Potensi Bacillus subtilis sebagai Agens Penginduksi Ketahanan Tanaman Cabai terhadap Cucumber Mosaic Virus

POTENSI Bacillus subtilis SEBAGAI AGENS
PENGINDUKSI KETAHANAN TANAMAN CABAI
TERHADAP Cucumber Mosaic Virus

Oleh :
Hary Kusbiantoro
A44101054

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
HARY KUSBIANTORO. Potensi Bacillus subtilis Sebagai Agens Penginduksi
Ketahanan Tanaman Cabai Terhadap Cucumber Mosaic Virus. Dibimbing oleh
SRI HENDRASTUTI HIDAYAT.
Tanaman cabai merupakan komoditas yang cukup penting di Indonesia.
Tanaman cabai ini mudah terserang penyakit khususnya yang disebabkan oleh
Cucumber Mosaic Virus (CMV). Virus ini menyerang tanaman cabai secara
sistemik sehingga sulit untuk dapat dikendalikan secara langsung. Ada beberapa

teknik yang digunakan untuk mencegah infeksi CMV ke tanaman cabai
diantaranya adalah dengan sanitasi, penggunaan benih yang bebas virus dan
dengan menginduksi resistensi tanaman. Induksi resistensi tanaman dapat
digunakan sebagai salah satu teknik pengendalian karena mudah dan relatif aman
untuk lingkungan, tanaman dan aplikator. Teknik ini dilakukan dengan
memanfaatkan bakteri rhizosfer yaitu bakteri perakaran yang mampu
mengeluarkan senyawa tertentu yang dapat menginduksi ketahanan tanaman.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan Bacillus subtilis
sebagai agens penginduksi ketahanan tanaman cabai terhadap infeksi Cucumber
Mosaic Virus (CMV).
Isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian adalah Bacillus subtilis
BTP2H. Potensi kemampuan bakteri penginduksi ketahanan dievaluasi pada
beberapa konsentrasi, yaitu 107 cfu/ml, 108 cfu/ml, 109 cfu/ml, 1010 cfu/ml, dan
1011 cfu/ml terhadap infeksi CMV pada tiga varietas cabai (Tampar, Tit Segitiga,
Jatilaba). Aplikasi bakteri dilakukan secara perendaman benih sebelum tanam dan
penyiraman suspensi bakteri setelah tanam. Tanaman cabai yang berumur
4 minggu kemudian diinokulasi dengan CMV isolat Cimangkok (CMV-02).
Deteksi virus dilakukan pada 14 dan 28 hari setelah inokulasi dengan metode
indirect ELISA. Pengamatan dilakukan terhadap masa inkubasi, kejadian penyakit,
pertambahan tinggi tanaman, rata-rata bobot tanaman, dan rata-rata bobot buah.

Rancangan percobaan menggunakan rancangan faktorial acak lengkap
(FAL) 2 faktor dengan 6 perlakuan dan kontrol. Masing-masing perlakuan dan
kontrol terdapat 5 ulangan. Analisis data menggunakan sidik ragam.
Tanaman yang terinfeksi CMV memperlihatkan gejala yang cukup
beragam, dengan masa inkubasi berkisar antara 5 – 34 HSI. Perlakuan konsentrasi
bakteri yang tinggi, 1011 cfu/ml, baru dapat menekan infeksi CMV yang
ditunjukkan dari kejadian penyakit yang rendah pada ketiga varietas cabai.
Deteksi virus dengan I-ELISA menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi bakteri
tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai absorbansi virus yang
diukur pada 14 HSI maupun 28 HSI. Secara umum dapat disimpulkan bahwa
infeksi CMV pada ketiga varietas cabai yang digunakan dalam penelitian ini
cukup rendah. Demikian pula dengan pengamatan terhadap tinggi tanaman, bobot
tanaman dan bobot buah menunjukkan bahwa B. subtilis tidak memberikan
pengaruh peningkatan.

POTENSI Bacillus subtilis SEBAGAI AGENS
PENGINDUKSI KETAHANAN TANAMAN CABAI
TERHADAP Cucumber Mosaic Virus

Skripsi


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
Hary Kusbiantoro
A44101054

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul

Nama
NRP

: POTENSI Bacillus subtilis SEBAGAI AGENS PENGINDUKSI

KETAHANAN TANAMAN CABAI TERHADAP Cucumber
Mosaic Virus
: Hary Kusbiantoro
: A44101054

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc.
NIP. 131 610 286

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr.
NIP : 130 422 698

Tanggal lulus : ……………………..

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Agustus 1982 di Jakarta, DKI Jakarta,
sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak M.Nuh dan Ibu
Marwiyah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 33
, DKI Jakarta, pada tahun 2000. Pada tahun 2001 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Depertemen Proteksi Tanaman melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Potensi Bacillus subtilis Sebagai
Agens Penginduksi Ketahanan Tanaman Cabai Terhadap Cucumber Mosaic
Virus” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Februari 2005 sampai Oktober 2005.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir Sri Hendrastuti Hidayat,
M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bantuan,
motivasi, pikiran dan kesempatan sehingga penelitian dan skripsi ini dapat
diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Muhammad
Taufik, M.S yang telah membantu dan memberikan saran dalam penelitian ini.

Kepada Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, M.S dari Pusat Studi Pemuliaan Tanaman , IPB,
penulis mengucapkan terimakasih atas bantuannya dalam pengadaan benih cabai
dan kepada Ir. Ivone O Sumaraw, M.S. dari Laboratorium Bakteriologi DPT IPB
atas segala bantuan yang telah diberikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Mamah, Ayah, serta Kakak
Andi, kakak Inang, dan Kakak Ii atas do’a, kasih sayang dan motivasi yang selalu
diberikannya.. Terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Edi di laboratorium
Virologi, Bapak Yusuf di laboratorium Bakteriologi, Mba Dede dari Pusat Studi
Pemuliaan Tanaman, Mba Tuti, Ibu Eliza, Ibu Ida, Bapak Irwan dan Bapak Supri
atas segala bantuan baik moril dan pemikirannya. Teman-teman di Laboratorium
Virologi yaitu Kartiningtyas, Hendra, Frida, Arfianis dan teman-teman HPT 38
lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Kepada Ibu, Bapak dan
teman-teman kost yang telah membantu dan memberikan semangat, terimakasih
atas bantuannya. Serta semua pihak yang telah membantu dan mengisi hidup
penulis dengan penuh keceriaan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi ini , karena itu saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
selanjutnya sangat penulis harapkan.

Bogor, Agustus 2005


Hary Kusbiantoro

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ...................................................................................

Halaman
ix

DAFTAR GAMBAR...............................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

xi

PENDAHULUAN...................................................................................


1

Latar Belakang.............................................................................

1

Tujuan..........................................................................................

2

Manfaat........................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................

3

Budidaya Tanaman Cabai ............................................................


3

Infeksi Cucumber Mosaic Virus (CMV).......................................

4

Pengendalian Penyakit Tanaman
yang Disebabkan oleh Virus.........................................................

5

BAHAN DAN METODE ........................................................................

7

Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................

7

Perbanyakan Sumber Inokulum CMV

pada Tanaman Tembakau .............................................................

7

Perbanyakan Stok dan Penentuan Konsentrasi Bakteri ..................

8

Perlakuan PGPR pada Benih Cabai...............................................

9

Uji rumah Kaca ............................................................................
Masa Inkubasi....................................................................
Kejadian Penyakit..............................................................
Pertambahan Tinggi Tanaman............................................
Bobot Tanaman dan Buah..................................................
Deteksi Virus dengan Metode Indirect ELISA
(Enzyme Linked Immunosorbent Assay) ............................


9
10
10
10
10
11

Rancangan Percobaan dan Analisis Data...................................... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 13
Perbanyakan CMV pada Tanaman Tembakau.............................. 13
Masa Inkubasi dan Kejadian Penyakit .......................................... 15
Deteksi CMV pada Tanaman Cabai yang Diberi
Perlakuan Bakteri ........................................................................ 18

Pengaruh Infeksi CMV dan Perlakuan Bakteri Terhadap
Pertumbuhan dan Komponen Produksi Tanaman Cabai ............... 21
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 25
Kesimpulan.................................................................................. 25
Saran ........................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 26
LAMPIRAN ........ ................................................................................... 30

DAFTAR TABEL
Nomor

Teks

Halaman

1. Luas panen, produksi dan produktivitas cabai di Indonesia .................. 3
2. Masa inkubasi dan kejadian penyakit pada cabai varietas Tampar,
Tit Segitiga, Jatilaba yang diberi enam perlakuan konsentrasi
bakteri yang berbeda.......................................................................... 16
3. Rataan bobot tanaman cabai pada tiga varietas cabai
dan enam perlakuan konsentrasi......................................................... 23
4. Rataan bobot buah cabai pada tiga varietas cabai
dan enam perlakuan konsentrasi......................................................... 24

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Teks

Halaman

1. Daun tembakau sehat (A) dan tembakau sakit dengan
gejala mosaik yang disebabkan oleh CMV - Cimangkok (B).............. 13
2. Nilai absorbansi pada tanaman tembakau berdasarkan uji I-ELISA..... 14
3. Tanaman cabai sehat (A) dan tanaman cabai sakit dengan
gejala mosaik yang disebabkan oleh CMV - Cimangkok (B)............. 15
4. Nilai absorbansi hasil uji I-ELISA CMV pada tanaman cabai
berumur 14 hari setelah inokulasi (HSI) dengan perlakuan
konsentrasi bakteri pada varietas tampar (A), Tit Segitiga (B),
dan Jatilaba (C).................................................................................. 18
5. Nilai absorbansi hasil uji I-ELISA CMV pada tanaman cabai
berumur 28 hari setelah inokulasi (HSI) dengan perlakuan
konsentrasi bakteri pada varietas tampar (A), Tit Segitiga (B),
dan Jatilaba (C).................................................................................. 19
6. Persentase pertambahan tinggi tanaman cabai yang diamati
mulai 3 minggu pertama setelah tanam (3 MST) sampai dengan
panen (16 MST) pada tiga varietas cabai yaitu Tampar (A),
Tit Segitiga (B), dan Jatilaba (C)....................................................... 22

POTENSI Bacillus subtilis SEBAGAI AGENS
PENGINDUKSI KETAHANAN TANAMAN CABAI
TERHADAP Cucumber Mosaic Virus

Oleh :
Hary Kusbiantoro
A44101054

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
HARY KUSBIANTORO. Potensi Bacillus subtilis Sebagai Agens Penginduksi
Ketahanan Tanaman Cabai Terhadap Cucumber Mosaic Virus. Dibimbing oleh
SRI HENDRASTUTI HIDAYAT.
Tanaman cabai merupakan komoditas yang cukup penting di Indonesia.
Tanaman cabai ini mudah terserang penyakit khususnya yang disebabkan oleh
Cucumber Mosaic Virus (CMV). Virus ini menyerang tanaman cabai secara
sistemik sehingga sulit untuk dapat dikendalikan secara langsung. Ada beberapa
teknik yang digunakan untuk mencegah infeksi CMV ke tanaman cabai
diantaranya adalah dengan sanitasi, penggunaan benih yang bebas virus dan
dengan menginduksi resistensi tanaman. Induksi resistensi tanaman dapat
digunakan sebagai salah satu teknik pengendalian karena mudah dan relatif aman
untuk lingkungan, tanaman dan aplikator. Teknik ini dilakukan dengan
memanfaatkan bakteri rhizosfer yaitu bakteri perakaran yang mampu
mengeluarkan senyawa tertentu yang dapat menginduksi ketahanan tanaman.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan Bacillus subtilis
sebagai agens penginduksi ketahanan tanaman cabai terhadap infeksi Cucumber
Mosaic Virus (CMV).
Isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian adalah Bacillus subtilis
BTP2H. Potensi kemampuan bakteri penginduksi ketahanan dievaluasi pada
beberapa konsentrasi, yaitu 107 cfu/ml, 108 cfu/ml, 109 cfu/ml, 1010 cfu/ml, dan
1011 cfu/ml terhadap infeksi CMV pada tiga varietas cabai (Tampar, Tit Segitiga,
Jatilaba). Aplikasi bakteri dilakukan secara perendaman benih sebelum tanam dan
penyiraman suspensi bakteri setelah tanam. Tanaman cabai yang berumur
4 minggu kemudian diinokulasi dengan CMV isolat Cimangkok (CMV-02).
Deteksi virus dilakukan pada 14 dan 28 hari setelah inokulasi dengan metode
indirect ELISA. Pengamatan dilakukan terhadap masa inkubasi, kejadian penyakit,
pertambahan tinggi tanaman, rata-rata bobot tanaman, dan rata-rata bobot buah.
Rancangan percobaan menggunakan rancangan faktorial acak lengkap
(FAL) 2 faktor dengan 6 perlakuan dan kontrol. Masing-masing perlakuan dan
kontrol terdapat 5 ulangan. Analisis data menggunakan sidik ragam.
Tanaman yang terinfeksi CMV memperlihatkan gejala yang cukup
beragam, dengan masa inkubasi berkisar antara 5 – 34 HSI. Perlakuan konsentrasi
bakteri yang tinggi, 1011 cfu/ml, baru dapat menekan infeksi CMV yang
ditunjukkan dari kejadian penyakit yang rendah pada ketiga varietas cabai.
Deteksi virus dengan I-ELISA menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi bakteri
tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai absorbansi virus yang
diukur pada 14 HSI maupun 28 HSI. Secara umum dapat disimpulkan bahwa
infeksi CMV pada ketiga varietas cabai yang digunakan dalam penelitian ini
cukup rendah. Demikian pula dengan pengamatan terhadap tinggi tanaman, bobot
tanaman dan bobot buah menunjukkan bahwa B. subtilis tidak memberikan
pengaruh peningkatan.

POTENSI Bacillus subtilis SEBAGAI AGENS
PENGINDUKSI KETAHANAN TANAMAN CABAI
TERHADAP Cucumber Mosaic Virus

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
Hary Kusbiantoro
A44101054

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul

Nama
NRP

: POTENSI Bacillus subtilis SEBAGAI AGENS PENGINDUKSI
KETAHANAN TANAMAN CABAI TERHADAP Cucumber
Mosaic Virus
: Hary Kusbiantoro
: A44101054

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc.
NIP. 131 610 286

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr.
NIP : 130 422 698

Tanggal lulus : ……………………..

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Agustus 1982 di Jakarta, DKI Jakarta,
sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak M.Nuh dan Ibu
Marwiyah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 33
, DKI Jakarta, pada tahun 2000. Pada tahun 2001 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Depertemen Proteksi Tanaman melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Potensi Bacillus subtilis Sebagai
Agens Penginduksi Ketahanan Tanaman Cabai Terhadap Cucumber Mosaic
Virus” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Februari 2005 sampai Oktober 2005.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir Sri Hendrastuti Hidayat,
M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bantuan,
motivasi, pikiran dan kesempatan sehingga penelitian dan skripsi ini dapat
diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Muhammad
Taufik, M.S yang telah membantu dan memberikan saran dalam penelitian ini.
Kepada Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, M.S dari Pusat Studi Pemuliaan Tanaman , IPB,
penulis mengucapkan terimakasih atas bantuannya dalam pengadaan benih cabai
dan kepada Ir. Ivone O Sumaraw, M.S. dari Laboratorium Bakteriologi DPT IPB
atas segala bantuan yang telah diberikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Mamah, Ayah, serta Kakak
Andi, kakak Inang, dan Kakak Ii atas do’a, kasih sayang dan motivasi yang selalu
diberikannya.. Terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Edi di laboratorium
Virologi, Bapak Yusuf di laboratorium Bakteriologi, Mba Dede dari Pusat Studi
Pemuliaan Tanaman, Mba Tuti, Ibu Eliza, Ibu Ida, Bapak Irwan dan Bapak Supri
atas segala bantuan baik moril dan pemikirannya. Teman-teman di Laboratorium
Virologi yaitu Kartiningtyas, Hendra, Frida, Arfianis dan teman-teman HPT 38
lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Kepada Ibu, Bapak dan
teman-teman kost yang telah membantu dan memberikan semangat, terimakasih
atas bantuannya. Serta semua pihak yang telah membantu dan mengisi hidup
penulis dengan penuh keceriaan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi ini , karena itu saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
selanjutnya sangat penulis harapkan.

Bogor, Agustus 2005

Hary Kusbiantoro

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ...................................................................................

Halaman
ix

DAFTAR GAMBAR...............................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

xi

PENDAHULUAN...................................................................................

1

Latar Belakang.............................................................................

1

Tujuan..........................................................................................

2

Manfaat........................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................

3

Budidaya Tanaman Cabai ............................................................

3

Infeksi Cucumber Mosaic Virus (CMV).......................................

4

Pengendalian Penyakit Tanaman
yang Disebabkan oleh Virus.........................................................

5

BAHAN DAN METODE ........................................................................

7

Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................

7

Perbanyakan Sumber Inokulum CMV
pada Tanaman Tembakau .............................................................

7

Perbanyakan Stok dan Penentuan Konsentrasi Bakteri ..................

8

Perlakuan PGPR pada Benih Cabai...............................................

9

Uji rumah Kaca ............................................................................
Masa Inkubasi....................................................................
Kejadian Penyakit..............................................................
Pertambahan Tinggi Tanaman............................................
Bobot Tanaman dan Buah..................................................
Deteksi Virus dengan Metode Indirect ELISA
(Enzyme Linked Immunosorbent Assay) ............................

9
10
10
10
10
11

Rancangan Percobaan dan Analisis Data...................................... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 13
Perbanyakan CMV pada Tanaman Tembakau.............................. 13
Masa Inkubasi dan Kejadian Penyakit .......................................... 15
Deteksi CMV pada Tanaman Cabai yang Diberi
Perlakuan Bakteri ........................................................................ 18

Pengaruh Infeksi CMV dan Perlakuan Bakteri Terhadap
Pertumbuhan dan Komponen Produksi Tanaman Cabai ............... 21
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 25
Kesimpulan.................................................................................. 25
Saran ........................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 26
LAMPIRAN ........ ................................................................................... 30

DAFTAR TABEL
Nomor

Teks

Halaman

1. Luas panen, produksi dan produktivitas cabai di Indonesia .................. 3
2. Masa inkubasi dan kejadian penyakit pada cabai varietas Tampar,
Tit Segitiga, Jatilaba yang diberi enam perlakuan konsentrasi
bakteri yang berbeda.......................................................................... 16
3. Rataan bobot tanaman cabai pada tiga varietas cabai
dan enam perlakuan konsentrasi......................................................... 23
4. Rataan bobot buah cabai pada tiga varietas cabai
dan enam perlakuan konsentrasi......................................................... 24

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Teks

Halaman

1. Daun tembakau sehat (A) dan tembakau sakit dengan
gejala mosaik yang disebabkan oleh CMV - Cimangkok (B).............. 13
2. Nilai absorbansi pada tanaman tembakau berdasarkan uji I-ELISA..... 14
3. Tanaman cabai sehat (A) dan tanaman cabai sakit dengan
gejala mosaik yang disebabkan oleh CMV - Cimangkok (B)............. 15
4. Nilai absorbansi hasil uji I-ELISA CMV pada tanaman cabai
berumur 14 hari setelah inokulasi (HSI) dengan perlakuan
konsentrasi bakteri pada varietas tampar (A), Tit Segitiga (B),
dan Jatilaba (C).................................................................................. 18
5. Nilai absorbansi hasil uji I-ELISA CMV pada tanaman cabai
berumur 28 hari setelah inokulasi (HSI) dengan perlakuan
konsentrasi bakteri pada varietas tampar (A), Tit Segitiga (B),
dan Jatilaba (C).................................................................................. 19
6. Persentase pertambahan tinggi tanaman cabai yang diamati
mulai 3 minggu pertama setelah tanam (3 MST) sampai dengan
panen (16 MST) pada tiga varietas cabai yaitu Tampar (A),
Tit Segitiga (B), dan Jatilaba (C)....................................................... 22

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Teks

Halaman

1. Rataan persentase pertambahan tinggi tiga varietas cabai
selama 16 minggu setelah tanam ...................................................... 30
2. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
3 MST ............................................................................................... 32
3. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
4 MST .............................................................................................. 32
4. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
5 MST ............................................................................................... 32
5. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
6 MST ............................................................................................... 33
6. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
7 MST ............................................................................................... 33
7. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
8 MST ............................................................................................... 33
8. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
9 MST ............................................................................................... 33
9. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
10 MST ............................................................................................ 34
10. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
11 MST ............................................................................................ 34
11. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
12 MST ............................................................................................ 34
12. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
13 MST ............................................................................................ 34
13. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
14 MST ............................................................................................ 35
14. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
15 MST ............................................................................................ 35
15. Analisis sidik ragam untuk rataan pertambahan tinggi tanaman
16 MST ............................................................................................ 35
16. Analisis sidik ragam rataan bobot tanaman cabai
pada tiga varietas dan enam perlakuan .............................................. 36

17. Analisis sidik ragam rataan bobot buah cabai
pada tiga varietas dan enam perlakuan. ............................................ 36
18. Isolat Bacillus subtilis BTP2H yang dibiakkan dalam
media Nutrient Agar (NA) yang berumur 2 hari ............................... 37
19. Peralatan yang digunakan dalam uji serologi
dengan metode I-ELISA ................................................................... 37

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai (Capsicum spp.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
cukup penting di Indonesia. Luas area penanaman cabai pada tahun 2003
mencapai 176 ribu hektar yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada umumnya
produksi buah cabai di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2003
produksi cabai mencapai 1,06 juta ton dibandingkan pada tahun sebelumnya
sebesar 635 ribu ton dengan persentase kenaikan mencapai 67,9 % (Deptan
2005) (Tabel 1).
Pertumbuhan dan produksi cabai sangat dipengaruhi oleh gangguan hama
dan penyakit. Penyakit yang umum terjadi di pertanaman cabai dapat disebabkan
oleh bakteri, cendawan, nematoda dan virus. Virus yang menyerang tanaman
cabai diantaranya adalah Alfalfa mosaic virus (AMV), Andean potato mottle
virus-pepper strain (APMoV), Beet curly top virus (BCTV), Tobacco leaf curl
virus (TLCV), Chili veinal mottle virus (ChiVMV), Pepper mottle virus
(PepMoV), Tobacco mosaic virus (TMV), Tomato spotted wilt virus (TSWV) dan
Cucumber mosaic virus (CMV) (Pernezny et al. 2005).
Cucumber mosaic virus (CMV) merupakan virus penting yang menyerang
tanaman cabai. Virus ini memiliki banyak strain dan dapat berbeda dalam gejala
yang diperlihatkan (Zitter dan Florini 1984). Menurut Agrios (1997) CMV telah
dilaporkan hampir di seluruh negara dan menginfeksi berbagai jenis tanaman.
Infeksi CMV dapat menyebabkan gejala mosaik, tanaman menjadi kerdil dan
terjadinya malformasi pada daun dan buah.
Ada berbagai macam cara untuk mengendalikan virus yang menginfeksi
tanaman diantaranya dengan eradikasi gulma, menanam di daerah terisolasi,
mengendalikan serangga vektor, proteksi silang (Walkey 1991) maupun dengan
cara induksi ketahanan tanaman menggunakan Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR) (Kokalis et al. 2002). Beberapa mikroorganisme yang
dilaporkan dapat digunakan sebagai PGPR antara lain Bacillus pumilus,
B. subtilis, dan Pseudomonas fluorescens (Murphy JF et al 2003, Marwoso E
2005).

Bacillus subtilis yang digunakan sebagai PGPR berspektrum luas karena
dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman dari beberapa patogen
penyakit. Bakteri ini berpotensi untuk mengendalikan serangan CMV yang
menyerang tanaman karena dapat menginduksi tanaman cabai untuk membentuk
ketahanan dari penyakit tanaman.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan Bacillus subtilis
sebagai agens penginduksi ketahanan pada tanaman cabai terhadap infeksi CMV.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh infomasi tentang potensi
agens hayati yang terdapat di dalam tanah sebagai alternatif pengendalian
penyakit tanaman khususnya yang disebabkan oleh virus.

TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Tanaman Cabai
Tanaman cabai dikelompokan dalam keluarga Solanaceae, genus
Capsicum. Genus ini mempunyai 20 sampai 30 spesies liar, semua genus berasal
dari dunia baru (Mcleod et al. dalam Falusi dan Morakinyo 1994, ITIS 2004)
yang diduga berasal dari daerah San Salvador di kepulauan Bahama, Amerika
(Tarigan dan Wiryanta 2003). Spesies domestifikasi ini termasuk C. annuum,
C. baccatum, C. frutescens, C. chinense, dan C. pubescens. Dua spesies cabai
yang umum diketahui adalah C. annuum L dan C. frutescens L. (Heiser dan
Pickersgill dalam Falusi dan Morakinyo 1994).
Cabai adalah tanaman yang penting dan menempati peringkat pertama
dalam area pertanaman hampir diseluruh negara Asia (Berke 2002). Di Malaysia
dan Butan, cabai merupakan tanaman hortikultura yang penting demikian pula di
Indonesia. Luas area untuk pertanaman cabai maupun tingkat produksinya
cenderung meningkat setiap tahunnya (Deptan 2005) (Tabel 1).
Tabel 1 Luas panen, produksi dan produktivitas cabai di Indonesia
Tahun

Luas panen
(Hektar)
2000
174.708
2001
142.556
2002
150.598
2003
176.264
Sumber : Departemen Pertanian (2005)

Produksi
(Ton)
279.668
580.464
635.089
1.066.722

Produktivitas
(Ku/Hektar)
41,66
40,72
42,17
46,05

Tanaman cabai dapat tumbuh pada kemiringan tanah antara 7 sampai 29
derajat. Curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman cabai berkisar antara 0,3 sampai 4,6 m pertahun dengan tingkat
keasaman tanah (pH) antara 4,3 sampai 8,7. Tanaman cabai sensitif terhadap
dingin, dan tumbuh pada daerah dengan pengairan yang cukup baik, tanahnya
berpasir atau sedikit berlempung (Simon , Chadwick dan Craker 1984). Suhu
yang ideal untuk budidaya cabai adalah pada suhu 24oC sampai 28oC. Pada suhu
yang terlalu dingin dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, pertumbuhan

bunga kurang sempurna dan pematangan buah lebih lama (Tarigan dan Wiryanta
2003).
Tanaman cabai rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang
umum menyerang diantaranya adalah thrips (Thrips parvispinus Karny), kutu
daun (Myzus persicae Suiz ), lalat buah (Bactrocera dorsalis Hendel) dan kutu
kebul (Bemisia tabaci Genn ); sedangkan patogen yang umum menyerang adalah
Xanthomonas campestris pv. vesicatoria (Doidge) Dye, Ralstonia solanacearum
(E. F. Smith) Yabuuchi et al, Pseudomonas syringae van Hall; Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Penz. dan Sacc, Peronospora tabacina D. B. Adam,
Phytophthora capsici Leonian, Fusarium solani (Mart.) Appel dan Wollenw.
emend. Snyd dan Hans; Meloidogyne incognita (Kofoid dan White) Chitwood,
Belonolaimus longicaduatus Rau, Radopholus similis (Cobb) Filipjev; Alfalfa
mosaic virus (AMV), Curtovirus, Beet curly top virus (BCTV), Andean potato
mottle virus-pepper strain (APMoV), Chili veinal mottle virus (ChiVMV), dan
Cucumber mosaic virus (CMV) (Tarigan dan Wiryanta 2003, Pernezny K et al.
2005).

Infeksi Cucumber Mosaic Virus
Cucumber Mosaic Virus (CMV) merupakan virus tanaman yang memiliki
RNA utas tunggal, termasuk Famili Bromoviridae dan Genus Cucumovirus. Virus
berbentuk polihedral, bersifat labil, kristal virus kadang-kadang terdapat dalam
vakuola tanaman terinfeksi. CMV memiliki kisaran inang yang cukup luas
mencakup lebih dari 800 spesies tanaman dan dapat ditularkan oleh lebih dari 60
spesies kutudaun (Agrios 1997, Bos L 1994, Ryu et al. 2000).
CMV umum menyerang banyak verietas tanaman hortikultura maupun
tanaman lain termasuk gulma. Tanaman sayur dan buah penting yang umum
diserang oleh

CMV antara lain mentimun, melon, cabai, bayam, dan tomat

(Agrios 1997).
Gejala CMV pada tanaman cabai sangat beragam. Salah satu ekspresi
gejala yang umum adalah adanya kekerdilan pada tanaman. Tanaman yang tidak
produktif memperlihatkan gejala daun-daun berwarna hijau kekuningan dengan
penampilan yang agak kasar. Menurut Taufik (2005) gejala yang terjadi karena

infeksi CMV pada cabai mulai dari mosaik lemah sampai mosaik berat yang
disertai dengan malformasi pada daun yaitu daun menjadi lebih kecil dari ukuran
normal dan melengkung kebawah. CMV tidak dapat ditularkan melalui benih
cabai, tetapi dapat ditularkan melalui mekanis, walaupun tidak stabil seperti
Tobacco Mosaic Virus (TMV) (AVRDC 2004).
Kerugian yang disebabkan oleh serangan CMV pada tanaman cabai di
Indonesia relatif cukup tinggi. Di Palembang, petani mengalami kerugian sebesar
Rp 3,75 juta dalam sekali panen apabila lahan pertanian cabai diserang CMV dan
di daerah pertanian cabai Jawa Timur, tingkat serangan CMV dapat mencapai
22,6% per 0,12 hektar (Kompas 2005, Wahyunindyawati et al. 2005).

Pengendalian Penyakit Tanaman yang Disebabkan oleh Virus
Menggunakan PGPR
Saat ini penggunaan pestisida kimia akan semakin terbatas karena adanya
kesadaran untuk melindungi lingkungan, kesehatan dan adanya peningkatan biaya
pengembangan pestisida baru untuk mengatasi perkembangan ketahanan patogen.
Tantangan ini memerlukan upaya pencarian

teknik pengendalian yang lebih

efektif, aman dan ekonomis untuk melindungi tanaman terhadap gangguan hama
atau penyakit secara alami ( Kuj dan Tujun 1991).
Pengendalian terhadap serangan organisme penganggu tanaman secara
hayati dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan introduksi
predator

(Waterhouse

dan

Norris

1989),

penggunaan

varietas

tahan

(Amemiya 1996), maupun dengan induksi ketahanan tanaman oleh cendawan
antagonis (Hyakumadi 1996), dan bakteri antagonis seperti Bacillus subtilis
(Raupach dan Kloepper 1998).
Virus yang menginfeksi tanaman umumnya dikendalikan dengan beberapa
cara diantaranya dengan menanam tanaman yang agak tahan terhadap virus,
pemberantasan gulma disekitar tanaman cabai, menanam di tempat yang cukup
jauh dari sumber infeksi, pengendalian vektor, perundangan dan pengendalian
dengan induksi ketahanan oleh bakteri antagonis (Boss 1994, Taufik 2005).
Ketahanan tanaman yang terinduksi menarik perhatian yang cukup besar
karena mekanisme ketahanan tanaman terinduksi belum diketahui, sementara

kegunaan dari ketahanan tanaman yang terinduksi dapat menjadi bagian dari
program pengendalian hama dan penyakit terpadu (Daverall dan Dann 1995).
Murphy et al. (2003) melakukan penelitian tentang kegunaan PGPR untuk
menginduksi ketahanan tanaman dari infeksi CMV dengan memanfaatkan
beberapa bakteri rizosfer yang diduga sebagai agens antagonis. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan agens antagonis sebagai PGPR
ternyata dapat mengurangi gejala CMV pada tanaman tomat.
PGPR adalah suatu mikroorganisme berupa bakteri yang hidup bebas di
dalam tanah di sekitar perakaran yang dapat menginduksi ketahanan tanaman,
mempunyai efek yang menguntungkan pada tanaman (Woitke, Junge dan
Schnitzler 2004).
Mekanisme PGPR untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman tidak
sepenuhnya diketahui, tetapi diduga karena PGPR mempunyai kemampuan untuk
memproduksi atau mengubah konsentrasi hormon asam indoleasetat (IAA), asam
giberellat, sitokinin dan etilen; Fiksasi N2 secara asimbiotik; bersifat antagonis
melawan mikroorganisme patogenik yaitu dengan memproduksi siderofor, β-1.3glucanase, kitinase dan sianida; dan solubilisasi dari mineral fosfat dan nutrien
lainnya (Cattelan , Hartel dan Fuhrmann 1999).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Virologi Tumbuhan dan di rumah
kaca Cikabayan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2005 sampai
Oktober 2005.

Perbanyakan Sumber Inokulum CMV pada Tanaman Tembakau
Tembakau (Nicotiana tabacum) yang digunakan untuk perbanyakan CMV
(Cucumber Mosaic Virus) adalah Tembakau varietas White Burley yang berasal
dari koleksi laboratorium Virologi, Departeman Proteksi Tanaman, Institut
Pertanian Bogor.
Media yang digunakan untuk menanam tembakau adalah tanah yang
dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (b/b), disterilisasi
untuk mematikan mikroorganisme yang mengganggu di dalam tanah. Tanah
tersebut dimasukkan kedalam baki semai dan benih tembakau kemudian disebar
diatas baki semai tersebut. Benih tembakau yang telah berkecambah, berumur
sekitar enam minggu, dipindahkan kedalam polybag dengan ukuran 10 cm x
10 cm x 20 cm yang telah terisi tanah steril. Tembakau yang telah berumur tujuh
minggu dipupuk dengan NPK dengan dosis 5g/polybag.
Tanaman tembakau yang telah berumur 8 minggu diinokulasi dengan
CMV. Inokulum CMV yang digunakan berasal dari tanaman tembakau yang
terinfeksi CMV-02 (CMV isolat Cimangkok) yang merupakan koleksi
Laboratorium Virologi. Inokulum disiapkan dengan menggerus 1 gram daun
tembakau dalam mortar dengan terlebih dahulu menambahkan 10 ml bufer fosfat
(pH 7,0). Sap yang dihasilkan selanjutnya dioleskan pada permukaan daun
tembakau yang telah ditaburi karborundum kemudian daun dibilas dengan air.

Perbanyakan Stok dan Penentuan Konsentrasi Bakteri
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah B. subtilis BTP2H
koleksi Laboratorium Bakteriologi - IPB

yang diisolasi

dari tanah pada

perakaran mentimun. Bakteri B. subtilis yang telah murni digoreskan
menggunakan jarum inokulasi kedalam cawan petri yang berisi media NA
(Nutrient Agar). Bakteri yang berumur dua hari dipanen dengan menuangkan
10 ml larutan fisiologis 0,85 % (100 ml aquades steril ditambahkan 0,85 g NaCl)
dari 100 ml larutan. Bakteri yang dipanen diaduk menggunakan spatula dan
dipipet kembali 10 ml menggunakan pipet mikro kemudian dimasukkan kembali
kedalam 90 ml larutan fisiologis yang digunakan sebagai stok bakteri.
Larutan fisiologis yang berisi suspensi bakteri kemudian dipipet 1ml
menggunakan pipet mikro dan dimasukan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml air
destilata steril sehingga pengenceran ini menjadi 10-1. Selanjutnya dengan cara
yang sama dilakukan pengenceran bakteri 10-2 sampai 10-15. Masing-masing
suspensi bakteri tersebut dipipet sebanyak 100 µl dan dimasukkan pada cawan
petri yang telah berisi media NA. Setelah 2 hari, biakkan bakteri yang tumbuh di
media NA dihitung dan ditentukan jumlah koloni per unit (cfu/ml). Konsentrasi
bakteri stok yang telah diketahui kemudian dikonversi kedalam 107 cfu/ml,
108 cfu/ml, 109 cfu/ml, 1010 cfu/ml, 1011 cfu/ml dan 0 cfu/ml. Konsentrasi bakteri
tersebut ditentukan berdasarkan hasil perhitungan jumlah koloni pada larutan stok
dengan menggunakan rumus:

V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan :
V1 = Volume suspensi stok yang diambil.
M1 = Konsentrasi kepadatan bakteri dalam stok.
V2 = Volume suspensi bakteri yang diharapkan.
M2 = Konsentrasi kepadatan bakteri yang ditentukan.

Perlakuan PGPR pada Benih Cabai
Benih cabai (C. annum Linn.) yang digunakan dalam percobaan adalah
benih koleksi Pusat Studi Pemuliaan Tanaman IPB (PSPT-IPB) yang terdiri atas
varietas Tampar, Tit Segitiga dan Jatilaba (masing-masing varietas bersifat
polinasi terbuka).
Sebelum diberi perlakuan PGPR, benih cabai direndam di dalam aquades
selama semalam untuk mengetahui viabilitas benih, yaitu dengan cara
memisahkan benih cabai yang terapung dan benih yang tenggelam. Benih cabai
yang terapung dipermukaan air dibuang dan benih yang digunakan adalah benih
yang tenggelam. Setelah benih direndam dalam aquades, benih direndam dalam
suspensi B. subtilis, sebanyak 1 ml selama 1 menit, menggunakan kantung plastik.
Konsentrasi bakteri yang digunakan untuk perendaman benih adalah 107 cfu/ml,
108 cfu/ml, 109 cfu/ml,

1010 cfu/ml, 1011 cfu/ml dan 0 cfu/ml. Untuk setiap

varietas cabai dan setiap konsentrasi bakteri digunakan 15 benih cabai. Setelah
perendaman, benih ditanam dalam polybag sebanyak 3 biji/polybag dan disiram
dengan konsentrasi bakteri uji sebanyak 1 ml. Polybag yang digunakan berukuran
10 cm x 10 cm x 20 cm yang berisi campuran tanah steril dan pupuk kandang
dengan perbandingan dua bagian tanah dengan 1 bagian pupuk kandang yang
telah disterilisasi.

Uji Rumah Kaca
Benih cabai yang telah ditanam didalam polybag kemudian diatur didalam
rumah kaca dengan sistem rancangan acak lengkap (RAL). Satu minggu setelah
penanaman dilakukan penyeleksian sehingga dalam satu polybag hanya terdapat
satu tanaman cabai.

Setelah tanaman cabai berumur 3 minggu dilakukan

pemindahan tanaman kedalam polybag berukuran 30 cm x 30 cm x 35 cm yang
berisi campuran tanah steril dan pupuk kandang dengan perbandingan dua bagian
tanah dengan 1 bagian pupuk kandang yang telah disterilisasi.
Inokulasi CMV secara mekanis dilakukan pada tanaman cabai yang telah
berumur 4 minggu. Setelah tanaman cabai berumur lima minggu, tanaman
dipupuk dengan NPK dengan dosis 5g/polybag. Pengamatan dilakukan sejak

minggu pertama setelah tanam hingga tanaman cabai menghasilkan buah pertama.
Pengamatan mencakup masa inkubasi, kejadian penyakit, pertambahan tinggi
tanaman, bobot bersih tanaman pada saat panen, dan bobot buah.
Masa Inkubasi
Pengamatan masa inkubasi dimulai sejak tanaman cabai diinokulasi CMV
sampai dengan gejala pertama muncul.
Kejadian Penyakit
Pengukuran kejadian penyakit yang terjadi pada tanaman uji dimulai dari
satu minggu setelah inokulasi (1 MSI) sampai dengan pada saat panen.
Penghitungan kejadian penyakit menggunakan rumus :
KP (%) =

n
N

x 100 %

Keterangan :
KP

= Kejadian Penyakit (%)

n

= Jumlah tanaman yang terinfeksi virus

N

= Jumlah seluruh tanaman

Pertambahan Tinggi Tanaman
Pengukuran pertambahan tinggi tanaman dilakukan satu minggu sekali dan
dimulai pada minggu ketiga (3 MST) sampai tanaman dipanen (16 MST).
Penghitungan pertambahan tinggi tanaman dilakukan dengan rumus:
Hn-Hn-1
Pertambahan tinggi tanaman (∆H) =

X 100 %
Hn-1

Keterangan :
Hn

: Tinggi tanaman pada minggu ke-n

Hn-1

: Tinggi tanaman pada minggu ke-n-1

Bobot Tanaman dan Buah
Bobot tanaman diukur dengan memotong batang tanaman pada bagian
bawah tajuk yaitu tepat diatas permukaan tanah pada polybag. Pengukuran bobot
buah cabai dilakukan pada saat tanaman pertama kali panen. Bobot buah dan
bobot tanaman cabai diukur menggunakan neraca analitik.

Deteksi Virus dengan Metode Indirect ELISA
(Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Uji serologi dengan metode indirect ELISA ( I-ELISA) dilakukan pada
tanaman tembakau sumber inokulum dan tanaman cabai yang diuji. Deteksi pada
tanaman cabai uji (di rumah kaca) dilakukan pada saat tanaman cabai berumur 14
dan 28 hari setelah inokulasi (HSI). Pengujian dilakukan dengan mengambil daun
cabai muda yang berada pada pucuk dari setiap tanaman.
Tahapan pengujian dengan I-ELISA adalah sebagai berikut : daun tanaman
uji ditimbang sebanyak 0,05 g kemudian digerus dalam cawan terpisah dengan
500 µl coating buffer kemudian digerus hingga halus. Masing – masing sap
tanaman kemudian dipipet sebanyak 100 µl dan dimasukkan kedalam sumuran
plat ELISA. Plat kemudian diinkubasi selama 4 jam dalam suhu 37oC dan dicuci
menggunakan larutan bufer fosfat saline twen-20 (PBST) sebanyak 5 kali. Setelah
plat dicuci kemudian dimasukkan bufer ECI yang telah dicampur dengan antiCMV sebanyak 100 µl kedalam masing-masing sumuran dengan perbandingan
1 µl anti-CMV dengan 200 µl bufer ECI. Plat kemudian diinkubasi selama 2 jam
dalam suhu 37oC dan dicuci menggunakan larutan PBST sebanyak 5 kali. Setelah
plat dicuci kemudian dimasukkan bufer ECI yang telah dicampur dengan konjugat
universal (anti rabbit – IgG) sebanyak 100 µl kedalam masing-masing sumuran
dengan perbandingan 1µl konjugat universal dengan 1000 µl bufer ECI. Plat
kemudian diinkubasi selama 2 jam dalam suhu 37oC dan dicuci menggunakan
larutan PBST sebanyak 5 kali. Setelah plat dicuci kemudian dimasukkan bufer
PNP yang telah dicampur dengan paranitrophenyl phosphat (PNP) tablet
sebanyak 100 µl kedalam masing-masing sumuran dengan perbandingan 1 mg
PNP tablet dengan 1000 µl bufer PNP. Plat didiamkan pada suhu ruang selama
30 menit kemudian dilakukan analisis menggunakan ELISA reader. Reaksi
dinyatakan positif terinfeksi CMV apabila nilai absorbansi (A 405 nm) tanaman
cabai uji lebih tinggi dari nilai absorbansi rata-rata tanaman kontrol ditambah dua
kali nilai standar deviasinya (Murphy et al. 2003).

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan faktorial
acak lengkap (FAL) dengan dua faktor yaitu varietas cabai dan konsentrasi bakteri
dengan enam perlakuan yaitu 107 cfu/ml, 108 cfu/ml, 109 cfu/ml, 1010 cfu/ml, 1011
cfu/ml , 0 cfu/ml dan tanaman kontrol. Masing-masing perlakuan menggunakan
tiga varietas cabai yaitu varietas Tampar, Tit Segitiga dan Jatilaba dengan masingmasing varietas pada enam perlakuan dan kontrol terdapat lima ulangan. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), bila
diperlukan dilakukan uji lanjut menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ) dengan
taraf nyata ( = 5%).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbanyakan CMV pada Tanaman Tembakau
Dalam penelitian ini digunakan isolat CMV yang berasal dari daerah
Cimangkok yang merupakan koleksi Laboratorium Virologi - IPB. Menurut
Taufik (2005) isolat CMV ini menyebabkan gejala mosaik yang berat dan
menimbulkan malformasi pada daun.
Tanaman tembakau yang telah diinokulasi dengan CMV – Cimangkok
memperlihatkan gejala mosaik dengan masa inkubasi antara 3 sampai 5 hari
setelah inokulasi (HSI). Masa inkubasi CMV yang relatif cepat diduga karena
tembakau merupakan tanaman yang sukulen sehingga virus dapat dengan mudah
menginfeksi seluruh bagian tanaman. Gejala yang muncul pertama kali adalah
vein clearing yaitu menguningnya pembuluh utama daun, kemudian terbentuk
mosaik dengan batasan warna hijau dan kuning yang cukup jelas (Gambar 1).

A
Gambar 1

B

Daun tembakau sehat (A) dan tembakau sakit dengan gejala
mosaik yang disebabkan oleh CMV - Cimangkok (B).

2.5
2.141

2.282 2.233

2.152

2.221 2.258

Nilai Absorbansi

2

1.5

1

0.5

0.246

0
1

2

3

4

5

6

7

Tanaman Tembakau
Gambar 2 Nilai absorbansi pada tanaman tembakau berdasarkan uji
I-ELISA. Tanaman tembakau ke-1: kontrol negatif (tembakau
sehat); tembakau ke-2: kontrol positif (tembakau asal
inokulum CMV); tembakau ke-3 sampai dengan ke-7:
tanaman tembakau hasil inokulasi CMV.
Tanaman tembakau hasil inokulasi kemudian diuji dengan I-ELISA pada
saat tanaman tembakau uji berumur dua minggu setelah inokulasi. Nilai
absorbansi tanaman yang diuji relatif lebih tinggi daripada tanaman kontrol positif
(Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi CMV pada tanaman tersebut
cukup tinggi sehingga tanaman tembakau tersebut dapat digunakan sebagai
sumber inokulum.

Masa Inkubasi dan Kejadian Penyakit
Tanaman cabai yang terinfeksi oleh CMV memperlihatkan gejala yang
cukup beragam. Diantaranya yaitu daun relatif lebih kecil dari ukuran normal dan
melengkung kebawah, tanaman menjadi kerdil, tumbuh tunas yang cukup banyak
pada ketiak daun, mosaik, dan terjadinya vein clearing yaitu menguningnya
pembuluh utama daun hingga keseluruh bagian daun (Gambar 3).

A

B

Gambar 3 Tanaman cabai sehat (A) dan tanaman cabai sakit dengan gejala
mosaik dan daun melengkung yang disebabkan oleh CMV Cimangkok (B).

Masa inkubasi CMV pada tanaman cabai cukup beragam yaitu dari 5 hari
setelah inokulasi (HSI) sampai dengan 34 HSI (Tabel 2). Pada tanaman cabai
yang diberi perlakuan dengan konsentrasi bakteri yang lebih tinggi, yaitu
1010cfu/ml sampai dengan 1011cfu/ml, inokulasi CMV tidak menimbulkan gejala
kecuali pada varietas Tit Segitiga.

Tabel 2 Masa inkubasi dan kejadian penyakit pada tiga varietas cabai yang diberi
enam perlakuan konsentrasi bakteri yang berbeda
Varietas
Tampar

Tit Segitiga

Jatilaba

Konsentrasi
(cfu/ml)
1011
1010
109
108
107
0
1011
1010
109
108
107
0
1011
1010
109
108
107
0

Masa Inkubasi
(Hari)
-2
16
13 - 18
13 - 23
12 - 34
13 - 33
11
5 - 16
14 - 35
5 - 25
5
17

Kejadian Penyakit1
0/5 (0%)
0/5 (0%)
1/5 (20%)
2/5 (40%)
2/5 (40%)
2/5 (40%)
0/5 (0%)
2/5 (40%)
0/5 (0%)
0/5 (0%)
1/5 (20%)
3/5 (60%)
0/5 (0%)
0/5 (0%)
2/5 (40%)
2/5 (40%)
1/5 (20%)
1/5 (20%)

Keterangan :
1)
Kejadian penyakit ditentukan berdasarkan gejala.
2)
- = Tanaman tidak menunjukkan gejala sampai akhir pengamatan.

Pada varietas Tampar kejadian penyakit karena infeksi CMV mencapai
40%, yaitu pada tanaman dengan perlakuan tanpa bakteri. Perlakuan bakteri
dengan konsentrasi 107 cfu/ml sampai dengan 108 cfu/ml tidak merubah persen
kejadian penyakit, tetapi pada perlakuan bakteri dengan konsentrasi 10 9 cfu/ml
persentase kejadian penyakit mulai turun yaitu menjadi 20 persen. Ketika tanaman
diberi perlakuan bakteri dengan konsentrasi yang lebih tinggi lagi, yaitu
1010 cfu/ml sampai dengan 1011 cfu/ml, infeksi CMV tidak terjadi.
Kejadian penyakit pada varietas Tit Segitiga tidak berkolerasi dengan
perlakuan bakteri. Kejadian penyakit yang cukup tinggi (40% - 60%) dapat terjadi
pada perlakuan dengan konsentrasi bakteri 1010 cfu/ml dan 0 cfu/ml, sedangkan
kejadian penyakit yang cukup rendah (0% - 20%) dapat terjadi pada perlakuan
konsentrasi bakteri 108 cfu/ml, 109 cfu/ml, dan 1011 cfu/ml.
Tanaman cabai varietas Jatilaba memberikan respon terhadap CMV yang
hampir sama dengan varietas Tampar. Tanaman yang diberi perlakuan bakteri
dengan konsentrasi 107 cfu/ml menunjukkan gejala paling cepat yaitu 5 hari

setelah inokulasi (HSI). Pengaruh perlakuan bakteri terhadap kejadian penyakit
baru tampak pada perlakuan konsentrasi 1010 cfu/ml dan 1011 cfu/ml.
Hasil pengamatan terhadap masa inkubasi dan kejadian penyakit pada
ketiga varietas uji menunjukkan bahwa perlakuan dengan konsentrasi yang tinggi,
yaitu 1011 cfu/ml, baru dapat menekan infeksi CMV.

Deteksi CMV pada Tanaman Cabai yang Diberi Perlakuan Bakteri

Hasil uji ELISA menunjukkan bahwa pada tanaman cabai yang berumur
14 HSI dan 28 HSI tidak ada perbedaan nilai absorbansi antar varietas dan antar
perlakuan kon