Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di Kabupaten Bogor)
PERSEPSI ANGGOTA TENTANG PERAN KETUA
KELOMPOK WANITA TANI DALAM PEMANFAATAN
LAHAN PEKARANGAN BERKELANJUTAN
(KASUS DI KABUPATEN BOGOR)
RINDI METALISA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Persepsi Anggota
tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Rindi Metalisa
NRP I351120041
RINGKASAN
RINDI METALISA. Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita
Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di Kabupaten
Bogor). Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan PRABOWO
TJITOPRANOTO.
Kementerian pertanian menggerakkan kelompok wanita tani untuk
memanfaatkan lahan pekarangan melalui program percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan (P2KP) yang ramah lingkungan dan berdasarkan sumber daya
lokal. Upaya ini merupakan salah satu untuk memenuhi kebutuhan pangan di
tingkat rumah tangga anggota kelompok wanita tani. Oleh sebab itu peran
kelompok wanita tani menjadi sangat penting dalam mengarahkan anggota
kelompok untuk melanjutkan pemanfaatan lahan pekarangan.
Penelitian bertujuan untuk: (1) menganalisis hubungan faktor internal dan
eksternal terhadap persepsi anggota kelompok wanita tani tentang peran ketua
kelompok wanita tani; (2) menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal
terhadap tujuan pemanfaatan lahan pekarangan; (3) menganalisis pengaruh faktor
internal dan eksternal terhadap keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan; (4)
menganalisis pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap keberlanjutan
pemanfaatan lahan pekarangan, (5) menganalisis pengaruh tujuan pemanfaatan
lahan pekarangan terhadap keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan.
Desain penelitian adalah penelitian survei dan bersifat explanatory research,
yang dilakukan di Kecamatan Dramaga, Cibungbulang, Leuwiliang, Rancabungur,
dan Cijeruk Kabupaten Bogor. Penelitian lapang dilaksanakan mulai FebruariApril 2014 dengan jumlah responden sebanyak 75 orang. Analisis data yang
dilakukan secara kuantitatif, dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan
analisis inferensial yaitu analisis regresi berganda dengan sofware SPSS versi
20.00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor internal dan eksternal
yang berhubungan dengan persepsi anggota tentang peran ketua kelompok wanita
tani adalah curahan waktu memanfaatkan lahan pekarangan, motivasi, intensitas
penyuluhan, ketersediaan sarana produksi, dan suasana kelompok; (2) faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
adalah pendidikan formal, curahan waktu memanfaatkan pekarangan,
kekosmopolitan, motivasi, intensitas penyuluhan, suasana kelompok, dan
ketersediaan sarana produksi; (3) faktor internal dan eksternal yang secara nyata
mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan adalah umur,
pendidikan formal, pendapatan keluarga, kekosmopolitan, motivasi, intensitas
penyuluhan, suasana kelompok, dan ketersediaan sarana produksi; 4) peran ketua
kelompok yang berpengaruh terhadap keberlanjutan pemanfaatan lahan
pekarangan adalah sebagai motivator, dan memecahkan masalah; 5) Tujuan
pemanfaatan lahan pekarangan yang mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan
lahan pekarangan yaitu memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Kata kunci : faktor internal dan eksternal, pemanfaatan lahan pekarangan, wanita
tani
SUMMARY
RINDI METALISA. Perception of The Members on The Role of Women Farm
Groups Leader Toward The Sustainability Backyard Farming supervised by
AMIRUDDIN SALEH and PRABOWO TJITOPRANOTO.
The ministry of agriculture re-mobilize women farmers groups to take
advantage of their backyard through the Acceleration Diversification of Food
Consumption Program (P2KP) which is environment friendly and based on local
resources. The effort is to supply additional of food at the household level
member of the members group women farmers. Therefore, the role of women
farm leaders is essential to direct their members toward this purpose.
The objectives of research were: (1) analyze the correlation of internal and
external factors to the perception of the members on the role of women farm
group leader; (2) analyze the influence of internal and external factors on the
purpose of backyard farming; (3) analyze the effect of internal and external
factors to the sustainability of backyard farming; (4) analyze the influence of the
role of women farm leaders towards sustainability backyard farming, (5) analyze
the effect of purpose of backyard farming in their backyard.
Design research is survey focusing on explanatory research, which was
conducted in District Dramaga, Cibungbulang, Leuwiliang, Rancabungur, and
Cijeruk Bogor. The field study was conducted from February to April 2014, with
the number of respondents was 75 people. Data were analysed quantitatively,
using descriptive statistical analysis and inferential analysis, using multiple
regression analysis with SPSS software version 20.00
The results showed that: (1) The factors associated with perception of the
members on the role of women farm group leader were time allocation,
motivation, extension intensity, availability of production facilities, and the group
conduciveness; (2) Internal and external factors affecting the purpose of backyard
farming were education level, time allocation, cosmopoliteness, motivation,
extension intensity, availability of production facilities, and the group
conduciveness; (3) The factors affecting the backyard utilization sustainability
were age, education level, household income, cosmopoliteness, motivation,
extension intensity, availability of production facilities, and the group
conduciveness. (4) The role of women farm leaders that affect backyard farming
sustainability were motivators, and problem solvers. (5) The purpose of
sustainable backyard farming were to fulfill the familiy food needs and to
environment conservation
Key words: backyard farming, internal and external factor, women farmers
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERSEPSI ANGGOTA TENTANG PERAN KETUA
KELOMPOK WANITA TANI DALAM PEMANFAATAN
LAHAN PEKARANGAN BERKELANJUTAN
(KASUS DI KABUPATEN BOGOR)
RINDI METALISA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Aida Vitayala S. Hubeis
Judul Tesis
Nama
NIM
: Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani
dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di
Kabupaten Bogor)
: Rindi Metalisa
: I351120041
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Amiruddin Saleh, MS
Ketua
Prabowo Tjitropranoto, Ph.D, MSc
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Sumardjo, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 6 Agustus 2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia,
rahmat, berkah, hidayah dan kesehatan dari-Nya sehingga tesis ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Januari 2014 sampai Juni 2014 ini adalah peran ketua kelompok wanita tani,
dengan judul Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam
Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan di Kabupaten Bogor
Terima kasih dan rasa hormat yang setinggi – tingginya, penulis ucapkan
kepada bapak Dr Ir Amiruddin Saleh, MS dan bapak Prabowo Tjitropranoto, Ph.D
MSc selaku komisi pembimbing atas dukungan, arahan, waktu yang telah
diberikan, kesabaran membantu penulis dalam penelitian dan menyelesaikan
penulisan tesis. Terima kasih dan rasa hormat juga penulis sampaikan kepada
seluruh Dosen program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB, yang telah
mendidik dan mengajarkan banyak hal kepada penulis selama menyelesaikan
studi di IPB. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Dramaga, Cibungbulang, Cijeruk,
Rancabungur, dan Leuwiliang yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Kepada penyuluh yang telah memberikan
informasi dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah
kerjanya, penulis ucapkan penghargaan dan terima kasih.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada
Kepada keluarga tercinta. Ayahanda Ridwan, ibu Ati, tante Erita Atma, tante Viva
Yelita Atma, Nenek Hj. Mainar, Kakek Syafei Hasan, Abang Agung Andiyes
Rivo, Randi Rafila atas doa, dukungan dan kasih sayangnya, selanjutnya kepada
Dolly Suhadril, Amd atas motivasi, doa, kasih sayang dan kesabarannya
membantu penulis selama pendidikan di IPB.
Ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Dirjen Perguruan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah
memberikan kesempatan dan beasiswa untuk melanjutkan studi di Pascasarjana
IPB. Kepada Universitas Andalas yang memberikan rekomendasi untuk
mendapatkan beasiswa dan kesempatan melanjutkan pendidikan, penulis ucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya.
Kepada teman – teman program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB
yaitu Nurul, Ismi, Mbak Lina, Mbak Anisa, Muji, Bang Firman, Mas Aan, Enik,
Isni, Pak Muhib, dan Azwar, penulis mengucapkan terimakasih atas kebersamaan,
dukungan, diskusi selama menyelesaikan studi ini. Semoga ilmu yang kita peroleh
selama belajar di IPB, bermanfaat bagi sebesar – besarnya kebaikan diri kita,
keluarga, masyarakat dan negara. Terima kasih kepada Novi Elian, Ilham
Martadona, Ike, Nila dan Helnafri Angkesa atas waktunya, dukungan, dan doa
kepada penulis.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang membaca umumnya dan penulis
sendiri khususnya.
Bogor, Agustus 2014
Rindi Metalisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1 PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
2 TELAAH PUSTAKA
5
Kelompok Tani dan Wanita Tani
5
Persepsi
6
Pemanfaatan Lahan Pekarangan
7
Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Anggota Kelompok Wanita
Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan
9
3 KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
13
Kerangka Pikir
13
Hipotesis Penelitian
16
4 METODE PENELITIAN
17
Rancangan Penelitian
17
Lokasi dan Waktu Penelitian
17
Populasi dan Sampel
17
Data dan Instrumentasi
18
Definisi Operasional
19
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
22
Pengumpulan Data
24
Analisis Data
24
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
27
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
27
Karakteristik Internal dan Eksternal Wanita Tani
29
Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani
36
Tujuan Pemanfaatan Lahan Pekarangan
39
Pemanfaatan Lahan Pekarangan yang Berkelanjutan
41
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Persepsi Anggota
42
tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani
42
Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Tujuan Pemanfaatan
44
Lahan Pekarangan
44
Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Pemanfaatan Lahan
Pekarangan yang Berkelanjutan
47
Pengaruh Peran Ketua Kelompok Wanita Tani terhadap Pemanfaatan Lahan
Pekarangan yang Berkelanjutan
51
Pengaruh Tujuan Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemanfaatan
Lahan Pekarangan yang Berkelanjutan
53
6 SIMPULAN DAN SARAN
57
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
65
RIWAYAT HIDUP
75
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
Jumlah populasi dan sampel penelitian
Karakteristik internal responden
Karakteristik eksternal responden
Persepsi anggota kelompok wanita tani terhadap peran ketua kelompok
wanita tani
5. Sebaran responden dalam tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
6. Sebaran responden dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang
berkelanjutan
7. Koefisien korelasi faktor internal dan eksternal terhadap peran ketua
kelompok wanita tani
8. Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan pemanfaatan
lahan pekarangan
9. Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pemanfaatan lahan
pekarangan yang berkelanjutan
10. Pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan yang berkelanjutan
11. Pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan yang berkelanjutan
18
30
34
38
40
41
43
45
49
52
54
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil anova pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan
pemanfaatan lahan pekarangan
2. Hasil uji multikonieritas pengaruh faktor internal dan eksternal
terhadap tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
3. Hasil uji autokorelasi pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
4. Hasil uji heterokedastisitas pengaruh faktor internal dan eksternal
terhadap tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
5. Hasil uji kenormalan pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
65
65
65
66
66
6. Hasil anova pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
7. Hasil uji multikonieritas pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
8. Hasil uji autokorelasi pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
9. Hasil uji heterokedastisitas pengaruh faktor internal dan eksternal
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
10. Hasil uji kenormalan pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
11. Hasil anova pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
12. Hasil uji multikonieritas pengaruh peran ketua kelompok wanita tani
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
13. Hasil uji multikonieritas pengaruh peran ketua kelompok wanita tani
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
14. Uji heterokedastisitas pengaruh peran ketua kelompok wanita tani
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
15. Hasil uji kenormalan pengaruh peran ketua kelompok wanita tani
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
16. Hasil anova pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
17. Hasil uji multikonieritas pengaruh tujuan pemanfaatan lahan
pekarangan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
18. Hasil uji autokorelasi pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
19. Hasil uji heterokedastisitas pengaruh tujuan pemanfaatan lahan
pekarangan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
20. Hasil uji kenormalan pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
21. Uji validitas dan reliabilitas Instrumen
22. Dokumentasi Penelitian
66
67
67
67
68
68
68
69
69
69
69
70
70
70
71
71
73
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diperkirakan mencapai
273,2 juta jiwa pada Tahun 2025, menyebabkan adanya kebutuhan yang terus
meningkat dalam produksi pangan. Dalam tahun-tahun terakhir telah terjadi
peningkatan minat untuk memperkuat dan mengintensifkan produksi pangan lokal
dalam mengurangi dampak buruk dari kekurangan pangan dan kelaparan.
Penelitian Purwantini dan Mewa (2009) menunjukkan bahwa persediaan pangan
yang cukup secara nasional terbukti belum menjamin perwujudan ketahanan
pangan pada tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau individu. Akibatnya
ada perhatian yang ditujukan pada lahan pekarangan untuk dimanfaatkan sebagai
salah satu strategi dalam membangun ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah
tangga.
Berdasarkan data statistik luas lahan pekarangan yang dapat dimanfaatkan
di Indonesia adalah 10,3 juta hektar. Di Jawa luas lahan pekarangan adalah 1,5
juta hektar. Luas lahan pekarangan di Provinsi Jawa Barat adalah 120.744 hektar,
sedangkan di Kabupaten Bogor 10.343 hektar. Luas lahan pekarangan dapat
dimanfaatkan untuk ditanami berbagai jenis tanaman sayuran, obat-obatan
keluarga, dan buah-buahan sebagai sumber bahan makanan tambahan bagi
keluarga.
Pemanfataan lahan pekarangan sebenarnya telah dilakukan sejak lama. Pada
Tahun anggaran 1991-1992 Kementerian Pertanian mengeluarkan program
Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG) untuk meningkatkan mutu gizi makanan
dari masyarakat dan mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis makanan
pokok yaitu beras. Selanjutnya Menteri Pertanian Indonesia mengeluarkan
Peraturan No 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis sumber daya lokal. Salah satu implementasi
P2KP adalah pemanfaatan lahan pekarangan.
Kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan dengan berbagai komoditas
tanaman sudah lama dilaksanakan terutama di perdesaan. Saat ini upaya
pemanfaatan lahan pekarangan merupakan bagian dari komitmen pemerintah
melalui program P2KP untuk mencapai kemandirian pangan di tingkat rumah
tangga dengan menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan.
Hal ini dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan nasional, harus dimulai dari
kebutuhan pangan rumah tangga.
Kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan di Kabupaten Bogor melalui
program P2KP telah dilaksanakan sejak Tahun 2011-2012 di lima Kecamatan
yaitu Dramaga, Cibungbulang, Leuwiliang, Rancabungur, dan Cijeruk. Kegiatan
pemanfaatan lahan pekarangan dilakukan dengan adanya pendampingan oleh
penyuluh pertanian lapangan kepada kelompok wanita tani. Kegiatan ini bertujuan
untuk memberdayakan anggota kelompok wanita tani sebagaimana tujuan
pemberdayaan pada UU No 19 Tahun 2013, bahwa pemberdayaan wanita tani
dilakukan untuk memajukan dan mengembangkan pola pikir dan pola kerja dari
wanita tani, meningkatkan usaha tani, serta menumbuhkan dan menguatkan
kelembagaan petani agar mampu bersaing dan berdaya saing tinggi
(Kementan 2013).
2
Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan melalui program P2KP
telah selesai dilaksanakan, dan anggota kelompok wanita tani diharapkan masih
melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Keberlanjutan kegiatan
pemanfaatan lahan pekarangan pasca program memang sangat dibutuhkan, namun
anggota kelompok wanita tani tidak serta merta tergantung pada program. Oleh
sebab itu, anggota kelompok mengambil suatu keputusan untuk melanjutkan atau
tidak melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan pasca program P2KP.
Perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan masih terbatas,
akibatnya pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan
belum mencapai sasaran secara maksimal. Padahal dengan melaksanakan kegiatan
pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, tanaman obat, hortikultura
berpotensi dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Pemanfaatan lahan
pekarangan juga berpeluang menambah penghasilan rumah tangga apabila
dirancang dan direncanakan dengan baik serta dapat menjaga kelestarian
lingkungan (Mardiharini 2011). Oleh sebab itu, pemanfaatan lahan pekarangan
dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan memerlukan dukungan dari
berbagai pihak.
Mengingat potensi pemanfaatan lahan pekarangan yang cukup bagus,
namun pada kenyataannya keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan masih
terdapat beberapa masalah. Menurut Saptana et al. (2011) beberapa permasalahan
pokok dalam pemanfaatan lahan pekarangan yaitu: (a) pilihan jenis komoditas dan
bibit terbatas, (b) kurang tersedianya teknologi budidaya spesifik lahan
pekarangan, (c) kurang tersedianya teknologi panen dan pasca panen komoditas
pangan lokal, (d) bersifat sambilan, dan (e) hanya untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga dan belum berorientasi pasar. East dan Dawes (2009) menyatakan
bahwa secara teoritis pemanfataan lahan pekarangan merupakan obat mujarab
bagi sebagian besar masalah pembangunan. Namun, secara praktis, pemanfaatan
lahan pekarangan menghadapi kendala lingkungan, sosial dan keuangan yang
mengancam kelanjutan dari kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.
Pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan melalui pemberdayaan
kelompok wanita tani membutuhkan peran ketua kelompok wanita tani. Peran
ketua kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang
berkelanjutan merupakan suatu perilaku dari ketua kelompok untuk mengajak
anggotanya agar tetap melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan
pasca program P2KP. Hal ini dilakukan, mengingat ketua kelompok adalah orang
yang dekat dengan anggotanya, berada satu wilayah dengan anggota, dan dipilih
sebagai ketua agar dapat membantu anggota kelompok dalam memecahkan
masalah tentang usaha tani, sehingga dapat memberdayakan anggota
kelompoknya.
Peran ketua kelompok wanita tani merupakan interaksi antara ketua
kelompok wanita tani dengan anggotanya yang sering melibatkan dalam penataan
situasi, persepsi, dan harapan dari anggota kelompok. Bass (2008) menyatakan
bahwa pemimpin kelompok merupakan agen perubahan, dengan tindakannya
dapat mengarahkan perhatian anggotanya untuk melakukan suatu kegiatan demi
tercapainya tujuan bersama. Slamet (2003) menyatakan bahwa pemimpin/ketua
kelompok adalah seseorang yang mampu membimbing, memberi pengarahan,
mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta
menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diinginkan.
3
Berdasarkan hal tersebut maka peran ketua kelompok wanita tani dalam
pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan sangat penting untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari anggota kelompok
wanita tani.
Berdasarkan pemikiran yang diuraikan di atas, maka penting untuk meneliti
sejauh mana peran ketua kelompok wanita tani berpengaruh terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan yang berkelanjutan dan dilaksanakan oleh anggota kelompok
wanita di Kabupaten Bogor pasca program P2KP. Hal ini berkaitan dengan
potensi dan tantangan bagi anggota kelompok wanita tani dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai kemandirian pangan di tingkat rumah tangga yang
nantinya berdampak pada ketahanan pangan secara nasional. Pemanfaatan lahan
pekarangan juga menjadi salah satu strategi untuk menghasilkan bahan pangan
bagi keluarga yang sehat, bergizi, aman, menjaga kelestarian lingkungan, serta
menambah penghasilan.
Perumusan Masalah
Melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan pasca program P2KP
merupakan salah satu potensi dan strategi untuk mewujudkan kemandirian pangan
di tingkat rumah tangga. Oleh sebab itu kegiatan penyuluhan masih sangat
dibutuhkan oleh anggota kelompok wanita tani untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan adanya perubahan sikap dalam melaksanakan kegiatan
pemanfaatan lahan pekarangan.
Kegiatan penyuluhan pada kelompok wanita tani dilaksanakan untuk
meningkatkan wawasan anggota kelompok wanita tani dalam meningkatkan
produktivitas anggota kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan.
Penyuluh adalah aktor penting dalam melakukan kegiatan penyuluhan
pemanfaatan lahan pekarangan. Namun penyuluh belum mampu bekerja secara
maksimal kepada anggota kelompok wanita tani, mengingat wilayah yang
dikunjungi penyuluh sangat banyak dan luas, sedangkan sumber daya penyuluh
masih dirasa kurang. Dengan demikian, peran ketua kelompok wanita tani
menjadi salah satu solusi untuk memotivasi, memberikan informasi, memfasilitasi,
serta membantu memecahkan masalah anggota kelompok wanita tani dalam
melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. sejauhmana hubungan faktor internal dan eksternal terhadap persepsi anggota
kelompok wanita tani tentang peran ketua kelompok wanita tani?
2. sejauhmana pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan
pemanfaatan lahan pekarangan?
3. sejauhmana pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan yang berkelanjutan?
4. sejauhmana pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan?
5. sejauhmana pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan?
4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut, yaitu untuk:
1. menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal terhadap persepsi
anggota kelompok wanita tani tentang peran ketua kelompok wanita tani.
2. menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan
pemanfaatan lahan pekarangan.
3. menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan yang berkelanjutan.
4. menganalisis pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.
5. menganalisis pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
ilmu penyuluhan pembangunan tentang peran ketua kelompok wanita tani,
dan pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.
2. secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan bahan pemikiran
bagi masyarakat dan pemerintah dalam pemanfaatan lahan pekarangan
sebagai sumber bahan pangan tambahan melalui pemberdayaan kelompok
wanita tani yaitunya peran ketua kelompok wanita tani.
5
2 TELAAH PUSTAKA
Kelompok Tani dan Wanita Tani
Manusia merupakan mahkluk individu yang selalu berhubungan dan tidak
bisa melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lainnya. Dengan hubungan
dan interaksi yang terjadi maka manusia tersebut hidup dalam suatu kelompok
sosial. Kelompok sosial dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan untuk
mencapai suatu tujuan.
Kelompok merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan antara lain
menyangkut kaitan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga
suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Kelompok dapat didefinisikan
sebagai kumpulan dari beberapa individu yang saling berinteraksi (hubungan
timbal balik) yang membentuk suatu pola perilaku serta dipandu oleh seperangkat
nilai-nilai dan norma dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama (Cartwright
dan Zander, 1968; Forsyth, 2010; Haynes, 2012; Myers, 2012).
Kelompok yang terbentuk sebagai suatu sistem sosial tentu saja bukan
hanya sebagai wadah untuk berkumpul, akan tetapi kelompok memiliki fungsi
yang dapat dirasakan oleh anggota kelompok. Cartwright dan Zander (1968)
menyebutkan bahwa ada empat fungsi kelompok yaitu: (1) media pencapaian
tujuan bersama (goal achievement), (2) media usaha untuk mempertahankan
kehidupan kelompok (group maintenance), (3) media untuk membantu anggota
kelompok memperkuat kemampuannya, dan (4) media untuk membantu
menetapkan hubungan dengan lingkungan sosialnya.
Kelompok yang terdekat dengan petani disebut kelompok tani. Kelompok
tani merupakan kelembagaan bagi petani yang anggotanya terdiri dari wanita tani
dan berkecimpung dalam kegiatan pertanian disebut kelompok wanita tani.
Wanita tani merupakan perempuan yang dewasa maupun muda. Mereka adalah
isteri petani atau anggota keluarga tani yang terlibat secara langsung atau tidak
dengan tetap atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usaha tani dan kegiatan lainnya
berhubungan dengan kehidupan keluarga tani. Wanita tani merupakan kaum
wanita dalam keluarga petani dan masyarakat pertanian yang terlibat secara
langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan usaha
tani dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan usaha peningkatan
kesejahteraan keluarganya.
Wanita tani berdasarkan statusnya dalam keluarga terdiri dari: (a) sebagai
kepala keluarga, merupakan wanita tani pada kondisi janda, atau wanita tani yang
tidak menikah dan hidup mandiri, tidak menjadi tanggungan orang lain, bahkan
sering juga memiliki tanggungan, (b) wanita tani adalah istri petani yang hidup
satu rumah dan sebagai suami isteri yang sah, (c) wanita tani merupakan wanita
dewasa dalam anggota keluarga yang berumur di atas 30 tahun yang sudah pernah
menikah dan tinggal bersama seorang petani, (d) wanita tani merupakan pemuda
tani wanita yang berumur 16-30 tahun dan belum pernah menikah yang tinggal
bersama satu keluarga petani, (e) wanita tani merupakan wanita remaja yang
berumur di bawah 16 tahun dan belum pernah menikah, yang tinggal dan menjadi
tanggungan seorang petani (Pusluhtan, 1997).
6
Kelompok wanita tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kumpulan
dari wanita tani, isteri petani, pemudi tani dan anggota keluarga petani yang
membantu kegiatan usaha pertanian dalam meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan keluarganya. Kelompok wanita tani merupakan wadah bagi wanita
tani baik dalam proses pembelajaran maupun untuk meningkatkan produktivitas
usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan.
Persepsi
Seseorang melakukan suatu tindakan dan memberikan tanggapan terhadap
suatu obyek berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Hal ini sering
disebut dengan persepsi. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam
tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan tentang
informasi atau stimuli dari lingkungan yang berhubungan dengan pengalaman
akan obyek, peristiwa, dan hubungan-hubungan yang diperoleh, kemudian
mengubahnya ke dalam kesadaran psikologi (van den Ban dan Hawkins 1999;
Tubbs dan Moss 1996; Robbins dan Timothy 2008; Rakhmat 2007)
Persepsi yang diartikan dalam penelitian merupakan suatu proses yang
digunakan seseorang untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera tentang hal
yang diamati di lingkungannya, sehingga dapat memberikan makna kepada
lingkungan mereka. Persepsi dapat diartikan juga sebagai perilaku dari seseorang
terhadap informasi yang masuk kedalam otak manusia, kemudian di
interpretasikan menjadi suatu makna.
Pemimpin dan Kepemimpinan
Pemimpin dalam kelompok adalah tonggak penyangga dalam keberhasilan
mencapai tujuan kelompok maupun tujuan anggota. Pemimpin kelompok
merupakan pihak yang lebih aktif, mengambil inisiatif, dan yang memberi
dampak pada situasi. Dengan kata lain, kondisi kelompok ditentukan oleh perilaku
dari pemimpin kelompok itu sendiri. Peran dari pemimpin kelompok merupakan
bagian dari perilaku yang diharapkan oleh anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.
Berdasarkan teori model kontingensi (contingency models) bahwa
pemimpin dapat memanfaatkan situasi untuk mencapai tujuan kepemimpinannya.
Seorang pemimpin yang dikehendaki oleh anggotanya adalah pemimpin yang
dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi anggotanya, maka
pemimpin tersebut harus dapat menjalankan berbagai perannya. Adapun peran
pemimpin kelompok yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu; (a) memberikan
motivasi artinya seseorang pemimpin dapat memberikan dukungan,
membangkitkan semangat anggotanya, memberikan pengarahan, dan memberikan
petunjuk kepada anggotanya, (b) memberikan informasi yaitu seorang pemimpin
menyebarluaskan informasi yang diperolehnya kepada anggota sehingga anggota
juga mendapatkan informasi, (c) mencetak keberhasilan artinya seorang pemimpin
harus memiliki kemampuan untuk memfasilitasi anggota kelompoknya dalam
mencapai tujuan kelompok, dan (d) memecahkan masalah artinya seorang
pemimpin ikut terlibat dalam kegiatan kelompok, dan banyak berkonsultasi
7
dengan anggotanya serta mampu menangani berbagai gangguan baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar (House dan Mitchell dalam Sarwono 2005; Sinamo
dan Agus 2012; Mintzberg dalam Yulk 2010).
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk
memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu
dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan
kolektif untuk mencapai tujuan bersama (Yulk, 2010). Peran kepemimpinan ketua
kelompok juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara ketua
kelompok dan anggota untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan
demikian, baik ketua kelompok atau anggotanya mengambil tanggung jawab
masing-masing untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Kepemimpinan ketua kelompok dapat digambarkan melalui sifat dan figur
dari ketua kelompok itu sendiri agar dapat diterima oleh angota kelompok.
Fatchiya (2007) menyatakan bahwa seorang ketua kelompok harus memiliki figur
pemimpin yang diharapkan oleh anggotanya dalam hal ini ketua kelompok usaha
ikan hias dengan perilakunya: (a) dapat berempati dengan anggota kelompoknya,
(b) diterima dan diakuinya oleh anggota kelompok dan menjadi bagian dari
anggota kelompoknya, (c) penuh pertimbangan terhadap orang lain, (d)
mempunyai kestabilan emosi, (e) ada keinginan untuk memegang pimpinan, (f)
berkompeten untuk memegang pimpinan, (g) mampu membagi kepemimpinan
dengan orang lain.
Peran pemimpin atau ketua kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah perilaku dari ketua kelompok wanita tani untuk mengarahkan anggotanya
dalam melaksanakan suatu kegiatan kelompok wanita tani agar tercapainya tujuan
bersama. Peran ketua kelompok wanita tani dilihat dari: (a) peran ketua kelompok
wanita tani dalam memberikan motivasi, (b) peran ketua kelompok wanita tani
dalam memberikan informasi, (c) peran ketua kelompok wanita tani dalam
mengalokasi sumber daya, dan (d) peran ketua kelompok wanita tani dalam
memecahkan masalah.
Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah
bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.
Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau samping sebuah bangunan,
tergantung seberapa luas sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan
utamanya (Balitbang Pertanian, 2012). Definisi pekarangan juga dijelaskan oleh
Wurianingsih (2010) bahwa pekarangan adalah taman rumah tradisional yang
bersifat pribadi, yang merupakan sistem yang terintegrasi dengan hubungan yang
erat antara manusia, tanaman, dan hewan. Menurut Ninez dalam Galhena et al.
(2013) lahan pekarangan adalah suatu lahan yang terletak dekat dengan tempat
tinggal yang memiliki keamanan, kenyamanan dan membutuhkan perawatan
khusus serta dapat melaksanakan suatu sistem penyediaan tanaman dan hewan
dalam skala kecil sehingga dapat dikonsumsi oleh anggota rumah tangga.
Pemanfaatan lahan pekarangan memiliki fungsi yang dapat berguna bagi
manusia (anggota kelompok wanita tani) yaitu: (a) untuk memenuhi kebutuhan
gizi dari keluarga, sehingga keluarga bisa mengkonsumsi makanan yang sehat, (b)
meningkatkan pendapatan, (c) menambah lapangan kerja, (d) meningkatkan peran
8
perempuan dalam memproduksi tanaman pekarangan, (e) bermanfaat dalam
menjaga kelestarian lingkungan, (f) pekarangan sebagai penyedia bahan bangunan
dan kayu bakar (Michell dan Hanstad 2004; Sthapit et al. 2006; Kementan 2012).
Pemanfaatan lahan pekarangan begitu penting dalam memenuhi kebutuhan
pangan tambahan bagi keluarga dalam memberikan asupan gizi keluarga untuk
mendukung diversifikasi pangan rumah tangga menuju keluarga yang sehat,
produktif dan berkualitas serta meningkatkan pendapatan.
Pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan merupakan suatu proses
keputusan bagi seseorang dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan
pekarangan. Menurut Rogers (2003) menyatakan proses keputusan inovasi
merupakan suatu proses mental sejak seseorang mulai pertama kali mengetahui
adanya suatu inovasi, membentuk sikap terhadap inovasi tersebut, mengambil
keputusan untuk mengadopsi atau menolak, mengimplementasikan ide baru dan
membuat konfirmasi atas keputusan tersebut.
Keputusan merupakan suatu tahapan di mana seseorang melakukan
aktivitas untuk memilih mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Seseorang
mengambil suatu keputusan dalam adopsi inovasi memiliki dua kemungkinan,
yaitu: (a) adopsi lanjut, (b) adopsi tidak berlanjut. Rogers (2003) membedakan
jenis penolakan dalam dua hal, yaitu: (a) penolak aktif apabila seseorang
mempertimbangkan mengadopsi inovasi (termasuk mencobanya), tetapi kemudian
memutuskan untuk tidak mengadopsi, (b) penolak pasif merupakan sesorang yang
tidak pernah sama sekali mempertimbangkan menggunakan inovasi. Suatu
keputusan dalam mengadopsi suatu inovasi perlu dikonfirmasi. Tahap konfirmasi
berlangsung setelah terjadi keputusan menolak atau mengadopsi dalam jangka
waktu yan tidak tentu.
Penelitian tentang proses keputusan dalam adopsi inovasi dipengaruhi oleh
berbagai alasan dan manfaat langsung dari teknologi yang berupa keuntungan
relatif (termasuk keuntungan ekonomi yang lebih tinggi), kesesuaian teknologi
terhadap nilai-nilai sosial budaya, cara dan kebiasaan berusaha tani, kerumitan
penerapan teknologi, serta persepsi petani terhadap pengaruh media/informasi
interpersonal sebagai penyampai teknologi yang komunikatif bagi petani,
keputusan petani dalam berusaha tani ditentukan oleh keunggulan ekonomi
komoditas, penggunaan sumber daya lahan dan tenaga kerja, serta interaksi
anatara pelaku yang berkepentingan dalam proses adopsi inovasi tersebut
(Purnaningsih 2006; Indrianingsih 2010)
Keputusan anggota kelompok wanita tani dalam melanjutkan atau tidak
melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan juga diduga dipengaruhi
oleh tujuan dari anggota kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan
pekarangan. Adapun tujuan pemanfaatan lahan pekarangan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah keinginan atau alasan dari anggota kelompok wanita tani
dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan yang meliputi:
(a) untuk memaksimalkan pemanfaatan luas lahan pekarangan, (b) untuk
memenuhi kebutuhan pangan keluarga, (c) untuk menambah pendapatan, dan (d)
untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pemanfaatan lahan pekarangan yang
berkelanjutan dalam penelitian ini merupakan konfirmasi dari anggota kelompok
wanita tani dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan setelah
program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan P2KP selesai
dilaksanakan.
9
Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Anggota Kelompok Wanita
Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Wanita tani merupakan individu dalam suatu sistem masyarakat yang
memiliki karakteristik yang beragam. Karakteristik wanita tani terdiri dari
demografis, karakteristik sosial wanita tani dan karakteristik ekonomi.
Karakteristik individu wanita tani penting untuk diketahui dalam rangka
membedakan perilaku wanita tani. Adapun faktor internal yang terdiri dari:
1. Umur
Umur seorang manusia sangat menentukan perkembangan pada dirinya,
mengingat banyaknya aspek yang dikembangkan pada diri individu melalui umur
yang dimiliki. Umur yang produktif dapat mempengaruhi kemampuan fisik dan
pola pikir, sehinga sangat potensial dalam mengembangkan berbagai usaha.
Latifah et al. (2010) menyatakan bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka
akan semakin banyak alternatif cara yang dilakukan untuk menghadapi
permasalahan yang dialaminya.
Gulam (2011) menyatakan bahwa umur seseorang berhubungan dengan
persepsi melalui tahap perkembangan yang harus dijalani seseorang dalam
hidupnya, proses inilah yang dapat mengubah persepsi seseorang pada suatu
obyek. Hal ini berarti bahwa umur yang produktif biasanya memiliki semangat
untuk ingin tahu terhadap obyek yang dapat diamati disekitar lingkungannya,
sehingga mereka berusaha aktif mencari informasi, melaksanakan adopsi inovasi.
2.
Pendidikan formal
Pendidikan merupakan suatu proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan
dan diperlukan oleh setiap manusia. Saat ini pendidikan menjadi perhatian karena
disadari bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan. Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan
seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara
pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah (Simanjuntak et al. 2010).
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan untuk mengembangkan
kemampuan diri. Pendidikan seorang ibu dalam keluarga sangat berpengaruh
terhadap cara berpikir untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama dalam
mendidik dan menyediakan konsumsi pangan yang bergizi, sehat, seimbang dan
aman. Mulyandari (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal petani
berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam
memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usaha tani.
3.
Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan penerimaan yang diterima oleh seseorang akibat dari
pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan keluarga dari wanita tani merupakan
sumber daya bagi keluarga wanita tani untuk mengadopsi suatu inovasi. Menurut
Mardikanto (2009) petani yang berpendapatan tinggi biasanya akan semakin cepat
mengadopsi suatu inovasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Rogers (2003), bahwa
terdapat hubungan yang nyata positif antara orang yang lebih inovatif dengan
status sosialnya (termasuk pendapatan).
Penelitian Fathonah dan Prasodjo (2011) terdapatnya hubungan yang nyata
positif antara tingkat pendapatan dengan ketahanan pangan rumah tangga, artinya
10
semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga maka tingkat ketahanan pangan
rumah tangga akan semakin tahan pangan. Berdasarkan penelitin Arumsari dan
Rini (2008) menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga mempengaruhi peran
wanita dalam upaya diversifikasi bahan pangan guna mewujudkan ketahanan
pangan pada tingkat rumah tangga.
4.
Jumlah anggota keluarga
Anggota keluarga merupakan tenaga kerja yang memberikan kontribusi
yang cukup besar dalam pelaksanaan usaha tani. Menurut Belem (2002)
keberadaan anggota keluarga lain merupakan tenaga tambahan dalam
pemanfaatan lahan pekarangan. Keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga
dapat membantu dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, sehingga secara tidak
langsung membantu keluarga dalam menambah pendapatan.
Hubeis (2010) menyatakan bahwa besarnya jumlah keluarga akan
berpengaruh terhadap peran wanita. Wanita tani akan dapat bekerja di luar rumah
untuk mencari nafkah, serta pekerjaan di rumah dapat dibagi dengan anggota
keluarganya. Penelitian Arumsari dan Rini (2008) menyimpulkan bahwa jumlah
anggota keluarga mempengaruhi peran wanita dalam upaya diversifikasi bahan
pangan guna mewujudkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga.
5.
Curahan waktu memanfaatkan pekarangan
Ketersediaan waktu yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani
merupakan suatu sumber daya yang sangat penting. Waktu yang dicurahkan oleh
keluarga miskin untuk berbagai kegiatan dengan cara sedemikian rupa sehingga
dapat meminimalisir biaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Curahan waktu
yang tersedia merupakan salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan
pemanfaatan lahan pekarangan. Hasil penelitian Belem (2002) menunjukkan
bahwa curahan waktu yang tersedia oleh wanita tani untuk memanfaatkan lahan
pekarangan sekitar 2 jam/hari.
Curahan waktu merupakan modal utama untuk melakukana kegiatan
produktif. Penelitian Astuti et al. (2011) menyatakan alokasi waktu yang
digunakan oleh wanita tani dalam kegiatan produktif yaitu sekitar 10 jam per hari
untuk kegiatan pengolahan hasil pertanian, usaha tani sawah sekitar 6,3 jam dan
pemeliharaan sapi sekitar dua jam. Hugeng (2011) menyatakan bahwa alokasi
waktu perempuan transmigran untuk usaha tani di lahan milik sendiri sekitar
empat jam 10 menit/hari. Alokasi waktu perempuan di transmigran dapat
memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangganya.
6.
Kekosmopolitan
Wanita tani dapat mengembangkan kemampuannya apabila selalu aktif
berpartisipasi dan terbuka dengan informasi dari luar sistem sosialnya.
Keterbukaan dengan dunia luar dan informasi merupakan bagian dari pola pikir
kosmopolit seseorang. Menurut Mardikanto (2009) kekosmopolitan merupakan
tingkat hubungan seseorang dengan dunia di luar sistem sosialnya sendiri.
Kekosmopolitan dicirikan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan,
serta pemanfaatan media massa. Wanita tani yang cepat mengadopsi suatu inovasi
akan lebih kosmopolit, akan tetapi wanita tani yang cenderung tertutup,
11
terkungkung dalam suatu sistem sosial, maka proses adopsi inovasi akan lebih
lambat karena tidak adanya keinginan untuk hidup lebih baik.
Menurut Rogers (2003) sifat kekosmopolitan seseorang akan mempertinggi
kemampuan empati, dan daya empati ini akan mempertinggi sifat “innovativeness”
komunikan dan aspirasi positif. Sofwanto et al. (2006) menyatakan bahwa sifat
kekosmopolitan yang diperoleh petani, disebabkan mudahnya memperoleh
informasi dari televisi, koran dan radio, dekatnya jarak antara desa dengan kota
serta sarana jalan yang bagus sehingga mempercepat waktu tempuh dari desa
menuju pusat perdagangan. Sifat kekosmopolitan yang dimiliki petani akan
mempertinggi persepsi petani tentang kebijakan pemerintah daerah dalam upaya
pengembangan kawasan agropolitan.
7.
Motivasi
Motivasi setiap orang terhadap suatu hal berbeda-beda tergantung pada
kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai terhadap suatu obyek. Menurut Handoko
(1995) motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri
manusia yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah
lakunya. Adanya motivasi pada diri seseorang, maka dapat menjelaskan tentang
alasan seseorang melakukan suatu tindakan.
Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam dan dari luar individu.
motivasi dari dalam diri individu disebut primer (internal) yaitu dorongan yang
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Menurut Clayton (2007)
motivasi seseorang dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan
karena mereka ingin menjadikan rumahnya sebagai tempat untuk menikmat
keindahan, menghabiskan waktu luang, mendemonstrasikan keahlian, serta untuk
memproduksi bahan pangan yang sehat dan bergizi.
8.
Luas lahan pekarangan
Lahan merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berhubungan dengan
daya dukungnya terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lahan
memiliki banyak fungsi terutama untuk pertanian. Tanpa adanya lahan mustahil
suatu kegiatan pertanian dapat dilakukan. Sama halnya untuk lahan pekarangan
yang digunakan untuk menanam tanaman dan memelihara ternak. Pemanfaatan
lahan pekarangan tergantung pada luas lahan yang ada. Lahan yang cukup luas
akan memungkinkan untuk dapat ditanami berbagai jenis tanaman, sedangkan
lahan yang sempit perlu menggunakan teknik agar dapat dimanfaatkan secara
maksimal.
Mardikanto (2009) menyatakan semakin luas lahan yang digunakan dalam
usaha tani semakin cepat seseorang mengadopsi inovasi, karena memiliki
kemampuan yang lebih baik. Tohir dalam Puspasari (2010) menyatakan bahwa
pengelolaan secara tradisional pada lahan yang sangat sempit dapat menimbulkan:
(a) kemiskinan, (b) kurang mampu memproduksi bahan makanan pokok
khususnya beras, (c) ketimpangan dalam penggunaan teknologi, dan (d)
bertambahnya jumlah pengangguran dan ketimpangan dalam penggunaan sumber
daya.
Selain faktor internal juga terdapat beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi wanita tani dalam keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan
yang meliputi:
12
1.
Intensitas penyuluhan
Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup (Kementan, 2006).
Kegiatan penyuluhan dapat terjadi melalui interaksi antara penyuluh dengan
wanita tani dalam menyampaikan informasi yang berhubungan dengan kebutuhan
wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Yuliatin (2002) menyatakan
bahwa kegiatan penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
dinamisnya kelompok petani, karena cepat lambatnya suatu inovasi pertanian
sangat ditentukan keaktivan seorang penyuluh dalam menyampaikan informasi
serta metode dan teknik yang digunakan.
2.
Ketersediaan sarana produksi
Mosher (1987) menyatakan bahwa sarana dan prasarana produksi sebagai
salah satu faktor pelancar dalam pembangunan pertanian. van den Ban dan
Hawkins (1999) menyatakan bahwa sarana produksi merupakan sumber daya bagi
petani yang dapat mengatasi berbagai hambatan dalam melaksanakan kegiatan
usaha tani.
Sarana produksi yang tersedia dalam jumlah, harga, dan mutu yang tepat
dalam memberikan pelayanan kepada petani akan sangat menunjang keberhasilan
usaha tani. Falo (2011) menyatakan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana
yang cukup dapat membantu petani dalam menerapkan teknologi yang
berhubungan dengan pupuk, pestisida dan benih yang diperoleh dari pelatihan
atau kursus serta mempermudah petani dalam pengangkutan sarana dan hasil
produksi.
3.
Suasana kelompok
Suasana kelompok merupakan kondisi yang terdapat dalam suatu kelompok,
sebagai hasil dari berlangsungnya hubungan-hubungan interpersonal atau
hubungan antar anggota kelompok. Dengan demikian, suasana atau iklim
kelompok mengacu pada ciri-ciri khas interaksi dalam kelompok (Huraerah dan
Purwanto, 2006). Suasana kelompok menentukan reaksi anggota kelompok
terhadap kelompoknya. Menurut Cartwright dan Zander (1968) suasana kelompok
merupakan rasa hangat dan setia kawan, rasa takut dan sal
KELOMPOK WANITA TANI DALAM PEMANFAATAN
LAHAN PEKARANGAN BERKELANJUTAN
(KASUS DI KABUPATEN BOGOR)
RINDI METALISA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Persepsi Anggota
tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Rindi Metalisa
NRP I351120041
RINGKASAN
RINDI METALISA. Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita
Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di Kabupaten
Bogor). Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan PRABOWO
TJITOPRANOTO.
Kementerian pertanian menggerakkan kelompok wanita tani untuk
memanfaatkan lahan pekarangan melalui program percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan (P2KP) yang ramah lingkungan dan berdasarkan sumber daya
lokal. Upaya ini merupakan salah satu untuk memenuhi kebutuhan pangan di
tingkat rumah tangga anggota kelompok wanita tani. Oleh sebab itu peran
kelompok wanita tani menjadi sangat penting dalam mengarahkan anggota
kelompok untuk melanjutkan pemanfaatan lahan pekarangan.
Penelitian bertujuan untuk: (1) menganalisis hubungan faktor internal dan
eksternal terhadap persepsi anggota kelompok wanita tani tentang peran ketua
kelompok wanita tani; (2) menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal
terhadap tujuan pemanfaatan lahan pekarangan; (3) menganalisis pengaruh faktor
internal dan eksternal terhadap keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan; (4)
menganalisis pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap keberlanjutan
pemanfaatan lahan pekarangan, (5) menganalisis pengaruh tujuan pemanfaatan
lahan pekarangan terhadap keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan.
Desain penelitian adalah penelitian survei dan bersifat explanatory research,
yang dilakukan di Kecamatan Dramaga, Cibungbulang, Leuwiliang, Rancabungur,
dan Cijeruk Kabupaten Bogor. Penelitian lapang dilaksanakan mulai FebruariApril 2014 dengan jumlah responden sebanyak 75 orang. Analisis data yang
dilakukan secara kuantitatif, dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan
analisis inferensial yaitu analisis regresi berganda dengan sofware SPSS versi
20.00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor internal dan eksternal
yang berhubungan dengan persepsi anggota tentang peran ketua kelompok wanita
tani adalah curahan waktu memanfaatkan lahan pekarangan, motivasi, intensitas
penyuluhan, ketersediaan sarana produksi, dan suasana kelompok; (2) faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
adalah pendidikan formal, curahan waktu memanfaatkan pekarangan,
kekosmopolitan, motivasi, intensitas penyuluhan, suasana kelompok, dan
ketersediaan sarana produksi; (3) faktor internal dan eksternal yang secara nyata
mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan adalah umur,
pendidikan formal, pendapatan keluarga, kekosmopolitan, motivasi, intensitas
penyuluhan, suasana kelompok, dan ketersediaan sarana produksi; 4) peran ketua
kelompok yang berpengaruh terhadap keberlanjutan pemanfaatan lahan
pekarangan adalah sebagai motivator, dan memecahkan masalah; 5) Tujuan
pemanfaatan lahan pekarangan yang mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan
lahan pekarangan yaitu memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Kata kunci : faktor internal dan eksternal, pemanfaatan lahan pekarangan, wanita
tani
SUMMARY
RINDI METALISA. Perception of The Members on The Role of Women Farm
Groups Leader Toward The Sustainability Backyard Farming supervised by
AMIRUDDIN SALEH and PRABOWO TJITOPRANOTO.
The ministry of agriculture re-mobilize women farmers groups to take
advantage of their backyard through the Acceleration Diversification of Food
Consumption Program (P2KP) which is environment friendly and based on local
resources. The effort is to supply additional of food at the household level
member of the members group women farmers. Therefore, the role of women
farm leaders is essential to direct their members toward this purpose.
The objectives of research were: (1) analyze the correlation of internal and
external factors to the perception of the members on the role of women farm
group leader; (2) analyze the influence of internal and external factors on the
purpose of backyard farming; (3) analyze the effect of internal and external
factors to the sustainability of backyard farming; (4) analyze the influence of the
role of women farm leaders towards sustainability backyard farming, (5) analyze
the effect of purpose of backyard farming in their backyard.
Design research is survey focusing on explanatory research, which was
conducted in District Dramaga, Cibungbulang, Leuwiliang, Rancabungur, and
Cijeruk Bogor. The field study was conducted from February to April 2014, with
the number of respondents was 75 people. Data were analysed quantitatively,
using descriptive statistical analysis and inferential analysis, using multiple
regression analysis with SPSS software version 20.00
The results showed that: (1) The factors associated with perception of the
members on the role of women farm group leader were time allocation,
motivation, extension intensity, availability of production facilities, and the group
conduciveness; (2) Internal and external factors affecting the purpose of backyard
farming were education level, time allocation, cosmopoliteness, motivation,
extension intensity, availability of production facilities, and the group
conduciveness; (3) The factors affecting the backyard utilization sustainability
were age, education level, household income, cosmopoliteness, motivation,
extension intensity, availability of production facilities, and the group
conduciveness. (4) The role of women farm leaders that affect backyard farming
sustainability were motivators, and problem solvers. (5) The purpose of
sustainable backyard farming were to fulfill the familiy food needs and to
environment conservation
Key words: backyard farming, internal and external factor, women farmers
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERSEPSI ANGGOTA TENTANG PERAN KETUA
KELOMPOK WANITA TANI DALAM PEMANFAATAN
LAHAN PEKARANGAN BERKELANJUTAN
(KASUS DI KABUPATEN BOGOR)
RINDI METALISA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Aida Vitayala S. Hubeis
Judul Tesis
Nama
NIM
: Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani
dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan (Kasus di
Kabupaten Bogor)
: Rindi Metalisa
: I351120041
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Amiruddin Saleh, MS
Ketua
Prabowo Tjitropranoto, Ph.D, MSc
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Sumardjo, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 6 Agustus 2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia,
rahmat, berkah, hidayah dan kesehatan dari-Nya sehingga tesis ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Januari 2014 sampai Juni 2014 ini adalah peran ketua kelompok wanita tani,
dengan judul Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani dalam
Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berkelanjutan di Kabupaten Bogor
Terima kasih dan rasa hormat yang setinggi – tingginya, penulis ucapkan
kepada bapak Dr Ir Amiruddin Saleh, MS dan bapak Prabowo Tjitropranoto, Ph.D
MSc selaku komisi pembimbing atas dukungan, arahan, waktu yang telah
diberikan, kesabaran membantu penulis dalam penelitian dan menyelesaikan
penulisan tesis. Terima kasih dan rasa hormat juga penulis sampaikan kepada
seluruh Dosen program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB, yang telah
mendidik dan mengajarkan banyak hal kepada penulis selama menyelesaikan
studi di IPB. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Dramaga, Cibungbulang, Cijeruk,
Rancabungur, dan Leuwiliang yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Kepada penyuluh yang telah memberikan
informasi dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah
kerjanya, penulis ucapkan penghargaan dan terima kasih.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada
Kepada keluarga tercinta. Ayahanda Ridwan, ibu Ati, tante Erita Atma, tante Viva
Yelita Atma, Nenek Hj. Mainar, Kakek Syafei Hasan, Abang Agung Andiyes
Rivo, Randi Rafila atas doa, dukungan dan kasih sayangnya, selanjutnya kepada
Dolly Suhadril, Amd atas motivasi, doa, kasih sayang dan kesabarannya
membantu penulis selama pendidikan di IPB.
Ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Dirjen Perguruan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah
memberikan kesempatan dan beasiswa untuk melanjutkan studi di Pascasarjana
IPB. Kepada Universitas Andalas yang memberikan rekomendasi untuk
mendapatkan beasiswa dan kesempatan melanjutkan pendidikan, penulis ucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya.
Kepada teman – teman program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB
yaitu Nurul, Ismi, Mbak Lina, Mbak Anisa, Muji, Bang Firman, Mas Aan, Enik,
Isni, Pak Muhib, dan Azwar, penulis mengucapkan terimakasih atas kebersamaan,
dukungan, diskusi selama menyelesaikan studi ini. Semoga ilmu yang kita peroleh
selama belajar di IPB, bermanfaat bagi sebesar – besarnya kebaikan diri kita,
keluarga, masyarakat dan negara. Terima kasih kepada Novi Elian, Ilham
Martadona, Ike, Nila dan Helnafri Angkesa atas waktunya, dukungan, dan doa
kepada penulis.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang membaca umumnya dan penulis
sendiri khususnya.
Bogor, Agustus 2014
Rindi Metalisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1 PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
2 TELAAH PUSTAKA
5
Kelompok Tani dan Wanita Tani
5
Persepsi
6
Pemanfaatan Lahan Pekarangan
7
Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Anggota Kelompok Wanita
Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan
9
3 KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
13
Kerangka Pikir
13
Hipotesis Penelitian
16
4 METODE PENELITIAN
17
Rancangan Penelitian
17
Lokasi dan Waktu Penelitian
17
Populasi dan Sampel
17
Data dan Instrumentasi
18
Definisi Operasional
19
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
22
Pengumpulan Data
24
Analisis Data
24
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
27
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
27
Karakteristik Internal dan Eksternal Wanita Tani
29
Persepsi Anggota tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani
36
Tujuan Pemanfaatan Lahan Pekarangan
39
Pemanfaatan Lahan Pekarangan yang Berkelanjutan
41
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Persepsi Anggota
42
tentang Peran Ketua Kelompok Wanita Tani
42
Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Tujuan Pemanfaatan
44
Lahan Pekarangan
44
Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Pemanfaatan Lahan
Pekarangan yang Berkelanjutan
47
Pengaruh Peran Ketua Kelompok Wanita Tani terhadap Pemanfaatan Lahan
Pekarangan yang Berkelanjutan
51
Pengaruh Tujuan Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemanfaatan
Lahan Pekarangan yang Berkelanjutan
53
6 SIMPULAN DAN SARAN
57
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
65
RIWAYAT HIDUP
75
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
Jumlah populasi dan sampel penelitian
Karakteristik internal responden
Karakteristik eksternal responden
Persepsi anggota kelompok wanita tani terhadap peran ketua kelompok
wanita tani
5. Sebaran responden dalam tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
6. Sebaran responden dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang
berkelanjutan
7. Koefisien korelasi faktor internal dan eksternal terhadap peran ketua
kelompok wanita tani
8. Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan pemanfaatan
lahan pekarangan
9. Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pemanfaatan lahan
pekarangan yang berkelanjutan
10. Pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan yang berkelanjutan
11. Pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan yang berkelanjutan
18
30
34
38
40
41
43
45
49
52
54
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil anova pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan
pemanfaatan lahan pekarangan
2. Hasil uji multikonieritas pengaruh faktor internal dan eksternal
terhadap tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
3. Hasil uji autokorelasi pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
4. Hasil uji heterokedastisitas pengaruh faktor internal dan eksternal
terhadap tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
5. Hasil uji kenormalan pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
65
65
65
66
66
6. Hasil anova pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
7. Hasil uji multikonieritas pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
8. Hasil uji autokorelasi pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
9. Hasil uji heterokedastisitas pengaruh faktor internal dan eksternal
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
10. Hasil uji kenormalan pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
11. Hasil anova pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
12. Hasil uji multikonieritas pengaruh peran ketua kelompok wanita tani
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
13. Hasil uji multikonieritas pengaruh peran ketua kelompok wanita tani
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
14. Uji heterokedastisitas pengaruh peran ketua kelompok wanita tani
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
15. Hasil uji kenormalan pengaruh peran ketua kelompok wanita tani
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
16. Hasil anova pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
17. Hasil uji multikonieritas pengaruh tujuan pemanfaatan lahan
pekarangan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
18. Hasil uji autokorelasi pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
19. Hasil uji heterokedastisitas pengaruh tujuan pemanfaatan lahan
pekarangan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
20. Hasil uji kenormalan pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan berkelanjutan
21. Uji validitas dan reliabilitas Instrumen
22. Dokumentasi Penelitian
66
67
67
67
68
68
68
69
69
69
69
70
70
70
71
71
73
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diperkirakan mencapai
273,2 juta jiwa pada Tahun 2025, menyebabkan adanya kebutuhan yang terus
meningkat dalam produksi pangan. Dalam tahun-tahun terakhir telah terjadi
peningkatan minat untuk memperkuat dan mengintensifkan produksi pangan lokal
dalam mengurangi dampak buruk dari kekurangan pangan dan kelaparan.
Penelitian Purwantini dan Mewa (2009) menunjukkan bahwa persediaan pangan
yang cukup secara nasional terbukti belum menjamin perwujudan ketahanan
pangan pada tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau individu. Akibatnya
ada perhatian yang ditujukan pada lahan pekarangan untuk dimanfaatkan sebagai
salah satu strategi dalam membangun ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah
tangga.
Berdasarkan data statistik luas lahan pekarangan yang dapat dimanfaatkan
di Indonesia adalah 10,3 juta hektar. Di Jawa luas lahan pekarangan adalah 1,5
juta hektar. Luas lahan pekarangan di Provinsi Jawa Barat adalah 120.744 hektar,
sedangkan di Kabupaten Bogor 10.343 hektar. Luas lahan pekarangan dapat
dimanfaatkan untuk ditanami berbagai jenis tanaman sayuran, obat-obatan
keluarga, dan buah-buahan sebagai sumber bahan makanan tambahan bagi
keluarga.
Pemanfataan lahan pekarangan sebenarnya telah dilakukan sejak lama. Pada
Tahun anggaran 1991-1992 Kementerian Pertanian mengeluarkan program
Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG) untuk meningkatkan mutu gizi makanan
dari masyarakat dan mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis makanan
pokok yaitu beras. Selanjutnya Menteri Pertanian Indonesia mengeluarkan
Peraturan No 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis sumber daya lokal. Salah satu implementasi
P2KP adalah pemanfaatan lahan pekarangan.
Kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan dengan berbagai komoditas
tanaman sudah lama dilaksanakan terutama di perdesaan. Saat ini upaya
pemanfaatan lahan pekarangan merupakan bagian dari komitmen pemerintah
melalui program P2KP untuk mencapai kemandirian pangan di tingkat rumah
tangga dengan menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan.
Hal ini dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan nasional, harus dimulai dari
kebutuhan pangan rumah tangga.
Kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan di Kabupaten Bogor melalui
program P2KP telah dilaksanakan sejak Tahun 2011-2012 di lima Kecamatan
yaitu Dramaga, Cibungbulang, Leuwiliang, Rancabungur, dan Cijeruk. Kegiatan
pemanfaatan lahan pekarangan dilakukan dengan adanya pendampingan oleh
penyuluh pertanian lapangan kepada kelompok wanita tani. Kegiatan ini bertujuan
untuk memberdayakan anggota kelompok wanita tani sebagaimana tujuan
pemberdayaan pada UU No 19 Tahun 2013, bahwa pemberdayaan wanita tani
dilakukan untuk memajukan dan mengembangkan pola pikir dan pola kerja dari
wanita tani, meningkatkan usaha tani, serta menumbuhkan dan menguatkan
kelembagaan petani agar mampu bersaing dan berdaya saing tinggi
(Kementan 2013).
2
Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan melalui program P2KP
telah selesai dilaksanakan, dan anggota kelompok wanita tani diharapkan masih
melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Keberlanjutan kegiatan
pemanfaatan lahan pekarangan pasca program memang sangat dibutuhkan, namun
anggota kelompok wanita tani tidak serta merta tergantung pada program. Oleh
sebab itu, anggota kelompok mengambil suatu keputusan untuk melanjutkan atau
tidak melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan pasca program P2KP.
Perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan masih terbatas,
akibatnya pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan
belum mencapai sasaran secara maksimal. Padahal dengan melaksanakan kegiatan
pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, tanaman obat, hortikultura
berpotensi dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Pemanfaatan lahan
pekarangan juga berpeluang menambah penghasilan rumah tangga apabila
dirancang dan direncanakan dengan baik serta dapat menjaga kelestarian
lingkungan (Mardiharini 2011). Oleh sebab itu, pemanfaatan lahan pekarangan
dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan memerlukan dukungan dari
berbagai pihak.
Mengingat potensi pemanfaatan lahan pekarangan yang cukup bagus,
namun pada kenyataannya keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan masih
terdapat beberapa masalah. Menurut Saptana et al. (2011) beberapa permasalahan
pokok dalam pemanfaatan lahan pekarangan yaitu: (a) pilihan jenis komoditas dan
bibit terbatas, (b) kurang tersedianya teknologi budidaya spesifik lahan
pekarangan, (c) kurang tersedianya teknologi panen dan pasca panen komoditas
pangan lokal, (d) bersifat sambilan, dan (e) hanya untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga dan belum berorientasi pasar. East dan Dawes (2009) menyatakan
bahwa secara teoritis pemanfataan lahan pekarangan merupakan obat mujarab
bagi sebagian besar masalah pembangunan. Namun, secara praktis, pemanfaatan
lahan pekarangan menghadapi kendala lingkungan, sosial dan keuangan yang
mengancam kelanjutan dari kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.
Pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan melalui pemberdayaan
kelompok wanita tani membutuhkan peran ketua kelompok wanita tani. Peran
ketua kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang
berkelanjutan merupakan suatu perilaku dari ketua kelompok untuk mengajak
anggotanya agar tetap melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan
pasca program P2KP. Hal ini dilakukan, mengingat ketua kelompok adalah orang
yang dekat dengan anggotanya, berada satu wilayah dengan anggota, dan dipilih
sebagai ketua agar dapat membantu anggota kelompok dalam memecahkan
masalah tentang usaha tani, sehingga dapat memberdayakan anggota
kelompoknya.
Peran ketua kelompok wanita tani merupakan interaksi antara ketua
kelompok wanita tani dengan anggotanya yang sering melibatkan dalam penataan
situasi, persepsi, dan harapan dari anggota kelompok. Bass (2008) menyatakan
bahwa pemimpin kelompok merupakan agen perubahan, dengan tindakannya
dapat mengarahkan perhatian anggotanya untuk melakukan suatu kegiatan demi
tercapainya tujuan bersama. Slamet (2003) menyatakan bahwa pemimpin/ketua
kelompok adalah seseorang yang mampu membimbing, memberi pengarahan,
mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta
menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diinginkan.
3
Berdasarkan hal tersebut maka peran ketua kelompok wanita tani dalam
pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan sangat penting untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari anggota kelompok
wanita tani.
Berdasarkan pemikiran yang diuraikan di atas, maka penting untuk meneliti
sejauh mana peran ketua kelompok wanita tani berpengaruh terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan yang berkelanjutan dan dilaksanakan oleh anggota kelompok
wanita di Kabupaten Bogor pasca program P2KP. Hal ini berkaitan dengan
potensi dan tantangan bagi anggota kelompok wanita tani dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai kemandirian pangan di tingkat rumah tangga yang
nantinya berdampak pada ketahanan pangan secara nasional. Pemanfaatan lahan
pekarangan juga menjadi salah satu strategi untuk menghasilkan bahan pangan
bagi keluarga yang sehat, bergizi, aman, menjaga kelestarian lingkungan, serta
menambah penghasilan.
Perumusan Masalah
Melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan pasca program P2KP
merupakan salah satu potensi dan strategi untuk mewujudkan kemandirian pangan
di tingkat rumah tangga. Oleh sebab itu kegiatan penyuluhan masih sangat
dibutuhkan oleh anggota kelompok wanita tani untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan adanya perubahan sikap dalam melaksanakan kegiatan
pemanfaatan lahan pekarangan.
Kegiatan penyuluhan pada kelompok wanita tani dilaksanakan untuk
meningkatkan wawasan anggota kelompok wanita tani dalam meningkatkan
produktivitas anggota kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan.
Penyuluh adalah aktor penting dalam melakukan kegiatan penyuluhan
pemanfaatan lahan pekarangan. Namun penyuluh belum mampu bekerja secara
maksimal kepada anggota kelompok wanita tani, mengingat wilayah yang
dikunjungi penyuluh sangat banyak dan luas, sedangkan sumber daya penyuluh
masih dirasa kurang. Dengan demikian, peran ketua kelompok wanita tani
menjadi salah satu solusi untuk memotivasi, memberikan informasi, memfasilitasi,
serta membantu memecahkan masalah anggota kelompok wanita tani dalam
melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. sejauhmana hubungan faktor internal dan eksternal terhadap persepsi anggota
kelompok wanita tani tentang peran ketua kelompok wanita tani?
2. sejauhmana pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan
pemanfaatan lahan pekarangan?
3. sejauhmana pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan yang berkelanjutan?
4. sejauhmana pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan?
5. sejauhmana pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan?
4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut, yaitu untuk:
1. menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal terhadap persepsi
anggota kelompok wanita tani tentang peran ketua kelompok wanita tani.
2. menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap tujuan
pemanfaatan lahan pekarangan.
3. menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pemanfaatan
lahan pekarangan yang berkelanjutan.
4. menganalisis pengaruh peran ketua kelompok wanita tani terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.
5. menganalisis pengaruh tujuan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
ilmu penyuluhan pembangunan tentang peran ketua kelompok wanita tani,
dan pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan.
2. secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan bahan pemikiran
bagi masyarakat dan pemerintah dalam pemanfaatan lahan pekarangan
sebagai sumber bahan pangan tambahan melalui pemberdayaan kelompok
wanita tani yaitunya peran ketua kelompok wanita tani.
5
2 TELAAH PUSTAKA
Kelompok Tani dan Wanita Tani
Manusia merupakan mahkluk individu yang selalu berhubungan dan tidak
bisa melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lainnya. Dengan hubungan
dan interaksi yang terjadi maka manusia tersebut hidup dalam suatu kelompok
sosial. Kelompok sosial dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan untuk
mencapai suatu tujuan.
Kelompok merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan antara lain
menyangkut kaitan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga
suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Kelompok dapat didefinisikan
sebagai kumpulan dari beberapa individu yang saling berinteraksi (hubungan
timbal balik) yang membentuk suatu pola perilaku serta dipandu oleh seperangkat
nilai-nilai dan norma dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama (Cartwright
dan Zander, 1968; Forsyth, 2010; Haynes, 2012; Myers, 2012).
Kelompok yang terbentuk sebagai suatu sistem sosial tentu saja bukan
hanya sebagai wadah untuk berkumpul, akan tetapi kelompok memiliki fungsi
yang dapat dirasakan oleh anggota kelompok. Cartwright dan Zander (1968)
menyebutkan bahwa ada empat fungsi kelompok yaitu: (1) media pencapaian
tujuan bersama (goal achievement), (2) media usaha untuk mempertahankan
kehidupan kelompok (group maintenance), (3) media untuk membantu anggota
kelompok memperkuat kemampuannya, dan (4) media untuk membantu
menetapkan hubungan dengan lingkungan sosialnya.
Kelompok yang terdekat dengan petani disebut kelompok tani. Kelompok
tani merupakan kelembagaan bagi petani yang anggotanya terdiri dari wanita tani
dan berkecimpung dalam kegiatan pertanian disebut kelompok wanita tani.
Wanita tani merupakan perempuan yang dewasa maupun muda. Mereka adalah
isteri petani atau anggota keluarga tani yang terlibat secara langsung atau tidak
dengan tetap atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usaha tani dan kegiatan lainnya
berhubungan dengan kehidupan keluarga tani. Wanita tani merupakan kaum
wanita dalam keluarga petani dan masyarakat pertanian yang terlibat secara
langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan usaha
tani dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan usaha peningkatan
kesejahteraan keluarganya.
Wanita tani berdasarkan statusnya dalam keluarga terdiri dari: (a) sebagai
kepala keluarga, merupakan wanita tani pada kondisi janda, atau wanita tani yang
tidak menikah dan hidup mandiri, tidak menjadi tanggungan orang lain, bahkan
sering juga memiliki tanggungan, (b) wanita tani adalah istri petani yang hidup
satu rumah dan sebagai suami isteri yang sah, (c) wanita tani merupakan wanita
dewasa dalam anggota keluarga yang berumur di atas 30 tahun yang sudah pernah
menikah dan tinggal bersama seorang petani, (d) wanita tani merupakan pemuda
tani wanita yang berumur 16-30 tahun dan belum pernah menikah yang tinggal
bersama satu keluarga petani, (e) wanita tani merupakan wanita remaja yang
berumur di bawah 16 tahun dan belum pernah menikah, yang tinggal dan menjadi
tanggungan seorang petani (Pusluhtan, 1997).
6
Kelompok wanita tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kumpulan
dari wanita tani, isteri petani, pemudi tani dan anggota keluarga petani yang
membantu kegiatan usaha pertanian dalam meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan keluarganya. Kelompok wanita tani merupakan wadah bagi wanita
tani baik dalam proses pembelajaran maupun untuk meningkatkan produktivitas
usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan.
Persepsi
Seseorang melakukan suatu tindakan dan memberikan tanggapan terhadap
suatu obyek berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Hal ini sering
disebut dengan persepsi. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam
tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan tentang
informasi atau stimuli dari lingkungan yang berhubungan dengan pengalaman
akan obyek, peristiwa, dan hubungan-hubungan yang diperoleh, kemudian
mengubahnya ke dalam kesadaran psikologi (van den Ban dan Hawkins 1999;
Tubbs dan Moss 1996; Robbins dan Timothy 2008; Rakhmat 2007)
Persepsi yang diartikan dalam penelitian merupakan suatu proses yang
digunakan seseorang untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera tentang hal
yang diamati di lingkungannya, sehingga dapat memberikan makna kepada
lingkungan mereka. Persepsi dapat diartikan juga sebagai perilaku dari seseorang
terhadap informasi yang masuk kedalam otak manusia, kemudian di
interpretasikan menjadi suatu makna.
Pemimpin dan Kepemimpinan
Pemimpin dalam kelompok adalah tonggak penyangga dalam keberhasilan
mencapai tujuan kelompok maupun tujuan anggota. Pemimpin kelompok
merupakan pihak yang lebih aktif, mengambil inisiatif, dan yang memberi
dampak pada situasi. Dengan kata lain, kondisi kelompok ditentukan oleh perilaku
dari pemimpin kelompok itu sendiri. Peran dari pemimpin kelompok merupakan
bagian dari perilaku yang diharapkan oleh anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.
Berdasarkan teori model kontingensi (contingency models) bahwa
pemimpin dapat memanfaatkan situasi untuk mencapai tujuan kepemimpinannya.
Seorang pemimpin yang dikehendaki oleh anggotanya adalah pemimpin yang
dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi anggotanya, maka
pemimpin tersebut harus dapat menjalankan berbagai perannya. Adapun peran
pemimpin kelompok yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu; (a) memberikan
motivasi artinya seseorang pemimpin dapat memberikan dukungan,
membangkitkan semangat anggotanya, memberikan pengarahan, dan memberikan
petunjuk kepada anggotanya, (b) memberikan informasi yaitu seorang pemimpin
menyebarluaskan informasi yang diperolehnya kepada anggota sehingga anggota
juga mendapatkan informasi, (c) mencetak keberhasilan artinya seorang pemimpin
harus memiliki kemampuan untuk memfasilitasi anggota kelompoknya dalam
mencapai tujuan kelompok, dan (d) memecahkan masalah artinya seorang
pemimpin ikut terlibat dalam kegiatan kelompok, dan banyak berkonsultasi
7
dengan anggotanya serta mampu menangani berbagai gangguan baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar (House dan Mitchell dalam Sarwono 2005; Sinamo
dan Agus 2012; Mintzberg dalam Yulk 2010).
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk
memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu
dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan
kolektif untuk mencapai tujuan bersama (Yulk, 2010). Peran kepemimpinan ketua
kelompok juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara ketua
kelompok dan anggota untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan
demikian, baik ketua kelompok atau anggotanya mengambil tanggung jawab
masing-masing untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Kepemimpinan ketua kelompok dapat digambarkan melalui sifat dan figur
dari ketua kelompok itu sendiri agar dapat diterima oleh angota kelompok.
Fatchiya (2007) menyatakan bahwa seorang ketua kelompok harus memiliki figur
pemimpin yang diharapkan oleh anggotanya dalam hal ini ketua kelompok usaha
ikan hias dengan perilakunya: (a) dapat berempati dengan anggota kelompoknya,
(b) diterima dan diakuinya oleh anggota kelompok dan menjadi bagian dari
anggota kelompoknya, (c) penuh pertimbangan terhadap orang lain, (d)
mempunyai kestabilan emosi, (e) ada keinginan untuk memegang pimpinan, (f)
berkompeten untuk memegang pimpinan, (g) mampu membagi kepemimpinan
dengan orang lain.
Peran pemimpin atau ketua kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah perilaku dari ketua kelompok wanita tani untuk mengarahkan anggotanya
dalam melaksanakan suatu kegiatan kelompok wanita tani agar tercapainya tujuan
bersama. Peran ketua kelompok wanita tani dilihat dari: (a) peran ketua kelompok
wanita tani dalam memberikan motivasi, (b) peran ketua kelompok wanita tani
dalam memberikan informasi, (c) peran ketua kelompok wanita tani dalam
mengalokasi sumber daya, dan (d) peran ketua kelompok wanita tani dalam
memecahkan masalah.
Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah
bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.
Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau samping sebuah bangunan,
tergantung seberapa luas sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan
utamanya (Balitbang Pertanian, 2012). Definisi pekarangan juga dijelaskan oleh
Wurianingsih (2010) bahwa pekarangan adalah taman rumah tradisional yang
bersifat pribadi, yang merupakan sistem yang terintegrasi dengan hubungan yang
erat antara manusia, tanaman, dan hewan. Menurut Ninez dalam Galhena et al.
(2013) lahan pekarangan adalah suatu lahan yang terletak dekat dengan tempat
tinggal yang memiliki keamanan, kenyamanan dan membutuhkan perawatan
khusus serta dapat melaksanakan suatu sistem penyediaan tanaman dan hewan
dalam skala kecil sehingga dapat dikonsumsi oleh anggota rumah tangga.
Pemanfaatan lahan pekarangan memiliki fungsi yang dapat berguna bagi
manusia (anggota kelompok wanita tani) yaitu: (a) untuk memenuhi kebutuhan
gizi dari keluarga, sehingga keluarga bisa mengkonsumsi makanan yang sehat, (b)
meningkatkan pendapatan, (c) menambah lapangan kerja, (d) meningkatkan peran
8
perempuan dalam memproduksi tanaman pekarangan, (e) bermanfaat dalam
menjaga kelestarian lingkungan, (f) pekarangan sebagai penyedia bahan bangunan
dan kayu bakar (Michell dan Hanstad 2004; Sthapit et al. 2006; Kementan 2012).
Pemanfaatan lahan pekarangan begitu penting dalam memenuhi kebutuhan
pangan tambahan bagi keluarga dalam memberikan asupan gizi keluarga untuk
mendukung diversifikasi pangan rumah tangga menuju keluarga yang sehat,
produktif dan berkualitas serta meningkatkan pendapatan.
Pemanfaatan lahan pekarangan yang berkelanjutan merupakan suatu proses
keputusan bagi seseorang dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan
pekarangan. Menurut Rogers (2003) menyatakan proses keputusan inovasi
merupakan suatu proses mental sejak seseorang mulai pertama kali mengetahui
adanya suatu inovasi, membentuk sikap terhadap inovasi tersebut, mengambil
keputusan untuk mengadopsi atau menolak, mengimplementasikan ide baru dan
membuat konfirmasi atas keputusan tersebut.
Keputusan merupakan suatu tahapan di mana seseorang melakukan
aktivitas untuk memilih mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Seseorang
mengambil suatu keputusan dalam adopsi inovasi memiliki dua kemungkinan,
yaitu: (a) adopsi lanjut, (b) adopsi tidak berlanjut. Rogers (2003) membedakan
jenis penolakan dalam dua hal, yaitu: (a) penolak aktif apabila seseorang
mempertimbangkan mengadopsi inovasi (termasuk mencobanya), tetapi kemudian
memutuskan untuk tidak mengadopsi, (b) penolak pasif merupakan sesorang yang
tidak pernah sama sekali mempertimbangkan menggunakan inovasi. Suatu
keputusan dalam mengadopsi suatu inovasi perlu dikonfirmasi. Tahap konfirmasi
berlangsung setelah terjadi keputusan menolak atau mengadopsi dalam jangka
waktu yan tidak tentu.
Penelitian tentang proses keputusan dalam adopsi inovasi dipengaruhi oleh
berbagai alasan dan manfaat langsung dari teknologi yang berupa keuntungan
relatif (termasuk keuntungan ekonomi yang lebih tinggi), kesesuaian teknologi
terhadap nilai-nilai sosial budaya, cara dan kebiasaan berusaha tani, kerumitan
penerapan teknologi, serta persepsi petani terhadap pengaruh media/informasi
interpersonal sebagai penyampai teknologi yang komunikatif bagi petani,
keputusan petani dalam berusaha tani ditentukan oleh keunggulan ekonomi
komoditas, penggunaan sumber daya lahan dan tenaga kerja, serta interaksi
anatara pelaku yang berkepentingan dalam proses adopsi inovasi tersebut
(Purnaningsih 2006; Indrianingsih 2010)
Keputusan anggota kelompok wanita tani dalam melanjutkan atau tidak
melanjutkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan juga diduga dipengaruhi
oleh tujuan dari anggota kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan
pekarangan. Adapun tujuan pemanfaatan lahan pekarangan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah keinginan atau alasan dari anggota kelompok wanita tani
dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan yang meliputi:
(a) untuk memaksimalkan pemanfaatan luas lahan pekarangan, (b) untuk
memenuhi kebutuhan pangan keluarga, (c) untuk menambah pendapatan, dan (d)
untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pemanfaatan lahan pekarangan yang
berkelanjutan dalam penelitian ini merupakan konfirmasi dari anggota kelompok
wanita tani dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan setelah
program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan P2KP selesai
dilaksanakan.
9
Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Anggota Kelompok Wanita
Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Wanita tani merupakan individu dalam suatu sistem masyarakat yang
memiliki karakteristik yang beragam. Karakteristik wanita tani terdiri dari
demografis, karakteristik sosial wanita tani dan karakteristik ekonomi.
Karakteristik individu wanita tani penting untuk diketahui dalam rangka
membedakan perilaku wanita tani. Adapun faktor internal yang terdiri dari:
1. Umur
Umur seorang manusia sangat menentukan perkembangan pada dirinya,
mengingat banyaknya aspek yang dikembangkan pada diri individu melalui umur
yang dimiliki. Umur yang produktif dapat mempengaruhi kemampuan fisik dan
pola pikir, sehinga sangat potensial dalam mengembangkan berbagai usaha.
Latifah et al. (2010) menyatakan bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka
akan semakin banyak alternatif cara yang dilakukan untuk menghadapi
permasalahan yang dialaminya.
Gulam (2011) menyatakan bahwa umur seseorang berhubungan dengan
persepsi melalui tahap perkembangan yang harus dijalani seseorang dalam
hidupnya, proses inilah yang dapat mengubah persepsi seseorang pada suatu
obyek. Hal ini berarti bahwa umur yang produktif biasanya memiliki semangat
untuk ingin tahu terhadap obyek yang dapat diamati disekitar lingkungannya,
sehingga mereka berusaha aktif mencari informasi, melaksanakan adopsi inovasi.
2.
Pendidikan formal
Pendidikan merupakan suatu proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan
dan diperlukan oleh setiap manusia. Saat ini pendidikan menjadi perhatian karena
disadari bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan. Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan
seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara
pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah (Simanjuntak et al. 2010).
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan untuk mengembangkan
kemampuan diri. Pendidikan seorang ibu dalam keluarga sangat berpengaruh
terhadap cara berpikir untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama dalam
mendidik dan menyediakan konsumsi pangan yang bergizi, sehat, seimbang dan
aman. Mulyandari (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal petani
berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam
memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usaha tani.
3.
Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan penerimaan yang diterima oleh seseorang akibat dari
pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan keluarga dari wanita tani merupakan
sumber daya bagi keluarga wanita tani untuk mengadopsi suatu inovasi. Menurut
Mardikanto (2009) petani yang berpendapatan tinggi biasanya akan semakin cepat
mengadopsi suatu inovasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Rogers (2003), bahwa
terdapat hubungan yang nyata positif antara orang yang lebih inovatif dengan
status sosialnya (termasuk pendapatan).
Penelitian Fathonah dan Prasodjo (2011) terdapatnya hubungan yang nyata
positif antara tingkat pendapatan dengan ketahanan pangan rumah tangga, artinya
10
semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga maka tingkat ketahanan pangan
rumah tangga akan semakin tahan pangan. Berdasarkan penelitin Arumsari dan
Rini (2008) menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga mempengaruhi peran
wanita dalam upaya diversifikasi bahan pangan guna mewujudkan ketahanan
pangan pada tingkat rumah tangga.
4.
Jumlah anggota keluarga
Anggota keluarga merupakan tenaga kerja yang memberikan kontribusi
yang cukup besar dalam pelaksanaan usaha tani. Menurut Belem (2002)
keberadaan anggota keluarga lain merupakan tenaga tambahan dalam
pemanfaatan lahan pekarangan. Keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga
dapat membantu dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, sehingga secara tidak
langsung membantu keluarga dalam menambah pendapatan.
Hubeis (2010) menyatakan bahwa besarnya jumlah keluarga akan
berpengaruh terhadap peran wanita. Wanita tani akan dapat bekerja di luar rumah
untuk mencari nafkah, serta pekerjaan di rumah dapat dibagi dengan anggota
keluarganya. Penelitian Arumsari dan Rini (2008) menyimpulkan bahwa jumlah
anggota keluarga mempengaruhi peran wanita dalam upaya diversifikasi bahan
pangan guna mewujudkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga.
5.
Curahan waktu memanfaatkan pekarangan
Ketersediaan waktu yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani
merupakan suatu sumber daya yang sangat penting. Waktu yang dicurahkan oleh
keluarga miskin untuk berbagai kegiatan dengan cara sedemikian rupa sehingga
dapat meminimalisir biaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Curahan waktu
yang tersedia merupakan salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan
pemanfaatan lahan pekarangan. Hasil penelitian Belem (2002) menunjukkan
bahwa curahan waktu yang tersedia oleh wanita tani untuk memanfaatkan lahan
pekarangan sekitar 2 jam/hari.
Curahan waktu merupakan modal utama untuk melakukana kegiatan
produktif. Penelitian Astuti et al. (2011) menyatakan alokasi waktu yang
digunakan oleh wanita tani dalam kegiatan produktif yaitu sekitar 10 jam per hari
untuk kegiatan pengolahan hasil pertanian, usaha tani sawah sekitar 6,3 jam dan
pemeliharaan sapi sekitar dua jam. Hugeng (2011) menyatakan bahwa alokasi
waktu perempuan transmigran untuk usaha tani di lahan milik sendiri sekitar
empat jam 10 menit/hari. Alokasi waktu perempuan di transmigran dapat
memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangganya.
6.
Kekosmopolitan
Wanita tani dapat mengembangkan kemampuannya apabila selalu aktif
berpartisipasi dan terbuka dengan informasi dari luar sistem sosialnya.
Keterbukaan dengan dunia luar dan informasi merupakan bagian dari pola pikir
kosmopolit seseorang. Menurut Mardikanto (2009) kekosmopolitan merupakan
tingkat hubungan seseorang dengan dunia di luar sistem sosialnya sendiri.
Kekosmopolitan dicirikan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan,
serta pemanfaatan media massa. Wanita tani yang cepat mengadopsi suatu inovasi
akan lebih kosmopolit, akan tetapi wanita tani yang cenderung tertutup,
11
terkungkung dalam suatu sistem sosial, maka proses adopsi inovasi akan lebih
lambat karena tidak adanya keinginan untuk hidup lebih baik.
Menurut Rogers (2003) sifat kekosmopolitan seseorang akan mempertinggi
kemampuan empati, dan daya empati ini akan mempertinggi sifat “innovativeness”
komunikan dan aspirasi positif. Sofwanto et al. (2006) menyatakan bahwa sifat
kekosmopolitan yang diperoleh petani, disebabkan mudahnya memperoleh
informasi dari televisi, koran dan radio, dekatnya jarak antara desa dengan kota
serta sarana jalan yang bagus sehingga mempercepat waktu tempuh dari desa
menuju pusat perdagangan. Sifat kekosmopolitan yang dimiliki petani akan
mempertinggi persepsi petani tentang kebijakan pemerintah daerah dalam upaya
pengembangan kawasan agropolitan.
7.
Motivasi
Motivasi setiap orang terhadap suatu hal berbeda-beda tergantung pada
kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai terhadap suatu obyek. Menurut Handoko
(1995) motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri
manusia yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah
lakunya. Adanya motivasi pada diri seseorang, maka dapat menjelaskan tentang
alasan seseorang melakukan suatu tindakan.
Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam dan dari luar individu.
motivasi dari dalam diri individu disebut primer (internal) yaitu dorongan yang
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Menurut Clayton (2007)
motivasi seseorang dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan
karena mereka ingin menjadikan rumahnya sebagai tempat untuk menikmat
keindahan, menghabiskan waktu luang, mendemonstrasikan keahlian, serta untuk
memproduksi bahan pangan yang sehat dan bergizi.
8.
Luas lahan pekarangan
Lahan merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berhubungan dengan
daya dukungnya terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lahan
memiliki banyak fungsi terutama untuk pertanian. Tanpa adanya lahan mustahil
suatu kegiatan pertanian dapat dilakukan. Sama halnya untuk lahan pekarangan
yang digunakan untuk menanam tanaman dan memelihara ternak. Pemanfaatan
lahan pekarangan tergantung pada luas lahan yang ada. Lahan yang cukup luas
akan memungkinkan untuk dapat ditanami berbagai jenis tanaman, sedangkan
lahan yang sempit perlu menggunakan teknik agar dapat dimanfaatkan secara
maksimal.
Mardikanto (2009) menyatakan semakin luas lahan yang digunakan dalam
usaha tani semakin cepat seseorang mengadopsi inovasi, karena memiliki
kemampuan yang lebih baik. Tohir dalam Puspasari (2010) menyatakan bahwa
pengelolaan secara tradisional pada lahan yang sangat sempit dapat menimbulkan:
(a) kemiskinan, (b) kurang mampu memproduksi bahan makanan pokok
khususnya beras, (c) ketimpangan dalam penggunaan teknologi, dan (d)
bertambahnya jumlah pengangguran dan ketimpangan dalam penggunaan sumber
daya.
Selain faktor internal juga terdapat beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi wanita tani dalam keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan
yang meliputi:
12
1.
Intensitas penyuluhan
Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup (Kementan, 2006).
Kegiatan penyuluhan dapat terjadi melalui interaksi antara penyuluh dengan
wanita tani dalam menyampaikan informasi yang berhubungan dengan kebutuhan
wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Yuliatin (2002) menyatakan
bahwa kegiatan penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
dinamisnya kelompok petani, karena cepat lambatnya suatu inovasi pertanian
sangat ditentukan keaktivan seorang penyuluh dalam menyampaikan informasi
serta metode dan teknik yang digunakan.
2.
Ketersediaan sarana produksi
Mosher (1987) menyatakan bahwa sarana dan prasarana produksi sebagai
salah satu faktor pelancar dalam pembangunan pertanian. van den Ban dan
Hawkins (1999) menyatakan bahwa sarana produksi merupakan sumber daya bagi
petani yang dapat mengatasi berbagai hambatan dalam melaksanakan kegiatan
usaha tani.
Sarana produksi yang tersedia dalam jumlah, harga, dan mutu yang tepat
dalam memberikan pelayanan kepada petani akan sangat menunjang keberhasilan
usaha tani. Falo (2011) menyatakan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana
yang cukup dapat membantu petani dalam menerapkan teknologi yang
berhubungan dengan pupuk, pestisida dan benih yang diperoleh dari pelatihan
atau kursus serta mempermudah petani dalam pengangkutan sarana dan hasil
produksi.
3.
Suasana kelompok
Suasana kelompok merupakan kondisi yang terdapat dalam suatu kelompok,
sebagai hasil dari berlangsungnya hubungan-hubungan interpersonal atau
hubungan antar anggota kelompok. Dengan demikian, suasana atau iklim
kelompok mengacu pada ciri-ciri khas interaksi dalam kelompok (Huraerah dan
Purwanto, 2006). Suasana kelompok menentukan reaksi anggota kelompok
terhadap kelompoknya. Menurut Cartwright dan Zander (1968) suasana kelompok
merupakan rasa hangat dan setia kawan, rasa takut dan sal