Analisis pola penggunaan ruang dan waktu orangutan (Pongo pygmaeus Linneaus, 1760) di Hutan Mentoko Nasional Kutai Kalimantan Timur

ANALISIS P O L PENGGUNAAN
~
RUANG DAN WAKTU
ORANGUTAN (Pongopygmaeuspygmaeus Linneaus, 1760) DI
HUTAN MENTOKO TAMAN NASIONAL KUTAI
KALIMANTAN TIMUR

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT E'ERTANLbh' SOGQP,
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESTS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya metiyatakan bahwa tesis Analisis Pola Penggunaan Ruang dan
Waktu Orangutan (Pongo pygmaeus pygrnaeus Linnaeus, 1760) Di Hutan
Mentoko
Nasional Kutai Kalimantan Timur adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam benuk apapun
kepada perguruan
. tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang dite&itkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar Pustaka di bagian akhir tesis
ini.

ama an

Bogor,

Desember 2007

Agustinus Krisdiljantoro
NRP. E. 051054105

ABSTRACT

AGUSTINUS KRISDIJANTORO. Spatial Pattern Distribution Analysis of
Orangutan (Pongo pygrnaeus pygmaeus Linnaeus, 1760) in Mentoko Forest
K u t a i National Park, East Kalimantan. Under Direction of A. MACHMUD
THOHARI and YANTO SANTOSA.
Increasing rate of forest degdradation caused habitat fragmentation.

Conservation efforts can be done through the management of its remaining
habitat, therefore ecological and quantitative aspects of orangutan become interest
of this study. This research was carried out in Mentoko Forest of Kutai National
Park, East Kalimantan. The methodology of the research covered both observation
of orangutan behaviour and vegetation analysis of orangutan habitat. This
research has several objectives is: (1) to find out the use of spatial pattern of wild
orangutan (2) to find out the use of time pattern and ritrnic activity of the
orangutan in their natural habitat. The result of this research shows that orangutan
in Mentoko is more preferer to run their activities on 20-30 meters high from the
ground. Tiine allocation for diets is average 44.4% of their whole activities,
39.2% for rest, 11% movement activity, and 5.4% for others. About 63,2% of
t h e i r diet is fruit, 26,2% for leaves, 12,98% for others. Composition of vegetation
in their habitat consist of 51 trees species covered 25 family, 36 poles species of
19 family and 39 saplings species of 22 family.

K e y words: Orangutan, Population. Natural Habitat, activity, Mentoko forest,
Kutai National Park

AGUSTINUS KRISDIJANTORO. Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Waktu
Orangtan (Pogo pygmaeus pygmaezrs Linnaeus, 1760) di Hutan Mentoko Taman

Nasional Kutai Kalimantan Timur. Dibimbing oleh A. MACHMUD THOHARI
DAN YANTO SANTOSA.
Laju degradasi hutan yang terus meningkat menyebabkan degradasi
habitat. Upaya pelestarian orangutan dapat dilakukan melalui pengelolaan habitat
yang tersisa, karena itu pengetahuan ekologi dan data kuantitatif mengenai
orangutan mutlak diperlukan. Penelitian ini dilakukan di Hutan Mentoko Taman
Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Metodologi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pengamatan secara langsung perilaku orangutan dan analisis vegetasi
habitat orangutan.

Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui pola

penggunaan ruang oleh orangutan liar di habitat alaminya; 2) Untuk mengetahui
pola penggunaan waktu dan ritme aktivitas orangutan di habitat alaminya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa orangutan di Mentoko lebih menyukai beraktivitas
pada ketinggian 20-30 meter dari permukaan tanah dengan proporsi waktu
mencapai 76% - 82,58%. Penggunaan waktu untuk makan rata-rata 44,4%,
istirahat 39,2%, bergerak 11%, dan lain-lain 5,4%.

Kira-kira sebesar 63,2%


makanannya adalah buah, daun 26,2%, dan jenis lainnya 12,98%. Komposisi
vegetasi habitat terdiri dari 5 1jenis pohon yang tercakup dalam 25 famili, 36 jenis
tiang dari 19 famili dan 39 jenis pancang dari 22 famili. Kawasan hutan Mentoko
mempunyai kerapatan pohon 167 pohonha, dengan keragaman jenis 3,75 (Indeks
Sannon Wiener) dan indeks kemerataan 0,95.
Key words: Orangutan, Populasi, Habitat alami, Aktivitas, Hutan Mentoko

0 Hak cipta milik IPB, tahun 2007
Hak cipta dilindungi Undang-nndang
I . Dilarang ntengutip sebagian ntati seluruh karya tzrlis ini tanpa
mencaniu~i~kan
atau menyebtrt sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
kalya ilmiah, penyzrszlnan laporan, penzrlisan kritik atau tinjatran strattt
nzasalah.
b. Pengutipan tidak nzerugikan kepentinganyang wnjar IPB.
2. Dilarang rnengu~numkandan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


ANALISIS POLA PENGGUNAAN RUANG DAN WAKTU
ORANGUTAN (Ponga pygmaeus pygmaerls Linneaus, 1760) DI
HUTAN MENTOKO TAMAN NASIONAL KUTAI
KALIMANTAN TIMUR

AGUSTINUS KRISDIJANTORO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleb gelar
Magister Profesi Kehutanan pada
Sub Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati
Program Studi Ilmu Peuetahuan Keliutanan

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

: Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Waktu Orangutan


Judul Tesis

(PongopygmaeuspygnaeusLinnaeus, 1760) di Hutan
Mentoko Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur.
Nama

: Agustinus Krisdijantoro

NRP

: E. 051054105

Sub Program Studi

: Konservasi Keanekaragaman Hayati

P~~agram
Studi

: Ilmu Pengetahuan Kehutanan


Disetujui
Komisi Pembimbing

.&

-'

Dr. Ir. H. A. Machmud Thohari. DEA
Ketua

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi,

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M
NIP. 131 760 834


Tanggal Ujian : 17 Desember 2007

Tanggal Lulus :

0 8 JAN 2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan, akhimya Tesis ini dapat penulis selesaikan. Tesis
ini dibuat sebagai syarat untuk mencapai derajat Magister, pada Sekolah
Pascasarjana Program Magister Profesi K o n s e ~ a s Keanekaragaman
i
Hayati Institut
Pertanian Bogor.

Judul Tesis "Analisis Pola Penggunaan Ruang dan Waktu

Orangutan (Pongo pygnaezrs pygmaelrs Linnaeus, 1760) di Hutan Mentoko, Taman
Nasional Kutai, Povinsi kalimantan Timur". Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi sumbangan pemikiran pada upaya pelestarian orangutan sebagai satwa

endemik dilindungi yang terancam kehidupannya karena kerusakan clan kehilangan
habitatnya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini lnasih jauh dari sempuma. Oleh karena
itu segala saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulid harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi
orangutan.

Bogor,
Desember 2007
Penyusun,

Agustinus Krisdijantoro

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Dr. Ir. H. A.
Machmud Thohari, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. H. Yanto
Santosa, DEA., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan saran,
bimbingan, dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan, serta Dr. Ir. Tonny R.
Soehartono, M.Sc., selaku penguji luar komisi.

Terima kasih kepada orang tua, anak dan isteri yang telah memberikan
dukungan moral dan material selama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Tarima kasih juga penulis sampaikan kepada Departemen Kehutanan yang
telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan pascasarjana, Kepala
Balai TN Kutai yang telah memberi ijin lokasi penelitian, kepada kerabat, teman dan
relasi

yang

telah

membantu

dalam

pengumpulan

data


di

lapangan

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Agustus 1969 di Desa Kedungreja,
Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Merupakan anak ke
enam dari tujuh bersaudara pasangan Bapak M. Kristantohadi dan Ibu Endang
Sudaryatlni (Alm).
Pada tahun 1982 menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 111
Kedungreja. tahun 1985 menamatkan Pendidikan Sekolah Menengah Perta~nadi
SMP Kristen Sidareja, tahun 1988 menamatkan Sendidikan Sekolah Menengah
Atas SMA Negeri 01 Sidareja, selnuanya berada di Kabupaten Cilacap. tahun
1995 menamatkan Pendidikan Sarjana Biologi di Universitas Jenderal Soedinnan
(UNSOED) Punvokerto.
Sejak tahun 1997 bertugas sebagai staf pada Taman Nasional Kutai di
Bontang, Kalimantan Timur sampai dengan tahun 1999. Tahun 2000 bertugas
sebagai Kepala Sub Seksi Konservasi Wilayah 11 pada Balai Taman Nasional
Kutai di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur sampai dengan tahun 2002. Tahun
2002 bertugas sebagai Kepala Seksi Konservasi Wilayah 11 pada Balai Taman
Nasional Kutai di Sangatta. Kabupaten Kutai Timur sampai tahun 2006. Tahun
2006 diterima sebagai mahasiswa S-2 Sekolah Pascasarjana IPB pada Program
Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK), Sub Program Studi Konservasi
Keanekaraga~nanHayati.
Istri Erna Susanti binti Sunarto, dikaruniai dua orang putra, yaitu ;
Garindra Nugraha (Alm), dan Delonix Regia DA (4 tahun).
tinggal

di

Jalan

Mulawarman

No.

9

Bontang,

Alamat tempat

Kalimantan

Timur.

DAFTAR IS1
DAFTAR IS1 .................................................................................
...............

DAFTAR TABEL ..........................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................
PENDAHULUAN ..........................................................................
Latar Belakang .....................................................................
Tujuan ...................................................................................
Manfaat .................................................................................
Perumusan Masalah ..............................................................
Kerangka Pemikiran ..............................................................

....

Rio!ogi Orangutan
Habitat
dan Populasi ..............................................................
. . . .
Sosiologi................................................................................
Kegiatan dan Perilaku............................................................
Pola Penggunaan Ruang dan Waktu ......................................

~...2.........~3r~+3.~.s~~...~~...~....c..~~c..~~.~~~~7.~2~.r

KEADAAN UMUM LOKASl PENELlTlAN .......................
Fisik ...................................................................
Letak
dan luas ..................................................
.
Topografi .......................................................
Geologi dan tanah .............................................
Iklim ............................................................
Hldrologi ........................................................
. .
B~otlk.................................................................
Ekosistem .......................................................
Flora .............................................................
Fauna ............................................................
Keberadaan Orangutan di Areal Penelitian .....................
METODE PENELITIAN ................................................
Lokasi dan Waktu Penelitan ......................................
Bahan dan Alat ..................
.
..............
.
.
>.>......
Parameter=Pararneter............................................................
Metode Pengumpulan
. .
Data ..................................................
Metode Analisis Data

...
-~
~

.
I
.
I
,
.
,

......................

..%.+b..,,..,..

.....................

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
Orangutan Yang menjadi Fokus Pengamatan

................

iii

Karakteristik Vegetasi Habitat Orangutan ...........................
Komposisi Jenis Vegetasi ...................................
Struktur Vegetasi ..............................................
Pola Penggunaan Ruang ...............................................
Sebaran Spasial Aktivitas pada Struktur Vertikal .......
Pola Pergerakan
dan Jarak Jelajah .........................
Pohon Tempat Bersarang ...................................
Perilaku Makan ...............................................
Pola Penggunaan Waktu ......................................................
Alokasi Penggunaan Waktu Pagi Hari ....................
Alokasi Penggunaan Waktu Siang Hari ...................
Alokasi ~ e n g ~ u n a aWaktu
n
~ o r e H a r ....................
i
Alokasi Penggunaan Waktu Harian .......................
Sebaran Temporal Aktivitas ................................
SIMPULAN DAN SARAN ............................................
Simpulan ............................................................................
Saran ...............................................................................

...................................................
LAMPIRAN ..............................................................

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

1 Iktisar Penelitian Berdasar Metode Sarang..................................
2 Jenis Tanah di Tarnan Nasional Kutai .........................................
3 Jumiah Jam Pengamatan Orangutan di Mentoko .........................

4 Penggolongan Umur Orangutan .................................................
5 Vegetasi Tingkat Pohon Do~ninan..............................................

6 Vegetasi Tingkat Tiang dan Pancang Do~ninan.........................
7 Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Pohon Pakan
Orangufari ..,... ......,...,,.....!........ ...,.*........,...................:.....,.... ....
8 Nilai Khi-kuadrat Hubungan antara Aktivitas dan Ketinggian
Tempat ..................................................................................
9 Nilai Khi-kuadrat Hubungan antara jenis Aktivitas Individu dan
Ketinggian Tempat ..................................................................
10 Jarak Jela.jah tIarian Orangutan....................................................
%.

11 fndeks Nilai Neu's Preferensi Pohon Sarang................................
12 Persentase Konsumsi Jenis Makanan Buah ..................................
13 Nilai Khi-kuadrat Hubungan antara Aktivitas Individu dan
Periode Waktu Pagi, Siang, Sore ................................................

DAFTAR GAMBAR

1

..
Kerangka Pemlkrran

.........................................................................

2 Komposisi Persentase waktu makan dan jenis pakan.......................
3

Bentuk Petak Pegamatan ...................................................................

4a. b Sarang Orangutan .
Sarang Lama

..........................................................................
6a Diagram Profil (Tampak Samping)..................................................
5

Orangutan Jantan

6b Diagram Profil (Tantpak atas)...........................................................

7 Proporsi Waktu Aktivitas dan Waktu Pengamatan ..........................
8 Proporsi Wakhl Aktivitas dan Ketinggian Tempat ..........................
.~

......................................................................
10 Pergerakan Harian Orangutan ...........................................................
11 Grafik Ketinggian Sarang Dewa dan Dewi ........................................
12 Grafik Ketinggian Sarang Ayu dan Surya........................................
13 Perbandingan Proporsi Jenis Makanan Orangutan ............................
14 Proporsi Waktu Aktif di Pagi Hari ...................................................
9
~

Pergerakan Orangutan

15 Proporsi Waktu Aktif di Siang Hari

..................................................
Proporsi Waktu Aktivitas Harian .....................................................
Sebaran Temporal Aktivitas Harian Dewi .......................................
Sebaran Temporal Aktivitas Harian Dewa .......................................
Sebaran Temporal Aktivitas Harian Ayu ..........................................
Sebaran Temporal Aktivitas Harian JA ...........................................
Sebaran Telnporal Akiivitas Harian Surya........................................

16 Proporsi Waktu Aktif di Sore Hari
17
18
19
20
21

22

.................................................

. . .....................................................

1 Peta Lokasi Penelltian

2 Nilai Penting Vegetasi Tigkat Pohon .....................................

3 Indeks Keanekaragaman Vegetasi Tingkat Pohon

..................

.................................
5 Indeks Keanekaragaman Vegetasi Tingkat Tiang ..................
6 Nilai Penting Vegetasi Tingkat Pancang .............................
7 Indeks Keanekaragalnan Vegetasi Tingkat Paneang ................

4 Nilai Penting Vegetasi Tingkat Tiang

8 Jenis-Jenis Pohon Pakan Orangutan di TN Kutai

..................

9 Rata-rata Proporsi Aktivitas Makan. Istirahat. dan Bergerak ......
10 Sebaran Temporal Aktiitas Orangutan di Mentoko-TN Kutai

PENDAHULUAN

Orangutan adalah salah satu anggota suku Pongidae yang mencakup tiga
kera besar lainnya; bonobo Afrika (Pan paniscus), simpanse (Pan troglodytes),
dan gorila (Pan gorilla). Hanya orangutan berasal dari Asia sedangkan kera besar
lainnya berasal dari afrika. Ada dua anak jenis orangutan yang masih hidup, yaitu
anak jenis dari Sumatera (Pongo pygmaeus pygtnaeus) dan anak jenis dari
Kalimantan (Pongo pygttiae7is abelii). Menurut hasil penelitian ganetika oleh
Zhang dkk. (2001) dan taksono~nioleh Groves (2001), spesies Sumatera (Pongo
abeliq adalah spesies terpisah dengan spesies Borneo (Pongo pygrnaeus), begitu
pula secara ekoiogi dan life-history (Van Schaik, dkk. 1995).
Orangutan pada saat ini hanya ada di Sumatera, Kalimantan, Sabah dan
Serawak dan lebih dari 90% habitatnya berada di wilayah Republik Indonesia.
Laju degradasi hutan di Sumatera dan Kalimantan yang terus meningkat
menyebabkan semakin sempitnya habitat orangutan (Meijaard dkk. 1999). Pada
waktu kebakaran hutan tahun 1997f1998 kurang lebih sepertiga dari juinlah
orangutan liar mati. Menurut taksiran para ahli, orang utan liar bisa menjadi punah
dalam jangka waktu sepuluh tahun lagi.
Orangutan di Taman Nasional Kutai cendemng lebih mudah dijumpai di
beberapa kawasan hutan seperti di Mentoko, Sangkimah, dan Menamang. Hal ini
menunjukan bahwa tidak semua ruang di kawasan Taman Nasional Kutai menjadi
habitat bagi orangutan. Habitat merupakan satu kesahan kawasan yang dapat
menjamin segala keperluan hidupnya, baik makanan, air, tempat berlindung,
berkembangbiak, maupun tepat mengasuh anak-anahya.
Berdasarkan fenomena penggunaan ruang di Taman Nasional Kutai maka
diduga orangutan mengunakan ruang secara tidak acak, hanya pada tempat
tertentu yang menunjukan adanya pilihan berdasarkan ruang habitat. Hal ini
rt~er~yebab~at~
peiuang menemukan orangutan secara langsung sangat kecii.
Sehinga kesulitan penghitungan populasi orangutan lebih disebabkan oleh sulitnya
menemukan orangutan. Penilaian populasi yang dilakukan selama ini adalah

dengan menggunakan pendekatan penghitungan sarang. Dengan demikian dalam
rangka manajemen habitat dan penyusunan metode kuantitatif mengenai
orangutan, perlu dikaji perilaku orangutan di habitat alaminya.

Sehubungan

dengan ha1 tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang interaksi orangutan
dengan habitatnya melalui pendekatan analisis bagaimana orangutan liar
menggunakan ruang dan waktu di hutan Mentoko Taman Nasional Kutai,
Kalimantan Timur.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan :
1. Untuk mengetahui pola penggunaan ruang oleh orangutan liar di habitat

alaminya.
2. Untuk mengetahui pola penggunaan waktu dan ritme aktivitas orangutan di

habitat alaminya.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian :

I . Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengelolaan habitat
orangutan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan

metode kuantitatif mengenai orangutan
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelola Taman

Nasionai Kutai daiam upaya pelestarian orangutan.

Perumusan Masalah
Populasi orangutan diperkirakan terus mengalami penurunan akibat
kebakaran butan, kehilangan, kerusakan dan hgmentasi habitat yang sangat
mempengaruhi kehidupan dan kemampuannya untuk melakukan reproduksi.
Tekanan terhadap habitat orangutan yang berlangsung terus sampai saat ini akan
mengancam kehidupan orangutan liar di alam. Orangutan di Taman Nasional
Kutai (TNK) lebih mudah dijumpai di beberapa kawasan hutan seperti Mentoko,
Sangkimah, dan Manamang. Hal ini menunjukan bahwa tidak semua nlang di
kawasan TNK menjadi habitat orangutan.
Penyebaran orangutan tidak merata menurut waktu dan lokasi di suatu
kawasan, tetapi lebih menyukai lokasi tertentu dalam waktu tertentu dan
menggantungkan hidupnya pada lingkungan yang sesuai termasuk komposisi
pepohonan yang menyediakan pakan selama masa hidupnya.

Berdasarkan

fenomena tersebut maka permasalahan utama yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan habitat dan penyusunan metode kuantitatif mengenai orangutan
adalah:
1. Bagaimana pola penggunaan ruang orangutan liar di habitat alaminya?

2. Bagaiman pola penggunaan waktu dan ritme aktivitas orangutan liar?

Kerangka Pemikiran
Pemanfaatan hutan untuk sebagai hutan produksi, hutan tanaman, lahan
pertanian atau perkebunan, dan pertambangan terbuka menyebabkan hilangnya
habitat orangutan. Kalimantan Timur pada tiga dasawarsa antara tahun 1960 1990 telah kehilangan habitat orangutan sebesar 56% dari luasan 134.390 km2
pada tahun 1960, tinggal tersisa 58.769 km2 pada tahun 1990. Pengurangan ini
termasuk pada beberapa kawasan konservasi dan kawasan lindung yang ada.
(Meijaard dkk. 1999).
Di Kalimantan populasi orangutan terus mengalami penurunan mulai dari
hampir 20.000 menjadi 12.000 individu antara tahun 1996 dan 1998 penurunan ini
akibat kehilangan habitat dan kebakaran hutan. Kehilangan, kerusakan,
fragmentasi habitat serta kebakaran hutan sangat mempengaruhi kehidupan dan
kemampuannya untuk melakukan reproduksi.

Tekanan terhadap habitat

orangutan masih terus berlangsung sampai saat ini akan mengancam kehidupan
orangutan liar di alam.
Upaya yang perlu dilakukan untuk pelestarian orangutan diantaranya melalui
kegiatan manajemen habitat yang masih tersisa. Orangutan memiliki persyaratan
yang cukup rumit untuk dapat bertahan hidup terutama mengenai persyaratan
habitat yang memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan ha1 tersebut, maka

pengetahuan interaksi orangutan dengan habitatnya sangat diperlukan. Penelitian
ini berupaya mengkaji perilaku orangutan melalui analisis pola penggunaan ruang
dan waktu orangutan liar di habitat alaminya. Hasil kajian ini penting untuk
manajemen habitat serta dapat menjadi acuan dalam penyusunan metode
kuantitatif orangutan. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.

I

I

AKTIVITAS

L'erambahan

7
I KEBIJAKAN PEMEIUNTAH
KAWASAN HUTAN

APH,HTI
'*---si

KK & KL untuk

>".'..,.z."".T

Perburusn

HABITAT
ORANGUTAN

OR4NGIITAN

Pc~~arunan

Frsgmeatari Hsbitat

t
Pembinaan Habitat
PELESTARIAN

I

Metocle Kuantitatif

4
Pcrilsku Orangutan
dan
Karakteristik Habitat

Analisb Pola Pcnggunsnn
4

Ruang dan WPMU olrh

1

Ornogutan Liar pads Hnbitst
Al~mi

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Orangutan
Klasifikasi
Perkataan "orangutan" berasal dari bahasa Melayu yang berarti manusia
yag hidup di dalam hutan. Penggunaan istilah "orangutan" dalam bahasa ilmiah
pertama kali dilakukan oleh Tulp pada tahun 1941 dan selanjutnya digunakan
Poirier pada tahun 1964. Linnaeus pada tahun 1760 memberi nama orangutan
dengan llama Pongo pyginaezis yang terbagi kedalam dua sub spesies yaitu
orangutan Sulnatera (Pongo pygmaezcs abelii) dan orangutan Kalimantan (Pongo
pygntaeus pygnaeus).
Klasifikasi orangutan menurut F.E. Poirier (1964) dalam Groves (1971)
adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Sub Kingdom : Metazoa
Phylum

: Chordata

Sub Phylum

: Vertebrata

Klas

: Mamalia

Ordo

: Primata

Sub Ordo

: Primata

Famili

: Pongidae

Genus

: Pongo

Spesies

: Pongopygntaeus Linneaus

Sub Spesies

: Pongopyginaeus abelii Lesson, 1872

Pongo pyginaeus pyginaeus Linneaus, 1760
Sedangkan menurut Zhang dkk (2001) dan Groves (2001) kedua sub spesies
tersebut adalah berbeda spesies, yaitu Spesies Sumatera (Pongo abelii) dan
Spesies Borneo (Pongopygmaeus ).
Napier dan Napier (1967) menyatakan bahwa secara morfologi orangutan
Sumatera dan Kalimantan sangat serupa, sekalipun individu kedua subspesies ini

kerapkali dapat dibedakan dengan dasar wama bulunya. Lebih lanjut menurut
Galdikas (1978) Orangutan Kalimantan yang telah dewasa bulunya mengarah
kepada wama coklat kemerah-merahan, sedangkan Orangutan Sumatera benvarna
lebih pucat. Perbedaan ini tidak bersifat mantap tetapi dapat digunakan sebagai
penuntun kasar. Orangutan Sumatera kadang-kadang mempunyai bulu putih pada
mukanya. Orangutan Sumatera biasanya mempunyai bulu yang lebih lembut dan
lemas, sedangkan bulu orangutan Kalimantan kasar dan jarang-jarang. Menurut
Mackinnon (1974) perbedaan bulu tersebut dapat dilihat secara mikroskopis.
Paling sedikit ada 3 subspesies orangutan Kalimantan; Pongo pygn~aeus

pygnlaetis (baratlaut), Pongo pyg~naezrswurn~bii(tengah), Pongo pygmaetcs morio
(timurlaut). Subspesies di Kalimantan Tengah paling besar, diikuti di barat laut,
dan timur laut (McConkey 2005 dalanz Nellemann 2007).

Morfologi
Secara morfologis orangutan Sumatera dan Kalimantan sangat serupa, tetapi
kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunya (Napier & Napier
1967). Orangutan Kalimantan bila telah dewasa warna bulunya mengarah pada
warna coklat kemerahan dan orangutan Sumatera benvarna lebih pucat (Galdikas
1978).
Hidung orangutan sangat pesek dan bibir atasnya tidak mempunyai parut
bibit. Kupingnya yang sangat kecil tidak ditumbuhi oleh rambut. Dahi orangutan
muda masih diliputi rambut, tetapi lambat laun rambut tersebut tidak berkembang
sejalan dengan bertambah umur. Orangutan jantan dewasa mempunyi kantung
udara (air sac) yang terdapat pada lehernya, dapat mengambil serta
mengumpulkan beberapa liter udara, yang digunakan untuk membuat seruan
panjang atau long call (MacKinnon 1972).
Perbedaan orangutan jantan dan betina dewasa adalah pada bantalan pipi dan
kantung udara (Saccus-laringeus). Orangutan jantan mempunyai bantalan pipi
dan kantung udara yang besar pada lehernya (Groves 1971). Kantung udara
tersebut dapat digunakan untuk membuat suara yang disebut long call, caranya
adalah dengan mengumpulkan udara terlebih dahulu ke dalam kantung dan seruan
panjang dapat terjadi selama satu sampai dua menit (MacKinnon 1972). Berat
badan kedua spesies tersebut tidak ada perbedaan nyata. Orangutan betina dari

Sumatera maupun dari Kalimantan mempunyai berat badan rata-rata 37 kg,
sedangkan berat orangutan jantan Sumatera rata-rata 66 kg dan orangutan jantan
Kalimantan rata-rata 73 kg (Eckhardt 1975 dalam Galdikas 1978).
Menurut Rijksen (1978) orangutan digolongkan berdasarkan umur dan jenis
kelamin, dan dalam perkeinbangan hidupnya dibagi ke dalam 4 tahap pada
orangutan betina (bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa) dan 5 tahap pada
orangutan jantan (bayi, anak-anak, remaja, pradewasa dan dewasa), sedangkan
Galdikas (1978) menggolongkan orangutan jantan dan betina dewasa ke dalam
jantan, betina dewasa umur muda dan jantan, betina dewasa tlmur lanjut.
Penggolongan tersebut sebagai berikut :
1. Bayi (infant). Umur 0 - 4 tahun. Warna rambut jauh lebih pucat dari hewan
tua, sangat putih di sekeliling mata dan moncong, bercak putih meliptiti
seluruh tubuh. Selalu berpegang pada induknya kecuali pada waktu makan di
pohon atau saat menyusui.
2. Anak (jmenil). Umur 4 - 7 tahun. Wajah masih lebih putih dibandingkan

hewan dewasa tetapi lebih gelap dibandingkan bayi, bercak putih dibadan
kabur.

Berpindah bersama, tetapi terlepas dari pegangan induknya,

menggunakan sarang bersama induknya dan masih menyusu.
3. Remaja (adolescenr). Umur 7 - 15 tahun (jantan) dan 7 - 12 tahun (betina).

Ukuran tubuh lebih kecil dari hewan dewasa, sangat sosial, benar-benar lepas
dari induknya, tetapi masih sering terlihat berpindah bersama induknya. Pada
wajah jantan pra-dewasa (12 - 15 tahun) mulai terlihat gelap, bantalan pipi
dan kantong leher mulai berkembang.

Ukuran tubuhnya lebih besar dari

betina tetapi masih lebih kecil dari jantan dewasa.
4. Dewasa (adult). Umur 15 - 35 tahun (jantan) dan 12 - 35 tahun (betina)

Jantan Dewasa (male adult). Usuran tubuh sangat besar, memiliki
bantalan pipi, kantung leer, berjanggut, Kadang-kadang punggung
gandul. Hidup soliter, berpasangan dengan betina hanya pada saat
tanggap seksual, sering mengeluarkan seruan panjang (long call).
Betina Dewasa lfemale adult).

Telah beranak dan diikuti oleh

anaknya, kadang-kadang berpindah bersama betina lain. Pada masa
estrus berpasangan dengan jantan.

5. Tua Berumur 35 tahun ke atas (jantan dan betina)

Jantan tua. Rambut tipis dan jarang, berkeriput dalam, bantalan pipi
menyusut.

Tidak mengeluarkan serum panjang atau berpasangan

dengan betina, gerakan sangat lambat.
Betina tua. Rambut tipis dan jarang-jarang, berkeriput, tidak lagi
diikuti oleh bayi atau remaja, berpasangan tetapi tidak lagi
mengandung, lebih sering bergerak di permukaan tanah dibandingkan
dengan betina dewasa, gerakan lambat.

Habitat dan Populasi
Habitat

Di hutan hujan tropis, habitat primata dibagi atas beberapa tingkatan secara
vertikal, yaitu strata atas, strata pertengahan dan strata bawah yang erat
hubungannya dengan penyediaan makanan bagi primata (Rijksen 1978). Menurut
Rodman (1973) dalam Sinaga (1992), suatu jenis kera akan menunjukan
spesialisasi makanan maupun habitat yang tertentu sebagai relung ekologi yang
mernbedakan mikro habitat jenis lainnya.
Rijksen (1978) mengungkapkan bahwa karakteristik habitat orangutan di
Ketambe adalah tidak adanya dominasi dari satu jenis pohon atau vegetasi.
Stratifikasi hutan terutama terdiri dari strata B dan C, dan pada lantai hutan
terutama ditumbuhi oleh herba. Menurut Galdikas (1978), habitat orangutan di
Tanjung Puting terdapat di hutan rawa begambut.

Untuk lokasi pembuatan

sarang, orangutan lebih suka menempatkannya di daerah rawa dan di tepi sungai
karena merasa lebih aman dari gangguan manusia ataupun hewan lainnya.
Orangutan hidup dan tersebar pada hutan-hutan primer dataran rendah
sampai hutan dataran tinggi atau pegunungan yang banyak ditumbuhi tanaman
dari famili Dipterocarpaceae (MacKinnon

1971 dalarn Rijksen

1978).

Seianjutnya Rijksen (1978) menyatakan struktur hutan yang dihuni orangutan
terdiri atas pohon-pohon tinggi berkisar 35-50 meter.

MacKinnon (1974)

menyatakan orangutan mempakan hewan arboreal, yakni hewan yang segala
aktivitasnya dlakukan di atas pohon.

Populasi
P e n e l i t i a n kerapatan orangutan sulit dilakukan karena masalah praktis dan
konseptual.

M a s a l a h praktis ini berkaitan dengan kesulitan mengestimasi jumlah

individu persatuan luas, dan kemudian mengekstrapolasinyan untuk wilayah yang
lebih luas.

M a s a l a h konseptual berkaitan dengan estimasi luas habitat yang

dibutuhkan o l e h sebuah komunitas lokal orangutan. Jika perkiraan kerapatan
lokal p o p u l a s i diekstrapolasikan untuk seluruh daerah, pengabaian variasi habitat
yang dihuni

d a p a t menyebabkan kesalahan yang fatal dalam menilai ukuran

populasi ( M a c k i n n o n 1986 dalam Meijaard 1999). Karena itu diperlukan teknikteknik a l t e m a t i f untuk memperoleh angka kerapatan yang lebih akurat dalam
berbagai
orangutan.

h a b i t a t , termasuk hutan-hutan kecil yang tidak sering didatangi
W a l a u p u n orangutan terkenal sangat sulit diditeksi di hutan basah,

kehadirannya

cukup mudah dipastikan dalam suatu kawasan, yaitu dengan

mencari p a n g g u n g atau sarang-sarang khas yang dibangun setiap hari untuk
beristirahat p a d a sore hari, dan kdang-kadang untuk bermain atau istirahat pada
siang hari ( H a r r i s s o n 1961; Schaller, 1961; Milton, 1964 dalam Meijaard dkk.
1999).
Van

S c h a i k dkk.

(1995) mempertajam metode penghitungan sarang

sepanjang t r a n s e k , yang telah disahkan di dua lokasi berbeda.

Metode ini

diketahui m e n g h a s i l k a n nilai kerapatan yang cukup akurat. Hasil penghitungan
kerapatan o r a n g u t a n di kedua tempat tersebut seperti pada Tabel 2.
Pada t a h u n 1993 diperlcirakan jumlah orangutan di Indonesia dan Malaysia
telah m e n u r u n sejauh 30-50% dalam k u ~ waktu
n
10 tahun terakhir, sementara
habitat~yatelah menyusut sebanyak 80% da!am kurun wakk 20 tahun terakhir.
Sampai saat i n i belum banyak terkumpul data sensus yang akurat mengenai
kerapatan o r a n g u t a n di alam. Bagaimanapun, berdasarkan data yang ada beserta
konsesus yang dikembangkan dari pendapat para ahli diduga di pulau Kalimantan
terdapat

1 9- 0 0 0 sampai 30.000 orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus),

sementara dZ Sumatera (Pongo pygmaeus abelli) berjumlah antara 7.000 sampai
11.000 icdi-~i&-; (Tilson dkk. 1993 dalaiil Piiinack !SSS).

Tabel 1.

Ikhtisar laporan-laporan penelitian orangutan terbaru berdasarkan
metode pernghitungan sarang sepan,'ang transek.
Daera"
Krpt Rj
Krpt Rj
Sumatera
Tipe habitat
Pengamatan

Dataran bmjir dan rawgnmbut

Sebangau
Kulamba
Tmj. Puting
D. Sentarum

Hutm Aluviall daenh
sepenjmg sungai

Gunung Palung
Lokan
Ulu Ssgama
Mid KinabaVdngm~
Low Kinnbotmgao

KutaiISangatta
Dataran tinggi (hutan
perbukitan dan
Dipterocarpawe)

a

Sunq-Balimbing

63

f

3,O

b

Tmmon

7,O

j

3,O

c

Bahbah Rot

4,5

j

3,5

n

d

Ketambe

5,5

e

Kompas

3,O

b

Mamas hilir

3,2

b
b
I;

Ulu Scgarna

h

Renun

I,o

Kawaq

b

Bohorok

1,O

b

Bohorok

2,2

Tabin

1

!,I
0,3

I

Bengkung

Daerah Crocker

%I

b

Manggala

28
1.2

Meliau

03

??

Bukit-Suaq B.

1,o

Danwn Valley

Hutm sub-pewlungan
dan pegunungan

1

2,2

-

Kapi
Ketambe sobpeg.
Ketambe peg.
Mamas-subpeg.
Dg. Megaro

Hutan tebang pilihl hutnn
sekunder

Sebangau

Sikundur

Katingan

P. Lembmg

Sumber : Meijaard (1999)
Keterangan :

Rj = rujukan

Kprt = kerapatan per km2

(a) Page dkk. (1995); (b) Payne (1988); (c) Galdikas (1978); (d) Leighton dan
Leighton (1993); (e) Horr (1975); (f) van Schaik dkk. (1995); (g) Reijksen
(1978); (h) MacKinnon (1971); (i) MacKinnon (1973); 6) van Schaik dkk.
tidak dipublikasikan; (k) Suzuki (1992); (1) Johns (1992); (m) Rieley dkk.
(kom. Pri); (n) Russon d ~ k(i996j
.

Sosiologi
Tipe dau ukurau kelompok
Sosiologi

orangutan tetap

merupakan

teka-teki

sampai

sekarang.

Sebenarnya tidak ada pola hubungan sosial baku untuk kera ini, jika hanya
didasarkan pada kondisi lingkungan tempat hidupnya. Jika ada pola umum atau
pola dasar dalam berbagai bentuk organisasi sosial Pongidae, maka pola ini lebih
bersifat sebagai suatu masyarakat terbuka yang beranggotakan siapa saja yang ada
di dalam kisaran distribusi jenis ini, dimana individu-individunya melakukan
sosialisasi karena dalam kondisi tertentu yang ada, inilah yang paling mudah
dilakukan (Goodall 1963).
Sebagaian besar satwa primata hidup dalam suatu kelompok sosial, dengan
kelompok seperti itu mereka mendapat manfaat yang potensial misalnya
perlindungan dari predator, bersama-sarna mempertahankan sumber pakan dan
juga dapat secara bersama-sama membesarkan anak-anak keturunannya.
Berdasarkan jumlah individu dan komposisi seks, secara umum primata dapat
digolongkan dalam lima kelompok (Chalmers 1979), yaitu :
1. Jenis yang soliter ("solitary species"), tidak membentuk kelompok, jenis yang

termasuk dalam kategori ini adalah sebagain jenis dari famili Lemuridae.
Satwa ini hidup menyendiri dengan luas home range 0,2 - I ha.
2. Kelompok monogami ("monogamous family"), membentuk kelompok yang
terdiri dari 3 - 4 ekor dengan sepasang induk dan home range-nya berkisar
antara 20 - 50 ha. Jenis yang termasuk dalam kelo~npokini adalah jenis dari
famili Indriidae, Cebidae, dan Hylobatidae.
3. Kelompok dengan satu jantan dewasa ("uni male groups"), dimana dalam satu

kelompok hanya terdapat satu jantan dewasa. Jenis yang termasuk dalam
kelompok ini diantaranya adalah Cercopithecus mitis, Erythrocebus paras,

Presbytis entellus, dan Gorilla gorilla beringei.
4. Kelompok yang terdiri dari beberapa ekor jantan dewasa ("multi males

groups").

Jenis yang termasuk dalam kelompok ini adalah Macaca spp.,

beberapa jenis dari famiii Cebidae seperti Aioutatta viiiosa, dan dari famili
Lemuridae seperti LernuJirlvus,Lemurcatta.

5. Kelompok yang tidak tetap ("difficult to classify"). Jenis-jenis yang sulit
untuk digolongkan menurut elnpat golongan di atas, seperti Papio hamad>yas,

Theropithecus gelada, Pan troglodytes dan pongo pygmaeus, yang jantan
umumnya soliter tetapi ada juga yang berkelompk dalam jumlah kecil.
Hasil penelitian Rodman (1973) menyatakan bahwa satuan dasar populasi
orangutan terdiri atas : 1) jantan dewasa soliter, 2) betina dewasa yang biasanya
disertai satu atau dua anak yang belum mandiri, 3) hewan muda dalam masa
peralihan antara hidup dalam satuan yang melahirkannya dan hidup secara
mandiri. Disamping ketiga kelompok ini, susunan umum kehidupan sosialnya
masih agak tidak jelas dan belum ada kesepakatan antara peneliti yang satu
dengan peneliti yang lain (Galdikas 1978).
Menurut Meijaard dkk. (1999) bagi pengamat biasa, tidak terlalu jelas bahwa
orangutan hidup dalarn kelompok, dalam pengertian bahwa individu-individunya
sering berada di daerah yang berdekatan dan biasanya dalam jarak pandang satu
sama lain. Hasil penelitian lapangan mengungkapkan bahwa individu yang sama
sering terlihat dalam suatu daerah tertentu, sedangkan pada waktu lainnya
sebagaian besar tidak kelihatan. Beberapa peneliti lapangan mengalami kesulitan
karena sejumlah orangutan yang tampaknya tidak berhubungan ternyata
mempunyai keserempakan dalam pergerakan hariannya. Sebenamya, anggota
komunitas orangutan sering menjaga jarak dengan individu lainnya, sehingga
terbentuknya kelompok hanya dapat disimpulkan setelah anggota yang berbeda
diikuti secara serempak.

Jarangnya interaksi menunjukkan ada unsur saling

mengenal atau status social yang mantap, atau adanya ikatan batin.
Pengamatan jangka

panjang

terhadap

suatu

komuniras

orangutan

mengungkapkan bahwa beberapa individu, khususnya betina dewasa (dengan
bayinya) teriihat hidup menetap di daerah teitentu selama beberapa tahun.
Individu ini yang lebih sering terlihat dalam periode beberapa minggu.
Sebaliknya, sebagaian besar anggota komunitas tampaknya menggunakan waktu
lebih lama pergi dari tempat berkumpul, sementara ada sedikit yang kadang atau
hanya sekali ditemukan di pangkz!an ini. (h