Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Kasus: Usaha Jamur Mandiri, Kabupaten Bogor)

(1)

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian telah memberikan peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia melalui penyediaan pangan, bahan baku produksi, perolehan devisa negara dalam kegiatan ekspor, dan pengentasan kemiskinan. Sektor pertanian juga menjadi andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, iklim yang cocok untuk pertanian, dan sumber daya manusia yang tersedia dalam jumlah yang banyak. Kekayaan tersebut dapat menjadi modal dalam membangun pertanian Indonesia ke arah yang lebih baik.

Pertanian Indonesia memproduksi berbagai komoditi setiap harinya, salah satunya adalah komoditi hortikultura yang di dalamnya terdapat sayur-sayuran dan buah-buahan. Sayur-sayuran dan buahan-buahan tropis Indonesia pun sangat beragam dan memiliki potensi penjualan yang tinggi, baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Salah satu komoditi tersebut adalah jamur dan salah satu jamur yang dibudidayakan di Indonesia adalah jamur tiram.

Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh seperti serbuk gergaji, dedak, tepung aren, tepung jagung dan kapur. Sementara proses budidayanya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya.

Dalam kurun waktu 2000 sampai dengan 2006 total nilai ekspor jamur mengalami penurunan sebesar 37% (Tabel 1). Penurunan tersebut terjadi karena sebagian ekspor dialihkan untuk memenuhi permintaan dalam negeri yang terus meningkat. Permintaan dalam negeri yang terus meningkat juga dapat dilihat dari meningkatnya total nilai impor jamur. Dengan meningkatnya nilai impor jamur segar menunjukan bahwa permintaan komoditas jamur sangat besar. (Martawijaya dan Nurjayadi, 2010).


(2)

2   

Tabel 1. Volume Ekspor dan Impor Jamur Segar dan Olahan (2000-2006)

No. Tahun Ekspor Impor

Jamur Segar (Kg)

Jamur Olahan (Kg)

Jamur Segar (Kg)

Jamur Olahan (Kg)

1 2000 3.096.307 26.283.791 492.489 980.294

2 2001 3.743.308 22.687.013 403.490 1.028.538

3 2002 4.185.662 14.043.614 479.412 849.618

4 2003 1.633.3992 14.506.045 490.157 1.049.164

5 2004 3.489.922 18.093.778 778.191 1.542.528

6 2005 3.505.870 18.884.226 923.989 910.226

7 2006 4.246.543 14.104.495 1.284.784 1.630.710

Sumber : BPS (2008)

Tingginya permintaan akan jamur tidak diiringi oleh peningkatan produksi jamur dalam negeri. Produksi jamur Indonesia hanya mampu memenuhi 50% dari permintaan pasar dalam negeri dan belum termasuk permintaan pasar luar negeri, seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan, Cina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (Martawijaya dan Nurjayadi, 2010). Jenis jamur yang paling banyak permintaannya dari pasar ekspor adalah jamur tiram putih acar dan jamur merang kalengan (Tabel 2).

Tabel 2. Rata- Rata Jumlah Supply Ekspor Jamur per bulan

Jenis Jamur Negara Tujuan Jumlah (Ton)

Jamur merang kalengan Cina, USA, Uni Eropa 80

Jamur tiram acar Cina, Singapura 80

Jamur tiram kering Cina, Korea, USA, Uni Eropa 30

Shiitake kering Singapura, Jepang 20

Shiitake segar Singapura, Cina 60


(3)

Lanjutan Tabel 2.

Jamur kuping kering Cina, Korea, USA, Uni Eropa 50

Jenis lain Cina, USA, Uni Eropa 500

Total 820

Sumber : MAJI (2007)

Permintaan pasar terhadap kebutuhan jamur di kota Bogor, Sukabumi, dan sekitar Jakarta saat ini diperkirakan mencapai 5 ton-10 ton per bulan. Permintaan jamur terus meningkat, berapa pun yang diproduksi oleh petani habis terserap. Kenaikannya sekitar 20%-25% per tahun (berbisnisjamur.com). Permintaan jamur di kota-kota besar sangatlah tinggi, terutama untuk pasar Tanah Tinggi, Tangerang yang mencapai 4000 kg per hari (Tabel 3).

Tabel 3. Permintaan Jamur Tiram Putih di Beberapa Pasar di Kota Besar

Nama Pasar Kebutuhan (kg/hari)

Pasar Ciputat 200

Pasar Lw.liang 200

Pasar Induk Kemang 3000

Pasar anyar 100

Pasar Cibinong 300

Pasar Mayestik 100

Pasar Kebayoran Baru 100

Pasar Rau Serang 1000

Pasar Tanah Tinggi 4000


(4)

4   

Walaupun harga nya relatif mahal, harga jamur di pasar lebih stabil jika dibandingkan dengan harga komoditi sayuran lainnya. Sehingga risiko kerugian akibat ketidakstabilan harga di kalangan pedagang dan petani lebih kecil. Harga jamur tiram yang diterima petani adalah Rp. 5.300,00, pedagang pengumpul Rp.6.300,00-Rp.7.300,00, dan harga di pasar berkisar antara Rp.6.000,00-Rp.10.000,00. Walaupun harga jamur tiram lebih rendah dibandingkan dengan jamur lainnya, keuntungan yang diperoleh oleh petani jamur tiram lebih besar. Hal ini disesabkan karena rantai distribusi jamur tiram pendek (Tabel 4).

Tabel 4. Harga Beberapa Jenis Jamur

Jenis Jamur Harga Petani (Rp) HargaPengumpul (Rp) Harga Pasar (Rp) Jamur Merang 9.000 – 10.000 12.000 – 13.000 15.000 – 20.000 Jamur Tiram 5.300 6.300 – 7.300 6.000 – 10.000 Jamur Kuping

Basah

6.000 - 8.000

Sumber : MAJI (2006)

Jawa Barat merupakan sentra jamur terbesar di Indonesia. Daerah penghasil jamur di Jawa Barat diantaranya adalah Bandung, Bogor, Sukabumi, Garut, dan Tasikmalaya. Petani jamur di Jawa Barat memproduksi jamur merang sebanyak 10 ton-20 ton per hari dan jamur tiram sebanyak 10 ton per hari (MAJI 2007).

Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu kecamatan penghasil jamur terbesar ketiga di Kabupaten Bogor setelah Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Taman Sari dengan jumlah produksi sebanyak 8.638 kg per tahun (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bogor).

Usaha Jamur Mandiri merupakan salah satu produsen jamur tiram putih segar yang berada di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Produksi jamur tiram pada Usaha Jamur Mandiri rata-rata mencapai 30 kg per hari. Jumlah ini jauh lebih rendah dari jumlah permintaan pada Usaha Jamur Mandiri yang mencapai 300 kg-400 kg per hari. Hal ini menunjukan bahwa potensi pasar yang


(5)

dimiliki oleh Usaha Jamur Mandiri besar dan memberikan peluang untuk melakukan pengembangan usaha, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pendapatan bagi usaha yang dijalankan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan informasi diatas, adanya potensi pasar yang baik memberikan peluang kepada Usaha Jamur Mandiri untuk dapat melakukan pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih. Meskipun demikian, suatu analisis kelayakan pengembangan usaha perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya jamur tiram apabila dilakukan suatu pengembangan usaha. Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri layak atau tidak untuk dijalankan berdasarkan pada aspek finansial dan non finansial?

2. Bagaimana tingkat sensitivitas pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri terhadap inflasi?

3. Apakah usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri lebih layak dikembangkan atau tidak?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri berdasarkan pada aspek finansial dan aspek non finansial.

2. Menganalisis tingkat sensitivitas pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri terhadap inflasi.

3. Membandingkan dan menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri pada kondisi tanpa proyek pengembangan dan dengan proyek pengembangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari studi kelayakan usaha yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih, diantaranya :


(6)

6   

1. Bahan pertimbangan dan masukan bagi pemilik Usaha Jamur Mandiri dalam memberikan gambaran mengenai usahanya apabila dilakukan pengembangan usaha.

2. Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan bagi para investor yang akan berinvestasi pada usaha budidaya jamur tiram putih.

3. Dapat dijadikan referensi untuk kepentingan penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya jamur tiram pada Usaha Jamur Mandiri yang terletak di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.


(7)

2.1.Karakteristik Jamur Tiram Putih

Jamur tiram disebut juga dengan oyster mushroom, bentuk tudungnya menyerupai cangkang kerang atau tiram dengan bagian tepi agak bergelombang. Letak tangkai tudungnya tidak tepat di tengah, tetapi agak ke samping (Suharjo, 2008).

Pada umumnya jamur tiram (Pleurotus ostreatus), mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual. Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium (id.wikipedia.com)

Menurut Suharjo (2008), warna dari jamur tiram beragam tergantung dari jenisnya, diantaranya :

1. Jamur tiram putih (white oyster), berwarna putih susu sampai putih kekuningan dengan lebar 3cm-14 cm.

2. Jamur tiram abu-abu, berwarna abu kecoklatan hingga kuning kehitaman. Diameter tudungnya berkisar antara 6 cm-14 cm.

3. Jamur tiram coklat (tedokihiratake atau abolone), berwarna putih atau sedikit keabu-abuan hingga abu-abu kecoklatan. Diameter tudungnya 5 cm-12 cm. 4. Jamur tiram pink (pink oyster atau sakura shimeji), berwarna kemerahan.

Menurut Agus, et.al (2007), ada tiga hal penting yang tidak boleh diabaikan dalam budidaya jamur tiram, yaitu masalah suhu, pH, dan kelembaban. Kisaran suhu optimum fase miselium jamur tiram antara 26OC-28OC. Sementara


(8)

8   

itu, untuk fase tubuh buah, suhunya berkisar 24OC-26OC. Kondisi derajat keasaman (pH) antara fase miselium dan fese tubuh buahnya sama, yakni mendekati netral (tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa) di kisaran 5,5-7,2. Tingkat kelembaban yang diperlukan jamur ini di atas 90%.

2.2.Tahapan Budi Daya Jamur Tiram

Menurut Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, tahapan budidaya jamur tiram terdiri dari :

1. Persiapan Bahan

Bahan yang harus dipersiapkan diantaranya serbuk gergaji, bekatul, kapur, gips, tepung jagung, dan glukosa.

2. Pengayakan

Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik, hal ini dapat menyebabkan tingkat pertumbuhan misellium kurang merata dan kurang baik. Mengatasi hal tersebut maka serbuk gergaji perlu diayak. Ukuran ayakan sama dengan untuk mengayak pasir (ram ayam). Saat pengayakan harus mempergunakan masker, karena dalam serbuk gergaji banyak tercampur debu dan pasir.

3. Pencampuran

Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan, dicampur dengan serbuk gergaji, selanjutnya disiram dengan air sekitar 50%–60% atau bila dikepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air. Hal ini menandakan kadar air sudah cukup.

4. Pengomposan

Pengomposan adalah proses pelapukan bahan yang dilakukan dengan cara membumbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupinya dengan plastik. 5. Pembungkusan (Pembuatan Bag Log)

Pembungkusan menggunakan plastik polipropilen (PP) dengan ukuran yang dibutuhkan. Cara membungkus yaitu dengan memasukkan media ke dalam


(9)

plastik kemudian dipukul/ditumbuk sampai padat dengan botol atau menggunakan filler (alat pemadat) kemudian disimpan.

6. Sterilisasi

Sterilisasi dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer yang bertujuan menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 90 OC-100OC selama 12 jam.

7. Inokulasi (Pemberian Bibit)

Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Bag log ditiriskan selama satu malam, kemudian diambil dan ditanami bibit di atasnya dengan menggunakan sendok makan atau sendok bibit sekitar kurang lebih tiga sendok makan, kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas.

8. Inkubasi (Masa Pertumbuhan Misellium)

Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan bag log di ruang inkubasi dengan kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata, biasanya media akan tampak putih merata antara 40 hari–60 hari.

9. Panen

Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pemanenan ini biasanya dilakukan lima hari setelah tumbuh calon jamur. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasaran.

2.3. Sarana dan Prasarana Budidaya Jamur Tiram Putih

Menurut Martwijaya dan Nurjayadi (2010), sarana produksi yang diperlukan dalam budidaya jamur tiram putih antara lain lokasi dan lahan, kumbung jamur, bahan baku pembuatan media tanam dan kelengkapan penutup muka.

2.3.1. Lokasi dan Lahan

Lokasi yang bersih sangat mendukung dalam keberhasilan budidaya jamur tiram. Penempatan posisi kumbung jamur lebih baik jauh dari tempat sampah


(10)

10   

ataupun dari tempat peternakan. Hal ini dapat mencegah timbulnya hama dan berbagai penyakit pada jamur. Lokasi dalam pembuangan limbah bag log juga harus diperhatikan. Limbah bag log dapat menjadi masalah apabila tidak ditangani dengan baik. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam lokasi pembangunan kumbung jamur adalah jarak antara lokasi bahan baku dengan lokasi pemasaran.

2.3.2. Kumbung Jamur Tiram Putih

Kumbung jamur merupakan tempat aktivitas budidaya jamur tiram, mulai dari proses pembuatan bag log, menumbuhkan misellium, hingga menumbuhkan tubuh buah jamur tiram. Dalam skala rumah tangga, kumbung jamur dibuat sesuai dengan kebutuhan. Seperti pada ruang penumbuhan yang dibuat sesuai dengan bag log yang ditampung. Begitu pula dengan pengadaan ruang yang lainnya. Secara umum kumbung jamur terdiri dari:

1. Gudang

Gudang merupakan tempat untuk menyimpan segala bahan-bahan yang dibutuhkan untuk segala aktivitas pembudidayaan jamur tiram. Bahan-bahan yang disimpan meliputi karung, serbuk gergaji, kapur, dedak, tepung tapioka, biji-bijian, dan peralatan penunjang lainnya. Gudang bersifat bangunan penunjang. Apabila budidaya jamur tiram masih dalam skala kecil, maka bangunan ini tidak terlalu penting dan bahan-bahan dapat disimpan diruang pengadukan.

2. Ruang Pengadukan Bahan dan Sterilisasi

Ruang pengadukan bahan dan sterilisasi ini sebagai tempat untuk pengadukan bahan, pengomposan dan pembuatan bag log. Ruang ini cukup dilengkapi atap yang ditahan oleh tiang dan alas berlantai. Alat-alat sederhana yang dibutuhkan adalah sekop, cangkul, drum untuk sterilisasi, kompor, dan penimbang karung.

3. Ruang Pembibitan dan Inkubasi

Ruang pembibitan merupakan ruang yang digunakan untuk memasukan bibit produksi ke dalam bag log, sedangkan ruang inkubasi digunakan untuk menyimpan bag log yang telah diberi bibit. Biasanya ruang pembibitan dan ruang inkubasi disatukan. Desain ruang pembibitan dan inkubasi lebih baik beratapkan asbes, berdinding tembok atau bilik yang dilapisi terpal plastik, dan alas berlantai.


(11)

Ukuran ventilasi udara lebih baik sedikit dan berukuran kecil. Alat-alat yang perlu ada dalam ruang pembibitan dan inkubasi mecakup: sudip panjang (besi panjang yang bagian ujungnya pipih) untuk pembibitan, bunsen api/lampu minyak, dan rak-rak kayu.

4. Ruang Penumbuhan Jamur (growing)

Ruang ini jadikan tempat untuk menyimpan bag log yang berisi penuh misellium. Bag log disusun di atas rak-rak bambu. Peletakan bag log di atas bambu dapat dilakukan dengan posisi tegak (vertikal) atau tidur (horizontal). Posisi bag log disesuaikan dengan desain pembuatan rak. Ruang penumbuhan dibuat dengan kondisi ventilasi udara cukup banyak, atap berupa genteng atau rumbia, dinding berupa bilik kayu, dan alas ruang lebih baik tanah. Alat utama yang harus ada dalam ruang penumbuhan adalah rak-rak bambu dan sprayer untuk penyiraman atau pengabutan.

2.3.3. Bahan Baku

Bahan baku yang sering digunakan dalam budidaya jamur tiram terutama dalam pembuatan media produksi di antaranya adalah :

1. Serbuk gergaji

Hampir semua jenis kayu dapat dijadikan sebagai sumber media utama dalam pertumbuhan jamur tiram. Jenis kayu yang sering digunakan adalah kayu sengon. Beberapa sumber kayu yang tidak dapat dipakai adalah kayu yang mengandung resin, karena kayu yang mengandung resin dapat membunuh pertumbuhan misellium jamur tiram. Salah satu kelompok penghasil senyawa resin yaitu kelompok pohon berdaun jarum, contohnya adalah pinus. Serbuk gergaji yang mengadung bahan kimia juga tidak dapat dijadikan bahan baku karena dapat membunuh misellium jamur tiram. Kayu yang bertekstur sangat keras juga tidak dianjurkan karena mengakibatkan pertumbuhan misellium menjadi lama.

2. Dedak atau Bekatul

Dedak dimanfaatkan sebagai campuran media produksi jamur tiram. Dedak kaya akan karbohidrat, karbon, nitrogen, dan Vitamin B yang dapat mempercepat pertumbuhan misellium jamur tiram. Kualitas dedak yang bagus memiliki tekstur yang baru, tidak berbau apek, dan lembut. Dalam


(12)

12   

penggunaannya, dedak tidak digunakan dalam komposisi yang terlalu banyak pada media produksi, karena akan mudah terkontaminasi.

3. Kapur

Kapur yang biasa digunakan untuk budidaya jamur tiram adalah kapur pertanian atau kapur bangunan. Fungsi penggunaan kapur dalam media produksi adalah sebagai penetral keasaman dengan mengontrol pH tetap stabil pada proses pengomposan. Selain itu, kapur dibutuhkan misellium jamur sebagai sumber mineral. Di dalam ruang penumbuhan, kapur dimanfaatkan untuk menanggulangi hama dengan cara menabur rata di atas tanah dan mengecat pada bagian kaki-kaki rak.

4. Tepung Tapioka

Tepung tapioka digunakan sebagai tambahan nutrisi bagi pertumbuhan misellium jamur tiram. Tambahan tepung tapioka ini dalam komposisi media produksi hanya berkisar 3%-5% saja. Apabila penggunaan tepung tapioka berlebihan, maka media tanam akan mudah terkontaminasi.

2.3.4. Penutup Muka Pekerja

Dalam budidaya jamur tiram sebaiknya para pekerja difasilitasi penutup muka (masker) ketika melakukan aktivitas kerja. Hal ini dilakukan untuk mencegah para pekerja yang alergi terhadap debu serbuk gergaji maupun spora yang bertebaran. Pekerja yang mengalami alergi akan mudah pusing, batuk-batuk hingga demam tinggi. Gejala ini terjadi setelah 4-6 minggu kemudian setelah terjadi kontak dengan spora jamur. Banyaknya spora jamur terjadi pada pagi hari. Pada saat itu para pekerja sedang memanen jamur. Alergi jamur bukan hanya diakibatkan oleh jamur tiram saja melainkan jamur yang lainnya seperti jamur shitake (Lentinula edodes) dan jamur kancing (Agaricus bisporus).

2.4.Studi Kelayakan Bisnis

2.4.1.Definisi Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Johan (2011), studi kelayakan adalah suatu studi untuk mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha. Layak atau tidak layak dijalankanya sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan ke dalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu.


(13)

2.4.2. Aspek Finansial

Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika bisnis dijalankan. Analisis ini meliputi seberapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali, dari mana saja sumber pembiayaan bisnis tersebut, dan bagaimana tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga apabila dihitung dengan formula penilaian investasi sangat menguntungkan.

Menurut Nurmalina et,al (2009), studi kelayakan bisnis pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan berdasarkan kritera investasi. Beberapa kriteria investasi tersebut diantaranya:

1. Net Present Value (NPV)

Net present value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value dari biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (rupiah).

Suatu bisnis dikatakan layak jika NPV lebih besar dari nol (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Sebaliknya, suatu bisnis yang mempunyai NPV lebih kecil dari nol (NPV<0), maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yanng bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut.

Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C>1) dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Net B/C<1).

3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross B/C merupakan kriteria kelayakan lain yang bisa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan


(14)

14   

menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima.

Kriteria ini memberikan pedoman bahwa bisnis layak untuk dijalankan apabila Gross B/C lebih besar dari satu (Gross B/C>1) dan bisnis tidak layak untuk dijalankan jika Gross B/C lebih kecil dari satu (Gross B/C<1).

4. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) menunjukan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%).

Dalam praktek, perhitungan IRR dilakukan dengan interpolasi diantara discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Sebuah usaha dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari opportunity cost of capital (DR). 5. Pay Back Period (PBP)

Metode ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Usaha atau bisnis yang PBP nya lebih cepat, maka bisnis tersebut termasuk bisnis yang kemungkinan besar layak untuk dijalankan.

6. Profitability Ratio (PR)

Profitability Ratio (PR) menunjukan perbandingan antara penerimaan (benefit) dengan biaya modal yang digunakan. Rasio ini dipakai sebagai perhitungan rentabilitas dari suatu investasi.

Bila PR lebih besar dari satu (PR>1), maka bisnis layak untuk dilaksanakan (dipilih). Bila PR kurang dari satu (PR<1), maka bisnis tidak layak untuk dilaksanakan (ditolak).

2.4.3. Aspek Pasar dan Pemasaran

Pasar merupakan tempat berkumpul para penjual yang menawarkan barang ataupun jasa kepada para pembeli yang mempunyai kemampuan dan keinginan untuk memiliki barang dan jasa tersebut, hingga terjadinya kesepakatan transaksi atau transfer atas kepemilikan barang atau kenikmatan jasa (Johan, 2011).


(15)

a. Permintaan dan Penawaran

Menurut Husein Umar (2009), permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan membeli pada berbagai tingkat harga. Permintaan yang didasarkan oleh kekuatan tenaga beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang didukung oleh kebutuhan saja disebut sebagai permintaan potensial. Hukum permintaan mengatakan bahwa, bila harga suatu barang meningkat, maka kuantitas barang yang diminta akan bekurang. Sebaliknya, jika harga suatu barang menurun, maka kuantitas barang yang diminta akan meningkat.

Penawaran diartikan sebagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga. Dalam fungsi ini, bila harga meningkat maka penjual ingin meningkatkan jumlah barang yang dijualnya. Sampai di mana penjual ingin menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya: harga barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos produksi, tingkat teknologi, dan tujuan-tujuan perusahaan.

Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial.

Tiga kegiatan besar dalam aspek pemasaran adalah:

1. Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya.

2. Kajian untuk mengetahui hal-hal utama dari konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku, serta kepuasan mereka atas produk-produk sejenis. 3. Menetukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran.

Menurut Umar (2009), bentuk pasar dapat dilihat dari sisi produsen atau penjual dan dari sisi konsumen. Dari sisi produsen pasar dapat dibedakan atas: 1. Pasar Persaingan Sempurna

Pada jenis pasar persaingan sempurna, aktivitas persaingan tidaklah tampak karena tidak terbatasnya jumlah produsen (sehingga pangsa pasarnya menjadi terkotak-kotak atau kecil-kecil) dan konsumen dapat membeli atau menjual berapa saja tanpa ada batas, asal bersedia membeli atau menjual pada harga pasar.


(16)

16   

2. Pasar Monopoli

Pasar monopoli adalah sebuah bentuk pasar yang dikuasai oleh satu penjual saja. Dalam hal ini tidak ada barang subtitusi terhadap barang yang dijual oleh penjual tunggal tersebut, serta adanya hambatan untuk masuknya pesaing dari luar.

3. Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli merupakan perluasan dari pasar monopoli. Dalam menentukan tingkat harga dan kuantitas produksi, karena pengaruh dari pesaing sangat terasa, tindakan atau aktivitas pesaing perlu dimasukan dalam perhitungan. 4. Pasar Persaingan Monopolistik

Pasar persaingan ini merupakan bentuk campuran antara persaingan sempurna dan monopoli. Dikatakan mirip pasar persaingan sempurna karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk keluar masuk pasar. Selain itu, barang yang dijualpun tidak homogen. Karena barang yang heterogen itu dimiliki oleh beberapa perusahaan besar saja, pasar ini mirip dengan monopoli.

Sedangkan dari sisi konsumen, pasar dapat dibedakan atas empat bentuk, yaitu: 1. Pasar konsumen

Pasar ini merupakan pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewakan oleh perorangan atau keluarga dalam rangka penggunaan pribadi.

2. Pasar Industri

Pasar ini adalah pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh perorangan atau organisasi untuk digunakan pada produksi barang atau jasa lain, baik untuk dijual atau disewakan (dipakai untuk proses lebih lanjut).

3. Pasar Penjual Kembali (Reseller)

Merupakan suatu pasar yang terdiri dari perorangan atau organisasi yang biasa disebut para pedagang menengah yang terdiri dari dealer, distributor, grossier, agent, dan retailer. Kesemua reseller ini melakukan penjualan kembali dalam rangka mendapatkan keuntungan.

4. Pasar Pemerintah

Merupakan pasar yang terdiri dari unit-unit pemerintah yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk menjalankan tugas-tugas pemerintah.


(17)

Manajemen pemasaran akan dipecah atas beberapa kebijakan pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran untuk produk barang terdiri dari empat komponen, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Sedangkan bauran pemasaran untuk jasa terdiri dari produk (product), harga (price), distribusi (place), promosi (promotion), orang (people), bukti fisik (physical evidence), dan proses jasa itu sendiri (process).

2.4.4. Aspek Teknik dan Teknologi

Menurut Johan (2011), analisis aspek teknik dan teknologi bertujuan untuk menentukan bentuk teknologi yang akan dipakai dengan desain produk yang akan dipasarkan dan kebutuhan investasi baik itu mesin, lokasi, kendaraan, maupun yang lainnya. Pada dasarnya aspek ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu :

a. Penentuan produk yang akan diproduksi dan bagaimana memproduksinya b. Lokasi produksi yang akan digunakan dan lay out

c. Hambatan-hambatan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan produksi. 2.4.5. Aspek Manajemen dan Hukum

Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), yang dinilai dalam aspek manajemen adalah para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional. Mulai dari merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengendalikannya apabila terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan perusahaan.

Menurut Nurmalina et.al (2009), aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya) dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa jaminan, berbagai akta, sertifikat, dan ijin.

2.4.6. Aspek Lingkungan Hidup

Menurut Nurmalina et.al (2009), aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak.


(18)

18   

2.5. Definisi Trend dan Peramalan (Forecasting)

Trend adalah suatu gerakan kecenderungan naik dan turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya cukup rata atau mulus (smooth) (Suharyadi, 2008). Analisis trend merupakan metode analisis yang digunakan untuk melakukan estimasi atau peramalan di masa depan berdasarkan data historis di masa lalu.

Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Usaha untuk melihat situasi dan kondisi pada masa yang akan datang merupakan usaha untuk memperkirakan pengaruh situasi dan kondisi yang berlaku terhadap perkembangan di masa yang akan datang. Peramalan merupakan dasar untuk penyusunan rencana yang manfaatnya dapat terlihat pada saat pengambilan keputusan dengan menggunakan suatu metode yang sesuai. Metode peramalan adalah cara memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan terjadi pada masa depan, berdasarkan data yang relevan pada masa lalu (Assauri, 1984).

Peramalan time series (runtut waktu) menggunakan data runtut waktu yaitu data yang dikumpulkan dari suatu waktu ke waktu berikutnya selama jangka waktu tertentu, seperti jam, hari, minggu, periode, tahun, dan lainnya. Data yang diperlukan untuk peramalan time series adalah nilai masa lalu dari suatu produk dianalisis pola data tersebut apakah berpola trend, musiman, atau siklus. Meramalkan berdasarkan data time series berarti nilai masa depan yang diperkirakan hanya dari nilai masa lalu dan bahwa peubah lain diabaikan, walaupun peubah-peubah lain tersebut mungkin sangat bermanfaat pada analisis.

Data deret waktu dapat dibedakan menjadi data deret waktu yang bersifat stasioner dan tidak stasioner. Data stasioner memiliki nilai rata-rata dan variansi yang relatif konstan dari waktu ke waktu, sedangkan data yang tidak stasioner relatif bervariansi dari waktu ke waktu (Aritonang, 2002). Data time series dapat juga dibedakan menjadi empat (4) komponen, yaitu trend, musim, siklus, dan variasi acak (random variation).


(19)

2.6.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah skripsi dari Windi Widiastuti H24104093 (2008) dengan judul Studi Kelayakan Usaha Pupuk Organik Cair (Kasus PT Mulyo Tani Salatiga, Jawa Tengah).

Tujuan penelitian terdahulu ini adalah untuk menganalisis kelayakan usaha pupuk organik PT Mulyo Tani dilihat dari aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek teknis dan teknologi, aspek sumberdaya manusia, dan aspek dampak lingkungan, serta untuk menganalisis sensitivitas kelayakan usaha terhadap perubahan yang terjadi dilihat dari aspek keuangan. Analisis aspek keuangan dilakukan dengan menghitung NPV, IRR, Net B/C, PBP, dan BEP. Hasil dari studi kelayakan menyatakan bahwa usaha pupuk organik cair ini layak untuk dijalankan.

Persamaan penelitian studi kelayakan pupuk organik cair dengan studi kelayakan pengembangan usaha budidaya jamur tiram pada Usaha Jamur Mandiri adalah kriteria penilaian dari aspek finansial dan aspek non finansial. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian studi kelayakan pupuk organik cair, tidak menghitung gross B/C dan menghitung BEP pada analisis aspek finansialnya.

Selain itu, penelitian terdahulu yang dijadikan referensi adalah hasil penelitian dari Tio Panta Sihombing H24070011 (2011) yang berjudul Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi Arabika (Studi Kasus PT Sumatera Specialty Cofees).

Tujuan penelitian terdahulu ini adalah untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan mampu mendukung perencanaan strategi yang akan dilakukan, mengetahui apakah proyek pengembangan usaha layak untuk dijalankan, mengetahui tingkat kepekaan kelayakan perusahaan terhadap perubahan harga, penjualan dan biaya produksi, mengetahui apakah kinerja perusahaan akan lebih baik apabila rencana pengembangan usaha direalisasikan, mengetahui keputusan yang paling tepat apakah menjalankan proyek pengembangan atau tidak.


(20)

20   

Analisis aspek finansial dilakukan dengan menghiung NPV, IRR, PI, BEP, PBP dan analisis sensitivitas dengan menggunakan alat bantu microsoft excel, sedangkan analisis kinerja keuangan perusahaan dilakukan dengan menghitung rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan rasio manajemen aktiva. Hasil dari penelitian ini adalah kelayakan finansial menunjukan bahwa usaha layak. Namun secara umum kriteria-kriteria penilaian investasi tanpa proyek menunjukan kondisi yang lebih baik, kecuali NPV.

Persamaan Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi Arabika (Studi Kasus PT Sumatera Specialty Cofees) dengan studi kelayakan pengembangan usaha budidaya jamur tiram Usaha Jamur Mandiri adalah kriteria penilaian dari aspek finansial dan aspek non finansial. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi Arabika (Studi Kasus PT Sumatera Specialty Cofees) tidak menghitung gross B/C dan menghitung BEP pada analisis aspek finansialnya, serta pada penelitian tesebut menganalisis kinerja keuangan perusahaan sedangkan pada penelitian studi kelayakan pengembangan usaha budi daya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri tidak.


(21)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah bisnis tersebut layak untuk dijalankan atau tidak, baik berdasarkan aspek finansial ataupun aspek non finansial. Proses analisis setiap aspek saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga hasil analisis yang diperoleh tersebut terintegrasi.

Isi laporan dari studi kelayakan pengembangan bisnis dapat menyatakan bahwa bisnis layak untuk dikembangkan atau tidak. Terkait dengan hal tersebut, jika usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri dinyatakan layak untuk dikembangkan, maka usaha tersebut akan dikembangkan.Akan tetapi, apabila hasil laporan analisis menyatakan bahwa usaha jamur tiram putih tidak layak untuk dikembangkan maka usaha tersebut tidak akan dikembangkan dan dilakukan analisis ulang (Gambar 1).

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Usaha Jamur Mandiri, Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Februari s.d Maret 2012.

3.2.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan pemilik Usaha Jamur Mandiri. Data sekunder diperoleh dari litelatur yang relevan dengan penelitian, diantaranya adalah data-data yang diperoleh dari perusahaan, buku, penelitian terdahulu, dan instansi yang terkait .


(22)

22   

Gambar 1.Kerangka Pemikiran penelitian

Layak Tidak layak Hasil

Layak

Usaha Jamur Mandiri

Produksi Jamur Tiram Putih

Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih

Proses Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih

Aspek Finansial : 1. NPV

2. IRR 3. GrossB/C 4. Net B/C 5. PBP 6. PR

7. sesitivitas

Aspek Non Finansial : 1. Aspek Pasar dan

Pemasaran 2. Aspek Teknis dan

Teknologi

3. Aspek Manajemen dan Hukum

4. Aspek Lingkungan

Tidak Layak

Implementasi Hasil


(23)

3.2.3. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek keuangan yang mencakup kriteria investasi (NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, PR, dan PBP) dan analisis sensitivitas dengan menggunakan Microsoft Excel, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi. Selain itu, analisis kuantitatif juga digunakan untuk melakukan analisis trend dan forecasting dengan menggunakan Minitab 14. Analisis kualitatif digunakan untuk menguraikan hasil analisis kuantitatif dan mendeskripsikan hasil analisis aspek non finansial.

3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.3.1. Aspek Finansial

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel. Perhitungan aspek finansial akan dihitung dengan rumus sebagai berikkut :

1. Net Present Value (NPV)

Berikut adalah rumus untuk menghitung NPV :

NPV =

/ ...(1) Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t

t = Tahun kegiatan bisnis (t=0,1,2,3,...,n), tahun awal bisa tahun 0 atau 1 tergantung karakteristik bisnisnya.

i = tingkat discount rate (%)

(discount factor pada tahun ke-t) ...(2) Jika NPV>0, maka bisnis menguntungkan dan memberikan manfaat (layak untuk dijalankan). Sedangkan jika NPV<0, maka bisnis tersebut tidak menguntungkan (tidak layak untuk dijalankan).


(24)

24   

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Berikut adalah rumus untuk menghitung Net B/C :

Net B/C =

/

/ ...(3)

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t

t `= Tahun kegiatan bisnis (t=0,1,2,3,...,n), tahun awal bisa tahun 0 atau 1 tergantung karakteristik bisnisnya.

i = tingkat discount rate (%)

Jika Net B/C>1 maka bisnis ini layak untuk dijalankan. Sedangkan jika Net B/C<1 maka bisnis ini tidak layak untuk dijalankan.

3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Berikut adalah rumus untuk menghitung Gross B/C :

Gross B/C

=

/

/ ...(4)

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t

t `= Tahun kegiatan bisnis (t=0,1,2,3,...,n), tahun awal bisa tahun 0 atau 1 tergantung karakteristik bisnisnya.

i = tingkat discount rate (%)

Jika Gross B/C>1 maka bisnis ini layak untuk dijalankan. Sedangkan jika Gross B/C<1 maka bisnis ini tidak layak untuk dijalankan.


(25)

4. Internal Rate of Return (IRR)

Berikut adalah rumus untuk menghitung IRR :

IRR= i 1 + ...(5) Keterangan :

i1 = discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) i2 = discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negatif.

Sebuah usaha dikatakan layak apabila IRR > Tingkat suku bunga diskonto (DR)

5. Pay Back Period (PBP)

Berikut adalah rumus untuk menghitung PBP :

PBP =

Tp

-1

+

∑ ∑ B ...(6) Keterangan :

Tp-1 = tahun sebelum terdapat PBP I = jumlah investasi

Bicp-1 = Jumlah benefit sebelum PBP Bp = Jumlah benefit pada PBP berada

6. Profitability Ratio (PR)

Berikut adalah rumus untuk menghitung Profitability Ratio (PR):

PI

=

/ ^

/ ^ ...(7) Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t Kt = Biaya modal pada tahun t

EP = Biaya rutin dan pemeliharaan pada tahun t i = Discount rate


(26)

26   

t = Tahun

Jika PR>1 maka bisnis layak untuk dijalankan. Jika PR<1 maka bisnis tidak layak untuk dijalankan. 7. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat tingkat kepekaan bisnis terhadap perubahan-perubahan variabel. Salah satu variabel yang dapat digunakan adalah inflasi. Metode analisis sensitivitas yang digunakan adalah metode Switching Value.

8. Analisis Trend dan Forecasting

Analisis trend yang dilakukan pada penelitian ini adalah trend pada jumlah permintaan jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri selama 36 bulan terakhir (2009-2011) dengan menggunakan Minitab 14. Hasil trend menunjukkan arah trend yang meningkat atau menurun kemudian dilakukan peramalan (forecasting) untuk 12 bulan ke depan.

3.3.2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Tujuan dari aspek ini adalah untuk menilai apakah perusahaan yang akan melakukan investasi dilihat dari segi pasar dan pemasaran memiliki peluang pasar yang diinginkan atau tidak. Dengan kata lain, seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang dikuasai oleh para pesaing.

3.3.3 Aspek Teknik dan Teknologi

  Tujuan dari studi aspek ini untuk melihat apakah secara teknis dan pilihan teknologi, rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak. Baik saat pembangunan proyek atau operasional secara rutin.

3.3.4. Aspek Manajemen dan Hukum

Studi aspek ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu perusahaan dalam membangun proyek bisnis dan mengimplementasikan bisnis secara rutin, dilihat dari aspek manajemen, bagaimana bentuk usaha yang dijalankan, serta perijinan pendirian usaha.


(27)

3.3.5. Aspek Lingkungan Hidup

Analisis aspek lingkungan hidup bertujuan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh bisnis yang dijalankan terhadap lingkungan. Apakah bisnis menyebabkan kerusakan pada lingkungan atau tidak.


(28)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Perusahaan

Usaha Jamur Mandiri terletak di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Usaha ini didirikan oleh Bapak Wardi pada tahun 2008. Usaha yang dilakukan oleh Bapak Wardi adalah membudidayakan jamur tiram putih dengan hasil produksi jamur tiram putih segar yang dijual kepada pengumpul untuk dijual kembali ke Pasar Tanah Tinggi, Tangerang.

Usaha Jamur Mandiri merupakan usaha perorangan, karena usaha ini dimiliki sendiri oleh Bapak Wardi dan sumber modal hanya berasal dari modal sendiri, serta pinjaman dari bank. Bapak Wardi selaku pemilik bertanggung jawab penuh untuk membiayai usaha dan menanggung segala risiko usahanya.

Tempat budidaya jamur tiram terletak 20 meter dari tempat tinggal pemilik, sehingga memudahkan untuk melakukan pengawasan. Struktur organisasi dari usaha ini sangat sederhana, karena pemilik sekaligus bertindak sebagai manager perusahaan. Karyawan yang dipekerjakan sebanyak dua orang yang bertugas melakukan seluruh kegiatan operasional perusahaan.

4.2. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur Mandiri 4.2.1. Analisis Trend dan Forecasting

Pengembangan pada Usaha Jamur Mandiri, dilakukan dengan meningkatkan jumlah produksi bag log. Peningkatan jumlah produksi bag log ini didasarkan pada kapasitas maksimum ruang penumbuhan (growing) yang dimiliki oleh Usaha Jamur Mandiri. Peningkatan kapasitas produksi yang dilakukan adalah sebesar 44%, sehingga jumlah bag log yang diproduksi menjadi 50.000 bag log per tahun.

Peningkatan jumlah produksi yang ada, tentu harus dapat terserap oleh pasar. Jika tidak, maka Usaha Jamur Mandiri akan mengalami kerugian. Dalam hal ini, analisis trend dan forecasting perlu dilakukan, untuk melihat kecenderungan permintaan pada tahun yang akan datang. Hasil analisis trend dan forecasting digunakan sebagai acuan bagi pemilik Usaha Jamur Mandiri dalam mengambil keputusan untuk melakukan pengembangan usaha atau tidak.


(29)

Data yang digunakan dalam analisis trend dan forecasting ini adalah data time series dari permintaan jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri selama 36 bulan sebelumnya. Data tersebut dijadikan acuan untuk melakukan peramalan selama 12 bulan ke depan. Dimana kondisi pada 12 bulan ke depan diasumsikan sama dengan kondisi 36 bulan sebelumnya. Apabila terjadi suatu perubahan kondisi, maka tidak dijelaskan dalam model ini.

Analisis trend dan forecasting dilakukan dengan menggunakan metode Double exponential Smoothing, Analisis Trend Linear, dan Analisis Trend Quadratic. Dari tiga metode yang digunakan, dipilih yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi atau yang memiliki tingkat kesalahan yang rendah. Tingkat akurasi dapat dilihat berdasarkan nilai MAPE, MAD, MSD yang rendah. Berikut merupakan nilai MAPE, MAD, dan MSD dari ketiga metode yang digunakan. Tabel 5. Nilai MAPE, MAD, MSD

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa metode yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi adalah metode Double exponential Smoothing. Metode ini selanjutnya yang digunakan untuk menganalisis trend dan foercasting. Hasil analisis trend dan forecasting dengan metode Double exponential Smoothing dapat dilihat pada gambar 2.

Jenis Peramalan MAPE MAD MSD

Double Exponential Smoothing 0,8 76,5 19893,6

Trend Linear 1,0 91,3 16628,8


(30)

30   

Gambar 2. Hasil analisis Double exponential Smoothing

Berdasarkan hasil analisis dengan metode Double exponential Smoothing, jumlah permintaan jamur tiram putih untuk satu tahun ke depan akan mengalami peningkatan. Jumlah peningkatan yang ada melebihi jumlah kapasitas produksi jamur tiram putih yang akan dilakukan dalam proyek pengembangan, sehingga jumlah produksi akan terserap seluruhnya oleh pasar (Tabel 6 ).

Tabel 6. Peramalan Permintaan Jamur Tiram Putih Tahun (2012) Ramalan Permintaan

(kg/bulan)

Kapasitas Maksimum Produksi Jamur (kg/bulan)

Januari 9702 1125

Februari 9723 1125

Maret 9744 1125

April 9765 1125

Mei 9786 1125

Juni 9807 1125

Juli 9828 1125

Agustus 9849 1125

September 9870 1125

Oktober 9891 1125 Mont h P e rm in ta a n Okt Apr Okt Apr Okt Apr Okt Apr 11000 10500 10000 9500 9000

Smo o th in g Co n stan ts A lp h a ( lev el) 0,744117 Gamma ( tr en d ) 0,023002

A ccu r acy Measu r es MA PE 0,8 MA D 76,3 MSD 19893,6

Var iab le

Fo r ecasts 95,0% PI A ctu al Fits Analisis Double Exponential smoothing


(31)

Lanjutan Tabel 6.

November 9912 1125

Desember 9933 1125

Total 117.810 13500

4.2.2. Analisis Kelayakan Aspek Pasar dan Pemasaran

Sebelum melakukan suatu bisnis, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah mengetahui potensi pasar yang akan dimasuki oleh produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan analisis aspek pasar dan pemasaran dari bisnis yang akan dijalankan. Selain itu, salah satu manfaat dari analisis aspek ini adalah sebagai titik tolak untuk melakukan penilaian apakah bisnis yang dijalankan dapat berkembang, sama seperti saat ini, atau malah akan mengalami penurunan.

Aspek pasar dan pemasaran ini dapat memberikan gambaran bagi pengusaha untuk mengetahui tingkat permintaan, penawaran, persaingan, dan ancaman dalam industri yang sama sehingga dapat mempersiapkan produk yang akan dihasilkan agar dapat bersaing dan menjadi pemimpin pasar.

a. Bentuk Pasar

Usaha Jamur Mandiri menghasilkan jamur tiram putih segar yang dijual ke pengumpul yang langsung datang ke tempat budidaya. Bentuk pasar dari usaha Jamur Mandiri ini adalah pasar persaingan sempurna. Usaha Jamur Mandiri tidak dapat menentukan harga dan mengubah harga pasar. Harga jamur tiram segar ditentukan oleh kondisi permintaan pasar. Petani yang membudidayakan dan menjual jamur tiram sangatlah banyak dan mudah keluar masuk pasar.

Pasar persaingan sempurna juga dapat dilihat pada saat perusahaan jamur mengalami kerugian, maka dapat dengan mudah meninggalkan industri tersebut. Sebaliknya, saat ada perusahaan yang ingin masuk ke dalam industri tersebut maka dapat dengan mudah untuk melakukannya. Sehingga, banyak usaha yang sejenis menjadi pesaing dalam industri ini di daerah Kecamatan Pamijahan pada khususnya dan Kabupaten Bogor pada umumnya. Tetapi, banyak juga yang tidak dapat bertahan dan mengalami kebangkrutan. Hal tersebut sebagian besar disebabkan karena pengusaha tidak membuat sendiri bag log, akan tetapi


(32)

32   

membelinya dengan harga yang tinggi. Akibatnya biaya produksi jamurnya lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh. Namun demikian, aktivitas persaingan tidaklah begitu tampak karena tidak terbatasnya jumlah produsen (sehingga pangsa pasarnya terkotak-kotak atau kecil-kecil). Selain itu, konsumen pun dapat membeli atau menjual berapa pun tanpa ada batas asal bersedia membeli atau menjual pada harga pasar.

Dari sisi konsumen, jenis pasar jamur tiram putih segar ini adalah pasar penjual kembali (Reseller). Para Reseller ini menjual kembali jamur yang dibeli dari Usaha Jamur Mandiri ke Pasar Tanah Tinggi, Tangerang.

b. Potensi Pasar Jamur Tiram Putih

Jumlah permintaan jamur pada Usaha Jamur Mandiri rata-rata berkisar antara 300 kg-400 kg per hari dan permintaan untuk pasar Tanah Tinggi sebesar 4.000 kg per hari. Akan tetapi, kapasitas maksimum produksi jamur yang dapat dihasilkan oleh Usaha Jamur Mandiri rata-rata hanya berkisar antara 30 kg-50 kg per hari. Selisih yang sangat besar tersebut membuat jamur tiram selalu habis terjual.

Berdasarkan hasil analisis trend dan forecasting, jumlah permintaan jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri untuk satu tahun ke depan akan mengalami peningkatan yaitu sebesar 117.810 kg per tahun. Jumlah peningkatan ini jauh lebih besar dari jumlah produksi yang akan dilakukan oleh Usaha Jamur Mandiri yaitu 13.500 kg per tahun. Hal ini merupakan potensi pasar yang baik dan harus dimanfaatkan oleh Usaha Jamur Mandiri.

Permintaan terhadap jamur bukan hanya berasal dari pasar tradisional, rumah makan, dan restoran. Akan tetapi dapat pula berasal dari industri rumahan yang membuat produk differensial dari jamur, seperti jamur crispy yang saat ini mulai banyak di kembangkan. Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa permintaan jamur tiram putih segar sangatlah tinggi sedangkan penawaran yang ada saat ini belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar yang ada.

Hal yang dilakukan oleh Usaha Jamur Mandiri untuk dapat memasok jamur untuk pelanggannya setiap hari adalah dengan menjaga kontinuitas produksi. Oleh sebab itu, strategi yang dilakukan oleh Usaha Jamur Mandiri


(33)

adalah dengan melakukan pembuatan bag log (media tanam) setiap lima hari sekali.

c. Analisis Persaingan

Sebagai salah satu kecamatan penghasil jamur tiram di Jawa Barat, di Kecamatan Pamijahan terdapat banyak petani jamur tiram yang menjadi pesaing bagi Usaha Jamur Mandiri. Akan tetapi, karena jumlah permintaan jamur tiram yang begitu besar setiap harinya, saat pembeli kekurangan pasokan jamur, para petani jamur biasanya saling merekomendasikan tempat budidaya jamur lainnya yang ada di daerah sekitar kepada para pembeli.

Para petani jamur di Kecamatan Pamijahan, saling membantu satu sama lain dalam hal pemenuhan bahan baku dan saling berbagi ilmu dalam teknik pembudidayaan. Saat salah satu petani jamur kekurangan bag log, maka petani lainnya siap untuk membantu menyediakan. Jadi, persaingan antar produsen jamur tiram di Kecamatan Pamijahan tidak tampak.

d. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Manajemen pemasaran dipecah atas beberapa kebijakan pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran. Bauran pemasaran ini memberikan gambaran atas kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Bauran pemasaran suatu produk terdiri dari komponen produk (product), harga (price), distribusi (place), dan pomosi (promotion).

1). Produk (Product)

Usaha Jamur Mandiri menghasilkan jamur tiram putih segar yang dipanen setiap hari dan dijual kepada pengumpul. Jamur tiram yang dijual hanyalah jamur tiram yang memiliki kondisi yang baik dan sudah lolos tahap penyortiran. Jamur tiram yang dijual adalah jamur tiram yang memiliki diameter tidak terlalu kecil dan tidak pula terlalu besar, yaitu kira-kira yang berdiameter 5 cm-14 cm. Jika jamur yang dijual terlalu kecil atau terlalu besar, maka harga jualnya akan rendah.

Jamur yang dijual dikemas dalam plastik berukuran 5 kg, kemudian diikat dengan menggunakan tali. Proses pengemasan dilakukan dengan cara disusun rapi di dalam karung agar jamur tidak rusak saat dibawa oleh pembeli.


(34)

34   

2). Harga (Price)

Harga jual yang diterima saat ini oleh Usaha Jamur Mandiri adalah harga yang berlaku di pasar, yaitu sebesar Rp. 8.000,00 per kg. Harga jual jamur tiram sebenarnya relatif stabil yaitu berkisar antara Rp. 7.000,00-Rp. 9.000,00 per kg. Harga jual di pedagang pengecer berkisar Rp. 10.000,00-Rp. 12.000,00 per kg. 3). Distribusi (Place)

Distribusi merupakan hal penting yang harus diperhatikan agar konsumen dapat memperoleh produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Usaha Jamur Mandiri adalah produsen jamur tiram putih segar yang melakukan transaksi (penjualan) kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul bertindak sebagai pelantara yang menjual kembali jamur kepada pedagang pengecer. Kemudian para pengecer menjual kembali jamur tersebut kepada konsumen akhir. Saluran distribusi yang dilakukan oleh Usaha Jamur Mandiri dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Saluran Distribusi Usaha Jamur Mandiri 4). Promosi (Promotion)

Promosi merupakan salah satu dari kegiatan pemasaran yang memiliki peranan yang penting bagi suatu perusahaan. Tanpa promosi, target pasar tidak akan mengetahui keberadaan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Upaya yang dilakukan oleh Usaha Jamur Mandiri untuk mempromosikan produknya adalah dengan melakukan hubungan baik dengan para petani jamur lainnya yang ada di sekitar Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Cibungbulang. Karena saat konsumen kekurangan pasokan jamur, petani merekomendasikan petani jamur lainnya kepada pembeli. Dari situlah para konsumen mulai mengetahui keberadaan usaha yang dilakukan oleh Usaha Jamur Mandiri. Selain itu, konsumen pun berperan dalam kegiatan promosi Usaha Jamur Mandiri. Konsumen mengetahui keberadaan Usaha Jamur Mandiri dari konsumen lain. Dengan kata lain, promosi yang dilakukan bersifat mulut ke mulut (word of mouth).

Usaha Jamur Mandiri

Pedagang Pengumpul

Pedagang pengecer

Konsumen akhir


(35)

4.2.3. Analisis Kelayakan Aspek Teknik dan Teknologi 4.2.3.1. Lokasi Budidaya Jamur Tiram Putih

Lokasi Usaha Jamur Mandiri terletak di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Lokasi ini merupakan salah satu desa yang berada di kawasan kaki Gunung Salak yang merupakan daerah dataran tinggi dengan rata-rata curah hujan yang tinggi.

Lokasi Usaha Jamur Mandiri dekat dengan lokasi pembelian bahan baku. Bahan baku utama seperti serbuk kayu, dedak, tepung jagung, kapur, dan tepung aren diperoleh dari tempat pemotongan kayu, penggilingan, toko grosir, dan toko bangunan yang berada dekat dengan lokasi Usaha Jamur Mandiri. Selain itu, harga beli dari serbuk dan dedak sudah termasuk ongkos kirim ke lokasi budidaya, sehingga untuk penyediaan bahan baku utama tersebut, pemilik Usaha Jamur Mandiri tidak memerlukan biaya tambahan. Hasil produksi dijual kepada para pengumpul yang datang langsung ke lokasi budidaya, sehingga Usaha Jamur Mandiri tidak memerlukan tambahan biaya transportasi untuk mengirim hasil produksi ke pasar.

Pengaturan tata letak bangunan kumbung serta perlatan lainnya merupakan syarat penting dalam analisis teknik dan teknologi, karena dapat memengaruhi efisiensi dan efektifitas kerja dalam proses budidaya jamur tiram putih. Budidaya jamur tiram putih pada Usaha jamur Mandiri memiliki satu kumbung yang terdiri dari ruang penumbuhan (growing), pengadukan, inkubasi, pembibitan, dan gudang. Terdapat dua gudang, gudang pertama untuk menyimpan bahan baku dan gudang kedua digunakan unuk menyimpan peralatan serta perlengkapan.

Luas bangunan kumbung yang dimiliki Usaha Jamur Mandiri adalah 400 m2. Luas bangunan tersebut terdiri dari 25 m x11 m ruang penumbuhan, 6 m x 5 m ruang inkubasi, 5 m x 5 m ruang pembibitan (inokulasi), 5 m x 5 m ruang pengadukan dan pengukusan, 6 m x 5 m gudang I, dan 3 m x 5 m gudang II. Masing-masing ruang tersebut ditempatkan sesuai dengan urutan proses produksi dan hanya disekat dengan menggunakan dinding bambu, sehingga memudahkan dalam proses pemindahan bahan baku serta bag log dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.


(36)

36   

Terdapat sepuluh rak dalam ruang penumbuhan, masing-masing rak terdiri dari lima level, dan satu level dapat menampung seribu bag log. Rak tersebut diletakan memanjang. Terdapat dua baris rak, masing-masing baris terdiri dari lima rak. Peletakan rak tersebut memudahkan untuk penyiraman dan pemanenan jamur. Sketsa rak dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2.3.2. Budidaya Jamur Tiram Putih di Lokasi Penelitian

Pembudidayaan jamur tiram di lokasi penelitian relatif mudah, karena faktor alam yang mendukung. Suhu rata-rata di Desa gunung Picung berkisar antara 24 OC-28 OC dengan tingkat kelembaban yang tinggi.

Salah satu hal penting yang perlu dipehatikan dalam budidaya jamur tiram putih adalah tempat produksi jamur tiram, yang disebut dengan kumbung. Kumbung dibuat sesuai dengan kapasitas produksi. Usaha Jamur Mandiri memiliki satu buah kumbung yang memiliki luas total 400 m2, yang terdiri dari ruang penumbuhan, ruang inkubasi, ruang pembibitan, ruang pengadukan bahan baku, ruang sterilisasi, dan gudang.

Kumbung yang dimiliki oleh Usaha Jamur Mandiri terbuat dari bambu dan dan berdinding bilik, sehingga kelembaban dan suhu udara dapat tetap terjaga. Budidaya jamur tiram dapat dilakukan dengan peralatan dan perlengkapan yang sederhana seperti cangkul, sekop, bambu, dan alat sterilisasi (drum yang dilapisi plastik meteran tahan panas di bagian dalamnya).

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan bag log terdiri dari serbuk gergaji, dedak, kapur, tepung aren, tepung jagung, dan ditambahkan beras untuk menambah nutrisi pada media tanam. Bahan-bahan yang digunakan harus dalam keadaan yang baik, misalnya saja serbuk gergaji. Serbuk gergaji yang digunakan tidak boleh berasal dari kayu yang mengandung bahan pengawet atau yang bertekstur terlalu keras, tidak boleh berjamur, dan harus kering. Jika bahan yang digunakan kurang baik, maka hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan jamur tiram.

Keberhasilan budidaya jamur tiram putih sangat ditentukan oleh proses pembudidayaan dan pemeliharaan. Proses pembudidayaan yang dilakukan pada Usaha Jamur Mandiri terdiri dari proses pesiapan dan pengadukan bahan-bahan,


(37)

pembungkusan, pengukusan media (sterilisasi), pembibitan, inkubasi, penumbuhan, serta pemanenan.

1. Tahap Persiapan dan Pengadukan Bahan

Tahap persiapan merupakan kegiatan menyiapkan semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat bag log. Pada tahap ini, semua bahan yang dibutuhkan ditakar sesuai dengan komposisi. Proporsi masing-masing bahan tidak boleh melebihi atau kurang dari komposisi karena akan menghambat pertumbuhan jamur dan akan mengakibatkan kegagalan.

Tahap pengadukan merupakan kegiatan mencampur semua bahan yang sudah disiapkan dan ditakar. Pada tahap ini serbuk kayu yang sudah disiapkan dicampur dengan bahan-bahan lainnya seperti kapur, tepung maizena, tepung jagung, beras, dan dicampur dengan air sebanyak 40%-50%. Jika air yang dicampurkan terlalu banyak, maka akan menambah lama waku sterilisasi dan bag log pun akan mudah membusuk. Setelah semua bahan dicampur, kemudian diaduk rata hingga bahan bisa dikepal akan tetapi tidak berair. Bahan-bahan yang dicampur tidak boleh ada yang menggumpal, karena akan menghambat pertumbuhan jamur. Setelah diaduk rata, bahan-bahan tidak langsung dibungkus plastik, akan tetapi difermentasi terlebih dahulu selama satu malam, barulah setelah itu di bungkus plastik bag log .

2. Tahap Pembungkusan

Bahan-bahan yang sudah diaduk dan difermentasi selanjutnya dimasukan ke dalam kantong plastik untuk pembuatan bag log. Setelah bahan dimasukan ke dalam plastik, kemudian dipadatkan dengan menggunakan bambu agar terbentuk bag log yang baik dan padat. Jika bag log tidak padat, maka akan menyebabkan bag log cepat membusuk dan menghambat pertumbuhan jamur. Setelah dipadatkan, barulah ujung plastik diikat dengan menggunakan karet.

3. Tahap Sterilisasi

Bahan-bahan yang sudah selesai dimasukan kedalam plastik bag log, selanjutnya disterilsasi dengan cara dikukus dalam drum yang dilapisi plastik


(38)

38   

tahan panas di bagian dalamnya. Proses sterilisasi ini membutuhkan waktu delapan jam dengan suhu berkisar antara 90 OC-100 OC.

Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk mematikan atau membunuh bakteri patogen yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur atau pun bibit jamur. Bahan bakar yang digunakan pada proses ini adalah bahan bakar gas. Bahan bakar gas ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang merata saat proses pengukusan, sehigga dapat mengurangi tingkat kegagalan pada budidaya jamur tiram putih

Setelah delapan jam dikukus, selanjutnya bag log didinginkan selama satu malam, sampai mencapai suhu 35 OC-40 OC. Apabila bibit dimasukan ke dalam bag log yang masih panas, maka bibit akan mati dan tidak tumbuh.

4. Tahap Pembibitan (Inokulasi)

Setelah bag log didinginkan selanjutnya dilakukan proses pembibitan. Pembibitan ini dilakukan dengan memasukan bibit yang sudah dibeli dan sudah memutih kedalam bag log dengan menggunakan spatula atau sendok bibit.

Sebelum spatula digunakan untuk pembibitan, spatula tersebut harus disterilisasi dengan alkohol dan dipanaskan. Ujung plastik bag log dipasang cincin bambu, ditutup kertas, dan diikat karet. Tujuan penutupan ujung bag log dengan kertas adalah agar tidak terlalu banyak oksigen yang masuk ke dalam media yang dapat menghambat pertumbuhan jamur.

Keberhasilan proses pembibitan ini sangat tergantung dari kebersihan dari para pekerja, alat-alat yang digunakan, serta tempat pembibitan. Karena proses pembibitan ini sangat rentan terkontaminasi. Oleh karena itu, sebelum proses pembibitan ini, semua alat-alat, tempat, dan pekerja harus disterilisasi dengan menggunakan alkohol. Semua alat dan tempat disemprot dengan alkohol, dan pekerja harus mencuci tangannya dengan alkohol.

5. Tahap Inkubasi

Setelah media diberi bibit, selanjutnya media tersebut diinkubasi sampai misselium tumbuh dalam media. Tahap inkubasi ini memerlukan waktu tujuh hari sampai bisa dipindahkan ke ruang penumbuhan. Ciri-ciri misselium tumbuh pada


(39)

bag log adalah memutihnya media karena dipenuhi oleh misselium. Ruang untuk inkubasi harus diperhatikan suhu dan kelembabannya. Suhu pada ruangan ini harus stabil, tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Suhu ruangan yang dibutuhkan untuk proses inkubasi ini adalah berkisar antara 24 OC-26 OC.

6. Tahap Penumbuhan (Growing)

Setelah misselium tumbuh dalam bag log, selajutnya bag log dipindahkan ke dalam ruang penumbuhan. Bag log disusun sedemikian rupa pada rak dengan posisi tegak. Jarak antar bag log harus diperhatikan, agar tidak tumpang tindih yang akan menghambat jamur untuk tumbuh serta meyulitkan untuk melakukan pemanenan.

Jika misselium mulai tumbuh buah dan menembus kertas, maka kertas harus dibuka agar tidak menghambat pertumbuhan jamur. Pembukaan kertas ini akan memberikan oksigen yang cukup untuk jamur, sehingga dapat tumbuh dengan baik. Waktu dari masa tumbuh tubuh buah sampai ke panen pertama adalah sekitar 3-4 hari.

Ruang penumbuhan yang digunakan merupakan ruang yang terbuat dari bilik bambu, beralaskan tanah, dan terdapat sepuluh rak. Kelembaban udara di ruangan ini haruslah dijaga yaitu berikisar antara 85%-90% dan suhu antara 18O C-22OC. Jika musim kemarau, penyiraman jamur dan ruangan dilakukan lebih sering, agar kelembaban udaranya tetap terjaga. Selain suhu dan kelembapan, faktor lain yang harus diperhatikan adalah pencahayaan dan ventilasi ruangan. Karena cahaya yang langsung mengenai media tanam dan sirkulasi udara yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan jamur. Oleh karena itu, ruang penumbuhan jamur harus tetap teduh dan memiiliki ventilasi udara yang baik. 7. Tahap Pemanenan

Panen pertama dilakukan 3-4 hari setelah tubuh buah jamur tumbuh. Jamur yang dipanen adalah jamur yang sudah tumbuh optimal yaitu yng memiliki diameter tudung berkisar 5 cm-14 cm. Kegiatan pemanenan biasanya dilakukan pagi hari, sehingga jamur masih tetap segar saat pembeli datang.


(40)

40   

Setiap bag log bisa menghasilkan rata-rata 0,3 kg jamur tiram, mulai dari panen pertama hingga bag log tidak bisa berproduksi lagi. Pemanenan jamur harus hati-hati, jamur harus dicabut satu rumpun hingga ke akar. Panen tidak dilakukan dengan hanya memotong jamur yang besar saja, karena dalam satu rumpun jamur tidak memiliki tingkat pertumbuhan yang sama. Apabila saat panen hanya mengambil jamur yang besar saja, jamur kecil yang tertinggal akan layu dan mati. Setelah rumpun jamur diambil, bagian atas log harus dibersihkan dari akar-akar jamur yang tertinggal, karena hal tersebut akan menghambat pertumbuhan jamur yang berikutnya.

Jamur hasil panen dipotong bagian akar nya dan disortir dengan memisahkan jamur tiram putih yang baik dengan yang rusak. Setelah itu, jamur didiamkan sekitar sepuluh menit sebelum dikemas dan ditimbang. Hal ini dilakukan agar jamur tidak menguap di dalam plastik kemasan yang dapat menyebabkan jamur menjadi layu, karena jamur yang baru saja dipanen masih tinggi kadar airnya. Setelah didiamkan, barulah jamur dikemas ke dalam plastik ukuran 5 kg, kemudian ditimbang.

4.2.3.3. Ketersediaan Tenaga Kerja

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan tenaga kerja yang terampil dengan upah yang terjangkau. Desa Gunung Picung merupakan salah satu kawasan pertanian di Kecamatan Pamijahan. Penduduknya sebagian besar bermatapencarian sebagai petani dan sudah akrab dengan kegiatan pertanian. Oleh karena itu, untuk memperoleh tenaga kerja yang terampil tidaklah sulit. Kegiatan budidaya jamur tiram pada Usaha Jamur Mandiri memiliki dua orang karyawan dengan upah per hari Rp. 23.000,00 per orang dengan waktu kerja mulai dari pukul enam pagi hingga pukul tiga sore.

4.2.4. Analisis Kelayakan Aspek Manajemen dan Hukum

Manajemen sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha, tanpa manajemen yang baik, sulit untuk suatu usaha dapat berkembang. Aspek manajemen yang dikaji mencakup empat fungsi manajerial yaitu Planning, organizing, actuating, dan controlling.


(41)

Planning merupakan perencanaan yang akan dilakukan oleh pemilik dalam mengembangkan usahanya. Bapak Wardi selaku pemilik Usaha Jamur Mandiri telah melakukan perencanaan untuk mengembangkan usahanya terkait dengan potensi pasar yang baik. Seperti perencanaan investasi yang akan dilakukan, biaya operasional dan biaya tetap yang akan dikeluarkan, serta pendapatan yang akan diproleh. Selain itu, Bapak Wardi telah berencana untuk membuat ijin usaha, apabila usaha budidaya jamur tiram putih yang saat ini dijalankan sudah memiliki skala usaha yang lebih besar.

Organizing dan actuating merupakan pembagian tugas, peran, serta kegiatan yang dilakukan oleh pemilik dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram putih. Struktur organisasi pada Usaha Jamur Mandiri sangat sederhana. Pemilik usaha bertindak juga sebagi manajer yang bertanggung jawab terhadap jalannya kegiatan usaha serta menanggung kerugian yang dialami. Terdapat dua orang karyawan yang dipekerjakan. Kedua karyawan tersebut bertugas menjalankan kegiatan operasional perusahaan, mulai dari tahap persiapan dan pengadukan bahan hingga pemanenan.

Controlling merupakan kegiatan yang dilakukan pemilik usaha dalam mengendalikan usahanya. Bapak Wardi setiap hari memantau kinerja dari karyawannya, mulai dari proses persiapan dan pengadukan bahan, pembungkusan media, pembibitan, inkubasi, penumbuhan, pemanenan, pengemasan, penimbangan, termasuk pengontrolan suhu dan kelembaban kumbung untuk budidaya jamur tiram putih.

Berdasarkan aspek hukum, Usaha Jamur Mandiri merupakan usaha perorangan, karena usaha ini dimiliki sendiri oleh Bapak Wardi dan sumber modal hanya berasal dari modal sendiri serta pinjaman dari bank. Bapak Wardi selaku pemilik bertanggung jawab penuh untuk membiayai usaha dan menanggung segala risiko usahanya.

Usaha Jamur Mandiri saat ini belum memiliki surat ijin pendirian usaha. Akan tetapi, pemilik usaha sudah merencanakan untuk memiliki surat ijin apabila usahanya telah memiliki skala yang lebih besar dari saat ini.


(42)

42   

4.2.5. Analisis Aspek Lingkungan

Pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan bisnis, merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan suatu bisnis. Perlu strategi dalam mengelola limbah, apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka bisnis yang dijalankan akan merusak dan merugikan lingkungan sekitar.

Kegiatan budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. Bahan yang digunakan merupakan bahan-bahan organik yang aman dan tidak membahayakan, seperti serbuk gergaji, dedak, tepung, dan beras. Limbah yang dihasilkan dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah bag log yang sudah tidak bisa berproduksi lagi. Limbah tersebut dimanfaatkan oleh pemilik untuk menimbun lahan dataran rendah yag berada disekitar area kumbung, sedangkan plastik bag log nya dibakar.

4.2.6. Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Aspek finansial berfungsi untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan, seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh perusahaan, jika usaha budidaya jamur tiram putih ini dijalankan pada kondisi tanpa proyek pengembangan dan pada kondisi dengan proyek pengembangan. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam menentukan kriteria kelayakan antara lain :

a. Analisis Kelayakan Usaha dibedakan ke dalam tiga skenario.

b. Skenario A : Kondisi tanpa proyek pengembangan dengan tahun analisis 2012-2018, harga yang digunakan adalah harga setelah terjadi inflasi dan diskon faktor yang digunakan adalah 12 %.

c. Skenario B : Kondisi dengan proyek pengembangan dengan tahun analisis 2012-2018, harga yang digunakan adalah harga setelah terjadi inflasi dan diskon faktor yang digunakan adalah 12 %.

d. Skenario C : Kondisi dengan proyek pengembangan dengan tahun analisis 2008-2018. Pada tahun 2008-2011 menggunakan harga tahun dasar (2008) dan tahun 2012-2018 menggunakan harga setelah terjadi inflasi, serta diskon faktor yang digunakan adalah 14%.


(43)

e. Tingkat inflasi yang digunakan berdasarkan rataan sasaran inflasi dari tahun 2008-2012 sebesar 6% (5%+1) (Sumber : www.bi.go.id, 2012). f. Nilai investasi awal tahun analisis pada skenario A, merupakan nilai

investasi pada tahun 2008 yang telah mengalami penyusutan.

g. Nilai investasi awal tahun analisis pada kenario B, merupakan nilai investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan, ditambah dengan nilai penyusutan investasi yang dibeli pada tahun 2008.

h. Hari kerja diasumsikan 350 hari/tahun.

i. Periode pembuatan bag log pada Usaha Jamur Mandiri dilakukan setiap 5 hari sekali. Jadi, dalam satu tahun membuat bag log sebanyak 70 kali. j. Pembuatan bag log pada studi kelayakan tanpa proyek pengembangan

diasumsikan sama yaitu 400 bag log per satu kali periode pembuatan. Jadi, dalam satu tahun menghasilkan 28000 bag log.

k. Pembuatan bag log pada studi kelayakan dengan proyek pengembangan diasumsikan sama yaitu 715 bag log per satu periode pembuatan. Jadi, dalam satu tahun menghasilkan 50.000 bag log. Hal ini disesuaikan dengan kapasitas maksimum ruang penumbuhan (growing) yang dimiliki oleh Usaha Jamur Mandiri.

l. Produktifitas rata-rata jamur tiram putih di Usaha Jamur Mandiri adalah 0,3 kg per bag log. Jadi, setiap tahun diasumsikan hasil produksi jamur 7.560 kg (kondisi tanpa proyek pengembangan) dan 13.500 kg (kondisi dengan proyek pengembangan)

m. Tingkat kegagalan pembuatan bag log mencapai 10%, hal ini berdasarkan pengalaman Usaha Jamur Mandiri dalam melakukan budidaya jamur tiram putih.

n. Harga jual yang digunakan adalah harga tetap, yaitu rata-rata harga jual selama dua tahun terakhir sebesar Rp. 8.000,00 per kg.

o. Penjualan diasumsikan sama setiap tahunnya yaitu Rp. 60.480.000,00 (kondisi tanpa pengembangan) dan Rp. 108.000.000,00 (kondisi dengan pengembangan).

p. Usaha Jamur Mandiri memperoleh pinjaman sebesar Rp. 40.000.000,00 dari Bank BJB pada tahun 2008 dengan periode pembayaran kredit selama


(44)

44   

tiga tahun dan tingkat suku bunga 14% per tahun. Pada tahun 2011 memperoleh kembali pinjaman sebesar Rp. 28.000.000,00 dengan periode pembayaran kredit selama tiga tahun dan tingkat suku bunga 12% per tahun.

q. Biaya pemeliharaan kumbung diasumsikan 10% per tahun dari nilai kumbung.

r. Perhitungan penyusutan nilai asset menggunakan metode garis lurus. s. Skenario sensitivitas menggunakan parameter inflasi mulai dari 5%-30%

dengan metode Switching Value.

t. Pajak yang dikenakan terhadap usaha budidaya jamur tiram putih Usaha Jamur Mandiri merupakan pajak penghasilan yang dikenakan berdasarkan tarif pajak menurut UU RI No. 17 tahun 2007 tentang Tarif Umum PPh wajib pajak badan usaha dan perorangan.

• Rugi : Tidak dikenakan pajak.

• Pendapatan < 50 juta : Dikenakan pajak 10%.

• Pendapatan 50 juta -100 juta : 50 juta dikenakan pajak 10%, ditambah selisih setelah dikurang 50 juta dikenakan pajak 15%.Pendapatan.

• Pendapatan > 100 juta : 50 juta dikenakan pajak 10%, ditambah 50 juta dikenakan pajak 15 % ditambah selisih pendapatan setelah dikurang 10 juta dikenakan pajak 30%.

1. Kebutuhan dan Sumber Dana

Modal yang dibutuhkan oleh Usaha Jamur Mandiri dalam membudidayakan jamur tiram putih terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang digunakan untuk membeli kebutuhan investasi pada awal usaha akan dijalankan. Sedangkan modal kerja mencakup biaya produksi, pemeliharaan, pembayaran pajak, dan yang lainnya. Modal ini menggambarkan pengeluaran yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk, yang harus dikeluarkan pada setiap periode poduksi.

Total rencana kebutuhan modal pada awal pendirian usaha adalah sebesar Rp. 96.481.000,00 yang terdiri dari modal investasi sebesar Rp. 73.410.500,00


(1)

inflasi (%) 5 10 15 20 25 30

tahun Total benefit Total Biaya

0 60.480.000 114.910.259 120.655.772 126.401.285 132.146.798 137.892.311 143.637.824 1 60.480.000 48.722.316 51.158.432 53.594.548 56.030.664 58.466.780 60.902.895 2 60.480.000 48.722.316 51.158.432 53.594.548 56.030.664 58.466.780 60.902.895 3 60.510.000 43.450.829 45.623.370 47.795.911 49.968.453 52.140.994 54.313.536 4 108.050.000 74.287.984 78.002.383 81.716.782 85.431.181 89.145.580 92.859.980 5 108.356.500 74.601.193 78.331.252 82.061.312 85.791.371 89.521.431 93.251.491 6 108.030.000 59.947.961 62.945.359 65.942.757 68.940.155 71.937.553 74.934.951 7 108.041.800 60.371.961 63.390.559 66.409.157 69.427.755 72.446.353 75.464.951 8 108.161.000 60.689.961 63.724.459 66.758.957 69.793.455 72.827.953 75.862.451 9 108.041.800 62.579.729 65.708.716 68.837.702 71.966.688 75.095.675 78.224.661 10 111.463.900 93.433.361 98.105.029 102.776.697 107.448.365 112.120.033 116.791.701

Selisih

2008 -54.430.259 -60.175.772 -65.921.285 -71.666.798 -77.412.311 -83.157.824 2009 11.757.684 9.321.568 6.885.452 4.449.336 2.013.220 -422.895 2010 11.757.684 9.321.568 6.885.452 4.449.336 2.013.220 -422.895 2011 17.059.171 14.886.630 12.714.089 10.541.547 8.369.006 6.196.464 2012 33.762.016 30.047.617 26.333.218 22.618.819 18.904.420 15.190.020 2013 33.755.307 30.025.248 26.295.188 22.565.129 18.835.069 15.105.009 2014 48.082.039 45.084.641 42.087.243 39.089.845 36.092.447 33.095.049 2015 47.669.839 44.651.241 41.632.643 38.614.045 35.595.447 32.576.849 2016 47.471.039 44.436.541 41.402.043 38.367.545 35.333.047 32.298.549 2017 45.462.071 42.333.084 39.204.098 36.075.112 32.946.125 29.817.139 2018 18.030.539 13.358.871 8.687.203 4.015.535 -656.133 -5.327.801


(2)

Tahun pajak

2008

2009 1.175.768 932.157 688.545 444.934 201.322 (42.290) 2010 1.175.768 932.157 688.545 444.934 201.322 (42.290) 2011 1.705.917 1.488.663 1.271.409 1.054.155 836.901 619.646 2012 3.376.202 3.004.762 2.633.322 2.261.882 1.890.442 1.519.002 2013 3.375.531 3.002.525 2.629.519 2.256.513 1.883.507 1.510.501 2014 4.808.204 4.508.464 4.208.724 3.908.984 3.609.245 3.309.505 2015 4.766.984 4.465.124 4.163.264 3.861.404 3.559.545 3.257.685 2016 4.747.104 4.443.654 4.140.204 3.836.754 3.533.305 3.229.855 2017 4.546.207 4.233.308 3.920.410 3.607.511 3.294.613 2.981.714 2018 1.803.054 1.335.887 868.720 401.553 (65.613) (532.780)

Tahun DF

2008 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

2009 0,95 0,91 0,87 0,83 0,80 0,77

2010 0,91 0,83 0,76 0,69 0,64 0,59

2011 0,86 0,75 0,66 0,58 0,51 0,46

2012 0,82 0,68 0,57 0,48 0,41 0,35

2013 0,78 0,62 0,50 0,40 0,33 0,27

2014 0,75 0,56 0,43 0,33 0,26 0,21

2015 0,71 0,51 0,38 0,28 0,21 0,16

2016 0,68 0,47 0,33 0,23 0,17 0,12

2017 0,64 0,42 0,28 0,19 0,13 0,09


(3)

Tahun Manfaat bersih 2008 (54.430.259) (60.175.772) (65.921.285) (71.666.798) (77.412.311) -83.157.824 2009 10.581.915 8.389.411 6.196.907 4.004.403 1.811.898 -380.606 2010 10.581.915 8.389.411 6.196.907 4.004.403 1.811.898 -380.606 2011 15.353.254 13.397.967 11.442.680 9.487.392 7.532.105 5.576.818 2012 30.385.815 27.042.855 23.699.896 20.356.937 17.013.978 13.671.018 2013 30.379.777 27.022.723 23.665.669 20.308.616 16.951.562 13.594.508 2014 43.273.835 40.576.177 37.878.519 35.180.860 32.483.202 29.785.544 2015 42.902.855 40.186.117 37.469.379 34.752.640 32.035.902 29.319.164 2016 42.723.935 39.992.887 37.261.839 34.530.790 31.799.742 29.068.694 2017 40.915.864 38.099.776 35.283.688 32.467.600 29.651.513 26.835.425 2018 16.227.485 12.022.984 7.818.483 3.613.981 (590.520) -4.795.021

Tahun NPV

2008 -54.430.259 -60175772 -65921285 -71666798 -77412311 -83157824

2009 10.078.015 7626737 5388615 3337002 1449519 -292774

2010 9.598.109 6933398 4685752 2780835 1159615 -225211

2011 13262718 10066091 7523748 5490389 3856438 2538379

2012 24998485 18470634 13550493 9817196 6968925 4786604

2013 23803350 16778985 11766020 8161577 5554688 3661396

2014 32291602 22904194 16375929 11781999 8515277 6170856

2015 30490258 20621832 14086127 9698824 6718416 4672487

2016 28917241 18656977 12180961 8030758 5335111 3563516

2017 26374731 16158024 10029826 6292438 3979759 2530570

2018 9962268 4635381 1932609 583678 -63407 -347822

Total 155346517 82676480 31598795 -5692101 -33937971


(4)

Tahu

n Net B/C

2008 (54.430.259) (60.175.772) (65.921.285) (71.666.798) (77.412.311)

(83.157.824) 2009 10.078.015 7.626.737 5.388.615 3.337.002 1.449.519

(292.774) 2010 9.598.109 6.933.398 4.685.752 2.780.835 1.159.615

(225.211) 2011 13.262.718 10.066.091 7.523.748 5.490.389 3.856.438 2.538.379 2012 24.998.485 18.470.634 13.550.493 9.817.196 6.968.925 4.786.604 2013 23.803.350 16.778.985 11.766.020 8.161.577 5.554.688 3.661.396 2014 32.291.602 22.904.194 16.375.929 11.781.999 8.515.277 6.170.856 2015 30.490.258 20.621.832 14.086.127 9.698.824 6.718.416 4.672.487 2016 28.917.241 18.656.977 12.180.961 8.030.758 5.335.111 3.563.516 2017 26.374.731 16.158.024 10.029.826 6.292.438 3.979.759 2.530.570 2018 9.962.268 4.635.381 1.932.609 583.678

(63.407)

(347.822) NPV Positif 209.776.777 142.852.253 97.520.080 65.974.697 43.474.340

NPV

Negatif (54.430.259,2) (60.175.772) (65.921.285) (71.666.798) (77.412.311) Net B/C

3,9

2,4

1,5

0,9


(5)

Tahap pengadukan Tahap Pembungkusan Bag Log Jamur Siap Jual


(6)

JUWITA RAHMAWATI. H24080005.

Analisis Kelayakan Pengembangan

Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Kasus : Usaha Jamur Mandiri, Kabupaten

Bogor). Di bawah bimbingan

ABDUL KOHAR IRWANTO

Salah satu komoditi pertanian Indonesia yang saat ini mengalami ketidak

seimbangan antara permintaan dan penawarannya adalah jamur tiram putih.

Tingginya permintaan akan jamur tidak diiringi oleh peningkatan produksi jamur

dalam negeri. Kondisi ini memberikan peluang bagi para petani jamur tiram putih

khususnya Usaha Jamur Mandiri untuk mengembangkan usahanya. Tujuan dari

penelitian ini adalah 1). Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya

jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri berdasarkan pada aspek finansial

dan non finansial. 2). Menganalisis sensitivitas pengembangan usaha budidaya

jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri terhadap inflasi. 3).

Membandingkan dan menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih

pada Usaha Jamur Mandiri pada kondisi tanpa proyek pengembangan dan dengan

proyek pengembangan.

Analisis kelayakan pengembangan usaha dibagi menjadi tiga skenario,

yaitu skenario A (tanpa proyek pengembangan), skenario B dan C (dengan proyek

pengembangan). Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi pada skenario A

diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 31.249.250,-, IRR 34,4%, Net B/C sebesar 1,68,

gross B/C sebesar 1,15, PR sebesar 2,476, dan PBP selama 5tahun 11 bulan 23

hari. Pada skenario B diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 123.041.025,-, IRR sebesar

127,16%, Net B/C sebesar 5,42, gross B/C sebesar 1,34, PR sebesar 3,84, dan

PBP 2 tahun 10 bulan 24 hari. Pada skenario C diperoleh nilai NPV sebesar Rp.

76.000.577,-, IRR sebesar 35,67%, Net B/C sebesar 2,4, gross B/C sebesar 1,21,

PR sebesar 3,45, dan PBP 5 tahun 6 bulan 16 hari. Berdasarkan analisis kriteria

investasi ini Usaha Jamur Mandiri layak untuk dijalankan dan akan lebih

menguntungkan jika dikembangkan, karena nilai dari semua kriteria investasi

pada kondisi dengan proyek pengembangan selalu lebih besar dari kondisi tanpa

pengembangan dan waktu pengembalian investasinya pun lebih cepat.

Berdasarkan hasil analisis aspek pasar dan pemasaran, Usaha Jamur

Mandiri layak untuk dijalankan dan dikembangkan, karena potensi pasar yang ada

memberikan peluang bagi Usaha Jamur Mandiri untuk dapat mengembangkan

usahanya. Berdasarkan hasil analisis aspek teknik dan teknologi Usaha Jamur

Mandiri layak untuk dijalankan, karena lokasi, peralatan, ketersediaan tenaga

kerja yang mendukung jalannya usaha. Berdasarkan analisis aspek manajemen,

Usaha Jamur Mandiri layak untuk dijalankan dan dikembangkan, karena semua

fungsi manjemen yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha seperti planning,

organizing, actuating, dan

controlling sudah dapat dijalankan dengan baik.

Bentuk Usaha Jamur Mandiri adalah usaha perorangan dan belum memiliki ijin

pendirian usaha, akan tetapi pemilik sudah merencanakan untuk membuat ijin

pada usahanya. Berdasarkan analisis aspek lingkungan, Usaha Jamur Mandiri

layak untuk dijalankan, karena tidak menghasilkan limbah yang berbahaya dan

pengeloaannya yang sudah baik. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas yang

dilakukan dengan parameter inflasi dapat disimpulkan bahwa kondisi tanpa

proyek pengembangan lebih peka terhadap perubahan tingkat inflasi dibandingkan

dengan kondisi dengan proyek pengembangan.