Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih pada Perusahaan Jamur Nusantara, Salabenda, Kotamadya Bogor

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA JAMUR

TIRAM PUTIH PADA PERUSAHAAN JAMUR NUSANTARA,

SALABENDA, KOTAMADYA BOGOR

WAHYU FRANS EFINDO H34086096

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Pada Perusahaan Jamur Nusantara, Salabenda, Kotamdya Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 2015

Wahyu Frans Efindo H34086096


(4)

(5)

ABSTRAK

WAHYU FRANS EFINDO. “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Pada Perusahaan Jamur Nusantara, Salabenda, Kotamadya Bogor”. Dibimbing Oleh HENY.K.DARYANTO.

Perusahaan Jamur Nusantara adalah perusahaan yang menghasilkan produk jamur tiram putih segar dan log jamur tiram. Perusahaan ini berlokasi di Salabenda, Kotamadya Bogor. Penelitian pada perusahaan ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan budidaya jamur tiram putih dilihat dari aspek non finansial, aspek finansial, dan sensitivitas kelayakan budidaya jamur tiram. Dalam penelitian ini yang akan dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosisal ekonomi. Berdasarkan aspek non finansial budidaya layak dijalankan.Kelayakan budidaya jamur tiram berdasarkan aspek finansial terdiri atas NPV, IRR, Net B/C, dan PBP. Berdasarkan aspek finansial budidaya layak dijalankan. Hal ini didasarkan atas hasil dari aspek finansial yang mempunyai NPV lebih besar dari nol, nilai Net B/C lebih dari satu,

IRR lebih besar dari tingkat suku bunga dan PBP sebelum masa proyek berakhir. Hasil dari aspek finansial adalah NPV Rp.62 268 326 ,IRR 65 %, Net B/C 3,25, dan PBP 3,92 tahun atau selama tiga tahun sembilan bulan.

Kata Kunci: Perusahaan Jamur Nusantara, analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Net B/C, NPV, IRR, PBP, Switching Value)

ABSTRACT

WAHYU FRANS EFINDO. “Analysis Of Feasibility Of Oyster Mushroom

Cultivation Venture White Mushroom Company in Indonesia, Salabenda,

Bogor”.Supervised by HENY.K.DARYANTO.

Jamur Nusantara company is a company that produces fresh white oyster mushroom and oyster mushroom logs. This company is located in the location of Bogor City Districts Salabenda. Research on the company aims to analyze the feasibility of oyster mushroom cultivation of non financial aspects,financial aspects, and the sensitivity of the feasibility of oyster mushroom cultivation. Of research that has been made know that based on non-finansial aspects that consists of market, technical aspects, management aspects, and socio-ekonomic aspects of the cultivation of oyster mushroom feasible. Feasibility of oyster mushroom cultivation based on the financial aspect consistsof NPV,IRR,Net B/C, and PBP.Based on the financial aspects of oyster mushroom cultivation feasible. This is because the results of the finansial aspects of having NPV greater than zero, the value of Net B/C is more than one, the IRR is the discount rate and PBP than were before the projects ends.Results obtained from the financial aspects is

NPV Rp 62 268 326, IRR 65 %, Net B/C 3,25 and PBP 3,92 years equivalent to

three years and nine months.

Keywords: Jamur Nusantara Company, Feasibility Analysis of White Oyster Mushroom Cultivation (Net B/C, NPV, IRR, PBP, Switching Value)


(6)

(7)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH PADA PERUSAHAAN JAMUR NUSANTARA,

SALABENDA, KOTAMADYA BOGOR

WAHYU FRANS EFINDO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(8)

(9)

(10)

(11)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Pada Perusahaan

Jamur Nusantara, Salabenda, Kotamadya Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih melalui studi kelayakan bisnis dan analisis sensitivitas yang terjadi pada perusahaan, sehingga dapat menjadi suatu masukan atau suatu kajian bagi perusahaan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr.Ir.Heny.K.Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan saran sebagai pembimbing penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Tintin Sarianti,SP,MM yang telah menjadi dosen penguji sekaligus membantu penulis dalam perbaikan penulisan dan perbaikan data. Terima kasih kepada seluruh dosen Departemen Agribisnis atas ilmu yang selama ini diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan sahabat atas segala doa dan perhatiannya sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini karena keterbatasan diri dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, April 2015


(12)

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Jamur Tiram 6

Hasil Penelitian Terdahulu 7

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODOLOGI PENELITIAN 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Metode Pengumpulan Data 16

Metode Analisis Data 16

Asumsi Dasar 19

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 20

Sejarah Perusahaan Jamur Nusantara 20

Lokasi Perusahaan Jamur Nusantara 20

Kegiatan Perusahaan Jamur Nusantara 21

Organisasi Perusahaan Jamur Nusantara 21

Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Jamur Nusantara 22

Sumber Daya Manusia 22

ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL 22

Aspek Pasar 22

Aspek Teknis 25

Aspek Manajemen 30

Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 31

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL 31

Inflow (Arus Manfaat) 32

Outflow 35

Analisis Kelayakan Finansial 39

Analisis Switching Value 41

SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

LAMPIRAN 45


(14)

DAFTAR TABEL

1. Produktivitas Tanaman Sayuran Tahun 2005 – 2010 di Indonesia 1 2. Ekspor & Impor Jamur tiram putih Tahun 2006-2011 2 3. Nilai Protein Jenis Jamur dan Bahan Makanan Lain dalam 100 gram 3 4. Produksi Jamur Tiram Putih di Daerah Jawa Barat Tahun 2007 – 2010 3 5. Perubahan Biaya Bahan Baku & media tanam perusahaan 5 6. Jenis Data dan Sumber-Sumber Data yang Digunakan 16 7. Besarnya Pajak yang Digunakan UU Republik Indoneia 20

8. Data Produksi Jamur Tiram segar 23

9. Data Produksi Log Jamur Tiram 24

10. Jumlah Panen Jamur Tiram Segar 29

11. Penerimaan Jamur Tiram Putih segar di Perusahaan Jamur Nusantara 32

12. Penerimaan Log Jamur Tiram Putih 33

13. Biaya Penyusutan 34

14. Biaya Investasi Perusahaan Jamur Nusantara 36

15. Rincian Biaya Tetap di Perusahaan Jamur Nusantara 37 16. Rincian Biaya Variabel di Perusahaan Jamur Nusantara 39 17. Analisis Rugi Laba pada Perusahaan Jamur Nusantara 39 18. Hasil Kriteria Kelayakan Usaha Pada Perusahaan Jamur Nusantara 40 19. Hasil Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih 41

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional. 15 Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan Jamur Nusantara 21

Gambar 3. Produk Jamur Tiram Segar 25

Gambar 4. Log Jamur Tiram Putih 25 Gambar 5. Lokasi Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih 26 Gambar 6. Pembuatan Media Tanam Jamur Tiram Putih 27

Gambar 7. Proses Sterilisasi 27

Gambar 8. Proses Inkubasi 28

Gambar 9. Proses Pemanenan Jamur Tiram putih 29

DAFTAR LAMPIRAN

1. Siklus Produksi Jamur tiram segar & Log Jamur tiram 47

2. Rugi Laba Budidaya Jamur Tiram Putih 52

3. Cash Flow Budidaya Jamur Tiram Putih 53

4. Switching Value Penurunan Harga Jamur Tiram 55

5. Switching Value Penurunan Harga Log Jamur Tiram Putih 57 6. Switching Value Peningkatan Biaya Variabel Jamur Tiram Putih 59


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris memiliki jenis komoditas pertanian yang beragam. Keberagaman tersebut merupakan aset yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Salah satu subsektor yang memiliki potensi tersebut adalah subsektor hortikultura. Komoditas hortikultura yang diutamakan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta mempunyai peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya yang dilaksanakan untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan, yaitu meliputi penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura yang sudah ada. Salah satu komoditas hortikultura yang cukup potensial adalah sayuran (Daniel 2002).

Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia. Kebutuhan manusia terhadap sayuran semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk karena kebutuhan tubuh manusia akan gizi. Tingginya permintaan sayuran di pasar domestik mendorong petani baik skala kecil dan besar untuk lebih produktif. Data produksi tanaman sayuran di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produktivitas Tanaman Sayuran Tahun 2008 – 2012 di Indonesia (Ton/Ha)

No Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 Average

1 Paprika 2.11 4.46 5.53 13.06 14.94 8.02

2 Bawang Putih 1233 15.41 12.29 14.74 16.60 14.27

3 Lobak 48.37 29.75 32.38 27.27 32.16 33.98

4 Jengkol 80.08 62.47 50.23 65.80 50.94 61.90

5 Kembang kol 109.49 96.03 101.20 113.49 125.83 109.20

6 Buncis 266.55 290.99 336.49 334.65 338.66 313.46

7 Kangkung 323.75 360.99 350.87 355.46 310.62 340.33

8 Bayam 163.81 173.75 152.33 160.51 176.97 165.47

9 Terung 427.16 451.56 482.305 51948 319.89 440.07

10 Jamur 430.47 384.65 613.76 458.54 417.54 460.99

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, 2013

Berdasarkan Tabel 1, dari tahun 2008 sampai tahun 2012 rata-rata produktivitas jamur relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya yaitu sebesar 460.99 Ton/Ha. Produktivitas jamur mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keterampilan tenaga kerja pada proses budidaya, teknologi pengukusan, kondisi iklim yang sulit diprediksi dan serangan hama (Direktorat Jendral Hortikultura 2013).

Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas. Jamur dapat tumbuh dimana-mana, terutama pada saat musim hujan. Bagi orang awam, jamur terkadang dianggap berbahaya karena beracun dan bisa mematikan bagi yang memakannya. Akan tetapi, ada jamur yang mempunyai


(16)

manfaat bagi manusia untuk dikonsumsi sebagai pangan atau obat, namun demikian tidak semua jamur bisa dikonsumsi atau dijadikan obat.

Tabel 2.. Data Perkembangan Ekspor dan Impor Jamur di Indonesia Pada Tahun 2006-2011

Tahun

Ekspor Impor

Volume (kilogram)

Nilai (US$)

Volume (kilogram)

Nilai (US$)

2006 16 113 207 19 201 360 1 539 321 1 217 704

2007 3 333 723 2 793 243 194 010 208 646

2008 22 558 977 24 021 656 2 913 432 2 566 954

2009 18 351 038 22 129 170 3 594 073 3 656 223

2010 20 571 404 29 900 009 3 370 435 3 967 449

2011 19 452 421 30 863 291 3 431 709 4 726 154

Sumber : Pusdatin dan BPS, 2012

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa ekspor jamur lebih tinggi daripada impor, sehingga merupakan sumber devisa bagi negara. Perkembangan ekspor dan impor jamur sangat fluktuatif. Pada tahun 2006 baik ekspor maupun impor jamur mengalami penurunan volume yang tinggi. Menurut Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, menyatakan penurunan ekspor dan impor jamur terjadi sejak tahun 2005 sebesar 20%, hal ini diduga dikarenakan adanya kebijakan bea masuk anti dumping. Selain itu, penurunan ekspor dan impor jamur diduga disebabkan oleh kegagalan panen dan kondisi perekonomian yang tidak stabil (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007).

Pada tahun 2006 baik ekspor maupun impor jamur menunjukan adanya kecenderungan peningkatan volume yang tinggi, baik dari segi kuantitas maupun nilai. Peningkatan ekspor ini diduga disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat luar negeri terhadap jamur, terutama jamur di Indonesia yang kualitasnya dianggap lebih baik dari negara produsen jamur lainnya. Sedangkan peningkatan impor ini diduga disebabkan oleh lebih dari 90 persen jamur yang diimpor merupakan bahan baku farmasi yang belum banyak dibudidayakan di Indonesia

Jamur merupakan komoditas sayur-sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan dan diarahkan untuk memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Jenis jamur yang mempunyai nilai protein yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lainnya adalah jamur tiram putih. Nilai protein jamur putih sebesar 30,4% atau masih lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi yang hanya sebesar 21%. (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa jamur tiram putih memiliki nilai protein yang sangat tinggi untuk dikonsumsi masyarakat.


(17)

Tabel 3. Nilai Protein Jenis Jamur dan Bahan Makanan Lain dalam 100 gram

No Jenis Makanan Kandungan Protein

Protein (%)

1 Jamur Kuping 7.7

2 Jamur Shiitake 17.7

3 Jamur Tiram Putih 30.4

4 Jamur Merang 16.0

5 Jamur Kancing 3.6

6 Bayam 1.4

7 Kacang panjang 2.7

8 Wortel 1.2

9 Kentang 2.0

10 Daging sapi 21.0

Sumber : Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia, 2012

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa jamur tiram putih memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan sayuran lainnya seperti bayam, kacang panjang, wortel, kentang, daging dan jenis jamur lain. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa jamur tiram putih merupakan bahan makanan yang dapat memenuhi sumber protein nabati yang tidak mengandung kolesterol dan dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi, jantung, mengurangi berat badan, diabetes, dan mengandung Vitamin B kompleks tinggi yang dapat menyembuhkan anemia, antitumor, dan mencegah kekurangan zat besi, sehingga dapat dikembangkan sebagai sumber untuk memenuhi kecukupan pangan (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia 2012).

Jamur tiram putih dapat diproduksi sepanjang tahun dalam areal yang sempit dan tidak menggunakan bahan kimia atau pupuk organik. Oleh karena itu pengusahaan jamur tiram putih tidak merusak lingkungan. Dilihat dari teknik budidayanya, jamur tiram dapat dibudidayakan dengan mudah karena Indonesia memiliki potensi wilayah yang menunjang perkembangannya.

Menurut Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (2012), dalam tiga tahun terakhir, minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur tiram putih terus meningkat seiring dengan popularitas dan memasyarakatnya jamur tiram putih sebagai bahan makanan yang lezat dan bergizi. Berdasarkan data Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia tahun 2012, setiap hari Jawa Barat memproduksi 10 ton jamur tiram putih, sebagian besar produksi jamur di pasarkan dalam keadaan segar. Tabel 4 menunjukkan produksi jamur tiram putih di daerah Jawa Barat. Tabel 4. Produksi Jamur Tiram Putih di Daerah Jawa Barat Tahun 2008 – 2011

(Ton)

No Daerah 2008 2009 2010 2011

1 Bogor 3 974 21 793 641 140 110 528

2 Sukabumi 51 467 1 566 645

3 Cianjur 6 942 111 835 24 143 3 022 531

4 Bandung 1 572 30 604 93 576 1 110 058

5 Garut 8 511 275 18 586 45 753

6 Ciamis 1 927 133 3 823 354

7 Sumedang 4 290 6 856 12 527 63 957

8 Bekasi 18 336 25 157 35 239 161 620


(18)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa Cianjur dan Bandung merupakan penghasil jamur tiram putih terbesar di Jawa Barat, disusul selanjutnya oleh daerah Bogor dan Bekasi sebagai penghasil jamur tiram terbesar di Jawa

Barat. Untuk Sentra produksi jamur tiram putih di Kotamadya Bogor terdapat di

Kecamatan Sukasari, Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Salabenda. Pada Kecamatan Salabenda terdapat Perusahaan Jamur Nusantara yang menjadi menjadi salah satu sentra produksi di Kecamatan Salabenda. Perusahaan Jamur Nusantara mampu memproduksi ± 35 000 log tiap satu siklus produksi. Melihat jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan Jamur Nusantara cukup banyak dan stabil tiap bulannya, maka penulis mengambil tempat penelitian di perusahaan Jamur Nusantara yang terletak di Kecamatan Salabenda, Kotamadya Bogor.

Perumusan Masalah

Usaha dibidang hortikultura khususnya jamur tiram putih sangat potensial dan diperkirakan akan terus berkembang. Kandungan gizi yang cukup baik bagi manusia menyebabkan permintaan akan jamur tiram putih terus meningkat tiap tahunnya. Adanya peningkatan konsumsi jamur tiram putih dan harga jual yang cukup tinggi menjadikan daya tarik pelaku usaha untuk memasuki usaha budidaya jamur tiram putih dengan harapan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006) apabila jamur tiram putih dibudidayakan secara optimal dapat menghasilkan produktivitas sebesar 1,2 kg/log untuk satu kali siklus produksi. Produksi jamur tiram putih akan optimal jika pelaku usaha mengikuti langkah-langkah yang dilakukan Ditjen Hortikultura yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu dimulai dari pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, penyiraman, pengendalian hama, pengaturan suhu ruangan dan panen.

Perusahaan Jamur Nusantara merupakan salah satu pelaku usaha yang baru mengusahakan budidaya jamur tiram putih, yaitu pada tahun 2009. Unit bisnis yang diusahakan perusahaan jamur nusantara yaitu jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Dalam usaha budidaya jamur tiram putih ini membutuhkan biaya investasi yang cukup besar, seperti biaya pembangunan kumbung, pengadaan alat sterilisasi dan bibit. Selain biaya investasi yang besar,hal lain yang dihadapi perusahaan jamur nusantara adalah perubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan biaya bahan baku dan media tanam, serta peningkatan biaya variabel jamur tiram putih. Pada tabel 5 berikut ini dapat dilihat perubahan biaya bahan baku dan media tanam pada perusahaan jamur nusantara


(19)

Tabel 5. Perubahan Biaya bahan baku dan media tanam tahun 2009-2013

Bahan baku & media tanam

Harga Tahun 2009 / kg

Harga Tahun 2010 / kg

Harga Tahun 2011 / kg

Harga Tahun 2012 / kg

Harga Tahun 2013 / kg

Serbuk Gergaji Rp.2 000 Rp.4 000 Rp.4 500 Rp.5 000 Rp.5 000

Bekatul Rp.1 800 Rp.2 500 Rp.2 800 Rp.3 000 Rp.3 500

Serbuk Jagung Rp.4 000 Rp.4 200 Rp.4 500 Rp.5 500 Rp.6 000

Gipsum Rp.1 700 Rp.2 000 Rp.2 200 Rp.2 00 Rp.2 500

Plastik Baglog Rp.22 000 Rp.25 000 Rp.28 000 Rp.30 000 Rp.30 000

Bibit Jamur Rp.3 000 Rp.3 200 Rp.3 500 Rp.3 800 Rp.4 000

Pada Tabel 5.diatas dapat dilihat bahwa perubahan biaya bahan baku dan media tanam mengalami kenaikan tiap tahunnya, yang dimana perubahan paling terlihat adalah kenaikan media tanam serbuk gergaji dan plastik baglog yang mengalami kenaikan signifikan yakni pada tahun 2009 hingga 2013 masing-masing sebesar 3000 dan 8000 rupiah. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor permasalahan perusahaan karena akan berakibat pada penurunan produksi jamur tiram segar dan penurunan produksi log jamur. Mengingat permasalahan yang dihadapi Perusahaan Jamur Nusantara, maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha.

Manfaat dengan melakukan analisis kelayakan bagi pelaku usaha dapat mengetahui apakah usaha yang dijalankan mendatangkan keuntungan atau kerugian serta sebagai informasi bagi investor maupun pelaku usaha melakukan investasi pada komoditi Jamur tiram putih. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bagaimana kelayakan pengusahaan dalam budidaya jamur tiram putih tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara ditinjau dari aspek non finansial ?

2. Bagaimana kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara ditinjau dari aspek finansial ?

3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara jika terjadi penurunan produksi jamur tiram segar, penurunan produksi log jamur, dan peningkatan biaya variabel.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara dilihat dari aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial.

2. Menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara dilihat dari aspek finansial.


(20)

3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih pada Perusahaan Jamur Nusantara jika terjadi penurunan harga jamur tiram putih segar, penurunan harga log jamur, dan peningkatan biaya variabel.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih, yaitu : 1. Bagi penulis untuk penerapan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan dan sebagai sarana informasi dunia usaha di sub-sektor hortikultura secara nyata.

2. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelayakan usaha yang dijalankan berdasarkan.

3. Mahasiswa dan perguruan tinggi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA Jamur Tiram

Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam. Jamur dapat tumbuh dimana-mana terutama pada musim hujan dikarenakan kelembapan yang cukup tinggi menyebabkan jamur dapat tumbuh dengan baik (Direktorat Jenderal Hortikultura 2006). Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makan yang sudah jadi yang dihasilkan organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena ketergantungan terhadap organisme lain inilah maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik.

Jamur tiram (Pleurotus sp) merupakan jenis jamur kayu yang paling mudah dibudidayakan karena dapat tumbuh di berbagai macam jenis substrat dan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Di alam jamur tiram merupakan tumbuhan saprofit yang hidup di kayu-kayu lunak dan memperoleh bahan makanan dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik (Direktorat Jenderal Hortikultura 2009).

Salah satu jenis jamur tiram yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P. Ostreatus). Pada dasarnya jenis jamur ini memiliki karekteristik dan sifat pertumbuhan yang hampir sama dengan jenis jamur tiram lainnya terutama dari segi morfologi, tetapi secara kasar warna tubuh buah dapat dibedakan antara jenis yang satu dengan jenis yang lain terutama dalam keadaan segar (Direktorat Jenderal Hortikultura 2009).Dibandingkan dengan jenis jamur tiram lainnya, jamur tiram putih memiliki beberapa keunggulan yaitu mempunyai kandungan protein yang lebih besar dibandingkan dengan jamur tiram lainnya, memiliki daya simpan yang lebih lama dibandingkan jamur tiram lainnya, serta tubuh jamur tiram putih relatif lebih besar dan daging buahnya lebih tebal dibandingkan jamur tiram lainnya.


(21)

Kelayakan Usaha Komoditas Hortikultura

Penelitian mengenai analisis kelayakan jamur telah dilakukan oleh Rahayu (2003) mengenai Analisis Kelayakan Finansial Rencana Usaha Budidaya Jamur Kuping pada Usaha Agribisnis Jamur Lestari Bandung, disimpulkan bahwa rencana usaha budidaya jamur kuping pada usaha agribisnis jamur lestari layak untuk dilaksanakan. Hal ini berdasarkan investasi dengan tingkat suku bunga 22 persen dengan nilai NPV yang diperoleh Rp 322 332 625.29 artinya bahwa budidaya jamur kuping yang dikembangkan selama umur proyek mampu memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 322 332 625.29. Nilai IRR yang dapat diperoleh lebih dari 50 persen serta nilai B/C rasio diperoleh sebesar Rp 1.63 artinya untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar Rp 1 akan memberikan manfaat sebesar Rp 1.63. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jamur kuping tidak terlalu terpengaruh terhadap perubahan bila terjadi kenaikan pada harga input, penurunan harga output dan penurunan jumlah produktivitas produksi secara terpisah.

Dharmika (2009), meneliti tentang Analisis Kelayakan Usaha Bunga Potong

Krisan di Pri’s Farm Cinagara, Cirejuk, Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini

diperoleh hasil bahwa Pri’s Farm salah satu perusahaan yang memproduksi bunga

potong kristan yang sangat digemari dan banyak diproduksi. Pris’ Farm

merencanakan untuk mengembangkan usahanya dengan meningkatkan kapasitas produksi dengan penambahan green house pada lahan yang ada. Hal ini merupakan salah satu variabel yang dapat diambil utnuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yaitu dengan memproduksi yang masih kurang untuk memenuhi permintaan konsumen.

Berdasarkan dari hasil analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek sumberdaya perusahaan, aspek manajemen, dan aspek variabel, usaha ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Sehingga permintaan konsumen akan terpenuhi

oleh produksi kebun Pri’s Farm. Penilaian rencana pengembangan bisnis ini

menggunakan tiga variabel. Hasil dari perhitungan cashflow didapatkan nilai NPV untuk variabel I yaitu sebesar Rp 1 117 985.71.00 ; variabel II sebesar Rp 473 396 179.8.00 ; dan variabel III sebesar Rp 1 018 640 378.00 yang berarti bahwa pendapatan bersih yang diperoleh selama umur proyek ini dijalankan akan memperoleh laba bersih sebesar Rp 1 117 985.71.00 ; Rp 473 396 179.8.00 ; dan Rp 1 018 640 378.00 dengan memperhitungkan nilai waktu uang dalam jangka waktu 10 tahun atau selama umur proyek berjalan.

Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Produksi Sosis Jamur Tiram Pada Skala Industri Kecil Wahyu Farm yang di teliti oleh Wigyanto (2012) menunjukkan produksi sosis jamur tiram dengan kapasitas per hari 10kg jamur tiram, menghasilkan 110 sosis jamur tiram dan 11 biji kemasan vacum dengan 2 orang tenaga kerja dalam waktu 5 jam kerja/hari mulai pukul 08.00-13.40. Proses produksi dilakukan setiap 1 siklus perhari dengan menggunakan mesin utama yaitu sausage filler. Dari segi kualitas dan kuantitas bahan baku jamur tiram, tersedianya mesin dan peralatan untuk produksi sosis jamur tiram memenuhi persyaratan atau layak.

Hasil perhitungan produksi sosis jamur tiram di UKM Wahyu ditinjau dari aspek finansial didapatkan HPP sebesar Rp. 1 666.75 dengan harga jual sebesar Rp. 2 000, sehingga diperoleh BEP (unit) 13 308 dan BEP (rupiah) sebesar Rp. 26 617 544.51 R/C (efisiensi usaha) didapatkan nilai 1.2. Hal tersebut memberi arti


(22)

bahwa produksi sosis jamur tiram telah memenuhi standar efisiensi usaha yang meguntungkan dan layak diusahakan.

Penelitian mengenai Kelayakan Industri Kerupuk Jamur Tiram di Kabupaten Bogor oleh Purwoko (2003), menunjukkan bahwa analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran produksi kerupuk di Indonesia belum mengalami kelebihan produksi sehingga masih menguntungkan untuk diproduksi dimasa yang akan datang. Kapasitas produksi yang direncanakan se-besar 96 096 kg per tahun atau sama dengan 364 kg per hari. Untuk menghasilkan 96 096 kg ini diperlu-kan bahan baku jamur tiram sebesar 3 432 kg per tahun.

Dana investasi industri tersebut adalah Rp. 386 886 813.00 yang diperoleh dari modal sendiri sebanyak 40 persen dan pinjaman Bank sebesar 60 persen. Kredit investasi seluruhnya diberikan pada tahun ke-0 dengan masa pinjaman selama 5 tahun. Modal kerja awal untuk tiga bulan produksi adalah Rp 146 685 313.00

Kriteria investasi menunjukkan kemampuan industri untuk menghasilkan laba adalah Net Present Value (NPV) sebesar Rp 357 960 700.00 pada tingkat suku bunga 20 persen per tahun. Nilai NPV ini lebih besar daripada nol, artinya proyek layak untuk didirikan. Internal Rate of Return (IRR) proyek sebesar 37 persen, lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga proyek dinyakan layak. Net B/C proyek sebesar 1.9, nilai ini lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan perbandingan benefit proyek yang jauh lebih besar dari biaya yang dibutuhkan. Pay Back Period (PBP) menunjukkan bahwa proyek akan balik modal dalam waktu satu tahun tujuh bulan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa peningkatan harga bahan baku dan input dan menurunkan harga jual sampai sebesar 15 persen masih menunjukkan NPV lebih besar daripada nol. Hal ini menunjukkan jika proyek masih tetap layak untuk dijalankan.

Bentuk badan usaha yang akan didirikan adalah Perseroan Terbatas (PT). Hasil analisis terhadap aspek yuridis menunjukkan bahwa tidak ada kesulitan teknis dalam perizinan industri jika semua per-syaratan dapat terpenuhi. Dari hasil analisis terhadap bahan baku sam-pai dengan analisis yuridis, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendirian industri pengolahan kerupuk jamur tiram di Kabupaten Bogor layak untuk diimplementasikan.

Sahruddin (2009) meneliti mengenai analisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di perusahaan X desa Cibitung, kecamatan Pamijahan, Bogor. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan analisis kelayakan finansial dilakukan berdasarkan pada perubahan-perubahan skenario yang telah ditetapkan, yaitu (1) Skenario I dengan menggunakan kayu bakar, (2) Skenario II dengan menggunakan gas alam, (3) Skenario III dengan peningkatan produksi 50 persen dimana modal berasal dari pinjaman suku bunga 15 persen. Skenario-skenario tersebut akan dianalisis berdasarkan aspek finansial dengan menggunakan kriteria penilaian investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Ratio, dan Payback Period.

Pada skenario I NPV yang diperoleh sebesar Rp 124 097 087. Net B/C Ratio sebesar 2.839, IRR sebesar 74% dan Payback Period selama dua tahun delapan bulan. Pada skenario II NPV yang diperoleh sebesar Rp 124 439 847. Net B/C Ratio sebesar 2.838, IRR sebesar 74% dan Payback Period selama dua tahun delapan bulan sepuluh hari. Pada skenario III NPV yang diperoleh sebesar Rp 69 841 516. Net B/C Ratio yang diperoleh sebesar 3.46. IRR yang diperoleh sebesar 108% dan Payback Period selama tiga tahun tujuh bulan.


(23)

Berdasarkan analisis kelayakan usaha aspek finansial dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan X dengan menggunakan kayu bakar, gas alam, dan peningkatan produksi 50 persen dimana sumber modal berasal dari pinjaman dengan suku bunga 15 persen, layak untuk dilaksanakan, karena NPV yang dihasilkan bernilai positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari suku bunga yang digunakan, serta Payback Periode lebih singkat dari umur ekonomi proyek.

Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam analisis kelayakan usaha. Mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan, maka perlu dilakukan analisis kelayakan investasi untuk mengetahui apakah usaha yang akan dijalankan ini layak atau tidak untuk dilakukan dengan melihat suku bunga (discount rate) yang berlaku.

Perbedaan penelitian ini adalah tempat perusahaan dan beberapa komoditas yang diproduksi. Dari penelitian terdahulu memberikan masukan bagi penulis mengenai sejauh mana penelitian sebelumnya mengenai analisis finansial dan analisis non finansial. Hal ini memberikan gambaran bagi penulis dengan topik pengembangan usaha. Selain itu, dari penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan non finansial yang ingin dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi, sehingga dapat menjadi acuan bagi penulis untuk mengembangkan usaha dari budidaya jamur tiram putih pada perusahaan jamur nusantara

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Usaha

Studi kelayakan dapat dilakukan pada sebuah proyek maupun bisnis yang sedang berjalan, sehingga kita mengetahui berhasil atau tidaknya investasi yang telah ditanamkan. Studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu. Studi kelayakan usaha tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan . Menurut Husnan dan Muhammad (2000), studi kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Studi kelayakan usaha merupakan suatu analisis yang dapat menunjukkan apakah suatu usaha pembangunan yang direncanakan atau yang sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan manfaat dan biaya yang diakibatkan oleh bisnis atau proyek pembangunan tersebut.

Studi kelayakan usaha bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan


(24)

menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon proyek perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek (Gray et al. 1993).

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Usaha

Dalam melakukan studi kelayakan, perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986), aspek-aspek analisis kelayakan proyek terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial dan aspek ekonomi.

Aspek Pasar

Menurut Gitinger (1986), aspek Pasar atau pemasaran bertujuan untuk mengetahui berapa besar potensi pasar yang tersedia, mengetahui berapa luas pasar, bagaimana jumlah permintaan terhadap produk dan kondisi persaingan. Didalam aspek pasar dan pemasaran diantaranya mencakup :

1. Permintaan

Permintaan yang diamati baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.

2. Penawaran

Penawaran yang diamati baik berasal dari dalam negeri, maupun juga berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya dimasa lalu dan bagaimana perkembangan dimasa yang akan datang.

3. Harga

Dalam penentuan harga dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri lainnya.

4. Program Pemasaran

Mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran. Identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk yang akan dibuat.

5. Perkiraan Penjualan yang Dapat Dicapai Perusahaan

Perkiraan Penjualan yang dapat dicapai perusahaan yaitu meliputi market

share yang bisa dikuasai perusahaan.

Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan penyediaan input proyek dan output (produksi) berupa barang dan jasa (Gittinger, 1986). Input dari usaha jamur tiram putih adalah bahan baku, seperti bekatul, serbuk gergaji, kapur, serbuk jagung, gips dan bahan pendukung lainnya. Bagaimana strategi dalam mendapatkan bahan baku diatas dalam hal kualitas (kesegaran) dan kuantitas (ketersedian). Output dari usaha ini, yaitu jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih, bagaimana pemilik dalam memproses bahan baku menjadi bahan jadi, proses produksi yang higienis dan kualitas produk yang terjaga dengan baik.

Analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek, fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan

(storage) yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksaann proyek, dan pengujian


(25)

mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal pelaksanaan. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Aspek sosial menyangkut dampak sosial, budaya dan lingkungan yang disebabkan adanya bisnis yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan pola sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Menurut Gittiger (1986), menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap

(rensponsive) terhadap keadaan sosial tersebut. Aspek sosial juga dapat berkenaan

dengan konstribusi bisnis terhadap manfaat ekonomi seperti penyerapan tenaga kerja, pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, akan tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Analisi ekonomi penting dilakukan unutuk proyek-proyek yang berskala besar, yang menimbulkan perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, oleh karena itu dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup berarti (Husnan dan Muhammad 2000).

Aspek Manajemen

Menurut Nurmalina dan Sarianti (2009), aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Manajemen dalam masa pembangunan bisnis, terkait dengan siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Manajemen dalam masa operasi, terkait bagaiman bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, bagaiman struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga inti.

Kadariah, Karlina dan Gray (1999), menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan Pelaksanaan pembangunan proyek tersebut bisa pihak yang mempunyai ide proyek itu, bisa juga (umumnya) diserahkan pada beberapa pihak lain. Siapapun yang akan melaksanakan proyek tersebut, perusahaan (yang mempunyai ide membuat proyek) perlu mengetahui kapan proyek itu akan mulai bisa beroperasi secara komersial. Aspek manajemen dalam operasi meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan proyek operasional.

Aspek Finansial

Analisis Kelayakan usaha adalah penelitian tentang pengevaluasian apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan, dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya. Suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan. Dalam aspek finansial ditentukan berapa jumlah dana modal tetap dan modal awal kerja


(26)

yang dibutuhkan, struktur permodalan, sumber pinjaman yang diharapkan dan persyaratan, serta kemampuan proyek memenuhi kewajiban finansial.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi. Metode tersebut diantaranya metode Average Rate Return, Payback Periode, Present

Value, Internal Rate Return, serta Profitability Indeks. Selain itu, Gittiger (1986)

menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui variabel investasi Net Present Value, Gross Benefit Cost Ratio dan

Internal Rate Return.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Husnan dan Suwarsono 2000). Menurut Gittinger (1986), Net Present Value

adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Untuk menghitung NPV, perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan.

Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

2. Net Benefit and Cost Ratio (Rasio Manfaat dan Biaya)

Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger 1986). Net B/C ratio didefinisikan sebagai angka perbandingan antara jumlah NPV positif sebagai pembilang dan jumlah NPV negative sebagai penyebut. Nilai net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah (Husnan dan Suwarsono, 2000). Untuk menggunakan metode Net B/C ratio perlu menentukan tingkat bunga yang dipergunakan. Nilai Net B/C ratio mengandung dua arti penting, yaitu :

1. Net B/C ≥ 1, maka proyek layak atau menguntungkan.

2. Net B/C ≤ 1, maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan

3. Internal Rate of Return (IRR)

Perhitungan Internal Rate Return (Tingkat pengembalian internal) adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger 1986). Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan tingkat yang berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan.


(27)

4. Payback Period (PP)

Payback diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol, maka proyek

yang bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat melunasi bunga penggunaan uang. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga period digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang digunakan untuk melunasi investasi yang ditanamkan. Metode Payback Period merupakan metode yang menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan 13ari kembali, karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Husnan & Suwarsono 1999).

5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan, niali besarnya nilai NPV, IRR, dan nilai Net B/C (Gittinger 1986).

Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan, karena dalam analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perlunya perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Analisis ini juga merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidakpastian dalam perhitungan biaya atau manfaat (Kadariah et al 1999).

Perubahan-perubahan yang sering terjadi dalam menjalankan proyek atau usaha umumnya dikarenakan oleh :

a. Harga

b. Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi) c. Kenaikan dalam biaya (Cos Over Run)

d. Hasil produksi.

Faktor-faktor perubahan harga dan faktor kenaikan dalam biaya akan mempengaruhi kelayakan suatu aktivitas usaha jamur atau proyek. Oleh karena itu, diperlukan analisis dan identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang sesuai dengan usaha jamur yang dijalankan.

Analisis Biaya dan Manfaat

Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu, lembaga, ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung.


(28)

Menurut Gitinger (1986) biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan utama dan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung.

Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, dengan contohnya tanah, bangunan dan perlengkapa, pabrik dan mesin-mesin, biaya pendakuluan sebelum operasi, serta biaya-biaya lainnya seperti penelitian.

Laba Rugi

Menurut Gittinger (1986), laporan rugi laba adalah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkannya pengeluarannya-pengeluaran yang timbul didalam memproduksi barang dan jasa dari penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain, pendapatan (laba) merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran.

Adanya laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, untuk menghitung berapa penjualan minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even

point), dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow.

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan oleh Perusahaan Jamur Nusantara ini merupakan respon dari adanya permintaan jamur tiram putih yang tinggi dengan dukungan potensi sumberdaya alam yang mendukung baik dari segi bahan baku maupun keadaan geografis wilayah. Selain itu, jamur tiram putih memiliki nilai protein yang sangat tinggi dibandingkan tanaman hortikultura lainnya. Adanya peluang bisnis tersebut, menyebabkan banyak orang tertarik berinvestasi langsung pada budidaya jamur tiram putih.

Perusahaan Jamur Nusantara merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak dibidang budidaya jamur tiram putih, yang berlokasi di Kecamatan Salabenda, Kotamadya Bogor. Usaha ini sudah berjalan sekitar 4 tahun. Selama usahanya berjalan, pemilik telah mengeluarkan biaya investasi yang besar. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan yaitu nilai tawar perusahan yang masih rendah, adanya peningkatan biaya variabel dan penurunan harga log jamur. Mengingat setiap usaha yang dilakukan memiliki resiko, oleh karena itu perlu dilakukan kajian kelayakan usaha pada saat merencanakan usaha tersebut.


(29)

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional. Jamur Tiram Putih

1. Meningkatnya minat masyarakat mengkonsumsi jamur tiram 2. Produktivitas Tanaman Jamur yang Tinggi

3. Adanya Peluang Ekspor & Impor Jamur 3. Nilai Protein jamur yang tinggi

4. Potensi sumberdaya alam yang luas

1. Biaya investasi Perusahaan yang besar 2. Peningkatan Biaya Variabel

3. Perubahan Biaya Bahan baku dan Media tanam 4. Penurunan Produksi Jamur tiram segar & Log Jamur

Analisis Kelayakan Jamur Tiram Pada Perusahaan Jamur Nusantara

Analisis Non Finansial  Aspek Pasar

 Aspek Teknis  Aspek Manajemen  Aspek Sosial

Analisis Kelayakan Finansial - NPV

- Net B/C - IRR

- Payback Period - Analisis Sensitivitas

Layak Tidak Layak


(30)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Jamur Nusantara yang beralamat di daerah Kayu Manis, Salabenda, Kotamadya Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja. Dengan pertimbangan bahwa di Perusahaan Jamur Nusantara belum pernah dilakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha jamur tiram putih. Penelitian ini diawali dengan survey dan dilanjutkan dengan pengambilan data yang dilaksanakan pada bulan Agustus – November 2013.

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber-sumber data primer dan data sekunder yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis Data dan Sumber Data

No Jenis Data Sumber

1. Data Primer

- Kegiatan budidaya perusahaan

- Kegiatan pemasaran

- Kapasitas produksi per hari

Pengamatan langsung terhadap

kegiatan budidaya dan

wawancara langsung kepada pekerja diperusahaan

2. Data Sekunder

- Data produktivitas tanaman sayur

- kandungan nilai protein jamur

- Teknik budidaya jamur tiram putih

Buku, majalah, penelitian

terdahulu, literature Dinas

Pertanian, Departemen

Pertanian, Masyarakat

Agrobisnis Indonesia, Ditjen Produksi Hortikultura.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam Analisis Kelayakan Usaha ini adalah metode analisis kualitatif dan metode analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menguraikan data-data yang bersifat kualitatif dengan penguraian deskriptif meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajamen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.

Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif berupa analisis rugi laba dan perhitungan kriteria kelayakan investasi secara finansial berdasarkan nilai bersih kini (Net Present Value), rasio manfaat dan biaya (Internal Rate of Return), dan waktu pengembalian investasi (Payback

Period) dan arus tunai (Cash Flow) yang dihasilkan serta analisis kepekaan

(Sensitivitas) untuk melihat kepekaan usaha jamur tiram terhadap perubahan


(31)

Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran dari aspek-aspek sebagai berikut:

1) Aspek Pasar

Analasis aspek pasar perlu dikaji secara deskriptif meliputi potensi pasar, pangsa pasar serta bauran pemasaran dari baglog jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar. Potensi pasar dapat diprediksi dengan menganalisis jumlah permintaan dan penawaran. Aspek pasar dinyatakan layak jika terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih pelaku dalam melakukan usaha budidaya jamur tiram. Tujuan pasar Perusahaan Jamur Nusantara antara lain Pasar TU Kemang, dan Pasar Jambu Dua yang terdapat di sentra Kotamadya Bogor. 2) Aspek Manajemen

Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan usaha. Aspek manajemen dikaji secara deskriptif untuk mengetahui bentuk usaha, pengadaan tenaga kerja, struktur organisasi, dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Aspek hukum juga dikaji secara deskriptif. Analisis aspek hukum dilakukan untuk mengetahui bentuk badan usaha hingga izin-izin yang dimiliki seperti izin mendirikan bangunan, izin usaha, dan sebagainya. Aspek manajemen dan hukum dinyatakan layak jika kegiatan usaha yang dikakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian pekerjaan dan jumlah tenga kerja yang dibutuhkan serta usaha telah memiliki legalitas dalam menjalankan operasionalnya didaerah berlangsung.

3) Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Aspek sosial menyangkut dampak sosial, budaya dan lingkungan yang disebabkan adanya bisnis yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan pola sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Menurut Gittiger (1986), menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap

(rensponsive) terhadap keadaan sosial tersebut. Aspek sosial juga dapat berkenaan

dengan konstribusi usaha budidaya jamur tiram putih terhadap manfaat ekonomi seperti penyerapan tenaga kerja, pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar Perusahaan Jamur Nusantara.

4) Aspek Teknik

Aspek teknik berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan produksi berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha khususnya dalam proses produksi. Pengkajian aspek teknis dilakukan pada analisis penentuan lokasi usaha jamur tiram putih, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, proses produksi yang dilakukan dalam usaha jamur tiram putih, serta tata letak usaha. Analisis aspek teknis dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah usaha secara teknis dapat dilaksanakan dengan baik dan layak. Aspek teknis dinyatakan layak jika lokasi usaha, teknologi, proses produksi, dan tata letaka usaha dapat menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan usaha dalam memperoleh keuntungan.


(32)

Analisis Kuantitatif (Analisis Finansial)

Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan budidaya jumur tiram putih terhadap aspek variabel. Analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan nilai uang untuk mengkaji kelayakan investasi atau aspek variabel dari perusahaan. Dalam aspek variabel terdapat beberapa metode, adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah NPV, Net B/C, IRR, payback period dan switching value.

a) Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah keuntungan yang akan diperoleh selama

umur investasi. Metode ini dihitung dengan cara, yakni mengurangi nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dengan biaya arus tunai pada waktu sekarang selama waktu tertentu. Dengan Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV adalah bila NPV > 0, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak didirikan. Rumus NPV adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t

Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (discount rate) t = Tahun

n = Jumlah Tahun b) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah tingkat besarnya manfaat

tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan berupa perbandingan antara jumlah NPV yang positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang variabel (sebagai penyebut). Dengan variabel kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C adalah semakin besar Net B/C, maka usaha tersebut semakin menguntungkan dan layak dijalankan.

 

  

 

n 1 t

t n

1 t

t

i) (1

Ct Bt

i) (1

Ct Bt B/C

Net

Keterangan :

Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (discount rate)

t = Tahun n = Jumlah Tahun c) Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah kemampuan suatu proyek untuk

menghasilkan pengembalian atau dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih yang dapat dicapainya. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari

Untuk Bt-Ct > 0 Untuk Bt-Ct < 0


(33)

dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut :

Keterangan: i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif

i2 = discount rate yang menghasilkan NPV variabel

NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negative

d) Payback Period

Payback period (masa pembayaran kembali) didefinisikan sebagai jangka

waktu kembalinya keseluruhan investasi yang ditanamkan, melalui keuntungan yang diperoleh suatu proyek. Dengan variabel investasi, semakin cepat tingkat pengembalian investasi maka investasi tersebut dinilai semakin baik untuk dilaksanakan.

Payback period = Ab

I Keterangan: PP = Payback Period

I = Jumlah Modal Investasi

Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya e) Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan, niali besarnya nilai NPV, IRR, dan nilai Net B/C (Gittinger 1986).

Asumsi Dasar

Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian analisis kelayakan usaha ini adalah:

1. Umur proyek dalam penelitian ini adalah lima tahun yang ditetapkan berdasarkan umur ekonomis kumbung yang terbuat dari konstruksi bambu dengan dinding terbuat dari bilik bambu. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa, kumbung merupakan aset penting dalam budidaya jamur tiram putih yang memerlukan biaya investasi yang cukup besar.

2. Sumber modal yang digunakan berdasarkan modal sendiri.

3. Sumber penerimaan yang diperoleh dalam usaha ini bersumber dari penjualan jamur tiram putih segar dan penjualan log jamur tiram putih.

4. Produksi log sebanyak 33 800 log untuk jamur tiram segar dan 20 000 log untuk penjualan log jamur tiram.


(34)

5. Satu periode produksi jamur tiram putih segar membutuhkan waktu sekitar empat bulan.

6. Resiko kegagalan produksi sebesar 10 persen, hal ini berdasarkan pengalaman Perusahaan Jamur Nusantara yang telah terjadi.

7. Rata-rata hasil panen jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara dalam satu hari sebanyak 75 kilogram.

8. Harga jual jamur tiram putih segar sebesar Rp 6 000 per kilogram, dan harga jual log sebesar Rp 2 000 per log.

9. Harga input dan output yang dipergunakan dalam penelitian adalah harga konstan yang berlaku pada tahun 2014, hal ini untuk mempermudah perhitungan cashflow. Perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis

switching value.

10.Biaya yang akan dikeluarkan untuk budidaya jamur tiram putih terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.

11.Biaya penyusutan dihitung berdasarkan perhitungan metode garis lurus dimana harga beli dibagi umur ekonomis.

12.Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan undang-undang Republik Indonesia tentang perpajakan No. 36 tahun 2008 yang isinya adalah :

(Tabel 7. Besarnya Pajak yang digunakan)

 Rugi Tidak dikenakan Pajak.

 Pendapatan < 50 juta Dikenakan Pajak 5 persen

 Pendapatan 50 juta – 250 juta

Dikenakan Pajak 15 persen

 Pendapatan 250 juta-500 juta

 Diatas 500 juta

Dikenakan Pajak 25 persen Dikenakan Pajak 30 persen Sumber : Kantor Perpajakan Kota Bogor, 2010

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan Jamur Nusantara

Usaha jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara didirikan oleh bapak Doni. Perusahaan Jamur Nusantara mempunyai lahan di Kecamatan Salabenda, kemudian perusahaan memanfaatkan lahan tersebut dengan melakukan kegiatan budidaya jamur tiram putih. Seiring berjalannya waktu kegiatan budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Salabenda hingga kini menjadi pusat Perusahaan Jamur Nusantara.

Pada awal 2009 Perusahaan Jamur Nusantara membuat berbagai persiapan bangunan untuk kegiatan budidaya jamur tiram putih. Investasi yang dikeluarkan dalam usaha ini meliputi pembangunan kumbung, peralatan kantor, peralatan produksi dan perlengkapan penunjang lainnya. Keseluruhan modal investasi awal usaha ini berasal dari modal milik pemilik sendiri.


(35)

Lokasi Perusahaan Jamur Nusantara

Perusahaan Jamur Nusantara berlokasi di daerah kayu manis, Salabenda, Kotamadya Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas lahan yang dimiliki Perusahaan Jamur Nusantara yaitu kurang lebih 2 200 meter persegi, namun dari keseluruhan lahan tersebut hanya 1 000 meter persegi yang termanfaatkan untuk usaha jamur tiram putih yaitu berupa kumbung dan bangunan penunjang lainnya. Kapasitas kumbung saat ini yang tersedia di perusahaan yaitu untuk 48 000 log dan ruang inkubasi sebanyak 55 000 log.

Organisasi Perusahaan Jamur Nusantara

Perusahaan Jamur Nusantara adalah suatu usaha perorangan di bidang pertanian dengan usaha budidaya jamur tiram putih, dimana usaha ini masih beroperasi dalam skala petani dan pemilik bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua resiko dalam kegiatan yang dilakukan. Perusahaan Jamur Nusantaramemiliki struktur organisasi yang sederhana, dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan Jamur Nusantara

Direktur utama Perusahaan Jamur Nusantara mengambil keputusan dalam segala bidang aktivitas yang dilakukan dan menetapkan garis umum kebijakan. Dalam pengambilan keputusan direktur terlebih dahulu melakukan diskusi dan konfirmasi dengan supervisor sebagai pihak yang mengetahui kondisi kebun.

Kegiatan Perusahaan Jamur Nusantara

Perusahaan Jamur Nusantara beroperasi pada hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.30 sampai 16.30 WIB. Perusahaan Jamur Nusantara memiliki dua divisi usaha dan seorang supervisor. Divisinya yaitu divisi produksi dan divisi perawatan dan pemasaran. Supervisor bertugas sebagai pengawas dan bertanggung jawab penuh di Perusahaan Jamur Nusantara dengan pengawasan

Direktur Utama. Divisi produksi bertugas untuk persiapan dan pencampuran

bahan baku dalam membuat log, divisi ini merupakan bagian terpenting dalam menentukan kualitas dan kuantitas jamur tiram putih segar yang akan dihasilkan.

Direktur Utama

Supervisor

Divisi Produksi (6 orang)

Divisi Perawatan & Pemasaran (4 orang)


(36)

Divisi perawatan bertugas merawat log selama masa pertumbuhan Tubuh buah jamur tiram putih (fruit body) sampai pemanenan dan pemasaran jamur tiram putih ke tengkulak dan pasar TU Kemang.

Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Jamur Nusantara

Perusahaan Jamur Nusantara mempunyai tujuan untuk kegiatan sosial masyarakat dan memanfaatkan lahan yang ada dengan berbagai potensi baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang melimpah guna mendapat keuntungan baik secara finansial maupun sosial atas kegiatan yang dilakukan serta memanfaatkan peluang pasar yang tinggi setiap tahunnya terhadap permintaan jamur tiram putih. Visi dan misi perusahaan ingin menjadi trendsetter dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengkomsumsi bahan pangan seperti jamur.

Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja yang dimiliki oleh Perusahaan Jamur Nusantara berjumlah 11 orang yang terdiri dari satu orang sebagai supervisor, enam orang yang bertugas sebagai divisi produksi, divisi perawatan dan divisi pemasaran sebanyak empat orang. Kebutuhan akan tenaga kerja ini dapat disesuaikan dengan target produksi dan diusahakan tidak terlalu banyak dengan harapan masing-masing pegawai dapat bekerja secara efektif dan efisien.

Keseluruhan pegawai tersebut diberikan penghasilan tetap sebulan dan tidak terkait dengan jumlah produksi. Kompensasi yang diberikan untuk penyelesaian pekerjaan ini yaitu sebesarRp 900.000 per bulan per orang untuk divisi produksi dan divisi perawatan, sedangkan untuk supervisor sebesar Rp 2.500.000 per bulan

ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan hal yang sangat penting dalam pertimbangan investor. Pasar merupakan tempat bertemunya beberapa lembaga pemasaran yang memiliki keterkaitan dengan berbagai pihak, baik perorangan maupun kelembagaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti menganalisis permintaan dan penawaran jamur tiram putih, harga dan produk jamur tiram putih. Potensi Pasar

Perusahaan Jamur Nusantara memiliki dua jenis permintaan yaitu permintaan jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Pasar jamur tiram putih segar dilokasi penelitian adalah pasar TU kemang dan pasar induk Jambu dua. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang pengumpul, pasar TU Kemang dapat menyerap jamur tiram putih sebanyak 1 000 sampai 1 500 kilogram per hari. Namun, pada saat ini jamur tiram putih segar yang tersedia di pasar TU Kemang sebanyak 500 kilogram per hari. Untuk Pasar induk Jambu Dua, dapat menyerap jamur tiram putih sebanyak 600 sampai 700 kilogram per hari, tetapi yang tersedia hanya berkisar antara 200 sampai 300 kilogram per hari. Selisih penawaran dan permintaan yang tinggi tersebut menyebabkan jamur tiram


(37)

putih selalu habis terjual di pasar. Pasar log jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara adalah produsen jamur yang terletak di desa Cibungbulang dan Kota Depok. Permintaan log jamur tiram putih dari kedua konsumen cenderung meningkat, sedangkan permintaan yang tersedia saat ini sebanyak 20 000 log per bulan.

Harga (Price)

Harga jamur tiram putih segar yang diterima Perusahaan Jamur Nusantara sebesar Rp 6 000 per kilogram tingkat pedagang pengumpul, sedangkan harga yang berlaku ditingkat pedagang pengumpul ke pengecer sebesar Rp 9 000 sampai Rp 10 000 per kilogram. Rendahnya harga yang diterima Perusahaan Jamur Nusantara karena Perusahaan menjual jamur tiram putih ke pedagang pengumpul dalam bentuk curah atau tidak ada sortasi. Harga jamur tiram putih segar yang diterima Perusahaan Jamur Nusantara merupakan harga yang sedang berlaku di pasar atau pada saat perusahaan menjual jamur tiram putih segar di pasar TU Kemang dan pasar Jambu Dua.

Harga jual log jamur tiram putih yang ditetapkan Perusahaan Jamur Nusantara yaitu sebesar Rp 2 000 per log di petani jamur. Harga Rp 2 000 ditetapkan berdasarkan biaya produksi yang dikeluarkan Perusahaan untuk memproduksi satu log jamur tiram putih sebesar Rp 1 100, sehingga selisih dari harga log dan biaya produksi log merupakan keuntungan yang diterima, yaitu sebesar Rp 900. Untuk saat ini Perusahaan menjual log jamur tiram putih kepada rekan kerjanya yaitu terletak di desa Cibungbulang dan Kota Depok. Jumlah log jamur tiram yang dijual kedua lokasi tersebut sebanyak 20 000 log sesuai dengan kapasitas produksi log yang dihasilkan Perusahaan Jamur Nusantara setiap bulannya. Perusahaan menggunakan harga yang sedang berlaku di pasaran pada saat transaksi berlangsung, sedangkan harga log jamur tiram putih di pasaran sangat bervariasi antara Rp 2 000 sampai Rp 2 500 per log.

Produk (Product)

Produk yang dihasilkan Perusahaan Jamur Nusantara berupa jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Produk yang dihasilkan perusahaan akan di pasarkan di dua tempat, yaitu pasar TU Kemang dan pasar Jambu Dua untuk jamur tiram putih segar dan produsen jamur tiram yang berada di desa Cibungbulang dan kota Depok untuk log jamur tiram putih. Data produksi jamur tiram segar pada perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data Produksi Jamur Tiram Segar

Tahun Jumlah Log Jamur

Segar Kumbung 1

Jumlah Log Jamur Segar Kumbung 2

Total Panen Kumbung 1(kg)

Total Panen Kumbung 2

(kg)

1 91 260 91 260 22 500 20 250

2 91 260 91 260 27 000 27 000

3 91 260 91 260 27 000 27 000

4 91 260 91 260 27 000 27 000


(38)

Pada Tabel 8 dapat dilihat data produksi jamur tiram segar dimana pada tahun pertama hingga tahun kelima kumbung 1 dan kumbung 2 total produksi sebanyak 91 260 log jamur, total produksi ini didapat dari jumlah satu kali produksi sebanyak 30 420 dikalikan dengan jumlah produksi dalam satu tahun yaitu sebanyak 3 kali produksi. Pada tahun pertama jumlah panen jamur tiram segar untuk kumbung 1 dan kumbung 2 berbeda dengan tahun kedua hingga tahun kelima, hal ini didasarkan pada tahun pertama adanya persiapan awal usaha. Pada tahun kedua hingga kelima total panen cenderung tetap baik itu kumbung 1 maupun kumbung 2 yaitu sebesar 27 000 kg per tahun.

Produksi log jamur tiram yang akan dijual oleh perusahaan cenderung tetap per tahunnya yakni sebanyak 60 000 log utuk kumbung 1 dan kumbung 2, total produksi log jamur didapat dari jumlah log yang diproduksi yaitu sebanyak 20 000 log di kalikan dengan jumlah total produksi dalam satu tahun yaitu sebanyak 3 kali produksi. Data produksi log jamur yang akan dijual dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Data produksi Log Jamur

Tahun Jumlah Log Kumbung 1 Jumlah Log Kumbung 2

1 60 000 60 000

2 60 000 60 000

3 60 000 60 000

4 60 000 60 000

5 60 000 60 000

Dalam pengemasan jamur Perusahaan Jamur Nusantara tidak melakukan pengemasan secara khusus untuk jamur tiram segar. Pengemasan dilakukan menggunakan kantung lima kilogram dan pendistribusian dilakukan menggunakan kendaraan roda dua. Sedangkan untuk produk log jamur tiram putih, Perusahaan Jamur Nusantara tidak melakukan pengemasan dan dalam pendistribusiannya petani mengambil secara langsung ke lokasi penelitian.


(1)

b. Gaji supervisor 33.600.000 33.600.000

33.600.000

33.600.000

33.600.000

c. Biaya transportasi 6.000.000

6.000.000

6.000.000

6.000.000

6.000.000

d. Biaya tak terduga 6.000.000

6.000.000

6.000.000

6.000.000

6.000.000

e. Biaya listrik 4.200.000

4.200.000

4.200.000

4.200.000

4.200.000

f. PBB 500.000

500.000

500.000

500.000

500.000

Total Biaya Tetap 170.300.000 170.300.000

170.300.000

170.300.000

170.300.000 TOTAL OUTFLOW 603.831.000

536.405.217

536.900.217

536.545.217

536.900.217 Net Benefit (49.018.969) 14.706.822 14.211.822 14.566.822 14.211.822

Discount Factor (i =7%) 0,934579439 0,873438728 0,816297877 0,762895212 0,712986179

PV (49.018.970) 14.706.821 14.211.821 14.566.821 14.211.821

NPV Rp 0

IRR 6,88%

PV Positif 57.697.284

PV Negatif (49.018.970)

Net B/C 1,18

Manfaat Bersih Rata2 per Tahun Rp 1.735.664


(2)

Lampiran 5. Switching Value Penurunan Produksi Log Jamur Tiram Putih

No uraian

TAHUN

1 2 3 4 5

A 1

1 Penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar 256.500.000 324.000.000 324.000.000 324.000.000 324.000.000 2 Penerimaan dari penjualan baglog jamur tiram putih 227.693.093 227.693.093 227.693.093 227.693.093 227.693.093

3 modal sendiri 68.515.000

4 Nilai sisa 0

TOTAL INFLOW 552.708.093 551.693.093 551.693.093 551.693.093 551.693.093 B OUTFLOW

1 BIAYA INVESTASI

Lahan 1000 m 0

Bangunan (gudang, pengayakan, pengadukan, pengantongan) 30.000.000

instalasi air 1.350.000

instalasi listrik 975.000

Tabung Gas kapasitas 3 Kg 700.000

White board 200.000

Kumbung Perawatan 30.000.000

drum pengukus 3.000.000

Kompor Gas 345.000

Gerobak Dorong 500.000

Sepatu Boot 300.000

Timbangan 130.000

Kalkulator 150.000

Sendok Makan 40.000

Selang air 140.000 140.000

Sekop 160.000 160.000 160.000

Ember 135.000 135.000 135.000

Ayakan kayu 100.000 100.000 100.000

Cangkul 100.000 100.000 100.000

Masker 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000

Pisau 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000

Total Investasi 68.515.000 190.000 685.000 330.000 685.000

2 BIAYA OPERASIONAL

A. Biaya Variabel

1. Ring Cincin

4.056.000 4.056.000 4.056.000 4.056.000 4.056.000 2. Gas 17.280.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000

3. Bekatul 30.240.000

30.240.000 30.240.000 30.240.000 30.240.000 4. Serbuk Gergaji

144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 5. Plastik Bag Log

61.200.000 61.200.000 61.200.000 61.200.000 61.200.000 6. Serbuk jagung

11.520.000 11.520.000 11.520.000 11.520.000 11.520.000 7. Gipsum 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 8. Bibit 81.120.000 81.120.000 81.120.000 81.120.000 81.120.000 9. Spritus 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 10. Alkohol 2.640.000 2.640.000 2.640.000 2.640.000 2.640.000 11. Plastik 5 kg

2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 12. Kapas 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 13. Kertas koran

240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 14. Karet 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 15. Pajak Penghasilan Usaha

- 899.217 899.217 899.217 899.217

Total Biaya Variabel 365.016.000 365.915.217 365.915.217 365.915.217 365.915.217

B. Biaya Tetap

a. Gaji karyawan 120.000.000

120.000.000 120.000.000 120.000.000 120.000.000


(3)

b. Gaji supervisor 33.600.000 33.600.000

33.600.000

33.600.000

33.600.000

c. Biaya transportasi 6.000.000

6.000.000

6.000.000

6.000.000

6.000.000

d. Biaya tak terduga 6.000.000

6.000.000

6.000.000

6.000.000

6.000.000

e. Biaya listrik 4.200.000

4.200.000

4.200.000

4.200.000

4.200.000

f. PBB 500.000

500.000

500.000

500.000

500.000 Total Biaya Tetap 170.300.000

170.300.000

170.300.000

170.300.000

170.300.000

TOTAL OUTFLOW 603.831.000

536.405.217

536.900.217

536.545.217

536.900.217 Net Benefit (51.122.907) 15.287.876 14.792.876 15.147.876 14.792.876

Discount Factor (i =7%) 0,934579439 0,873438728 0,816297877 0,762895212 0,712986179

PV (51.122.908) 15.287.875 14.792.875 15.147.875 14.792.875

NPV Rp 0

IRR 6,77%

PV Positif 60.021.501

PV Negatif (51.122.908)

Net B/C 1,17

Manfaat Bersih Rata2 per Tahun Rp 1.779.719


(4)

Lampiran 6. Switching Value Peningkatan Biaya Variabel Jamur Tiram Putih

No uraian

1 2 3 4 5

A INFLOW

1 Penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar 256.500.000 324.000.000 324.000.000 324.000.000 324.000.000 2 Penerimaan dari penjualan baglog jamur tiram putih 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000

modal sendiri 68.515.000

3 Nilai sisa 0

TOTAL INFLOW 565.015.000 564.000.000 564.000.000 564.000.000 564.000.000 B OUTFLOW

1 BIAYA INVESTASI

Lahan 1000 m 0

Bangunan (gudang, pengayakan, pengadukan, pengantongan) 30.000.000

instalasi air 1.350.000

instalasi listrik 975.000

Tabung Gas kapasitas 3 Kg 700.000

White board 200.000

Kumbung Perawatan 30.000.000

drum pengukus 3.000.000

Kompor Gas 345.000

Gerobak Dorong 500.000

Sepatu Boot 300.000

Timbangan 130.000

Kalkulator 150.000

Sendok Makan 40.000

Selang air 140.000 140.000

Sekop 160.000 160.000 160.000

Ember 135.000 135.000 135.000

Ayakan kayu 100.000 100.000 100.000

Cangkul 100.000 100.000 100.000

Masker 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000

Pisau 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000

Total Investasi 68.515.000 190.000 685.000 330.000 685.000

2 BIAYA OPERASIONAL

A. Biaya Variabel

1. Ring Cincin

4.056.000 4.056.000 4.056.000 4.056.000 4.056.000 2. Gas 17.280.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000

3. Bekatul 30.240.000

30.240.000 30.240.000 30.240.000 30.240.000 4. Serbuk Gergaji

144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 5. Plastik Bag Log

61.200.000 61.200.000 61.200.000 61.200.000 61.200.000 6. Serbuk jagung

11.520.000 11.520.000 11.520.000 11.520.000 11.520.000 7. Gipsum 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 8. Bibit 81.120.000 81.120.000 81.120.000 81.120.000 81.120.000 9. Spritus 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 10. Alkohol 2.640.000 2.640.000 2.640.000 2.640.000 2.640.000 11. Plastik 5 kg

2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 12. Kapas 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 13. Kertas koran

240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 14. Karet 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000

15. Pajak Penghasilan Usaha

- 899.217 899.217 899.217 899.217

Total Biaya Variabel 375.598.617 376.523.904 376.523.904 376.523.904 376.523.904

B. Biaya Tetap

a. Gaji karyawan 120.000.000

120.000.000 120.000.000 120.000.000 120.000.000


(5)

33.600.000 33.600.000 33.600.000 33.600.000

c. Biaya transportasi 6.000.000

6.000.000

6.000.000

6.000.000

6.000.000 d. Biaya tak terduga 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000

e. Biaya listrik 4.200.000

4.200.000

4.200.000

4.200.000

4.200.000

f. PBB 500.000

500.000

500.000

500.000

500.000 Total Biaya Tetap 170.300.000

170.300.000

170.300.000

170.300.000

170.300.000

TOTAL OUTFLOW 614.413.617

547.013.904

547.508.904

547.153.904

547.508.904 Net Benefit (49.398.617) 16.986.096 16.491.096 16.846.096 16.491.096

Discount Factor (i =7%) 0,934579439 0,873438728 0,816297877 0,762895212 0,712986179

PV (49.398.618) 16.986.095 16.491.095 16.846.095 16.491.095

NPV Rp 0

IRR 13,33%

PV Positif 66.814.382

PV Negatif (49.398.618)

Net B/C 1,35

Manfaat Bersih Rata2 per Tahun Rp 3.483.154


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernamaWahyu Frans Efindo Tampubolon dilahirkan di Bogor

pada tanggal 17 Maret 1987. Orang Tua bernama Kompol H.Tampubolon,SH dan

R. Simanjuntak. Saya memiliki satu orang adik perempuan dan satu adik laki-laki

dan satu kakak perempuan.

Pada tahun 1992 penulis masuk sekolah TK di Satu Bakti Bogor, pada

tahun 1993 masuk SD Budi Mulia Bogor dan lulus pada tahun 1999. Kemudian

melanjutkan ke SLTP Budi Mulia Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada masa

SLTP penulis aktif di bidang olahraga beladiri Karateka (BKC). Pada tahun 2002

penulis kemudian diterima di SMU negeri 7 Bogor melalui jalur prestasi olahraga

beladiri. Semasa di SMU penulis sangat aktif di bidang olahraga beladiri dan

sepakbola, dimana penulis pernah mewakili SMU 7 Di Pekan Olahraga Daerah

( PORDA ) se SMU Jawa Barat cabang Karateka pada tahun 2004.

Pada Tahun 2005 penulis lulus dari SMU dan diterima di Perguruan

Tinggi di Diploma IPB jurusan Manajemen Agribisnis melalui jalur seleksi umum

dan lulus pada tahun 2008. Pada Tahun 2009 penulis kemudian melanjutkan

kuliah di Program Alih jenis Agribisnis IPB, hingga akhirnya dapat diberikan

kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir dan lulus pada tahun 2015.