4
proses Process, dan produk Product[13]. Menurut Stufflebeam, tujuan terpenting dari evaluasi bukanlah untuk membuktikan, melainkan untuk
memperbaiki[14].
Tidak ada definisi universal untuk TIK karena konsep, metode, dan aplikasi yang digunakan dalam TIK selalu berubah dari hari ke hari. Luasnya istilah TIK
meliputi setiap produk yang dapat menyimpan, mengambil, memanipulasi, mengirimkan atau menerima informasi secara elektronik dalam bentuk digital,
misalnya komputer pribadi, televisi digital, email, dan robot Riley, 2015[15].
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Disdiknas, 2003[16]. Pendidik
memiliki peran untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sumber belajar meliputi berbagai hal seperti buku, sumber elektronik digital,
maupun objek untuk dipelajari. Lingkungan belajar yang kondusif akan memudahkan peserta didik dalam belajar.
Ada dua pendekatan utama untuk menggunakan media dan teknologi di sekolah. Pertama, siswa dapat belajar dari media dan teknologi, dan kedua,
mereka dapat belajar dengan media dan teknologi. Belajar ‘dari’ teknologi
dilakukan seperti dalam penggunaan computer-based instruction tutorial atau integrated learning systems.
Belajar ‘dengan’ teknologi adalah menggunakan teknologi sebagai cognitive tools alat bantu pembelajaran kognitif dan
menggunakan teknologi dalam lingkungan pembelajaran konstruktivisme constructivist learning environments[17].
3. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat evaluatif dengan tujuan mengkaji penggunaan TIK dalam pembelajaran di SMA di Kota
Salatiga. Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model CIPP, di mana dalam penelitian ini, konteks adalah tentang umumnya penggunaan TIK di
kota Salatiga; masukan yaitu teknologi, sarana prasarana TIK, guru, serta siswa; proses yaitu proses pembelajaran, dan produk yaitu dampak penggunaan TIK dalam
pemebalajaran. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, di mana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci Sugiyono, 2013[18]. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan wawancara. Angket
merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberikan tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan
permintaan pengguna Arikunto, 2006[19]. Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengumpulkan informasi frekeunsi penggunaan TIK, bagaimana TIK
digunakan, persepsi siswa terhadap penggunaan TIK dalam pembelajaran di sekolah, serta hambatan dalam penggunaan TIK dalam pembelajaran. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian Palekahelu 2015 tentang penggunaan TIK di sekolah di kota Salatiga, Jawa Tengah[20]. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh data yang berupa konstruksi kejadian, aktivitas, dan pengakuan Burhan, 2009[21]. Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk
5
melakukan crosscheck triangulasi terhadap temuan angket serta untuk mengumpulkan informasi lebih lengkap dari temuan angket.
Penelitian dilakukan pada enam SMA dari delapan SMA yang ada di Kota Salatiga, yang terdiri dari tiga SMA negeri dan tiga SMA swasta. Keenam sekolah
tersebut dipilih karena memiliki nilai akreditasi yang sepadan. Dari masing-masing SMA negeri dan swasta, terdapat satu sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013
dan dua sekolah lainnya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP sekolah ini pernah menggunakan Kurikulum 2013 pada Semester Ganjil tahun
ajaran 20142015. Sampel dalam penelitian ini adalah 45 siswa untuk setiap sekolah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random
sampling.
Dari angket yang didistribusikan ke enam SMA di Salatiga, didapatkan respon balik yang terdiri dari 124 responden dari SMA negeri dan 132 responden
dari SMA swasta. Hasil temuan angket kemudian di-crosscheck dengan melakukan wawancara terhadap siswa random dan guru.
4. Hasil dan Pembahasan Frekuensi penggunaan TIK untuk pembelajaran