Perencanaan Lanskap Pulau Kecil Banda Naira-Maluku sebagai Kawasan Wisata

RINGKASAN

MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL.

BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah
bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara).
Studi hi bertujuan membuat rencana kawasan wisata Banda Naira untuk
mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek
sejarah, sosial budaya, ekologi, ekonomi, dan aspek-aspek penuujang lainnya.
ICepulauan Banda secara geografis terletak antara 129'44" - 130~04" BT dan
5'45" - 6'06" LS. Secara administratx Banda Naira dengan luas 450 ha dibatasi
oleh Pulau Gunung Api di sebelah barat, Pulau Banda Besar di sebelah selatd dan
timur, serta Laut Banda d i sebelah utara.
Curah hujan rata-rata di Kepulauan Banda sebesar 2 400 d t a h u u dengan
224 hari hujan. Secara klimatologis Banda Naira dikategorikan menjadi iklm laut
tropis dengau enam bulan musim hujan (November - Mei) dm enam bulan m u s h
kemarau (Mei - November). Suhu udara rata-rata berkisar antara 2 6 , ~ ' -~ 27,3O~
dengan kelembaban udara rata-rata sebesar 83,2% (Stasiuu Khatologi Banda Naira,
1988 - 1997).
Tayak memiliki jenis tauah podzolik merah kuuing dengau topografi autara datar
berombak dan berbukit berguuung. Kemiringan lahau antara 0 - 30%.

Pemeuuhan kebutuhau air bersih dilaksanakan oleh PDAM setempat. Ja~ingau
draiuase terdiui dari saluran alami dan saluran buatan pada kawasan pemukiman.

atas kawasan pemukiman, pemerintahan, fasilitas wisata pantai, wisata sejarah, dan
fasilitas umum lainnya. Zona penyangga berupa mang tata hijau, sedangkan zona
konsewasi meliputi hutan dam sebagai tata hijau alami.
Konsep dasar perencanaan adalah menciptakan kawasan rekreasi marina yang
alami dengan berbagai aktiitas, sarana, dan prasarana dengan memperhatikan
kelestarian alam tapak. Konsep perencanaan dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

(1) konsep mang, (2) konsep rekreasi (3) konsep tata hijau, dan (4) konsep sirkulasi.
Konsep ruang dikembangkan berdasarkan tingkat kepekaan terhadap lanskap
dan intensitas penggunaannya.

Ruang intensif me*

aktiftas sangat tinggi

dengan tingkat kepekaan tapak paling rendah. Ruang semi intensif me&


aktifitas

sedang dengan tingkat kepekaan tapak yang sedang. Ruang non intensif memiliki
aktifitas paling rendah dengan tingkat kepekaan tapak tinggi terhadap bahaya lanskap.
Rekreasi yang dikembangkan di dalam tapak dibagi atas rekreasi aktii dan
rekreasi pasif. Rekreasi aktifmeliputi : bermain, berkuda, olahraga, piknik, dan lainlain, sedangkan rekreasi pasif meliputi : sightseeing, photo hunting, camping,
memancing, melukis, interpretasi dan lain-lain.
Tata hijau yang menyusun tapak dikategorikan berdasarkan fungsi utama
tanaman. Tata hijau pada tapak dibagi atas tiga bagian, yaitu : tata hijau konservasi
tata bijau penyangga, dan tata hijau estetika.
Sirkulasi umumnya diterapkan pada zona pengembangan karena intensitas
pemakaian tergolong sedang sampai tinggi.

Sirkulasi yang direncanakan adalah

sirkulasi yang aman dan nyaman serta dapat memanfaatkan potensi visual di
sepanjang jalan.

Vegetasi pada tapak terdiri dari vegetasi daratan dan vegetasi pantai. Satwa
pada tapak meliputi satwa liar dan ternak.


Selain vegetasi dan satwa, terdapat

berbagai jenis terumbu karang dan biota laut lainnya.
Secara umum visual dalam tapak didominasi good view. Bunyi pada tapak
didominasi bunyi alam, seperti : ombak, suara burung, desiran angin, dan lain-lain.
Masyarakat masih mempertahankan arsitektur bangunan berbentuk panggung
dan pilar yang tinggi, merupakan peninggalan pemerintaban kolonial. Adat-istiadat
masih dilestarikan dengan menghormati amah leluhur melalui upacara-upacara adat.
Berdasarkan nilai THI (temperature humidig index), iklim pada tapak
umumnya dikategorikan nyaman meskipun kelembaban masih tinggi (Setiawati,
I

1994). Tapak dike!i!.ingi laut yang mengalami pukulan ombak yang kuat sehingga

dapat menyebabkan abrasi. Penanaman vegetasi pantai dan water break& dapat
mencegah akibat yang ditimbulkan. Vegetasi yang mempunyai h g s i penting dalam
ekosistem tetap dipertahankan dan diremajakan kembali temtama untuk kawasan
konservasi baik daratan maupun pesisir.
Sistem drainase pada pemukiman berupa mu-sumur resapan. Limbah cair


rumah menggunakan tan& septa, dan limbah padat diolah menjadi kompos.
Apresiasi budaya menyebabkan adanya peningkatan nilai-nilai tradisional
disamping meningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat. Mata pencaharian
penduduk di Banda Naira umumnya sebagai nelayan, pertanian, dan pekejaan yang
berhubungan dengan pariwisata.
Overlay peta-peta dasar membagi tapak dalam tiga zona, yaitu : zona

pengembangan, zona penyangga, dan zona konservasi. Zona pengembangan terdiri