Analisis Rasio Solvabilitas Pada PLN (Persero) Cabang Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA IIIMANAJEMEN KEUANGAN

ANALISIS RASIO SOLVABILITASPADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN

TUGAS AKHIR

DiajukanOleh: HARI SASI PRATIWI

112101060

GunaMemenuhi Salah SatuSyaratUntukMenyelesaikan PendidikanPada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA IIIMANAJEMEN KEUANGAN

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

NAMA : HARI SASI PRATIWI

NIM : 112101060

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL : ANALISIS RASIO SOLVABILITAS PADA

PT PLN (PERSERO) CABANG MEDAN

TanggalJuli 2014 DOSEN PEMBIMBING

Dra. Nurzaimah, M.M., Ak NIP. 19581114 198703 2 001 TanggalJuli 2014 KETUA PROGRAM STUDI

D-III ManajemenKeuangan

Dr. YeniAbsah, SE, M.Si NIP. 19741123 200012 2 001

TanggalJuli 2014 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Prof. Dr. AzharMaksum, M.Ec,Ac, Ak, CA NIP.19560407 198002 1 001


(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim,,,

Syukur Alhamduliilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan judul “Analisi Rasio Solvabilitas pada PT PLN (Persero) Cabang Medan” tanpa ada halangan suatu apapun. Selawat berangkaikan salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat, karena dengan safaatnya kita dapat keluar dari alam jahiliyah ke alam yang penuh pendidikan seperti yang kita rasakan sekarang.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi isi maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar untuk ke depannya penulis dapat menulis dengan lebih baik lagi.Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih penulis kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE., M.Si, selaku sekretaris Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff Pegawai pada Fakultas Ekonomi.

6. Kepada Bapak Pimpinan berserta Staf Pegawai Perusahaan PT. PLN (Persero) Cabang Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk magang dan mengadakan riset dalam rangka penyelesaian tugas akhir.

7. Teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda yang sangat penulis hormati dan sayangi yang telah membesarkan, mendidik dan yang tak henti-hentinya banyak memberikan dukungan atas penulis baik moril maupun materil, serta selalu mendoakan penulis disetiap kesempatan yang ada. Semoga tugas akhir ini dapat membuat ayahanda dan ibunda tercinta bangga dan bahagia terhadap penulis.

8. Teman-teman seperjuangan Yola, Diana, Ananda, Deni (@dydas) dan Dwiria, buat semua terima kasih atas canda tawanya.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Wassalammualaikum, Wr. Wb

Medan, Juli 2014

NIM. 112101060 HARI SASI PRATIWI


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ...4

C. TujuanPenelitian ... 4

D. ManfaatPenelitian ... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. SejarahRingkas Perusahaan ... 7

B. StrukturOrganisasi Dan Personalia ... 10

C. Job Description ... 13

D. Kinerja Usaha Terkini ... 24

BAB III PEMBAHASAN A. Pengetian Laporan Keuangan ... 25

B. Analisis Laporan Keuangan ... 32

C. Analisis Rasio Keungan ... 34

D. Pengolahan Data ... 39

E. Persentase Rasio Solvabilitas ... 43

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel3.1Komponen laporan keuangan PT.PLN (Persero) Cabang Medan ...39

Tabel 3.2 Komponen laporan keuangan PT.PLN (Persero) Cabang Medan ...40

Tabel 3.3 Komponen laporan keuangan PT.PLN (Persero) Cabang Medan ...41


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya dunia usaha yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi baik yang bergerak dalam bidang perdagangan, jasa, maupun industri. Setiap perusahaan yang didirikan masing-masing mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Pada umumnya tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba atau keuntungan agar dapat mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan sampai masa yang akan datang. Tujuan tersebut akan tercapai tentunya apabila setiap tingkat operasional perusahaan dilakukan secara teliti dan akurat.

Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, selalu berkaitan erat dengan masalah keuangan. Untuk mengukur berhasil tidaknya usaha yang dijalankan perusahaan, efek tidaknya dana yang diinvestasikan bagi perkembangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertantu. Laporan keungan menggambarkan pos-pos keungan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode.

Dalam hal laporan keuangan, sudah merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaanya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini.


(9)

Untuk mengetahui perkembangan perusahaan, perlu diadakannya analisis terhadap data keuangan yang telah dikonfirmasi melalui laporan keungan.Analisis berarti menguraikan laporan keungan tersebut lebih terperinci sehingga bagian-bagian yang tercakup didalamnya dengan lebih jelas dan mudah dipahami.Cara yang dapat dilakukan untuk menganalisa laporan keuangan adalah dengan analisis rasio keuangan, yakni kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan.

Untuk menjalankan operasinya setiap perusahaan memiliki berbagai kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana agar perusahaan dapat berjalan sabagaimana mestinya. Dalam mendanai usahanya, perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat diperoleh adalah pinjaman atau modal sendiri.

Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah digunakan beberapa perhitungan yang matang. Dalam hal ini rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan utang.

Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sajauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1994, status PLN berubah menjadi perusahaan umum listrik negara (umum), perubahan status tersebut dimaksudkan untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan pendapatan PT. PLN (Persero), mengingat peranan listrik yang sangat penting dalam pembangunan nasional khususnya


(10)

untuk meningkatkan kesejahteraan dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hakekat dari ketentuan tersebut adalah bahwa perusahaan PT. PLN (Persero) dalam melakukan operasionalnya diberi wewenang dan tanggung jawab mengelola dalam bidang energi listrik.Tujuan PLN dalam melaksanakan tugas tersebut adalah dalam rangka turut membangun ekonomi, ketahanan nasional serta mempertinggi derajat masyarakat Indonesia sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pengusahaan tenaga listrik.

Untuk mencapai tujuan tersebut PLN sebagai BUMN memerlukan modal atau dana yang terdiri dari modal intern dan modal ekstern perusahaan yaitu dari hasil operasi perusahaan dan salah satunya adalah penjualan tenaga listrik. Penjualan tenaga listrik merupakan masalah yang harus dikelola dan dilaksanakan secara baik dan tertib sesuai peraturan yang berlaku, sehingga dapat dipertanggungjawabkan setiap saat dengan benar dan akurat, karena hal itu merupakan aset dan pendapatan utama PLN disamping pendapatan di luar penjualan listrik.Pengelola keuangan yang dijalankan oleh perusahaan tergantung pada kemampuan dan kemandirian perusahaan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan dan sistem keuangan yang baik, khususnya dalam pengelolaanaktiva yang dimiliki (ekuitas), karena akan memengaruhi kinerja dari usahanya. Semakin perusahaan memiliki rasio solvabilitas lebih rendah tentu mempunyai risiko kerugian lebih rendah pula, maka semakin baik dan leluasa pula perusahaan menjalankan dan meneruskan usahanya, dan sebaliknya jika perusahaan memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya risiko kerugian yang lebih besar, maka akan mengganggu dan menghambat kinerja usaha perusahaan itu sendiri.


(11)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan analisis rasio solvabilitas, yaitu untuk mengetahui sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang, pada tahun 2012-2013 atas laporan keuangan pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan. Dalam hal ini penulis membuat suatu penelitian dengan judul: “Analisis Rasio Solvabilitas pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat suatu masalah pokok yaitu “bagaimana kondisi keuangan PT PLN (Persero) Cabang Medan, ditinjau dari sudut solvabilitas untuk periode 2012 dan 2013?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “ untuk mengetahui tingkat rasio solvabilitas pada PT PLN (Persero) Cabang Medan, selama tahun 2012 s.d tahun 2013”.

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian yang dilakukan penulis adalah :

a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk dipergunakan sebagai bahan masukan khususnya dalam bidang keuangan untuk melihat kondisi dan posisi


(12)

solvabilitasperusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

b. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam menambah wawasan dan pengetahuan.

c. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan meningkatkan ilmu pengetahuan penulis dalam bidang keuangan khususnya mengenai analisis rasio solvabilitas suatu perusahaan.


(13)

BAB II

PROFIL PT.PLN (PERSERO) CABANG MEDAN

A. Sejarah Ringkas

1. Listrik sebelum Kemerdekaan dan di awal Kemerdekaan sampai tahun 1965

Sejarah Kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah baru. Kalau listrik mulai ada di Wilayah Indonesia tahun 1893 didaerah Batavia (Jakarta sekarang), maka 30 tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun ditanah pertapakan Kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di JL.Listrik No.12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM perusahaan swasta di Belanda, kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga (NV ANIWM) Brastagi dan Tarutung (1929), Tanjung Balai tahun 1931 (milik Gameenta Kotapraja), Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan Perusahaan Listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerintahan tentara Jepang waktu itu.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik


(14)

diseluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih Perusahaan Listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan Listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu, maka dengan penetapan Pemerintah No.1 SD/45 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai hari Listrik.

Sejarah memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana yang makin memburuk dalam hubungan Indonesia-Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar Surat Keputusan Presiden No.163 yang membuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat (2) 1945.

Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri Perusahaan Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara (Sumatera Timur dan Tapanuli) yang mula-mula dikepalai R.Sukarno (merangkap Kepala di Aceh), tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PUT No.16/1/20 tanggal Mei 1961, maka organisasi kelistrikan dirubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau menjadi PLN Eksploitasi I.

Tahun 1965, BPU PLN dibubarkan dengan Peraturan Menteri PUT No.9/PRT/64 dan dengan Peraturan Menteri No.1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja PLN menjadi 15 Kesatuan Daerah Eksploitasi I. Sumatera Utara tetap menjadi Eksploitasi I, maka dengan Keputusan Direksi PLN No.Kpts 009/DIRPLN/66 TANGGAL 14 April 1966, PLN


(15)

Eksploitasi I dibagi menjadi 4 cabang dan 1 sektor, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, P Siantar (berkedudukan di Tebing Tinggi). PP No.18 tahun 19972 mempertegas kedudukan PLN sebagai perusahaan umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan dan mendistribisikan tenaga listrik keseluruh Wilayah Negara RI.

Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah menjadi PLN Elsploitasi II Sumatera Utara. Kemudian menyusul Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang merubah PLN Eksploitasi menjadi PLM Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara. Sesuai Keputusan Menteri Pertambangan dan energi No. 4564.K/702/M.PE/1993, Tanggal 17 Desember 1993 telah dibentuk Tim Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara menjadi PT PLN (Persero) Listrik Negara.

2. Dari Eksploitasi I menjadi Elsploitasi II

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No. Kpts 009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1996,PLN Eksploitasi I dibagi menjadi 4 cabang dan satu sektor, yaitu :

a. Cabang Medan b. Cabang Binjai c. Cabang Sibolga


(16)

Peraturan Perundang-undangan PP No.18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan dan mendistribisikan tenaga listrik keseluruh Wilayah Negara RI. Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah menjadi PLN Eksploitasi I Sumatera Utara.

3. Dari Eksploitasi II menjadi Elsploitasi II

Kemudian menyusul peraturan Menteri Perusahaan Umum Tenaga Listrik (PUTL) No. 013/PRT/75 yang merubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.

4. Dari PERUM Menjadi PERSERO

Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 231/1994 tanggal 16 Juni 1994 maka ditetapkan status PLN sebagai Persero. Adapun yang membelakangi perubahan status tersebut adalah untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang terus meningkat dewasa ini. Dimana pada abad 21 nanti, PLN tidak dapat tidak, harus mampu menghadapi tantanganyang ada. PLN harus mampu menggunakan tolak ukur internasional , dan harus mampu berswada tinggi, dengan manajemen yang berani transparan, terbuka, disentralisasi, profit centre dan cost centre.

Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong perkembangan industri pada PJPT II yang tangungjawabnya cukup besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang


(17)

harmonis dengan instansi dan lembaga yang terkait, perlu dibina dan ditingkatkan terus.

5. Pemisahan PT PLN (Persero) Wilayah II dan PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara

Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan semakin bertanbahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan ndikasi-indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara di masa-masa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas palayanan jasa kelistrikan.

Maka berdasarkan syarat keputusan Nomor. 078.K/023.DIR/1996 Tanggal 9 Agustus 1996 ibentuk organisasi beru dibidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PY PLN Persero) Penbangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara.Dengan pembentukan organisasi baru PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PLN Wilayah II, maka fungsi-fungsi Penbangkitan dan Penyaluran yang sebelumnya dikelola PLN Wilayah II berpindah tanggungjawab pengelolaannya ke PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara itu PLN Wilayah II berkonsentrasi pada distribusi dan penjualan tenaga listrik. B. Struktur Organisasi dan Personalia

Setiap perusahaan baik perusahaan pemerintah maupun swasta mempunyai struktur organisasi, karena perusahaan juga merupakan organisasi. Organisasi adalah suatu sistem dari aktivitas kerjasama yang


(18)

terorganisasi, yang dilaksanakan oleh sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam struktur organisasi ditetapkan tugas- tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta bagaimana hubungan satu dengan yang lain.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya, PT.PLN memiliki struktur organisasi yang tertata menurut fungsi dan golongannya. Tujuan adanya struktur organisasi adalah untuk pencapaian kerja/ pendelegasian dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.


(19)

GAMBAR 2.1

STRUKTUR ORGANISASI

PT PLN (PERSERO) CABANG MEDAN

Sumber : PT PLN (Persero) Cabang Medan MANAJER

FUNGSIONAL AHLI

ASMAN JARINGAN ASMAN

ADMINISTRASI & NIAGA ASMAN

TRANSAKSI & ENERGI LISTRIK

SPV.

PELAYANAN PELANGGAN SPV.

TRANSAKSI & ENERGI LISTRIK

SPV.

OPERASI DISTRIBUSI

SPV. PEMELIHARAAN

DISTRIBUSI

SPV.

PENGENDALIAN SUMUT KEUANGAN & SPV.

ADMINISTRASI

SPV.

PEMELIHARAAN APP SPV.

PDKB

MANAJER RAYON


(20)

C. JOB DESCRIPTION

Uraian job description dan tugas pokok pada PT.PLN (Persero) Cabang Medan,yaitu :

1. Manajer Cabang

Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh sumber daya secara efisien, efektif dan sinergis.Pengelolaan perusahaan pembangkit, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai secara efisien, meningkatkan mutu dan keandalan serta pelayanan pelanggan, dan memastikan terlaksananya Good Corporate Governance (GCG) di PT.PLN (Persero) Cabang Medan. Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Melakukan kegiatan pengusahaan pembangkit (skala kecil) secara efisien, hemat energi, handal dan ramah lingkungan.

b. Mengusulkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Wilayah Sumatera Utara.

c. Memastikan program Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Wilayah Sumatera Utara, dilaksanakan sesuai penetapan direksi.

2. Fungsional Ahli

Bertanggung jawab atas evaluasi pencapaian target kinerja dan memberikan masukan pada manajemen untuk meningkatkan hasil kinerja.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :


(21)

b. Merancang langkah-langkah strategis untuk mencapai target kerja. c. Mengawasi baca meter.

d. Mengawasi penjualan rekening. 3. Asman Jaringan

Bertanggung jawab atas rencana dan pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi, Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) dan Pembangkitan Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTMH) untuk menjamin mutu dan keandalan jaringan distribusi. Hasil/Output pendistribusian energi listrik yang kontiniu dan andal.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Menyusun program rencana kerja (PRK) untuk kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi.

b. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi, PDKB, serta PLTMH.

c. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi.

d. Melakukan analisa dan evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi termasuk PDKB.

e. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja proteksi distribusi dan pelayanan teknik.

f. Melakukan verifikas dan validasi asset distribusi secara periodik. g. Mengkoordinasikan penyusunan dan mengendalikan pelaksanaan SOP


(22)

h. Melakukan koordinasi dalam rangka operasi dan pemeliharaan Jaringan Distribusi dengan Rayon/instansi terkait termasuk PFK.

i. Menyusun pola operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi yang efisien.

4. Asman Transaksi dan Energi Listrik

Bertanggung jawab dalam kegiatan transaksi energi pelanggan dan Area/Rayon/Unit terkait, pengendalian susut dan pemeliharaan meter transaksi untuk memenuhi standar operasional yang berlaku.Hasil/Output laporan transaksi energi listrik, susut, dan pemeliharaan meter transaksi. Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi Pelaksanaan manajemen billing.

b. Mengkoordinasikan dengan AP2T (Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat) terkait dengan proses billing.

c. Menyusun biaya operasi dan investasi serta data pendukung RKAP. d. Memonitoring dan mengendalikan realisasi penggunaan anggaran

SKKI/SKKO.

e. Mengkoordinasikan kegiatan operasional di bagian transaksi energi. f. Mengevaluasi dan mengendalikan susut, PJU, P2TL, AMR,

pemeliharaan APP, pemeliharaan meter transaksi dan hasil ukur meter transaksi.

g. Menyusun rencana program pemeliharaan meter transaksi.

h. Melaksanakan settlemen antar unit pelaksana dan P3B dalam pengelolaan transfer price energi.


(23)

i. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pemasangan dan pemeliharaan AMR.

j. Merencanakan dan mengevaluasi pekerjaan pemeliharaan APP dan hasil penerapan metrologi secara berkala.

k. Memonitoring dan mengevaluasi manajemen APP. l. Mengkoordinasikan kegiatan Wiring dan Setting APP.

m. Mengkoordinasikan dengan bagian dan instansi yang berwenang untuk kegiatan P2TL.

5. Asman Administrasi dan Niaga

Bertanggung jawab atas kelancaran pengelolaan dan pengendalian kegiatan bidang administrasi dan keuangan yang meliputi sumber daya manusia, kesekretariatan, anggaran, keuangan dan akuntansi untuk mendukung laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu serta mencapai target kinerja sesuai tujuan perusahaan.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Mengelola peningkatan Intergritas Layanan Publik (ILP).

b. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pengelolaan Tenaga kerja. c. Mengkoordinasikan pengelolaan kegiatan administrasi umum, SDM

dan pelanggan.

d. Memonitor data pelanggan.

e. Memverifikasi dan validasi terhadap kelengkapan transaksi pembayaran.


(24)

g. Mengkoordinir dan mengelola Anggaran Investasi, Anggaran Operasi dan Cash Budget.

h. Mengevaluasi kontrak perjanjian dengan Pihak ketiga.

i. Menyusun kebutuhan rencana diklat dan evaluasi hasil diklat.

j. Melakukan monitoring operasional kendaraan dinas, fasilitas kantor dan pemeliharaan Gedung.

k. Mengkoordinasikan proses pelanggaran disiplin pegawai.

l. Mengevaluasi fasilitas / sarana kerja, permintaan perlengkapan K3/ APK, tunjangan kecelakaan kerja dan permohonan SPPD.

m. Memonitor realisasi anggaran. 6. Sub. Bagian Spv. Operasi Distribusi

Bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pengoperasian jaringan distribusi sesuai SOP untuk menjamin keandalan, keamanan, mutu dan efisiensi penyaluran tenaga listrik.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Menyusun Program Rencana Kerja (PRK) Operasi.

b. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Operasi Jaringan Distribusi sesuai SOP.

c. Melaksanakan pemutakhiran data asset distribusi secara berkala. d. Melakukan pengendalian pengoperasian jaringan distribusi.

e. Mengendalikan dan monitoring pelaksanaan operasional pelayanan teknik.

f. Mengkoordinasikan dengan Area, Rayon dan Instansi terkait dalam rangka operasi jaringan distribusi.


(25)

g. Mengevaluasi kinerja operasi.

7. Sub. Bagian Spv. Pemeliharaan Distribusi

Bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan jaringan distribusi untuk meningkatkan keandalan, keamanan, mutu dan efisiensi jaringan distribusi.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Merencanakan penyusunan Program Rencana Kerja (PRK).

b. Melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi sesuai SOP dan anggaran yang ditetapkan.

c. Merencanakan kebutuhan meterial operasi dan pemeliharaan untuk meningkatkan keandalan dan keamanan jaringan distribusi termasuk PRK.

d. Melaksanakan koordinasi dengan rayon dan bagian terkait dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jaringan distribusi.

e. Menyiapkan peralatan kerja untuk operasi dan pemeliharan jaringan distribusi.

8. Sub. Bagian Spv. PDKB

Bertanggung jawab dalam mengelola pekerjaan PDKB untuk meningkatkan keandalan, keamanan, mutu dan efisiensi jaringan distribusi.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pekerjaan PDKB. b. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan PDKB sesuai dengan SOP.


(26)

c. Mengusulkan Surat Perintah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (SP2B) dan Surat Penunjukan Pengawas Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (SP3B) kepada Kepala Operasi.

d. Melaksanakan inventarisasi dan mengusulkan peremajaan peralatan PDKB.

e. Memonitor masa berlaku dan mengusulkan sertifikat kompetensi/ brevet personil PDKB.

f. Mengusulkan revisi SOP atau mengajukan SOP baru ke komisi PDKB.

g. Melaporkan penyelesaian pekerjaan kepada kepala Operasi. 9. Sub. Bagian Spv. Transaksi dan Energi

Bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan meter transaksi untuk akurasi pengukuran pemakaian energi listrik.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Memonitor program pemeliharaan meter transaksi yang disebabkan oleh meter rusak, buram, macet dan tua.

b. Memonitor pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan AMR. c. Merencanakan kebutuhan Kwh meter untuk pemeliharaan.

d. Memonitor pelaksanaan hasil penerapan metrologi secara berkala. e. Menyiapkan data pendukung RKAP untuk kebutuhan pemeliharaan

meter transaksi.

f. Memonitor pekerjaan pemeliharaan dan tera ulang APP serta Meter Elektronik (ME) dan sistem AMR yang dikerjakan pihak ketiga.


(27)

g. Melaksanakan pengujian alat ukur, pembatas dan kelengkapannya untuk material baru atau bekas andal.

h. Memastikan hasil sampling penerapan APP-baru hasil Metrologi dan rekondisi pihak ketiga.

i. Memonitor manajemen segel APP. 10. Sub Bagian Spv. Pengendalian Sumut

Bertanggung jawab atas kegiatan pengendalian susut jaringan, menertibkan PJU / reklame liar dan pelaksanaan P2TL.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Memonitor pelaksanaan penekanan susut dan berkoordinasi dengan bagian atau rayon terkait.

b. Memetakan dan melaporkan perkembangan susut Area dan Rayon secara berkala.

c. Melakukan updating data PJU secara berkala.

d. Melakukan koordinasi dan pengawasan hasil P2TL yang telah dilakukan dengan bagian atau Rayon terkait.

e. Melakukan evaluasi kinerja pihak ketiga berdasarkan SLA.

f. Membuat target operasi serta memonitor pelaksanaan P2TL secara rutin.

g. Memastikan kelengkapan P2TL sesuai aturan.

h. Melaksanakan komunikasi dengan bagian terkait dan Instansi berwenang untuk pelaksanaan P2TL.


(28)

11.Sub. Bagian Spv. Pemeliharaan APP

Bertanggung jawab atas kegiatan pengendalian dan keakuratan APP. Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Memastikan antara data pelanggan dan APP terpasang. b. Membuat laporan hasil berita acara pemeriksaan.

c. Berkoodinasi dengan bagian terkait tentang kelainan APP. d. Memvalidasi data kelainan APP.

e. Memeriksa pemakaian energi listrik pelanggan prabayar secara berkala.

f. Memeriksa dan mengecek pemakaian energi listrik pelanggan prabayar secara berkala.

12. Sub. Bagian Spv. Pelayanan Pelanggan

Bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan fungsi Pelayanan pelanggan, administrasi pelanggan, dan pengelolaan pendapatan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan pengamanan pendapatan.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Melaksanakan dan mensupervisi fungsi Pelayanan Pelanggan sesuai proses bisnis.

b. Melaksanakan kunjungan pelanggan potensial (TM/TT).

c. Menyiapkan rencana Tingkat Mutu Pelayanan secara periodik dan d. Menindak lanjuti pencapaian TMP.

e. Melaksanakan kegiatan Riset Pasar dan Menyusun Data Potensi Pasar (Captive Power).


(29)

g. Melaksanakan supervisi untuk penyempurnaan layanan PB/PD di Rayon.

h. Memastikan proses PB / PD dan SPJBTL pelanggan Potensial sesuai kewenangannya.

i. Memonitor Penerbitan SIP / SPJBTL.

j. Memonitor Mutasi Data Induk Langganan dan memelihara Arsip Induk Langganan.

k. Memonitor Laporan penagihan lain-lain (multi guna, P2TL, BP). l. Memonitor dan mensupervisi pengendalian piutang pelanggan. m. Memonitor proses pemutusan sementara, bongkar rampung, piutang

ragu-ragu dan usulan penghapusan piutang. 13. Sub. Bagian Spv. Keuangan Dan Admnistrasi

Bertanggung jawab atas proses administrasi SDM, kegiatan kesekretariatan, proses Akuntansi dan Keuangan untuk menjamin terpenuhinya tertib administrasi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Melaksanakan pengelolaan Tenaga Kerja. b. Melaksanakan pengelolaan K3.

c. Melaksanakan investigasi kejadian kecelakaan kerja, kebakaran, kebanjiran dan musibah lain terkait dengan K3.

d. Melaksanakan pengelolaan sarana kerja dan administrasi perkantoran.


(30)

f. Melaksanakan fungsi bagian keuangan.

g. Menyiapkan data pendukung RKAP untuk bagian Keuangan dan Administrasi.

h. Melaksanakan rekonsiliasi data dengan fungsi terkait atas pendapatan, bank, Hutang-Piutang, Persekot Dinas dan PUMP-KPR/BPRP.

i. Menyiapkan rincian biaya di Rayon untuk rencana alokasi dana operasional.

Rayon Belawan : JL.Medan-Belawan km 20,5 Telp (061) 6940847 KANTOR PLN TERDEKAT

Rayon Labuhan : JL.Medan-Belawan Telp (061) 6857934

Rayon Medan Timur : JL.Pasar III No.54 Krakatau Telp (061) 6618120 Rayon Medan Kota : JL.Listrik No.8 Medan Telp (061) 4144205 Rayon Medan Selatan : JL.Sakti Lubis No.20 Medan Telp (061) 7861911 Rayon Medan Baru : JL.Sei Batu Gingging No.9 Telp (061) 8213885 Rayon Johor : JL.Karya Wisata Telp (061) 7871778

Rayon Helvetia : JL.Kemuning Raya Helvetia Telp (061) 8453039 Rayon Sunggal : JL.Bunga Raya Sunggal Telp (061) 8456064

Visi PT.PLN (Persero) Cabang Medan

Visi perusahaan adalah : “Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani”.


(31)

Misi PT.PLN (Persero) Cabang Medan

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Motto PT.PLN (Persero) Cabang Medan

Motto perusahaan adalah : “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (Electricity for a Better Life)”.

D. Kinerja Usaha Terkini

Kinerja usaha yang dilakukan pada PT.PLN (Persero) Cabang Medan adalah sebagai berikut :

1. Pelanggan.

2. Produk dan layanan. 3. Proses bisnis internal.

4. Sumber Daya Manusia (SDM). 5. Keuangan dan pasar.


(32)

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Laporan Keuangan

Setiap perusahaan yang telah menerapkan manajemen pengelolaan perusahaan menuangkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dalam bentuk laporan. Diantara laporan yang dibuat adalah laporan keuangan yang berisi informasi keuangan perusahaan yang memungkinkan manajer untuk menelaah kinerja dari perusahaan tersebut.

Laporan Keuangan adalah laporan pertanggungjawaban menajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepanya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah (instansi pajak), kreditor (Bank atau Lembaga Keuangan), maupun pihak yang berkepingan lainnya.

Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam periode tertentu, laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode.

1. Tujuan Laporan Keuangan

Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode


(33)

tertentu. Menurut Kasmir (2008 : 11) terdapat 8 tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan, yaitu :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

2. Memberikan infromasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya.

2. Sifat Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008 : 12) laporan keuangan memiliki dua sifat yaitu :

1) Bersifat historis, artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang. 2) Bersifat menyeluruh, artinya laporan keuangan disusun sesuai dengan


(34)

3. Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008 : 16) ada 5 keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yaitu :

1) Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), dimana data yang diambil dari data masa lalu.

2) Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja.

3) Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

4) Laporan keuangan bersibat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian.

5) Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.

4. Pihak – Pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008 : 19) ada 5 pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yang meliputi pemilik, manajemen, kreditor, pemerintah, dan investor.

1) Pemilik

Kepentingan bagi para pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan terhadap hasil laporan keuangan yang telah dibuat adalah : a. Untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini.


(35)

b. Untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu periode.

c. Untuk menilai konerja manajemen atas target yang telah ditetapkan.

2) Manajemen

Bagi pihak manajemen laporan keuangan yang dibuat merupakan cermin kinerja mereka dalam suatu periode tertentu. Berikut ini nilai penting lapporan keuangan bagi manajemen.

a. Dengan laporan keuangan yang dibuat, manajemen dapat menilai dan mengevaluasi kinerja mereka dalam suatu periode apakah telah mencapai target-target atau tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.

b. Manajemen juga akan melihat kemampuan mereka mengoptimalkaan sumber daya yang dimiliki perusahaan yang ada selama ini.

c. Laporan keuangan dapat digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan saat ini sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di masa yang akan datang. d. Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan

keuangan ke depan berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, baik dalam hal perencanaan, pengawasan, dan pengendalian ke depan sehingga target-target yang diinginkan dapat tercapai.


(36)

3) Kreditor

Kepentingan pihak kreditor terhadap laporan keuangan perusahaan adalah dalam hal memberi pinjaman atau pinjaman yang telah berjalan sebelumnya. Bagi pihak kreditor, prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana (pinjaman) kepada berbagai perusahaan sangan diperlukan. Kepentingan pihak kreditor antara lain sebagai berikut. a. Pihak kreditor tidak ingin usaha yang dibiayainya mengalami

kegagalan dalam hal pembayaran kembali pinjaman tersebut (macet). Oleh karena itu, pihak kreditor, sebelum mengucurkan kreditnya, terlebih dulu melihat kemampuan perusahaan untuk membayarnya. Salah satu ukuran kemampuan perusahaan dilihat dari laporan keuangan yang telah dibuat.

b. Pihak kreditor juga perlu memantau terhadap kredit yang sudah berjalan untuk melihat kepatuhan perusahaan membayar kewajibannya.

c. Pihak kreditor juga tidak ingin kredit atau pinjaman yang diberikan justru menjadi beban nasabah dalam pengembaliannya apabila ternyata kemampuan perusahaan di luar dari yang diperkirakan.

4) Pemerintah

Arti penting laporan keuangan bagi pihak pemerintah adalah :

a. Untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan seluruh keuangn perusahaan yang sesungguhya.


(37)

b. Untuk mengetahui kewajiban perusahaan terhadap negara dari hasil laporan keuangan yang dilaporkan. Dari laporan ini akan terlihat jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada negara secara jujur dan adil.

5) Investor

Bagi investor yang ingin menanamkan dananya dalam suatu usaha sebelum memutuskan untuk membeli saham, perlu mempertimbangkan banyak hal secara matang. Dasar pertimbangan investor adalah dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan yang akan ditanamnya. Dalam hal ini investor akan melihat prospek yang dimaksud adalah keuntungan yang akan diperolehnya (deviden) serta perkembangan nila saham kedepan. Setelah itu, barulah investor dapat mengambil keputusan untuk membeli saham suatu perusahaan atau tidak.

5. Jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008 : 28) dalam praktiknya, secara umum ada 5 macam jenis laporan keuangan yang biasa disusun, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, laporan catatan atas laporan keuangan.

1. Neraca

Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Artinya dari posisi keuanagan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.


(38)

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Di dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian, juga tergambar jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi.

3. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan kas terdiri arus kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu. Kas masuk terdiri dari uang yang masuk keperusahaan, seperti hasil penjualan atau penerimaan lainnya, sedangkan kas keluar merupakan sejumlah jumlah pengeluaran dan jenis-jenis pengeluarannya seperti pembayaran biaya operasional perusahaan.


(39)

5. Laporan Cacatan atas Laporan Keuangan

Laporan cacatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informas apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keungan yang perlu diberi penjelasan terlebih dulu sehingga jelas.

B. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Wild, dalam Analisis Laporan Keuangan (2005,3) mendefenisikan Analisis Laporan Keuangan sebagai berikut :

“Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analisis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis”

Menurut Bernstein (1983 : 3):

“Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analisis untuk laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan”

Agar Laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak.


(40)

Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen selama ini.

Pada akhirnya bagi pihak pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi keuangan dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan ke depan. Perencanaan ke depan dengan cara menutupi kelemahan yang ada, mempertahankan posisi yang sudah sesuai dengan yang diinginkan dan berupaya untuk meningkatkan lagi kekuatan yang sudah diperolenya selama ini.

Analisis laporan keungan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula. Kesalahan dalam memasukkan angka atau rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Kemudian, hasil perhitungan tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya. Kesemuanya ini harus dilakukan secara teliti, mendalam, dan jujur.


(41)

1. Tujuan dan Manfaat Analisis

Menurut Kasmir (2008 : 68) ada 6 tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan, yaitu :

a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.

b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.

c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang pelu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. f. Dapat juga digunakan sebagai pembandingan dengan perusahaan

sejenis tentang hasil yang mereka capai. C. Analisis Rasio Keuangan

Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menganalisa laporan keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio adalah cara analisa dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditujukkan dalam neraca maupun laba rugi. Pada dasarnya perhitungan rasio-rasio keungan adalah untuk menilai kinerja keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.


(42)

Menurut Irawati (2005 : 22) rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu , ataupun hasil-hasil usaha dari suatau perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi.

1. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Menurut Rahardjo (2007 : 104) rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi lima kelompok, yaitu :

a. Rasio Likuiditas (liquidity ratios), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

b. Rasio Solvabilitas (leverage atau solvency ratios), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Rasio Aktivitas (activity ratios), yang menunjukkan tingkat efektifitas penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan.

d. Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas (profitability ratios), yang menunjukka tingkat imbalan atau perolehan (keuntungan) dibanding penjualan atau aktiva.

e. Rasio Investasi (investment ratios), yang menunjukkan rasio investasi dalam surat berharga atau efek, khususnya saham dan obligasi.


(43)

2. Analisis Rasio Solvabilitas a. Pengertian Rasio Solvabilitas

Menurut Kasmir (2008 : 151) rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

b. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabillitas

Menurut Kasmir (2008 : 153) ada 8 tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio solvabillitas, yaitu :

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor).

2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga) 3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva

tetap dengan modal.

4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. 5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap


(44)

6. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiao rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.

8. Tujuan lainnya.

Sementara itu, manfaat rasio solvabilitas menurut Kasmir (2008 : 154) terdapat 8 manfaat, yaitu :

1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya.

2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap ( seperti angsuran pinjaman termasuk bunga) 3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya

aktiva tetap dengan modal.

4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.


(45)

c. Jenis Rasio Solvabilitas

Biasanya penggunaan rasio solvabilitas atau leverage disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Artinya perusahaan dapat menggunakan rasio leverage secara keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis rasio solvabilitas yang ada. Penggunaan rasio secara keseluruhan, artinya seluruh jenis rasio yang dimiliki perusahaan, sedangkan sebagian artinya perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio yang dianggap perlu untuk diketahui.

Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain :

1. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Rumus untuk mencari Debt Ratio dapat digunakan sebagai berikut : Debt to asset ratio = ���������

����������x 100% 2. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.


(46)

Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas sebagai berikut :

Debt to equity ratio =�����ℎ����� (����)

������� (������) x 100% 3. Long Term Debt to Equity Ratio

Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Rumus untuk mencari long term debt to equity ratio adalah dengan menggunakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, yaitu :

Long term debt to equity ratio = ������������

������ x 100%

D. Pengolahan Data

1. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) Debt to asset ratio = ���������

����������x 100% Tabel 3.1

Komponen Laporan Keuangan

komponen laporan keuangan 2012 2013

Total Aktiva (total asset) 715.794.563.615 1.026.861.078.594 Total Utang (total debt) 429.416.634.514 558.895.631.909 Sumber : PT PLN (Persero) Cabang Medan


(47)

Untuk tahun 2012 :

Debt to asset ratio =429.416.634.514

715.794.563.615 × 100% = 59 %

Untuk tahun 2013 :

Debt to asset ratio = 558.895.631.909

1.026.861.078.594 X 100% = 54 %

Debt ratio tahun 2012 sebesar 59 % dan tahun 2013 sebesar 54 %. Hal tersebut berarti setiap Rp. 100,- hutang dijamin oleh aktiva sebesar Rp. 59,- untuk tahun 2012 dan Rp. 54,- untuk tahun 2013. Nilai debt ratio mengalami penurunan sebesar 5 %. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah aktivanya. Namun jika dibandingkan dengan rata-rata industri 35%, kondisi perusahaan untuk tahun 2012 dan 2013 di nilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industri.

2. Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio =�����ℎ����� (����)

������� (������) x 100%

Tabel 3.2

Komponen laporan keuangan

komponen laporan keuangan 2012 2013

Total Utang (debt) 429.416.634.514 558.895.631.909 Total Ekuitas (equity) 2.312.390.332.359 1.616.410.278.222 Sumber : PT PLN (Persero) Cabang Medan


(48)

Untuk tahun 2012 :

Debt to equity ratio = 429.416.634.514

2.312.390.332.359X 100 % = 19 %

Untuk tahun 2013 :

Debt to equity ratio = 558.895.631.909

1.616.410.278.222X 100 % = 35 %

Debt to equity ratio tahun 2012 sebesar 19 % dan tahun 2013 sebesar 35 % . nilai debt to equity ratio mengalami peningkatan sebesar 16 %. Peningkatan nilai debt to equity ratio tersebut menunjukkan semakin berat hutang perusahaan yang dijamin dengan modal yang dimiliki. Hal ini disebabkan total hutang pada tahun 2012 sebesar Rp. 429.416.634.514 dan total ekuitas sebesar Rp. 2.312.390.332.359 artinya semakin kecil operasional perusahaan yang dibiayai dengan pinjaman. Sedangkan pada tahun 2013 total hutang sebesar Rp. 558.895.631.909 dan total ekuitas sebesar Rp. 1.616.410.278.222 berarti pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan jumlah total hutang dan semakin kecil jumlah total ekuitasnya. Debt to equity ratio untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat perusahaan jasa karena debt to equity ratio yang baik yaitu 100% (1:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebihan.

3. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) Long term debt to equity ratio = ������������


(49)

Tabel 3.3

Komponen laporan keuangan

komponen laporan keuangan 2012 2013

Total utang jangka panjang 257.401.356.976 313.215.141.715 Total equity 2.312.390.332.359 1.616.410.278.222

Sumber : PT PLN (Persero) Cabang Medan

Untuk tahun 2012 :

LTDtER = 257.401.356.976

2.312.390.332.359X 100 % = 11%

Untuk tahun 2013 :

LTDtER = 313.215.141.715

1.616.410.278.222X 100 % = 19%

Dari perhitungan di atas dapat dilihat rasio jangka panjang pada tahun 2012 sebesar 11 % artinya, bahwa Rp. 100,00 pendanaan perusahaan,Rp. 11,00 dibiayai dengan hutang dan Rp. 89,00 di sediakan oleh pemegang saham sedangkan pada tahun 2013 sebesar 19 % yang bararti setiap Rp. 100,00 pendanaan perusahaan, Rp. 19,00 dibiayai dengan utang dan Rp. 81,00 disediakan oleh pemegang saham. Jika dibandingkan tahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi peningkatan rasio sebesar 8 %. Hal ini terjadi karena pada tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah utang jangka panjangnya sebesar Rp. 313.215.141.715 peningkatan rasio ini


(50)

berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

E. Persentase Rasio Solvabilitas

Dari pengolahan data di atas Rasio Solvabilitas dapat di persentasekan sebagai berikut :

Tabel 3.4

Presentase rasio solvabilitas

Jenis Rasio S olvabilitas 2012 2013

Debt Ratio 59% 54%

Debt to Equity Ratio 19% 35%

Long Term Debt to Equity Ratio 11% 19%

1. Debt ratio tahun 2012 sebesar 59 % dan tahun 2013 sebesar 54 %. Hal tersebut berarti setiap Rp. 100,- hutang dijamin oleh aktiva sebesar Rp. 59,- untuk tahun 2012 dan Rp. 54,- untuk tahun 2013. Nilai debt ratio mengalami penurunan sebesar 5 %. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri 35%, kondisi perusahaan untuk tahun 2012 dan 2013 di nilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industri.

2. Debt to Equity Ratio tahun 2012 sebesar 19 % dan tahun 2013 sebesar 35 % . nilai debt to equity ratio mengalami peningkatan sebesar 16 %. Peningkatan nilai debt to equity ratio tersebut menunjukkan semakin berat hutang perusahaan yang dijamin dengan modal yang dimiliki. Hal ini disebabkan total hutang pada tahun 2012 sebesar Rp. 429.416.634.514 dan total ekuitas sebesar Rp. 2.312.390.332.359 artinya semakin kecil operasional perusahaan yang dibiayai dengan


(51)

pinjaman. Sedangkan pada tahun 2013 total hutang sebesar Rp. 558.895.631.909 dan total ekuitas sebesar Rp. 1.616.410.278.222 berarti pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan jumlah total hutang dan semakin kecil jumlah total ekuitasnya. Debt to equity ratio untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat perusahaan jasa karena debt to equity ratio yang baik yaitu 100% (1:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebihan.

3. Dapat dilihat rasio jangka panjang pada tahun 2012 sebesar 11 % artinya, bahwa Rp. 100,00 pendanaan perusahaan,Rp. 11,00 dibiayai dengan hutang dan Rp. 89,00 di sediakan oleh pemegang saham sedangkan pada tahun 2013 sebesar 19 % yang bararti setiap Rp. 100,00 pendanaan perusahaan, Rp. 19,00 dibiayai dengan utang dan Rp. 81,00 disediakan oleh pemegang saham. Jika dibandingkan tahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi peningkatan rasio sebesar 8 %. Hal ini terjadi karena pada tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah utang jangka panjangnya sebesar Rp. 313.215.141.715 peningkatan rasio ini berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.


(52)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis serta evaluasi yang telah di uraikan pada bab sebelumnya, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Di lihat dari Debt Ratio PT PLN pada tahun 2012 ke tahun 2013, Nilai debt ratio mengalami penurunan sebesar 5 %. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah aktiva. Namun jika dibandingkan dengan rata-rata industri 35%, kondisi perusahaan untuk tahun 2012 dan 2013 di nilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industri.

2. Debt to equity ratio pada tahun 2012 ke tahun 2013, perusahaan ini mengalami kenaikan nilai debt to equity ratio sebesar 16%. Peningkatan nilai ini menunjukkan semakin berat hutang perusahaan yang dijamin dengan modal yang dimiliki. Hal ini disebabkan total hutang pada tahun 2012 sebesar Rp. 429.416.634.514 dan total ekuitas sebesar Rp. 2.312.390.332.359 artinya semakin kecil operasional perusahaan yang dibiayai dengan pinjaman. Sedangkan pada tahun 2013 total hutang sebesar Rp. 558.895.631.909 dan total ekuitas sebesar Rp. 1.616.410.278.222 berarti pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan jumlah total hutang dan semakin kecil jumlah total ekuitasnya. Debt to equity ratio untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat perusahaan jasa karena debt to equity ratio yang baik


(53)

yaitu 100% (1:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang yang berlebihan.

3. Long Term Debt to Equity Ratio padatahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi peningkatan rasio sebesar 8 %. Hal ini terjadi karena pada tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah utang jangka panjangnya sebesar Rp. 313.215.141.715 peningkatan rasio ini berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

B. Saran

Saran yang di ajukan sehingga dapat menjadi masukan bagi PT PLN(persero) Cabang Medan antara lain :

1. Terlihat bahwa nilai debt ratio berada di atas rata-rata industri kondisi perusahaan untuk tahun 2012 dan 2013 di nilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebih rata-rata industri. Sebaiknya kinerja manajemen keuangan diperbaiki kembali agar kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya dapat dicapai dengan baik.

2. Untuk nilai debt to equity ratio ini perusahaan mengalami kenaikan hutang yang menunjukkan semakin berat hutang perusahaan yang dijamin dengan modal yang dimiliki. Debt to equity ratio untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat karena debt to equity yang baik yaitu 100% (1:1), Sebaiknya perusahaan menghindari hutang yang berlebihan.


(54)

3. Untuk nilai long term debt to equity ini perusahaan mengalami peningkatan hutang jangka panjangnya sebesar 8%. Hal ini terjadi disebabkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah hutang jangka panjang. Sebaiknya perusahaan menghindari jumlah hutang jangka panjang yang berlebihan. Agar perusahaan bisa memenuhi kewajiban jangka panjangnya.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Syofyan Syafri, 2002, Analisis Kritis Terhadap Laporan Keuangan, Edisi 1, Cetakan 4, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Irawati Susan, 2005, Manajemen Keuangan, Pustaka, Bandung.

Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Melyny, Hernyta Hema, 2007, Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan PT.

Aerowisata Catering, Fakultas Ekonomi, USU, Medan. Munawir,s, 2007, Analisis Laporan Keuangan, Edisi keempat,

Penerbit Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.

Rahardjo, Budi, 2007, Keuangan dan Akuntansi, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Syahrial, Dermawan dkk, 2013,Analisis Laporan Keuangan, Edisi 2, MitraWacana Media, Jakarta.

Sundjaja, Ridwan S, Inger Barlian, 2003,Manajemen Keuangan 1, Edisi Kelima, Cetakan Pertama, Intan Sejati, Klaten


(1)

berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

E. Persentase Rasio Solvabilitas

Dari pengolahan data di atas Rasio Solvabilitas dapat di persentasekan sebagai berikut :

Tabel 3.4

Presentase rasio solvabilitas

Jenis Rasio S olvabilitas 2012 2013

Debt Ratio 59% 54%

Debt to Equity Ratio 19% 35% Long Term Debt to Equity Ratio 11% 19%

1. Debt ratio tahun 2012 sebesar 59 % dan tahun 2013 sebesar 54 %. Hal tersebut berarti setiap Rp. 100,- hutang dijamin oleh aktiva sebesar Rp. 59,- untuk tahun 2012 dan Rp. 54,- untuk tahun 2013. Nilai debt ratio mengalami penurunan sebesar 5 %. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri 35%, kondisi perusahaan untuk tahun 2012 dan 2013 di nilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industri.

2. Debt to Equity Ratio tahun 2012 sebesar 19 % dan tahun 2013 sebesar 35 % . nilai debt to equity ratio mengalami peningkatan sebesar 16 %. Peningkatan nilai debt to equity ratio tersebut menunjukkan semakin berat hutang perusahaan yang dijamin dengan modal yang dimiliki. Hal ini disebabkan total hutang pada tahun 2012 sebesar Rp. 429.416.634.514 dan total ekuitas sebesar Rp. 2.312.390.332.359


(2)

558.895.631.909 dan total ekuitas sebesar Rp. 1.616.410.278.222 berarti pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan jumlah total hutang dan semakin kecil jumlah total ekuitasnya. Debt to equity ratio untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat perusahaan jasa karena debt to equity ratio yang baik yaitu 100% (1:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebihan.

3. Dapat dilihat rasio jangka panjang pada tahun 2012 sebesar 11 % artinya, bahwa Rp. 100,00 pendanaan perusahaan,Rp. 11,00 dibiayai dengan hutang dan Rp. 89,00 di sediakan oleh pemegang saham sedangkan pada tahun 2013 sebesar 19 % yang bararti setiap Rp. 100,00 pendanaan perusahaan, Rp. 19,00 dibiayai dengan utang dan Rp. 81,00 disediakan oleh pemegang saham. Jika dibandingkan tahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi peningkatan rasio sebesar 8 %. Hal ini terjadi karena pada tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah utang jangka panjangnya sebesar Rp. 313.215.141.715 peningkatan rasio ini berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis serta evaluasi yang telah di uraikan pada bab sebelumnya, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Di lihat dari Debt Ratio PT PLN pada tahun 2012 ke tahun 2013, Nilai debt ratio mengalami penurunan sebesar 5 %. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah aktiva. Namun jika dibandingkan dengan rata-rata industri 35%, kondisi perusahaan untuk tahun 2012 dan 2013 di nilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industri.

2. Debt to equity ratio pada tahun 2012 ke tahun 2013, perusahaan ini mengalami kenaikan nilai debt to equity ratio sebesar 16%. Peningkatan nilai ini menunjukkan semakin berat hutang perusahaan yang dijamin dengan modal yang dimiliki. Hal ini disebabkan total hutang pada tahun 2012 sebesar Rp. 429.416.634.514 dan total ekuitas sebesar Rp. 2.312.390.332.359 artinya semakin kecil operasional perusahaan yang dibiayai dengan pinjaman. Sedangkan pada tahun 2013 total hutang sebesar Rp. 558.895.631.909 dan total ekuitas sebesar Rp. 1.616.410.278.222 berarti pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan jumlah total hutang dan semakin kecil jumlah total ekuitasnya. Debt to equity ratio untuk tahun yang dianalisis belum


(4)

berlebihan.

3. Long Term Debt to Equity Ratio padatahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi peningkatan rasio sebesar 8 %. Hal ini terjadi karena pada tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah utang jangka panjangnya sebesar Rp. 313.215.141.715 peningkatan rasio ini berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

B. Saran

Saran yang di ajukan sehingga dapat menjadi masukan bagi PT PLN(persero) Cabang Medan antara lain :

1. Terlihat bahwa nilai debt ratio berada di atas rata-rata industri kondisi perusahaan untuk tahun 2012 dan 2013 di nilai kurang baik. Artinya perusahaan dibiayai dengan utang melebih rata-rata industri. Sebaiknya kinerja manajemen keuangan diperbaiki kembali agar kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya dapat dicapai dengan baik.

2. Untuk nilai debt to equity ratio ini perusahaan mengalami kenaikan hutang yang menunjukkan semakin berat hutang perusahaan yang dijamin dengan modal yang dimiliki. Debt to equity ratio untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat karena debt to equity yang baik yaitu 100% (1:1), Sebaiknya perusahaan menghindari hutang yang berlebihan.


(5)

3. Untuk nilai long term debt to equity ini perusahaan mengalami peningkatan hutang jangka panjangnya sebesar 8%. Hal ini terjadi disebabkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah hutang jangka panjang. Sebaiknya perusahaan menghindari jumlah hutang jangka panjang yang berlebihan. Agar perusahaan bisa memenuhi kewajiban jangka panjangnya.


(6)

Harahap, Syofyan Syafri, 2002, Analisis Kritis Terhadap Laporan Keuangan, Edisi 1, Cetakan 4, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Irawati Susan, 2005, Manajemen Keuangan, Pustaka, Bandung.

Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Melyny, Hernyta Hema, 2007, Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan PT.

Aerowisata Catering, Fakultas Ekonomi, USU, Medan. Munawir,s, 2007, Analisis Laporan Keuangan, Edisi keempat,

Penerbit Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.

Rahardjo, Budi, 2007, Keuangan dan Akuntansi, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Syahrial, Dermawan dkk, 2013,Analisis Laporan Keuangan, Edisi 2, MitraWacana Media, Jakarta.

Sundjaja, Ridwan S, Inger Barlian, 2003,Manajemen Keuangan 1, Edisi Kelima, Cetakan Pertama, Intan Sejati, Klaten