Arahan Pengembangan Peisisr Berbasis Wisata Pantai Di Kabupaten Pangandaran

ARAHAN PENGEMBANGAN PESISIR
BERBASIS WISATA PANTAI DI KABUPATEN
PANGANDARAN

MARINE KENZI MARTASUGANDA
A156130061

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Arahan Pengembangan
Peisisr Berbasis Wisata Pantai di Kabupaten Pangandaran adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Marine Kenzi Martasuganda
NRP A156130061

RINGKASAN
MARINE KENZI MARTASUGANDA. Arahan Pengembangan Peisisr Berbasis
Wisata Pantai di Kabupaten Pangandaran. Dibimbing oleh BOEDI TJAHJONO
dan FREDINAN YULIANDA.
Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan baik sebagai
sumber devisa negara maupun dalam memperluas kesempatan kerja dan usaha.
Dalam dimensi nasional peningkatan peran sektor pariwisata makin membuka
peluang dalam pembangunan baik ekonomi maupun sosial budaya. Namun, hal ini
tidak terlepas dari peran serta masyarakat dalam membangun kawasan. Selain itu,
pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut tidak terlepas dari masalah tragedi open
access yang menyebabkan depresi sumberdaya, inefisiensi ekonomi, dan
permasalahan sosial.
Penelitian ini mengambil lokasi di bagian pesisir Kabupaten Pangandaran
yang bertujuan untuk 1) menilai kesesuaian wisata pantai di Kabupaten

Pangandaran, 2) menilai tingkat penerimaan masyarakat dalam pengembangan
wilayah pesisir di Kabupaten Pangandaran sebagai Kabupaten Pariwisata, 3)
menyusun arahan pengembangan pesisir berbasis pariwisata pantai di Kabupaten
Pangandaran. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pegamatan langsung di lapang dan
wawancara, adapun data sekunder dilakukan di wilayah penelitian diambil dari
berbagai sumber dan data dari instansi terkait. Metode analisis meliputi analisis
kesesuaian wisata pantai, analisis tingkat akseptibilitas masyarakat, analisis
deskriptif, dan A’WOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah pesisir Kabupaten
Pangandaran yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata pantai
sekaligus mendapatkan nilai yang tinggi dalam penerimaan masyarakat terdapat di
Desa Pangandaran, Desa Pananjung, Desa Wonoharjo, dan Desa Cikambulan.
Kemudian untuk pengembangannya, arahan utama yang dapat ditempuh
berdasarkan hasil A’WOT dalam pengembangan wilayah berbasis wisata pantai
yaitu dengan upaya (1) Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran membuat
peraturan daerah mengenai pemanfaatan ruang sempadan pantai berdasarkan
potensi sumberdaya dan partisipasi masyarakat, (2) Pemerintah Daerah Kabupaten
Pangandaran mengimplementasikan peraturan perundang-undangan yang telah
berlaku dengan melibatkan masyarakat untuk mengoptimalkan pengawasan

terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak negatif terhadap pariwisata, dan (3)
kebijakan atau peraturan daerah yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Pangandaran harus sesuai dengan norma yang dianut oleh masyarakat setempat.
Kata kunci : Pariwisata Pantai, Partisipasi Masyarakat, Kebijakan Pariwisata

SUMMARY
MARINE KENZI MARTASUGANDA. Coastal Development Direction based
on Coastal Tourism in Pangandaran Regency. Supervised by BOEDI TJAHJONO
and FREDINAN YULIANDA.
Tourism plays an important role in the development, as a source of foreign
exchange and in expanding employment and business opportunities. In the
national level, strengthening the role of tourism sector is expected to offer new
opportunities for economic and socio-cultural development. However, in order to
make this happen, it required the community participation while developing the
tourism areas. This is because, the management of coastal and marine resources
cannot be separated from the open access tragedy that often causes the resource
depression, economic inefficiency, and social issues.
Given such a situation, this study was conducted in the coastal parts of
Pangandaran Regency, which aims; 1) to assess the suitability of coastal tourism
in Pangandaran Regency, 2) to assess the level of public acceptance in coastal

areas development in Pangandaran Regency as tourism area, 3) to formulate the
coastal development direction based on coastal tourism in Pangandaran Regency.
This study uses primary and secondary data. The primary data were obtained from
field observations and in-depth interviews, whereas the secondary data were
obtained from research locus and related institutions. The data were reviewed and
analysed by using coastal tourism suitability analysis to determine the coastal
tourism area, level of public acceptability analysis to assess the level of public
acceptance, descriptive analysis, and A’WOT.
The results of this study showed the coastal areas in Pangandaran
Regency, which can be developed as coastal tourism area and gain high scores in
the public acceptability analysis. These areas are Pangandaran Village, Pananjung
Village, Wonoharjo Village, and Cikambulan Village. The regional development
direction based on coastal tourism in Pangandaran Regency can be conducted
based on the A'WOT's results, namely: 1) the Local Government of Pangandaran
Regency make a local regulation for riparian zone land use based on potential
resources and community participation, (2) the Local Government of Pangandaran
Regency implement the existing laws and regulations by involving the community
in order to optimize the oversight of the activities that will cause negative impacts
on tourism, and (3) the policy and regulation made by Local Government of
Pangandaran Regency should conform to the social norms which embraced by the

local community.
Key words: Coastal Tourism, Public Participation, Tourism Policy

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ARAHAN PENGEMBANGAN PESISIR
BERBASIS WISATA PANTAI DI KABUPATEN
PANGANDARAN

MARINE KENZI MARTASUGANDA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Ernan Rustiadi, M.Agr

Judul Tesis : Arahan Pengembangan Pesisir Berbasis Wisata Pantai di
Kabupaten Pangandaran
Nama
: Marine Kenzi Martasuganda
NRP
: A156130061

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Boedi Tjahjono, M.Sc
Ketua

Dr Fredinan Yulianda, M.Sc
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Ernan Rustiadi, M.Agr

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 28 September 2016


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
“Arahan Pengembangan Pesisir Berbasis Wisata Pantai di Kabupaten
Pangandaran” ini. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar magister sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
Sekolah Pascasarjana IPB.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Dr Boedi Tjahjono, M.Sc dan Dr Ir Fredinan Yulianda, M.Sc selaku komisi
pembimbing atas segala motivasi, arahan, dan bimbingan yang diberikan
mulai dari tahap awal hinga penyelesaian tesis ini
2. Dr Ir Ernan Rustiadi, M.Agr selaku ketua Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah dan penguji luar komisi atas segala masukan dan arahan dalam
penyempurnaan tesis ini
3. Segenap dosen, asisten dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah IPB

4. Dinas Pariwisata, tokoh masyarakat, pengurus organisasi masyarakat, dan
aparat pemerintahan lainnya di kawasan wisata Kabupaten Pangandaran yang
telah memberikan fasilitas dan data dalam penyelesaian tesis ini
5. Dr Ali Akbar selaku peneliti budaya dan Manager Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat FIB UI yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi
sehingga memperkaya tesis ini
6. Rekan-rekan PWL reguler dan Bappenas angkatan 2013 yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini
7. Rekan-rekan Kelompok Studi Instrumentasi dan Survei Kelautan
(KOMITMEN) yang telah memberikan semangat, inspirasi, dan ilmu-ilmu
yang bermanfaat
8. Lifany Husnul Kurnia atas segala do’a, dukungan, dan kesabarannya yang
telah diberikan selama proses penyusunan tesis ini
Terima kasih yang istimewa khusus disampaikan kepada kedua orang tuaku
tercinta beserta seluruh keluarga, atas segala do’a, dukungan, kasih sayang dan
pengorbanan yang telah diberikan selama ini. Penulis menyadari adanya
keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga dalam penelitian ini mungkin masih
terdapat banyak kekurangan.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terimaksih.


Bogor, 28 September 2016

Marine Kenzi Martasuganda

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

iii
iii
iv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Pertanyaan Penelitian

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran

1
1
1
2
3
3
3

2

TINJAUAN PUSTAKA
Penetapan Kabupaten Pariwisata
Pengelolaan Wilayah Pesisir
Konsep Pariwisata Pesisir
Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Kebijakan Penataan Ruang
Penelitian-Penelitian Terdahulu

5
5
5
6
6
7
7

3

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
Analisis Kesesuaian Wisata Pantai
Analisis Tingkat Penerimaan Masyarakat
Arahan Pengembangan Wilayah

9
9
9
9
11
11
12

4

GAMBARAN UMUM WILAYAH
Geografi dan Administrasi
Geologi dan Jenis Tanah
Kondisi Wisata Pantai Kabupaten Pangandaran
Pantai Pangandaran
Pantai Karang Tirta
Pantai Batu Hiu
Karakteristik Pantai
Tipe Pantai
Kemiringan Pantai
Kondisi Fisika Oseanografi
Kondisi Kimia Oseanografi
Kondisi Biologi Oseanografi
Lingkungan Fisik Pantai
Kebudayaan

17
17
17
17
18
19
19
20
20
21
22
23
24
24
24

iii
5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kesesuaian Wisata Rekreasi Pantai
Analisis Tingkat Penerimaan Masyarakat
Rekomendasi Lokasi Pengembangan Wisata Pantai
Keselarasan Penggunaan Lahan Sempadan Pantai
Kebijakan Kawasan Wisata Pantai
Arahan Pengembangan Pesisir Berbasis Wisata Pantai

26
26
28
30
31
32
38

6

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

46
46
46

Daftar Pustaka
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

47
53
56
DAFTAR TABEL

1.

Matriks Tujuan, Jenis dan Sumber Data, Sumber, Teknik Analisis
dan Keluaran
2. Matriks Kesesuaian Wisata Pantai
3. Penilaian Tingkat Penerimaan Masyarakat
4. Matriks Keselarasan Penggunaan Lahan
5. Pembobotan Analisis SWOT
6. Matriks Strategi Analisis SWOT
7. Urutan/Rangking Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Wisata Pantai
8. Luas dan Panjang Pantai Kabupaten Pangandaran
9. Indeks Kesesuaian Wisata Pantai
10. Indeks Tingkat Penerimaan Masyarakat
11. Matriks Keselarasan Penggunaan Lahan Sempadan Pantai
12. Implementasi Kebijakan Sarana dan Prasarana Pariwisata
13. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir
14. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Keamanan Bencana
15. Peraturan Kawasan Pariwisata dalam Rencana Tata Ruang
16. Faktor-faktor Internal
17. Faktor-faktor Eksternal
18. Bobot Masing-Masing Faktor SWOT
19. Matriks Arahan Pengembangan Wilayah
20. Urutan Arahan Pengembangan Wilayah

10
11
12
13
15
16
16
17
26
28
31
33
35
36
38
39
39
40
41
43

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kerangka Pemikiran
Lokasi Penelitian
Tahapan Model A’WOT
Struktur Hirarki Matriks A’WOT
Aktifitas Wisatawan di Pantai Pangandaran
Objek Daerah Tujuan Wisata Karang Tirta

3
9
14
15
18
19

iv
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Objek Daerah Tujuan Wisata Batu Hiu
Pantai Berpasir (beach) Disepanjang Pantai Kabupaten Pangandaran
Muara Sungai di Desa Sukaresik
Pantai Curam Berbatu Desa Ciliang
Visualisasi Profil Melintang Pantai Kabupaten Pangandaran
Persebaran Wilayah Kesesuaian Wisata Pantai
Kesesuaian Wisata Pantai Pada Skala yang Lebih Besar (Tiap Desa)
Wawancara dengan Responden
Tingkat Penerimaan Masyarakat Kabupaten Pangandaran
Rekomendasi Lokasi Pengembangan Pariwisatan Pantai
Keselarasan Penggunaan Lahan Wisata Pantai
Hubungan Pemangku Kepentingan Pariwisata
Kondisi Aktual Sempadan Pantai

20
21
21
22
22
27
27
29
30
30
32
34
37

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pangandaran dalam RTRWN
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pangandaran dalam RTR Jawa-Bali
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
Kawasan Strategis Provinsi

54
54
55
55

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Pangandaran merupakan sebuah kabupaten baru yang
sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Ciamis. Penetapan sebagai
Kabupaten Pangandaran berlaku sejak 2012 sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten
Pangandaran di Provinsi Jawa Barat. Salah satu program intensif yang akan
dilakukan pemerintah Kabupaten Pangandaran adalah pembangunan di bidang
pariwisata. Perkembangan pariwisata dapat dilihat dari peningkatan jumlah
wisatawan setiap tahunnya baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
Pariwisata merupakan sektor ekonomi alternatif yang dipandang mampu
mempercepat penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Menurut Dinas
Pariwisata Kabupaten Pangandaran, jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata
yang ada di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2013 meningkat 11,05 % dari
tahun sebelumnya, dimana total kunjungan selama tahun 2013 adalah 1.560.740
orang. Perincian jumlah wisatawan yang datang adalah wisatawan mancanegara
sebanyak 8.587 orang dan wisatawan domestik 1.552.153 orang.
Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan baik sebagai
sumber devisa negara maupun untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha.
Dalam dimensi nasional peningkatan peran sektor pariwisata makin membuka
peluang dalam pembangunan baik ekonomi maupun sosial budaya. Secara
ekonomi, pesatnya perkembangan pariwisata tersebut memberi dampak yang
menguntungkan karena terkait dengan penyediaan lapangan pekerjaan di sektor
non pertanian yang akhirnya mendorong peningkatan sumbangan sektor terhadap
PDRB. Namun, hal ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat dalam
membangun kawasan. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut tidak terlepas dari
masalah tragedi open access yang sering menyebabkan depresi sumberdaya,
inefisiensi ekonomi, dan permasalahan sosial. Pengelolaan tersebut tentu tidak
dimulai dari gugusan kosong, melainkan perlu peran serta masyarakat menjadi
pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan serta pengelolaan wilayah
pesisir dan laut sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No 1 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
Perumusan Masalah
Pesatnya perkembangan pariwisata di Kabupaten Pangandaran
menimbulkan berbagai macam permasalahan fisik lingkungan seperti kondisi
visual yang kurang baik akibat perahu-perahu yang bersandar di sempadan pantai,
tempat sampah yang tidak mencukupi untuk menanggulangi sampah, baik di
pantai maupun di jalanan, sehingga dapat menimbulkan pencemaran yang
mengancam ekosistem. Permasalahan lain adalah perilaku para pedagang yang
mendirikan bangunan di kawasan sempadan pantai sebagai tempat berjualan. Hal
ini mengakibatkan luas kawasan sempadan pantai menjadi menurun dan
menurunkan estetika lokasi karena memunculkan kesan kumuh. Padahal, sebagai
sebuah kawasan wisata seharusnya hal ini tidak terjadi karena dapat merugikan
dan mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka perlu dilakukan analisis mengenai potensi dan karakteristik pantai

2

untuk menilai kesesuaian wisata pantai di Kabupaten Pangandaran.
Selain itu, banyaknya wisatawan yang datang ke objek wisata pantai di
Kabupaten Pangandaran memberikan dampak sosial bagi masyarakat setempat.
Dampak sosial budaya sebagai akibat dari terjadinya interaksi wisatawan dengan
masyarakat lokal meliputi perubahan nilai sosial antara lain berupa perubahan
norma, pandangan mengenai pergaulan pria dan wanita, sifat materialistik, dan
terciptanya budaya pariwisata. Howe (2005) menyebutkan bahwa budaya
pariwisata adalah budaya yang berdasarkan kebutuhan wisatawan. Interaksi
wisatawan dengan masyarakat lokal memunculkan daftar kebutuhan dasar dan
penunjang wisatawan dalam melakukan kegiatan pariwisata. Oleh sebab itu,
masyarakat sebagai penerima dampak pariwisata serta pemilik wilayah, harus
berperan aktif dalam mengelola wisata di daerahnya. Hal ini diharapkan agar
masyarakat mendapatkan manfaat langsung dari keberadaan wisata pantai di
wilayahnya. Oleh sebab itu, diperlukan adanya analisis tingkat kesediaan
masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai di wilayahnya.
Berdasarkan data yang dihasilkan oleh organisasi lokal Pangandaran atau
Local Working Group (LWG) Pangandaran dalam buku Development of
Destination Management Organization, Tourism Development Supporting
Biodiversity Conservation in Pangandaran Indonesia, permasalahanpermasalahan yang ada diakibatkan oleh manajemen pariwisata yang lemah.
Kelemahan ini diakibatkan oleh pemangku kepentingan yang terlibat tidak
berkolaborasi antara yang satu dengan yang lain dan belum adanya strategi untuk
melaksanakan perencanaan wisata pantai di Kabupaten Pangandaran. Selain itu
juga belum adanya dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) serta
dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
yang memuat potensi dan karakteristik pantai yang menjadi acuan pengendalian
pemanfaatan ruang dalam pengembangan wilayah Kabupaten Pangandaran,
seperti penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif
serta pengenaan sanksi. Oleh karena itu, diperlukan adanya sebuah strategi untuk
perencanaan pengembangan wisata pantai di Kabupaten Pangandaran.
Pertanyaan Penelitian
Kabupaten Pangandaran ditetapkan sebagai DOM (Destination
Managament Organization atau tata kelola destinasi pariwisata) di Indonesia oleh
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI. Pemulihan kawasan Pantai Selatan
Jawa pasca tsunami terus dilakukan melalui dukungan pemerintah kabupaten,
provinsi, dan pusat serta pihak-pihak lainnya seperti insan pariwisata, masyarakat,
dan lembaga dunia UNWTO (United Nation World Tour Organization). Dalam
hal ini Kabupaten Pangandaran akhirnya ditetapkan sebagai pilot projek program
UNWTO di Indonesia. Bencana gempa bumi dan tsunami di kawasan
Pangandaran merupakan momentum dalam meretas pengembangan pariwisata
berkelanjutan. Konsep tersebut disusun oleh UNWTO yaitu sebuah lembaga
kepariwisataan dunia di bawah PBB yang menaruh perhatian khusus kepada
Negara-Negara yang memiliki destinasi wisata yang rusak akibat tsunami.
Program tersebut diaktualisasikan pada penyusunan dokumen pariwisata
berkelanjutan (Tourism Management Plan) yang disusun berdasarkan partisipasi
dan representasi masyarakat lokal (Local Working Group). Terkait dengan kondisi
tersebut, pertanyaan penelitian yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah :

3

1. Bagaimana potensi dan karakteristik pantai untuk kesesuaian wisata pantai
di Kabupaten Pangandaran?
2. Bagaimana tingkat kesediaan masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir
yang berfokus pada kegiatan pariwisata?
3. Strategi apa yang dapat diterapkan untuk melaksanakan perencanaan wisata
pantai di Kabupaten Pangandaran?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan penelitian tersebut di atas, maka
tujuan penelitian yang mengambil lokasi di bagian pantai selatan Kabupaten
Pangandaran ini adalah :
1. Menilai kesesuaian wisata pantai di Kabupaten Pangandaran
2. Menilai tingkat penerimaan masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir
di Kabupaten Pangandaran sebagai kawasan wisata pantai
3. Menyusun arahan pengembangan pesisir berbasis wisata pantai di
Kabupaten Pangandaran
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pihak pemerintah Kabupaten Pangandaran untuk menyusun strategi pengelolaan
wisata pesisir dan sebagai masukan untuk penyusunan rencana tata ruang wilayah
serta rencana zonasi wilayah pesisir Kabupaten Pangandaran.
Kerangka Pemikiran
Kebijakan pemanfaatan ruang Kabupaten Pangandaran hingga kini masih
mengacu pada kebijakan Kabupaten Ciamis sejak pemekaran daerah selatan
Kabupaten Ciamis menjadi Kabupaten Pangandaran pada tahun 2012.
Permasalahan yang menjadi dasar pemikiran dalam kajian ini ialah bagaimana
menggali potensi kawasan ini agar dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata
pantai. Oleh sebab itu perlu mengetahui bagaimana pengembangan wisata pantai
yang berkelanjutan secara ekologi dan dapat melibatkan keikutsertaan masyarakat
dalam mengembangkan kawasan wisata di Kabupaten Pangandaran. Kerangka
pemikiran yang dibangun untuk penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

4

Berdasarkan pada Gambar 1, pemikiran yang dikembangkan untuk
membangun pengembangan wilayah berbasis pariwisata pantai di Kabupaten
Pangandaran adalah berlandaskan pada 4 (empat) parameter utama, yaitu, 1)
kesesuaian wisata pantai, 2) tingkat penerimaan masyarakat, 3) penggunaan lahan
eksisting, dan 4) kebijakan pengelolaan wilayah pesisir. Hal ini disebabkan
perencanaan pengembangan wisata pantai harus memperhatikan potensi
sumberdaya alam, penerimaan masyarakat dalam pembangunan kawasan pesisir
untuk wisata, dan kebijakan yang mendukung diberlakukannya peruntukan
kawasan pesisir di Kabupaten Pangandaran untuk kegiatan wisata pantai.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Penetapan Kabupaten Pangandaran sebagai Kabupaten Pariwisata
Penetapan Kabupaten Pangandaran sebagai Kabupaten Pariwisata tertuang
dalam visi Kabupaten tersebut. Visi Kabupaten Pangandaran adalah
“Mewujudkan Kabupaten Pangandaran sebagai Daerah Tujuan Wisata Dunia”.
Selain itu, Kementerian Pariwisata (2015) melakukan Program
Pengembangan Destinasi Pariwisata, yang dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan melalui penerapan kebijakan-kebijakan, seperti pemantapan
citra sebagai destinasi yang aman, tertib, nyaman dan ramah lingkungan,
mendorong pengembangan destinasi di wilayah NKRI sesuai potensi dan sumber
daya masing-masing, meningkatkan product linkage (market lead based product),
mengembangkan destinasi berkualitas dan berdaya saing, yaitu: ekowisata, bahari,
budaya, belanja, merevitalisasi kawasan pariwisata populer, mengembangkan
aksesibilitas, jejaring dan keterkaitan (networking and linkage) lintas sektor dan
wilayah, meningkatkan peran serta masyarakat, dan meningkatkan kemudahan
investasi di destinasi pariwisata.
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata, dalam pelaksanaannya telah
melakukan sosialisasi “The Tsunami Ready” Toolbox for The Indonesia Hotel
Industri; dalam rangka mendukung program nasional pengembangan Sistem
Peringatan Dini Tsunami di Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System
atau INA-TEWS). Upaya penataan kembali kawasan wisata-wisata populer yang
terkena bencana tsunami, antara lain dilakukan melalui penataan terhadap
Kawasan Pangandaran, mencakup visitor management, prasarana dan sarana
pariwisata, route tsunami, sejalan dengan implementasi program-program yang
telah dirintis oleh misi Unit Biodiversity UNWTO.
Pengelolaan Wilayah Pesisir
Definisi wilayah pesisir (coastal zone) menurut Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
menyatakan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara ekosistem
darat dan laut yang saling berinteraksi, ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk
provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu untuk kabupaten/kota dan ke arah
darat batas administrasi kabupaten/kota.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 5 menyatakan bahwa pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah secara
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hasil dari perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas Rencana Strategis,
Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan dan Rencana Aksi. Pasal 7 ayat 3 undangundang tersebut mengamanatkan bahwa pemerintah daerah wajib menyusun
semua rencana sebagaimana dimaksud sesuai dengan kewenangan masingmasing. Menurut Ditjen KP3K (2010), wilayah perencanaan RZWPPPK (Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil) Provinsi ke arah daratan
mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah perairan laut sejauh

6

sepertiga mil laut provinsi diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke
arah perairan kepulauan.
Adisasmita (2006) menyatakan tujuan pengelolaan kawasan pesisir (Coastal
Zone Management/CZM) secara keseluruhan adalah (1) untuk melindungi,
melestarikan, dan melakukan restorasi sumberdaya alam yang memungkinkan
agar mendorong pertumbuhan dan pembangunan melalui perencanaan yang sehat
secara interdisiplin dan terpadu terhadap dampak lingkungan dari kegiatankegiatan dan proyek-proyek yang dilakukan, (2) mengukur serta mengevaluasi
konsekuensinya sesuai dengan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan. Adapun
menurut Kidd et al. (2003), penerapan CZM harus terintegrasi dengan rencana
tata ruang pada tingkat lokal, regional, dan nasional, karena CZM menyoroti
interaksi penting antara kawasan darat dan laut.
Konsep Pariwisata Pesisir
Menurut Hall (2001), konsep pariwisata pesisir mencakup rentang penuh
pariwisata, hiburan, dan kegiatan yang berorientasi pada rekreasi yang terjadi di
zona pantai dan perairan pantai. Di dalam pariwisata pesisir tercakup aspek
pengembangan pariwisata pesisir seperti akomodasi, restoran, industri makanan,
dan tempat singgah, serta infrastruktur pendukung pembangunan pesisir (misalnya
bisnis ritel, marina, dan aktivitas pemasok). Hal ini termasuk kegiatan pariwisata
seperti rekreasi berperahu, pantai dan laut berbasis ekowisata, kapal pesiar,
berenang, rekreasi memancing, snorkeling, dan menyelam.
Wong (1993) mendefinisikan pariwisata pesisir sebagai suatu kegiatan
untuk menikmati pantai, pasir, laut, dan berjemur. Sementara itu Dahuri et al.
(2004) mendefinisikan wisata pesisir sebagai kegiatan rekreasi yang dilakukan
sekitar pantai seperti berenang, berselancar, berjemur, menyelam, snorkeling,
berjalan-jalan atau berlari-lari di sepanjang pantai, menikmati keindahan suasana
pesisir, dan bermeditasi. Pariwisata semacam ini sering diasosiasikan dengan tiga
”S” yaitu Sun, Sea, Sand artinya jenis pariwisata yang menyediakan keindahan
dan kenyamanan alami dari kombinasi cahaya matahari, laut, dan pantai berpasir
putih.
Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pariwisata berbasis masyarakat adalah pariwisata yang secara de facto
direncanakan dan dikelola oleh suatu kelompok individu/rumah tangga yang
beranggotakan masyarakat sebagai suatu kelompok usaha komunal. Kegiatan
tersebut dapat pula dikelola oleh suatu perusahaan swasta, yang agenda
kegiatannya disusun oleh masyarakat (Sharma, 1998 dalam Godde, 1998).
Partisipasi masyarakat akan memiliki nilai bagi pembangunan apabila
masyarakatnya memahami arti dan tujuan dari partisipasi mereka. Oleh karena itu,
pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan mengandung unsur edukasi.
Partisipasi merupakan kegiatan yang bersifat sukarela, yaitu adanya kebebasan
dan keinginan yang dilandasi oleh kesadaran individu atau masyarakat untuk
terlibat dan ikut serta dalam suatu kegiatan.
Ngece (2002) mengemukakan bahwa kegiatan pariwisata sebagai kegiatan
yang berbasis masyarakat, oleh sebab itu masyarakat lokal memiliki kontrol yang
kuat dan terlibat di dalam kegiatan pariwisata sehingga manfaatnya dapat
dirasakan dan diperoleh masyarakat. Peningkatan aktivitas ekonomi, sebagai

7

dampak dari perkembangan sektor pariwisata akan membuka peluang atau
kesempatan kerja di Kabupaten Pangandaran bagi tenaga kerja lokal dan pekerja
migran yang berasal dari luar Kabupaten Pangandaran. Todaro dan Smith (2011),
menyebutkan bahwa faktor ekonomi adalah motif utama terjadinya migrasi
penduduk. Artinya, akan terjadi arus migrasi dari daerah yang kesempatan
ekonominya kurang menuju daerah yang memberikan kesempatan ekonomi lebih
banyak.

Kebijakan Penataan Ruang
Penataan ruang adalah suatu sistem proses yang meliputi perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kegiatan
pengendalian pemanfaatan ruang berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang terdiri atas penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Dalam melakukan penataan ruang
diperlukan suatu pengelolaan yang meliputi tahapan perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan
sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan (Munasingle, 1993 dalam
Suryadi et al., 2008 ).
Pada dasarnya, penggunaan lahan di wilayah pesisir diperbolehkan oleh
undang-undang sepanjang masih tetap memperhatikan keterbatasan daya dukung,
pembangunan yang berkelanjutan, keterkaitan ekosistem, keanekaragaman hayati,
serta kelestarian fungsi lingkungan. Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam
Pasal 15 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah,
yaitu: Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada pulau-pulau kecil dan bidangbidang tanah yang berada di sempadan pantai, sempadan danau, sempadan waduk,
dan atau sempadan sungai, harus memperhatikan: a. kepentingan umum; b.
keterbatasan daya dukung, pembangunan yang berkelanjutan, keterkaitan
ekosistem, keanekaragaman hayati, dan kelestarian fungsi lingkungan.
Penelitian-Penelitian Terdahulu
Kegiatan wisata bahari yang akan dikembangkan dan dikelola hendaknya
disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya serta persyaratan
sumberdaya dan lingkungan (ekologis) yang sesuai dengan objek wisata
(Depdagri, 2009). Potensi pengembangan pariwisata sangat terkait dengan
lingkungan hidup dan sumberdaya. Salah satu cara untuk menilai potensi tersebut
adalah dengan menggunakan analisis kesesuaian wisata pantai.
Kurniawan (2015) dalam penelitiannya menyusun potensi wisata bahari di
taman wisata perairan Kepulauan Anambas dengan menggunakan indeks
kesesuaian wisata. Dari penelitian ini tersusun arahan pengembangan potensi
wisata bahari pada Pulau Mantang Besar dan Mantang Kecil di Kepulauan
Anambas yaitu; yang menekankan dimensi ekologi melalui penerapan konsep
ekowisata dalam pemanfaatannya agar hasilnya dapat menjaga keberlanjutan serta
kelestarian sumberdaya yang ada. Hal ini dikarenakan kualitas perairan di pulau
Mantang Besar dan Mantang Kecil cukup mendukung untuk pengembangan
wisata bahari. Hasil pengukuran sebagian besar parameter kualitas perairan
menunjukkan nilai rata-rata masih dalam kategori (S2) sesuai. Adapun, Liaghata
et al. (2013) melakukan analisis kesesuaian lahan berbasis teknik Evaluasi Multi
Kriteria (MCE) dan GIS serta mengintegrasikan unsur Weighted Linear

8

Combination (WLC) terhadap kriteria yang relevan dikembangkan melalui
metode AHP. Hasil penelitian menunjukkan 3547 (3% atau 31,923 hektar) dari
96.901 sel grid, masing-masing merupakan lahan potensial, 62.038 (65% atau
558,342 hektar) dan lahan paling potensial 31.316 (32% atau 281,844 hektar).
Selain itu, rencana pengembangan kawasan bahari juga harus dikaitkan
dengan berbagai kepentingan yang mendasar, hal ini dikarenakan keberadaan
kawasan wisata bahari menjadi tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu,
pengelolaan pesisir harus dilakukan bersama-sama seluruh komponen masyarakat
(stakeholder) yang terdiri dari pemerintah, masyarakat dan organisasi non
pemerintah. Pengembangan tersebut hendaknya dimulai dari pendekatan terhadap
masyarakat setempat sebagai suatu model pendekatan perencanaan partisipatif
yang menempatkan masyarakat pesisir untuk dapat saling berbagi, meningkatkan
dan menganalisa pengetahuan mereka tentang bahari, kehidupan pesisir, membuat
rencana, dan bertindak.
Laguha (2011) dalam penelitiannya menggunakan analisis yang disusun
dengan menggunakan matrik SWOT yang menggabungkan faktor internal dan
eksternal dari komponen atau bidang. Bentuk dari tahapan ini merupakan
pengintegrasian dari S-O, S-T, W-O, dan W-T dalam pengelolaan pariwisata
berbasis masyarakat dengan hasil yang menyatakan bahwa berbagai kepentingan
yang diharapkan oleh para stakeholder dapat terpenuhi melalui kegiatan
pariwisata yang berlangsung saat ini. Bagi masyarakat lokal, kegiatan pariwisata
dapat memenuhi kepentingan mereka untuk mendapatkan pekerjaan dan
menambah pendapatan, tetapi hal ini belum dapat sepenuhnya memenuhi
kepentingan mereka untuk menjual hasil pertanian dan perikanan. Selain itu,
Sitorus et al. (2014) melakukan penelitian di Kabupaten Pangandaran terkait
analisis objek wisata dan arahan pengembangan wisata Pangandaran, salah satu
metode yang digunakan adalah IFAS-EFAS. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa strategi yang tepat untuk pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran
adalah strategi agresif. Serta rencana dan strategi yang direkomendasikan dalam
pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran secara terpadu yaitu: (1)
mengadakan percepatan pembangunan jaringan transportasi dan perbaikan jalan
terutama jalan-jalan nasional, provinsi, maupun jalan penghubung ke lokasi wisata
dan (2) peningkatan kapasitas dan kualitas layanan di lokasi kawasan wisata
unggulan.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya seperti tersebut di atas,
penelitian ini akan melakukan perencanaan pengembangan wilayah berbasis
kawasan wisata pantai di Kabupaten Pangandaran yang dilihat dari berbagai
aspek, yaitu ; kesesuaian wisata pantai berdasarkan potensi sumberdaya alam dan
tingkat penerimaan masyarakat terhadap penetapan Kabupaten Pangandaran
sebagai Kabupaten Pariwisata untuk menentukan lokasi pengembangan wisata
pantai. Setelah itu lokasi tersebut diselaraskan dengan kondisi aktual penggunaan
lahan dan implementasi kebijakan pengelolaan pariwisata, sehingga akhirnya
dapat merumuskan arahan pengembangan wilayah berbasis wisata pantai di
Kabupaten Pangandaran.

3 BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Wilayah studi yang dikaji dalam penelitian ini adalah wilayah pantai yang
berada di Kecamatan Pangandaran (Desa Pangandaran, Desa Pananjung, dan Desa
Wonoharjo), Kecamatan Sidamulih (Desa Cikambulan dan Desa Sukaresik), dan
Kecamatan Parigi (Desa Cibenda, Desa Ciliang, dan Desa Karangjaladri),
Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Kegiatan Penelitian ini
dilaksanakan selama 10 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan
Juli 2015.

Gambar 2. Lokasi Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lapangan baik
melalui wawancara maupun pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder
yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari buku, peta, perundangundangan, penelitian terdahulu, maupun data dari beberapa instansi terkait baik
instansi pemerintah daerah maupun pusat, seperti Dinas/Badan/Lembaga seperti
BPS, Bappeda, serta dokumen-dokumen perencanaan yang diterbitkan oleh
Pemerintah Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat, dan lainnya.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan bedasarkan tujuan yang akan dicapai dan unit
penelitian yang akan dilakukan. Selengkapnya untuk teknis analisis data, tujuan
penelitian dan keluarannya terlihat pada Tabel 1.

10

Tabel 1. Matriks Tujuan, Jenis dan Sumber data, Sumber, Teknik Analisis dan Keluaran
No
1

2

3

Tujuan
Menilai Kesesuaian Wisata
Pantai di Kabupaten
Pangandaran
Menilai Tingkat Penerimaan
Masyarakat di Kabupaten
Pangandaran
Menyusun Arahan
Pengembangan Pesisir
Berbasis Wisata Pantai di
Kabupaten Pangandaran

Jenis Data

Sumber

Teknik Analisis

Keluaran

Data Oseanografi,
Batimetri, Geomorfologi,
Biota Laut.

Primer : Survei Lapang
Sekunder : Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Ciamis, Kelvin
(2015), Husrin et al (2013)

Analisis Kesesuaian Wisata
Pantai untuk Kategori
Rekreasi (Yulianda et al.,
2010)

Kesesuaian Wisata
Pantai

Persepsi Masyarakat

LSM, Organisasi Masyarakat,
Pengusaha Lokal

Analisis Tingkat Penerimaan
Masyarakat (Yusiana et al.,
2011)

Tingkat Penerimaan
Masyarakat

1. Hasil Analisis 1 dan 2

1. BAPPEDA Kabupaten Pangandaran,
Hasil Analisis 1 dan 2

1. Overlay Peta Kesesuaian
Wisata Pantai dan Peta
Tingkat Penerimaan
Masyarakat

Rekomendasi Lokasi
Pengembangan
Wisata Pantai

2. Peta Penggunaan Lahan
eksisting

2. Digitasi On Screen Google Earth
10/1/2015

3. Kebijakan Pemerintah

3. Peraturan Perundang-undangan
(Pusat, Provinsi, Kabupaten)

4. Analisis Para Pakar

4. Wawancara (Kuesioner) terhadap,
- Masyarakat : KOMPEPAR, LWG,
Karang Taruna.
- Praktisi : Dinas Pariwisata, Dinas
Kelautan, Kementerian Pariwisata.
- Akademisi : Ahli Ekologi IPB, Ahli
Oseanografi UNPAD, Ahli
Geomorfologi IPB, Ahli Budaya UI.

2. Overlay Rekomendasi
Lokasi Pengembangan
Wisata Pantai dengan
Penggunaan Lahan Eksisting
3. Analisis Deskriptif Dengan
Pendeketan Metode
Triangulasi

4. A'WOT (Kangas et al.,
2001)

Arahan
Pengembangan
Pesisir Berbasis
Wisata Pantai di
Kabupaten
Pangandaran

11

Analisis Kesesuaian Wisata Pantai
Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi mempertimbangkan 10
parameter yang menghasilkan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata
pantai kategori rekreasi antara lain: kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai,
material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan,
penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar (Yulianda et
al., 2010). Matriks untuk kesesuaian wisata pantai yang digunakan dalam
penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Matriks Kesesuaian Wisata Pantai
No

Parameter

Sumber Data

3

2

1

0

5

0-3

> 3-6

> 6-10

> 10

5

Pasir
Putih

Pasir hitam,
Berkarang,
Sedikit Terjal

Lumpur, Berbatu,
Terjal

Kelvin (2015)
Survei lapang
(2016)
Laporan Akhir
RZWP3K
(2012)

5

> 15

3-10

0.51

1

Kedalaman
perairan (m)

Kelvin (2015)

2

Tipe pantai

Husrin et al
(2013)

3

Lebar pantai (m)
Material dasar
perairan

4

Skor

Bobot

Pasir
putih,
sedikit
karang
10-15
Karang
berpasir

5

Kecepatan arus
(m/dt)

6

Kemiringan pantai
(o)

Kelvin (2015)

3

< 10

10-25

> 25-45

> 45

7

Kecerahan
perairan (%)

Laporan Akhir
RZWP3K
(2012)

1

> 80

> 50-80

20-50

< 20

8

Penutupan lahan
pantai

Survei lapang
(2016)

1

Kelapa,
Lahan
terbuka

Semak,
Belukar
rendah,
Savana

Belukar tinggi

Hutan bakau,
Pemukiman,
Pelabuhan

9

Biota berbahaya

1

Tidak ada

Bulu babi

Bulu babi, Ikan
Pari

Bulu babi. Ikan
pari, Lepu, Hiu

10

Ketersediaan air
tawar (jarak/km)

1

< 0.5

< 0.5-1

> 1.2

>2

Laporan Akhir
RZWP3K
(2012)
Survei lapang
(2016)

Sumber : Yulianda et al., (2010)

Keterangan : Nilai Maksimum (Bobot x Skor) = 84 (100%)
S1 (Sesuai) = Nilai Total x 100% = 75% - 100%
S2 (Cukup Sesuai) = Nilai Total x 100% = 50% - 75%
N (Tidak Sesuai) = Nilai Total x 100% = < 50%
Analisis Tingkat Penerimaan Masyarakat
Perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang melibatkan
masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan penentuan programnya (bottom
up). Semua anggota masyarakat memiliki hak yang sama untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut hidup dan penghidupannya. Responden
untuk analisis tingkat penerimaan masyarakat yaitu : KOMPEPAR, LWG, Karang
Taruna. Penilaian tingkat penerimaan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 3.

12

Tabel 3. Penilaian Tingkat Penerimaan Masyarakat
No

Faktor

Peringkat
Skor

Bobot
3

1
2

Pengembangan kawasan
sebagai daerah tujuan wisata
Pengelolaan kawasan

1
1

2

1

0
Tidak
tahu
Tidak
tahu

Setuju

Kurang setuju

Tidak setuju

Setuju

Kurang setuju

Tidak setuju

Baik

Kurang

Sangat
kurang

Tidak
ada

Baik

Kurang

Sangat
kurang

Tidak
ada

Bersedia

Kurang
Bersedia

Tidak
Bersedia

Tidak
tahu

wisata oleh masyarakat
3

Peran aktif masyarakat

5

dalam pariwisata
4

Keuntungan kegiatan

5

wisata
5

Keberadaan wisatawan

3

Sumber : Yusiana et al., (2011)

Keterangan : Jumlah = (Skor x Bobot)
S1= Tinggi, nilai total (Skor x Bobot) yaitu 35-45 (78%-100%)
S2= Cukup tinggi, nilai total (Skor x Bobot) yaitu 25-35 (56%-77%)
S3= Rendah, dan nilai total (Skor x Bobot) yaitu 15-25 (33%-55%)
N = Tidak sesuai, dan nilai total (Skor x Bobot) yaitu 0-15 (< 32%)
Arahan Pengembangan Pesisir
Kawasan pesisir secara global telah cenderung menjadi konsentrasi aktifitas
perekonomian dan peradaban manusia (Rustiadi, 2003), termasuk sektor
pariwisata yang memberikan dampak terhadap ekonomi dan sosial budaya suatu
daerah (WTTC, 2015). Konsekuensi tersebut baik dari aspek sosial budaya maupun
ekonomi harus siap diterima dan diantisipasi oleh pemerintah Kabupaten
Pangandaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dibuat arahan pengembangan
wilayah berbasis wisata pantai di Kabupaten Pangandaran dengan tujuan untuk
dapat mengoptimalkan potensi yang ada melalui beberapa analisis seperti berikut :
1. Rekomendasi Lokasi Pengembangan Wisata Pantai
Rekomendasi lokasi pengembangan wisata pantai disusun berdasarkan hasil
analisis kesesuaian wisata pantai dan analisis tingkat penerimaan masyarakat yang
dilakukan dengan teknik analisis Sistem Informasi Geografis (SIG), sehingga
menghasilkan lokasi yang sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata
pantai.
2. Keselarasan Penggunaan Lahan Sempadan Pantai
Keselarasan penggunaan lahan sempadan pantai dilakukan dengan cara
membandingkan penggunaan lahan dari hasil digitasi On Screen dari Google
Earth tahun 2015 dengan peta rekomendasi lokasi wisata pantai. Dengan demikian
maka akan dapat mengetahui luasan penggunaan lahan sempadan pantai mana
yang sesuai dengan ketentuan Pasal 31 UU No 27 Tahun 2007, Pasal 4 Perpres
No 51 Tahun 2016, dan Pasal 100 PP No 26 Tahun 2008. Matriks keselarasan
peggunaan lahan tersebut diperlihatkan pada Tabel 4.

13

Tabel 4. Matriks Keselarasan Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Eksisting
No

Kesesuaian
Wisata Pantai

1

Desa..1



PL-.

2

Desa..2



PL-.

3

………



PL-.



PL-.

Lahan
Terbuka

Perkebunan

Desa..n
Luas Total
∑ Ks-..
∑ Ks-..
Keterangan:
∑ Ks-..
∑ PL-.. : Luas Total Penggunaan Lahan

Lahan Terbangun

Jalan

4


:

Ks-..



Luas
Total

Ks-.

Luas Total Kesesuaian Wisata Pantai

3. Analisis Kebijakan Kawasan Wisata Pantai
Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan
pendekatan metode triangulasi yang bertujuan menganalisis hasil temuan di
lapangan dengan membuat gambaran sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta
yang ada untuk mengungkap berbagai persoalan implementasi peraturan
perundang-undangan pengelolaan wilayah pesisir yang telah ditetapkan di lokasi
wisata pantai. Lingkup kebijakan tersebut yaitu; 1) pengelolaan pariwisata, 2)
keamanan bencana tsunami, 3) pengelolaan wilayah pesisir, dan 4) kebijakan
penataan ruang.
4. Analisis A’WOT
Analisis A’WOT merupakan kombinasi antara Analytic Hierarchy Process
(AHP) dan analisis SWOT yang dilakukan dengan dua tahapan yaitu; 1)
mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dengan
metode SWOT untuk pengembangan wisata pantai di Kabupaten Pangandaran. 2)
melakukan AHP terhadap komponen-komponen SWOT yang telah ditetapkan.
Menerapkan SWOT dalam membuat keputusan strategis bertujuan untuk
memilih atau membentuk dan menerapkan strategi yang cocok antara faktor
internal dan eksternal. Bahkan, strategi yang dipilih juga harus sejalan dengan
tujuan dan masa depan para pengambil keputusan (Kangas et al., 2001).
Sedangkan AHP adalah salah satu teknik pengambilan keputusan
multivariate yang digunakan dalam analisis kebijakan. Pada hakekatnya AHP
merupakan suatu model pengambil keputusan yang komprehensif dengan
memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. AHP efektif
untuk pengambilan keputusan terutama ketika terdapat subjektivitas, sehingga
AHP sangat cocok untuk memecahkan masalah karena kriteria keputusan dapat
terorganisir dalam cara hirarkis ke sub-kriteria (Gorener et al., 2012). Bahan dan
data yang digunakan dalam analisis A’WOT merupakan nilai kepentingan kriteria
dan tingkat kepentingan yang didapat dari penilaian berdasarkan pertimbangan
kebijakan yang dilakukan secara purposive sampling dan snowball sampling yang
mewakili unsur para pakar sosial dan budaya, fisik dan lingkungan, serta
kebijakan, yang diambil dari masyarakat, akademisi, dan praktisi.
Pembuatan model strategi pengembangan wisata pantai berbasis A’WOT
pada penelitian ini terdiri dari 4 (empat) tahap seperti yang ditunjukkan pada

14

Gambar 3, yaitu; 1) membangun model SWOT, 2) memodifikasi model SWOT 3)
membangun evaluasi, dan 4) membangun arahan pengembangan wilayah.

Gambar 3. Tahapan Model A’WOT
Ahli yang menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah:
- Masyarakat: Ketua KOMPEPAR, Ketua Karang Taruna, dan Ketua LWG di
Kabupaten Pangandaran
- Akademisi: Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc (Ahli Geomorfologi IPB); Dr. Fredinan
Yulianda, M.Sc (Ahli Konservasi dan Ekowisata Pesisir IPB); Dr. Ali Akbar,
M.Hum (Ahli Budaya Pesisir FIB UI); Noir Purba, M.Si (Ahli Oseanografi
Unpad)
- Praktisi: Drs. Muhlis (Kepala Dinas Pariwisata Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan UMKM Kab. Pangandaran); Dede Arief Cahyadi S.IP (Staff
Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan UMKM Kab. Pangandaran); Dr. phil. Lily Tjahjandari, M.Hum
(Staf Ahli Kementerian Pariwisata)
Hirarki dalam penentuan prioritas pemilihan strategi pengembangan wisata
pantai dapat dilihat pada Gambar 4 dan pembobotan dalam analisis A’WOT
tersaji pada Tabel 5.

15

Gambar 4. Struktur Hirarki Matriks A’WOT
Tabel 5. Pembobotan Analisis A’WOT
Unsur
Kekuatan (Strengths)
S1
S2
...
Sn
Kelemahan (Weaknesses)
W1
W2
....
Wn
Peluang (Opportunities)
O1
O2
...
On
Ancaman (Thearts)
T1
T2
....
Tn

Bobot

Bobot Analisis AHP

Selanjutnya strategi pada matriks hasil analisis SWOT dihasilkan dari
penggunaan dan penggabungan unsur-unsur kekuatan untuk mendapatkan peluang
(SO), penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan
datang (ST), pengurangan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang
yang ada (WO), dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi
ancaman yang akan datang (WT). Sementara itu penentuan prioritas strategi
dilakukan dengan menjumblahkan bobot yang berasal dari keterkaitan unsurunsur SWOT yang terdapat dalam rumusan strategi. Kemudian jumlah bobot
tersebut diurutkan. Urutan tertinggi merupakan prioritas strategi pengembangan
wilayah berbasis wisata pantai. Strategi analisis SWOT dan format perhitungan
urutan/ranking strategi pengembangan wilayah berbasis wisata pantai dapat dilihat
pada Tabel 6 dan Tabel 7.

16

Tabel 6. Matrik Strategi Analisis SWOT
Ekternal

Internal

Peluang (Opportunity)
....
N

Ancaman (Threats)
....
n

(SO) - 1
(SO) - 2
.......
(SO) - n

(ST) - 1
(ST) - 2
.......
(ST) - n

(WO) - 1
(WO) - 2
......
(WO) - n

(WT) - 1
(WT) - 2
......
(WT) - n

Kekuatan (Strenght)

....
n
Kelemahan (Weaknesses)

....
n

Tabel 7. Urutan/Ranking Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Wisata Pantai
No
Unsur SWOT
Strategi SO

Keterkaitan



SOa

S1,S2,Sn,O1,O2,On



SOb

S1,S2,Sn,O1,O2,On



...

S1,S2,Sn,O1,O2,On



SOz

S1,S2,Sn,O1,O2,On

Strategi ST


STa

S1,S2,Sn,T1,T2,Tn



STb

S1,S2,Sn,T1,T2,Tn



...

S1,S2,Sn,T1,T2,Tn



STz

S1,S2,Sn,T1,T2,Tn

Strategi WO


WOa

W1,W2,Wn,O1,O2,On



WOb

W1,W2,Wn,O1,O2,On



...

W1,W2,Wn,O1,O2,On



WOz

W1,W2,Wn,O1,O2,On

Strategi WT


WTa

W1,W2,Wn,T1,T2,Tn



WTb

W1,W2,Wn,T1,T2,Tn



...

W1,W2,Wn,T1,T2,Tn



WTz

W1,W2,Wn,T1,T2,Tn

Jumlah Bobot

Ranking

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH
Geografi dan Administrasi
Geografi wilayah Kabupaten Pangandaran berada pada posisi 108°30’
sampai dengan 108°40’ Bujur Timur dan 7°40’20” sampai dengan 7°50’20’’
Lintang Selatan. Dilihat di peta Jawa Barat, Kabupaten Pangandaran berada di
posisi paling tenggara. Wilayah sebelah Utara Kabupaten Pangandaran berbatasan
dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar, sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Timur berbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Luas Wilayah Kabupaten Pangandaran secara keseluruhan mencapai 101 km
persegi. Terdapat 6 kecamatan yang berbatasan langsung dengan garis pantai
Samudera Hindia dengan panjang garis pantai mencapai 91 km. Adapaun rincian
luas panjang garis pantai dari masing-masing kecamatan ditampilkan pada Tabel
8.
Tabel 8. Luas dan Panjang Pantai Kabupaten Pangandaran
Kecamatan
Cimerak
Cijulang
Cigugur
Langkap Lancar
Parigi
Sidamulih
Pangandaran
Kalipucang
Padaherang
Mangunjaya
Total

Luas Pantai (Ha)
17.39
11.84
0
0
7.4
6.29
13.32
11.1
0
0
67.34

Panjang Pantai (Km)
23,5
16
0
0
10
8.5
18
15
0
0
91

Sumber : BPS Kabupaten Pangandaran 2015

Geologi dan Jenis Tanah
Daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat memiliki keragaman sumberdaya
mineral yang potensial. Bahan galian yang terdapat di sepanjang daerah pesisir
Kabupaten Pangandaran meliputi batu vulkanik andesit, tanah liat, batu kapur, dan
batu kali. Adapun jumlah produksi terbesar bahan galian untuk wilayah ini adalah
komoditi bahan batuan andesit