HUBUNGAN TINGKAT PEMAHAMAN PERAN LAKI-LAKI SEBAGAI KEPALA KELUARGA DENGAN SIKAP TANGGUNG JAWABNYA DALAMMEMBINA KELUARGA BAHAGIA DI DESA CIPADANG GEDONG TATAAN PESAWARAN

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PEMAHAMAN PERAN LAKI-LAKI SEBAGAI KEPALA KELUARGA DENGAN SIKAP TANGGUNG JAWABNYA

DALAMMEMBINA KELUARGA BAHAGIA DI DESA CIPADANG GEDONG TATAAN PESAWARAN

Oleh:

Tri Wahyuni, Adelina Hasyim, Hermi Yanzi

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan tingkat pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga dengan sikap tanggung jawab dalam membina keluarga bahagia di Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 orang. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga (X) dominan pada cukup berperan, dengan presentasi 36%, (2) sikap tanggung jawab kepala keluarga dalam membina keluarga bahagia dominan pada cukup bertanggung jawab dengan presentase 48% (3) hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang positif, signifikan, dan kategori keeratan tinngi antara peran laki-laki sebagai kepala keluarga dengan sikap tanggung jawab dalam membina keluarga bahagia.

Kata kunci: Peran laki-laki sebagai kepala keluarga, tanggung jawab kepala keluarga, keluarga bahagia


(2)

HUBUNGAN TINGKAT PEMAHAMAN PERAN LAKI-LAKI SEBAGAI KEPALA KELUARGA DENGAN SIKAP TANGGUNG JAWABNYA

DALAM MEMBINA KELUARGA BAHAGIA DI DESA CIPADANG GEDONG TATAAN PESAWARAN

(Jurnal)

Oleh Tri Wahyuni Adelina Hasyim

Hermi Yanzi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

DAFTAR GAMBAR


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan Ridho-Nya, sehingga penulisan proposal penelitian yang berjudul,“Hubungan Tingkat Pemahaman Peran Laki-Laki sebagai Kepala Keluarga dengan Sikap Tanggung

Jawab dalam Membina Keluarga Bahagia di Desa Cipadang Gedong Tataan

Pesawaran”. dapat diselesaikan.

Penulisan proposal penelitian ini diselenggarakan sebagai serangkaian kegiatan dalam pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh ataupun mencapai gelar sarjana pendidikan.Proposal penelitian ini mencakup rencana tindakan penelitian berupa teori dan konsep terkait dengan pnelitian yang akan dilakukan setelah proposal penelitian ini disetujui dengan berbagai tahapan.

Apabila di dalam penulisan maupun penyusunan proposal ini terdapat kekurangan, maka peneliti selalu membuka sumbang saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun dan untuk menyempurnakan penyajian proposal penelitian ini. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, Februari 2013

Tri Wahyuni NPM 0913032071


(5)

MOTTO

Kelancaran ada pada alam bawah sadarmu

Posidtifkan di fikiran apa yang ingin kau capai,

Fikiran dan hati mempengaruhi kenyataan jalan hidup seseorang

(Tri Wahyuni)


(6)

JudulSkripsi : HUBUNGAN TINGKAT PEMAHAMAN PERAN LAKI LAKI SEBAGAI KEPALA KELUARGA DENGAN SIKAP TANGGUNG JAWABNYA DALAM MEMBINA KELUARGA BAHAGIA DI DESA CIPADANG GEDONG TATAAN

PESAWARAN

Nama Mahasiswa : Tri Wahyuni No. Pokok Mahasiswa : 0913032071

Jurusan : Pendidikan IPS

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. KomisiPembimbing

PembimbingI Pembimbing II

Dr. Adelina Hasyim, M.Pd Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd NIP 19531018 198112 2 001 NIP 19820727 200604 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si NIP19560108 198503 1 002 NIP19610711 198703 1 003


(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr. Adelina Hasyim, M.Pd ……….

Sekretaris :Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd ………..

Penguji : Drs. Holilulloh, M.Si. ………..

2. DekanFakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Dr. Hi.BujangRahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan berlandaskan haturan syukur kepada ALLAH SWT,

kupersembahkan karya ini sebagai tanda bukti dan cinta kasih

kepada :

“Kedua orang tuaku, ayah dan

ibu tercinta yang selalu menjadi

semanagt dalam

hidupku, kesabaran dan

do’a

dalam setiap sujudmu untuk

Menanti keberhasilanku serta harapan disetiap tetesan

Keringatmu demi keberhasilanku”

kakak-kakaku sertasaudara-saudaraku tersayang, yang dengan

kasihnya selalu mendukung dan

mendo’akan

ku”

“Teman

-teman PPKN 2009 yang selalu memberikan semangat dan

mendo’akan

keberhasilanku”

“Dan Seseorang yang kelak

akan mendapingiku mengarungi suka

duka perjalanan kehidupanku

Serta


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dusun Cidadi Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada tanggal 27 april 1992. Anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Bapak sutrimo dan Sutarmi.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh antara lain:

1. Sekolah Dasar Negeri 6 Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tamat pada tahun 2003.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tamat tahun 2006.

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tamat tahun 2009.

Pada tahun yang sama yaitu tahun 2009, penulis diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) melalui jalur SNMPTN.


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “hubungan tingkat pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga dengan sikap tanggung jawab dalam membina keluarga bahagia di Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten pesawaran”, skipsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai

Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. selaku pembimbing akademik (PA) sekaligus pembimbing I, yang telah memberikan motivasi dan bimbingannya dalam membantu penyusunan skripsi.Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing II, yang telah memberikan pengarahan dengan penuh kesabaran dalam penyempurnaan skripsi. Serta bantuan petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(11)

4. Bapak Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn sekaligus pembahas I yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Mona Adha, S. Pd., M. Pd. selaku Pembahas II yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini. 8. Bapak dan ibu dosen staf pengajar di lingkungan Program Studi PPKn,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak Supiyanto selaku Kepala Desa Cipadang, Kecamatan Gedong Tataan Pesawaran yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Cipadang.

10.Kedua orang tuaku tercinta Bapak Sutrimo dan ibu Sutarmi yang telah memberikan dukungan dan doa untuk keberhasilanku.

11.Kakak-kakakku Purwani dan Agus Priyadi terimakasih atas doa dan dukungannya.

12.Ponakan aku yang lucu-lucu tatak Dimas, Edek Ara

13.Seseorangyang kelak akan mendapingiku mengarungi suka duka perjalanan kehidupanku.


(12)

Rina, Debi, Anisa Mei, Gita, Adit, Roma, Eko, dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas kebersamaannya selama masa perkuliahan.

16.Teman-teman seluruh PPKn angkatan 2009 dan rekan-rekan KKN+PPL SMP N 2 Labuhan Ratu Lampung Timur, Erni, Farina karut, Yani, Mak Ina, Umi Erika, Citra, Siswan, Irwan, Beri, dan firgen terimaksih atas Supportnya.

17.Bapak Supir dan Kernet Bus yang setia setiap hari menghantarkan aku ke kampus.

18.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membimbing dan membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan juga dapat menambah wawasan pengetahuan kita.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis

Tri Wahyuni NPM. 0913032071


(13)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:

Nama : Tri Wahyuni

NPM : 0913032071

Prodi/ Jurusan : PPKn/ PendidikanIPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2012

Tri Wahyuni NPM. 0913032071


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerjasama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Melalui servecynya terhadap 250 perwakilan masayarakat yang dilakukan sejak tahun 1937, Murdok menemukan tiga Tipe keluarga yaitu; keluarga inti (Nurclear Family), keluarga poligami (poligamous family), kaluarga Batih (Extended family). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Murdok, Ia menyatakan bahwa keluarga inti merupakan kelompok sosial yang bersifat universal. Para anggota keluarga inti bukan hanya membentuk kelompok sosial, melainkan juga menjalankan empat fungsi universal dari keluarga, yaitu seksual, reproduksi, pendidikan, dan ekonomi.

Keluarga terbentuk melalui perkawinan, yaitu ikatan lahir batin seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera. Mendambakan pasangan merupakan fitrah manusia yang telah dewasa, dan dorongan yang sulit dibendung. Oleh karena itu, agama mensyariatkan dijalinnya pertemuan antara laki-laki dan perempuan, mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksananya


(15)

perkawinandan beralihlah kerisauan laki-laki dan perempuan menjadi ketentraman dan sakinah.

Perilaku yang dilakukan oleh suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera dipandang sebagai perilaku kekeluargaan, ini juga dapat diartikan sebagai perilaku dalam kehidupan bersama yang didasari semangat saling pengertian, kebersamaan rela berkorban, saling asah, asih, dan asuh serta tidak ada maksud untuk menguntungkan diri pribadi dan merugikan anggota lain dalam keluarga tersebut. Seorang laki-laki sebagai ayah maupun perempuan sebagai ibu di dalam suatu keluarga memiliki kewajiban bersama untuk berkorban guna kepentingan bersama pula. Kedudukan ayah ataupun ibu di dalam keluarga memiliki hak yang sama untuk ikut melakukan kekuasaan demi keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan seluruh anggota. Status suami istri dalam keluarga adalah sama nilainya, maksudnya masing-masing dianggap baik dalam bertindak. Suatu keluarga akan kokoh dan berwibawa apabila dari masing-masing anggota keluarga yang ada di dalamnya selaras, serasi dan seimbang

Menurut pasal 1 undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974,menjelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang laki-lakidengan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluargayang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perjanjian yang dibuat oleh seorang muslim untuk menjadikan seorang muslimah sebagai istri, merupakan perjanjian yang dibuat atas nama Allah.


(16)

Karena itu hidup sebagai suami istri bukanlah semata-mata sebuah ikatan yang dibuat berdasarkan perjanjian dengan manusia, yaitu dengan wali dari pihak perempuan dan dengan keluarga perempuan itu secara keseluruhan, serta dengan perempuan itu sendiri, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah membuat perjanjian dengan Allah. Karena itu, pernikahan adalah salah satu di antara tanda-tanda kekuasaan Allah.

Dalam kehidupan rumah tangga adakalanya laki-laki menjadi pemimpin bagi keluarganya, menjadi bapak bagi anak-anaknya, menjadi teman hidup serta sebagai saudara bagi istrinya.Dengan demikian, istri bukanlah menjadi saingan bagi suami, apalagi sebagai musuh. Tetapi suami dan istri itu akan jalan bersama, saling melengkapi untuk tercapainya cita-cita menjadi keluarga yang sakinah.Suami istri adalah pondasi dasar bagi sebuah bangunan rumah tangga, karena itulah Islam menetapkan kriteria khusus baginya, hingga menimbulkan rasa cinta, kasih sayang, nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran serta saling keterikatan.

Kepala keluarga bukanlah jabatan normatif yang bisa digunakan untuk melegitimasikan penindasan dan pendominasian satu pihak kepada pihak lainnya. Tapi kepala keluarga merupakan jabatan fungsional. Ia dilekatkan berdasarkan kemampuan dan kebiasaan. Ketika peranan seorang istri begitu dominan dan signifikan dalam keberlangsungan kehidupan perekonomian keluarga, maka ia mempunyai tugas sebagaimana fungsinya sebagai kepala keluarga.


(17)

Pemahaman tentang peran laki-laki sebagai kepala keluarga berkaitan dengan tanggung jawabnya dalam membina keluarga yang bahagia. Keluarga dapat dikatakan bahagia apabila dapat telah memenuhi fungsi dari keluarga itu sendiri. Menurut BKKBN fungsi keluarga ialah keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi,sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan perlindungan lingkungan. Sedangkan resolusi majelis PBB menguraikan fungsi-fungsi utama keluarga yaitu keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggota keluarganya agar menjalankan fungsinya dalam masyarakat dengan baik serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.

Keluarga yang bahagia sejahtera yaitu dimana kedua belah pihak (suami-istri) harus menjujung tinggi hak dan kewajiban masing-masing, saling hormat menghormati, dapat memberi dan menerima serta tidak menang sendiri. Agar keluarga itu bisa dikatakan sehat dan bahagia, harus memiliki enam skriteria yang amat penting bagi pertumbuhan seorang anak, yaitu Kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu untuk bersama, mempunyai pola konsumsi yang baik bagi sesama anggota keluarga, saling menghargai satu dengan yang lainnya, masing-masing anggota merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai kelompok bila terjadi sesuatu permasalahan dalam keluarga mampu menyelesaikan secara positif konstruktif.

Terdapat tiga indikator bagi proses penyesuaian dalam keluarga yaitu konflik, komunikasi, dan berbagi tugas diungkapkan oleh Glenn dalam Sri Lestari


(18)

(2012: 10). Dalam konsep perkawinan yang tradisional berlaku pembagian tugas dan peran suami istri. Konsep ini lebih mudah dilakukan karena segala urusan rumah tangga dan pengusahan anak menjadi tanggung jawab istri, sedangkan mencari nafkah merupakan tanggung jawab suami. Namun tuntutan perkembangan kini telah semakin mengaburkan pembagian tugas tradisional tersebut. Kenyataan terus meningkatnya kecendrungan pasangan yang sama-sama bekerja membutuhkan keluesan pasangan untuk melakukan pertukaran atau berbagi tugas dan peran baik untuk urusan mencari nafkah maupun kebutuhan lainya. Selain itu kesadaran akan pentingnya peran ayah dan ibu dalam perkembangan anak juga mendorong keterlibatan pasangan untuk bersama-sama dalam pengasuhan anak. Keberhasilan membangun kebersamaan dalam kewajiban keluarga menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan dalam keluarga.

Keberhasilan dalam keluarga dapat mendukung tercapainya keluarga bahagia, selain peran ibu dalam urusan rumah tangga dan pengasuhan anak, peran laki-laki sebagai kepala keluarga juga tidak kalah penting karena kepala keluarga merupakan pemimpin dalam sebuah keluarga. Allah juga menurunkan manusia di dunia tidak gratis di ruang hampa melainkan diberi amanah tanggung jawab yang akan diminta di hari kemudian. Tanggung jawab itu berupa kepemimpinan sebagai khalifah dimuka bumi, baik bagi dirinya sendiri, dalam rumah tangga, dan dalam skala yang lebih luas yaitu masyarakat.


(19)

Persoalan ekonomi sering menjadi salah satu pemicu utama terjadinya konflik dalam keluarga. Walaupun demikian persoalan pokoknya bukan berada pada besarnya pendapatan keluarga, karena masih banyak keluarga yang bertahan dengan pendapatan yang rendah. Pengelolaan keuangan merupakan pokok dari permasalahan ekonomi yang dapat berupa perbedaan dalam hal pembelanjaan, dan penghematan uang,serta kurangnya perencanaan untuk menabung. Keseimbangan pendapatan dan anggaran belanja harus menjadi tanggung jawab bersama.

Rumah tangga buruh tani adalah salah satu contoh nyata dari keluarga pra-sejahtera yang ada di masyarakat. Rumah tangga petani sudah lama diketahui tergolong miskin. Istri petani ternyata memiliki peranan yang penting dalam menyiasati serta mengatasi kemiskinan yang dialaminya sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya.

Desa Cipadang adalah desa yang berada di daerah pegunungan yang berdekatan dengan perkebunan karet milik PTP N VII. Sebagian kepala keluarga bekerja sebagai karyawan di perkebunan karet tersebut, dan perempuan di desa cipadang banyak pula yang bekeja sebagai buruh di perkebunan tersebut. Tidak hanya bekerja di perusahaan PTP N VII sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani, dan ada pula yang bekerja sebagai tukang bangunan,dan wirasuwasta.


(20)

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Desa Cipadang Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2013

No. Dusun

Penduduk Jumlah

Kepala Keluarga (orang) Laki-laki

(orang)

Perempuan (orang)

1. Cidadi 317 280 157

2. Ciwangi 296 283 146

3. Ciberes 228 229 108

4. Cilawang 216 203 125

5. Cipadang 367 373 189

6. Ciarum 283 265 138

7. Citemen 351 346 168

8. Mucidadi 139 124 73

9. SumberSari 476 462 238

2674 2565 1342

Sumber : Monografi kependudukan desa Cipadang tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas Desa Cipadang terdiri dari sembilan Dusun yaitu Dusun Cidadi, Ciwangi, Ciberes, Cilawang, Cipadang, Ciarum, Citemen, Mucidadi, Sumbersari. Jumlah penduduk yang ada di Desa Cipadang yaitu 5239 orang yang terdiri dari 2674 orang perempuan dan 2564 orang laki-laki dengan jumlah kepala keluarga 1342 orang.

Masyarakat buruh tani di desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran adalah salah satu bukti nyata yang ada di dalam masyarakat mengenai peran ganda kaum perempuan pada masyarakat pedesaan sebagai salah satu desa yang di kelilingi oleh perkebunan ataupun gunung. Di satu pihak, wanita bekerja dapat berperan membantu ekonomi keluarga dan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga, disisi lain peranannya dalam urusan rumah tangga (domestik) menjadi berkurang karena lamanya waktu yang digunakan untuk aktivitas di luar rumah tangga (publik).


(21)

Tabel 1.2 Jumlah Mata Pencaharian dan Penghasilan Rata-rata Kepala Keluarga diDesa Cipadang Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2013

No Jenis Pekerjaan

Penghasilan

Rata-Rata/bulan

(Rp)

Jumlah Penduduk

1. Tani ≤600000 1175 orang

2. Buruh Tani ≤450000 500 orang

3. Buruh Karet ≤ 500000 351 orang

4. Wirasuwasta ≤ 700000 36 orang

5. Buruh Bangunan ≤ 750000 63 orang

6. TKI 1000000 keatas 124 orang

Sumber: Monografi kelurahan Cipadang 2012

Berdasarkan data diatas dapat kita lihat bahwa mata pencaharian penduduk di desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran ialah Tani, Buruh Tani, Buruh Karet, Buruh Bangunan, dan wirasuwasta. Mayoritas penduduk bekerja sebagai tani dan buruh tani yaitu sebanyak 1175 orangyang penghasilannya antara Rp 450000 – Rp 600000 per bulan. Sedangkan penghasilan buruh karet, wirasuwasta, dan buruh bangunan hanya berkisar antara Rp 500000 – Rp 750000. Penghasilan tersebut dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta biaya sekolah anak mereka. Dengan penghasilan yang minim itu para laki-laki di Desa Cipadang tidak berusaha mencari penghasilan tambahan sehingga para perempuan banyak yang bekerja sebagai TKI di negeri orang.


(22)

Tabel 1.3. Jumlah Ibu Rumah Tangga yang bekerja Menjadi TKI

No Dusun Jumlah

1. Cidadi 26 Orang

2. Ciwangi 10 Orang

3. Ciberes 9 Orang

4. Cilawang 12 Orang

5. Cierih 36 Orang

6. Ciarum 7 Orang

7. Citemen 9 Orang

8. Mujidadi 10 Orang

9. SumberSari 5 Orang

Jumlah 124 Orang

Sumber: Penyalur TKI desa Cipadang

Dilihat dari data monografi desa Cipadang banyak sekali ibu-ibu di desa Cipadang yang bekerja menjadi TKI yaitu sebangyak 124 orang. Penduduk yang bekerja di luar negri menyebar ke seluruh dusun akan tetapi paling banyak terdapat di dusun Cidadi dan Cierih yaitu 26 dan 36 orang. Sebagai salah satu dari anggota keluarga, seorang ibu dituntut untuk ikut berperan aktif dalam mencapai kemakmuran dalam keluarga, sehingga tidak hanya tergantung dari apa yang dilakukan dan diperoleh suami. Hal inipun berlaku juga pada keluarga yang berada di Desa Cipadang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan denngan salah satu kepala keluarga yang bertempat tinggal di Desa Cipadang Bapak Suwanto berusia 37 tahun yang istrinya bekerja ke luar negeri karena penghasilan tidak cukup untuk memenuhi keburuhan sementara anak harus sekolah.Kebutuhan rumah tangga tidak dapat terpenuhi hanya dengan penghasilannya sebagai buruh karet, penghasilan rata-rata laki-laki tersebut adalah Rp 450 000 sampai Rp 500 000. penghasilan ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan serta biaya sekolah anak, akan tetapi para laki-laki ini tidak mau berusaha untuk mencari kerjaan sambilan untuk menambah


(23)

penghasilanya, malah mengandalkan istrinya untuk bekerja. Para laki-laki tersebut tidak memikirkan keselamatan istrinya di negeri orang, hal ini melanggar pasal 34 ayat 1 yang berbunyi “ suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu kehidupan berumah tangga sesuai kemampuanya”.

Kurangnya pemahaman tentang peran laki-laki sebagai kepala keluarga di desa cipadang mengakibatkan ketidakadilan bagi kaum perempuan atau istri. Kenyataan dilapangan banyak laki-laki yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga dan menggantungkan segala kebutuhan kepada istri. Banyak istri di desa cipadang yang bekerja keluar negeri demi memenuhi kebutuhan serta pendidikan anak-anaknya sementara suami bersantai-santai dan menjadi pengangguran di rumah serta memanfaatkan gaji istrinya untuk bersenang-senang atau berfoya-foya demi kepuasan dirinya. Seperti yang kita ketahui bahwa bencari nafkah itu ialah kewajiban dari suami. Tidak sedikit pula anak-anak yang ditinggal ibunya bekerja menjadi TKI dititipkan ke nenek mereka. Hal ini terjadi akibat kurangnya pemahaman suami tentang perannya sebagai kepala keluarga terbukti dari fakta yang terjadi di Desa Cipadang Kecamatan Gedong tataan Pasawaran.

Seorang anak yang ditinggal ibunya kebanyakanmalas belajar karena dia merasa kurangnya perhatian dari orang tua. Hal ini mengakibatkan menurunya prestasi anak tersebut, karena ayahnya salah memberikan kasih sayang kepada anaknya. Seorang ayah cenderung memberikan kebebasan penuh kepada anak tanpa memperhatikan kebutuhan psikologis anaknya.


(24)

Berdasarkan permasalah di atas, oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pemahaman posisi laki-laki sebagai kepala keluarga dengan sikap tanggung jawab dalam membangun keluarga bahagia di Desa Cipadang Kecamatan gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Pemahaman peranan suami sebagai kepala rumah tangga serta tanggung jawab suami sebagai kepala keluarga.

2. Kurangnya tanggung jawab laki-laki sebagai kepala keluarga dalam membangun rumah tangga bahagia

3. Faktor ekonomi, pengetahuan dan kesadaran yang rendah bagi para suami dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk membangun rumah tangga bahagia

4. Posisi laki-laki yang digantikan perempuan serta menjadi tulang punggung keluarga.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada: 1. Pemahaman laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan tanggung jawabnya 2. Peranan suami dalam membina keluarga bahagia.


(25)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “BagaimanakahHubungan tingkat pemahaman peran laki-laki sebagai kepala rumah tangga dengan sikap tanggung jawab dalam membina keluarga bahagia di Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013?”

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan tingkat pemahaman peran laki-laki sebagai kepala rumah tangga dengan sikap tanggung jawab dalam membina keluarga bahagia di Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini menerapkan konsep, teori, prinsip, dam prosedur dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan kewargaanegaraan pada kajian hukum dan kewarganegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara khususnya dalam keluarga.


(26)

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk :

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk membantu mengarahkan laki-laki dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga dalam membangun keluarga bahagia.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk membantu mengarahkan ibu rumah tangga untuk menuntut hak nya sebagai istri.

c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk membantu pemerintah untuk memberikan dukungan kepada masyarakat untuk mencapai kesejahteraannya dengan cara memberikan lapangan kerja bagi kaum laki-laki.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan kajian hukum dan kemasyarakatan.

2. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah tingkat tanggung jawab laki-laki dalam membangun keluarga bahagia.


(27)

3. Ruang Lingkup Subjek

Dalam penelitian ini subjeknya adalah laki-laki/suami yang ditinggal istrinya keluar negri di desa cipadang kecamatan gedong tataan kabupaten pesawaran tahun 2013.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pasawaran.

5. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai penelitian ini.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang Pemahaman

Menurut David o sears, Jonathan I. Freeman anne peplau (1999:79) mengemukakan teori yang disebut dengan teori pemahaman sosial (kognisi sosial), teori ini diarahkan pada penelaahanberbagai proses kognitif yang difokuskan pada stimulasi sosial, terutama pada perorangan dan kelompok.

Oemar Hamalik (1994:80) mengemukakan bahwa “Pemahaman adalah kemampuan untuk menguasai pengertian, pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk lainya, penafsiran dan memperkirakan”.

Pemahaman lain dari Bloom dalam Djaali (2008:77) bahwa “Pemahaman adalah kemampuan untuk menginterprestasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri”.

Berdasarkan pendapat di atas, pemahaman merupakan suatu proses prepepsi atas keterhubungan antara beberapa faktor yang saling


(29)

mengikat dan prepepsi diartikan sebagai penafsiran stimulus yang telah ada dalam otak.

2. Tinjauan Tentang Laki-laki

Laki-laki atau lelaki adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia, yaitu lelaki dan perempuan. Penggunaan istilah "lelaki" dalam bahasa Indonesia khusus untuk manusia; bagi hewan dipergunakan istilah jantan.

Lelaki mempunyai pelbagai ciri jenis kelamin yang membedakan mereka daripada perempuan. Serupa dengan perempuan, organ seks mereka merupakan sebagian dari sistem pembiakan yang terdiri dari zakar, testis, vas deferens serta korda spermatik yang lain, dan kelenjar prostrat. Sistem reproduksi lelaki berfungsi semata-mata untuk penghasilan dan pemancaran air mani yang mengandung sperma.Informasi genetik terkandung dalam sel zoosperma. Sperma kemudian memasuki rahim perempuan dan kemudian tuba falopi untuk membuahi telur yang akan berkembang menjadi janin, dengan kata lain sistem perkembangbiakan lelaki tidak memainkan peranan apapun sewaktu gestasi.

Ciri-ciri kelamin sekunder seperti bulu roma dan pertumbuhan otot dipergunakan untuk menarik perhatian pasangan atau untuk menaklukkan pesaing. Bagaimanapun, semua ciri sekunder itu sering berkaitan dengan pembiakan. Berbeda dengan perempuan, kebanyakan dari organ seks lelaki terdiri dari bagian-bagian luar, walaupun


(30)

terdapat juga bagian dalam, umpamanya kelenjar prostrat. Penyelidikan pembiakan lelaki dan organ-organ berkait disebut andrologi. Kebanyakan meski tak semuanya lelaki mempunyai jumlah kromosom 46/XY.

Faktor-faktor biologi biasanya bukan merupakan penentu tunggal untuk menganggap adakah seseorang itu lelaki atau tidak. Umpamanya, banyak lelaki dilahirkan tanpa fisiologi lelaki yang tipikal (perkiraannya berbeda-beda di antara satu per-2.000, dan satu per-100.000), dan sebagian individu dengan kromosom XY mungkin mempunyai perbedaan hormon ataupun perbedaan genetik (seperti sindrom ketidaksensitifan androgen), atau keadaan interseks yang lain; seseparuh orang interseks dan orang-orang lain yang mempunyai jenis kelamin tertentu sewaktu dilahirkan, kemudian menggantikan jenis mereka

Tambahan pula, 20% dari lelaki-lelaki di Amerika Serikat, Filipina, dan Korea Selatan, serta orang-orang yang beragama Yahudi dan Islam menjalani sunat yang merupakan suatu proses untuk mengubah keadaan zakar dari keadaan aslinya melalui pembuangan kulit khatan.


(31)

3. Tinjauan Tentang Keluarga 3.1Pengertian keluarga

Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia,kekal dan sejahtera. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama. Para sosiolog berpendapat bahwa asal-usul pengelompokkan keluarga bermula dari peristiwa perkawinan. Akan tetapi asal-usul keluarga dapat pula terbentuk dari hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan status yang berbeda, kemudian mereka tinggal bersama memiliki anak. Anak yang dihasilkan dari hidup bersama memiliki anak. Anak yang dihasilkan dari hidup bersama ini disebut keturunan dari kelompok itu. Dari sinilah pengertian keluarga dapat dipahami dalam berbagai segi. Pertama, dari segi orang yang melangsungkan perkawinan yang sah serta dikaruniai anak. Kedua, lelaki dan perempuan yang hidup bersama serta memiliki seorang anak, namun tidak pernah menikah. Ketiga, dari segi hubungan jauh antara anggota keluarga, namun masih memiliki ikatan darah. Keempat, keluarga yang mengadopsi anak orang lain (Suhendi, 2001 : 41)


(32)

George Murdock seperti dikutip oleh Sri Lestari (2012:3), menguraikan bahwa “keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerjasama ekonomi, dan terjadi proser reproduksi”. Murdock menemukan tiga tipe keluarga yaitu keluarga inti (nurclear family), keluarga poligami (polygamous family), dan keluarga batih (extended family).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Monty.P.Patiadarma (2001:121) bahwa “Keluarga adalah sumber kepribadian

seseorang”. Didalam keluarga ditemukan elemen dasar membentuk

kepribadian seseorang.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian Keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang mempunyai karakteristik tinggal bersama, terdapat kerjasama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Keluarga ini terbentuk karena adanya ikatan darah atau hubungan perkawinan dan berinteraksi satu sama lain serta di antara anggota keluarga memiliki peran ataupun fungsinya masing-masing.

3.2Pengertian kepala keluarga

Suami adalah kepala keluarga, dan istri adalah ibu rumah tangga. Suami merupakan pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang


(33)

penting-penting diputuskan oleh suami dan istri secara bersama-sama (pasal 80 ayat 1).

Dalam masyarakat yang tradisional atau yang patriakal kepemimpinan keluarga dipegang oleh suami,sedangkan istri dan anggota keluarga yang lainsebagai pihak yang dipimpin. Hal ini dikaitkan dengan tanggung jawab mencari nafkah dan kewajiban lain yang harus ia lakukan dalam keluarga. Akan tetapi, dalam masyarakat yang sudah berubah seperti sekarang ini tamaknya tanggung jawab tersebut tidak selalu dibebankan kepada suami. Bahkan, tanggung jawab dalam rumah tangga dapat dipegang oleh istri. Karena sebab itu sang istri kadang lebih mampu memegang tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga.

3.3Fungsi dan Peran Kepala Keluarga

Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.


(34)

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan, adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga demikian, tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan (Soekanto, 2002:243).

Keberhasilan suatu keluarga dalam membentuk sebuah rumah tangga dan sejahtera tidak lepas dari peran seorang ibu yang begitu besar. Baik dalam membimbing dan mendidik anak mendampingi suami, membantu pekerjaan suami bahkan sebagai tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah. Namun demikian kebanyakan dari masyarakat masih menempatkan seorang ayah sebagai subyek, sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah.


(35)

Sedangkan ibu lebih ditempatkan sebagai objek yang dinomor duakan dengan kewajiban mengurus anak di rumah.

Oleh karenanya terdapat pembagian kerja antara ayah dan ibu, ayah memiliki areal pekerja publik karena kedudukannya sebagai pencari nafkah utama di dalam keluarga, sedangkan ibu memiliki areal pekerja domestik yang dapat diartikan oleh sebagian masyarakat yang menyatakan secara sinis bahwa seorang ibu hanya sekedar wanita yang memiliki tiga fungsi yaitu memasak, melahirkan anak, berhias, atau hanya memiliki tugas dapur, sumur, dan kasur.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.


(36)

b. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Menurut Salahudin Pugung (2011:18) hak suami dan istri adalah hubungan yang sederajat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi tidak ada yang lebih hebat yang satu dengan yang lainnya. Sama-sama memiliki kah dan kewajiban yang seimbang meskipun mungkin dalam peran dan fungsi berbeda hingga menempatkan suami sebagai simbol kepala rumah tangga.

Menurut Undang Undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 seperti dikutip dalam buku nikah tahun 1983 hak dan kewajiban suami istri adalah sebagai berikut:

a. Pasal 30 ayat 1 berbunyi “suami istri memikul kewajiban yang

luhur untuk menegakan rumah tangga yang menjadi sendi dasar susunan masyarakat.


(37)

1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

2. Masing-masing pihak berhak melakukan perbuatan hukum 3. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah

tangga.

Hak dan kedudukan suami dan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukanya dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup dalam masyarakat. Suami dan istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warohmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Adapun kewajiban suami adalah sebagai berikut:

a. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuanya.

b. Sesuai dengan penghasilanya suami wajib menanggung nafkah, kiswah dan tempat kediaman istri, biaya rumah tangga, dan biaya pendidikan anak

Sedangkan kewajiban istri sebagai ibu rumah tangga adalah: a. Berbakti kepada suami

b. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya


(38)

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tampak dari pengamatan sehari-hari adalah bahwa laki-laki lebih agresif sedangkan perempuan lebih emodional dan agresif.

3.4Fungsi Keluarga

Setelah sebuah keluaraga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya memiliki tugas masing-masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga.

Fungsi disini mengacu pada peran individu dalam mengetahui, yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis. Munculnya krisis dalam rumah tangga dapat juga sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga.

Pada umumnya, fungsi yang dijalankan oleh keluarga seperti melahirkan dan merawat anak, menyelesaikan masalah, dan saling peduli antar anggotanya tidak berubah subtansinya dari masa ke masa. Namun, bagaimana keluarga melakukannya dan siapa saja yang terlibat dapat proses tersebut dapat berubah dari masa ke masa dan bervariasi di antara berbagai budaya.


(39)

Menurut William J. Goode dikutip dalam M. Munandar Soelaiman (2008:115-119) secara umum fungsi keluarga meliputi:

a. Pengaturan Seksual

Setiap masyarakat mengatur siapa yang boleh menikah dengan siapa, dan menentang kehamilan insidental atau hasil hubungan seks kebetulan. Adanya larangan hubungan seks antara kerabat yang terlalu dekat, secara sosiologis bermaksud untuk mencegah berkembangnya persaingan seksual di kalangan keluarga sendiri yang berpotensi merusak serta mengikat keluarga yang berbeda-beda dalam masyarakat melalui pernikahan.

b. Reproduksi

Berkembangnya teknologi kedokteran, selain memberikan dampak positif bagi program keluarga berencana, dapat pula menimbulkan masalah terpisahnya kepuasan seksual dengan pembiakan. Kehadiran anggota baru dapat dipandang sebagai penunjang atau malapetaka, bagi masyarakat tani dapat dikatakan penunjang, terutama dalam penyediaan tenaga kerja. Bagi masyarakat yang tingkat kehidupanya cukup baik seperti di Eropa, Kehadiran anggota keluarga (jumlah anak) lebih dari dua dapat mempengaruhi status sosialnya.

c. Sosialisasi

Manusia sebagai makhluk dalam evolusinya lebih bergantung kepada kebudayaan dan bukan kepada naluri atau insting.


(40)

Masyarakat dan kebudayaannya tergantung pada keefektifan sosialisasi, yaitu sejauh mana sang anak mempelajari nilai-nilai, sikap-sikap, dan tingkah laku masyarakat serta masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus membentuk atau menuntut unit yang meneruskkan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. Di dalam keluarga seorang anak akan memperoleh landasan bagi pembentukan kepribadian, sikap, perilaku, dan tanggapan emosinya.

d. Pemeliharaan

Masa kehamilan yang cukup panjang serta masa kritis dan tugas menyusui berlarut-larut, membuat ibu hamil perlu perlindungan dan pemeliharaan. Demikian pula anak yang baru dilahirkan sampai jangka waktu tertentu, sampai dapat berdiri sendiri, menuntut terpenuhinya segala kebutuhan hidupnya. Kedua orang tua menanamkan hubungan kasih dengan anak-anaknya melalui ikatan ketergantungan emosional, memaksa secara bertahap ke arah berdiri sendiri. Manusia tidak berdaya sewaktu dilahirkan, dan akan cepat mati tanpa pemeliharaan. Karakteristik ini berhubungan dengan ciri unik manusia yaitu: 1) Manusia lebih lama dewasa daripada binatang,

2) Tidak memiliki naluri untuk menyederhanakan penyesuaian dengan lingkunganya,


(41)

e. Penempatan Anak di dalam Masyarakat

Jangan menentukan penempatan sosial seorang anak, pengaturan wewenang membantu menentukan kewajiban peranan orang-orang dewasa kepada sang anak. Anak merupakan simbol berbagai macam hubungan peran yang penting di antara orang-orang dewasa. Penempatan sosial diteapkan oleh masyarakat atas dasar keanggotaan keluarga melalui pemberian orientasi hubungan seperti orang tua, saudara kandung,dan kerabat. Berikutnya penempatan sosial melalui orientasi individu pada kelompok lain yang secara sosial telah mapan, seperti hubungan naional, etnik, agama, organisasi masyarakat, kelas, dan sebagainya.

f. Pemuas Kebutuhan Perseorangan

Hubungan suami-istri dibentuk oleh jaringan teman-teman dan anak ditempat mereka hidup, tetapi teman tidak dapat menggantikan kepuasan hubungan suami istri dengan anaknya. Keluarga merupakan tempat persemaian sifat-sifat individu yang khasselaku manusia. Anak yang dilahirkan merupakan manifestasi cinta kasih kedua orang tuanya, dan bukan kebetulan apalagi terpaksa. Perkawinan yang sah dan terhormat dapat memuaskan keinginan seksual perseorangan. Berkumpulnya suami-istri berarti memastikan kelangsungan hidup manusia.


(42)

g. Kontrol Sosial

Keluarga yang berfungsi dalam sosialisasi, yaitu bagi setiap individu pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntutan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadian. Nilai-nilai yang sudah diwariskan orang tua berupa pengaturan hubungan antara anggota keluarga. Juga masyarakat tidak membiarkan

orang tua mengabaikan sama sekali tugas “moralitas” anak-anak

mereka karena indoktrinasi(penanaman) nilai-nilai masyarakat yang mereka lakukan penting sekali untuk mempertahankan masyarakat itu sendiri pada generasi yang akan datang.

Sedangkan Fungsi keluarga menurut BKKBN (1992) antara lain: a. Fungsi keagamaan yaitu memperkenalkan dan mengajak anak

dan anggota keluargayang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untukmenanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan adakehidupan lain setelah di dunia ini.

b. Fungsi sosial budaya yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-normatingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilaibudaya keluarga. c. Fungsi cinta kasih adalah memberikan kasih sayang dan rasa

aman, memberikanperhatian diantara anggota keluarga

d. Fungsi melindungi yaitu melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik,sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman

e. Fungsi reproduksi adalah meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,memelihara dan merawat anggota keluarga

f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan yaitu mendidik anak sesuai dengan tingkatperkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga mempersiapkananak menjadi anggota masyarakat yang baik


(43)

g. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhikebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masadatang

3.5Struktur keluaga

Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dan lain-lain yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga.Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.

Bentuk keluarga sangat berbeda antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya. Bentuk di sini dapat dilihat dari jumlah anggota keluarga, yaitu keluarga batih dan keluarga luas, dilihat dari sistem yang digunakan, yaitu keluarga pangkal (sistem family) dan keluarga gabungan (joint family), dan dilihat dari segi statusindividu dalam keluarga, yaitu keluarga prokreasi dan keluarga orientasi.


(44)

a. Keluarga Batih (Nuclear Family)

Keluarga batih ialah kelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya yang belum memisahkan diri dan membentuk keluarga tersendiri. Keluarga ini bisa juga disebut sebagai keluarga conjugal (conjugal family), yaitu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri bersama anak-anaknya.

MenurutHutter, keluarga inti (nuclear family) dibedakan dengan keluarga konjugal (conjugal family). Keluarga conjugal terlihat lebih otonom, dalam arti tidak memiliki keterikatan secara ketat dengan keluarga luas, sedangkan keluarga inti tidak memiliki otonomi karena memiliki ikatan garis keturunan, baik patrilineal maupun matrilinieal (Suhendi dkk, 2001 : 54).Hubungan intim antara suami dan istri lebih mendalam, namun biasanya dikaitkan dengan suatu hubungan pertukaran yang menyenangkan. Apabila suami mampu memberikan suasana kepuasan batin dan materi, hubungan suami dan istri menyebabkan mekanisme pertukaran sosial tidak berjalan, terbuka peluang bentuk berpisah.

b. Keluarga Luas (Extended Family)

Keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek dan nenek yang sama termasuk keturunan masing-masing isteri dan suami. Dengan kata lain, keluarga luas adalah keluarga batih ditambah kerabat lain yang


(45)

memiliki hubungan erat dan senantiasa dipertahankan. Sebutan keluarga yang diperluas (Extended Family) digunakan bagi suatu sistem yang masyarakatnya menginginkan beberapa generasi yang hidup dalam satu atap rumah tangga. Sistem semacam ini ada pada orang-orang China yaitu bila seorang laki-laki telah menikah, ia tinggal bersama dengan keluarga yang telah menikah dan bersama anak-anaknya yang lain yang belum menikah, juga bersama cicitnya dari garis keturunan laki-laki.

Istilah keluarga luas seringkali digunakan untuk mengacu pada keluarga batih berikut keluarga lain yang memiliki hubungan baik dengannya dan tetap memelihara dan mempertahankan hubungan tersebut. Keluarga luas tentu saja memiliki keuntungan tersendiri. Pertama, keluarga luas banyak ditemukan di desa-desa dan bukan pada daerah industri.

Keluarga luas sangat cocok dengan kehidupan desa, yang dapat memberikan pelayanan sosial bagi anggota-anggotanya. Kedua, keluarga luas mampu mengumpulkan modal ekonomi secara besar. Proses pengambilan keputusan dalam keluarga luas terlihat sangat berbelit-belit. Penyelesaian masalah waris yang dikehendaki jatuh pada anak yang paling tua sering mengakibatkan benturan dan gesekan pada istri-istri muda lainnya. Peraturan mengenai hal itu tidak secara terperinci


(46)

memuaskan mereka. Inilah posisi kehidupan keluarga yang memperlihatkan segi-segi kooperatif pada satu sisi dan pertentangan pada sisi lainnya.

c. Keluarga Pangkal (Stem Family)

Keluarga pangkal, yaitu sejenis keluarga yang menggunkan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua. Keluarga pangkal ini banyak terdapat di Eropa zaman feodal. Para petani imigran AS dan di zaman Tokugawa Jepang. Pada masa tersebut seorang anak yang paling tua bertanggung jawab terhadap adik-adiknya yang perempuan sampai menikah, begitu pula terhadap saudara laki-lakinya yang lain. Dengan demikian, pada jenis keluarga ini pemusatan kekayaan hanya pada satu orang.

d. Keluarga Gabungan (Joint Family)

Keluarga gabungan, yaitu keluarga yang terdiri atas orang-orang yang berhak atas hasil milik keluarga, antara lain saudara laki-laki setiap generasi. Di sini, tekanannya hanya pada saudara laki karena menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak kelahirannya mempunyai hak atas kekayaan keluarga. Walaupun antara saudara laki-laki itu tinggal terpisah, mereka manganggap dirinya sebagai suatu keluarga gabungan dan tetap menghormati kewajiban mereka bersama, termasuk membuat anggaran perawatan harta keluarga dan


(47)

menetapkan anggaran belanja. Lelaki tertua yang menjadi kepala keluarga tidak bisa menjual harta milik bersama itu.

e. Keluarga Prokreasi dan Keluarga Orientasi

Keluarga prokreasi adalah sebuah keluarga yang individunya merupakan orang tua. Adapun orientasi adalah keluarga yang individunya merupakan slah seorang keturunan. Ikatan perkawinan merupakan dasar bagi terbentuknya suatu keluarga baru (keluarga prokreasi) sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Namun demikian, perkawinan ini tidak dengan sendirinya menjadi sarana bagi penerimaan anggota dalam keluarga asal (orientasi). Hubungan suami dan istri dengan keluarga orientasinya sangat erat dan kuat.

3.6 Keluarga Bahagia dan Sejahtera

Keluarga bahagia ialah keluarga yang kukuh. Kekukuhan keluarga memberikan sumbangan besar bagi kesehatan emosi dan kesejahteraan (well-being) keluarga. Defrain dan Stinnett dikutip oleh Sri Lestari (2012:24) mengidentifikasi enam karakteristik bagi keluarga yang kukuh, sebagai berikut:

1. Memiliki komitmen. Dalam hal ini keberadaan setiap anggota keluarga diakui dan dihargai. Setiap anggota keluarga memiliki komitmen untuk saling membantu meraih keberhasilan, sehingga semangatnya adalah satu untuk semua dan semua


(48)

untuk satu. Intinya adalah terdapat suatu kesetiaan terhadap keluarga dan kehidupan keluarga menjadi prioritas.

2. Terdapat kesediaan untuk mengungkapkan apresiasi. Dalam tahap ini setiap orang menginginkan apa yang telah dilakukanya dihargai dan diakui, karena penghargaan merupakansalah satu kebutuhan dasar manusia.

3. Terhadap waktu untuk kumpul bersama. Sebagian orang beranggapan bahwa dalam hubungan orang tua-anak yang penting terdapat waktu berkualitas, walaupun tidak sering. Namun kuantitas interaksi orang tua-anak di masa kanak-kanak menjadi pondasi paling penting untuk membentuk hubungan berkualitas di masa perkembangan anak.

4. Mengembangkan spiritualitas. Bagi sebagian keluarga, komunitas keagamaan kemjadi keluarga kedua yang menjadi sumber dukungan selan keluarganya.

5. Menyesuaikan konflik serta menghadapi tekanan dan krisis dengan efektif. Setiap keluarga pasti memiliki konflik, namun keluarga yang kukuh akan bersama-sama menghadapi masalah yang muncul bukanya bertahan untuk saling berhadapan sehingga masalah tidak terselesaikan.

6. Memiliki ritme. Keluarga yang kukuh memiliki rutunitas, kebiasaan, dan tradisi yang memberikan arahan, makna, dan struktur terhadap mengalirnya kehidupan sehari-hari. Mereka memiliki aturan, prinsip yang dijadikan pedoman.


(49)

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga sejahtera terdiri dari:

a. Prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.

b. Sejahtera I merupakan keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

c. Sejahtera II yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

d. Sejahtera III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat.

e. Sejahtera III plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Meburut Suherma (06: 2010) Indikator Keluarga Sejahterapada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang No. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari


(50)

berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.

Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Pra Sejahteraadalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs). Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. b. Keluarga Sejahtera Tahap I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu:

1) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.

2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.

3) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. 4) Bagian yang terluas darilantai rumahbukan dari tanah. 5) Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB


(51)

c. Keluarga Sejahtera tahap IIyaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psykologis 6 sampai 14 (a – n) yaitu :

1) Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur. 2) Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan

daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.

3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.

4) Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.

5) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.

6) Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap. 7) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun

bisa membaca tulisan latin.

8) Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.

9) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

d. Keluarga Sejahtera Tahap IIIyaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :

1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

2) Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga. 3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari

dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

5) Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.


(52)

7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus yaitu keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu :

1) Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.

2) Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

f. Keluarga Miskinadalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

1) Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.

2) Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.

3) Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.

g. Keluarga miskin sekali adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

1) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.

2) Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian.


(53)

4. Tinjauan Sikap 4.1 Pengertian Sikap

Seseorang yang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam interaksi sosialnya, individu beraksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.

Menurut Trow dalam Djaali (2008:114) “Sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh lagsung kepada respons individu terhadap semua objek tau situasi yang berhubungan dengan objek itu”.

Harler dalam Djaali (2008:114) mengemukakan bahwa “Sikap adalah kesiapn atau kecendrungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu”.

Sedangkan pengertian sikap menurut La Pierre (http//www.google.com) bahwa “sikap didefinisikan sebagai suatu pola prilaku, tendensi atau kesiapan atisipatif untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan”.

Pendapat lain dari Slameto (1988:191) bahwa “Sikap adalah suatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu


(54)

berinteraksi teradap situasi serta menentukan apa yang dicari dalam kehidupan”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik pengertian bahwa sikap adalah suatu keadaan dalam individu yang menggerakan untuk bertindak dengan perasaan menerima atau menolak suatu objek atau berinteraksi dalam suatu objek tertentu.

Sumber pembentuk sikap ada empat, yakni pengalaman pribadi, interaksi dengan orang lain atau kelompok, pengaruh madia massa dan pengaruh dari figur yang dianggap penting. Swastha dan Handoko menambahkan bahwa tradisi,kebiasaan, kebudayaan dan tingkat pendidikan mempengaruhi pembentukan sikap.

Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting media masaa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri seorang individu

a. Pengalaman pribadi

Middlebrook mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dilami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, karena


(55)

penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama membekas.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis atau searah atau searah dengansikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh keinginan untuk berafilasi dan keinginan untuk menghindari konflik.

c. Pengaruh kebudayaan

Pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhan). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakt. Kebudayaanlah yang menanamkan garis pengaruh sikap individu terhadap berbagai masalah.

d. Media massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini sesorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat,


(56)

pesan-pesan sugestif akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkut posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembga pendidikan atau lembaga agama seringkali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

f. Faktor emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasar oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat


(57)

merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilaang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

4.2 Perubahan dan fungsi sikap

Sikap ternyata dapat berubah dan berkembang karena hasil dari proses belajar, proses sosialisasi, arus informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya pengalaman-pengalaman baru yang dialami individu fungsi sikap ada empat yaitu:

1) Fungsi penyesuaian atau fungsi menafaat yang menunjukkan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang digunakannya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya. Dengan demikian, maka individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikan.

2) Fungsi pertahanan ego yang menunjukkan keinginan individu untuk menghindarkan diri serta melindungi dari hl-hal yanng mengancam egonya atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan, maka sikap dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

3) Fungsi pernyataan nilai, menunjukkan keinginan individu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan sesuatu nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.

4) Fungsi pengetahuan menunjukkan keinginan individu untuk mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan penglamannya.

Penerjemahan sikap dalam tindakan Wener dan Pefleur mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasi tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu pstulat of consistency, postulat of independent variation, dan postulate of


(58)

a. Postulat konsistensi

Postult konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang cukup akurat untuk mempredisikan apa yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi, postulat ini mengkonsumsikan adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku.

b. Postulat variasi independen

Postulat ini mengtakan bahwa mengetahuai sikap tidak berarti dapat mempredisikan perilaku sikap karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan bereda.

c. Postulat konsistensi kontigensi

Postulay konsistensi kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasi onel tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok dan lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi lainnya. Postulat yang terakhir ini lebih masuk akal dalam menjelaskan hubungan sikap dan perilaku.

Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai bentuk tekanan dan hambatan yang dapat mengganggu ekspresi sikap maka dapat diharapkan bahwa bentukbentuk perilaku ditampakkannya merupakan ekspresi sikap yangsebenarnya. Artinya, potensi reaksi sikap yang sudah terbentuk dlam diri individu itu akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang sesungguhnya terhadap sesuatu. Sebaliknya jika individu mengalami atau merasakan hambatan yang dapat mengganggu kebebasnnya dalam mengatakan sikap yang sesungguhnya atau bila individu merasakan ancaman fisik maupun ancaman mental yang dpat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan sikap yang hendak dikemukakan maka apa yang diekspresikan oleh individu sebagai perilaku lisan atau


(59)

perbuatan itu sangat mungkin sejalan dengan hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan dengan apa yang dipegangnya sebagai sutau keyakinan, semakin kompleks situasinya dan semakin banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam bertindak maka semakin sulitlah memprediksikan perilaku semakin sulit pula menafsirkannya sebagai indikator.

5. Tinjauan Tentang Tanggung Jawab 5.1 Pengertian Tanggung Jawab

Menurut Joko Tri Prasetya (1991:154) Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

Sedangkan M. Munandar sulaiman (2007:102) berpendapat bahwa tanggung jawab ialah kesadaran yang terefleksi dalam berbagai tindakan. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab baik sebagai makhluk individu, sosial, maupun makhluk bertuhan. Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup manusia,bahwa setiap manusia di bebani dengan tangung jawab. Apabila dikaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus dipikul sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat.

Berdasarkan pendapat di atas maka tanggung jawab merupakan keadaran akan tingkah laku atau kewajiban yang harus dilakukan


(60)

akibat perbuatanya yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.

5.2 Bentuk-bentuk Tanggung Jawab

Menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi. Jadi, dalam hal ini manusia harus bertanggung jawab atas dirinya pribadi.

Tanggung jawab merupakan beban psikis yang dilandasi pelaksanaan kewajiban atau dalam melaksanakan tugas tertentu, kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatanya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat segala perwujudan kesadaran akan kewajiban. Disamping kewajiban sosial kemasyarakatan ada pula tanggung jawab terhadap keluarga, tanggung jawab ini berarti ia harus menjalankan tugas dan kewajiban dalam menghidupi keluarganya yaitu istri dan anak meliputi kejasmanian, hidup kejiwaan, dan kerohanian.

Menurut Joko Tri Prasetya ada empat macam tanggung jawab antara lain:

1. Tanggung jawab Kepada Keluarga

Masyarakat kecil adalah keluarga. Keluarga adalah suami, istri, ayah, ibu dan anak-anak, dan juga orang-orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut


(61)

nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. 2. Tanggung Jawab Kepada Masyarakat.

Suatu kenyataan pula bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia merupakan anggota masyarakat, karena itu dalam berfikir, tingkah laku, berbicara, dan sebagainya manusia terikat oleh masyarakat. Wajarlah apabila segala tingkah laku perbuatan harud dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. 3. Tanggung Jawab Kepada Bangsa/Negara

Setiap manusia adalah warganegara suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau aturan-aturan yang dibuat oleh negara.manusia tidak dapat berbuat semau sendiribila perbuatan manusia itu salah, maka harus bertanggung jawab kepada keluarga.

4. Tanggung Jawab Kepada Tuhan

Manusia ada tidak dengan sendirinya melainkan makhluk ciptaan tuhan. Sebagai ciptaan tuhan manusia dapat mengembangkan diri sendiri dengan sarana-sarana pada dirinya yaitu pikiran, perasaan, seluruh anggota tubuhnya, dan alam sekitarnya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk tanggung jawab ada empat yaitu tangung jawab kepada


(62)

keluarga, masyarakat, bengsa dan negara kemudian tanggung jawab kepada tuhan.

B. Kerangka Pikir

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Pengaruh pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga dengan sikap tanggung jawabnya dalam membina keluarga bahagia.

Berdasarkan hal tersebut, hubungan antara Pengaruh pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga dengan sikap tanggung jawabnya dalam membina keluarga bahagia di Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat dalam diagram kerangka pikir sebagai berikut

Gambar 3.1 Bagan Kerangka pikir Tingkat pemahaman peran

laki-laki sebagai kepala keluarga (X) indikator:

1. Mencari Nafkah 2. Mendidik anak 3. Mengembangkan

spiritual

4. Tersedianya waktu untuk keluarga 5. Memberikan

aspirasi

6. Memiliki komitmen

Tanggung jawab kepala keluarga dalam membina

keluarga bahagia (Y) Indikator:

1. Memenuhi kebutuhan keluarga

2. Melindungi anak dan istri nya

3. Memberikan

pendidikan untuk anak-anak

4. Menberikan pendidikan spiritual anak dan istrinya

5. Memberikan waktu untuk keluarga


(63)

C. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pikir di atas maka dalam penelitian ini hipotesis penelitian ditetapkan sebagai berikut:

1) Tingkat pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga dengan sikap tanggung jawabnya dalam membina keluarga bahagia di Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran

2) Terdapat hubungan antara pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga dengan sikap tanggung jawabnya dalam membina keluarga bahagia


(64)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, untuk menjelaskan hubungan antara konsep-konsep atau nilai-nilai dari variabel satu ke variabel lainya.

Dalam hal ini, menjelaskan hubungan tentang tingkat pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga dengan tanggung jawabnya dalam membina keluarga bahagia.

B. Populasi dan sampel a. Populasi

Menurut Riduwan (2010: 54) “Populasi adalahobjek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertebtu berkaitan dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mengartikan populasi adalah seluruh Kepala Keluarga di Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


(65)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.1. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Cipadang yang istrinya bekerja Menjadi TKI

No Dusun Jumlah

1. Cidadi 26 Orang

2. Ciwangi 10 Orang

3. Ciberes 9 Orang

4. Cilawang 12 Orang

5. Cierih 36 Orang

6. Ciarum 7 Orang

7. Citemen 9 Orang

8. Mujidadi 10 Orang

9. SumberSari 5 Orang

Jumlah 124 Orang

Sumber: Dokumentasi Penduduk desa Cipadang

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti (Suharsini Arikunto, 1983: 92). Sedangkan menurut Riduwan (2010: 56) “Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Jika jumlah populasi kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat di ambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan pendapat di atas maka sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 20% sehingga sampelnya 20% x 124 = 24,8 Dengan demikian, jumlah keseluruhan sampel dibulatkan menjadi 25 orang.

Untuk lebih jelas mengenai jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :


(1)

62

C : Koefesien kontingensi X2: Chi Kuadrat

N : Jumlah sampel

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefesien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Cmaks =

m

m

1

Keterangan:

Cmaks : Koefesien kontingen maksimum

M : Harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria I : Bilangan konstan

uji pengaruh makin dekat dengan harga Cmaks makin besar derajat asosiasi antar faktor. Dengan kata lain, faktor yang satu makin berkaitan dengan faktor yang lainmerurut Sudjana(2005:282).


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai hubungan tingkat pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga dengan sikap tanggung jawab dalam membina keluarga bahagia di Desa Cipadang kecamatan Gedong Tataan Pesawaran maka penulis dapat menyimpulkan: 1. Pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga masuk dalam kategori

cukup berperan, ini menunjukkan bahwa adanya peran kepala keluarga dalam membentuk keluarga bahagia. Seperti, mencari pekerjaan tambahan selain pekerjaan tetapnya, memberikan waktu luang untuk mengerjakan tugas dan membantunya mengerjakan pekerjaan rumah tersebut, menjelaskan arti pendidikan kepada anak, mengajarkan syariat agama kepada anak, meluangkan waktuuntuk keluarga, memberi semangat anak dalam belajar, dan mencontohkan sikap tanggung jawab kepada anak.


(3)

97

2. Tanggung Jawab laki-laki sebagai Kepala Keluarga dalam Membina Keluarga Bahagia masuk dalam kategori cukup bertanggung jawab, terlihat peran laki-laki sebagai kepala keluarga yang masih tetap bekerja dan berusaha memenuhi kebutuhan keluarga serta menuntun keluarganya menuju keluarga bahagia.

3. Berdasarkan hasil pengujian keeratan pengaruh yang dilakukan, diketahui ada hubungan yang signifikan antara peran laki-laki sebagai kepala keluarga dengan tanggung jawabnya dalam membina keluarga bahagia. Artinya, tinggi tingkat pemahaman peran laki-laki sebagai kepala keluarga, maka semakin baik pula sikap tanggung jawab dalam membina keluarga bahagia.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran bahwa:

1. Kepada kaum laki-laki-sebagai kepala keluarga agar dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga dalam membangun keluarga bahagia. Dengan cara mencari pekerjaan tambahan demi memenuhi kebutuhan, memberikan waktu luang anak untuk mngerjakan PR dari sekolah, membekali anak dengan dasar agama, membiasakan rasa tanggung jawab dan lain-lain.


(4)

98

2. Kepada ibu rumah tangga untuk menjalankan kewajibanya sebagai istri serta mengarahkan suami agar dapat menjalankan peran serta kewajibanya.

3. Kepada Pemerintah untuk memberikan dukungan kepada masyarakat untuk mencapai kesejahteraannya dengan cara memberikan lapangan kerja bagi kaum laki-laki.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alport, G. W. 1935. Psikologi Sosial. Erlangga. Jakarta

Arikunto,Suharsimi. 1990. Dasar-dasar evaluasi pendidikan pendidikan. Bina Aksara. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Analitik. Bineka Aksara. Jakarta

Buku Catatan Nikah. 1983

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. PT bumi aksara. Jakarta

Djamil, Abdul M.A. 2002. Bias Jender Dalam Pemahaman Islam. Gama Media .yogyakarta

Freedman, Jonatan L. DanPepalau, L. Anne .1999. Psikologi Sosial. Bumi Aksara. Jakarta

GunawanAri.H. 2000.sosiologi. RinekaCipta. Jakarta

Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian, tinjauan praktis menuju pribadi positif. PT Indeks. Jakarta

Hamalik,Oemar. 2008. Psikologi Pendidikan. PT.Bumi Aksara. Jakarta Kantor Kementrian Negara Kependudukan, 1996. BKKBN

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga. Kencana. Jakarta La Pierre. Pengerian Sikap. http//www.google.com

Prasetya, Joko Tri, dkk.1991. Ilmu Budaya Dasar. PT Rineka Cipta. Jakarta Pugung, Salahudin. 2011. Mendapatkan Hak Asuh Anak dan Harta Bersama.

Indonesia Legal Center Publising. Jakarta Selatan

Riduwan, 2010. Metode dan teknik penyusunan tesis. Alfabeta. Bandung


(6)

Soelaeman, M. Munandar. 2007. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. PT Refika Aditama. Bandung

Soekanto, Soejono. 2002. Sosiologi suatu pengantar. CV Rajawali. Jakarta Suhendi. 2001. Psikologi keluarga. Kencana Jakarta

Suherma. Keluarga sejahtera dan Indikatornya. 2011. http://suherna- kasmia.blogspot.com/2011/07/keluarga-sejahtera-dan-indikatornya_10.html(di unduh tanggal 6 januari 2013) Sudjana. 2005. Metode Statistika. PT Tarsito Bandung. Bandung

Stiadarma, Monty. P.2001. Persepsi orang tua membentuk perilaku anak. Populer Obor. Jakarta