Gambaran Perilaku Masyarakat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat tentang Malaria

(1)

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT

KECAMATAN KUTAMBARU KABUPATEN LANGKAT TENTANG MALARIA

Oleh :

SETYO MEDIKA BUANA PUTRA 070100230

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT KUTAMBARU KABUPATEN LANGKAT TENTANG MALARIA

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

SETYO MEDIKA BUANA PUTRA 070100230

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Perilaku Masyarakat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat tentang Malaria

Nama : Setyo Medika Buana Putra NIM : 070100230

Pembimbing Penguji I

dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH) (dr.Muhammad Ali, Sp.A(K)) NIP: 19740730 2001122 003 NIP: 19690524 1999031 001

Penguji II

(dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes)

NIP: 19690609 1999032 001

Medan, 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Malaria merupakan penyebab kematian ke-5 dari penyakit infeksius di dunia (setelah infeksi pernapasan, HIV/AIDS, Diare dan TB). Setiap tahunnya di Indonesia diperkirakan ada 30 juta kasus malaria. Pada provinsi Sumatera utara, kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah endemis malaria dijumpai sebesar 0,6 persen dari penderita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang malaria pada masyarakat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 83 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai November 2010 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (87,5%). Didapatkan sikap yang paling banyak dari responden termasuk kategori sedang (63,9%) dan tindakan responden terbanyak termasuk dalam kategori sedang (74,7%). Diharapkan dari hasil penelitian ini, pemerintah dan puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dengan metode yang lebih efektif.


(5)

ABSTRACT

Malaria is the fifth highest cause of mortality from infectious diseases in the world (after respiratory infection, HIV/AIDS, Diarhea and TB). Every year in Indonesia approximately 30 milion malarian cases are recorded. Langkat District is one of the endemic areas in North Sumatera and about 0,6% was found. The objective of this study is to determine the knowledge, attitude and behaviour level of malaria in community of Kutambaru sub district, Langkat district . The method of this research is descriptive with sample size of 83 respondents. This research was conducted from June until November 2010 and data were collected by using questionnaires. The results of this study showed the majority of respondents had knowledge of moderate level (87,5%). Attitude level of the respondents mostly fall in the moderate level (63,9%) and as for behaviour most respondents are in the moderate level (74,7%). Hence, from the results of this research, government and health centers should increase the community’s knowledge level through effective education method.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Salawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang dijalan-Nya.

Rasa kasih dan sayang disampaikan kepada Kedua orang tua tercinta atas curahan kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak akan pernah terbalas. Tidak lupa disampaikan kepada Eyang putri, Pakde-Om, Bude-Bulik, Saudara-Saudari tercinta atas semangat, bantuan, cinta dan kebersamaannya yang luar biasa selama ini. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H(CTM), Sp.A(K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Dewi Masyitah Darlan, DAP&E, MPH, selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi dan semangat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. 4. Bapak dr. Muhammad Ali Sp.A(K), selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.


(7)

5. Ibu dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh Dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang untuk semua jasa - jasanya dalam memberikan bantuan selama perkuliahan.

7. Bapak Nelson, S.KM selaku Kepala Puskesmas atas segala bantuan yang diberikan untuk mengumpulkan data didaerah kerja beliau sehingga karya tulis ini bisa selesai tepat pada waktunya..

8. Seluruh masyarakat Kutambaru yang sangat kooperatif membantu sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

9. Sahabat terbaik yang ada selama ini dari Izala, Danil, Andini, Amir, Yusuf, Zanurul, Toal, Mahdi, Sukris, Bang Reza, Deen, Bona, Lukman, Mas Wira yang selalu memberikan tenaga, waktu, senyum, canda-tawa dan ilmunya agar Penulis bisa bersemangat dalam menyelesaikan karya tulis ini.

10. Teman-teman seperjuangan KTI yakni Ade, Prima, Chin Peng dan semua teman-teman seangkatan 2007 serta yang lainnya yang tidak tersebutkan terima kasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini kepada penulis.

Penulis menyadari penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat bagi semua pihak demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.

Medan, 25 November 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria... 4

2.1.1 Etiologi... 4

2.1.2 Cara Penularan ... 4

2.1.3 Patogenesis... 5

2.1.4 Manifestsi Klinis…………... 7

2.1.5 Diagnosis……... 9

2.1.6 Pengobatan dan Pencegahan………... 10

2.1.7 Pengendalian……….. 11

2.2. Perilaku ... 12

2.2.1 Pengetahuan ………...……... 13


(9)

2.2.3 Tindakan ………...….... 15

2.2.4 Indikator Pengetahuan ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL … 17 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 17

3.2. Defenisi Operasional ... 17

3.3. Cara Ukur... 18

3.3.1 Pengetahuan... 18

3.3.2 Sikap... 19

3.3.3 Tindakan ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ………... 20

4.1. Jenis Penelitian ………...…... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……….... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 20

4.3.1. Populasi Penelitian... 20

4.3.2. Sampel Penelitian ... 20

4.3.3 Besar Sampel... 21

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 21

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24

5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 24

5.1.2 Karakteristik Dasar Responden ... 24

5.1.3 Pengetahuan Responden ... 25

5.1.4 Sikap Responden ... 27

5.1.5 Tindakan Responden ... 29

5.2 Pembahasan... 31

5.2.1 Pengetahuan ... 31

5.2.2 Sikap ... 32


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 35

6.1. Kesimpulan ... 35

6.2. Saran... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ………...…………... 18 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Pengetahuan dan Sikap... 22 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 25 Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap

Malaria... 26 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap

Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Malaria………..…27 Tabel 5.4 Distribusi Sikap Responden Terhadap Malaria ………28 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Tiap Pertanyaan

Pengetahuan Mengenai Malaria……….………29

Tabel 5.6 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Malaria...30

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Malaria………..………31


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN II Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN III Surat Persetujuan Peserta Penelitian LAMPIRAN IV Master Data Penelitian


(14)

ABSTRAK

Malaria merupakan penyebab kematian ke-5 dari penyakit infeksius di dunia (setelah infeksi pernapasan, HIV/AIDS, Diare dan TB). Setiap tahunnya di Indonesia diperkirakan ada 30 juta kasus malaria. Pada provinsi Sumatera utara, kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah endemis malaria dijumpai sebesar 0,6 persen dari penderita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang malaria pada masyarakat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 83 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai November 2010 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (87,5%). Didapatkan sikap yang paling banyak dari responden termasuk kategori sedang (63,9%) dan tindakan responden terbanyak termasuk dalam kategori sedang (74,7%). Diharapkan dari hasil penelitian ini, pemerintah dan puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dengan metode yang lebih efektif.


(15)

ABSTRACT

Malaria is the fifth highest cause of mortality from infectious diseases in the world (after respiratory infection, HIV/AIDS, Diarhea and TB). Every year in Indonesia approximately 30 milion malarian cases are recorded. Langkat District is one of the endemic areas in North Sumatera and about 0,6% was found. The objective of this study is to determine the knowledge, attitude and behaviour level of malaria in community of Kutambaru sub district, Langkat district . The method of this research is descriptive with sample size of 83 respondents. This research was conducted from June until November 2010 and data were collected by using questionnaires. The results of this study showed the majority of respondents had knowledge of moderate level (87,5%). Attitude level of the respondents mostly fall in the moderate level (63,9%) and as for behaviour most respondents are in the moderate level (74,7%). Hence, from the results of this research, government and health centers should increase the community’s knowledge level through effective education method.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Penyakit ini merupakan penyebab kematian ke-5 dari penyakit infeksius di dunia (setelah infeksi pernapasan, HIV/AIDS, Diare dan TB). World Malaria 2009 melaporkan ada 108 negara endemis malaria yang ada didunia, termasuk indonesia, dimana sekitar 3,3 milyar penduduk(separuh populasi dunia) berada di area yang beresiko tertular malaria (WHO, 2009).

Pada tahun 2008 terdapat 243 juta kasus di seluruh dunia (persentil 5-95, 190-311 juta), dengan mayoritas kasus di Afrika (85%), diikuti Asia tenggara (10%) dan bagian timur Mediterania (4%). Jumlah kasus di Asia tenggara meningkat lebih tinggi daripada sebelumnya, berdasarkan informasi survei menurut data pasien yang mencari pengobatan demam (bangladesh dan indonesia).

Jumlah kematian pada penyakit malaria adalah 863.000 jiwa tahun 2008, meliputi di daerah Afrika (89%), diikuti timur mediterania (6%) dan daerah asia tenggara (5%). Oleh karena itu dana yang dikeluarkan oleh International Fund untuk malaria ini ditambah dari sekitar 0,3 milyar dolar Amerika serikat menjadi 1,7 milyar (WHO, 2009).

Setiap tahunnya di Indonesia diperkirakan ada 30 juta kasus malaria dari sekitar 90 juta jiwa yang tinggal di daerah endemis dan hanya 10 persennya saja yang mendapat pengobatan di fasilitas kesehatan. Bagian timur Indonesia merupakan daerah endemik malaria terbesar, juga sebagian besar daerah pedesaan di luar Jawa-Bali juga merupakan daerah risiko malaria. Bahkan di beberapa daerah, malaria merupakan penyakit yang muncul kembali. Prevalensi malaria sebesar 850 per 100.000`penduduk dan angka kematian spesifik akibat malaria sebesar 11 per 100.000 untuk laki-laki`dan 8 per 100.000 untuk perempuan (Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia, 2005).


(17)

Provinsi Sumatera utara, kabupaten-kabupaten yang merupakan daerah endemis penyakit malaria adalah Asahan, Labuhan Batu, Langkat, Karo, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Nias dan Nias Selatan. Tahun 2002 s/d 2004 angka kasus malaria mengalami penurunan dari 65.808 kasus turun menjadi 49.844 kasus, namun tahun 2005 mengalami peningkatan kembali dengan jumlah 95.165 kasus dengan angka kesakitan akibat malaria meningkat menjadi 7,78 per 1000 penduduk. Pada tahun 2006 jumlah kasus turun kembali menjadi 64.116 kasus dengan angka 6,03 per 1000 penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2006).

Persentase malaria berdasarkan gejala dan diagnosis di Provinsi Sumatera Utara dijumpai sebesar 3 persen, dengan rentang 0,1 – 25 persen. Nias, Nias Selatan, dan Mandailing Natal mempunyai persentase tertinggi. Berdasarkan diagnosis pasti persentase malaria di Provinsi Sumatera Utara 1,3 persen, dengan rentang 0,1 – 10,5 persen. Nias, Nias Selatan dan Mandailing Natal persentasenya masih yang tertinggi. Sedangkan kabupaten Langkat dijumpai sebesar 0,6 persen dari penderita (RISKESDAS, 2007).

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana gambaran perilaku masyarakat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat tentang malaria.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran perilaku masyarakat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat tentang malaria.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang malaria di Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat


(18)

b. Untuk mengetahui gambaran sikap masyarakat tentang malaria di Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat

c. Untuk mengetahui gambaran tindakan masyarakat tentang malaria di Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat

1.4 Manfaat

a. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi Puskesmas yang menangani daerah Kecamatan Kutambaru untuk menyusun langkah strategis dalam menurunkan jumlah penderita malaria.

b. Sebagai informasi kepada masyarakat untuk lebih menggalakkan kegiatan yang dapat menurunkan angka kejadian malaria

c. Menambah wawasan dan sumber pustaka bagi peneliti dan orang lain.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Di tubuh manusia parasit ini berkembang biak di hati dan kemudian akan menginfeksi sel darah merah. Gejala-gejala malaria yaitu demam, sakit kepala, dan muntah. Biasanya gejala ini muncul antara 10-15 hari setelah digigit oleh nyamuk. Jika tidak segera ditangani bisa mengancam jiwa karena akan terjadi gangguan pembagian darah ke organ-organ vital. Banyak kasus di dunia bahwa parasit ini telah resisten dengan obat-obatan anti malaria (WHO, 2009).

2.1.1 Etiologi

Malaria disebabkan oleh infeksi parasit Protozoa darah genus Plasmodium. Ada empat spesies Plasmodium yang menyebabkan penyakit ini, yaitu: P.falciparum, P.vivax, P.ovale, dan P.malariae. Pada perkembangan terbaru terdapat satu spesies lain yang dapat menyebabkan malaria yaitu P.knowlessi (WHO, 2009). Di Sumatera utara sejak 1997 s.d. 2001 departemen kesehatan telah melakukan survei pada 6 desa, yang mendapatkan dua spesies Plasmodium yaitu P.falciparum dan P.vivax (Pasaribu S. dan Lubis C.P, 2002).

2.1.2 Cara Penularan

Parasit malaria ini ditransmisikan secara alamiah dari manusia ke manusia lain melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Diperkirakan terdapat 380 spesies nyamuk Anopheles, namun 60 spesies saja yang dapat mentransmisikan penyakit tersebut. Penyakit malaria juga dapat ditularkan secara tidak alamiah yaitu melalui transfusi darah, transplantasi organ,


(20)

penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi atau penularan selama persalinan yang disebut dengan malaria kongenital.

Salah satu jenis nyamuk Anopheles yang menyebabkan malaria yaitu Anopheles aconitus yang hidup pada daerah air tenang atau sedikit mengalir seperti persawahan. Nyamuk ini menggigit dengan cara menungging dan biasanya pada malam hari, berbeda halnya seperti nyamuk Aedes yang menggigit dengan posisi agak mendatar dan beraktivitas waktu pagi dan sore hari (Soegeng, 2007).

2.1.3 Patogenesis

Infeksi malaria dimulai dari masuknya sporozoit yang dikeluarkan dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles melalui gigitannya. Dalam waktu 30-60 menit (rata-rata 45 menit), sporozoit tidak ditemukan lagi dalam darah dan telah bersarang dalam hati dan mengadakan penetrasi ke dalam hepatosit serta telah memulai siklus eksoterositik atau fase reproduksi aseksual, yaitu: trofozoit- skison- merozoit. Pada P.vivax fase ini memakan waktu 9-16 hari. Merozoit yang dihasilkan jumlahnya beribu-ribu tergantung dari jumlah Plasmodium-nya. Pada P.vivax dihasilkan sekitar 10.000 merozoit. Merozoit ini akan merusak hepatosit dan masuk ke dalam aliran darah. Sebagian merozoit akan rusak, tapi sebagian besar merozoit ini akan berikatan dengan reseptor spesifik pada membran eritrosit dan terjadilah penetrasi ke dalam eritrosit. Di dalam eritrosit inilah mulai siklus aseksual eritrositik, yaitu merozoit- trofozoit muda (bentuk cincin)- trofozoit tua- skison. Skison yang tua akan terus berkembang. Bagian-bagian inti membelah dalam eritrosit, kemudian diikuti sitoplasmanya. Akhirnya eritrosit pecah dan keluarlah merozoit- merozoit. Merozoit-merozoit ini akan kembali menginfeksi eritrosit yang lain dan mengulang siklusnya kembali. Siklus ini dapat berlangsung dan berulang terus. Pada Plasmodium vivax, setiap siklusnya berlangsung selama 42-48 jam. Setelah mengalami 2-3 kali siklus eritrositik, terjadilah suatu fenomena gametogenesis, yaitu beberapa merozoit tidak berubah menjadi trofozoit


(21)

atau skison, tetapi berkembang menjadi bentuk yang mempunyai potensi seksual melalui siklus gametogoni membentuk makrogametosit(betina) dan mikrogametosit(jantan). Masa ini disebut tunas intrinsik. Proses gametogenesis untuk P.vivax membutuhkan waktu kira-kira 4 hari.

Pada stadium eritrositik sebelum pembentukan gametosit, sistem imun akan memproduksi antibodi terhadap gametosit. Pada P.vivax terjadi siklus eritrositik sekunder, dimana sebagian merozoit-merozoit hasil dari siklus preeritrositik tidak masuk ke peredaran darah untuk mengikuti siklus eritrositik, melainkan kembali ke sel-sel hepar yang lain untuk mengulangi siklusnya di sana. Siklus eksoeritrositik sekunder inilah yang bertanggung jawab atas timbulnya relaps pada malaria. Informasi terakhir mengatakan siklus ini dapat disebabkan oleh aktivasi parasit malaria yang sempat sembunyi di dalam hepar. Pada wanita hamil dengan menurunnya kekebalan tubuh maka relaps lebih sering terjadi pada trimester kedua dan ketiga. Siklus hidup didalam tubuh nyamuk (fase vektor) merupakan pertumbuhan seksual. Dimulai dari masuknya gametosit- gametosit pada saat nyamuk mengigit penderita malaria. Parasit- parasit bentuk aseksual maupun seksual ikut terhisap, akan tetapi hanya bentuk seksual saja yang mampu berkembang terus di tubuh nyamuk. Proses yang terjadi di dalam tubuh nyamuk adalah mikrogametosit mengalami eksflagelasi menjadi mikrogamet, sedangkan makrogametosit mengalami pemasakan menjadi satu makrogamet, selanjutnya terjadi fertilisasi yang menghasilkan zigot, 24 jam kemudian berubah menjadi ookinet. Ookinet kemudian menembus dinding usus dan melekat pada membran basalis di dinding luar usus dan tumbuh menjadi ookista. Ookista akan tumbuh menjadi sepuluh kali lipat ukuran semula yang berisi ribuan sporozoit. Jika ookista pecah, maka sporozoit akan tersebar kedalam hemolimph nyamuk, terutama terkumpul dalam kelenjar ludah nyamuk, sehingga nyamuk tersebut sangat infeksius dan siap menyebarkan penyakit malaria. Sekali gigitan nyamuk mampu mengeluarkan 10% dari keseluruhan jumlah sporozoit yang ada di dalam kelenjar ludah nyamuk. Pada saat inilah sporozoit tumbuh dalam tubuh


(22)

hospes(manusia). Beberapa trofozoit akan dihancurkan oleh makrofag atau antibodi penderita. Akan tetapi jika penderita yang non-imun, trofozoit akan segera melakukan penetrasi ke dalam hepatosit.

Proses patofisiologi pada manusia merupakan akibat dari destruksi eritrosit, pelepasan parasit dan material eritrosit ke dalam aliran darah, serta reaksi dari hospes terhadap kejadian-kejadian tersebut. Pecahnya eritrosit yang terinfeksi skison diikuti gejala panas, sakit kepala dan nyeri otot. Pada penderita yang non-imun biasanya gejala sudah muncul pada derajat parasitemia yang lebih rendah.

Parasit malaria melepaskan sejumlah endotoksin yang mengakibatkan aktivasi jaras sitokin. Sel-sel dari makrofag dan monositjuga mungkin endotelium terstimulasi mengeluarkan sitokin. Pada awalnya dihasilkan TNF (Tumor Necrosis Factor) dan IL-1 (Interleukin-1) yang kemudian menginduksi pelepasan sitokin-sitokin lain seperti IL-6 dan IL-8. Pirogen endogen IL-1 dapat diidentifikasi dalam darah pada saat terjadi krisis kimia. Pecahnya eritrosit juga diikuti pelepasan kalium, fosforilasi glukosa, proses oksidasi hemoglobin, rusaknya globin. Juga terjadi perlekatan mekanis eritrosit yang mengandung skison pada endotelium (Soegeng, 2007).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, berat ringannya infeksi yang dipengaruhi oleh jenis/strain Plasmodium, daerah asal infeksi, umur, konstitusi genetik, keadaan dan nutrisi, kemoprofilaksis dan pengobatan sebelumnya.

Gambaran klinis malaria tanpa komplikasi secara umum hampir sama pada keempat spesies. Gejala awal tidak spesifik, menyerupai influensa biasa seperti nyeri kepala, nyeri otot, rasa tidak enak di perut, lesu dan lemah yang biasanya terjadi selama 2 hari sebelum demam. Suhu badan kemudian meningkat disertai sakit kepala yang hebat, mengigil dan hilangnya nafsu makan.


(23)

Demam merupakan gejala khas pada semua jenis malaria. Gejala klinis malaria ditandai beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksismal). Demam paroksisme ini biasanya terjadi dalam 3 stadium (trias malaria) yang berurutan dan berlangsung selama 8-12 jam yaitu stadium dingin, stadium panas, dan berkeringat. Pada infeksi P.vivax demam paroksisme ini terjadi setiap 2 hari sedang P.falciparum paroksisme tidak teratur atau mengikuti pola tertentu. Stadium dingin (cold stage), berlangsung 15-60 menit; mulai mengigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut, badan bergetar, lalu diikuti dengan meningkatnya temperatur. Stadium panas(hot stage), muka merah, nadi cepat, panas badan tetap tinggi beberapa jam, kemudian diikuti dengan berkeringat. Kemudian stadium berkeringat( sweating stage), penderita berkeringat banyak dan temperatur turun sehingga penderita merasa sehat, trias malaria sering pada infeksi P. vivax. Serangan paroksismal biasanya terjadi pada waktu sore.

Kepadatan parasit mencapai maksimal dalam waktu 714 hari. Setelah itu derajat parasitemia akan turun, tetapi limpa akan masih membesar dan panas masih akan berlangsung, dan pada akhir minggu kelima panas mulai turun secara krisis. Pada malaria vivax gejala yang tampak lebih berat namun mortilitas rendah. Malaria serebral dapat terjadi walaupun jarang. Pada penderita yang semi imun perlangsungan malaria vivax tidak spesifik dan ringan saja, parasitemia hanya rendah, serangan demam hanya pendek dan penyembuhan lebih cepat. Resistensi terhadap klorokuin juga pernah dilaporkan.

Parasitemia P.vivax, P. malariae, P. ovale relatif rendah, terutama karena parasit lebih menyukai sel darah merah muda atau tua, tetapi tidak keduanya; P.falciparum menyerang sel darah merah semua umur, termasuk sel darah merah eriteropoietik di dalam sum-sum tulang, dan parasitemianya mungkin sangat tinggi. P.falciparum juga menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler, dengan akibat


(24)

obsruksi, trombosis, dan iskemia lokal. Oleh karena itu P.falciparum seringkali lebih berat dari pada yang lainnya, dengan angka komplikasi berat atau fatal yang jauh lebih tinggi ( malaria serebral, hiperpireksia malaria, gangguan gastrointestinal, blackwater malaria). Akibatnya, diagnosa malaria falciparum yang tepat dan segera penting sekali dan mungkin menyelamatkan nyawa, P. malariae juga dikaitkan dengan sindrom nefrotik pada anak-anak dengan insidens puncak sekitar umur 5 tahun (Jawetz, 1996).

Malaria berat sering terjadi karena P. falciparum yang disebut “pernicous manifestation”. Malaria berat biasanya terjadi mendadak tanpa gejala sebelumnya, dan sering terjadi pada ptenderita yang non-imun. Komplikasi ini bila lebih dari 5% eritrosit terinfeksi parasit malaria, 10% daripadanya mengandung lebih dari 1 parasit. Penderita malaria dengan komplikasi umumnya malaria berat. Defenisi malaria berat menurut WHO adalah bila ditemukan parasit aseksual daram darah tepi disertai salah satu atau lebih komplikasi, seperti : malaria serebral, anemia berat, gagal ginjal, edema paru, hipoglikemia, shock, perdarahan spontan, kejang umum berulang, asidemia dan hemoglobinuria (Soegeng, 2007).

2.1.5 Diagnosis

Diagnosis malaria harus dipikirkan pada setiap penderita demam disertai menggigil, pernah berkunjung atau pernah bertempat tinggal di daerah endemis. Tapi hendaknya diingat bahwa tidak semua penderita malaria menunjukkan gejala-gejala kuat, bahkan kadang hanya mirip serangan flu biasa.

Diagnostik pasti dapat diegakkan bila ditemukan parasit malaria dalam darah penderita dari sediaan darah tetes tebal maupun tipis dengan pengecatan Giemsa atau Wright. Sediaan ini mengkonsentrasikan parasit dan memungkinkan deteksi walaupun infeksinya ringan. Tetapi, untuk menemukan parasit dalam darah akan lebih besar kemungkinannya bila pengambilan darah dilakukan pada serangan waktu febris.


(25)

Sediaan tetes tebal berguna untuk diagnosis pada derajat parasitemia yang rendah, oleh karena itu sangat berguna untuk tes skrining. Sedangkan tetes tipis optimal untuk pemeriksaan morfologi parasit sehingga dapat dibedakan beberapa spesies malaria serta dapat digunakan dalam menentukan derajat parasitemia maupun anemia.

Metode lain yang dapat digunakan adalah penggunaan sistem filter-Acridine Orange (AO) yaitu tergolong metode fluorokrom, yakni metode yang mampu menghasilkan intentitas fluoresen yang tinggi dan perbedaan warna yang sangat mencolok. Objek akan tampak dengan inti berwarna hijau dan sitoplasma yang berwarna merah.

Gambaran laboraturium lain yang dapat ditemukan seperti anemia normositik yang beratnya berbeda-beda. Selama waktu paroksismal mungkin terdapat leukositosis; selanjutnya, timbul leukopenia serta peningkatan reaktif sel mononuklear besar. Tes fungsi hati dapat memberikan hasil abnormal selama serangan, tetapi fungsi hati dapat kembali notmal setelah pengobatan atau membaik spontan. Adanya protein dan silinder dalam air kemih anak menunjukkan adanya nefrosis kuartana. Pada P.falciparum yang berat, kerusakan ginjal dapat menyebabkan oliguria dan adanya silinder, protein, dan sel darah putih dalam air kemih (Jawetz, 1996)).

2.1.6 Pengobatan dan Pencegahan

Klorokuin (Aralin) adalah obat pilihan selama serangan akut; 1,5 gram (basa) diberikan melebihi periode 3 hari atau 1,8 gram selama 4 hari lebih. Pada kasus koma malaria falciparum (malaria serebral), kuinin dihidroklorida (sekarang tidak dapat lagi di Amerika Serikat) atau kuinidin glukonat parenteral harus digunakan sampai pengobatan oral dapat diberikan. Telah dilaporkan strain P.vivax yang resisten terhadap klorokuin, tapi klorokuin tetap merupakan obat pilihan pertama, kecuali parasit yang diketahui telah resisten. Primakuin, membunuh bentuk eksoeritrosit di hati (berpotensi untuk menimbulkan kekambuhan malaria),


(26)

yang dikenal sebagai pengobatan radikal. Malaria falciparum tidak ditemuka n lagi dihati setelah fase eritrositik, maka untuk mengobati bentuk klinik adalah dengan pengobatan radikal. Pengobatan primakuin sebaiknya mengikuti terapi untuk malaria klinis. Penderita defisiensi G6PD (glukosa 6 fosfat dehidrogenase) sebaiknya diberikan dosis rendah primakuin yang lebih lama (tidak sama sekali), kemungkinan terjadi anemia hemolitik. Primakuin juga memiliki daya kerja gametositisidal terhadap P.falciparum dengan dosis tunggal 45 mg (untuk dewasa). Untuk malaria berat dapat di berikan artesunate dan artemisinin suppositoria. Profilaksis supresif dapat dicapai dengan klorokuin sulfat atau amodiakuin kecuali pada daerah falciparum yang resisten klorokuin. Meflokuin sekarang merupakan obat kemoprofilaksis pilihan untuk daerah resisten-klorokuin. Doksisiklin, yang diberikan setiap hari, dapat digunakan pada daerah yang P.falciparum nya resisten terhadap berbagai obat. Tetapi tidak ada obat yang secara pasti dapat mencegah malaria. Para pelancong sebaiknya menghindari gigitan nyamuk, dengan menggunakan rapelan dietiltoluoamid, dan tidur menggunakan kelambu yang dilapisi pyterin (Jawetz, 1996).

2.1.7 Pengendalian

Pengendalian malaria bergantung pada pembersihan tempat perkembangbiakan nyamuk, perlindungan perorangan terhadap nyamuk (kasa, kelambu, obat nyamuk), pengobatan dengan obat supresi bagi orang yang kontak, dan pengobatan edekuat terhadap penderita dan pembawa parasit. Pemberantasan, memerlukan pemutusan antara nyamuk Anopheles dan manusia dalam jangka waktu yang cukup untuk mencegah penularan. Dalam pengendalian cara sederhana misalnya dengan menghimbau masyarakat petani agar tetap memelihara kondisi saluran pengairan sehingga aliran air di persawahan tetap lancar tanpa ada kantong-kantong di pinggir saluran, Petani harus menanam padinya serentak dan


(27)

mengeringkan sawahnya tiap 10 hari selama 2 hari, Ternak agar ditempatkan kandangnya di dekat perindukan diluar rumah, dan tidak menyatu dengan rumah, serta penebaran ikan pemakan jentik di sawah, dll (Nurmaini, 2003).

2.2 Perilaku

Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Dua hal yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya dan lingkungan adalah kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.

Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) berkata bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Respon dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Respondent respons ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Respon-respon yang timbul umumnya relatif tetap. b. Operant respon ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh

perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme.

Perilaku kesehatan adalah suatu proses seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan dan makanan serta lingkungan. Menurut Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:

a. Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.


(28)

b. Perilaku sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.

c. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

Bloom (1908) membagi perilaku ke dalam 3 domain namun tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan.

2.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:

a. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.


(29)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2005).

2.2.2 Sikap

Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.

Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:

a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain : a. Menerima (receiving)

Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan. b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah. d. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.


(30)

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.

2.2.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan : a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator raktek tingkat dua. c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.2.4 Indikator Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, ada beberapa indikator yang dapat digunakan dan dikelompokkan menjadi:


(31)

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok, minuman keras, narkoba dsb, pentingnya istirahat cukup, relaksasi dsb. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih, cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat, dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan (Notoatmodjo, 2003).


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep berikut disusun berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat tentang penyakit malaria.

Gambar. 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat tentang penyakit malaria.

Malaria Pengetahuan

Sikap


(33)

Tabel 3.1 Definisi Operasional No

.

Variabel Definisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui responden mengenai malaria

Kuesioner 1: Baik 2: Sedang 3: Kurang

Ordinal

2. Sikap Tanggapan atau

reaksi responden mengenai malaria

Kuesioner 1: Baik 2: Sedang 3: Kurang

Ordinal

3. Tindakan Segala sesuatu yang telah dilakukan responden

sehubungan dengan pengetahuan dan sikap tentang malaria

Kuesioner 1: Baik 2: Sedang 3: Kurang

Ordinal

3.3. Cara Ukur 3.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 5 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 5.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang malaria (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu 5).

b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang malaria (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-4).


(34)

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang malaria (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <2).

3.3.2. Sikap

Sikap diukur melalui 5 pertanyaan jika responden menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% yaitu 5.

b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-4.

c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <2.

3.3.3. Tindakan

Tindakan diukur melalui 5 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% yaitu 5.

b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-4.

c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <2.


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif cross sectional, yakni untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku masyarakat Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat mengenai penyakit malaria.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Penelitian dan pengumpulan data akan dilakukan selama bulan Juni hingga November 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat yang terdata di kantor kecamatan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.3.2.Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster sampling. Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat. b. Mengerti bahasa Indonesia dengan baik

c. Kooperatif dan bersedia mengisi angket

Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah :

a. Petugas kesehatan di Puskesmas ataupun lembaga kesehatan. b. Buta huruf atau tidak bisa membaca


(36)

4.3.3 Besar Sampel

Besarnya sampel dihitung dengan rumus berikut:

Keterangan:

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan, disini yang digunakan adalah 0,1

Z = Standar deviasi; yang digunakan adalah 1,96

P = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi; yang digunakan adalah 0,5

q = 1 - p

N = Besarnya Populasi n = Besarnya Sampel (Notoatmodjo, 2005)

Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahui jumlah populasi pada Kecamatan Kutambaru yaitu 15.658 orang maka didapati besar sampel minimum sebanyak 95 orang, namun sampel yang digunakan untuk penelitian adalah 96 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada awal penelitian diperlukan data sekunder berupa data umum populasi dan responden yang dapat diperoleh dari Kantor Kecamatan Kutambaru. Selanjutnya dilakukan pemilihan responden, dan dikumpulkan data primer yaitu data hasil dari pengisian kuesioner. Lalu kuesioner yang telah disiapkan disebarkan kepada responden yang terpilih. Terlebih dahulu kuesioner telah dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan

1

×

×

×

=

N

n

N

n

q

p

Z

d

421063

,

95

53

,

157

68

,

15031

1

658

.

15

658

.

15

5

,

0

5

,

0

96

,

1

1

,

0

=

=

×

×

×

=

n

n

n


(37)

menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid). Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai adalah teknik korelasi product moment dan untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka dapat menggunakan SPSS untuk mengujinya. Untuk item-item pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau tidak dipakai sebagai instrumen pertanyaan.

Berikut adalah hasil uji validitas terhadap pertanyaan pengetahuan dan sikap: Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Pengetahuan Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status

Pengetahuan 1 0.646 Valid

2 0.561 Valid

3 0.453 Valid

4 0.646 Valid

5 0.703 Valid

Sikap 1 0.478 Valid

2 0.615 Valid

3 0.512 Valid

4 0.886 Valid


(38)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 17.0, tahap ke empat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.


(39)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang penyakit malaria di Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat, dimana penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juni-November 2010. Penelitian ini diikuti 96 responden yang telah bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan dan pernyataan yang tertuang di kuesioner.

Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan kepala keluarga tentang penyakit, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden yang berada di Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat.

5.1 Hasil

5.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Ditinjau dari letak geografisnya, kecamatan kutambaru termasuk dalam kabupaten langkat dengan luas wilayah ± 182.02 km2. Kecamatan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah berikut:

Utara : Kec. Salapian Timur : Kec. Sei Bingai Selatan : Kab. Karo Barat : Kec. Bahorok

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dari hasil penenlitian yang telah dilakukan, diperoleh data-data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel seperti yang diuraikan dibawah ini.


(40)

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Umur/Jenis

Kelamin

Frekuensi (n) Persen (%)

19-30 13 13,5

31-40 49 51,0

40> 34 35,4

Pria 50 52,1

Wanita 46 47,9

Total 96 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak berusia 31 – 40 tahun (51%) sedangkan yang paling sedikit berusia 19 – 30 tahun (13,5%) dan untuk jenis kelamin responden yang paling banyak berjenis kelamin Pria (52,1 %) sedangkan yang paling sedikit berjenis kelamin Wanita (47,9%).

5.1.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Malaria

Penilaian tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan 5 pertanyaan yang mencakup informasi tentang malaria seperti vektor penyebab malaria, waktu aktif vektor tersebut menggigit, tempat perkembangbiakan nyamuk, gejala penyakit dan penularan penyakit malaria.


(41)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Malaria

o

Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah

%) (%)

Mengetahui nyamuk penyebab malaria

2 3,8 4 6,3

.

Mengetahui gejala penyakit malaria

3 6,0 3 4,0

.

Mengetahui penularan penyakit malaria

5 7,3 1 2,7

.

Mengetahui waktu aktif nyamuk malaria

7 9,4 9 0,6

.

Mengetahui tempat perkembangbiakan

nyamuk 4 6,3 2 3,8

Dari tabel 5.2 dijabarkan bahwa pada pertanyaan pertama yang mengetahui nyamuk penyebab malaria hanya (43,8%). Pada pertanyaan ke-2 sebanyak (76,0%) yang mengetahui gejala penyakit malaria dan masih menyisakan (24,0%) yang tidak mengetahui. Mengenai penularan penyakit malaria, sebanyak (57,3%) yang mengetahui bagaimana penularan terhadap penyakit malaria dengan (42,7%) tidak mengetahui. Pengetahuan mengenai waktu aktif vektor malaria menggigit diketahui sebanyak (59,4%) dan (40,6%) tidak mengetahui. Tentang tempat perkembangbiakan nyamuk pembawa malaria yang mengetahui sebanyak (56,3%) dan (43,8%) tidak mengetahui.


(42)

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Malaria

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 14 14,6

Sedang Kurang

66 16

68,8 16,7

Total 96 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang sedang merupakan persentase yang tertinggi yaitu 68,8 %.

5.1.4 Distribusi Sikap Responden Terhadap Malaria

Penilaian tentang sikap diukur dengan menggunakan 5 pertanyaan yang mencakup informasi tentang malaria seperti dalam hal pencegahan maupun penanganan awal pada penyakit malaria.


(43)

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Tiap Pertanyaan Mengenai Malaria

o

Item Pertanyaan Sikap

Positif Negatif

%) (%)

.

Saya akan tidur menggunakan kelambu

yang dilapisi insektisida. 9 2,3 7 7,7

.

Saya akan menjauhkan hewan ternak dari

tempat tinggal 0 3,8 ,3

.

Saya akan segera memeriksakan diri ke

Puskesmas jika menderita demam menggigil 3 6,0 3 4,0

.

Saya akan menggunakan obat oles pengusir

nyamuk terutama saat malam hari 9 1,9 7 8,1

.

Saya akan menggunakan pembasmi

nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainya 8 0,4 8 9,6

Dari tabel 5.4 didapatkan bahwa yang setuju tentang penggunaan kelambu yang dilapisi insektisida sebanyak (82,3%), menjauhkan hewan ternak dari tempat tinggal sebanyak (93,8%), menggunakan obat oles pengusir nyamuk sebanyak (71,9%), dan yang menggunakan pembasmi nyamuk sebanyak (60,4%), sedangkan yang setuju memeriksakan diri ke puskesmas jika demam mengigil adalah (76,0%) dan masih menyisakan (24,0%) yang tidak setuju.


(44)

Tabel 5.5 Distribusi Sikap Responden Terhadap Malaria

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 36 37,5

Sedang Kurang

58 2

60,4 2,1

Total 96 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sikap yang sedang merupakan persentase yang cukup tinggi yaitu 60,4%.

5.1.5 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Malaria

Penilaian tentang tindakan diukur dengan menggunakan 5 pertanyaan yang mencakup informasi tentang malaria seperti dalam hal pencegahan maupun penanganan awal pada penyakit malaria.


(45)

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Tiap Pertanyaan Mengenai Malaria

o

Item Pertanyaan Tindakan

Sesuai Tidak Sesuai

%) (%)

.

Melakukan Pemasangan kawat kasa pada

jendela dan ventilasi. 3 5,6 3 4,4

.

Melakukan Pemberian obat penurun panas jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena malaria

9 2,7 ,3

.

Tidak melakukan banyak aktivitas diluar

rumah pada malam hari 2 5,4 4 4,6

.

Melakukan Pembersihan lingkungan, menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotong royong membersihkan lingkungan sekitar

8 0,4 8 9,6

.

Melakukan Pemeriksaan diri secara rutin ke

Puskesmas 3 5,2 3 4,8

Dari tabel 5.6 didapatkan bahwa yang melakukan tindakan pemasangan kawat kasa pada jendela dan ventilasi sebanyak (65,6%), memberi obat penurun panas jika diduga terkena malaria sebanyak (92,7%), tidak melakukan banyak aktivitas diluar rumah pada malam hari sebanyak (85,4%), membersihkan lingkungan sebanyak (60,4%), melakukan pemeriksaan rutin ke puskesmas sebanyak (55,2%).


(46)

Tabel 5.7 Distribusi Tindakan Responden Terhadap Malaria

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 25 26,0

Sedang Kurang

71 0

74,0 0

Total 96 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa tindakan yang sedang merupakan persentase yang cukup tinggi yaitu 74,0 %, tingkat pengetahuan baik yaitu 26,0 % dan tidak ada yang memiliki tindakan tentang malaria yang kurang.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kecamatan Kutambaru terhadap Malaria

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari kuisioner, diketahui bahwa dari 96 responden yang di teliti di Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat, tingkat pengetahuan baik yaitu 14 orang (14,6 %), sedang 66 orang (68,8 %), dan tingkat pengetahuan kurang 16 orang (16,7 %).

Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan tentang malaria yang belum baik karena rata-rata nilai total pengetahuan responden hanya 2,93 dari nilai maksimum 5. Dari tabel 5.2 diperoleh bahwa sebagian besar pengetahuan masyarakat tentang malaria adalah sedang, yaitu 66 orang (68,8%). Informasi tentang gejala penyakit malaria seperti demam menggigil diperoleh sebagian besar responden (76,0%) seperti yang dikemukakan Sanjana (2001) dalam penelitiannya daerah endemis di Jawa Tengah yaitu sebanyak (93,0%) dan Paulander (2009) di Tigray Etiopia (74,0%) tahu bahwa gejala maria yaitu demam menggigil. Peneliti berasumsi mungkin ini berkaitan erat dengan pengalaman mereka tinggal di daerah endemis, hal yang sama juga dikemukakan oleh Sukowati (2003) dalam penelitiannya di daerah Lombok Timur dan Nusa Tenggara Barat. Hanya saja walaupun mereka bertempat tinggal di daerah endemis, relatif banyak penduduk yang belum memahami tentang pencegahan dan pemberantasan nyamuk sesuai dengan jawaban responden yaitu pengetahuan tentang nyamuk penyebab malaria


(47)

(43,8%) berbeda dengan penelitian Tyagi (2005) di Timur Delhi dimana (80,0%) responden mengetahui bahwa nyamuk penyebab malaria adalah Nyamuk Anopheles. Tentang pengetahuan responden tentang waktu aktif malaria menggigit hanya (59,4%) berbeda dengan penelitian Deresa (1999) di Bujitara, Etiopia yaitu (73,2%) serta tentang tempat perkembangbiakan nyamuk hanya (56,3%) berbeda dengan penelitian Deresa (1999) yaitu sebanyak (71,0%). Menurut Sukowati (2003) hal ini dimungkinkan karena sumber informasi masih kurang.

Peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan ini terkait kondisi penduduk tersebut baik secara individu ataupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Kesadaran dan minat responden untuk mengetahui lebih jauh mengenai penyakit malaria sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan pasien tersebut. Hal ini sesuai seperti yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu 1) faktor internal seperti intelegensia, minat dan kondisi fisik; 2) faktor eksternal seperti keluarga dan masyarakat; 3) faktor pendekatan belajar seperti upaya belajar dan strategi dalam pembelajaran.

5.2.2 Sikap Masyarakat Kecamatan Kutambaru terhadap Malaria

Sikap responden mengenai malaria yang diperoleh dari kuisioner, bahwa dari 83 responden yang mempunyai sikap baik 29 orang (34,9%), sedang 53 orang (64,9%) dan buruk 1 orang (1,2%).

Penelitian ini memperlihatkan sikap responden tentang malaria yang belum baik karena rata-rata nilai total pengetahuan responden yaitu 3,84 dari nilai maksimum 5. Walaupun begitu, hasil dari sikap lebih baik dari pada pengetahuan yaitu kategori baik meningkat menjadi 36 orang (37,5%) dan kategori kurang menurun menjadi 2 orang (2,1%). Melihat tabel 5.4 diperoleh bahwa responden yang setuju dengan penggunaan kelambu yang dilapisi insektisida hanya 68 orang (82,3%) walaupun menurut dinas kesehatan setempat sudah memberikan secara cuma-cuma kepada seluruh warga di daerah endemis malaria. Berbeda halnya dengan penelitian Sapardiah, S (1994) yang dilakukan di Mimika Timur, Papua Barat dimana (99%) responden mau menggunakan kelambu yang dilapisi


(48)

insektisida. Namun, dalam penelitian Malisa (2009) di Simanjiro, Tanzania utara bahwa responden yang tidak waspada terhadap malaria yaitu dengan tidak menggunakan kelambu mencapai (87,5%).

Sikap mengenai pemeriksaan diri ke Puskesmas jika menderita demam menggigil sebanyak (76,0%) berbeda halnya dengan penelitian Sanjaya (2001) bahwa hanya sebanyak (29,0%) responden yang datang ke pusat kesehatan dan (20,0%) ke praktisi kesehatan.

Sikap merupakan reaksi atau respon individu yang di dalamnya terkandung komponen kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek. Sikap juga mengandung komponen emosional dan motivasi yang mendorong individu untuk bertindak secara tertentu terhadap objek tersebut (Allport, 1954 dalam Notoatmodjo, 2007). Oleh karena itu, sikap merupakan faktor penting dalam menurunkan angka kesakitan akibat malaria. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas dapat diminimalkan.

5.2.3 Tindakan Masyarakat Kecamatan Kutambaru terhadap Malaria

Tindakan diukur menggunakan 5 pertanyaan meliputi pencegahan dan penanganan awal penyakit malaria. Proporsi paling tinggi adalah dengan tindakan sedang sebesar 74,0%.

Penelitian ini memperlihatkan tindakan responden yang belum baik yaitu dengan nilai rata-rata 3,59 dari total nilai 5. Tentang tindakan tak satu respondenpun yang mempunyai nilai kategori kurang. Melihat tabel 5.6 bahwa responden yang tidak melakukan aktivitas keluar rumah pada malam hari sebanyak 82 orang (85,4%). Hal ini berbeda dengan penelitian Sukowati, S (2003) pada masyarakat Nusa Tenggara Barat dan Lombok Timur dimana mereka mempunyai kebiasaan dan aktivitas di luar rumah pada malam hari terutama para suami yang menginap di ladang. Kemudian, sebanyak 89 orang (92,7%) sudah cukup baik melakukan penanganan awal untuk demam yaitu dengan pemberian obat penurun panas, dalam penelitian Deresa (1999) di Bujitara, Etiopia mesyarakat menggunakan obat-obatan medis sebanyak (73,5%) dan Daun-daunan (80,4%). Serta, sebanyak 53 orang (55,2%) melakukan pemeriksaan kesehatan rutin ke Puskesmas.


(49)

Tindakan responden tentang pembersihan lingkungan, menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotong royong membersihkan lingkungan sekitar sebanyak (60,4%) seperti yang sampaikan oleh Humprey (2010) dalam penelitiannya di Northwest Tanzania bahwa responden melakukan pembersihan lingkungan sekitar (32,0%) dan menimbun genangan air (22,1%).


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan responden yang sedang merupakan persentase yang cukup tinggi yaitu 68,8 %, tingkat pengetahuan baik yaitu 14,6 % dan tingkat pengetahuan kurang yaitu 16,7 %. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan responden tentang malaria belum tinggi.

2. Kategori sikap yang sedang merupakan persentase yang cukup tinggi yaitu 60,4 %, sikap baik yaitu 37,5 % dan sikap kurang yaitu 2,1 %. Hal ini menunjukkan sikap responden tentang malaria belum baik.

3. Tindakan responden yang sedang merupakan persentase yang cukup tinggi yaitu 74,0 %, tingkat pengetahuan baik yaitu 26,0 % dan tidak ada yang memiliki tindakan tentang malaria yang kurang. Hal ini menunjukkan belum baiknya tindakan responden tentang malaria.

6.2 Saran

Untuk pemerintah dan puskesmas terkait hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Malaria sehingga sikap dan tindakannya bisa terstimulus baik dalam mencegah Malaria maupun bisa dengan tepat melakukan pertolongan pertama pada orang yang diduga terkena Malaria. Metode yang digunakan mungkin bisa dari pemberian penyuluhan melalui bentuk film pendek, pemasangan poster, pembagian leaflet, atau perlombaan anak dengan tema Malaria.

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan bisa dilakukan pencarian faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat yang masih belum baik meskipun angka kejadian Malaria di kecamatan ini adalah yang paling tinggi.


(51)

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Draf Ringkasan Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Diperoleh dari:

2010]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Peneltian dan Pengembangan Kesehatan.

Deressa, W. 1999. Knowledge, Attitude and Practice About Malaria, the Mosquito and Antimalarial Drugs in a Rural Community, tahun 1999. Available

from: [Accessed 4

Desember 2010]

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2006. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Humprey, D. et al, 2010. Knowledge, Attitudes, and Practices aboutMalaria and Its Control in Rural Northwest Tanzania, Tahun 2010. Available from: November 2010]

Jawetz, E.et al, 1996. Mikrobiologi Kedokteran: Protozoa. 20th ed. Jakarta: EGC. Lubis, C.P and Pasaribu, S., 2002. Malaria in North Sumatera Province the Situation and Characteristics, University of Sumatera Utara.

chairuddin.pdf. [Accesed 13 April

2010]

Malisa, A.L., 2009. Knowledge and practices on malaria and its control among pastoralists in Simanjiro District, northern Tanzania. Availble from:

th09037 :

Notoatmodjo, S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:Rineka Cipta.118-127.


(52)

Notoatmodjo,S,2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka cipta. 90-91.

Paulander, J, 2009. Knowledge, attitudes and practice about malaria in rural Tigray, Ethiopia, Tahun 2009. Available from: 1839-3536-2-PB : [Accesed 4 Desember 2010]

Sanjaya, P. et al, 2001. Survey of community knowledge, attitude and practice during malaria in central java, Indonesia, Tahun 2001. Available from:

Sukowati, S. et al, 2003. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) masyarakat tentang malaria di daerah Lombok timur, Nusa tenggara barat, Tahun 2003. Available From:

http://ejhd.uib.no/ejhd-v21-n2. [Accesed 21 November 2010]

Tuti, S. et al, 2003. Malaria di Pulau Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara, Tahun 2003. Available from: 2010]

Tyagi, P, 2005. Knowledge, awareness and practices towards malaria in

communities of rural, semi-rural and bordering areas of east Delhi (India), Tahun 2005. Available from: [Accesed 4 Desember 2010])

World Health Organization, 2009. World malariae report 2009. Geneva:

World Health Organization. Available from:

World Health Organization, 2010. Malaria. Geneva: World Health Organization. Available from: http://www.who.int/topics/malaria/en. [Accesed 11 April 2010]


(53)

World Health Organization, 2006. Malaria Based Suppositoria. Geneva:

World Health Organization. Available from:


(54)

Lampiran I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Setyo Medika Buana Putra Tempat / Tanggal Lahir : Surabaya, 1 Mei 1989 Agama : Islam

Alamat : Perum. Bumi Asri Blok G-171 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 1 Tanjung Gading 2. SLTP N 1 Sei Suka

3. SMA N 7 Malang

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Div. Dana dan Usaha PHBI FK USU 2007-2008 2. Anggota Div. Pembinaan PHBI FK USU 2008-2009

3. Personalia Div. HUMAS SCORE BEM PEMA FK USU 2009-2010 4. Sekretaris Kerohanian BEM PEMA FK USU 2009-2010

5. Ketua Divisi. Sospol KAM Rabbani FK USU 2009 6. Ketua Umum DPW KAM Rabbani FK USU 2010 7. Sekretaris Kabinet BEM PEMA FK USU 2010-2011


(55)

Lampiran II

KUESIONER PENELITIAN

PERILAKU MASYARAKAT KECAMATAN KUTAMBARU KABUPATEN LANGKAT TENTANG MALARIA Jawablah pertanyaan berikut dengan menyilang jawaban yang paling benar.

1. Menurut anda apakah nama nyamuk yang membawa penyakit malaria A. Aedes Aegepti

B. Anopheles C. Plasmodium Sp.

2. Menurut anda apakah gejala penyakit malaria A. Demam menggigil

B. Mendadak tinggi (awalnya baik-baik saja) C. Demam tinggi terus-menerus

o

Pernyataan

enar

S alah

.

Penyakit malaria ditularkan melalui sentuhan atau air liur orang yang menderita malaria

4. Menurut anda, kapan waktu aktif nyamuk pembawa malaria menggigit

A. Pagi B. Sore C. Malam

5. Menurut anda, dimanakah tempat perkembangbiakan nyamuk penyebab malaria

A. Sampah-sampah dedaunan B. Baju-baju yang tergantung


(56)

C. Rawa atau persawahan

Sikap Responden

Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda contreng (v) pada jawaban yang anda anggap benar.

o.

Pertanyaan S

etuju

Tidak Setuju

.

Saya akan tidur menggunakan kelambu yang dilapisi insektisida.

.

Saya akan menjauhkan hewan ternak dari tempat tinggal.

.

Saya akan segera memeriksakan diri ke Puskesmas jika menderita demam menggigil.

.

Saya akan menggunakan obat oles pengusir nyamuk terutama saat malam hari.

.

Saya akan menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainya.

Tindakan Responden

Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda contreng (v) pada jawaban yang anda anggap benar

o.

Pertanyaan Y

a

Ti dak

.

Apakah anda Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi?


(57)

. panas jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena malaria?

.

Apakah anda banyak melakukan aktivitas di luar rumah pada malam hari?

.

Apakah anda membersihkan lingkungan, menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotong royong membersihkan lingkungan sekitar?

.

Apakah anda secara rutin memeriksakan diri ke Puskesmas?

Sistem Skoring Pada Kuesioner Sistem skoring pada kuesioner pengetahuan:

Pertanyaan Penilaian

A B C

1 0 1 0

2 1 0 0

3 0 1

4 0 0 1

5 0 0 1


(58)

Pertanyaan Nilai

Setuju Tidak Setuju

1 1 0

2 1 0

3 1 0

4 1 0

5 1 0

Sistem skoring pada kuesioner tindakan:

Pertanyaan Nilai

Ya Tidak

1 1 0

2 1 0

3 0 1

4 1 0


(59)

Lampiran III PENGANTAR Assalamualaikum wr. wb.

Salam Sejahtera bagi kita semua

Kepada bapak/ibu, sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan dan kuesioner ini.

Pertama-tama, ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Setyo Medika Buana Putra. Saya berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU), Angkatan 2007. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Adapun judul penelitian saya adalah Gambaran Perilaku Masyrakat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat tentang Malaria. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku mengenai malaria pada masyarakat di Kecamatan Kutambaru, karena dari data terakhir diperoleh bahwa Puskesmas yang menangani Kecamatan Kutambaru merupakan daerah dengan angka kejadian malaria tertinggi di Kabupaten Langkat.

Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal seputar identitas Bapak/Ibu dan pengetahuan Bapak/Ibu mengenai Malaria.

Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini membawa manfaat besar bagi kita semua.


(60)

SURAT PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya.

Langkat, 2010


(61)

Lampiran IV

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 54 56.3 56.3 56.3

Benar 42 43.8 43.8 100.0

Total 96 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 23 24.0 24.0 24.0

Benar 73 76.0 76.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 41 42.7 42.7 42.7

Benar 55 57.3 57.3 100.0

Total 96 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 39 40.6 40.6 40.6

Benar 57 59.4 59.4 100.0


(62)

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 42 43.8 43.8 43.8

Benar 54 56.3 56.3 100.0

Total 96 100.0 100.0

PKEL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BAIK 14 14.6 14.6 14.6

KURANG 16 16.7 16.7 31.3

SEDANG 66 68.8 68.8 100.0

Total 96 100.0 100.0

S1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 17 17.7 17.7 17.7

Benar 79 82.3 82.3 100.0

Total 96 100.0 100.0

S2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 6 6.3 6.3 6.3

Benar 90 93.8 93.8 100.0


(63)

S3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 23 24.0 24.0 24.0

Benar 73 76.0 76.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

S4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 27 28.1 28.1 28.1

Benar 69 71.9 71.9 100.0

Total 96 100.0 100.0

S5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 38 39.6 39.6 39.6

Benar 58 60.4 60.4 100.0

Total 96 100.0 100.0

SKEL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BAIK 36 37.5 37.5 37.5

KURANG 2 2.1 2.1 39.6

SEDANG 58 60.4 60.4 100.0


(64)

T1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 33 34.4 34.4 34.4

Benar 63 65.6 65.6 100.0

Total 96 100.0 100.0

T2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 7 7.3 7.3 7.3

Benar 89 92.7 92.7 100.0

Total 96 100.0 100.0

T3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 14 14.6 14.6 14.6

Benar 82 85.4 85.4 100.0

Total 96 100.0 100.0

T4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 38 39.6 39.6 39.6

Benar 58 60.4 60.4 100.0


(65)

T5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 43 44.8 44.8 44.8

Benar 53 55.2 55.2 100.0

Total 96 100.0 100.0

TKEL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BAIK 25 26.0 26.0 26.0

SEDANG 71 74.0 74.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Statistics

ptot Stot Ttot

N Valid 96 96 96

Missing 0 0 0

Mean 2.93 3.84 3.59

ptot

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 1 1.0 1.0 1.0

1 15 15.6 15.6 16.7

2 25 26.0 26.0 42.7

3 20 20.8 20.8 63.5

4 19 19.8 19.8 83.3

5 16 16.7 16.7 100.0


(66)

Stot

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 3.1 3.1 3.1

2 7 7.3 7.3 10.4

3 30 31.3 31.3 41.7

4 18 18.8 18.8 60.4

5 38 39.6 39.6 100.0

Total 96 100.0 100.0

Ttot

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 1.0 1.0 1.0

2 17 17.7 17.7 18.8

3 27 28.1 28.1 46.9

4 26 27.1 27.1 74.0

5 25 26.0 26.0 100.0


(67)

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Ptot

P 1

Pearson Correlation 1 .081 -.229 .099 -.728** .380 -.380 .a .058

Sig. (2-tailed) .735 .332 .679 .000 .098 .098 . .808

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 2

Pearson Correlation .081 1 .236 .522* .067 .290 .174 .a .646**

Sig. (2-tailed) .735 .317 .018 .780 .215 .463 . .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 3

Pearson Correlation -.229 .236 1 .082 .000 .082 .533* .a .561*

Sig. (2-tailed) .332 .317 .731 1.000 .731 .015 . .010

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 4

Pearson Correlation .099 .522* .082 1 .174 -.010 .010 .a .453*

Sig. (2-tailed) .679 .018 .731 .463 .966 .966 . .045

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 5

Pearson Correlation -.728** .067 .000 .174 1 -.058 .290 .a .166

Sig. (2-tailed) .000 .780 1.000 .463 .808 .215 . .484

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 6

Pearson Correlation .380 .290 .082 -.010 -.058 1 .414 .a .646**

Sig. (2-tailed) .098 .215 .731 .966 .808 .069 . .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 7

Pearson Correlation -.380 .174 .533* .010 .290 .414 1 .a .703**

Sig. (2-tailed) .098 .463 .015 .966 .215 .069 . .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 8

Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a

Sig. (2-tailed) . . . .

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P t o t

Pearson Correlation .058 .646** .561* .453* .166 .646** .703** .a 1

Sig. (2-tailed) .808 .002 .010 .045 .484 .002 .001 .

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20


(68)

a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sikap

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 Ptot

P1 Pearson Correlation 1 .444* .250 .369 -.245 .478*

Sig. (2-tailed) .050 .288 .110 .299 .033

N 20 20 20 20 20 20

P2 Pearson Correlation .444* 1 .250 .369 .105 .615**

Sig. (2-tailed) .050 .288 .110 .660 .004

N 20 20 20 20 20 20

P3 Pearson Correlation .250 .250 1 .302 .419 .512*

Sig. (2-tailed) .288 .288 .196 .066 .021

N 20 20 20 20 20 20

P4 Pearson Correlation .369 .369 .302 1 .601** .886**

Sig. (2-tailed) .110 .110 .196 .005 .000

N 20 20 20 20 20 20

P5 Pearson Correlation -.245 .105 .419 .601** 1 .537*

Sig. (2-tailed) .299 .660 .066 .005 .015

N 20 20 20 20 20 20

Ptot Pearson Correlation .478* .615** .512* .886** .537* 1

Sig. (2-tailed) .033 .004 .021 .000 .015

N 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(1)

S3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 23 24.0 24.0 24.0

Benar 73 76.0 76.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

S4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 27 28.1 28.1 28.1

Benar 69 71.9 71.9 100.0

Total 96 100.0 100.0

S5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 38 39.6 39.6 39.6

Benar 58 60.4 60.4 100.0

Total 96 100.0 100.0

SKEL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BAIK 36 37.5 37.5 37.5

KURANG 2 2.1 2.1 39.6

SEDANG 58 60.4 60.4 100.0


(2)

T1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 33 34.4 34.4 34.4

Benar 63 65.6 65.6 100.0

Total 96 100.0 100.0

T2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 7 7.3 7.3 7.3

Benar 89 92.7 92.7 100.0

Total 96 100.0 100.0

T3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 14 14.6 14.6 14.6

Benar 82 85.4 85.4 100.0

Total 96 100.0 100.0

T4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 38 39.6 39.6 39.6

Benar 58 60.4 60.4 100.0


(3)

T5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 43 44.8 44.8 44.8

Benar 53 55.2 55.2 100.0

Total 96 100.0 100.0

TKEL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BAIK 25 26.0 26.0 26.0

SEDANG 71 74.0 74.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Statistics

ptot Stot Ttot

N Valid 96 96 96

Missing 0 0 0

Mean 2.93 3.84 3.59

ptot

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 1 1.0 1.0 1.0

1 15 15.6 15.6 16.7

2 25 26.0 26.0 42.7

3 20 20.8 20.8 63.5

4 19 19.8 19.8 83.3

5 16 16.7 16.7 100.0


(4)

Stot

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 3.1 3.1 3.1

2 7 7.3 7.3 10.4

3 30 31.3 31.3 41.7

4 18 18.8 18.8 60.4

5 38 39.6 39.6 100.0

Total 96 100.0 100.0

Ttot

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 1.0 1.0 1.0

2 17 17.7 17.7 18.8

3 27 28.1 28.1 46.9

4 26 27.1 27.1 74.0

5 25 26.0 26.0 100.0


(5)

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Ptot

P 1

Pearson Correlation 1 .081 -.229 .099 -.728** .380 -.380 .a .058

Sig. (2-tailed) .735 .332 .679 .000 .098 .098 . .808

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 2

Pearson Correlation .081 1 .236 .522* .067 .290 .174 .a .646**

Sig. (2-tailed) .735 .317 .018 .780 .215 .463 . .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 3

Pearson Correlation -.229 .236 1 .082 .000 .082 .533* .a .561*

Sig. (2-tailed) .332 .317 .731 1.000 .731 .015 . .010

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 4

Pearson Correlation .099 .522* .082 1 .174 -.010 .010 .a .453*

Sig. (2-tailed) .679 .018 .731 .463 .966 .966 . .045

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 5

Pearson Correlation -.728** .067 .000 .174 1 -.058 .290 .a .166

Sig. (2-tailed) .000 .780 1.000 .463 .808 .215 . .484

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 6

Pearson Correlation .380 .290 .082 -.010 -.058 1 .414 .a .646**

Sig. (2-tailed) .098 .215 .731 .966 .808 .069 . .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 7

Pearson Correlation -.380 .174 .533* .010 .290 .414 1 .a .703**

Sig. (2-tailed) .098 .463 .015 .966 .215 .069 . .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P 8

Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a

Sig. (2-tailed) . . . .

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P t o t

Pearson Correlation .058 .646** .561* .453* .166 .646** .703** .a 1 Sig. (2-tailed) .808 .002 .010 .045 .484 .002 .001 .

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20


(6)

a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant. *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sikap

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 Ptot

P1 Pearson Correlation 1 .444* .250 .369 -.245 .478*

Sig. (2-tailed) .050 .288 .110 .299 .033

N 20 20 20 20 20 20

P2 Pearson Correlation .444* 1 .250 .369 .105 .615**

Sig. (2-tailed) .050 .288 .110 .660 .004

N 20 20 20 20 20 20

P3 Pearson Correlation .250 .250 1 .302 .419 .512*

Sig. (2-tailed) .288 .288 .196 .066 .021

N 20 20 20 20 20 20

P4 Pearson Correlation .369 .369 .302 1 .601** .886**

Sig. (2-tailed) .110 .110 .196 .005 .000

N 20 20 20 20 20 20

P5 Pearson Correlation -.245 .105 .419 .601** 1 .537*

Sig. (2-tailed) .299 .660 .066 .005 .015

N 20 20 20 20 20 20

Ptot Pearson Correlation .478* .615** .512* .886** .537* 1

Sig. (2-tailed) .033 .004 .021 .000 .015

N 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).