Evaluasi Perubahan Pola Perilaku Makan Pada Orangutan (Pongo pygmaeus morio) Di Pusat Reintroduksi Orangutan Borneo Orangutan Survival (BOS) Wanariset-Samboja Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

EVALUASI PERUBAHAN POLA PERILAKU MAKAN PADA
ORANGUTAN (Pongopygnraeusmriu) DI PUSAT REINTRODUKSI
ORANGUTAN BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL (BOS)
WANAMSET-SMOJA KUTAI KARTANEGARA,
KALIMANTAN TIMUR

DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
Akbar Ramadhan. Evaluasi Perubahan Pola Perilaku Makan Pada Orangutan
(Pongo pygmaeus morio) Di Pusat Reintroduksi Orangutan Borneo
Orangutan Survival (BOS) Wanariset-Samboja Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur. Dibawah b i i m g a n Hem Setijanto dan Savitri Novelina.
Orangutan (Pongo pygmaeus morio) merupakan salah satu satwa endemik
Indonesia yang keberadaannya terancam punah, oleh sebab itu program
reintroduksi (melepaskan orangutan hasil sitaan ke habitat yang sesuai) dengan
merehabilitasi orangutan diperlukan untuk menjaga kelestariannya. Bomeo

Orangutan Survival (BOS) Wanariset merupakan salah satu lembaga yang
memprakarsai program tersebut. Dalam pelaksanaan program reintroduksi banyak
ha1 yang menjadi kendala, antara lain adanya penlbaitan perilaku alani orangutan.
Hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perubahan pola perilaku
mzkan orangutan, karena ha1 itu erat kaitannya dengan kemarnpuan bertahan
hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan pola perilaku
makan orangutan rehabilitan. Pengamatan dil~kukanpad? empat el~ororang:?an
dari kandang sosialisasi IIi jsos-iiij dan hutan singgah haq-way house (HWH) di
305 Wanariset menggunakan inetode focal atzirnal sampling dan a d libitum
sampling method. Pengamatan dilakukan selama i 0 hadindividu mulai pukul
06.00-19.00 WITA di HWH d m pukul 07.00-16.00 \VITA di sos-111. Aspek y&?g
diamati meliputi jenislsumber pdurasi akrivitas nlakan dan indeks makan
or'mgutnn (rasio antara 2iiiv:ivitasinah? dcngan pergerakan) serta posisi aktivitas
malrax. Hasil penelitian ini menunjukkan kemungkhan terjadinya perubahan pola
perilaku makan pada orangutan rehabilitan yzng ditunjukkan den,man rats-rat8
indeks makan (sos-IiI = 1.8, HWH = 2.3) yang lebih rencidn aari orangutan liar
(3.79) serta kiifva prvporsi wakic:ui;aiiiiri orangutan sos-111 yang membentuk kurva
I'M. Praparsi pcmanfaatan waktn orang~ianHWH iidak berbeda jauh dengan
orangutan liar sedangkan orangutan sos-I11 sangat berbedti, ha1 terscbul ciapat
di sos-111. Orangutan

disebabkan kondisi kandang sos-ill serta slanber p&=
IJ\IIY
IT..
,;minfaiikan baih; dam, puciik iiaun, &a, seriuigga, dan bahkan tanah
yang ada di hutan sebagai sumbcr pakan agar dapat bertahan hidup, dan itu adalah
ha1 yang tidak dapat sepenuhnya dilakukan orangutan sos-ILI.

Kata Kunci : Orangutan, perubahan pola perilaku makan, indeks makan, proporsi
waktu.

ABSTRACT

Akbar Ramadhan. Evaluation on Orangutans (Pongopygmaeus morio) Pattern
Exchange of Feeding Behavior at Borneo Orangutan Survival @OS)
Reintroduction Center Wanariset-Samboja Kutai Kartanegara, East Borneo.
Under direction of Hem Setijanto and Savitri Novelma
Orangutans (Pongo pygmaeus morio) is well known as Indonesian
endemic primates that is in endangered status. Borneo Orangutan Survival (BOS)
Wanariset obtained reintroduction programs to preserves them from extinction
threats. The reintroductions it selfmeans "to release an ex-captive orangutans in

adaptable environment", which is needs a rehabilitation process since ex-captive
orangutans lost their nature behavior. This study describes and evaluate the
pattern exchange of feeding behavior on ex-captive orangutans. The study was
done usingfour rehabilitant orangutansfrom socialization cages ZZZ (sos-ZZll) and
half-way house site (HWH) at BOS Wanariset. Ad libitum sampling methods and
focal animal sampling was applied as the observation methods. Each orangutan
was observed for ZO days as long as their diurnal activities pattern (an exception
for sos-ZZZ orangutans, observation began at 07.00 until 16.00). There were three
main activities to observe: food sources, feeding activiry duration and ratio of
feeding activity and movement Cfeeding index). This study shown us that the
pattern exchange of feeding behavior might be exist on ex-captive orangutans.
The lower value of feeding index averages on ex-captive orangutans than wild
orangutans (sos-ZZZ = 1.8, HWH = 2.3 Wild = 3.79) and the "A" form curves of
sos-ZZZ orangutans time proportion indicates the pattern exchange of feeding
behavior. Those d~jJerencesmight be caused by the sos-ZZZ environment and food
sources. The HWH orangutans ate jhits, barks, leaves, leave shoots, roots,
insects and even soil but not for sos-ZZZ orangutans.
Keywords : Orangutans, pattern exchange of feeding behavior, feeding index,
time proportion.


EVALUASI PERUBAHAN POLA PERILAKU MAKAN PADA
ORANGUTAN (Pongopygmaeus morio) DI PUSAT REINTRODUKSI
ORANGUTAN BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL (BOS)
WANARISET-SAMBOJA KUTAl KARTANEGARA,
KALIMANTAN TIMUR

Skripsi
Sebagai salah satu syarat mtuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOI(TERAN HEWAN
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
BOGOR
2008

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Evaluasi Perubahan Pola Perilaku Malcan Pada Orangutan

(Pongo pygmaeus rftori6) Di Pusat Reintroduksi Orangutan
Borneo Orangutan Survival (BOS) Wanariset-Samboja Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur.
Nama

: Akbar Ramadhan

NIM

: B04103162

Disetujui,

Ketua

Drh. Savitri Novelina. M.Si.
Anggota

wan IPB


Tanggal ~ u l u :s ......A..l../MAR..2flOO

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cibubur, Jakarta Timur pada tanggal 25 Mei 1986
dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan bapak Alfian
Bacharuddi dan ibu P.Sunika.
Pada taliun 1997 penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD N 08
Cibubur kemudian penulis melanjutkan sekolah di SLTP N 233 Cibubur dan lulus
pada tahun 2000. Setelah lulus dari SLTP penulis melanjutkan sekolali di SMU N
99 Cibubur dan lulus pada tahun 2003. Selama menyelesaikan pendidikan dasar
dan menengah penulis aktif di Oyama Karate-Do Kyokushinkai-Kan Indonesia
(1991-sekarang) dan dipercaya sebagai aisten pelatih karate (1997-2001) dan
menjadi pelatill (2001-2004).
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa FKH IPB melalui Seleksi penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2003, setelah sebelumnya sempat mengenakan
almamater Teknik Sipil Institut Teknologi Indonesia, Biologi UIN Jakarta dan
Teknik Kimia UNTIRTA. Selama M i a h di Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor, penulis terdaftar sebagai anggota HIMPRO SATLI (Satwa Liar)
dan sempat melakukan kegiatan magang luar kampus di Ujung Kulon (observasi
badak jawa) pada tahun 2005.


PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah S.W.T,

karena atas

kehendakNya pula setelah melalui berbagai rintangan skripsi ini dapat selesai.
Skripsi dengan judul "Evaluasi Perubahan Pola Perilaku Makan Pada
Orangutan (Pongo pygrnaeus morio) Di Pusat Reintroduksi Orangutan
Borneo Orangutan Survival (BOS) Wanariset-Samboja Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur" didedikasikan untuk Ayah dan Ibu tercinta yang selalu
mendukung dan banyak berkorban demi pendidian dan masa depan penulis,
skripsi ini mungkin tidak bisa menggantikan pengorbanan yang sudah Ayah & Ibu
lakukan, namun dengan skripsi ini penulis ingin menjukkan betapa pengorbanan
Ayah & Ibu sangat berarti.
Penyusunan skripsi ini tentunya melibatkan dari bantuan banyak pihak,
dan untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayah dan Ibu tercinta serta keluarga yang selalu mendukung dan

memberikan bantuan selama penyusunan skripsi ini,


2. Prof. Dr. Ing. B.J Habibie, Dr. H.A Ainun Habibie dan Keluarga, terirna
kasih atas bantuan dan keikhlasannya untuk membiayai pendidikan dan
peneilitian yang penulis lakukan,
3. Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo1 Borneo Orangutan Survival

(BOS) Wanariset-Samboja Kutai Kartanegara, Kaliiantan Timur,

4. Dr. Drh. H. Heru Setijanto dan Drh. Savitri Novelina, M.Si sebagai
Pembimbing Skripsi, yang senantiasa memberikan bimbingan dan
arahan sejak penulis melakukan penelitian sampai dengan skripsi ini

selesai,

5. Drh. Savitri Novelina, M.Si selaku Pembimbing Akademik, yang selama
ini banyak membantu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam
masalah akademik,

6. Manajer Borneo Orangutan Survival Wanariset-Samboja Kutai
Kartanegara (Paramitha Ananda)


7. Staff BOS Wanariset-Samboja, Abrar Ramlan (Koor. LitBang
Orangutan), Gadzali Ahmad (Koor. Tek. Orangutan), Liliek (BKSDA),

Hem (dokter hewan), W i d a (dokter hewan), Citra (dokter hewan),
Siswiyani (dokter hewan), Ruslan (medis), Hafg (medis), Wahyu"abah"
(medis), Ika (manajer Samboja Lestari) d m staff BOS WanarisetSamboja laionya yang tidak dapat penulis sebutkan,
8. Teknisi BOS Wanariset, Ismail, Ebet, Subaedi, Syahrul (Toke'), Muhan,
Nanil, Su(Roso), Sam, Jeremy, Misri (Pak De), Mulyono (BahBoy),
Firman, Mbak Ros, Asbulah

serta seluruh teknisilsekuriti BOS

Wanariset yang banyak membantu penulis selama penelitian.

9. Special Thank's to : Ismail (Mail), drh.Heru (Mas Her), Bedi, Toke',
Nanil, Muhan, Abrar, Uwie @wi Esthi Handayani) dan Ebet. Terima
kasih telah memberikan semangat dan menjadi keluarga sekaligus
sahabat selama penulis berada di Kalimantan,
10. Rekan-rekan Mahasiswa FISH IPB, Penghuni Pondok "Imam Surimam"

(Bangk~t,Laksana, Asep, Gofur, Edi, Bone dkk), Penghuni De Jejaka
(Aziz, Brian, K-Bo, Ndut, Wangsit angga dkk), Dinda, Adit9'Penchenk",
Diny, Winy, Ais, Madhu"mitoen"mita dan Nurul Hayya, terima kasih
selama ini bersedia "mewakili" kehadiran penulis saat penulis tidak
dapat menghadiri perkuliahan.
Tentunya masih banyak pihak yang membantu penyusunan skripsi ini dan
mohon maaf apabila penulis tidak dapat menyebutkan satu-persatu. Penulis juga
menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada Yayasan
Penyelamatan Orangutan Borneo Wanariset-Samboja atas keterlambatan
penyelesaian skripsflaporan akhir karena beberapa musibah yang penulis alami.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis berharap pembaca akan lebih
memperhatikan kelestarian satwa liar Indonesia Semoga apa yang disajikan

dalam skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan kelestarian orangutan di
Indonesia.
Bogor, Februari 2008
Penulis

DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL .................................................................................


iv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

vi

PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................. 2
Rumusan Masalah ........................................................................
2
Tujuan Penelitian .................................................................. 3
Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................4
Klasifikasi .................................................................................... 4
Gambaran Morfologi ................................................................. 5
Distribusi ..................................................................................... 6
Habitat .........................................................................................
7
Perilaku ........................................................................................ 7
Predator ....................................................................................... 9
Status Perlindungan ................................................................... 9
MATERI DAN METODE .........................................................................11
Tempat dan Waktu .......................................................................11
Materi ........................................................................................... 11
13
Metode .........................................................................................
Pengambilan Data .......................................................................13

....................................................................................... 17
Proporsi Pemanhtan WaMu Harian Orangutan ......................... 17
Pakan Orangutan BOS Wanariset ................................................ 22
Lingkungan .............................................................. 24
PEMBAHASAN ........................................................... 27
Indeks Makan .......................................................... 27
Aktivitas Harian Orangutan ........................................... 28
KESlMPULAN DAN SARAN ................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 32

HASIL

Halaman
Daftar orangutan target ........................................................ 12
Aktivitas harian orangutan .................................................. 14
Posisi makan orangutan berdasarkan ketinggian ................... 15

...................... 21
Identifikasi jenis turnbuhan sumber pakan di HWH ........... 22
Indeks makan orangutan BOS Wanariset

Jenis pakan orangutan sos-I11 ......................................
24
Persentase posisi makan orangutan HWH ...................... 25
Rata-rata suhu harian sos-111 ...................................... 26
Rata-rata suhu harian HWH ....................................... 26

DAFTAR GAMBAR
Halaman

. an
. . orangutan ...................................................... 5

Morfologi

Orangutan BOS Wanariset .................................................. 6
Peta disribusi orangutan ..................................................6
Kebakatan hutan ........................................................... 10
Perbandingan pemanfaatan waktu orangutan .................. 17
Rata-rata pemanfaatan waktu orangutan ..............................

17

Perbandingan rata-rata aktivitas makan orangutan ............... 18
Rata-rata aktivitas harian orangutan Belinda ......................19
Rata-rata aktivitas harian orangutan Pohan ...........................19
Rata-rata aktivitas harian orangutan Wardah ........................20
Rata-rata aktivitas harian orangutan Neon

...........................20

Indeks makan orangutan .......................................... 21
Persentase pemanfaatan sumber pakan orangutan .............23
Interaksi sosial orangutan .........................................25

Halaman
1 Populasi kandang Sos-I11 ....................................................... 35
2 Profl BOS Wanariset ........................ ......................... 36

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Orangutan (Pongopygmaeus morio) merupakan satwa langka yang hampir
punal~oleh sebab itu program pelestarian orangutan perlu dilakukan untuk
menjaga jumlah populasi orangutan di habitat aslinya. Nama orangutan berasal
dari bahasa melayu yang berarti manusia (orang) dan hutan. Orangutan
merupakan famili Hominidae, subfamili Pongidae dan genus Pongo serta spesies
Pongopygmaeus (Wikipedia 2006).
Orangutan terdiri atas empat subspesies, yaitu Pongo pygmaeus abelii,
Pongo pygmaeus wurmbii, Pongo pygmaeus pygmaeus dan Pongo pygmaeus
morio (Groves 1999). Keempat subspesies orangutan dapat dibedakan
berdasarkan warna rambut dan kulit mereka (Warren et al. 2001), orangutan
subspesies sumatara (Pongo pygmaeus abelii) umumnya memiliki warna rambut
lebih cerah sedangkan Pongo pygmaeus pygmaeus lebih gelap. Pemeriksaan
genetik juga dapat membedakan antar subspesies.
Meski telah dilindungi di tingkat nasional dan intemasional, namun
perdagangan orangutan masih saja terjadi. Setiap bulannya rata-rata ada 10 ekor
orangutan yang ditangkap di hutan Kalimantan untuk dikirim ke Pulau Jawa. Di
kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta dan Surabaya, orangutan itu dijual secara
ilegal di pasar burung dan juga diselundupkan ke luar negeri.
Pada tanggal 25 Juni 2003 Polisi Daerah Jakarta dan petugas PHKA
Departemen Kehutanan dengan dibantu oleh ProFauna Indonesia berhasil
menggagalkan rencana penyelundupan dua ekor orangutan ke Taiwan (ProFauna
2004), orangutan itu akan diselundupkan dengan menggunakan pesawat melalui
bandara intemasional Sukmo Hatta Jakarta.
Selain kasus penyelundupan dan perburuan liar, populasi orangutan juga
terancam dengan rusaknya habitat mereka. Habitat orangutan adalah hutan hujan
tropis yang ditumbuhi oleh pohon-pohon besar yang mendukung perilaku mereka
beraktivitas di atas pohon. Pada beberapa daerah di pulau Kalimantan sering
dijumpai orangutan tinggal di sekitar rawa-rawa atau tepian sungai.
Bencana alam dan kebakaran hutan yang melanda Indonesia dewasa ini
secara langsung mempengaruhi keseimbangan dam di hutan hujan tropis Sumatra

dan Kalimantan yang merupakan habitat orangutan, hal tersebut diperburuk
dengan perburuan dan perdagangan illegal sehingga jumlah orangutan di dam
menurun drastis.
Untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang peduli dengan kelestarian orangutan membuat program
reintroduksi orangutan, yang bertujuan untuk merehabilitasi orangutan korban
kebakaran huian dan hasil sitaan dari perdagangan gelap sebelum dilepaskan ke
habitatnya. Borneo Orangutan Survival (BOS) Wanariset adalah salah satu
lembaga yang peduli dengan kelestarian orangutan dengan menjalankan program
reintroduksi orangutan.

Rumusan Masalah
Program reintroduksi orangutan merupakan program yang bertujuan untuk
melepaskan kembali orangutan hasil penyitaanlpenyelamatan ke habitatnya.
Program ini sering menemui kendala, antara lain karena orangutan yang dirawat
di pusat reintroduksi adalah orangutan yang telah berinteraksi dengan manusia
dan banyak orangutan yang tertular penyakit.
Orangutan yang telah berinteraksi dengan manusia, apabila dilepaskan
kembali ke habitatnya akan mengalami kesulitan untuk bertahan hidup karena
perubahan pola perilaku yang terjadi. Selain itu mereka juga berpeluang
membawa penyakit yang dapat menularkan ke orangutan liar. Sedangkan
perubahan pola perilaku yang terjadi dapat berupa perubahan pola perilaku
makan, sosialisasi dan perilaku seksual (Rodman 1977).
Perubahan pola perilaku makan merupakan ha1 penting yang harus
diperhatikan dalam proses reintroduksi orangutan. Karena ha1 tersebut erat
kaitannya dengan kemampuan bertahan hidup orangutan di dam. Pola perilaku
makan inencakup cara mendapatkan makan, durasi aktivitas makan, pemilihan
jenis pakan dan waktu aktivitas makan.
Karantina dan sekolah hutan merupakan rangkaian proses rehabilitasi
yang liarus diberikan di pusat reintroduksi orangutan. Karantina dibutubkan untuk
menyeleksi orangutan sakit dan sekolah hutan penting untuk mengajarkan
orangutan rehabilitan bertahan hidup dialam. Oleh karena itu penelitian tentang

perubalian pola perilaku makan orangutan perlu dilakukan untuk mendapatkan
cara terbaik dalam merehabilitasi orangutan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan pola perilaku makan
serta faktor-faktor yang berperan dalam perubahan tersebut di pusat reintroduksi
orangutan BOS Wanariset.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan

untuk pengaturan dan pemberian pakan pada program reintroduksi orangutan,
sekaligus sebagai evaluasi terhadap program reintroduksi yang sudah berjalan.

TINJAUAN PUSTAKA
IUasifikasi
Orangutan (Pongo pygmaeus)

berasal dari keluarga kera, dengan

taksonon~i(Wikipedia 2006) seperti berikut :
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Primata

Famili

: Hominidae

Subfamili

: Pongidae (Elliot, 1912)

Genus

: Pongo (Lacepede, 1799)

Spesies

: Pongo pygmaeus

Subspesies

:Pongopygmaeus morio.

Nama orangutan merujuk pada kata orang (manusia) dan hutan yang
berarti "manusia hutan" seperti yang dikemukakan oleh Galdiias dan Briggs
(1999). Sebelum genus Pongo digunakan, Ourangus merupakan sebutan untuk
keluraga kera besar ini dengan nama spesies Ourangus outangus. Nama ini tidak
diberlakukan lagi setelah International Commission for Zoological Nomenclature
(ICZN) memberikan sebutan Pongo untuk genus keluarga kera besar ini (Groves
1971, diacu dalam Mapple 1980). Berdasatkan hasil analisis DNA mitokondria
(Warren et al. 2001) pada tahun 1996, orangutan dibedakan atas dua spesies yaitu
orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan Sumatera (Pongo abelii).
Napier dan Napier (1985) menyebutkan Pongo mencakup satu spesies yang terdiri
atas sub-spesies Pongopygmaeuspygmaeus dan Pongopygmaeus abelii.
Groves (1999),

mengklasifikasikan orangutan atas empat subspesies

berdasarkan daerah penyebaran yaitu tiga subspesies di Kalimantan yang terdiri
dari Pongo pygmaeus pygmaeus , Pongo pygmaeus wurmbii, Pongo pygmaeus
morio dan satu subspesies di Sumatera yaitu Pongo pygmaeus abelii (BrandonJones et al. 2004).

Gambaran Morfologi
Orangutan memiliki postur tubuh mirip dengan keluarga kera besar
lainnya. D i b a n d i i a n dengan lengan yang panjang dan h a t , kaki orangutan
lebih pendek, tidak memiliki ekor serta rambut benvama cokelat kemerahan.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa jenis rambut orangutan dapat dijadikan
acuan untuk mengidentifikasi dan membedakan satu individu dengan individu
lainnya berdasarkan warna rambut dan alur tumbuhnya rambut (Ttodman 1973,
diacu dalam Mapple 1980; Groves 1999).
Pejantan dewasa dapat mengeluarkan suara untuk menandai wilayahnya
hingga dapat terdengar sampai radius lkm ( G a l d i 1984). Orangutan jantan
merniliki bantalan di sisi wajahnya (pipi) yang terus berkembang seiring dengan
bertambahnya usia, bantalan ini mempakan deposit dari lemak subkutan yang
dibatasi oleh jaringan ikat (Anonim 2006~).Bantalan pada pipi orangutan tersebut
belum diietahui pasti fungsinya, namun beberapa peneliti menduga bantalan itu
berfungsi sebagai penyimpan cadangan air (Wipedia 2006).
Orangutan jantan dewasa memiliki tinggi badan 1-1.4m, berambut coklat
kemerahan, rentangan lengan 2.3m, tidak memiliki ekor, ekstremitas depan lebii
panjang dari belakang dan memilii ibu jari yang bertolak belakang dengan posisi
jari lainnya. Sedangkan pada orangutan betina dewasa tinggi badan mencapai 11.2m dengan bobot mencapai 50kg (Warren et al. 2001).
Yang menarik dari morfologi orangutan ialah posisi ibu jari kakinya yang
berseberangan dengan posisi keempat jari lainnya, sehingga orangutan dapat
memegang benda dengan keempat ekstremitasnya (Gambar 1 dan 2 ).

Gambar 1 Morfologi jari orangutan (tanda panah merah menunjukkan posisi ibu
jari kaki yang berseberangan dengan keempat jari lainnya).

Gambar 2 Orangutan memegang makanan dengan tangan dan kakinya.
Distribusi
Berdasarkan hasil temuan fosil, sekitar 10.000 tahun yang lalu orangutan
tersebar di hampir di seluruh daratan Asia Tenggara dan sebagian dari daratan

Cina bagian Selatan (Wipedia 2006). Namun saat ini populasi orangutan hanya
dapat ditemui di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan (Ancrenaz et al. 2007).
Gambar 3 menunjukkan penyebaran orangutan di dam saat ini, sebagian besar
orangutan liar berada di wilayah Indonesia serta sebagian kecil di wilayah
Malaysia dan Brunei Darussalam (Ancrenaz et al. 2007).

South China Sea

Gambar 3 Peta distribusi orangutan liar (sumber :http://www.orangutan.org)

Habitat
Habitat orangutan adalah daerah pegunungan, rawa-rawa dataran rendah,
dan delta aliran sungai yang banyak ditumbuhi pohon-pohon besar (Wikipedia
2006). Daerah inti hutan yang banyak ditumbuhi Liana sp. Juga menjadi tempat
tinggal orangutan karena orangutan biasa membuat sarang di pohon besar yang
dirambati Liana sp.(Galdikas 1984).
Di hutan Kalimantan, orangutan dapat ditemukan pada daerah yang
beragam ekologinya, dari dataran rendah berawa-rawa hingga pegunungan
(Massicot 2006). Orangutan sering ditemui pada ketinggian pohon yang berbeda,
tergantung dari jenis pohon yang digunakan sebagai sarang dan sumber pakan.
Hutan hujan tropis Indonesia mewakili 10Y0 dari total keseluruhan hutan
tropis di dunia dengan keadaan alam yang sangat bervariasi (Anonim 2006b).
Dengan luas yang demikian maka Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
yang bervariasi, sekitar 40 spesies primata dapat ditemukan di Indonesia termasuk
orangutan (Singleton et al. 2004).

Fakta terkini mengenai habitat orangutan di Sabah dan Kalimantan Timur
menunjukkan orangutan dapat beradaptasi di hutan komersial dan hutan sekunder
(Ancrenaz et al. 2007), walaupun habitat yang demikian berdampak negatif
terhadap populasi orangutan di alam. Hutan sekunder/komersil menyebabkan
dampak negatif bagi populasi orangutan, karena pada daerah seperti ini orangutan
sering berinteralcsi dengan manusia Dengan interaksi yang terjadi maka
pembahan perilaku dari liar menjadi jinak juga terjadi, sehingga orangutan lebih
mudah ditangkap (Saphiro 2004).
Perilaku
Orangutan termasuk golongan hewan omnivora, pada habitatnya
orangutan mengkonsumsi lebih dari 400 jenis sumber pakan. Saat buah-buahan
sulit didapat orangutan juga mengkonsumsi daun, biji, kulit kayu, kambium, dan
bahkan akar tumbuhan (Rodman 1977). Sering ditemui beberapa diantaranya
juga memakan serangga clan mamalia kecil untuk memenuhi kebutuhan protein
( G a l d i 1984)
Orangutan merupakan hewan diurnal, yaitu hewan yang aktif pada siang
hari (Galdikas 1984; Rodman 1977). Sebagian besar waktunya di siang hari

(57%) diiabiskan untuk mencari makan (45.9%) dan berpindah tempat (11.1%)
(Rodman 1973, diacu dalam Mapple 1980) dan 43% digunakan untuk istirahat
pada malam hari.
Orangutan jantan dewasa memiliki daerah jelajah (home range) bervariasi
antara 0.42kmz (Rodman 1977) bingga 5-6km2 (Mapple 1980). Untuk menjaga
daerahnya, orangutan biasanya bersuaratberteriak untuk mengusir pejantan lain
yang akan masuk kedalam daerah jelajahnya.
Sifat semi-soliter yang dimiliki orangutan merupakan perilaku yang khas
pada keluarga kera besar. Jarang ditemui orangutan bersosialisasi dengan
sesamanya kecuali pada saat perkawinan atau pada induk dengan anak yang
belum dewasa (iuvenille). Pada beberapa pengamatan yang pernah dilakukan,
interaksi orangutan jantan dewasa dengan anaknya pernah ditemukan pada
orangutan liar maupun orangutan rehabilitan. Di usia remaja, orangutan masih
bergantung pada induknya untuk belajar mencari makanan, sehingga sering
dijumpai lebih dari dua individu orangutan bersama - sama di satu pohon dengan
komposisi satu induk, satu remaja dan satu bayi orangutan (Davenport 1967;
MacKinnon 1974; Rodman 1973, diacu dalam Galdikas 1984).
Pada

habitatnya

orangutan

merupakan

hewan

arboreal

yang

menghabiikan hampir seluruh waktunya di atas pohon, walaupun p a h
dilaporkan orangutan jantan dewasa sering turun ke pemukaan tanah (GaldikasBrindamour 1975, diacu dalam Galdikas 1984) dan berjalan dengan menggunakan
keempat extremitasnya. Cara bergerak dengan menggunakan dua tungkai bawah
sangat jarang ditemui. Dengan pola pergerakan yang l e b i banyak di atas pohon,
maka orangutan cenderung membangun sarang di atas pohon (Anonim 2006a).
Sarang ini merupakan susunan ranting dan dedaunan yang dibuat menyerupai
gubuk. Orangutan setiap hari berpindah dan selalu membangun sarang yang baru
menjelang malam, s a g yang sudah ada mungkin akan digunakan lagi dengan
menambah ranting dan daun yang baru bahkan mungkin juga digunakan oleb
individu lain (Rijksen's 1978, diacu dalam Mapple 1980).
Orangutan biasa mengakhiri aktivitasnya dengan beristirahat *30 menit
sebelum matahari terbenam (MacKinnon 1974, diacu dalam Galdikas 1984) atau
apabila hujan lebat turun dengan tiba-tiba. Sangat jarang ditemui orangutan yang

keluar sarang setelah malam hari, namun ada beberapa faktor yang
memungkinkan orangutan melakukan aktivitas pada malam hari salah satunya
adalah pada saat terang bulan (bulan purnama) seperti yang dikemukakan oleh
Harrison (1969), diacu dalam Mapple (1980). Perilaku orangutan yang berpindah
dalam membuat sarang dan mencari makan memberikan kontribusi besar dalam
persebaran beberapa jenis tumbuhan. Biji buah yang dimakan orangutan di atas
pohon biasanya akan dikeluarkan melalui feses pada tempat mereka bersarang,
sehingga memungkinkan penyebaran jenis tumbuhan tersebut (Ancrenaz et al.
2006).
Berdasarkan peta genetik, hampir 97% DNA orangutan sama dengan DNA
manusia, sehingga orangutan memilii daya pi&

yang lebii berkembang

dibandingkan hewan vertebrata lainnya. Orangutan dapat menggunakan alat bantu
untuk mencari makanan seperti menggunakan ranting untuk memancing serangga
atau menggunakan batu untuk memecahkan kulit buah yang keras (AIIoN~
2006~).
Predator

Orangutan

secara

alami

tidak

memilii

kemampuan

untuk

mempertahankan dii dengan baik, pergerakan yang lambat dan tub& yang besar
membuatnya mudah untuk diburu (OF1 2004). Predator utiuna orangutan adalah
manusia, mereka diburu untuk diperdagangkan atau dijadikan hewan sirkus
(hiburan). Harimau Sumatera (Panthera tigris) juga merupakan predator alami
untuk Pongo pygmaeus abelii, sedangkan ular besar dapat memangsa orangutan
yang masih muda.
Status Perlindungan

Orangutan (Pongo pygrnaeur morio) merupakan salah satu satwa langka
yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah no.68

Tahun 1998 (Dephut 1998) dikarenakan j d a h n y a yang terus menurun dalam 10
tahun temkhir (Galdikas dan Briggs 1999) hingga International Union for
conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memberikan status
endangered untuk subspesies Kalimantan (Eudey et al. 2000; Ancrenaz et al.
2007).

Kebakaran hutan yang melanda Indonesia (Gambar 4) juga menyebabkan
populasinya berkurang (Holmes 2000) ,sehingga populasi orangutan di darn kian
terancam.

Gambar 4 Kebakaran hutan yang menyebabkan rusaknya habitat orangutan.
Saat ini judah orangutan di Kalirnantan diperkirakan sebanyak 50.00060.000 individu (Saphiro 2004) dan bahkan diperkirakan akan punah dalam
jangka waktu 20 tahun mendatang (Galdikas dan Briggs 1999).

MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini bertempat di pusat rehabilitasi dan reintroduksi orangutan
Borneo Orangutan Survival (BOS) Wanariset-Samboja Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur. Pengamatan perilaku orangutan dilakukan mulai tanggal 1 Juli
2006 sampai dengan 10 September 2006.
Pengamatan dilakukan di dua tempat, yaitu kandang sosialisasi EI BOS
Wanariset dan hutan singgah halfway house BOS Wanariset.

Kandang Sosialisasi JII (Sos-IE)
Kandang sosialisasi I11 (Sos 111) terletak di komplek reintroduksi BOS
Wanariset J1. Soelcarno-Hatta Km.38 Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur. Kandang Sos-I11 memilii ukuran 6m x 7m x 4
m yang terbuat dari jeruji besi dan diuni 18 ekor orangutan dengan usia yang
relatif seragam dan hanya terdapat dua ekor orangutan jantan.
Pengamatan di kandang Sos-III dilakukan pada tanggal 1 Juli 2006 sampai
tanggal 29 Juli 2006.

Hutan Singgah Halfivy House (HWH)
Lokasi Hutan Singgah halfiay house (HWH) terletak terpisah dari
kompleks rehabilitasi orangutan BOS Wanariset. Lokasi ini merupakan hutan
sekunder dengan luas sekitar 9.5ha yang dikelilingi pagar pembatas. Variasi
tumbuhan cukup beragam, beberapa jenis tumbuhan dapat dijadikan surnber
pakan oleh orangutan dan terdapat satu bangunan M i sebagai pos apabila
terjadi kasus medis atau apabila akan dilakukan pemeriksaan umurn pada
orangutan yang ada di HWH.
Orangutan yang ada di HWH berjumlah 15 ekor dengan variasi usia bayi
hingga dewasa. Pengamatan yang dilakukan di HWH berlangsung pada tanggal 2
Agustus 2006 sampai dengan 10 September 2006.

Materi
Objek dalam penelitian ini adalah empat orangutan rehabilitan di pusat
reintroduksi orangutan BOS Wanariset. Objek merupakan orangutan Kalimantan

sub-spesies Kalimantan Timur (Pongo pygmaeus morio) yang dibagi menjadi dua
kelompok pengamatan, yaitu kelompok pengamatan kandang sosialisasi dan
kelompok pengamatan hutan singgah halfway house.
Kelompok yang diamati pada kandang sosialisasi terdiii dari satu ekor
orangutan jantan remaja dan satu ekor orangutan betina remaja. Sedangkan pada
kelompok yang diamati di hutan singgah halfiay house terdiri atas satu ekor
orangutan jantan remaja dan satu ekor orangutan betina dewasa.
Objek dipilih berdasarkan usia, status kesehatan, data sekunder hasil
obsewasi pihak manajemen dan rekomendasi dari pihak manajemen. Objek dari
kandang sos-I11 dipilih karena memiliki aktivitas makan yang lebih baik dari
orangutan lain di kandang sos-111, objek juga pemah dilepaskan di hutan singgah

HWH.Objek di HWH dipilih berdasarkan data hasil observasi sebelurnnya yang
menunjukkan aktivitas makan yang baik.
Tabel 1 Daftar orangutan target (BOS 2006)
Nama
orangutan

Usia

Jenis
Kelamin

Berat
Badan
wei
2006)

Tingkat
Dominasi

Neon

M2"

Jantan

26 kg

Sedan$'

Lokasi

Tgl. Masnk
BOS I Asal

Sos-III 3-10-2002
IBontang

Wardah

M2

Betina

29 kg

Sedang

Sos-III 18-03-2002
/ Jambi

Pohan

MlM2

Jantan

33 kg

Sedang

HWH 26-08-2000

ISamarinda
Belinda

M2M3

Betina

35 kg2'

Sedang

HWH 25-09-1998

')Perhitungan usia berdasarkan gigi molar, M1=4-6 thn, M2 = 6-12 thn, M3 = 12-15 thn
)'

Berat badan pada bulan Januari 2006.
Dominasi sedang = tidak terlalu agresif tetapi ditakuti oleh beberapa individu lain.

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain : alat tulis, lembar
observasi, stopwatch, termometer ruangan, kamera digital dan software pengolah
data serta pustaka mengenai perilaku orangutan liar.

Metode Penelitian
Pengamatan dilakukan dengan metode observasi ad libitum sampling

method yaitu mencatat segala perilaku yang ditemukan pada kelompok dan atau
individu yang menjadi target observasi (Anonim 2006a). Untuk mendapatkan data
yang lebii akurat digunakan juga metode focal animal sampling,

yaitu

pengambilan data yang meliputi semua perilaku yang terjadi dan hanya terfokus
pada satu individu target tanpa menghiraukan individu lain yang berada disekitar
target (Anonim 2006a). Penggunaan dua metode ini berdasarkan pertimbangan
lokasi penelitian, karakter individu serta lamanya waktu untuk melakukan
penelitian.
Pengamatan yang dilakukan dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama adalah
pengamatan di kandang sosialisasi dan sesi ke dua adalah pengamatan di hutan
singgah haljSuay house
Pengamatan di Kandang sosialisasi 111 (Sos-111)
Pengamatan di kandang sos-111 dilakukan setiap hari selama 10 hari untuk
satu orangutan. Pengamatan berlangsung dari

pukul 07.00

-

10.00 WITA

(menyesuaikan dengan jadwal teknisi BOS Wanariset).
Pengamatan di Hutan singgah halfway house (HWH)
Waktu pengamatan di HWH dimulai sejak pukul 06.00 WITA hingga
19.00 WITA atau saat orangutan target belum keluar dari sarang sampai dengan
orangutan target bersarang. Tiap orangutan diamati perilakunya setiap hari selama
10 hari.
Pengambilan Data
Pengambilan data dibatasi pada pengamatan aktivitas makan, aktivitas
pergerakan, serta waktu istirahat untuk mendapatkan proporsi pemanfaatan waktu
harian orangutan rehabilitan. Pembatasan lingkup pengambilan data dilakukan
untuk mendapatkan data yang lebii spesifik. Untuk data pendukung, dalam
penelitian ini juga akan diamati faktor lingkungan yang meliputi suhu, cuaca,
kepadatan populasi, ketersediaan pakan.

Proporsi Pemanfaatan Waktu Harian
Untuk mendapatkan durasi tiap aktivitas digunakan stopwatch, tingkat
ketelitian dalam perhitungan durasi tiap aktivitas sampai dengan s a t - menit
dengan kesepakatan bahwa setiap aktivitas selain yang diatur oleh ketentuan pada
Tabel 2 yang durasinya lebih dari 15 detik maka dibulatkan menjadi satu menit.
Perilaku yang terjadi selama pengamatan dicatat dalam lembar observasi
kemudian dibandingkan dengan perilaku alami orangutan berdasarkan literatur
yang ada untuk melihat perubahan pola perilaku yang terjadi.
Untuk memudahkan pengambilan data maka dibuat tabel aktivitas harian
yang membagi aktivitas harian orangutan menjadi tiga aktivitas utarna, seperti
yang dideskripsikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Aktivitas harian utama orangutan
Aktivitas Kode

Makan
(Feeding)

F

Bergerak
(Movina)
-,

M

Istirahat
(Resting)

R

Keterangan
Waktu yang digunakan untuk persiapan, pemetikan,
penggapaian, pengambilan, pengunyahan atau penelanan
makanan dan juga waktu untuk bergerak di dalam sumber
satu makanan.
Waktu yang digunakan untuk bergerak pindah, setiap saat
tidak bergerak
antara aktivitas pergerakan
yang
. .
- lebih lama
dari satu menit dihitung sebagai beristirahat.
Saatlwaktu orangutan relatif ti&& bergerak (kecuali apabila
waktu tersebut berlangsung diantara aktivitas rnakan)

Sumber :Galdikas (1984)

Indeks Makan
Dengan menggunakan bantuan Tabel 2, maka didapat data aktivitas harian
yang tercatat dalam lembar obervasi. Data aktivitas harian yang tercatat meliputi
aktivitas makan, aktivitas pergerakan, istirahat, jenis pakan dan posisi makan
berdasarkan ketinggian serta indeks makan orangutan. Indeks makan, menurut
Rodman dan MacKinnon (Galdikas 1984) adalah perbandingan (rasio) waktu
yang digunakan untuk makan terhadap waktu yang digunakan untuk bergerak
pindahheraktivitas.

Indeks Makan =

% aktivitas makan selama aktivitas siang hari (F)
% aktivitas bergerak pindah selama aktivitas siang hari (M)

Perhitungan indeks makan tiap individu dilakukan terpisah dan kemudian
dicari nilai rata-rata

indeks makanlhari tiap individu untuk dibuat grafik

perbandingan dengan rata-rata indeks makan orangutan liar.
Jenis Pakan
Identifikasi jenis pakan di HWH dilakukan dengan bantuan checklist jenis
tumbuhan di HWH yang sudah dibuat oleh Manajemen BOS Wanariset.
Pengamatan pada orangutan kandang sos-I11 meliputi jenis pakm yang disukai
orangutan sos-I11 dari sumber pakan yang disediakan oleh Manajemen BOS
Wanariset.
Posisi Aktivitas Makan
Untuk memudahkan pengambilan data posisi aktivitas makan orangutan
HWH, maka dibuat Tabel 3 yang berisi kode aktivitas makan berdasarkan
ketinggian

aktivitas

makan

dari

perrnukaan

tanah.

Karena

kondisi

kandangllingkungan orangutan sos-111 tidak mendukung untuk melakukan
pengamatan posisi aktivitas makan, maka pengamatan posisi aktivitas makan
terhadap ketinggian hanya dilakukan pada orangutan HWH.
Tabel 3 Posisi makan orangutan HWH berdasarkan ketinggian aktivitas dari
permukaan tanah
Kode
Keterangan
G

Aktivitas makan di atas permukaan tanah (Om)

tA

Aktivitas makan di ketinggian 0-5m dari permukaan tanah

tB

Aktivitas makan di ketinggian 5-10111 dari permukaan tanah

tC

Aktivitas makan di ketinggian 10-15m dari permukaan tanah

Penggolongan ketinggian aktivitas makan dari permukaan tanah pada
Tabel 3 berdasarkan lokasi HWH yang merupakan hutan sekunder (hutan dengan
usia tanaman yang relatif muda) dengan rata-rata tinggi maksimal pohon *15m.
Suhu dan Cuaca
Pengambilan data suhu harian dilakukan dengan menggunakan
tennometer ruangan dan dilakukan pada tiga interval waktu yaitu pukul 07.0010.00 WITA, 10.00-13.00 WITA dan pukul 13.00-16.00 WITA. Suhu yang

tercatat selama observasi akan dicari nilai rata-ratanya. Sedangkan pengamatan
cuaca harian dilalcukan dengan mengamati kondisi lokasi penelitian berdasarkan
curah hujan.

HASIL

Proporsi Pemanfaatan Waktu Harian Orangutan

Gambar 5 Perbandingan pemanfaatan waktu (dalam %) orangutan rehabilitan
dengan orangutan liar.
Gambar 5 menunjukkan aktivitas makan tertinggi pada orangutan HWH
yang disertai aktivitas pergerakan yang lebii rendah. Pada orangutan kandang
sos-I11 aktivitas pergerakan dan istirahat lebih dorninan daripada aktivitas makan.
Rata-rata pemanfaatan waktu orangutan rehabilitan clan orangutan liar apabila
digambarkan dalam grafik akan membentuk kurva seperti pada Gambar 6.

')

Rodman (1977)

F

M

R

Gambar 6 Rata-rata pemanfaatan waktu orangutan sos-111, HWH dan orangutan
liar.

Pada Gambar 6 terlihat bahwa graf~korangutan HWH dan orangutan liar
(data Rodman) mempunyai kesamaan bentuk (membentuk kurva "V"), sedangkan
grafik orangutan kandang sos-111 (warna merah muda) terlihat sangat berbeda
(membentuk kurva "A"). Perbedaan yang nyata terlihat pada aktivitas pergerakan

(M) orangutan kandang sos-I11 yang lebih besar dari pada aktivitas makan (F)
maupun istirahat (R).
Menurut Rodman (1977), orangutan liar menggunakan waktu siang
harinya sebesar 45.9% untuk makan, 39.2% untuk beristirahat, 11.1% untuk
bergerak pindah, 1% untuk bersarang dan 2.7% untuk pamer. Dalam penelitian

ini aktivitas bersarang diiasukkan dalam kategori beristirahat dan aktivitas pamer
diiasukkan dalam kategori pergerakan sehingga perbandiigan pemanfaatan

waktu orangutan liar adalah 45.9% untuk makan, 12.1% untuk bergerak pindah
dan 41.9% untuk istirahat.
Aktivitas makan orangutan sos-111 maupun HWH berbeda tiap jam,
perbandingan aktivitas makan orangutan kandang sos-111 dan HWH terhadap
waktu dapat dilihat pada Gambar 7.
100%
90%
80%
70%
80%
50%

40%
30%
20%
10%
0%
06.00- 07.00- 08.00- 09.00- 40.00- 11.00- 12.00- 13.00- 44.W 15.00- 46.00- 17.00- 48.0007.00 03.00 09.00 10.00 41.00 42.00 43.00 44.00 45.00 16.00 17.00 48.00 f9.00
Waktu ( W A )

-+Neon

-%-Wardah

+Pohan

--x--Blinda

Garnbar7 Perbandingan rata-rata aktivitas makan orangutan BOS Wanariset
terhadap waktu.
Aktivitas makan orangutan sos-I11 cendemg meningkat pada pukul08.00
WITA dan pukul 15.00 WITA, sedangkan aktivitas makan orangutan HWH

meningkat bertahap sejak pukul 06.00 WITA dan mulai menurun pada pukul
17.00 WITA.
Orangutan Pohan memiliki aktivitas makan yang tinggi, namun interaksi
sosial yang terjadi menyebabkan aktivitas pergerakan orangutan Pohan juga
meningkat. Rata-rata aktivitas harian orangutan Beliida dapat dilihat pada
Gambar 8 sedmgkan orangutan Pohan pada Gambar 9.
im

m
BW.

~Aktiutas
Makan

70%

BW.

~Aktiutas
Lain

JMb
4%

lstirahat

30%

MIL
10%

0%
06.00- W.W. os.00- w.00- io.00- ri.00- i2.w- i3.w- i4.00- is.w 16.00- i7.w- i8.0007.00 C3.W 09.W i0.W ii.W i2.W 13.00 i4.W i5.W 16.W 17.00 i8.W 19.W

Waktu Pengamatan (WITA)

Gambar 8 Rata-rata aktivitas harian orangutan Belinda

iW?
W?

en%

Ed Aktivitss

Makan

7 w
609b

~l Aktivitas

50!!

Lain

4%

W?

lstirahat

20%
lo'?

m
06.00- 07.00- 08.00- 09.00- 10.00- 11.W. i 2 W - 13.00- i 4 W - 15.04- 46.00- 17.00- 18.0007.W 08.W 09.03 i0.W 1l.W 12W i3.W i4.W i5.W i8.W 17.W 48.00 19.00

Waktu Pengamatan (WITA)

Gambar 9 Rata-rata aktivitas harian orangutan Pohan
Secara umum aktivitas makan orangutan Pohan hampir sama dengan
orangutan Belinda, namun aktivitas lain (pergerakan) orangutan Pohan di setiap

rentang waktu hampir selalu lebih tinggi dari orangutan Belinda. Tingginya
aktivitas pergerakan tersebut akan menyebabkan faktor pembagi untuk
perhitungan indeks makan semakin besar, sehingga indeks makan akan semakin
rendah.
Pada orangutan kandang sos-111, aktivitas pergerakan terlihat lebih
dorninan daripada aktivitas makan hampir di setiap rentang waktu (Gambar 10
dan Gambar 11) ha1 ini menyebabkan indeks makan orangutan kandang sos-III
lebih rendah dibandingkan indeks makan orangutan liar dan HWH.

100
90
80
70

(%)

60

Aktivitas
Makan

50
40

PI Aktivitas

30

Lain

20
lstirahat

I0
0
08.W 07.00- 08.00- 08.00- 10.00- 11.W 12.W 13.W- l 4 . W 15.W 16.0% 17.00- 18.0007.00 08.00 08.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00

Waktu Pengamatan (WITA)

Gambar 10 Rata-rata aktivitas harian orangutan Wardah
IW

£4

80

lil Aktivitas

70

Makan

MI
mAktwit&s
Lain

(%P
4
30

lstirahat

20
10
0
08.W 07.00- M.W 09.03. l0.W 1 l . W 12.00- 13.00- 14.W 15.00- 16.W 17.W 18.0007.00 08.00 W.00 10.00 11.W 12.00 13.W 1400 15.00 16.00 17.64 18.W 19.00

Waktu Pengamatan (WITA)

Garnbar 11 Rata-rata aktivitas harian orangutan Neon

20

Dari perbandingan aktivitas makan, pergerakan dan istirahat orangutan
BOS Wanariset, dapat dihitung indeks makan masing-masing orangutan. Indeks
makan orangutan BOS Wanariset dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Indeks makan orangutan BOS Wanariset
Nama Orangutan

Lokasi

Indeks Makan

Pohan
Belinda
Neon
Wardah

HWH
HWH

1.61
3.02
1.16
0.68

Sos-I11
Sos-HI

Indeks makan paling tinggi dimilii Beliida, disusul Pohan, Neon dan
Wardah dengan indeks makan paling rendah. Rata-rata indeks makan keseluruhan
dari orangutan sos-111 dan HWH adalah 1.62, sedangkan rata-rata indeks makan
dari 14 orangutan liar yang telah beradaptasi terhadap kehadiran peneliti di
Tanjung Puting sebesar 3.71 (Galdikas 1984) dan 3.79 untuk orangutan liar di
Tarnan Nasional Kutai podman 1977).
Perbandingan indeks makan masing-masing individu orangutan BOS
Wanariset dengan orangutan liar dapat diliiat pada Gambar 12.

1
Neon
(80s-ill)
*) Rodman (1977)

Wardah
(808-111)

**) Galdika? ((1984)

Pohan
(MIVH)

Eelinda Taman * Tanjunga*
(MNH) Nasional Putting
Kutai

-

Gambar 12 Indeks Makan Orangutan BOS Wanariset, Taman Nasional dan
Tanjung Puting.
Dari Gambar 12 dapat dilihat indeks makan orangutan Beliida (HWH)
yang paling mendekati indeks makan orangutan liar, dan indeks makan Wardah
(sos-III) yang paliig rendah dan berbeda dari indeks makan orangutan liar.

Pakan Orangutan BOS Wanariset
Hntan Singgah Half- Way House (HWK)
Selama pengarnatan (Agustus-September 2006) kondisi HWH sangat
kering, dan belum banyak tumbuh-tumbuhan sumber pakan bagi orangutan
sehingga hanya beberapa jenis tumbuhan saja yang dapat dikonsumsi orangutan.
Keadaan musim yang seperti ini lebih dikenal dengan musim paceklik, diiana
orangutan HWH sering keluar kawasan hutan HWH menuju pemukiman
penduduk sekitar untuk mencari makan. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat
diidentifikasi sebagai sumber pakan orangutan HWH selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Identifikasi jenis dan bagian tumbuhan di HWH yang dikonsumsi
orangutan
Sumber Pakan

Ficus sp
Salak
Rotan
Arhidendron jiringa
Macaranga sp
Mangifera indica
Bambu
Gaharu
Artpearpus interger
Artocarpus tamaran
Sandoricum koetjape
Cananga odorata
Artocarpus anysophylus
Musa sp
Gracinia mangostana

Daud
Pucuk
Daun

Bagian Yang Dimanfaatkan
Batang
Buah Bunga / Kulit Getah
Kayu

Lainnya

1')

1

02)

1

0

0

1

0

0

1

0

0

Sumber : Data Identifkasi Jenis Pohon Di Halfwav House (Arbiansvah 2004)
'I Dikonsumsi Oleh Orangutan HWH
Tidak Dikonsumsi Oleh Orangutan HWH

"

Pada musim kemaradsumber pakan alarn terbatas (musim paceklik)
orangutan HWH diberikan pakan tambahan oleh pihak Manajemen BOS
Wanariset, berupa buah-buahan dan susu cair yang diletakkan di tengah hutan.
Pemberian pakan tambahan ini ditujukan agar orangutan HWH tidak mengalami
kelaparan atau dehidrasi dan mencegahnya keluar kawasan (menuju pemukiman
penduduk) untuk mencari makan.

Tabel 6 Jenis pakan orangutan kandang sos-111
Sumher ~akan')

Intensitas pemherianz'

Selera 0rangutan3

Sering
Kurang disukai
Semangka
Jarang
Kurang disukai
Salak
Sering
Sangat disukai
Pisang
Sering
Sangat disukai
Melon
Sangat disukai
Sering
Mangga
Jarang
Sangat disukai
Saw0
Sering
Sangat disukai
Ape1
Sering
Disukai
Pepaya
Jarang
Kurang disukai
Kacang Panjang
Sering
Disukai
Nanas
Kecapi
Jarang
Sangat disukai
Bengkuang
Sering
Disukai
Jarang
Sangat disukai
Daun Pepaya
Sering
Sangat disukai
Telur Ayam
Sangat disukai
Sering
Susu
Jarang
Sangat disukai
Tahu
Jarang
Sangat disukai
Tempe
Keterangan :
') Jenis pakan yang diherikan pihak Manajemen BOS Wanariset selama ohservasi berlangsung
)' Intensitas Pemberian sering = setiap hari, jarang = tidak setiap hari
3, Selera orangutan sangat disukai, disukai dan kurang disukai dilihat herdasarkan jumlah sumher
pakan yang dikonsumsi orangutan

Lingkungan
Kepadatan populasi kandang sos-I11 0.45 individu/m2 dan kepadatan
populasi HWH adalah 1.6 individutha angka tersebut didapat dari perbandingan
jumlah populasi terhadap luas area,

Kepadatan Populasi = Jumlah Portulasi
Luas Area
Di d a m kepadatan populasi orangutan berkisar antara 2 individu/km2s/d 5
individu/kmZ (MacKinnon 1975; Rodman 1977; Rijksen 1975, diacu dalam
Galdikas 1984 ;van Schaik et al. 2005) dalam publikasinya yang lain, van Schaik
(2004) mengatakan bahwa kepadatan populasi orangutan yang tertinggi di alarn
saat ini dapat mencapai hingga 10 individu/km2 yang dapat ditemui di Pula11
Sumatera.

Dengan kepadatan yang cukup tinggi maka interaksi antar individu
orangutan juga semakin tinggi, sehingga orangutan lebih banyak melakukan
aktivitas pergerakan saat interaksi sosial terjadi.

Gambar 14 Interaksi sosial antar individu orangutan dalam populasi orangutan di

HWH.
Dari data yang didapat selama penelitian, dapat dilihat bahwa orangutan

HWH memiliki kesamaan perilaku dengan orangutan liar dalam ha1 posisi makan.
Rata-rata maksimal tinggi pohon di HWH sekitar 15m, dan di sekitar ketinggian
itu orangutan HWH banyak melakukan aktivitas makan.
Tabel 7 Persentase posisi makan orangutan HWH

tC
Total
G
tA
tB

=
=
=
tC =

1.20%
100%

5.01%
100%

Posisi Makan Di Pennukaan Tanah
Posisi Makan Di Atas Pohon Dengan Ketinggian 0 - 5m
Posisi Makan Di Atas Pohon Dengan Ketinggian 5 - 10m
Posisi Makan Di Atas Pohon Dengan Ketinggian 10-15m

Data pada Tabel 7 menunjukkan orangutan HWH lebii banyak melakukan
aktivitas makan di atas permukaan tanah dari pada di permukaan tanah, hal
tersebut sesuai dengan perilaku orangutan liar yang melakukan aktivitas makan di
antara kanopi hutan dengan ketinggian 20m-30m (Rodman 1977; Mapple 1980).

Untuk orangutan kandang sos-III tidak dilakukan pengambilan data
mengenai

aktivitas

makan

berdasarkan

ketinggian,

karena

kondisi

li~~gkungan/kandang
yang tidak memungkinkan.
Pengukuran suhu di kedua lokasi eandang sos-I11 dan HWH) dilakukan
selama beberapa hari selama pengamatan, dan hasilnya dirata-ratakan seperti pada
Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8 Rata-rata suhu harian kandang sos-I11 selama pengamatan berlangsung.
Suhu
Waktu
I Suhu rata-rata I
Cuaca
Suhu
terendah
tertinggi
24.5"C
25°C
Cerablberawan
28°C
07.00-10.00
30.5"C
27°C
31.5OC
10.00-13.00
Cerah/berawan
29.5"C
Cerahherawan
30.5"C
25°C
13.00-16.00
Tabel 9 Rata-rata suhu harian HWH selama pengamatan berlangsung.
Waktu
1 Suhu rata-rata 1
Cuaca
Suhu
Suhu
terendah
tertinggi
22.5OC
24°C
Cerahberawan
07.00-10.00
25.5OC
10.00-13.00
26°C
27.5"C
30.5OC
Cerahherawan
28.5"C
29.5OC
13.00-16.00
25°C
Cerahherawan
Pada saat suhu lingkungan tergolong tingg