Strategi Pengembangan Biodiesel Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Di Jawa Barat

1

STRATEGI PENGEMBANGAN BIODIESEL KEMIRI SUNAN
(Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) DI JAWA BARAT

WENING SRI WULANDARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN
HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul STRATEGI
PENGEMBANGAN BIODIESEL KEMIRI SUNAN (Reutealis trisperma
(Blanco) Airy Shaw) DI JAWA BARAT adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

Wening Sri Wulandari
P062100324

3

RINGKASAN
WENING SRI WULANDARI. Strategi Pengembangan Biodiesel Kemiri Sunan
(Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) di Jawa Barat. Dibimbing oleh
DUDUNG DARUSMAN, CECEP KUSMANA, dan WIDIATMAKA.
Konsumsi energi semakin meningkat sementara ketersediaan energi
berbahan fosil semakin terbatas. Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap
energi fosil dapat memicu terjadinya kelangkaan energi. Indonesia memiliki

berbagai sumber energi terbarukan, diantaranya yang prospektif adalah biodiesel.
Biodiesel dari kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) memiliki
keunggulan dibandingkan sumber nabati lainnya, diantaranya rendemen yang
tinggi, dapat tumbuh di lahan kritis, dapat menambah kesuburan tanah, dapat
menyimpan karbon, dan memiliki umur produksi yang panjang. Pengembangan
biodiesel dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dan lahan, kepastian usaha
dan peranannya dalam pemenuhan energi alternatif. Tujuan umum penelitian ini
adalah merumuskan strategi pengembangan biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat.
Secara khusus, penelitian bertujuan mengkaji ketersediaan lahan kemiri sunan dan
sebarannya, kelayakan finansial pengembangan biodiesel kemiri sunan, dan
peranan biodiesel kemiri sunan sebagai energi alternatif di Jawa Barat.
Ketersediaan lahan dianalisis melalui integrasi lahan yang sesuai dengan
penggunaan lahan dan pola ruang Jawa Barat. Analisis kesesuaian lahan
menggunakan metoda Multi Criteria Evaluation (MCE) berbasis Geographic
Information System (GIS). Bobot faktor ditentukan dengan metoda Analytical
Hierarchy Process (AHP). Analisis kelayakan finansial dilakukan berdasarkan
kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit
Cost Ratio (Net BC Ratio), dan Pay Back Period (PBP). Peranan biodiesel kemiri
sunan dihitung menggunakan formula matematis yang dinyatakan dengan
persentase. Formulasi strategi pengembangan biodiesel kemiri sunan

menggunakan analisis AHP dan Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan tersedia untuk penanaman
kemiri sunan di Jawa Barat adalah 141.956 ha terdiri dari 19.583 ha lahan tersedia
1 (lahan dengan kelas kesesuaian sangat sesuai), 103.975 ha lahan tersedia 2
(lahan dengan kelas kesesuaian cukup sesuai), dan 18.398 ha lahan tersedia 3
(lahan dengan kelas kesesuaian sesuai marginal), yang tersebar pada 17
kabupaten/kota. Pembangunan tanaman kemiri sunan layak diusahakan dengan
luas 60 ha dan umur usaha 50 tahun. Nilai kelayakan dengan dana sendiri: i) NPV
Rp 1.101.007.645; ii) IRR 13,52%; iii) BCR 1,36 dan iv) PBP 14,68 tahun. Nilai
kelayakan dengan dana pinjaman: i) NPV Rp 160.351.357; ii) IRR 13,52%; iii)
BCR 1,08 dan iv) PBP 22,55 tahun. Pembangunan tanaman kemiri sunan sensitif
terhadap penurunan harga jual biji kering kemiri sunan dan penurunan
produktivitas tanaman sebesar 28% atau lebih. Pengolahan biodiesel kemiri sunan
layak diusahakan dengan umur usaha 15 tahun dan kapasitas produksi 202,75 Kl
per tahun. Nilai kelayakan dengan dana sendiri: i) NPV Rp 512.549.740; ii) IRR
27,27%; iii) BCR 1,04 dan iv) PBP 4, 32 tahun. Nilai kelayakan dengan dana
pinjaman: i) NPV Rp 303.310.940; ii) IRR 27,27%; iii) BCR 1,03 dan iv) PBP
4,94 tahun. Pengolahan biodiesel kemiri sunan sensitif terhadap kenaikan biaya
bahan dan penurunan harga biodiesel mencapai 6% atau lebih.


4

Lahan tersedia di Jawa Barat berpotensi menghasilkan biodiesel sebesar
348.161,37 Kl per tahun yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan solar Jawa
Barat sebesar 16,68%. Bungkil kemiri sunan sebagai umpan pembuatan biogas
menghasilkan biogas sebesar 197.818. 959 m3 yang setara dengan 158.255.167 kg
atau diproses menjadi biobriket sebesar 428.871.503 kg. Pemanfaatan lahan
tersedia diprioritaskan pada lahan tersedia 1 dan 2 terutama pada lahan kritis.
Pemanfaatan lahan tersedia 1 dan 2 berpeluang untuk pengembangan 2058 unit
usaha pengembangan tanaman dan pengolahan biodiesel. Lahan tersedia 3
disarankan sebagai target lokasi program penyelamatan dan perbaikan kualitas
lingkungan.
Integrasi kekuatan dan peluang menghasilkan 13 strategi berdasarkan
peran pemangku kepentingan. Implementasi strategi dilaksanakan secara
sistematis sesuai tahapan implementasi. Strategi yang dilakukan pemerintah:
menjamin ketersediaan bahan tanam varietas unggul dalam jumlah yang
mencukupi untuk penamanan skala luas, menetapkan dukungan kebijakan untuk
mendorong pengembangan biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat, membangun
unit percontohan penanaman kemiri, mengembangkan program penanaman kemiri
sunan, mengembangkan kemitraan dengan bank sebagai penyedia dana,

mengembangkan kemitraan dengan badan usaha di bidang energi sebagai
pengguna biodiesel sekaligus sebagai jaminan pemasaran biodiesel, dan
mengembangkan industri pengolah biodiesel kemiri sunan. Strategi yang
dilakukan akademisi/lembaga litbang: mengaplikasikan hasil litbang dan
pendampingan pembangunan sumber benih, meningkatkan diversifikasi metoda
diseminasi dan memperluas jangkauan diseminasi IPTEK budidaya, pola tanam
multikultur, dan pengolahan biodiesel kemiri sunan, mengembangkan kemitraan
bisnis untuk pengembangan peralatan, dan mengembangkan eksplorasi dan
pemuliaan tanaman kemiri sunan untuk mendapatkan varietas baru yang mampu
meningkatkan rendemen dan kualitas minyak. Strategi yang dilakukan
masyarakat: mengembangkan usaha penanaman varietas unggul kemiri sunan
dengan penerapan teknologi budidaya pada skala usaha 60 Ha, dan
mengembangkan usaha pengolahan biodiesel kemiri sunan melalui penerapan
teknologi pengolahan yang tepat dengan kapasitas produksi 202,75 Kl per tahun.
Pelibatan masyarakat dan komunikasi dalam proses menuju pengembangan
biodiesel kemiri sunan dan penerimaan masyarakat terhadap tanaman kemiri
sunan sebagai tanaman biodiesel perlu dilakukan secara intensif. Pengembangan
tanaman kemiri sunan direkomendasikan untuk dilaksanakan paling lambat pada
tahun 2017 dengan pola agroforestry agar pemanfaatan lahan lebih intensif.
Pengembangan 2 jenis usaha pengembangan tanaman kemiri sunan dan

pengolahan biodiesel kemiri sunan disarankan agar dilakukan secara berpasangan
sebagai mitra usaha. Mitra usaha diupayakan berasal dari daerah pengelolaan yang
sama agar memudahkan distribusi bahan baku. Pengelolaan unit usaha
direkomendasikan dengan skema pemberdayaan kelompok tani dan pembentukan
pengelola kelompok. Kajian mendalam peranan pengembangan biodiesel kemiri
sunan dalam memberikan manfaat lingkungan secara kuantitatif perlu dilakukan
untuk melengkapi informasi sebagai rekomendasi bagi para pengambil kebijakan.
Kata kunci: biodiesel kemiri sunan, lahan tersedia, strategi

5

SUMMARY
WENING SRI WULANDARI. A Strategy for the Development of Kemiri Sunan
(Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) Biodiesel in West Java. Supervised by
DUDUNG DARUSMAN, CECEP KUSMANA, and WIDIATMAKA
Energy consumption is increasing continuously while at the same time the
availability of fossil energy is getting more limited. This high dependence on fossil
energy may lead to energy scarcity. On the other hand, Indonesia has various
renewable energy resources, out of which biodiesel is the most prospective one,
especially biodiesel from kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw).

Kemiri sunan possesses some superior characteristics including high rendemen,
grows on critical lands, increases soil fertility, stores carbon, and has a long
productive period.
Biodisel development is affected by the availability of feedstock and land,
bussiness climate and its role in filling the demand for alternative energy. A
development strategy is necessary to support the advancement of kemiri sunan
biodiesel. The general objective of this research is to formulate the development
strategy of kemiri sunan biodiesel in West Java. More specifically this researh is
aimed at studying the distribution and the availability of land suitable for kemiri
sunan in West Java, the financial feasibility of kemiri sunan biodiesel, and the
role of kemiri sunan biodiesel as an alternative energy in West Java.
Assessment of land availability is conducted by integration of land
suitability with land use and spatial plan. The method used for assessing land
suitability is the Multi Criteria Evaluation (MCE) which utilizes Geographical
Information System (GIS) technology. The determination of factor s weigh is
conducted using Analytical Hierarchy Process (AHP). Financial feasibility is
assessed on the basis of: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Net Benefit Cost Ratio (BCR) and Pay Back Period (PBP). The role of biodiesel
kemiri sunan calculated using a mathematical formula expressed as a percentage.
The strategy of kemiri sunan development was formulated using AHP and

Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) analysis.
This research revealed that the available land for kemiri sunan plantation in
West Java is 141,956 hectares, which is consisted of 19,583 hectares available
land-1 category (land in highly suitable category), 103, 975 hectares available
land-2 category (land in moderately suitable category) and 18,398 hectares
available land-3 category (land in marginally suitable category). The land is
spread over 17 districts. Kemiri sunan plantation is feasible with at least 60
hectares land, with a business period of 50 years. Feasibility values without loan
are: NPV IDR 1,101,007,645; IRR 13.52%; BCR 1.36; PBP 14.68 years.
Feasibility values with loan are: NPV IDR 160,351,357; IRR 13.52%; BCR 1.08;
PBP 22.55 years. Kemiri sunan plantation is sensitive to the decrease of selling
price of dry seeds and productivity of the plants. The biodiesel processing
business is feasible at the business period of 15 years, the production capacity of
202.75 Kl / year. Feasibility values without loan are: NPV IDR 512,549,740; IRR
27.27%; BCR 1.04; PBP 4.32 years. Feasibility values with loan are: NPV IDR
303,310,940; IRR 27.27%; BCR 1.03; PBP 4.94 years. Processing of kemiri

6

sunan biodiesel is sensitive to the rising costs of materials and a decrease in the

selling price.
The 141,956 hectares land available for kemiri sunan in West Java
potentially produces 348, 161.37 Kilo liters per year that meets 16.68% of the
needs of West Java diesel fuel. Oilcake kemiri sunan potentially processed for
biogas that could produce 197, 818, 959 m3 which is equivalent to 158, 255, 167
kg or processed into 428, 871, 503 kg biobriket. Available land use focused at
available land-1 and available land-2 category, especially on marginal lands.
Land use available land-1 category and available land-2 category potentially for
the development of 2058 the business units kemiri sunan plantation and biodiesel
processing. Available land-3 category suggested as a target location for land
rehabilitation programme to improve quality of environment.
Integration of strength and opportunities created 13 strategies that can be
classified according to the roles of stakeholders. The strategy must be
implemented systematically according to the phase of implementation and
comprehensively with the synergy among stakeholders, in particular at the
operational level. The strategies that are the part of the Government include: to
secure the availability and sufficiency of plantation material of superior varieties
for the development of large scale plantations, to provide necessary policy
supports, to establish a pilot unit of kemiri sunan plantation, to develop kemiri
sunan plantation programme, to foster bank partnership as source of fund, to

create biodiesel user/market through partnership with business entities, and to
establish kemiri sunan processing industry.
Strategies that are domain of research institutes and universities cover: to
implement research output and mentoring the establishment of seed sources, to
diversify dissemination and to increase dissemination coverage of kemiri sunan
technology, to establish business partnership for the development of equipment,
and to intensify exploration tree improvement to create new varieties with higher
rendemen and better biodiesel quality.
Strategies that belong to the communities include: to establish kemiri
sunan plantations using superior varieties and implementing cultivation
technology on a business scale of 60 hectares, and to develop processing facilities
of 202.75 with a capacity of Kilo liter per year by adopting appropriate
technologies.
Communities involvement and communication in the process towards the
development of biodiesel kemiri sunan should be done intensively. Development
of kemiri sunan plantations is recommended to be started no latter than 2017. It is
recommended to apply agroforestry system for a more intensive land use.
Establishment of kemiri sunan plantations and biodiesel processing are
recommended to be developed in pairs as business partners. It is more favorable
if they are located at the same area for it will ease the transportation of

feedstocks. In terms management, the recommendation is to form group-bussiness
management and to empower the existing farmer groups. An in-depth study of the
environmental benefits of kemiri sunan biodiesel development is necessary to
complete the information for policy makers.
Key words: available land, kemiri sunan biodiesel, strategy

7

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

8

STRATEGI PENGEMBANGAN BIODIESEL KEMIRI SUNAN
(Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) DI JAWA BARAT

WENING SRI WULANDARI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

9

Penguji luar komisi:
Prof Dr Ir Armansyah H Tambunan, MAgr
Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr

10

11

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karuni a
dan ijinN ya, dis ert asi Strategi Pengembangan Biodiesel Kemiri Sunan
(Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) di Jawa Barat dapat penulis
selesaikan penyusunannya.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penyusunan disertasi tidak
lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak berupa sumbangan pemikiran,
kesempatan, maupun dukungan data dan informasi. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada:
i) Komisi Pembimbing: Prof Dr Ir Dudung Darusman, MA, Prof Dr Ir Cecep
Kusmana, MS dan Dr Ir Widiatmaka, DEA, ii) Penguji luar komisi: Prof Dr Ir
Armansyah H Tambunan, MAgr dan Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr, iii) Pimpinan
dan staf Sekolah Pascasarjana dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan IPB, iv) Pimpinan dan segenap jajaran Badan Litbang
Kehutanan, khususnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, v) Segenap narasumber yang
memberikan masukan dan pendapat dalam proses analisis. Secara khusus
penulis menyampaikan terimakasih kepada kedua putra putri penulis, suami,
dan orang tua atas motivasi dan dukungan doa yang telah diberikan.
Penulis berharap, formulasi strategi yang telah dihasilkan disertasi ini dapat
bermanfaat untuk mempercepat implementasi pengembangan biodiesel kemiri
sunan di Jawa Barat.

Bogor, Maret 2015
Wening Sri Wulandari

12

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pikir Penelitian
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kebaruan
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2

3

4

5

6
7

1
5
6
7
7
7
8

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN KEMIRI SUNAN (Reutealis
trisperma (Blanco) Airy Shaw) DI JAWA BARAT
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

9
10
13
30

KAJIAN FINANSIAL PENGEMBANGAN BIODIESEL KEMIRI
SUNAN (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) DI JAWA BARAT
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

31
32
35
42

PERANAN BIODIESEL KEMIRI SUNAN (Reutealis trisperma
(Blanco) Airy Shaw) TERHADAP KEBUTUHAN SOLAR DI JAWA
BARAT
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

43
44
45
48

STRATEGI PENGEMBANGAN BIODIESEL KEMIRI SUNAN
(Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) DI JAWA BARAT
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

49
50
51
64

PEMBAHASAN UMUM
SIMPULAN DAN SARAN

65
71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

73
78

13

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam analisis kesesuaian lahan
2 Bobot kriteria dan faktor dalam penentuan kesesuaian lahan kemiri
sunan
3 Kelas kesesuaian lahan kemiri sunan
4 Sebaran luas lahan yang sesuai untuk penanaman kemiri sunan
berdasarkan kabupaten/ kota di Jawa Barat
5 Arahan penggunaan lahan untuk penanaman kemiri sunan di Jawa
Barat
6 Sebaran lahan tersedia untuk penanaman kemiri sunan pada kabupaten
di Jawa Barat
7 Komposisi lahan tersedia untuk penanaman kemiri sunan di Jawa Barat
8 Sebaran lahan kritis pada lahan tersedia
9 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam analisis finansial
10 Komponen biaya pembangunan tanaman kemiri sunan
11 Nilai kelayakan pembangunan tanaman kemiri sunan
12 Biaya pengolahan biodiesel kemiri sunan
13 Pendapatan pengolahan biodiesel kemiri sunan per tahun
14 Nilai kelayakan pengolahan biodiesel kemiri sunan
15 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam analisis peranan
biodiesel kemiri sunan
16 Produksi biji kering dan biodiesel kemiri sunan dari lahan tersedia di
Jawa Barat
17 Produksi bungkil dan produk olahannya per tahun
18 Distribusi hilir solar Jawa Barat
19 Skenario peranan biodiesel kemiri sunan terhadap kebutuhan solar
Jawa Barat
20 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam formulasi strategi
21 Bobot dan skor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
pengembangan biodiesel kemiri sunan
22 Perhitungan nilai x dan y dari pembobotan dan skor pengembangan
biodiesel kemiri sunan
23 Formulasi strategi pengembangan biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat
24 Strategi dan implementasi strategi pemangku kepentingan dalam
pengembangan biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat
25 Unit usaha penanaman dan pengolahan biodiesel kemiri sunan
26 Usaha perbaikan lahan tersedia 3 menjadi lahan potensial untuk
penanaman kemiri sunan di Jawa Barat

11
20
21
23
27
28
29
29
33
37
38
40
41
41
44
46
46
47
47
50
54
55
57
58
66
67

14

DAFTAR GAMBAR

1 Pohon kemiri sunan
2 Kerangka pikir penelitian
3 Tahapan analisis penentuan lahan tersedia bagi penanaman kemiri
sunan di Jawa Barat
4 Peta ketinggian tempat
5 Peta curah hujan tahunan
6 Peta jumlah bulan kering
7 Peta suhu udara
8 Peta kelembaban udara
9 Peta kemiringan lereng
10 Peta tekstur tanah
11 Peta pH
12 Peta tebal solum
13 Peta drainase
14 Peta kesesuaian lahan untuk penanaman kemiri sunan di Jawa Barat
15 Peta penggunaan lahan Provinsi Jawa Barat
16 Peta RTRWP Jawa Barat
17 Peta lahan tersedia untuk penanaman kemiri sunan di Jawa Barat
18 Peta lahan kritis pada lahan tersedia
19 Bagan produksi tanaman dan biodiesel kemiri sunan
20 Tahapan pengolahan biodiesel kemiri sunan
21 Posisi strategi pengembangan biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat
22 Bagan strategi pengembangan biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat
23 Skema kelembagaan pengembangan biodiesel kemiri sunan

4
6
13
14
14
15
15
16
17
17
18
18
19
22
25
26
28
30
36
39
56
64
69

15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penilaian kriteria dan faktor lahan
2 Matriks pairwise comparisons kriteria dan faktor lahan
3 Rincian komponen biaya pembangunan tanaman kemiri sunan
per ha
4 Analisis finansial pembangunan tanaman kemiri sunan
5 Rincian komponen biaya pengolahan biodiesel kemiri sunan
6 Analisis finansial pengolahan biodiesel kemiri sunan
7 Kuesioner pembobotan faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman pengembangan biodiesel kemiri sunan
8 Matriks pairwise comparisons faktor kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman pengembangan biodiesel kemiri sunan
9 Perhitungan perkalian bobot faktor dan skor

79
83
84
85
91
92
96
102
103

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan konsumsi energi di Indonesia terjadi sangat cepat seiring
pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Masyarakat masih sangat tergantung
dengan sumber energi fosil, padahal ketersediaan sumber energi fosil semakin
menurun. Ketergantungan terhadap energi fosil disebabkan besarnya subsidi pada
produk-produk minyak dan harga listrik (Tambunan 2012). Pengurangan energi
fosil Indonesia juga disebabkan adanya kebijakan ekspor energi. Energi fosil
Indonesia selain dikonsumsi untuk keperluan domestik juga terus diekspor
(Kusumaningrum dan Munawar 2013). Jika energi fosil tidak dikelola dengan
baik dan terjadi ketidakseimbangan ketersediaan energi dengan kebutuhan maka
akan terjadi kelangkaan energi. Kelangkaan energi akan menyebabkan
terganggunya kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Penggunaan energi fosil dapat mengakibatkan dampak negatif terutama
dampaknya pada lingkungan. Pengurasan dan penggunaan energi fosil merupakan
penyumbang terbesar CO2, NOx, dan SOx yang merupakan pencemar udara
(Yusgiantoro 2000). Sementara itu, pembangunan industri, konsumsi energi
masyarakat yang tinggi, dan pemanfaatan bahan bakar fosil untuk transportasi
memberikan sumbangan terjadinya pencemaran udara. Emisi dari pembakaran
bahan bakar fosil dan emisi pabrik semen, memberikan kontribusi lebih dari 75%
emisi CO2 yang disebabkan oleh manusia (Sutamihardja 2010). Emisi CO2
memicu bertambahnya Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. GRK antara lain
berupa CO2, CH4, N2O, CO, dan NO. Akumulasi gas rumah kaca di atmosfer dan
terjadinya eaksi dari gas-gas tersebut dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
ozon dan kenaikan temperatur bumi. Dengan pengurangan pemanfaatan energi
fosil dan menggantikannya dengan energi terbarukan maka dampak negatif
terhadap lingkungan dapat dikurangi.
Pemerintah Indonesia sudah mengambil langkah terkait menipisnya
cadangan energi berbasis fosil melalui Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006
tentang kebijakan energi nasional. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk
mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan energi dalam negeri,
dengan sasaran elastisitas energi dapat tercapai kurang dari 1 pada tahun 2025,
dan tercapainya bauran energi yang optimal dengan peranan masing-masing jenis
energi terhadap konsumsi energi nasional. Dalam bauran energi, peran bahan
bakar nabati (biofuel) ditargetkan lebih dari 5%, sedangkan energi baru dan
terbarukan lainnya ditargetkan lebih dari 12%. Dalam rangka mewujudkan bauran
energi, perlu didorong pengembangan energi terbarukan. Indonesia memiliki
beragam sumber energi terbarukan, sebagaimana ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi, yaitu panas bumi, biofuel, dan
energi terbarukan lainnya berupa biomass, nuklir, tenaga air, energi panas dan
angin. Pengembangan energi terbarukan di Indonesia dibedakan dalam 3 tahap,
yaitu jangka pendek, menengah dan panjang. Dalam jangka pendek menengah,
antara lain mentargetkan pengembangan biofuel (Tambunan 2012). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa biofuel dapat dijadikan prioritas untuk dikembangkan.

2

Salah satu biofuel potensial adalah biodiesel, karena dapat dimanfaatkan sebagai
pengganti solar, yang merupakan bahan bakar untuk mendukung bidang
transportasi dan industri. Biodiesel ini sangat relevan dikembangkan di Indonesia,
mengingat konsumsi solar Indonesia cukup tinggi dan kebutuhan solar yang
semakin meningkat. Impor solar memiliki jumlah yang paling tinggi dibandingkan
jenis bahan bakar lainnya (Ardana et al. 2008). Sementara itu, kebutuhan solar
Indonesia mencapai lebih dari 15 milyar liter. Kebutuhan solar Indonesia tahun
1995 adalah 15,84 milyar liter, tahun 2000 21,39 milyar liter, dan tahun 2005
sebesar 27,05 milyar liter (Soerawidjaja 2006). Kebutuhan solar Indonesia
dipenuhi dengan impor solar yang meningkat dari 5 milyar liter pada tahun 1999
menjadi 8 milyar liter pada tahun 2001 dan menjadi 10,7 milyar liter pada tahun
2007 (DESDM 2006). Pemerintah telah menetapkan target mandatori biodiesel
pada berbagai sektor secara bertahap sampai dengan tahun 2025 yaitu sebesar
20%.
Biodiesel memiliki beberapa keunggulan yaitu : i) dapat digunakan pada
semua mesin biodiesel dengan tidak perlu melakukan modifikasi pada tangki, truk
pengangkut dan pompanya, ii) dapat meningkatkan umur mesin karena dapat
lebih berfungsi sebagai pelumas dibanding solar sehingga getaran dan suara mesin
lebih halus, iii) lebih aman karena memiliki titik pengapian sebesar 130 oC lebih
tinggi dari titik pengapian solar sebesar 52oC, iv) dapat menghilangkan emisi gas
hasil oksidasi sulfur karena biodiesel dapat menggantikan pelumas sulfur dalam
solar, dan v) mengurangi emisi gas beracun seperti CO karena pembakaran lebih
sempurna (Wahyudi 2014).
Di dunia, industri biodiesel sudah dikembangkan di beberapa negara namun
masih didominasi oleh negara-negara Uni Eropa. Peningkatan kapasitas produksi
di Asia Pasifik merupakan indikasi perkembangan industri biodiesel dan dapat
menjadi sumber pendapatan utama ekspor dan menjadi bagian strategi dan
kebijakan pemerintah untuk mendukung kelestarian lingkungan (Salim 2009).
Untuk itu, industri biodiesel Indonesia perlu didorong agar dapat berkembang
dengan baik. Untuk negara berkembang, bioenergi dan teknologi energi
terbarukan lainnya perlu didorong karena dapat memberikan kontribusi potensial
bagi keamanan energi dan memberikan manfaat lingkungan (Domac et al. 2005).
Namun demikian,
perlu juga diperhatikan faktor yang mempengaruhi
implementasinya. Faktor kritis yang perlu diperhatikan dalam implementasi
bioenergi antara lain adalah adanya kebijakan nasional dan pengaruhnya serta
kebijakan lokal (Roos et al.1999).
Salah satu bahan nabati penghasil biodiesel yang prospektif adalah kemiri
sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw). Nama lain dari kemiri sunan
antara lain adalah kemiri cina, kemiri racun, muncang leuweung, jarak bandung,
jarak kebo, kaliki banten, kemiri minyak, dan kemiri laki (Herman et al. 2013).
Pemanfaatan biji kemiri sunan masih sebatas sebagai bahan bakar sederhana
dengan membakar seperti penggunaan arang. Namun secara umum masyarakat
belum memanfaatkan biji kemiri sunan, karena keterbatasan pengetahuan tentang
pemanfaatan secara lebih tepat. Oleh karena itu, pemanfaatan biji kemiri sunan
perlu diarahkan untuk mendapatkan nilai tambah melalui pengolahan menjadi
biodiesel. Kemiri sunan tidak dapat dimakan karena mengandung mengandung
asam -eleostearat sebanyak 50% yang bersifat racun (Vossen dan Umali 2002).
Jika dibandingkan dengan bahan nabati penghasil biodiesel lainnya, kemiri sunan

3

memiliki keunggulan yaitu: a) kandungan minyak dengan rendemen kurang lebih
50% (Vossen dan Umali 2002, Herman dan Pranowo 2009). Sementara
kandungan minyak nyamplung sebesar 42,35% (Hendra et al. 2014) dan jarak
pagar sebesar 48,8% (Sudradjat dan Hendra 2009), b) rendemen biodiesel kemiri
sunan dari minyak kasar mencapai 88-92%, rendemen biodiesel jarak pagar dari
minyak kasar sebesar 82% (Geni 2008), c) produksi biji kering rata-rata sebesar
100 kg/ pohon bahkan ada yang bisa mencapai lebih dari 200kg/pohon. Produksi
biji jarak pagar dan nyamplung berturut-turut sebesar 2,8 kg/pohon (Indrawanto et
al. 2009 dalam Syakir 2010) dan 50 kg/pohon (Setiasih et al. 2009), d) berbuah
pada umur 4 tahun. Jarak pagar berproduksi penuh pada umur 5 tahun, sedangkan
nyamplung mulai berbuah pada umur 7 tahun.
Keunggulan lain kemiri sunan dari aspek lingkungan adalah bahwa kemiri
sunan dapat mencegah erosi dan kerusakan tanah, sehingga dapat digunakan
sebagai salah satu jenis tanaman untuk rehabilitasi lahan kritis. Batang kemiri
sunan sangat kokoh dan memiliki perakaran dalam sehingga dapat menahan air
hujan. Kemiri sunan dapat menjerap karbon dengan baik karena tajuknya yang
cukup lebat. Biomassa tajuk kemiri adalah 1,5-2,5 ton per pohon yang setara
dengan dengan stok karbon terakumulasi dalam biomassa sebesar 0,5-1,0 ton per
pohon (Herman dan Pranowo 2011). Kemiri sunan juga dapat berfungsi sebagai
penyimpan karbon karena untuk tujuan pengembangan biodiesel, yang diambil
dari pohon kemiri sunan adalah buahnya sehingga tanaman atau kayunya akan
tetap sebagai penyimpan karbon selama umur produksi kemiri sunan yang dapat
mencapai lebih dari 50 tahun.
Biodiesel kemiri sunan telah memenuhi standar SNI yang terdiri dari 18
parameter, hanya residu karbon yang belum memenuhi namun dapat diatasi
dengan proses pencucian yang lebih bersih (Aunillah dan Pranowo 2012).
Parameter tersebut adalah massa jenis 40oC, viskositas kinematik 40oC, angka
setana, titik nyala, titik kabut, nilai kalor, angka iodium, angka asam, air dan
sedimen, korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 oC), residu karbon, abu
tersulfatkan, belerang, fosfor, gliserol bebas, gliserol total, kadar ester alkil, dan
uji halpen. Aplikasi penggunaan biodiesel kemiri sunan untuk mesin diesel 7 PK
tanpa beban dengan tekanan gas sedang selama 3 jam membutuhkan biodiesel
kemiri sunan sebanyak 1 liter. Pada mesin yang sama, digunakan minyak solar 1
liter hanya bertahan selama 2 jam. Mobil pick up mesin diesel 2500 cc tahun 1999
melaju dengan kecepatan 40-100 km/jam tanpa beban dengan konsumsi bahan
bakar 1 liter biodiesel kemiri sunan mampu menempuh jarak 13,29 km. Warna
asap gas buang lebih putih dibandingkan gas buang solar yang berwarna hitam
(Hendra 2014).
Tanaman kemiri sunan memiliki kanopi berbentuk payung dan kadangkadang silindris. Tinggi pohon mencapai 15-20 m, dengan diameter batang
mencapai lebih dari 40 cm (Heyne 1987). Percabangan kemiri sunan pada
umumnya berjumlah 3 cabang membentuk segitiga simetris dan bisa meregenerasi
cabangnya (Herman et al. 2013). Kemiri sunan menggugurkan daun sebelum
berbunga. Hal ini dapat menambah bahan organik yang jika terdekomposisi dapat
meningkatkan kesuburan tanah. Gambaran pohon kemiri sunan ditunjukkan pada
Gambar 1.

4

menggugurkan daun

tampak samping

tampak bawah

tampak lengkap

Gambar 1 Pohon kemiri sunan
Sumber: Dokumentasi pribadi

Di Jawa Barat terdapat lahan kritis yang cukup luas. Pada tahun 2013, lahan
kritis di Jawa Barat seluas 483.944 ha, dengan tingkat kekritisan kritis seluas
415.806 ha dan sangat kritis seluas 68.138 ha (KEMHUT 2014). Luas lahan kritis
tersebut mencapai 13% terhadap luas Jawa Barat. Lahan kritis adalah lahan yang
keadaan fisiknya sedemikian rupa sehingga lahan tidak berfungsi dengan baik
sesuai peruntukannya sebagai media produksi dan tata air (KEMHUT 2014).
Lahan kritis dimaksud berada di beberapa DAS strategis Jawa Barat, diantaranya
DAS Citarum, DAS Cimanuk, dan DAS Citanduy. Agar lahan dapat kembali
berfungsi dengan baik, maka lahan perlu dipulihkan fungsinya melalui
rehabilitasi. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga (KEMHUT 2014). Dengan kondisi tersebut, kemiri sunan
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman rehabilitasi untuk pemulihan
fungsi lahan kritis di Jawa Barat yang sekaligus dapat menjadi tanaman penghasil
biodiesel.
Potensi pengembangan kemiri sunan di Jawa Barat juga didukung kondisi
lapangan yang menunjukkan bahwa kemiri sunan dapat ditemui di Kabupaten
Majalengka, Subang, Sumedang, dan Garut, baik yang tumbuh secara alami
maupun hasil kegiatan penanaman. Di Kabupaten Majalengka dan Garut terdapat

5

Blok Penghasil Tinggi (BPT) tanaman kemiri sunan. Kemiri sunan dari populasi
Banyuresmi di Kabupaten Garut dan kemiri sunan dari populasi Jumat di
Kabupaten Majalengka telah ditetapkan sebagai varietas unggul kemiri sunan.
Sejak tahun 2009, Provinsi Jawa Barat telah melakukan penanaman kemiri sunan
di beberapa kabupaten. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa kemiri
sunan berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Barat. Hal lain yang mendukung
pengembangan kemiri sunan di Jawa Barat adalah bahwa konsumsi solar Jawa
Barat cukup tinggi, yang dicerminkan dengan total volume distribusi solar
cenderung meningkat setiap tahun. Volume distribusi solar Jawa Barat tahun 2012
adalah sebesar 2.087.702,24 Kl. Kebutuhan solar tersebut dapat disubstitusi
dengan biodiesel kemiri. Informasi persentase substitusi merupakan informasi
penting sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan
pengembangan biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat.
Pengembangan biodiesel dengan bahan nabati seperti kemiri sunan,
memerlukan ketersediaan bahan baku dan pengolah biodiesel yang memadai.
Oleh karena itu, pengembangan biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat harus
dilakukan dengan strategi komprehensif mulai dari aspek hulu dalam penyediaan
bahan baku sampai aspek hilir dalam hal pengolahan biodiesel. Hal tersebut
memerlukan informasi: i) kesinambungan ketersediaan bahan baku yang dicirikan
dengan data lahan tersedia dan sebarannya untuk pengembangan kemiri sunan di
Jawa Barat, ii) kelayakan finansial pengembangan biodiesel kemiri sunan, serta
iii) peranan biodiesel kemiri sunan sebagai sumber energi alternatif di Jawa Barat.

Kerangka Pikir Penelitian
Secara umum, konsumsi energi semakin meningkat sementara ketersediaan
energi berbahan fosil semakin terbatas. Ketergantungan masyarakat terhadap
energi fosil masih tinggi yang dapat memicu terjadinya kelangkaan energi. Energi
terbarukan sebagai salah satu pilihan mengatasi kelangkaan energi belum dapat
berkembang dengan baik. Indonesia memiliki berbagai sumber energi terbarukan,
diantaranya adalah biodiesel yang dapat digunakan untuk substitusi solar dan
merupakan bahan bakar yang banyak dibutuhkan masyarakat dan industri.
Biodiesel yang bersumber dari kemiri sunan memiliki keunggulan
dibandingkan sumber nabati lainnya. Keunggulan tersebut adalah rendemen yang
tinggi, bersifat racun, dapat tumbuh di lahan kritis, dapat menambah kesuburan
tanah, dapat menyimpan karbon karena tajuknya yang cukup lebat, dan memiliki
umur produksi yang panjang. Namun demikian, biodiesel kemiri sunan masih
belum berkembang. Hal tersebut terkait dengan kesinambungan ketersediaan
bahan baku dan lahan, kepastian usaha dan peranannya dalam pemenuhan energi
alternatif. Untuk itu diperlukan strategi agar biodiesel kemiri sunan dapat
berkembang. Strategi yang akan dirumuskan adalah pengembangan biodiesel
kemiri sunan di Jawa Barat, mengingat di Jawa Barat terdapat lahan kritis
dengan luas 13% dari luas Jawa Barat, terdapat tanaman kemiri sunan baik secara
alam maupun hasil kegiatan penanaman, terdapat sumber bahan tanam varietas
unggul, konsumsi solar yang tinggi, serta sudah ada inisiasi program penanaman
oleh pemerintah. Kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 2.

6

Ketergantungan terhadap
energi fosil

Kebutuhan energi
semakin meningkat,
sumber energi fosil
semakin berkurang

Sumber energi
terbarukan belum
berkembang

Pengembangan biodiesel
sebagai energy security dan
penyelamatan lingkungan
Kemiri sunan

Jawa Barat

- Dapat digunakan sebagai tanaman
rehabilitasi
- Dapat berpotensi menambah bahan
organik tanah
- Penyimpan karbon
- Rendemen biodiesel dari MKKS
mencapai 88%
- Tidak dapat dimakan

- Lahan kritis cukup luas , 13%
terhadap luas Jawa Barat, berada di
DAS strategis
- Terdapat tanaman kemiri sunan
yang tumbuh dengan baik
- Ada BPT dan varietas unggul

- Belum banyak dimanfaatkan
Kesinambungan
Lahan
- Umur
usaha panjang tersedia
ketersediaan
bahan baku

Identifikasi lahan
tersedia kemiri sunan

Usaha
penyediaan
bahan baku

- Ada inisiasi program penanaman
Usaha
Kontribusi
pengolahan
- Konsumsi solar tinggi sebagai energi
biodiesel
alternatif

Kelayakan finansial
pengembangan biodiesel
kemiri sunan

Peranan biodiesel kemiri
sunan dalam pemenuhan
kebutuhan solar

Strategi pengembangan biodiesel
kemiri sunan di Jawa Barat

Gambar 2 Kerangka pikir penelitian

Perumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan biodiesel kemiri sunan
adalah kontinuitas ketersediaan bahan baku yang terkait dengan ketersediaan
lahan dan luasan lahan yang sesuai untuk pengembangan skala usaha, kepastian
usaha, serta peranan biodiesel kemiri sunan dalam substitusi sumber energi fosil.
Pertanyaan penelitian terkait dengan permasalahan adalah:
1) Sejauh mana ketersediaan lahan yang sesuai untuk tanaman kemiri sunan di
Jawa Barat?
2) Bagaimana kelayakan finansial pengembangan biodiesel kemiri sunan?
3) Seberapa besar peranan biodiesel kemiri sunan sebagai sumber energi
alternatif di Jawa Barat?
4) Bagaimana strategi pengembangan biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat?

7

Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan dan upaya menjawab pertanyaan penelitian,
tujuan umum dan tujuan khusus penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1) Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan strategi pengembangan
biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat.
2) Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisis:
1. Ketersediaan lahan yang sesuai untuk penanaman kemiri sunan dan
sebarannya di Jawa Barat
2. Kelayakan finansial pengembangan biodiesel kemiri sunan
3. Peranan biodiesel kemiri sunan sebagai sumber energi alternatif di Jawa
Barat.
Kebaruan
Kebaruan hasil penelitian adalah menghasilkan strategi pengembangan
biodiesel kemiri sunan dari hulu hilir, yang mencakup prakondisi dan dukungan
kebijakan, ketersediaan lahan untuk penyiapan bahan baku, pengembangan
tanaman, pengolahan biodiesel, kemitraan untuk pemasaran, serta kelembagaan
pengelolaan usaha pengembangan biodiesel. Strategi diformulasikan berdasarkan
peran para pemangku kepentingan dengan prioritas, tahapan, dan cara
implementasinya. Strategi yang direkomendasikan adalah pengembangan
biodiesel kemiri sunan skala kecil yang dilaksanakan oleh masyarakat melalui
pemberdayaan kelompok tani sehingga dapat memberikan kesempatan usaha dan
kesempatan kerja bagi pelaku lokal, aplikasi agroforestry, dan skema
kelembagaan yang dikoordinasi oleh pengelola kelompok.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
IPTEK dan bagi pemangku kepentingan terkait.
1) Pengembangan IPTEK
Dalam rangka pengembangan IPTEK, manfaat hasil penelitian ini adalah:
1. Memberikan sintesis informasi aspek-aspek penting dalam pengembangan
biodiesel kemiri sunan.
2. Menambah sumber referensi dalam pengembangan IPTEK biodiesel
kemiri sunan.
2) Pengambil kebijakan
Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian memberikan manfaat sebagai
rekomendasi dalam kebijakan pengembangan biodiesel kemiri sunan.
3) Pelaku usaha
Bagi pelaku usaha, hasil penelitian dapat memberikan manfaat sebagai
sumber informasi tentang:
1. Peluang usaha pembangunan tanaman kemiri sunan
2. Peluang usaha pengolahan biodiesel kemiri sunan

8

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perumusan strategi pengembangan
biodiesel kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) di Jawa Barat,
berdasarkan aspek ketersediaan lahan, kelayakan finansial pengembangan
biodiesel kemiri sunan, dan peranan biodiesel sebagai sumber energi alternatif di
Jawa Barat.

9

2 ANALISIS KETERSEDIAAN LAHAN YANG SESUAI
UNTUK PENANAMAN KEMIRI SUNAN (Reutealis trisperma
(Blanco) Airy Shaw) DI JAWA BARAT
Pendahuluan
1)

Latar belakang
Ketersediaan dan kesinambungan bahan baku dalam pengembangan
biodiesel merupakan faktor yang sangat penting. Untuk menjamin ketersediaan
bahan baku diperlukan pengembangan tanaman dalam skala luas. Variabel pokok
yang diperlukan adalah ketersediaan lahan yang sesuai dengan persyaratan
tumbuh tanaman. Untuk itu diperlukan informasi luas lahan yang berpotensi
diarahkan untuk penanaman kemiri sunan dengan mempertimbangkan
pemanfaatan lahan dan rencana pola ruang, serta penyebaran lahan untuk
membantu menentukan lokasi penanaman kemiri sunan.
Perencanaan
penggunaan lahan memerlukan informasi ketersediaan lahan agar dapat
memberikan arahan secara jelas dalam penggunaan lahan. Ketersediaan lahan
yang dicerminkan dengan luas lahan tersedia adalah lahan yang memenuhi kriteria
tujuan penggunaan lahan dan telah memperhatikan faktor lain yang
mempengaruhi penggunaan lahan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam analisis
ketersediaan lahan diantaranya adalah kesesuaian lahan, alokasi lahan untuk
penggunaan lain, rencana pola ruang, dan fungsi strategis dari penggunaan lahan
yang telah ada bagi suatu daerah. Dengan memperhatikan faktor tersebut maka
lahan tersedia dapat diarahkan untuk penggunaan tertentu sesuai tujuan yang
ditetapkan. Informasi ketersediaan lahan penting dalam upaya penggunaan lahan
secara lestari. Penggunaan lahan secara lestari ditujukan untuk pemenuhan
kebutuhan saat ini dan juga untuk pemenuhan kebutuhan masa mendatang
(Widiatmaka et al. 2012). Ketersediaan lahan merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam pengembangan kemiri sunan sebagai biodiesel. Ketersediaan
lahan merupakan faktor kekuatan dalam produksi bioenergi pada lahan marginal
(Liu et al. 2011).
Dalam merencanakan penggunaan suatu lahan, perlu adanya pertimbangan
kesesuaian lahan dengan persyaratan penggunaan. Kesesuaian lahan adalah
kecocokan lahan untuk tipe penggunaan tertentu baik jenis tanaman maupun
tingkat pengelolaannya, yang perlu diketahui untuk merencanakan tataguna lahan
(Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Keberhasilan pemanfaatan lahan sangat
dipengaruhi oleh pemenuhan persyaratan dalam penggunaan lahan. Kesalahan
dalam menentukan penggunaan lahan akan mempengaruhi tata ruang secara
keseluruhan dan berpotensi memberikan dampak yang merugikan bagi lingkungan
maupun bagi perekonomian.
Evaluasi lahan sangat diperlukan sebagai langkah awal dalam penentuan
pemanfaatan lahan. Evaluasi lahan pada prinsipnya adalah membandingkan
persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan,
dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan
digunakan,
sehingga
akan
diketahui
potensi
lahan
atau
kelas
kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut
(Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Dalam melaksanakan evaluasi lahan,
terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan. Evaluasi lahan diawali dengan

10

menentukan tipe penggunaan lahan, menentukan persyaratan dan pembatas
pertumbuhannya, dan membandingkan persyaratan penggunaan lahan dengan
kualitas lahan masing-masing satuan peta lahan untuk mendapatkan kelas
kesesuaian lahan secara fisik (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Menurut
Widiatmaka et al. (2014), untuk menentukan pilihan lokasi pada umumnya
digunakan metoda analisis kesesuaian lahan. Klasifikasi kesesuaian lahan di
Indonesia dan negara berkembang lainnya saat ini banyak menggunakan Sistem
Klasifikasi Kesesuaian Lahan menurut kerangka evaluasi lahan FAO tahun 1976.
Untuk mengetahui kesesuaian lahan dalam rangka pengembangan tanaman
tertentu sesuai tujuan yang ditetapkan, harus diketahui kriteria kesesuaian
lahannya. Kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) sebagai salah
satu bahan nabati penghasil biodiesel yang prospektif di Indonesia, memiliki
persyaratan tumbuh tertentu agar dapat berproduksi dengan baik. Kemiri sunan
pada umumnya dapat tumbuh dari dataran rendah hingga di daerah pegunungan
yaitu 0-1200 m dpl, pada tanah latosol, podzolik dan andosol, dengan pH masam
sampai netral, dapat berproduksi dengan baik pada tanah dengan solum tebal
sampai agak tebal dan memiliki drainase yang baik (Supriadi et al. 2009).
Produksi biji yang baik diperoleh sampai ketinggian 700 m dpl dan tumbuh pada
daerah yang memiliki curah hujan 1.500-2.500mm per tahun, temperatur udara
24oC-30oC, iklim agak kering sampai basah, kelembaban 71-88%, serta jumlah
bulan kering sebanyak 3-4 bulan (Herman et al. 2013). Untuk itu penentuan lahan
untuk penanaman kemiri sunan harus memperhatikan kesesuaian lahan sesuai
dengan persyaratan tumbuhnya.
2)
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ketersediaan lahan beserta luas dan
sebarannya untuk penanaman kemiri sunan di Propinsi Jawa Barat.

Metode Penelitian
1)

Tempat dan waktu penelitian
Daerah studi dalam penelitian ini adalah Provinsi Jawa Barat. Pemilihan
daerah studi didasarkan pada keberadaan tanaman kemiri sunan yang tumbuh
secara alami maupun dari hasil kegiatan penanaman, adanya lahan kritis, serta
konsumsi solar di Provinsi Jawa Barat cukup tinggi sehingga memberikan peluang
untuk pengembangan biodiesel sebagai salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan
solar. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, dari bulan Agustus sampai
September 2014.
2)

Bahan dan alat
Bahan penelitian berupa peta digital yang meliputi: 1) Peta Rupa Bumi Jawa
Barat, 2) Peta Tanah, 3) Peta Iklim, 4). Peta rencana pola ruang RTRWP Jawa
Barat 2010-2030, 5) Peta Landuse, 6) Peta Lahan Kritis Jawa Barat, dan 7) Peta
Administrasi Jawa Barat. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
komputer dengan software ArcGIS 10.0 dan Expert Choice 11.

11

3)
Jenis dan sumber data
Jenis dan sumber data yang digunakan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam analisis kesesuaian lahan
Jenis data
Sekunder:
Peta Rupa Bumi Jawa Barat skala 1:250.000 (2001)
Peta Tanah 1:250.000 (2004)
Peta Iklim skala 1:250.000
-

Peta Rencana Pola Ruang RTRWP Jawa Barat
2009-2029 skala 1:250.000
Peta Landuse skala 1:50.000 (2012)

Peta Lahan Kritis Jawa Barat skala 1: 50.000
(2013)
Kriteria kesesuaian lahan
Primer:
Bobot kuantitatif kriteria dan faktor untuk analisis
kesesuaian lahan

Sumber data
Bakosurtanal
Balai Penelitian Tanah
Badan Meteorologi dan
Geofisika
Bappeda Jawa Barat
Kementerian Lingkungan
Hidup
Kementerian Kehutanan
Kementerian Pertanian
Pakar dan hasil analisis

4)

Parameter
Parameter yang digunakan dalam analisis kesesuaian lahan mengacu pada
kriteria kesesuaian lahan kemiri sunan yang ditetapkan Kementerian Pertanian
(KEMTAN 2011) serta kajian literatur. Parameter dikelompokkan ke dalam:
1.
Parameter iklim, mencakup ketinggian, curah hujan, jumlah bulan kering,
kelembaban udara dan suhu.
2.
Parameter lahan, mencakup kemiringan lereng, tekstur tanah, pH, tebal
solum, dan drainase.
5)
1.

Tahapan analisis
Klasifikasi karakteristik iklim dan lahan
Klasifikasi karakteristik iklim dan lahan disusun berdasarkan kriteria
kesesuaian lahan. Hasil klasifikasi karakteristik iklim dan lahan digunakan untuk
menyiapkan peta dari faktor-faktor yang merupakan cakupan parameter iklim dan
lahan.
2.
Analisis kesesuaian lahan
Metoda analisis yang digunakan dalam analisis kesesuaian lahan kemiri
sunan adalah Multi Criteria Evaluation (MCE) dengan menggunakan dasar
Geographic Information System (GIS). Pendekatan analisis yang digunakan
adalah penghitungan Weighted Linear Combination (WLC). Integrasi pendekatan
analisis multikriteria dengan GIS dapat memberikan dukungan sistem spasial
yang kuat untuk membuat peta kesesuaian lahan (Mendas dan Dellali 2012). GIS
juga dapat memudahkan penanganan banyak data dalam MCE (Ismail et al. 2012)
Dalam MCE, bobot kriteria dan faktor diperoleh dengan Analytical
Hierarchy Process (AHP). AHP dapat menyederhanakan sesuatu yang kompleks
dan tidak terstruktur menjadi bagian yang tertata (Marimin dan Maghfiroh 2011).
Parameter disusun ke dalam kriteria, faktor dan subfaktor. Para pakar sebagai
narasumber memberikan skor pada kriteria dan faktor. Kriteria pakar sebagai

12

narasumber yaitu memiliki pengalaman secara langsung dalam pengembangan
kemiri sunan dan memiliki kepakaran di bidang bioenergi, budidaya, tanah, dan
teknologi kemiri sunan. Masing-masing bidang kepakaran diwakili oleh 1 orang
pakar. Skor subfaktor ditentukan oleh penulis mengacu pada hasil kajian literatur
dan kriteria kesesuaian lahan kemiri sunan. Skor kriteria dan faktor dianalisis
melalui pairwaise comparisons dengan AHP untuk menentukan bobot.
Perbandingan berpasangan dinilai dengan skala 1-9, untuk menggambarkan
tingkat kemampuan membedakan intensitas tata hubungan antar elemen. Skala
perbandingan Saaty sebagaimana uraian berikut ini (Marimin dan Maghfiroh
2011):
Nilai 1
: Faktor vertikal sama penting dengan faktor horisontal
Nilai 3
: Faktor vertikal lebih penting dari faktor horisontal
Nilai 5
: Faktor vertikal jelas lebih penting dari faktor horisontal
Nilai 7
: Faktor vertikal sangat jelas lebih penting dari faktor
horisontal
Nilai 9
: Faktor vertikal mutlak lebih penting dari faktor
horisontal
Nilai 2,4,6,8 : Ragu-ragu antara dua nilai elemen yang berdekatan
Kuesioner untuk penilaian kriteria dan faktor sebagaimana Lampiran 1.
Kriteria dan faktor dioverlay dengan software ArcGIS 10.0. Selang kesesuaian
dihitung dengan filed calculator, dan dibagi menjadi 4 selang nilai kelas
kesesuaian yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan
tidak sesuai (N).
3. Analisis ketersediaan lahan bagi penanaman kemiri sunan
Lahan yang sesuai untuk tanaman kemiri sunan diintegrasikan dengan peta
penggunaan lahan dan peta pola ruang untuk mengetahui lahan tersedia yang
dapat diarahkan untuk penanaman kemiri sunan. Selanjutnya peta lahan tersedia
dioverla

Dokumen yang terkait

Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Dengan Keberadaan Co-Solvent Aseton dan Katalis Heterogen Natrium Silikat Terkalsinasi

27 143 97

Land Suitability Analysis of Biodiesel Crop Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) in The Province of West Java, Indonesia

3 4 12

KAJIAN FINANSIAL PENGEMBANGAN BIODIESEL KEMIRI SUNAN (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) PADA LAHAN TERSEDIA DI JAWA BARAT

0 3 14

Potensi Seduhan Daun Ceremai (Phyllanthus Acidus [L.] Skeels) Dan Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Untuk Pengendalikan Meloidogyne Spp. Pada Tanaman Tomat

0 4 39

Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Dengan Keberadaan Co-Solvent Aseton dan Katalis Heterogen Natrium Silikat Terkalsinasi

0 0 20

Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Dengan Keberadaan Co-Solvent Aseton dan Katalis Heterogen Natrium Silikat Terkalsinasi

0 0 2

Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Dengan Keberadaan Co-Solvent Aseton dan Katalis Heterogen Natrium Silikat Terkalsinasi

0 0 6

Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Dengan Keberadaan Co-Solvent Aseton dan Katalis Heterogen Natrium Silikat Terkalsinasi

0 0 11

Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Dengan Keberadaan Co-Solvent Aseton dan Katalis Heterogen Natrium Silikat Terkalsinasi

0 0 8

Co-NiHZSM-5 Catalyst for Hydrocracking of Sunan Candlenut Oil (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) for Production of Biofuel

0 0 9