Karakteristik Eksekutif Kajian Pustaka

20 terlihat, yaitu hilangnya reputasi perusahaan yang dapat berakibat pada kelangsungan usaha jangka panjang perusahaan Armstrong et al., 2012.

2.1.3 Karakteristik Eksekutif

Setiap pimpinan perusahaan memiliki karakteristik yang mempengaruhinya dalam pengambilan keputusan. Dyreng et al. 2010 menguji 908 sampel pimpinan perusahaan yang tercatat di ExecuComp untuk menunjukkan apakah individu Top Executive memiliki pengaruh terhadap tax avoidance perusahaan, dan memperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat tax avoidance perusahaan. Low 2006 menyebutkan setiap individu eksekutif memiliki salah satu dari dua karakteristik yaitu sebagai pengambil risiko risk taker atau penghindar risiko risk averse. Eksekutif yang memiliki karakteristik risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif ini berani memanfaatkan setiap peluang yang ada sekalipun peluang tersebut memiliki risiko yang cukup tinggi, misalnya melakukan pembiayaan dari hutang Lewellen dalam Budiman dan Setiyono, 2012. Hal ini dilakukan supaya perusahaan tumbuh lebih cepat, walaupun pembiayaan yang terlalu tinggi dari hutang dapat menimbulkan risiko kebangkrutan bagi perusahaan. Fokus utama eksekutif ini adalah pencapaian hasil atau memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya, eksekutif yang bersifat risk averse kurang menyukai risiko, sehingga dalam mengambil keputusan bisnis eksekutif ini akan lebih memilih keputusan bisnis yang tidak mengakibatkan risiko besar. Fokus utama eksekutif ini adalah keamanan. Eksekutif risk averseakan mempertimbangkan setiap 21 peluang yang ada dan memilih peluang bisnis yang tidak akan menimbulkan risiko tinggi. Karakter risk taker atau risk averse seorang pimpinan perusahaan tercermin dari besar kecilnya risiko perusahaan Budiman dan Setiyono, 2012. Semakin tinggi risiko suatu perusahaan maka eksekutif cenderung bersifat risk taker. Sebaliknya, semakin rendah risiko perusahaan maka eksekutif akan cenderung bersifat risk averse. Hartono 2008 menyebutkan risiko memiliki kaitan dengan return yang diperoleh perusahaan, bahwa risiko merupakan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa semakin besar deviasi antara outcome yang diterima dengan diekspektasikan mengindikasikan semakin besar pula risiko yang ada Swingly, 2014. Senada dengan Hartono 2008, Paligorova 2010 mengartikan risiko perusahaan sebagai penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan yang bersifat kurang dari yang direncanakan downside risk atau mungkin lebih dari yang direncanakan upside potential, semakin besar deviasi earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada. Tinggi rendahnya risiko perusahaan akan mengindikasikan eksekutif termasuk risk taker atau risk averse.

2.1.4 Kepemilikan Keluarga