paling kecil yakni keluarga. Keluarga mempunyai peranan penting dalam
memberikan pendidikan lingkungan kepada anak-anaknya. Bentuk yang paling
kongkrit dari pendidikan dalam keluarga adalah mengajarkan anak-anak untuk
membuang sampah pada tempat sampah yang sudah disediakan, menanam dan
merawat
tanaman
di
rumah.
Bila sejak dini anak-anak sudah diajarkan dengan pemahaman yang baik akan
lingkungan hidup maka pendidikan lingkungan hidup sekolah akan berjalan
dengan baik dan mendapat sambutan positif dari anak didik dan pada akhirnya
kerusakan dan permasalahan lingkungan yang terjadi akibat aktifitas kehidupan
sehari-hari dapat dikurangi atau bahkan dihindarkan.
Lingkungan Masyarakat
Masyarakat menurut Cook dalam Imam Barnadib (1986) diartikan sebagai
sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalamanpengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan
kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis
kehidupannya. Dilihat dari konteks pendidikan
masyarakat merupakan
lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan dimasyarakat dimulai
sejak anak-anak. Mereka berinteraksi dengan masyarakat sekitar setelah lepas dari
asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Hasbulah
berpendapat bahwa pendidikan yang dialami masyarakat meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan
minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

Sikap
Pengertian Sikap
Sikap atau attitude dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008) artinya
perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pendirian, pendapat atau keyakinan.
Secara historis istilah sikap digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer pada
tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang
(Allen, Guys dan Edgley, 1980 dalam Azwar, 2013).
Menurut Azwar (2003) ada puluhan definisi dan pengertian tentang sikap pada
umumnya dimasukkan ke dalam salah satu diantara tiga kerangka pemikiran.
Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti
Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Thurstone memformulasikan sikap sebagai derajat
afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Kelompok
pemikiran yang kedua diwakili oleh para ahli seperti Chave (1928), Bogardus

13

(1931), LaPierre (1934), Mead (1934) dan Gordon Allport (1935). Mereka
mendifinisikan sikap adalah semacam kesiapan unuk bereaksi terhadap suatu
objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang
dimaksudkan merupakan kecenderunganpotensial untuk bereaksi dengan cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya
respon. LaPierre (1934) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, prediposisi untuk menyesuaikan diri dalam
situasi sosial atau secara sederhana. Sikap adalah respon terhadap stimuli sosial
yang telah terkondisikan. Kelompok pemikiran yang ke tiga adalah kelompok
yang berorientasi kepada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka
pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif,
afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Wawan dan Dewi (2010) menjelaskan ada 4 faktor mempengaruhi sikap
antara lain :
a. Pengalaman Pribadi. Sikap terbentuk oleh pengalaman pribadi apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
b. Pengaruh oranglain yang dianggap penting. Individu cenderung memilih
sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Bagi pelajar
orang yang dianggap penting adalah kedua orang tuanya apabila berada
dilingkungan keluarga dan guru dan kepala sekolah jika mereka berada
dilingkungan sekolah.
c. Pengaruh Kebudayaan. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakatasuhannya.
d. Media massa. Sebagai sarana komunikasi berbagai media massa seperti
televisi, radio berpengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal dapat memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
e. Institusi pendidikan dan agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan
dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap karena
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu.
f. Faktor emosi dalam diri. Contoh sikap yang didasari pada faktor emosional
adalah prasangka.

14

Pemodelan Persamaan Struktural
Model persamaan struktural atau lebih dikenal dengan namaStruktural
Equation Modeling (SEM) adalah salah satu kajian statistika yang dapat
digunakan untuk menganalisis suatu hubungan yang dibentuk melalui satu atau
lebih peubah bebas dan pada saat yang bersamaan satu atau lebih peubah tak
bebas tersebut berperan sebagai peubah bebas bagi peubah tak bebas lainnya.
Peubah-peubah tak bebas dan peubah-peubah bebas tersebut dapat berupa peubah
terukur atau peubah tak terukur (peubah laten). Model hubungan yang
menjelaskan keterkaitan antar peubah laten pada pemodelan persamaan struktural
didefinisikan sebagai model struktural. Peubah laten yang merupakan peubah
bebas di dalam model struktural disebut dengan peubah laten eksogen. Sedangkan
peubah laten yang diukur dari peubah-peubah laten eksogen disebut dengan
peubah laten endogen. Pendugaan terhadap parameter – parameter dalam model
struktural yang memuat peubah laten, tidak dapat diuji secara langsung. Hal ini
disebabkan karena peubah laten tersebut bukan merupakan hasil pengukuran dari
suatu peubah pengamatan. Oleh karena itu, pendugaan dan pegujian model
struktural dibangun melalui model pengukuran yang berisi hubungan antara
peubah laten dengan peubah-peubah manifesnya (penjelas). Peubah manifes
tersebut diasumsikan sebagai pengukur (indikator) dari peubah laten yang
dijelaskan.
Menurut Kusnendi (2008) Structural Equation Modeling (SEM) adalah
metode analisis data multivariat yang bertujuan menguji model pengukuran dan
model struktural variabel laten. Lebih lanjut dijelaskan oleh Kusnedi bahwa ada
tiga karakeristik utama Structural Equation Modeling(SEM), yaitu :
1. Structural Equation Modeling(SEM) merupakan kominasi teknik analisis
data multivariat interdepensi dan depensi, yaitu analisis faktor konfirmatori
dan analisis jalur.
2. Variabel yang dianalisis adalah variabel laten (konstruk), yaitu variabel yang
tidak dapat diobservasi langsung (unobservable) tetapi diukur melalui
indikator-indikator terukur variabel manifes.
3. Structural Equation Modeling (SEM) bertujuan bukan untuk menghasilkan
model melainkan menguji atau mengkonfirmasikan model berbasis teori,
yaitu model pengukuran dan model struktural.
Ada dua masalah penelitian yang hendak dijawab melalui Structural Equation
Modeling(SEM), yaitu :
1. Masalah penelitian deskriptif, berkenaan dengan deskripsi atau
mengkonfirmasikan secara empiris kesesuaian model konstruk dilihat
menurut indikator-indikator yang dikonsepsikan sebagai manifes dari
konstruk tersebut . ( Jöreskog & Sörbom, 1993 : Kusnendi, 2008)
2. Masalah penelitian eksplanasi atau disebut model strutural menjelaskan
hubungan kausal antarvariabel laten. Yang dianalisis Structural Equation
Modeling(SEM) adalah hubungan kausal antara variabel laten (unobserved
variabel) dan bukan antara variabel manifes atau antarvariabel indikator
(observed indikator).

15

Model Persamaan Struktural
Structural Equation Modeling
(SEM)
Model struktural

Model Pengukuran

Masalah Penelitian eksplanasi
Menjelaskan bagaimana pengaruh variabel laten
penyebab terhadap variabel laten akibat dan
seberapa besar pengaruh langsung, tidak langung
dan total variabel laten penyebab terhadap variabel
laten akibat.

Masalah penelitian deskriptif
Menjelaskan apakah indikator-indikator
(variabel manifes) dapat menjelaskan
konstruk atau variabel laten yang diteliti ?

Confirmatory factor
Analysis (CFA)

Hybrid Model

Path Analysis with Laten
Variabel

Gambar 3 Masalah penelitian dalam Structural Equation Modeling (SEM)
Menurut Chin (