Analisis Rasio Keuangan pada PT PLN (Persero) Area Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

LIZA RAMADHANI 122101047

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM DIPLOMA III

MEDAN

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

NAMA : LIZA RAMADHANI

NIM : 122101047

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN

JUDUL : ANALISIS RASIO KEUANGAN PT PLN

(PERSERO) AREA MEDAN

TANGGAL : 25 MEI 2015 DOSEN PEMBIMBING

Frida Ramadini, SE,M.M NIP. 19741012 200501 2 003

TANGGAL : 25 MEI 2015 KETUA PROGRAM STUDI DIII KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, SE, M. Si NIP. 19741123 200012 2 001

TANGGAL : 25 MEI 2015 DEKAN

Prof Dr. Azhar Maksum,SE, M.Ec.Ac ,Ak, CA NIP. 19560407 198002 1 001


(3)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan PT PLN (Persero) Area Medan” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari ada banyak kekurangan baik dalam penyampaian bahasa, kata maupun dalam penyajian. Untuk itu penulis berbesar hati dan dengan tangan terbuka menerima saran maupun kritik sehat yang bersifat membangun dari para pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus dan ikhlas penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara atas dedikasinya demi kemajuan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafrizal H.Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Keuangan.


(4)

telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Teristimewa untuk Kedua Orangtua yang sangat saya cintai, Ayahanda Syahruddin, S.Pd dan Ibunda Elza Yunita, S.Pd yang dengan sabar telah membesarkan, mendidik, memberi nasihat, semangat, serta tidak pernah henti-hentinya memberikan doa di setiap waktu sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir dan menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Teristimewa berikutnya adalah untuk saudara-saudara tersayang, Abangda Muhammad Alviansyah, SH, Abangda Muhammad Ardiansyah, SP, dan seseorang yang disayang , Rendy Ananta yang telah memberikan motivasi dan dukungan serta doa yang selalu dipersembahkan untuk penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir.

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga memperoleh balasan yang berlipat ganda dari-Nya, dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya, dan menjadi amal bagi penulis.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, Mei 2015

ULiza Ramadhani NIM : 122101047


(5)

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ... 5

A. Sejarah Perusahaan ... 5

1. Visi Perusahaan ... 9

2. Misi Perusahaan ... 10

B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 14

C. Uraian Pekerjaan... 16

D. Logo dan Makna Perusahaan ... 12

BAB III PEMBAHASAN ... 27

A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan... 27

B. Laporan Keuangan ... 27

1. Pengertian Laporan Keuangan ... 27

2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 28

C. Rasio-Rasio Keuangan... 30

1. Pengertian Rasio Keuangan... 30

2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan ... 31

3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan... 32

4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 32

D. Penyajian Laporan Keuangan ... 36

E. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan... 43

1. Rasio Likuiditas... 43

2. Rasio Aktivitas ... 45

3. Rasio Profitabilitas ... 47

4. Rasio Leverage ... 48

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52


(6)

Hal.

Tabel 3.1 Neraca PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Per

31 Desember 2013 ... 37

Tabel 3.2 Neraca PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Per 31 Desember 2014 ... 39

Tabel 3.3 Laba Rugi PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Bulan Desember 2013 ... 41

Tabel 3.4 Laba Rugi PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Bulan Desember 2014 ... 42

Tabel 3.5 Rasio Likuiditas ... 45

Tabel 3.6 Rasio Aktivitas ... 47

Tabel 3.7 Rasio Profitabilitas ... 48


(7)

Hal.

Gambar 2.1 Wilayah Kerja PT PLN ( Persero) Area Medan ... 8 Gambar 2.2 Logo Perusahaan PT PLN (Persero) Area Medan ... 13 Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Area Medan ... 15


(8)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap Perusahaan yang didirikan baik perusahaan dagang, jasa, dan industri mempunyai tujuan yang utama, yaitu untuk mendapatkan keuntungan (Profit) agar kelangsungan hidup dari perusahaan dan pertumbuhannya akan terus berlanjut sampai masa yang akan datang. Untuk mengukur sejauh mana dana yang diinvestasikan berguna bagi perusahaan dapat dilihat melalui Laporan Keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Laporan Keuangan merupakan suatu gambaran dari keadaan perusahaan pada waktu tertentu dan memberikan informasi tentang kondisi keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam waktu tertentu. Laporan Keuangan biasanya terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi. Neraca memperlihatkan besarnya nilai dari aktiva, utang, dan modal perusahaan pada saat tertentu. Laporan Laba Rugi memperlihatkan hasil-hasil yang dicapai dalam 1 tahun tertentu.

Laporan Keuangan merupakan alat yang paling penting untuk memperoleh informasi tentang posisi keuangan dari hasil yang dicapai perusahaan. Menganalisis dan mengevaluasi laporan keuangan perusahaan adalah satu cara untuk memperoleh informasi tersebut. Laporan keuangan juga dapat menunjukkan apakah perusahaan itu mengalami kemajuan atau sebaliknya.

Laporan Keuangan juga bermanfaat bagi banyak pihak, misalnya pemegang saham (pemilik perusahaan), pemerintah, kreditur, karyawan, dan sebagainya.


(9)

Analisa Laporan Keuangan diperlukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dan untuk memprediksi hasil yang hendak dicapai dimasa yang akan datang.

Bagi kreditur, Laporan Keuangan berguna untuk penilaian pinjaman yang diberikan kepada perusahaan apakah akan dipergunakan seefisien mungkin, sehingga perusahaan mampu membayar setiap pinjaman yang telah jatuh tempo. Kemudian dapat dipergunakan untuk melihat prospek keuntungan dimasa yang akan datang dan perkembangan perusahaan berikutnya. Bagi karyawan, Laporan Keuangan juga dapat digunakan sebagai pertimbangan apakah gaji yang diterimanya adil atau tidak. Pemerintah berkepentingan terhadap Laporan Keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan.

Rasio Keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan dan mengingat pentingnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan dan banyak pihak, maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis rasio keuangan. Sehubungan dengan ini merencanakan penelitian dengan judul “Analisi Rasio Keuangan Pada PT PLN (Persero) Area Medan”.

Hasil analisis rasio ini kemudian sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya investor digunakan sebagai panduan dalam memutuskan untuk menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan, demikian juga bagi kreditur, bila ia hendak memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan, ia harus mengetahui perusahaan itu mampu atau tidak membayar kembali hutang- hutangnya melalui analisis rasio keuangan, yaitu rasio aktivitas, dan bagi manajer keuangan, analisis rasio digunakan untuk melihat dan menilai aspek-aspek yang


(10)

mereka inginkan seperti melalui : rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio aktivitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat suatu masalah yang pokok yaitu : Bagaimana kondisi keuangan PT PLN (PERSERO) Medan Area yang ditinjau dari sudut likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas untuk periode 2013 dan 2014?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dengan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Parluasan Pematangsiantar yang ditinjau dari sudut likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas untuk periode 2012 dan 2013.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dengan diadakannya penelitian ini adalah: a) Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan peneliti jika dimintai pendapat mengenai cara-cara menganalisis rasio keuangan dan penerapannya di perusahaan.

b) Bagi PT PLN (Persero) Area Medan

Sebagai bahan masukan dan rujukan bagi pimpinan dan pihak manajemen untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan serta menyusun rencana dan kebijakan keuangan di masa yang akan datang.


(11)

c) Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan masukan serta sumber informasi penting bagi pihak-pihak yang memerlukan dan rekan-rekan lain dalam rangka menyempurnakan penelitian sejenis berikutnya


(12)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Latar Belakang dan Sejarah Perusahaan

Sejarah keberadaan kelistrikan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara berawal dari dimulainya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923 yang dibangun oleh NV. NIGEM / OGEM Perusahaan swasta Belanda diatas tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi Kantor PLN Area Medan Jl. Listrik No 8 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Berandan pada tahun 1924, di Tebing Tinggi tahun 1927, di Sibolga (oleh NV ANIWM) Brastagi dan Tarutung tahun 1929, di Tanjung Balai tahun 1931, di Labuhan Bilik tahun 1936 dan Tanjung Tiram pada tahun 1937.

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Aksi Karyawan Perusahaan Listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang diambil alih dan diserahkan kepada Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih tersebut, maka dengan penetapan Pemerintah No. 1.SD/45 yang ditetapkan tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik Nasional.

Pada tanggal 1 Januari 1961 dibentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara BPU-PLN. Setelah BPU-PLN berdiri dengan SK Menteri PUT No.19/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan pun berubah. Perusahaan listrik di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Utara dan Riau diubah namanya menjadi PLN Eksploitasi. Pada tanggal 1 Januari 1965, BPU-


(13)

Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik. Kemudian dengan terbitnya Peraturan Menteri No.1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja PLN secara Nasional menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi, dimana ditetapkan pembagian daerah kerja PLN Sumatera Utara menjadi Eksploitasi– I.

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No.KPTS.009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi-I dibagi menjadi 4 DAN dan 1 Sektor, yaitu DAN Medan, Binjai, Sibolga, Pematang Siantar ( yang berkedudukan ) di Tebing Tinggi, karena P.Siantar masih dikelola PLD dan Sektor Glugur.

Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 dan Keputusan Menteri PUTL No.01 /PRT/73 untuk menetapkan PLN menjadi PERUM yang isinya mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara untuk mengelola kelistrikan di seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam Surat Keputusan Menteri PUTL No.01/PRT/1973 menetetapkan PLN Eksploitasi-I Sumatera Utara dirubah menjadi PLN Eksploitasi –II Sumatera Utara. Kemudian menyusul terbitnya Peraturan Menteri PUTL No.013/PRT/75 yang mengubah PLN Ekspoitasi menjadi PLN Wilayah, dimana PLN Eksploitasi II. Berubah namanya menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.

Kemudian pada tanggal 16 Juni 1994 terbitlah Peraturan Pemerintah No. 23 / 1994 yang isinya menetapkan status PLN yang berubah dari Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Persero.


(14)

Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahtraan masyarakat dan mendorong perkembangan industri pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJPT-II) yang tanggung jawabnya cukup besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang harmonisasi dengan instansi dan lembaga yang terkait perlu dibina dan ditingkatkan terus.

Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan indikasi pertumbuhan lainnya

Dengan perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara yang terus mengalami pertumbuhan dengan begitu pesat, maka berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 078.K/023/DIR/1996 tanggal 8 Agustus 1996, dibentuklah organisasi baru bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara. Dengan perubahan tersebut maka PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara berkonsentrasi pada bidang distribusi dan penjualan tenaga listrik.

Pada Tahun 2003 PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara berubah namanya menjadi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera berkedudukan di Jl. Yos Sudarso No. 284 Medan. Wilayah kerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara meliputi Wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan luas 71.680,68 km², sebagian besar berada didaratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias yang terlihat pada ( Gambar 1 ).


(15)

Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota dengan Kabupaten / Kota tersebut terdiri dari 417 Kecamatan dan secara keseluruhan desa sebesar 5.856 desa / kelurahan.

Gambar 2.1 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.


(16)

2.2. Visi & Misi dan Tujuan Perusahaan.

Sebagai Unit Bisnis,PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara harus memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat Sumatera Utara sekaligus harus mampu memberikan kontribusi positif kepada pencapaian Visi dan Misi PT PLN (Persero).

Proses transformasi di seluruh jajaran PLN menuju perusahan berkelas dunia sebagaimana tercantum dalam Visi PT PLN (Persero) akan dapat berjalan dengan baik jika pengamalan nilai-nilai Budaya Perusahaan :Saling Percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar yang telah disampaikan seluruh anggota perusahaan dan telah disahkan oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama PT PLN (Persero) pada tanggal 27 Oktober 2002 dapat berjalan sebagai mana mestinya.

Apabila pengamalan nilai-nilai budaya perusahaan dapat diwujudkan dalam kehidupan kerja, maka PT PLN (Persero) dengan seluruh jajarannya akan dapat melaksanakan pengelolaan perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang telah dicanangkan pada tanggal 31 Desember 2003 oleh Direksi dan Dewan Komisaris PT PLN (Persero) dengan konsisten dan berkelanjutan.

a. Visi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.


(17)

b. Misi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

a. Menjalankan bisnis kelistrikan danbidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi

d. Menjalankan kegiatan yang berwawasan lingkungan

PT PLN Wilayah Sumatera Utara dengan wilayah kerja seluruh Propinsi Sumatera Utara mempunyai georafis, demografis, sosial budaya dan sumber daya ekonomi. Oleh sebab itu walaupun sebagai etitas bisnis yang tersendiri, setelah mempertimbangkan kondisi dan situasi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, seluruh unsur pimpinan PLN Wilayah Sumatera Utara telah berketetapan hati merumuskan Visi dan Misi PLN Wilayah Sumatera Utara, yang diharapkan mampu diemban atau dijabarkan oleh PLN Wilayah Sumatera Utara untuk memberikan pelayanan tenaga listrik yang baik bagi masyarakat Sumatera Utara.

Selain itu penjabaran Visi dan Misi PLN Wil Sumatera Utara dalam kegiatan usahanya paling sedikit pada periode 2014 – 2018 juga


(18)

diperkirakan akan mampu memberikan sumbangan yang Positif kepada pencapaian Visi dan Misi PT PLN (Persero) secara korporat.

2.3. Maksud dan Tujuan Perusahaan

Berdasarkan visi dan misi perusahaan yang telah disebutkan diatas, maka maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan usaha PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah ”Menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai, berupaya memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pemerataan pembangunan dengan menerapkan prinsip- prinsip Perseroan Terbatas sesuai AD PLN.

Berdasarkan Anggaran Dasar PT PLN (Persero), maksud dan tujuan serta kegiatan usaha PT PLN (Persero) adalah menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai, serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.

2.4. Arah Pengembangan Perusahaan

Dengan diundangkannya UU No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, maka dimungkinkan munculnya pemain baru yang akan menjadi pesaing PLN. Kondisi ini tentu saja akan menjadi pertimbangan bagi PLN dalam menentukan arah pengembangan perusahaan.

Manajemen PT PLN (Persero) secara korporat telah mencanangkan program metamorfosa PLN untuk menghadapi dinamika bisnis ketenagalistrikan


(19)

pasca diberlakukannya UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sebagai bagian dari PT PLN (Persero) berkewajiban untuk mendukung program metamorfosa PLN ini sesuai dengan lingkup dan dinamika bisnis kelistrikan yang dihadapinya. Sehingga dengan pelaksanaan program metamorfosa ini PLN Sumatera Utara akan dapat terus meningkatkan kinerja perusahaannya untuk menuju perusahaan kelas dunia sesuai dengan visi perusahaan. Dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan melaui program metamorfosanya, PLN Sumatera Utara akan berfokus pada upaya untuk peningkatan kapasitas dan kontinuitas penyaluran TL, perbaikan kualitas operasional dan pelayanan, serta peningkatan budaya kinerja yang tinggi. Pada akhirnya dengan konsisten pada pelakasanaan program tersebut diharapkan PLN Sumatera Utara akan dapat menurunkan biaya pokok produksinya dan memperbaiki citranya di mata stakeholder.

2.5 Logo dan Makna Perusahaan

2.5.1 Bentuk Lambang

Bentuk, warna dan 12ambing Perusahaan resmi digunakan adalah sesuai yang tercantum pada lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. 031/DIR/76 Tanggal 01 Juli 1976, mengenai Pembuatan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara


(20)

Gambar 2.2 Logo Perusahaan

2.5.2 Elemen – elemen Dasar Lambang

1. Warna Kuning

Menjadikan bidang dasar bagi elemen – elemen lambang lainnya, melambangkan bahwa PT. PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna.Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan bagi kehidupan masyarakat.Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insane yang berkarya di perusahaan ini.

2. Petir atau Kilat

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan.Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat tepat para insane PT. PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya.Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insane perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman.


(21)

3. Tiga Gelombang

Memiliki arti gayaenergi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang sering sejalan dengan kerja keras para insane PT. PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberikan warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tepat) seperti halnya listrik yang diperlukan dalam kehidupan manusia.

2.6. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam menjalankan badan usaha, suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi.Struktur organisasi merupakan komponen dalam suatu badan usaha / organisasi. Struktur organisasi menjelaskan tentang adanya pembagian kerja dan menjelaskan tentang bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda – beda tersebut dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi- spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan spealisasi-spealisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

Struktur organisasi yang digunakan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Area Medan adalah menggunakan jenis struktur organisasi fungsional “Line and Staff Organization” atau gabungan dari pada jenis struktur organisasi fungsional dengan unsur – unsur yang terdiri dari unsure pimpinan, unsur pelaksanaan, dan unsur pengawasan.


(22)

Berikut ini skema dari Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Area Medan:


(23)

Berdasarkan bagan struktur organisasi PT. PLN (Persero) Area Medan di atas, masing – masing fungsional memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :

1. Manajer Area

Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh sumber daya secara efisien, efektif dan sinergi.Pengelolaan perusahaan pembangkit, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai secara efisien, meningkatkan mutu dan keandalan serta pelayanan pelanggan, dan memastikan terlaksananya Good Corporate Governance(GCG) di PT. PLN (Persero) Area Medan.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) melakukan kegiatan pengusaha pembangkit (skala kecil) secara efisien, hemat energy, handal dan ramah lingkungan.

b) Mengusulkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Area Medan.

c) Memastikan program Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Area Medan, dilaksanakan sesuai penetapan Direksi.

d) Menetapkan kebijakan strategis terkait pengelolaan pengusahaan pembangkitan, pendistribusian, dan penjualan tenaga listrik Area Medan. e) Menjamin pengelolaan kegiatan pengusahaan pembangkitan,

pendistribusian, dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang baik dalam upaya peningkatan pelayanan pelanggan.


(24)

f) Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu termasuk menetapkan target kinerja unit-unit dibawah koordinasinya, memonitoring dan mengendalikan pelaksanaannya.

g) Memastikan pelaksanaan kebijakan pokok pengembangan mekanisme niaga dan operasi yang telah ditetapkan direksi.

h) Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan manajemen resiko Area Medan.

i) Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota organisasi. j) Menetapkan laporan Menejemen Area Medan

2. Asissten Manajer (Asman) Jaringan

Bertanggung jawab atas rencana dan pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi, Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) dan Pembangkit Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTMH) untuk menjamin mutu dan keandalan jaringan distribusi. Hasil / output pendistribusian energi listrik yang kontiniu dan handal.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Menyusun Program Rencana Kerja (PRK) untuk kegiatan operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi.

b) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi, PDKB, serta PLTMH.

c) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi.


(25)

d) Melakukan analisa dan evaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi dan PDKB.

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja proteksi distribusi dan pelayanan teknik.

f) Melakukan verifikasi dan validasi asset distribusi secara periodik.

g) Mengkoordinasikan penyusunan dan mengendalikan pelaksanaan SOP untuk setiap jenis pekerjaan distribusi guna tercapainya Zero Accident. h) Melakukan koordinasi dalam rangka operasi dan pemeliharaan jaringan

distribusi dengan Rayon/instansi terkait termasuk PFK.

i) Menyusun pola operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi yang efisien. 2.1.Sub Bagian Supervisor Operasi Distribusi

Bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pengoperasian jaringan distribusi sesuai SOP untuk menjamin keandalan, keamanan, mutu dan efisien penyaluran tenaga listrik.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Menyusun Program Rencana Kerja Operasi.

b) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Operasi Jaringan Distribusi sesuai SOP.

c) Melaksanakan pemutakhiran data asset distribusi secara berkala. d) Melakukan pengendalian pengoperasian jaringan distribusi.

e) Mengendalikan dan memonitoring pelaksanaan operasional teknik.

f) Mengkoordinasikan dengan Area, Rayon dan Instansi terkait dalam rangka operasi jaringan distribusi.


(26)

2.2.Sub Bagian Supervisor Pemeliharaan Distribusi

Bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan jaringan distribusi untuk meningkatkan keandalan, keamanan, mutu dan efisiensi jaringan distribusi.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Merencanakan penyusunan Program Rencana Kerja (PRK).

b) Melaksanakan dan mengevaluasikan kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi sesuai SOP dan anggaran yang ditetapkan.

c) Merencanakan kebutuhan material operasi dan pemeliharaan untuk meningkatkan keandalan dan keamanan jaringan distribusi termasuk PRK. d) Melaksanakan koordinasi dengan rayon dan bagian terkait dalam

pelaksanaan pemeliharaan jaringan distribusi.

e) Menyiapkan peralatan kerja untuk operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi.

2.3.Sub Bagian Supervisor PDKB

Bertanggung jawab dalam mengelola pekerjaan PDKB untuk meningkatkan keandalan, keamanan, mutu dan efisensi jaringan distribusi.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pekerjaan PDKB. b) Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan PDKB sesuai dengan SOP.

c) Mengusulkan Surat Perintah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan dan Surat Penunjukan Pengawas Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan .


(27)

d) Melaksanakan inventarisasi dan mengusulkan peremajaan peralatan PDKB.

e) Memonitor masa berlaku dan mengusulkan sertifikat / brevet personil PDKB.

f) Mengusulkan revisi SOP atau mengajukan SOP baru ke komisi PDKB g) Melaporkan penyelesaian pekerjaan kepada kepala operasi

3. Asisten Manajer (Asman) Transaksi Energi Listrik

Bertanggung jawab dalam kegiatan transaksi energi pelanggan dan Area / Rayon / Unit terkait, pengendalian susut dan pemeliharaan meter transaksi untuk memenuhi standar operasional yang berlaku.Hasil / output laporan transaksi energi listrik, susut dan pemeliharaan meter transaksi.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan Manajemen Billing. b) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi sistem AP2T (Aplikasi Pelayanan

Pelanggan Terpusat) terkait dengan proses billing.

c) Menyusun biaya operasi dan investasi serta data pendukung RKAP.

d) Memonitoring dan mengendalikan realisasi penggunaan anggaran SKKI/SKKO.

e) Mengkoordinasikan kegiatan operasional dibagian transaksi energi.

f) Mengevaluasi dan mengendalikan susut, PJU, P2TL, AMR, Pemeliharaan APP, pemeliharaan meter transaksi dan hasil ukur meter transaksi.

g) Menyusun rencana program pemeliharaan meter transaksi.


(28)

i) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pemasangan dan pemeliharaan AMR.

j) Merencanakan dan mengevaluasi pekerjaan pemeliharaan APP dan hasil penerapan metrologi secara berkala.

k) Memonitoring dan mengevaluasi manajemen APP. l) Mengkoordinasikan kegiatan wiring dan Setting APP.

m) Mengkoordinasikan dengan bagian dan instansi yang berwenamg untuk kegiatan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL).

3.1.Sub. Bagian Supervisor Pemeliharaan Meter (Har Meter)

Bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan meter transaksi untuk akurasi pengukuran pemakaian energi listrik.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Memonitor Program Pemeliharaan Meter Transaksi yang disebabkan oleh meter rusak, buram, macet dan tua.

b) Memonitor pelaksanaan dan pemeliharaan AMR.

c) Merencanakan kebutuhan Kwh meter untuk pemeliharaan. d) Memonitor pelaksanaan hasil peneraan metrologi secara berkala.

e) Menyiapkan data pendukung RKAP untuk kebutuhan pemeliharaan meter transaksi.

f) Memonitor pekerjaan pemeliharaan dan tera ulang APP serta meter elektronik (ME) dan sistem AMR yang dikerjakan pihak ketiga.

g) Melaksanakan pengujian alat ukur, pembatas dan kelengkapannya untuk material baru atau bekas andal.


(29)

h) Memastikan hasil sampling peneraan APP baru hasil metrology dan rekondisi pihak ketiga.

i) Memonitor manajemen segel APP.

3.2.Sub Bagian Supervisor Pengendalian Susut (DalSut)

Bertanggung jawab atas kegiatan pengendalian susut jaringan, menertibkan PJU / Reklame liar dan pelaksanaan P2TL.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Memonitor pelaksanaan penekanan susut dan berkoordinasi dengan bagian / Rayon terkait.

b) Memetakan dan melaporkan perkembangan susut Area dan Rayon secara berkala.

c) Melakukan updating data PJU secara berkala.

d) Melakukan koordinasi dan pengawasan hasil P2TL yang telah dilakukan dengan bagian atau Rayon terkait.

e) Melakukan evaluasi kinerja pihak ketiga berdasarkan SLA (Service Level Agreement).

f) Membuat target operasi serta memonitor pelaksanaan P2TL secara rutin. g) Memastikan kelengkapan P2TL sesuai aturan.

h) Melaksanakan komunikasi dengan bagian terkait dan instansi berwenang untuk pelaksanaan P2TL.

i) Melakukan analisa dan evaluasi (ANEV) atas hasil pelaksanaan P2TL. 3.3.Sub Bagian Supervisor Transaksi dan Energi


(30)

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Memastikan antara data pelanggan dan APP terpasang. b) Membuat laporan hasil berita acara pemeriksaan.

c) Berkoordinasi dengan bagian terkait tentang kelainan APP. d) Memvalidasi data kelainan APP.

e) Memeriksa pemakaian energi listrik pelanggan prabayar secara berkala. f) Memeriksa dan mengecek pemakaian energi listrik pelanggan prabayar

secara berkala

4. Asman pelayanan dan Administrasi

Bertanggung jawab atas kelancaran pengelolaan dan pengendalian kegiatan bidang administrasi dan keuangan yang meliputi sumber daya manusia, kesekretariatan, anggaran, keuangan dan akuntansi untuk mendukung laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu serta mencapai target kinerja sesuai tujuan perusahaan.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Mengelola peningkatan Integritas Layanan Publik (ILP).

b) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pengelolaan tenaga kerja.

c) Mengkoordiasikan pengelolaan kegiatan administrasi umum, SDM dan Pelanggan.

d) Memonitor data pelanggan.

e) Memverifikasi dan validasi terhadap kelengkapan transaksi pembayaran. f) Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pencatatan transaksi keuangan.


(31)

g) Mengkoordinir dan mengelola Anggaran Investasi, Anggaran Operasi dan Cash Budget.

h) Mengevaluasi kontrak perjanjian dengan pihak ketiga.

i) Menyusun kebutuhan rencana diklat dan evaluasi hasil diklat.

j) Melakukan monitoring operasional kendaraan dinas, fasilitas kantor dan pemeliharaan gedung.

k) Mengkoordinasikan proses pelanggaran disiplin pegawai.

l) Mengevaluasi fasilitas / sarana kerja, permintaan perlengkapan K3/APK, tunjangan kecelakaan kerja.

m) Memonitor realisasi anggaran.

n) Memproses permohonan SPPD / Perjalanan Dinas 4.1.Sub Bagian Supervisor Administrasi Umum

Bertanggung jawab atas proses administrasi SDM, kegiatan kesekretariatan, proses akuntansi dan keuangan untuk menjamin terpenuhinya tertib administrasi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Rincian tugas sebagai berikut :

a) Melaksanakan pengelolaan tenaga kerja. b) Melaksanakan pengelolaan K3.

c) Melaksanakan investigasi kejadian kecelakaan kerja, kebakaran, kebanjiran, dan musibah lain yang terkait K3.

d) Melaksanakan pengelolaan sarana kerja dan administrasi perkantoran. e) Melaksanakan pengelolaan fungsi keuangan dan akuntansi.


(32)

g) Menyiapkan data pendukung RKAP untuk bagian pelayanan dan administrasi.

h) Melaksanakan rekonsiliasi data dengan fungsi terkait atas pendapatan, bank, hutang-piutang, persekot dinas, dan PUMP-KPR/BPRP.

i) Menyiapkan rincian biaya di Rayon untuk rencana alokasi dan dana operasional

4.2.Sub. Bagian Supervisor Pelayanan Pelanggan

Bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan fungsi Pelayanan Pelanggan, administrasi pelanggan, dan pengelolaan pendapatan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan pengamanan pendapatan.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Melaksanakan dan mensupervisi fungsi Pelayanan Pelanggan sesuai proses bisnis.

b) Melaksanakan kunjungan pelanggan potensial (TM/TT).

c) Menyiapkan rencana Tingkat Mutu Pelayanan secara periodeik dan menindaklanjuti pencapaian TMP.

d) Melaksanakan kegiatan Riset Pasar dan menyusun Data Potensi Pasar (Captive Power).

e) Mengelola peta segmentasi pelanggan.

f) Melaksanakan supervise untuk penyempurnaan layanan PB/PD di Rayon. g) Memastikan proses PB/PD dan SPJBTL pelanggan Potensial sesuai

kewenangannya.


(33)

i) Memonitor Mutasi Data Induk Langganan (DIL) dan memelihara arsip Data Induk Langganan.

j) Memonitor laporan penagihan lain-lain (multi guna, P2TL, BP). k) Memonitor dan mensupervisi pengendalian piutang pelanggan.


(34)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan

Tidak terlepas dari fungsinya, manajemen keuangan bisa diartikan sebagai manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Fungsi sendiri bisa diartikan sebagai kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu. Oleh karena itu, dalam suatu perusahaan, manajer keuangan adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola keuangan organisasi atas perusahaan.

B. Laporan keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.

Bagi para analisis, Laporan Keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainya dilakukan, ia pun tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahan. Oleh karena itu yang paling penting adalah media laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha


(35)

perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) persahaan dalam periode tertentu.

2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Jenis laporan keuangan utama dan pendukung dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Laporan Neraca (Posisi Keuangan)

Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu. Isi Laporan Neraca dijelaskan sebagai berikut :

1. Aset ( Harta, Aktiva)

Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak berwujud, dan lain-lain. Aktiva ini lazimnya di Indonesia dan Amerika ditempatkan di sebelah kiri. Sedangkan di beberapa negara Eropa lazimnya ditempatkan di sebelah kanan.

2. Liabilities (Kewajiban/Utang)

Kewajiban adalah kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntansi. Kewajiban ini termasuk juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.

3. Owner’s Equity (Modal Pemilik)

Equity adalah suatu hak yang tersisa alias aktiva suatu lembaga (entity)


(36)

4. Off Balance Sheet

Dalam peristilahan akuntansi dan juga di perbankan khususnya, dikenal apa yang disebut off balance sheet. Pada hakikatnya transakasi off balance sheet ini adalah transaksi yang terjadi dalam perusahaan tetapi karena menurut aturan baik aturan prinsip akuntansi maupun aturan lainnya tidak dimasukkan dalam neraca atau belum boleh dicatat dalam proses akuntansi. Transaksi ini biasanya menyangkut transaksi cash atau transaksi instrument keuangan lainnya yang belum direalisasi, misalnya plafon kredit (pembiayaan) yang belum digunakan. 5. Penyajian dan Bentuk Neraca

Neraca biasanya disajikan berdasarkan likuiditas pos atau perkiraannya. Biasanya perkiraan yang paling lancar dan paling dekat dengan konversi ke kas dicatat paling atas. Kewajiban yang paling cepat harus dicantumkan paling atas dalam kelompoknya. Modal yang harus ditunaikan terlebih dahulu harus ditempatkan di atas. Untuk industri-industri tertentu konsep likuiditas ini tidak berlaku. Misalnya untuk perusahaan asuransi pos yang ditempatkan paling atas adalah pos investasi.

b. Laporan Laba/Rugi

Laporan Laba/Rugi adalah sebagai kelebihan penghasilan atas biaya selama periode akuntasi. Laba atau income adalah perubahan dalam modal dalam suatu lembaga selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal dari buku pemilik.

c. Laporan Arus Kas

Yang sering menjadi masalah dalam laporan ini adalah mengenai pengertian dana.


(37)

Dana dapat diartikan macam-macam yaitu : 1. Dana adalah Kas;

2. Dana adalah Aktiva Tetap (Quick Assets); 3. Dana adalah Moneter Aset;

4. Dana adalah Aktiva Lancar; 5. Dana adalah Modal Kerja;

6. Dana diartikan sebagai keseluruhan Aktiva.

Dalam FASB (Financial Accounting Standar Board) Statement no. 95 muncul lagi Cash Flow Statement atau Laporan Arus Kas yang harus sudah diterapkan pada pelaporan tahun buku 1989. Dalam laporan ini, transaksi kas dikelompokkan pada tiga bagian yaitu:

1. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan operasi; 2. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan pembiayaan; 3. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan investasi.

Laporan kas ini dapat disusun dengan dua cara yaitu :

1. Direct Methodi; dan

2. Indirect Method;

d. Laporan Perubahan Modal

Laporan ini menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseorangan.

C. Rasio-Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan


(38)

relevan dan signifikan (berarti). Misalnya antara Utang dan Modal, antara Kas dan Total Aset, antara Harga Pokok Produksi dengan total Penjualan, dan sebagainya. Teknik ini sangat lazim digunakan oara analisis keuangan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan itu bisa banyak sekali.

Rasio Keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio yang penting. Misalnya, rasio ideal mengenai likuiditas bank tidak sama dengan rasio ada perusahaan industri, perdagangan, atau jasa. Oleh karenanya, di dalam laporan mengenai average industry ratio di Amerika perusahaan uang menerbitkannya membagi-bagi menurut jenis perusahaan bahkan menurut sub-sub industri yang lebih rinci.

2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah:

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;


(39)

d. Menstandarisir size perusahaan;

e. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodeik atau “time series”; f. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa

yang akan dating.

3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya.

Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah:

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

b. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

c. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda.

d. Informasi rata-rata industry adalah data umum yang hanya merupakan perkiraan.

4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Pada umumnya rasio keuangan bermacam-macam tergantung kepada kepentingan dan penggunaannya, begitu pula perbedaan jenis perusahaan juga dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasionya.


(40)

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dibayar dengan memakai hutang lancar. Rasio lancar yang ideal adalah 100%.

Rasio Lancar = Aktiva Lancar

Utang lancar

x 100%

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Dengan rasio cepat berarti likuiditas perusahaan diukur dengan menggunakan unsure-unsur aktiva lancar yang likuid, dengan cara tidak mempertimbangkan yang kurang likuid seperti persediaan. Rasio cepat yang ideal adalah 100%.

Rasio Cepat = Aktiva Lancar−Persediaan

Utang lancar

x 100%

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Rasio kas yang ideal adalah 100%.


(41)

Rasio Kas = Kas

Aktiva lancar

x 100%

b. Rasio Aktivitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini diukur dengan membandingkan penjualan dengan berbagai investasi dalam aktiva.

1. Total Assets Turnover

Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan jumlah aktiva. Kemampuan dana yan tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Total Assets Turnover yang ideal yaitu 200%.

Total Assets Turnover = Pendapatan

Total Aktiva

2. Receivable Turnover

Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan piutang rata-rata. Kemampuan piutang berputar dalam sutau periode tertentu. Receivable Turnover

yang ideal yaitu 200%.

Receivable Turnover = Pendapatan

Piutang Rata−Rata c. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,


(42)

menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga

Operating Ratio.

Pengembalian/Imbalan atas Investasi (Return on Invesment- ROI)

Yaitu Perbandingan antara Laba setelah biaya bunga dan Pajak (Laba bersih/EAT) dengan Total Aktiva Perusahaan. Return on Invesment yang baik adalah 200%.

ROI = Laba Bersih/EAT

Total Aktiva

x 100%

d. Rasio Leverage

Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang.

1. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki.

Debt Ratio = Total Utang

Total Aktiva

x 100%

2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan, guna mengetahui financial levarage perusahaan.


(43)

Total Debt to Equity Ratio = Total Utang

Hutang jk.pjg+ekuitas

x 100

D. Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan disajikan dengan maksud untuk melihat kondisi keuangan pada setiap periode tertentu.

Adapun kondisi kegiatan, perkembangan dan kemerosotan pada PT PLN (PERSERO) Area Medan dilihat dari Laporan keuangan selama dua tahun berturut-turut yang meliputi Laporan Neraca dan Laporan Penerima Dana dan Laporan Pengeluaran Dana 2013 dan 2014.

Adapun Laporan Neraca dan Laporan Penerimaan dan laporan Pengeluaran Dana pada Tahun 2013 dan 2014 dilihat pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, Tabel 3,3, dan Tabel 3,4.


(44)

Tabel 3.1

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA

PER 31 DESEMBER 2013 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2013

ASET ASET TETAP

(NETTO)

Aset Tetap (Bruto) Akumulasi Penyusutan

PEKERJAAN DALAM PELAKSANAAN PROPERTI

INVESTASI

INVESTASI JANGKA PANJANG ASET TIDAK LANCAR LAIN

Aset Tidak Beroperasi

Piutang Lain - lain ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

Biaya Yang Ditangguhkan

Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

DANA PELUNASAN OBLIGASI ASET PAJAK TANGGUHAN REKENING YANG DIBATASI PENGGUNAANYA

ASET LANCAR

Kas dan Setara Kas Investasi Sementara Piutang Usaha (Netto)

- Pihak yang Berelasi (Bruto) Penyisihan (Hubungan Berelasi) - Pihak Ketiga (Bruto)

Penyisihan (Pihak Ketiga) Persediaan (Netto)

- Persediaan (Bruto) Penyisihan Uang Muka Pajak

Piutang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

Aset Tidak Lancar yang Tersedia untuk Dijual

732,077,066,291 1,208,440,926,696 -476,363,863,405 15,480,007,390 - - 1,190,095,592 - 1,065,960,592 1,065,960,592 - - 124,135,000 124,135,000 - - - - 389,627,692,740 4,072,367 - 369,475,176,750 10,393,766,463 -8,527,580 10,385,234,884 363,553,508,218 -4,463,570,352 359,089,937,866 16,723,019,451 17,035,972,829 -312,953,378 - 793,248,977 298,248,977 495,000,000 2,636,247,562 2,541,909,579 94,337,983 -

JUMLAH ASET 1,138,374,862,014


(45)

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA

PER 31 DESEMBER 2013 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2013

EKUITAS DAN LIABILITAS TOTAL EKUITAS

Ekuitas Entitas Induk Modal Saham Tambahan Modal

Ekuitas Lainnya (Akun Pendapatan Komprehensif Lain) Saldo Laba

Kepentingan Non-Pengendali

AKUN ANTAR SATUAN ADMINISTRASI LIABILITAS JANGKA

PANJANG

Pendapatan Ditangguhkan Liabilitas Pajak Tangguhan

Pinjaman Jangka Panjang : - Pihak Yang Berelasi

Penerusan Pinjaman Utang Kepada Pemerintah Utang Bank

- Pihak Ketiga Utang Bank Utang Obligasi Utang Promes/ MTN Utang Lain-lain (Jk. Panjang)

- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Liabilitas Manfaat Pekerja ( Jk. Panjang)

LIABILITAS JANGKA PENDEK

Utang Usaha

- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga Utang Dana Pensiun Utang Pajak

Utang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Biaya Yang Masih Harus Dibayar Uang Jaminan Langganan Utang Biaya Proyek

Liabilitas Jangka Panjang Jatuh Tempo - Pihak Yang Berelasi

Penerusan Pinjaman Utang Kepada Pemerintah Utang Bank

- Pihak Ketiga Utang Bank Utang Obligasi Utang Promes/ MTN

Liabilitas Manfaat Pekerjaan (Jk. Pendek)

-1,769,223,603,484 -1,769,223,630,484 - - - -1,769,223,630,484 - 2,292,813,297,398 344,536,655,887 344,536,655,887 - - - - - - - - - - - - - 270,248,539,213 20,457,291,874 20,457,291,874 - 14,355,991 4,009,807,438 37,954,483,812 - 37,954,483,812 26,456,810,284 181,355,789,814 - - - - - - - - - - -


(46)

Tabel 3.2

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA

PER 31 DESEMBER 2014 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2014

ASET ASET TETAP (NETTO)

Aset Tetap (Bruto) Akumulasi Penyusutan

PEKERJAAN DALAM PELAKSANAAN PROPERTI INVESTASI

INVESTASI JANGKA PANJANG ASET TIDAK LANCAR LAIN

Aset Tidak Beroperasi

Piutang Lain - lain ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

Biaya Yang Ditangguhkan

Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

DANA PELUNASAN OBLIGASI

ASET PAJAK TANGGUHAN

REKENING YANG DIBATASI PENGGUNAANYA ASET LANCAR

Kas dan Setara Kas Investasi Sementara Piutang Usaha (Netto)

- Pihak yang Berelasi (Bruto) Penyisihan (Hubungan Berelasi) - Pihak Ketiga (Bruto)

Penyisihan (Pihak Ketiga) Persediaan (Netto)

- Persediaan (Bruto) Penyisihan Uang Muka Pajak

Piutang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

Aset Tidak Lancar yang Tersedia untuk Dijual

790,460,177,454 1,307,840,636,786 -517,380,459,332 9,496,802,635 - - 1,328,198,403 - 1,190,075,074 1,190,075,074 - - 138,123,329 138,123,329 - - - - 423,372,841,848 17,145,171,868 - 396,031,384,000 12,977,188,457 - 12,977,188,457 391,207,111,097 -8,152,915,554 383,054,195,543 27,072,229,290 27,293,878,546 -221,649,256 - 1,142,903,704 275,118,764 876,784,940 126,324,855 - 126,324,855 -

JUMLAH ASET 1,225,658,020,341


(47)

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA

PER 31 DESEMBER 2014 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2014

EKUITAS DAN LIABILITAS TOTAL EKUITAS

Ekuitas Entitas Induk Modal Saham Tambahan Modal

Ekuitas Lainnya (Akun Pendapatan Komprehensif Lain) Saldo Laba

Kepentingan Non-Pengendali

AKUN ANTAR SATUAN ADMINISTRASI

LIABILITAS JANGKA PANJANG

Pendapatan Ditangguhkan Liabilitas Pajak Tangguhan

Pinjaman Jangka Panjang : - Pihak Yang Berelasi

Penerusan Pinjaman Utang Kepada Pemerintah Utang Bank

- Pihak Ketiga Utang Bank Utang Obligasi Utang Promes/ MTN Utang Lain-lain (Jk. Panjang)

- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Liabilitas Manfaat Pekerja ( Jk. Panjang)

LIABILITAS JANGKA PENDEK

Utang Usaha

- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga Utang Dana Pensiun Utang Pajak

Utang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Biaya Yang Masih Harus Dibayar Uang Jaminan Langganan Utang Biaya Proyek

Liabilitas Jangka Panjang Jatuh Tempo - Pihak Yang Berelasi

Penerusan Pinjaman Utang Kepada Pemerintah Utang Bank

- Pihak Ketiga Utang Bank Utang Obligasi Utang Promes/ MTN

-3,309,822,373,496 -3,309,822,373,496 - - - -3,309,822,373,496 - 4,181,703,372,889 74,147,941,450 74,147,941,450 - - - - - - - - - - - - - 279,629,079,498 36,252,330,615 36,252,330,615 - - 4,339,237,663 46,773,760,711 - 46,773,760,711 4,207,867,628 188,055,873,882 - - - - - - - - - -


(48)

Tabel 3.3

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN LABA RUGI

PER 31 DESEMBER 2013 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2013

PENDAPATAN USAHA

- Penjualan Tenaga Listrik - Penjualan Tenaga Listrik (Bruto) - Discount

- Subsidi Listrik Pemerintah - Penyambungan Pelanggan - Lain - lain

BEBAN USAHA

- Pembelian Tenaga Listrik - Sewa Genset

- Beban Penggunaan Transmisi - Bahan Bakar dan Minyak Pelumas

- H S D

- M F O / Residu - I D O

- Batu Bara - Gas Alam - Panas Bumi - Air

- Campuran Bahan Bakar dll - Minyak Pelumas

- Pemeliaharaan

- Pemakaian Material - Jasa Borongan - Kepegawaian

- Penyusutan Aset Tetap - Administrasi

LABA RUGI USAHA

PENDAPATAN BEBAN LAIN - LAIN

- Pendapatan Bunga - Pendapatan Lain - lain - Beban Pinjaman - Beban Pensiun - Beban Lain - lain - Beban Selisih Kurs

LABA RUGI SEBELUM PPH BADAN BEBAN PAJAK

Beban Pajak Kini Beban Pajak Tangguhan

LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DILANJUTKAN

LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DIHENTIKAN

LABA RUGI BERSIH

LABA YANG DIATRIBUSIKAN KEPADA:

Pemilik Entitas Induk

Kepentingan Non - Pengendali

6,173,242,827,437 3,457,278,278,850 3,457,278,278,850 - 2,690,557,894,130 24,630,079,662 776,574,796 7,965,503,002,982 7,768,508,258,543 - 57,814,655,569 20,654,586,498 37,160,069,071 71,389,430,476 42,043,055,146 25,747,603,247 -1,792,260,175,544 23,036,545,060 69,766 22,140,560,714 - -2,705,112,083 3,601,026,663 -1,769,223,630,484 - -1,769,223,630,484 - -1,769,223,630,484 -1,769,223,630,484 -1,769,223,630,484 Sumber: PT PLN (PERSERO) Wilayah Area Medan


(49)

Tabel 3.4

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN LABA RUGI

PER 31 DESEMBER 2014 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2014

PENDAPATAN USAHA

- Penjualan Tenaga Listrik - Penjualan Tenaga Listrik (Bruto) - Discount

- Subsidi Listrik Pemerintah - Penyambungan Pelanggan - Lain - lain

BEBAN USAHA

- Pembelian Tenaga Listrik - Sewa Genset

- Beban Penggunaan Transmisi - Bahan Bakar dan Minyak Pelumas

- H S D

- M F O / Residu - I D O

- Batu Bara - Gas Alam - Panas Bumi - Air

- Campuran Bahan Bakar dll - Minyak Pelumas

- Pemeliaharaan

- Pemakaian Material - Jasa Borongan - Kepegawaian

- Penyusutan Aset Tetap - Administrasi

LABA RUGI USAHA

PENDAPATAN BEBAN LAIN - LAIN

- Pendapatan Bunga - Pendapatan Lain - lain - Beban Pinjaman - Beban Pensiun - Beban Lain - lain - Beban Selisih Kurs

LABA RUGI SEBELUM PPH BADAN BEBAN PAJAK

Beban Pajak Kini Beban Pajak Tangguhan

LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DILANJUTKAN LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DIHENTIKAN LABA RUGI BERSIH

LABA YANG DIATRIBUSIKAN KEPADA:

Pemilik Entitas Induk

Kepentingan Non - Pengendali

4,475,706,434,999 3,741,325,489,404 3,741,325,489,404 - 715,882,125,184 17,632,053,454 866,766,957 7,810,683,536,351 7,624,858,281,621 - 60,405,655,796 20,530,766,861 39,874,888,935 55,974,454,916 44,266,521,353 25,178,622,666 -3,334,977,101,353 25,154,727,857 - 25,010,083,407 - -7,167,332,010 7,311,976,460 -3,309,822,373,496 - -3,309,822,373,496 - -3,309,822,373,496 -3,309,822,273,496 -3,309,822,273,496 Sumber: PT PLN (PERSERO) Wilayah Area Medan


(50)

E. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan

Berdasarkan pengertian dan penggolongan rasio keuangan, maka dapat dianalisis beberapa rasio keuangan tersebut untuk melihat tingkat perkembangan seluruh aktivitas perusahaan.

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini dianalisis untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio Lancar = Aktiva Lancar

Utang lancar

x 100%

2013

=

389.627.692

x 100%

207.812.600.

=

187,4%

2014 = 424.372.841

192.263.750

x 100%

=

220,7%

Berdasarkan perhitungan rasio lancar pada tahun 2013, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 187,4 aktiva lancar. Sedangkan, pada tahun 2014, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 220,7 aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan perusaaan dalam mengembalikan hutang lancar dengan jaminan aktiva lancar meningkat pada tahun 2014.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio Cepat = Aktiva Lancar−Persediaan


(51)

2013 = 389.627.692−16.723.019

207.812.600

x 100%

=179,4%

2014 = 424.372.841−27.072.229

192.263.750

x 100%

=206,6%

Berdasarkan perhitungan rasio cepat pada tahun 2013, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 179,4 aktiva lancar. Sedangkan, pada tahun 2014, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 206,6 aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan perusaaan dalam mengangsur setiap rupiah hutang dengan jaminan aktiva lancar tanpa persediaan meningkat pada tahun 2014.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio Kas = Kas

Aktiva lancar

x 100%

2013 = 4.072.367

389.627.692

x 100%

=1,04%

2014 = 17.145.171

424.372.841

x 100%

=4,04%

Berdasarkan perhitungan rasio kas, pada tahun 2013 terjadi peningkatan rasio sebesar 3%. Rasio Kas pada tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk perusahaan jasa, karena rasio kas yang baik yaitu 100%, sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebihan agar


(52)

Tabel 3.5

Rasio Likuiditas Akhir Tahun 2013 dan 2014 No Rasio-Rasio Likuiditas 2013

(%)

2014 (%)

Perbandingan (%) 1 Rasio Lancar (Current Ratio) 187,4% 220,7% 33,3% (+) 2 Rasio Cepat (Quick Ratio) 179,4% 206,6% 27,2% (+) 3 Rasio Kas (Cash Ratio) 1,04% 4,04% 3%(+)

Dari ketiga komponen rasio likuiditas tersebut, maka secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga ada perbaikan rasio likuiditas pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013.

2. Rasio Aktivitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan.

a. Total Assets Turnover

Total Assets Turnover = Pendapatan

Total Aktiva

2013 = 6.173.242.827

1.225.658.020

=5 kali

2014 = 4.475.706.434

1.138.374.862


(53)

Berdasarkan perhitungan total assets turnover, pada tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan pendapatan sebesar 5 kali. Sedangkan pada tahun 2014 perusahaan mampu menghasilkan pendapatan sebesar 4 kali dari total aktiva yang dimiliki perusahaan.

b. Receivable Turnover

Receivable Turnover = Pendapatan

Piutang Rata−Rata

2013 = 6.173.242.827

93.492.658.470

=0,06 kali

2014 = 4.475.706.434

99.622.671.908

=0,04 kali

Berdasarkan perhitungan receivable turnover, pada tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan pendapatan sebesar 0,06 kali dari piutang rata-rata dan pada tahun 2014 perusahaan mampu menghasilkan pendapatan sebesar 0,04 kali dari piutang rata-rata.

Tabel 3.6

Rasio Aktivitas Akhir Tahun 2013 dan 2014

No Rasio-Rasio Aktivitas 2013 2014 Perbandingan 1 otal Assets Turnover 5 Kali 4 Kali 1 2 Receivable Turnover 0,06 Kali 0,04 Kali 0,02 Kali


(54)

Dari kedua komponen rasio aktivitas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut kurang efektif dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Terlihat pada rasio

Receivable Turnover, terjadi penurunan rasio pada tahun 2014.

3. Rasio Profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Pengembalian/Imbalan atas Investasi (Return on Invesment- ROI)

ROI = Laba Bersih/EAT

Total Aktiva

x 100%

2013 = 1.769.223.630

1.225.658.020

x 100%

= 144,3%

2014 = 3.309.822.373

1.138.374.862

x 100%

= 290,7%

Berdasarkan perhitungan return on investment, Pada Tahun 2013 sebesar 144,3%. Dalam hal ini setiap Rp 100,- investasi yang ditanamkan dalam perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 144,3-. Dan pada tahun 2014 return on investment sebesar -290,7% atau terjadi peningkatan sebesar Rp 146,4- dari tahun 2013, penyebabnya adalah kenaikan laba operasi bersih perusahaan/ pendapatan bersih usaha.


(55)

Tabel 3.7

Rasio Profitabilitas Akhir Tahun 2013 dan 2014

No Rasio-Rasio Profitabilitas 2013 2014 Perbandingan 1 Pengembalian/Imbalan atas

Investasi (Return on Invesment- ROI)

144,3% 290,7% 146,4% (+)

Dari komponen rasio profitabilitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2013 dengan tahun 2014 terjadi peningkatan rasio sebesar 146,4%.

4. Rasio Leverage

Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas.

a. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Debt Ratio = Total Utang

Total Aktiva

x 100%

2013 = 1.138.374.862

1.225.658.020

x 100%

=92,8%


(56)

=107,6%

Berdasarkan perhitungan rasio hutang, pada tahun 2013, 92,8% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman (hutang). Sedangkan pada tahun 2014, 107,6% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman (hutang). Hal ini menunjukkan bahwa beban hutang perusahaan sangat kecil jika dibandingkan dengan aktiva yang sama.

b. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

Total Debt to Equity Ratio = Total Utang

Hutang jk.pjg+ekuitas

x 100%

2013 = 1.138.374.862

0+1.769.223.630

x 100%

= 64,3%

2014 = 1.225.658.020

0+3.309.822.373

x 100%

=37,0%

Berdasarkan perhitungan rasio hutang terhadap ekuitas, pada tahun 2013, Rp0,643 utang jangka panjang dijamin dengan Rp1,- modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2014, Rp0,37utang jangka panjang dijamin dengan Rp1,- modal sendiri.


(57)

Tabel 3.8

Rasio Leverage Akhir Tahun 2013 dan 2014 No Rasio-Rasio Leverage 2013

(%)

2014 (%)

Perbandingan (%) 1 Rasio Hutang (Debt Ratio) 92,8% 107,6% 14,8%(-) 2 Rasio Hutang Terhadap

Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

64,3% 37,0% 27,3%(-)

Dilihat dari persentase rasio Debt Ratio dan Total Debt to Equity Ratio

bahwa komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri (ekuitas) relatif aman dan menunjukkan angka yang semakin menurun pada tahun 2014.


(58)

BAB IV KESIMPULAN DAN

SARAN

Setelah dilakukan analisa dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN, maka penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan demi penyempurnaan dan pencapaian dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan

1. Jika dilihat dari rasio likuiditas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga terjadi peningkatan rasio pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013.

2. Jika dilihat dari rasio aktivitas, maka dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut efektif dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Terlihat pada tahun 2014 terjadi peningkatan yang cukup drastis.

3. Jika dilihat dari rasio profitabilitas, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2013 dengan tahun 2014 terjadi peningkatan rasio sebesar 146,4%.

4. Jika dilihat dari rasio leverage, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya atau dengan kata lain


(59)

52

komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri (ekuitas) relatif aman. Hal ini dapat dilihat dari persentase rasio yang semakin menurun pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan Profitabilitas, Perusahaan perlu meningkatkan pendapatan, mutu, dan pelayanan serta melakukan penekanan biaya secara terus-menerus melalui perbaikan prosedur kerja sehingga biaya-biaya yang tidak perlu terjadi dapat dihapus. Dengan catatan bahwa penekanan biaya- biaya tersebut tidak mengganggu kelancaran jalannya operasi Perusahaan. 2. Mengadakan perbaikan pada sumber daya manusia seperti mengadakan

pelatihan terhadap karyawan/pekerja tentang pengetahuan dan cara-cara pelayanan yang lebih baik untuk menunjang pencapaian tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

3. Kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajibannya baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek sangat bagus, hal ini dapat dilihat pada rasio leverage. Perusahaan harus mampu menjaga keadaan tersebut agar pada tahun-tahun berikutnya tidak terjadi kenaikan rasio.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri, 1999, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Kedua, PT.Raja Grafindo, Jakarta.

Abdullah, M Faisal, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Cetakan Kelima, UMM Press, Malang.

Sawir, Agnes, 2000, Analisi Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT Gramedia Utama, Jakarta

Helfert, Erich A, 1996, Teknis Analisis Keuangan, Erlangga, Jakarta.

Atmaja, Lukas Setia, 2008, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama, Andi Offset & Co, Yogyakarta.

Ormiston, Aileen, dan Lyn M. Fraser, 2008, Memahami Laporan Keuangan, Indeks, Jakarta.


(1)

48

Tabel 3.7

Rasio Profitabilitas Akhir Tahun 2013 dan 2014

No Rasio-Rasio Profitabilitas 2013 2014 Perbandingan 1 Pengembalian/Imbalan atas

Investasi (Return on Invesment- ROI)

144,3% 290,7% 146,4% (+)

Dari komponen rasio profitabilitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2013 dengan tahun 2014 terjadi peningkatan rasio sebesar 146,4%.

4. Rasio Leverage

Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas.

a. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Debt Ratio = Total Utang

Total Aktiva

x 100%

2013 = 1.138.374.862

1.225.658.020

x 100%

=92,8%

2014 = 1.225.658.020


(2)

49

=107,6%

Berdasarkan perhitungan rasio hutang, pada tahun 2013, 92,8% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman (hutang). Sedangkan pada tahun 2014, 107,6% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman (hutang). Hal ini menunjukkan bahwa beban hutang perusahaan sangat kecil jika dibandingkan dengan aktiva yang sama.

b. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

Total Debt to Equity Ratio = Total Utang

Hutang jk.pjg+ekuitas

x 100%

2013 = 1.138.374.862

0+1.769.223.630

x 100%

= 64,3%

2014 = 1.225.658.020

0+3.309.822.373

x 100%

=37,0%

Berdasarkan perhitungan rasio hutang terhadap ekuitas, pada tahun 2013, Rp0,643 utang jangka panjang dijamin dengan Rp1,- modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2014, Rp0,37utang jangka panjang dijamin dengan Rp1,- modal sendiri.


(3)

50

Tabel 3.8

Rasio Leverage Akhir Tahun 2013 dan 2014

No Rasio-Rasio Leverage 2013

(%)

2014 (%)

Perbandingan (%) 1 Rasio Hutang (Debt Ratio) 92,8% 107,6% 14,8%(-) 2 Rasio Hutang Terhadap

Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

64,3% 37,0% 27,3%(-)

Dilihat dari persentase rasio Debt Ratio dan Total Debt to Equity Ratio bahwa komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri (ekuitas) relatif aman dan menunjukkan angka yang semakin menurun pada tahun 2014.


(4)

BAB IV KESIMPULAN DAN

SARAN

Setelah dilakukan analisa dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN, maka penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan demi penyempurnaan dan pencapaian dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan

1. Jika dilihat dari rasio likuiditas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga terjadi peningkatan rasio pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013.

2. Jika dilihat dari rasio aktivitas, maka dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut efektif dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Terlihat pada tahun 2014 terjadi peningkatan yang cukup drastis.

3. Jika dilihat dari rasio profitabilitas, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2013 dengan tahun 2014 terjadi peningkatan rasio sebesar 146,4%.

4. Jika dilihat dari rasio leverage, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya atau dengan kata lain

51


(5)

52

komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri (ekuitas) relatif aman. Hal ini dapat dilihat dari persentase rasio yang semakin menurun pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan Profitabilitas, Perusahaan perlu meningkatkan pendapatan, mutu, dan pelayanan serta melakukan penekanan biaya secara terus-menerus melalui perbaikan prosedur kerja sehingga biaya-biaya yang tidak perlu terjadi dapat dihapus. Dengan catatan bahwa penekanan biaya- biaya tersebut tidak mengganggu kelancaran jalannya operasi Perusahaan. 2. Mengadakan perbaikan pada sumber daya manusia seperti mengadakan

pelatihan terhadap karyawan/pekerja tentang pengetahuan dan cara-cara pelayanan yang lebih baik untuk menunjang pencapaian tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

3. Kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajibannya baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek sangat bagus, hal ini dapat dilihat pada rasio leverage. Perusahaan harus mampu menjaga keadaan tersebut agar pada tahun-tahun berikutnya tidak terjadi kenaikan rasio.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri, 1999, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Kedua, PT.Raja Grafindo, Jakarta.

Abdullah, M Faisal, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Cetakan Kelima, UMM Press, Malang.

Sawir, Agnes, 2000, Analisi Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT Gramedia Utama, Jakarta

Helfert, Erich A, 1996, Teknis Analisis Keuangan, Erlangga, Jakarta.

Atmaja, Lukas Setia, 2008, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama, Andi Offset & Co, Yogyakarta.

Ormiston, Aileen, dan Lyn M. Fraser, 2008, Memahami Laporan Keuangan, Indeks, Jakarta.

53