Analisis efisiensi biaya produksi gula di Indonesia : pendekatan fungsi biaya multi input multi output

ANALISIS EFlSIENS! SlA$"A PWOBUKSf GULA

D
B iNDONESiA. PENDEKATAN FUNGSI BlAYA
MLJLTI-LNPUT WUL-Td-OUTPUT

SUMMARY

VICTOR SIAGIAN. AnaIysis of Sugar Production Cost Efficiency in
Indonesia : A Multi-Input Multi-Output Cost Function Approach (under the
Supervision of Bonar M. Sinaga as Chairman ; Kuntjoro, Bunasor Sanim,
Pantjar Simatupang and M. Husein Sawit, as Members).
Main constraint in facing lndonesian sugar factories today are :
(1) low quality of raw material, (2) low milling capacity, (3) low efficiency of
sugar factories, and (4) high production cost.
Uruguay Round Agreement, GATT, which beginning of trade
liberalization, including agricultural commodities especially sugar, with
main agreement interrelated with market access. On one side, increasing
of market access tends to rise trade transaction. But on the other hand,
increasing of market access will also demands for higher efficiency for
competeting among the other countries.

Based on description as mentioned above, can be concluded that it
its quite relevant to carry out a research in sugar industry, especially
efficiency analysis of production cost of sugar in Indonesia.
In general, this research tries to identify and to analyze the ability of
Indonesian sugar industry in facing trade liberalization and the specific
objectives are :
1. To analyze variable input demand response in sugar production
toward changes of own and cross price of variable inputs.

2.

To analyze substitutability of variable inputs.

3. To analyze economies of scale and economies of scope of Indonesian
sugar industry.
4.

To analyze relative efficiency between private and government sugar
factories.
To identify production cost efficiency of sugar, the multiproduct


scale economies and economies of scope approach was used.
This research used secondary data, within 1990-1997 time series
of 70 sugar factories in Indonesia. Model of analyze is multi-input multioutput translog cost function which possess three variable inputs and two
fixed inputs. Estimating for model parameter using Seemingly Unrelated
Regression (SUR) method, divided into five groups of sugar factories :
(1) enterprise status, (2) milling capacity, (3) location of sugar factory,
(4) kind of process, and (5) sugar recovery. From partial model evaluation,
only three groups can be treated in analyzing, consists of : (1) enterprise
status, (2) location of sugar factory, and (3) kind of process.
The conclusion of this research are as follows :
1. Own and cross price elasticities of three variable inputs, are inelastic.

2. All

of

three

variable


inputs

within

sugar

production possess

complementary interrelated, with the result that difficult to substitute.
3. Economies of scale of Indonesian sugar industry in increasing returns
to scale condition, it means that national sugar production was not
efficient yet. Moreover economies of scope exist, it means that cost

of production of sugar and mollases simultaneous, cheaper than cost
of production of sugar or mollases individually.
4. Private sugar factories possess higher efficiency than government
sugar factories.

Policy implication of this research are :

1. Because of production cost of lndonesian sugar factories were not
efficient yet, lndonesian sugar industry is so sensitive against trade
liberalization, that threatening its existence.
2. Because of private sugar factories possess high potential of efficiency,
it was needed for concerning against the efforts for increasing
government sugar factories efficiency.
3. The efforts for increasing lndonesian sugar production cost efficiency,

treated with policy which can be stimulated increasing of sugar
factories economies of scale, for instance by contract farming system
to ensure supply of raw material for decreasing idle capacity and for
increasing sugar recovery.

Also it is suggested to extend this research, namely :

1. For increasing sugar production cost efficiency, ~t was needed for
applying feasibility

of sugar factory, especially in Java, with


application : (I)integration pattern for sugar cane and sugar factory

management, and (2) government sugar factories privatization which
still feasible for production.

2. It is suggested apply extending research about possibilty of closing
down of government sugar factor)..

VICTOR SIAGIAN. Analisis Efisiensi Biaya Produksi Gula Di Indonesia :
Pendekatan Fungsi Biaya Multi-Input Multi-Output (dibawah bimbingan
Bonar M. Sinaga sebagai ketua; Kuntjoro, Bunasor Sanim, Pantjar
Simatupang dan M. Husein Sawit sebagai anggota).
Kendala utama yang dihadapi pabrik gula di Indonesia saat ini
adalah : (1) rendahnya kualitas bahan baku, (2) rendahnya kapasitas
giling sebagian pabrik gula, (3) rendahnya efisiensi pabrik gula sebagai
akibat tingginya persen jam berhenti giling, dan (4) tingginya biaya
produksi.
Kesepakatan Putaran Uruguay-GATT menandai dimulainya era
liberalisasi perdagangan, termasuk untuk komoditi pertanian khususnya
gula, dengan kesepakatan pokok terutama berkaitan dengan akses pasar.

Di satu pihak meningkatnya akses pasar cenderung akan meningkatkan
volume perdagangan. Namun dipihak lain, meningkatnya akses pasar
juga menuntut tingkat efisiensi yang tinggi agar dapat bersaing dengan
negara lain.
Penelitian

ini

secara

umum

bertujuan

untuk

mengetahui

kemampuan industri gula Indonesia dalam menghadapi era liberalisasi
perdagangan serta upaya yang harus dilakukan agar dapat dipertahankan

eksistensinya.

Secara khusus tujuannya, adalah :
2.

Untuk menganalisis respon perrnintaan input tidak tetap daiam
produksi gula temadap perubahan harga input tidak tetap itu sendiri
dan terhadap perubahan harga input tidak tetap lain.

2. Untuk menganalisis daya substitusi (substitutability) antar input tidak
tetap.

3. Untuk menganalisis skala usaha (multiproduct scale economies) dan
ekonorni cakupan usaha {economies of scope) industri gula Indonesia.
4. Untuk

menganalisis

efisiensi


relatif

pabrik

gula

milik

swasta

dibandingkan dengan pabrik gula milik BUMN.
Untuk

pengukuran efisiensi

biaya

produksi gula

digunakan


pendekatan skala ekonomi dan ekonomi cakupan usaha.
Data yang digunakan datam penelitian ini adalah data sekunder
runtun waktu dari tahun 1990 sampai dengan 1997 dari 70 pabrik gula di
Indonesia. Analisis yang digunakan adalah mode$translog cost function
dari pendekatan multi-input multi-output dengan tiga input tidak tetap dan
dua input tetap. Pendugaan parameter model menggunakan metode
Seemingly Unrelated Regression (SUR). Dalam analisisnya menggunakan
lima kelompok pabrik gula, yaitu : status perusahaan, kapasitas giling,
lokasi pabrik gula, jenis proses, dan rendemen. Dari pengujian model
parsial, hanya tiga kelompok yang ikut serta dalam analisis selanjutnya,
yaitu kelompok status perusahaan, kelompok lokasi pabrik gula, dan
kelompok jenis proses.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disirnpulkan bahwa :
1. Elastisitas perrnintaan harga sendiri dan silang ketiga input tidak tetap,
adalah inelastis (ini berarti bahwa ketiga input tersebut merupakan
input yang sangat penting dan sukar disubstitusikan).
2. Ketiga Input tidak tetap dalam indushi gula relatif behubungan
kornplernen sehingga sukar untuk disubstitusikan.


3. Skala ekonomi industri gula Indonesia dalarn kondisi increasing returns
to scale, ini berarti biaya produksi gula nasional belum efisien. Selain
itu terjadi cakupan usaha (economies of scope) dalarn industri gula
nasional, berarti biaya rnemproduksi gula dan tetes secara bersamasarna, lebih rnurah dibandingkan dengan biaya memproduksi gula atau
tetes saja. Dengan demikian untuk meningkatkan efisiensi biaya
produksi gula nasional diperlukan peningkatan skala usaha dan
diversifikasi produk dari pabrik gula yaitu gula dan tetes.
4. Pabrik

gula

rnilik

swasta

rnerniliki

efrsiensi


yang

lebih

tinggi

dibandingkan dengan pabrik gula rnilik BUMN.

lmplikasi kebijakan dan saran adalah sebagai berikut :
1. Karena biaya produksi gula Indonesia belurn efisien, industri gula
Indonesia

rentan

terhadap

liberalisasi

perdagangan

sehingga

terancarn eksistensinya.
2. Untuk mengurangi dampak negatip bila dilakukan penutupan pabrik
gula yang tidak layak beroperasi, perlu diupayakan solusi yang dapat

meminimurnkan social cost (diperlukan kebijakan untuk mengalihkan
area tanaman tebu milik pabrik gula yang akan ditutup ke pabrik gula
yang layak berproduksi dan berdekatan lokasinya).
3. Upaya peningkatan efisiensi biaya produksi gula

sebaiknya

dilakukan

dengan

penetapan

di

Indonesia

kebijakan yang

dapat

menstimulir peningkatan skala usaha pabrik gula. Upaya ini misalnya
berupa kebijakan tentang sistem contract farming antara petani dan
pabrik gula. Dengan sistem tersebut diharapkan pasokan tebu ke
pabrik gula akan lebih stabil dengan kuantitas dan kualitas yang
optimal sehingga akan memperkecil idle capacity pabrik gula dan
meningkatkan sugar recovery.
4. lntervensi
diperlukan

harga

provenue

sebagai

gula

kebijakan

oleh
yang

pemerintah
akan

masih

tetap

menyempurnakan

manajemen pabrik gula, dengan mengaplikasikan konsep ekonomi
cakupan usaha (economies of scope) dan skala usaha (mulfiproducf

scale economies).

Saran penelitian lanjutan dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi gula, diperlukan kajian
mendalam tentang kelayakan pabrik gula, khususnya di Jawa, dengan
aplikasi : (1) pola integrasi pengelolaan tanaman tebu dengan
pengelolaan pabrik gula, dan (2) privatisasi pabrik gula milik BUMN
yang masih layak berproduksi (survive).

2. Untuk peningkatan efisiensi biaya produksi gula nasional, diperlukan
kajian yang mendalam tentang kemungkinan penutupan pabrik gula
yang tidak layak berproduksi dan pemanfaatan area tanaman tebu
pabrik gula tersebut menjadi area tanaman tebu pabrik gula yang layak
berproduksi dan berdekatan lokasinya.
3. Karena industri gula terancarn eksistensinya dalam era liberalisasi

perdagangan, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang peluang
pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan budidaya tanaman
aren, kelapa, jagung dan tanaman lainnya yang berpotensi sebagai
sumber bahan baku gula.

ANALISIS EFlStENSl BlAYA PRODUKSI GULA
Dl INDONESIA : PENDEKATAN FUNGSI BlAYA
MULTI-INPUT MULTI-OUTPUT

Oleh
VICTOR SlAGlAN

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh
gelar Doktor
pada

Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1999

Judul Disertasi

: ANALISIS EFlSlENSl BlAYA PRODUKSI GULA Dl
INDONESIA

:

PENDEKATAN

FUNGSI

BtAYA

MULTI-INPUT MULTI-OUTPUT
Nama Mahasiswa : Victor Siagian
Nomor Pokok

: 94504

Program Studi

: Ekonomi Pertanian

Menyetujui :
1.Komisi Pembimbing

r. lr. Bonar M. Sina a MA
Ketua

Anggota

2. Ketua Program Studi
Ekono i Pertanian

&&

Dr. Ir. Bonar M. Sinaaa. MA

Tanggat lulus : 14 Oktober 1999.

Anggota

ram Pascasarjana

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 November 1944 di Bandung,
sebagai putera pertama dari enam putera-puteri keluarga bapak tskandar
Siagian dsn Ibu Juliana (alm).
Pada tahun 1958, penulis menamatkan pendidikan dasar di SD
Budi lsteri Bandung, pada tahun 1961 menamatkan pendidikan menengah
di SMP Daya Susila Garut dan tahun 1964 di SMA Negeri Garut. Pada
tahun 1964 melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas
Padjadjaran Bandung selama setahun, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor yang dapat
diselesaikan pada tahun 1971. Pada tahun 1991 penulis menyelesaikan
program magister sains di Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor
dengan program studi ekonorni pertanian. Kemudian pada tahun 1994
penulis menempuh program doktor dj Program Pascasarjana lnstitut
Pertanian Bogor, program studi ekonomi pertanian. Pada tahun 7995
penulis menerima beasiswa Tim Manajemen Program Doktor (TMPD)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Setelah lulus dari lnstitut Pertanian Bogor, mulai akhir tahun 1971
hingga pertengahan tatiun 1997, penulis bekej a sebagai pegawai negeri
di Departemen Pertanian, kemudian mulai akhir tahun 1997 hingga
sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Ekonorni
Universitas Trisakti, Jakarta

Penulis menikah dengan Rica Sekartika tahun 1972 dan dikaruniai
dua orang putera dan seorang puteri, yaitu Jerry Dennis Parluhutan yang
lahir pada tahun 1974, Linda Priscilla yang lahir pada tahun T977 dan
Wlliam Miller pada tahun f 983.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas rakhmat dan pimpinan-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga
disertasi ini dapat penulis selesaikan.
Disertasi ini menyajikan hasil penelitian mengenai fenomena
ekonomi efisiensi biaya produksi guta Indonesia rnelaiui pendekatan muffi-

input multi-output. Sejak tahun 1984 impor gula Indonesia mengalami
peningkatan yang mencapai 1.7 juga ton pada tahun 1998, sehingga
menimbulkan pertanyaan sekaligus kekhawatiran terhadap eksistensi
industri gufa pada masa yang akan datang khususnya dalam konteks
ekonomi terbuka. Gejala inefisiensi industri gula dan dampak ekonomi
global dapat menjadi kendala bagi upaya eksistensi industri gula,
sehingga perlu dipeiajari efisiensi industri gula khususnya efisiensi biaya
produksi gula di Indonesia.
Disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik dengan bantuan,
arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan pertama
penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang mendalam
kepada Bapak Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku ketua komisi
pembimbing yang telah secara intensif membimbing penulis mulai
dari

perumusan

penyajian

hasil

masalah,
penelitian.

penentuan
Terima

kasih

model
pula

analisis

hingga

diucapkan

kepada

Bapak Dr. Ir. Pantjar Simatupang dan Dr. M. Husein Sawit, SE. selaku

anggota komisi pembimbing yang telah memberikan kritik yang sangat
konstruktif bagi penyempurnaan disertasi ini, serta arahannya yang
memperluas wawasan penulis dalam menunjukkan keterkaitan antara
masalah dengan metode untuk menjawab pennasalahan tersebut.
Kepada Bapak Prof. Dr. tr. Kuntjoro dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim
yang juga sebagai anggota komisi pembimbing, penulis mengucapkan
terima kasih, baik atas koreksi dan arahannya yang konstruktif pada
materi

disertasi,

maupun

atas

dorongan

semangatnya

ierhadap

penyelesaian studi penulis di lnstitut Pertanian Bogor.
Selanjutnya penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besamya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Sapuan (Sekretaris Menteri Negara Pangan dan
Hortikuitura) dan Bapak Dr. Ir. Erwidodo, MS (Kepala Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Kehutanan dan Perkebunan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kehutanan dan

Perkebunan), yang

bersedia meluangkan waktu di serangkaian kesibukannya untuk
menjadi penguji luar komisi dan sekaligus memberikan masukanmasukan yang sangat berarti bagi penyempurnaan disertasi ini.
2. Rektor lnstitut Pertanian Bogor dan Direktur Program Pascasarjana
lnstitut

Pertanian Bogor

beserta

staf

yang

telah

memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mernperdalarn ilrnu pengetahuan di
Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.

3. Direktur Jenderal Perkebunan dan Sekretaris Dewan Gula Indonesia
yang telah mengijinkan penulis untuk melanjutkan studi program
doktor.
4. Pimpinan Proyek Tim Manajemen Program Doktor (TMPD) Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
yang telah memberikan bantuan beasiswa pendidiksn program doktor
kepada penulis.
5. Kepada Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik
Negara beserta staf, Direksi P.T. Rajawali Nusantara Indonesia, staf
Departemen Pertanian, staf Badan Urusan Logistik staf Sekretariat
Dewan Gula lndonesia khususnya saudara Bambang Punvanto, staf
Kantor Asosiasi Gula Indonesia dan berbagai lembaga dan pihak
lainnya yang telah memberikan bantuan penyediaan data dan
infonnasi yang diperlukan dalam disertasi ini.
6. Kedua orang tua penulis yang telafi memberikan dorongan moril

maupun materil dan senantiasa memdoakan bagi keberhasilan
penulis.

7. Bapak-bapak Ir. Muchjidin Rachmat, MS., Ir. Made Sumertajaya, MSi.
dan Soeprapto Djojopuspito serta Ibu Ir. Reni Kustiari, M.Sc. yang
telah

dengan

penuh

ikhlas

membantu

penulis

dalam

proses

penyusunan program dan pengolahan data. dan

8. Teman-teman seangkatan program doktor, Dr. k. Edizal, MS.,
Dr. fr. Made Antara, MS., Ir. Wan Abas, MS., Timotius. SE. MM. dan

Ir. Tungkot Sipayung, MS dan teman-teman program doktor angkatan

1995 yang telah memberikan dorongan moril dan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan studi.
Ungkapan terima kasih dan kasih sayang yang mendalam tentunya
penulis khususkan untuk isteri tercinta, Rica, yang telah dengan penuh
pengertian dan ketabahan hati senantiasa memotivasi, rnenyemangsti dan
mendoakan keberhasilan penulis, serta pengorbanan yang diberikan
kepada penulis untuk menyetesaikan studi. Ungkapan yang sama juga
penulis curahkan

kepada

ketiga putera-puteri

kami Jerry

Dennis

Parguhutan, Linda Priscilla dan Wiltiam Miller, yang dengan semangat tulus
selalu menyemangati dan mendoakan keberhasiian pendidikan ayahnya,
meskipun untuk itu kurang memperofeh curahan perhatian dari penulis.
Akhirnya penulis berharap agar pikiranpikiran yang tertuang dalam
disertasi ini

dapat

bermanfaat

bagi

masyarakat dan

pemerintah,

khususnya mereka yang berminat mempelajari ekonomi gula, walaupun
penulis sadar bahwa disertasi ini sendiri masih jauh dari sempurna.

Bogor.

Desernber 1999

Victor Siagian

DAFTAR IS1

Halaman
DAFTAR TABEL

.........................................................................

DAFTAR GAMBAR
I.

.....................................................................

xix

PENDAHULUAN ........................................................................

1

1 . 1 Latar Belakang ...................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah

........................................................

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................
1.4. Ruang Lingkup Penelitian

II.

xiv

..................................................

DESKRlPSl INDUSTRI GULA Dl INDONESIA............................

14
15
16

.................................

16

........................................................................

20

2.1. Prospek Pasar dan Permintaan Gula
2.2. lnfrastmktur

4

2.2.1. Penelitian .................................................................

20

2.2.2. lrigasi ...................................................................

23

2.2.3. lnfrastruktur Jaian .................................................... 24
2.2.4. Sarana Produksi dan Modal .....................................

Ill.

26

2.3. Usahatani dalam Produksi Tebu ........................................

27

2.4. lndustri Pengolahan Gula ................................................

33

2.5. Pemasaran dan Perdagangan ...........................................

43

2.6. lntegrasi Vertikal Sistem lndustri Gula ...............................

53

DESKRlPSl USAHA PABRIK GULA ...........................................

61

3.1. Kondisi Pabrik Gula .......................................................

61

3.2. Struktur Biaya .....................................................................
3.2. I. Biaya Tanaman Tebu

..............................................

3.2.2. Biaya Bahan Bakar ...................................................
3.2.3. Biaya Bat~an
Pembantu
3.2.4. Biaya Tenaga Kerja
3.2.5. Biaya Transportasi
3.3.

Biaya Pokok

.................................................

...................................................

.......................................................................

3.4. Analisa Laba-Rugi
IV.

...........................................

..............................................................

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
4.1. Tinjauan Penelitian Ekonomi Gula Terdahulu ....................
4.1.1. Studi Kebijakan lndustri Gula ...............................
4.1.2. Studi Respon Penawaran dan Skala Usaha ...........
4.1.3. Studi Ekonomi Gula di Negara Lain .......................
4.2. Pendekatan Multi-Input Multi-Output ..................................

4.2.1. Analisis Multi-lnput Multi-Output ..............................
4.2.2. Aspek Joinfness .......................................................
4.3. Tinjauan Penelitian Empirik ................................................
V.

KERANGKA TEORITIS ..............................................................
5.1. Efisiensi Ekonomi dan Ekonomi Skala Usaha ....................
5.2. Teknologi Produksi .............................................................

5.3. Penurunan Fungsi Penawaran Output dan Perrnintaan
Input Dengan Pendekatan Multi-Input Multi-Output ............
5.4. Fungsi Biaya Transendental Logaritma ..............................
5.4.1. Hasil Empirik Penggunaan Fungsi Biaya Translog ...

5.4.2. Penurunan Persamaan Pangsa Biaya ......................
5.4.3. Economies of Swpe ...............................................

100

.....................

101

5.4.4. Product Specific Economies of Scope

5.4.5. Skala Usaha..............................................................

102

.................

102

5.4.7. Elastisitas Substitusi Input Tidak Tetap ....................

104

5.5. Fungsi Keuntungan Transendental Logaritma ....................

106

METODA PENELITIAN ...............................................................

109

5.4.6. Elastisitas Permintaan Input Tidak Tetap

VI.

98

6.1.

Data dan Sumber Data .......................................................

6.2. Analisis Deskriptif

............................................................

6.2.1. Analisis Biplot

..........................................................

109
111
111

6.2.2. Analisis Komponen Utama ....................................... 114
6.2.3. Analisis Gerombol.....................................................

116

6.3. Pengukuran Daya Saing

Produk Domestik terhadap
Produk lmpor berdasarkan Struktur Biaya dan Harga
lmpor .............................................................................. 117

6.4. Model Analisis ....................................................................

118

6.5. Prosedur Pendugaan Parameter Model ............................. 120
6.6. Pendugaan Keragaan Ekonomi Pabrik Gula.......................

121

6.6.1. Pendugaan Parameter Fungsi Pangsa Permintaan
Input Tidak Tetap ..................................................... 121
6.6.2. Elastisitas Permintaan Input Tidak Tetap .................

T22

6.6.3. Elastisitas Substitusi Permintaan lnput Tidak Tetap . 122
6.6.4. Economies of Scope .................................................

122

6.6.5. Skala Usaha ..............................................................

123

xii

6.6.6. Efisiensi Relatif ......................................................... 123
VII.

ANALISIS EFlSlENSl BIAYA PRODUKSI GULA ....................... 125
7.1. Deskripsi Keragaan Pabrik Gula di Indonesia ....................

126

7.1.1. Analisis Gerombol..................................................

126

.....................................................

129

7.1.2. Analisis Bipiot

7.2. Daya Saing lndustri Gula Dalarn Era Liberalisasi
130
Perdagangan.......................................................................
7.3. Dugaan Fungsi Biaya .........................................................

?37

7.4. Elastisitas Permintaan lnput Tidak Tetap dan Elastisitas
Substitusi Input Tidak Tetap .............................................. 161
7.4.1. Elastisitas Permintaan lnput TidakTetap terhadap
Harga Sendiri dan Silang ......................................... 161
7.4.2. Elastisitas Permintaan lnput Tidak Tetap terhadap
Jumlah Output ......................................................... 164
7.4.3. Elastisitas Substitusi Input Tidak Tetap ................... 164
7.5. Economies of Scope ........................................................ 168
7.6. Multiproduct Scale Economies ..........................................

169

7.7. Efisiensi Relatif antar Pabrik Gula ......................................

173

7.8. Hubungan Biaya Tidak Tetap dengan Produksi Gufa ......... 174
7.8.1. Hubungan Log Biaya Total Tidak Tetap dengan Log
Jumlah Produksi ..................................................... 174
7.8.2. Hubungan Total Biaya Tidak Tetap dengan Jumlah
Produksi ................................................................... 176
VIII.

KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN ............................. 178
8.1. Kesimpulan ........................................................................ 178
8.2. lmplikasi Kebijakan dan Saran ...........................................

179

8.3. Saran Penelitian Lanjutan ............. ........ ..................... .. ..

DAFTAR PUSTAKA .............................. ..... .... . ..
LAMPIRAN

.

180

. . . . . .. . . 182
I90

DAFTAR TABEL

Teks

Nomor

Halaman

1. Produksi, Konsumsi dan lmpor Gula lndonesia Tahun
1983-1997 ...................................................................................

19

2. Perkembangan Tanaman Tebu PG dan Tebu Rakyat di Jawa
1976-1997 ..................................................................................

29

3. Perkembangan Areal Tebu Giling dan Produksi Gula di Jawa
dan Luar Jawa : 1979 1997 .....................................................

30

Pertumbuhan Areal Tebu, Produktivitas dan Rendemen,
menurut Lahan Dan Kategori Tanam : 1979 9996 (O!ahun) ...

32

5. Perkembangan Tanaman Tebu menurut Peruntukan Lahan dan
Kategori Tanam di Pulau Jawa : 1979 1996 .............................

33

6. Perkembangan Harga Provenue Gula, Harga Dasar Gabah
dan Rasio Harga Provenue Gula terhadap Harga Gabah
1976-1998 ..................................................................................

50

7. Spesifikasi Ringkas Pabrik Gula di Indonesia : 1990-1997..........

62

Struktur Biaya Produksi Rata-rata Pabrik Guia Milik BUMN dan
Swasta Tahun 1990 - 1997.........................................................

66

-

4.

-

-

8.

9. Gerombol Objek Pabrik Gula .....................................................

127

10. Deskripsi Sembilan Peubah untuk Setiap Gerombol Pabrik Gula
128
di Indonesia : 1990-1997 ............................................................
11. Rincian Penggerombolan Pabrik-pabrik Gula di lndonesia :
1990-1997 ..................................................................................
128
12. Deskripsi Sembilan Peubah untuk Kelima Gerornbol Pabrik
Gula di Indonesia : 1990-1997 .................................................... 1%

13a. Deskripsi Biaya Rata-raga Produksi Pabrik Gula di lndonesia
dan Harga lmpor Gula (CIF) Berdasarkan Status Pabrik : 19901997.............................................................................................

$31

Nomor

Halaman

13b.

Deskripsi Biaya Rata-Rata Produksi Pabrik Gula di lndonesia
dan Harga lmpor Gula (CIF) Berdasarkan Lokasi Pabrik :
1990-1997 ..................................................................................
131

9312.

Deskripsi Biaya Rata-Rata Produksi Pabrik Gula di Indonesia
dan Harga lmpor Gufa (CIF) Berdassrkan Proses Pabrikasi :
1990-1997 ..................................................................................
132

13d.

Deskripsi Biaya Rata-Rate Produksi Pabrik Gula di Indonesia
dan Harga lmpor Gula (CIF) Berdasarkan Rendemen :
132
1990-1997 ...................................................................................

14. Frekuensi Ketahanan Pabrik Gula temadap Persaingan Harga
lntemasional (CIF) Berdasarkan Status Pabrik Guta :
133
1990-1997 ..................................................................................
15.

Error Terms Fungsi Biaya dan Share dengan Pendekatan OLS
140
dan SUR .....................................................................................

16.

Hasil Pendugaan
Parameter
Fungsi
Biaya
Translog
dengan Variabel Dummy Status Pabrik ( D l ) .............................. 144

f 7.

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Translog dengan
Variabel Dummy Kapasitas Produksi (D2 dan D3) ..................... 146

18.

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Translog dengan
147
Variabel Dummy Lokasi Pabrik (D4) ...........................................

19.

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Translog dengan
Variabel Dummy Proses Pabrtkasi (D5) .....................................
149

20.

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Translog dengan
150
Variabel Dummy Rendemen (D6) ...............................................

21.

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Translog dengan
Variabel Dummy Status Pabrik (Dl), Lokasi Pabrik (D4) dan
Proses Pabrikasi (D5) .............................................................. 152

22. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Pangsa Tebu Berdasarkan
Fungsi Biaya Terakhir.. ................................................................ 155
23.

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Pangsa Bahan Bakar
Berdasarkan Fungsi Biaya Terakhir............................................. 156

Nomor

Halaman

24. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Pangsa Tenaga Kerja
Berdasarkan Fungsi Biaya Terakhir.............................................
157

25. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Pangsa Tebu, Bahan Bakar
dan Tenaga Keja yang Memenuhi Syarat Sifat Homogenitas
Berderajat Satu dan Sifat Sirnetri .................................................. 158
26. Deskripsi Nilai lnput Share Pabrik Gula di lndonesia Berdasarkan
Status Pabrik, Lokasi Pabrik d m Proses Pabrikasi : f 990-1997 .. 159
27. Deskripsi Nilai Outpuf Share Pabrik Gula di lndonesia
Berdasarkan Status Pabrik. Lokasi Pabrik dan Proses Pabrikasi
: 1990-1997.. .................................................................................. 160
28a. Nilai Elastisitas Permintaan lnput Tidak Tetap terhadap Harga
Sendiri dan Harga Silang Pabrik Gula di Indonesia : 1990-1997. .. 163
28b. Nilai Elastisitas Permintaan lnput Tidak Tetap terhadap Harga
Sendiri dan Harga Silang Pabrik Gula di lndonesia Berdasarkan
Status Pabrik, Lokasi Pabrik dan Proses Pabrikasi : 1990-1997 ... 163

29a. Nilai Elastisitas Permintaan lnput Tidak Tetap terhadap Output
165
Pabrik Gula di Indonesia : 1990-1997 ...........................................
29b. Nilai Elastisitas Permintaan lnput Tidak ~ e t a p
terhadap Output
Pabrik Gula di lndonesia Berdasarkan Status Pabrik, Lokasi
Pabrik dan Proses Pabrikasi : 1990-1997 ..................................... 165

30a. Nilai Elastisitas Substitusi Input Tidak Tetap Pabrik Gula di
Indonesia : 1990-1997 .................................................................. 167
30b. Nilai Elastisitas Substitusi lnput Tidak Tetap Pabrik Gula di
lndonesia Berdasarkan Status Pabrik, Lokasi Pabrik dan
167
Proses Pabrikasi : 1990-1997 .......................................................
31a. Nilai Multiproduct Economies of Scale (MPSE) Pabrik Gula di
Indonesia : f 990-1997 ..................................................................
172

31b. Nilai Multiproduct Economies of Scale (MPSE) Pabrik Gula di
lndonesia Untuk Setiap Kombinasi Status Pabrik, Lokasi Pabrik
172
dan Proses Pabrikasi : 1990-1997 ................................................

xvii

ldentifikasi Pabrik Gula berdasarkan Tahun Pendirian dan
Jumlah Hari Giling, Jam Berhenti Giling serta Kapasitas Giling
Periode 1990-1997 ....................................................................

190

Perkembangan Produksi Gufa, Upaya Peningkatan Produksi
dan Beberapa Data Penting : 1969-1998 .................................

194

Program SAS untuk Menduga Parameter Fungsi Biaya
Translog ............................................................................... 195
Statistik Deskripsi dari Total Biaya Tidak Tetap, Jumlah
Output, Harga Input Tidak Tetap dan Biaya Tetap ...................

205

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Transtog dan
Fungsi Pangsa lnput Tidak Tetap dengan Variabel Dummy
Status Pabrik (Dl) ..................................................................

206

Hasit Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Translog dan
Fungsi Pangsa lnput Tidak Tetap dengan Variabel Dummy
Kapasitas Produksi (D2 dan D3) ...............................................

213

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Translog dan
Fungsi Pangsa lnput Tidak Tetap dengan Variabel Dummy
Lokasi Pabrik (D4) ....................................................................

221

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Translog dan
Fungsi Pangsa lnput Tidak Tetap dengan Variabel Dummy
Proses Pabrikasi (D5) ..........................................................

228

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Translog dan
Fungsi Pangsa lnput Tidak Tetap dengan Variabel Dummy
Rendemen (D6) ........................................................................

235

Uji Kelayakan Model dengan Metode OLS dan Metode SUR ...

243

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Biaya Translog dan
Fungsi Pangsa lnput Tidak Tetap dengan Variabel Dummy
Status Pabrik (Dl), Dummy tokasi
Pabrik Gula (D4),
Dummy Proses Pabrikasi (D5) ..............................................

244

Nilai Ekonomi Cakupan Usaha (Economies of Scope,
EOS)
Pabrik Gula di Indonesia Berdasarkan Status
Pabrik : 1990 - 1997 ..............................................................

250

12b.

12c.

12d.

Nilai Ekonomi Cakupan Usaha (Economies of Scope, EOS)
Pabrik Gula di lndonesia Berdasarkan Lokasi Pabrik : I990 1997 ......................................................................................

250

Nilai Ekonomi Cakupan Usaha (Economies of Scope, EOS)
Pabrik Gula di lndonesia Berdasarkan Proses Pabrikasi :
1990 - 1997 ..............................................................................

250

Nitai Ekonomi Cakupan Usaha (Economies of Scope, EOS)
Pabrik Gula di lndonesia Berdasarkan Status Pabrik dan
Lokasi Pabrik : 1990 1997 .....................................................

251

Nilai Ekonomi Cakupan Usaha (Economies of Scope, EOS)
Pabrik Gula di lndonesia Berdasarkan Status Pabrik dan
Proses Pabrikasi : 1990 - 1997 .................................................

251

NiIai Ekonomi Cakupan Usaha (Economies-of Scope, EOS)
Pabrik Gula di lndonesia Berdasarkan Lokasi Pabrik dan
Proses Pabrikasi : 1990 - 1997 .................................................

252

Nilai Ekonorni Cakupan Usaha (Economies of Scope, EOS)
Pabrik Gula di tndonesia Berdasarkan Status Pabrik, Lokasi
Pabrik dan Proses Pabrikasi : 1990 - 1997 ...............................

252

-

128.

12f.

129.

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Teks

Halaman

1. Kurva Pengukuran Daya Saing berdasarkan Struktur Biaya
Produk Domestik dengan Harga Produk lmpor .............................. 117
2. Dendogram Penggerombolan Pabrik Gula dengan Menggunakan
Sembilan Peubah .........................................................................
127

3. Biplot Pembeda Utama Pabrik Gula Milik Swasta dengan Pabrik
Gula milik BUMN ............................................................................ 130
4. Trend Perbandingan Biaya Produksi Rata-rata Gula Domestik

dengan Harga Gula lmpor untuk Pabrik Gula Milik BUMN ............. 134

5. Trend Perbandingan Biaya Produksi Rata-rata Gula Domestik
dengan Harga Gufa lmpor untuk Pabrik Gula Milik Swasta ........... f 35
6. Kurva Hubungan Log Total Biaya Tidak Tetap dengan Log
Jumlah Produksi Gula untuk setiap Kombinasi Variabel Dummy .. 175

7. Kurva Hubungan Log Total Biaya Tidak Tetap dengan Log
Jumlah Produksi Tetes untuk setiap Kombinasi Variabel Dummy 175
8. Kurva Hubungan Total Biaya Tidak Tetap dengan Jumlah
Produksi Gula untuk setiap Kombinasi Variabet Dummy ............... 176
9. Kurva Hubungan Total

Biaya Tidak Tetap dengan Jumlah
Produksi Tetes untuk setiap Kombinasi Variabef Dummy .............. 177

I. PENDAHULUAN

I1

Latar Belakang
Sekurang-kurangnya

ada

tiga

masalah

utama

yang

perlu

diungkapkan yang terkait dengan pabrik gula di Jawa, yaitu (1) pasokan
bahan baku tebu, (2) biaya produksi gula, dan (3) kerjasama dalam
usahatani tebu. Sedangkan masalah utama yang dihadapi pabrik gula di
luar Jawa adalah rendahnya produktivitas tebu (Sawit. 1999). Dalam
periode 1992-1996, areal tebu di lahan sawah

menurun

sekitar 5.2

persen per tahun walaupun areal tebu tegalan meningkat hampir 2
persen, akan tetapi secara total areal tebu di Jawa menurun 3.3 persen
per tahun. Pangsa areal tebu yang berasal dari lahan sawah semakin
menurun, yaitu diambil alih oleh lahan tegalan. Pada tahun 1989, 57
persen areal tebu berasal dari lahan sawah, kemudian kecenderungannya
berkurang dari tahun ke tahun, dan pada tahun 1996 telah turun menjadi
46

persen.

Peralihan ini

membawa

akibat

cepatnya

penurunan

produktivitas tebu dan produktivitas gula di Jawa. Produktivitas tebu di
lahan sawah pada tahun 1996 mencapai 78.9 ton per ha. sedangkan di
lahan tegalan hanya 54.4 ton per ha. Demikian juga produktivitas gula
putih pada tahun ?996 di lahan sawah mencapai 5.70 ton per ha,
dibandingkan dengan di lahan tegalan yang hanya 3.68 ton per ha.
Produktivitas tebu dan gula terus merosot sejak tahun 1980 sampai

sekarang (Mubyarto dan Daryanti, 1991; Djojosubroto, 1995 ; Wibisono,
1995).
Sebagai akibat dari makin tersebarnya areal tebu, pasokan tebu ke
pabrik gula makin berfluktuatif (tidak kontinyu) yang disebabkan kesulitan
penebangan dan angkutan tebu. Hal ini mengakibatkan tingginya jam
berhenti giling atau idle capacity meningkat (Sawit et. al, 1999 ; Prabowo,
1996 ; Soetrisno, 1991).
Penumnan pasokan tebu ke pabrik gula juga disebabkan oleh kesulitan
mengatur waktu tanam dan tebang, kesulitan tenaga tebang serta lokasi
tebangan yang jauh dan terpencar. Selama berhenti giting,

pabrik

gula haws menanggung biaya tetap yang besamya antara Rp. 600 000
sampai Rp. 700 000 per jam. Kondisi ini diperbumk lagi dengan kondisi
pabrik gula di Jawa yang sudah tua, sehingga meningkatkan biaya
produksi gula.
Persaingan yang ketat antar pabrik gula untuk mendapatkan
pasokan tebu

serta untuk

menarik minat petani menanam tebu,

mendorong pabrik gula memodifikasi program Tebu Rakyat lntensifikasi
(TRI) yang disesuaikan dengan kebutuhan di suatu wilayah. lndikasi ini
menunjukkan bahwa program tebu rakyat intensifikasi telah mempersulit
perkembangan industri gula nasional yang efisien. Sistem tebu rakyat
intensifikasi tidak efisien, karena akan menurunkan produktivitas dan
pendapatan petani (Mackie et al, 1988 ; Sawit, 1998). Salah satu faktor
yang menurunkan pendapatan petani adalah adanya pungutanpungutan

terhadap petani TRI. Secara kumulatif pungutan terhadap petani TRI
tersebut berkisar antara 5 sampai 6 persen dari harga tebu. Pungutanpungutan tersebut bervariasi antara 5 sampai dengan 13 jenis pungutan.
Meskipun petani Tebu Rakyat lntensifikasi memperoleh kredit murah,
tetapi dalam sistern organisasi produksinya kurang mendapat kebebasan
di dalam rnenentukan pilihan, sehingga k m i r a h a n petani berkurang yang
mengakibatkan produktivitas tebu menurun. Kerugian program Tebu
Rakyat

lntensifikasi yang

menimbulkan biaya sosial

(social cost)

ditunjukkan oieh adanya perbedaan antara manfaat sosial bersih yang
lebih rendah dibandingkan tanaman saingannya terutama padi. Hal ini
menyebabkan tejadinya alokasi sumber daya yang tidak optimal seperti
modal, tenaga kerja dan lahan yang akan lebih bermanfaat bila digunakan
untuk kegiatan lain (Anwar, 1992 ; Panggabean, 1995).

Petani belum

terangkat menjadi petani komersial dan program Tebu Rakyat lntensifikasi
belum mencapai tujuan yang diharapkan (PSE dan P3GI, 1996).
Disisi lain, sejak tahun 1983 Indonesia mengimpor gula untuk
memenuhi kebutuhan gula nasional. lmpor gula Indonesia sampai dengan
tahun 1998 terus meningkat, yang berarti memboroskan devisa. Untuk
mengeleminir atau menekan impor gula tersebut, tidak ada jalan yang
lebih bijaksana kecuali berkonsentrasi mengefisienkan kinerja budidaya
tebu

dan pabrik gula melalui pengembalian daya saing industri gula

dalam negeri.

yang

Situasi

pergulaan

sangat

pelik.

nasional benar-benar berada dalam kondisi

Di satu pihak, harga pasar dunia terus menurun

(akhir Juni 1999 rata-rata Rp. 1 600,- per kilogram), sehingga menekan
pasar dalam negeri. Di lain pihak, stok nasional berlebihan akibat
tidak terkendalinya impor dengan pembebasan bea masuk (Harian
Kompas, 6 Juli 1999).
Dengan uraian yang dikemukakan di atas, perlu untuk dipelajari
lebih spesifrk lagi kinerja pabrik gula melalui identifikasi efisiensi biaya
produksinya dengan menggunakan pabrik gula sebagai unit analisisnya.

1.2.

Perurnusan Masalah
Menurut P3GI (1992) saiah satu langkah yang perlu ditempuh

dalam pembangunan industri gula adalah peningkatan efisiensi dan
kapasitas gibing pabrik gula di Jawa untuk mengantisipasi peningkatan
bahan baku sebagai akibat adanya perluasan areal dan peningkatan
produktivitas.
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya efisiensi pabrik gula
adalah : (1) pabrik yang sudah tua, (2) hari giling yang belum optimal, (3)
kapasitas giling yang kurang dari 2 000 ton tebu per hari, dan (4) jam
berhenti giling yang tinggi. Menurut P3GI (t997), 47 pabrik gula (68
persen dari seluruh pabrik gula di Indonesia) berusia sudah tua, lebih dari
75 tahun. Jumlah hari giling periode 1990 sampai dengan tahun 1997
rata-rata hanya 131 hari, jauh dibawah jurnlah hari giling rata-rata di

Thailand misalnya yang sebesar 180 hsri. Dalam periode yang sama,
jumlah jam berhenti giling masih tinggi, yaitu antara 14,l sampai 16,4 jam
untuk tiap 100 jam giling. Jam berhenti giling tersebut disebabkan oleh
kondisi pabrik yang umumnya sudah tua atau faktor-fa-

di luar pabrik.

Kondisi ini menyebabkan idle capacity pabrik gula cukup tinggi sebingga
pasokan tebu yang digiling berkurang. Pabrik gula dengan kapasitas giling
terhitung jam berhenti kurang dari I 500 ton tebu per hari sebanyak 22
unit (31 persen dari seluruh pabrik gula). Dengan kondisi karakteristik
pabrik gula sebagaimana dikemukakan di atas, menyebabkan efisiensi
pabrik gula di Indonesia rendah.
Menurut Sekretariat Dewan Gula Indonesia (1997). kendala utama
yang dihadapi pabrik gula =at ini adalah : (1) Rendahnya kualitas bahan
baku. (2) Rendahnya kapasitas sebagian pabrik serta rendahnya efisiensi
pabrik (tingginya persen jam behenti), dan (3) Tingginya biaya produksi.
Keragaan pabrik gula ditentukan oleh produktivitas lahan, esiensi
gilingan dan efisiensi pengolahan. ProduMivitas lahan ditentukan oleh
kualitas tebu dan jumlah tebu setiap hektarnya. Efisiensi gilingan sangat
dipengaruhi oleh kualitas tebu, semakin baik kuafitas tebu, semakin baik
efisiensi gilingan yang dicapai, dengan demikian juga halnya ierhadap
efisiensi pengolahan.
Kualitas tebu dinyatakan dengan rendemen tebu disamping jumlah
ton tebu per hektar yang dihasilkan. Rendemen tebu sangat dipengaruhi
oleh faktor : (1) Lingkungan (iklim, tanah dan tersedianya air), (2) Sifat

genetis

(varietas tebu), dan (3) Kultur teknis penanaman dan pasca

panen.
Rendahnya kapasitas giling antara lain akibat tingginya jam
behenti giling (antara 14.1
giling 1990

-

- 16.4 jam dari 100 jam giling) pada periode

1997, karena tidak tepatnya penyediaan bahan baku tebu

akibat manajemen tebang dan angkut tebu ke pabrik kurang baik.
Dengan demikian usaha peningkatan efisiensi yang ditempuh
hendaknya melalui pendekatan "back fo basicP artinya persyaratan teknis
dan manajemen hams dapat dipenuhi secara optimal.
Menurut Sekretariat Dewan Gula Indonesia (1997). terdapat lima
kriteria p k o k yang dapat dijadikan pedoman awal untuk menentukan
tidak efisiennya suatu pabrik gula, yaitu :
1. Kesulitan memperoleh lahan
Ketersediaan bahan baku ditentukan oleh tingkat pencapaian areal.
Sedangkan areal yang dibutuhkan semakin sulit dicapai karena
desakan

penduduk dan

persaingan dengan

industri lain serta

berubahnya status lahan seperti untuk perumahan, industri, dan lainlain.
2. Pembangunan lahan perkebunan tebu yang lebih mengarah ke lahan
kering sehingga jaraknya menjadi makin jauh dari pabrik gula yang
mengakibatkan biaya produksi menjadi tinggi.

3. Jumlah produksi gula baik gula petani maupun milik pabrik gula kurang

dari 250 000 kuintal per tahun, sehingga harga pokok per unit hasit
makin mahal.
4. Mutu bahan baku yang rendah mengakibatkan biaya produksi pabrik
gula tidak efisien.
5. Kapasitas giling di bawah 2 000 l T H (Ton Tebu per Hari).

Berdssarkan analisis kepekaan efisiensi terhadap perubahan hari
giling, maka hanya pabrik gula yang berkapasitas di atas 2 000 TTH
yang relatif tahan terhadap perubahan hari giling.
Berdasarkan lima kriteria pokok tersebut tenlapat indikasi bahwa
efisiensi pabrik gula Indonesia masih rendah khususny pabrik gula milik
BUMN yang dapat disebabkan karena biaya produksi gula belum efisien
(Sekretariat Dewan Gula Indonesia, 1997).
Setelah rnengemukakan kriteria

pokok efisiensi

pabrik gula

sebagaimana diuraikan di atas, terdapat aspek-aspek yang erat kaitannya
produksi gula, (2) produksi tebu, (3)
dengan biaya produksi gula yaitu : (I)
impor gula, dan (4) Iiberalisasi perdagangan.

I.
Aspek Produksi Gula
Produksi gula lndonesia dewasa ini terpusat di pulau Jawa. Saat ini
pulau Jawa yang dihuni oleh harnpir 67 persen dari total penduduk
diperkirakan menyumbang 80 persen dari total produksi gula nasional.
Sumbangan produk gula tersebut tidak dapat dilepaskan dari keunggulan

komparatif wilayah pulau ini, yaitu keadaan sifat-sifat tanah dan iklimnya
yang relatif sesuai untuk pengembangan budidaya tebu,

sehingga

sebagian besar dari total tebu nasional berada di pulau Jawa.
Produksi gula yang terkonsentrasi di pulau Jawa menghadapi
ancaman dengan semakin meningkatnya industrialisasi dan pertambahan
penduduk.

Semakin

kuatnya

tekanan

permintaan

atas

lahan

mengakibatkan terjadinya secara besar-besaran konversi lahan sawah
teknis, yang seiama ini merupakan basis produksi tebu nasional, menjadi
areal perindustrian dan pemukirnan. Untuk mengkompensasi kehilangan
luas lahan tebu ini guna dapat mempertahankan produksi gula nasional,
pemerintah sejak tahun 1976 mendorong penanaman dan produksi tebu
di lahan kering. Kondisi ini mengakibatkan menurunnya produktivitas tebu
yang dapat mengakibatkan efisiensi biaya produksi gula menurun.

2. Aspek Produksi T e b u

Kendala utama yang dihadapi datam pengusahaan tebu lahan
kering adalah keterbatasan teknologi (Anwar, 1992). Karenanya tingkat
produktivitas tebu di lahan kering jauh lebih rendah daripada di lahan
sawah. Rata-rata produktivitas tebu di lahan sawah sebesar 876.90 kwlha;
sedangkan produktivitas tebu di lahan kering rata-rata sebesar 654.52
kwfha. Ditambah lagi dengan kondisi pabrik gula yang memang sudah
berumur tua dan lokasinya yang sudah tidak lagi di pusat perkebunan
tebu,

ha1 ini berdampak pada penurunan produktivitas hablur dan

rendemen gula dari pabrik-pabrik gula di pulau Jawa. Kondisi ini
menyebabkan beberapa pabrik gula dl Jawa merugi terus yang dapat
disebabkan karena biaya produksi gula belum efisien. Sungguhpun
demikian, secara keseluruhan sumbangan pulau Jawa terhadap produksi
gula nasional masih tetap besar.
Secara spesifik, pada saat ini usaha perluasan budidaya tebu ke
wilayah luar Jawa baru menjangkau wilayahwilayah yang relatii terbatas,
seperti di propinsi Lampung, Surnatera Utara, Aceh, Kalirnantan Selatan,
Sulawesi Tenggara. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan
industri gula di luar Jawa tidak sedikit. Prasarana pengairan teknis
umumnya tidak tersedia, sehingga lahan tebu baru diletakkan di daerah
berwrah

hujan

relatif tinggi,

yang

berarti tidak

ideal bagi

pola

pertumbuhan tanaman tebu. Lahan luas yang disediakan dan digunakan
untuk menanarn tebu juga mempunyai tingkat kesuburan fisik dan kimiawi
yang jauh di bawah kelas tanah yang digunakan sebagai lahan tebu di
Jawa. Ketersediaan tenaga kerja yang ternas, sampai batas tertentu
juga rnerupakan kendala. Di sisi lain pengembangan industri gula ke luar
Jawa rnemberikan peluang, karena dengan lahan yang fuas pabrik gula
dapat dibangun dengan kapasitas giiing yang jauh lebih besar daripada
pabrik gula di Jawa, asalkan teknologi penanaman tebu di lahan kering
tersedia (Anwar, 1992).

3. Aspek lmpor Gula
Adanya kecenderungan konsumsi gula total dan per kapita yang
terus meningkat, sementara di sisi lain produktivitas gula terus menurun,
mengakibatkan impor gula Indonesia oendewng meningkat. Dengan
pertimbangan sosial politik dan pertimbangan ekonomis untuk menekan
devisa negara, pemerintah mendorong perkembangan industri gula ke
luar Jawa.

Kondisi ini mengakibatkan dibangunnya pabrik-pabrik gula

baru di luar Jawa, khususnya milik BUMN, yang tidak efisien yang
mengakibatkan efisiensi biaya produksi gula nasional menurun.

4. Aspek LiberatTsasi Perdagangan
Kesepakatan Putaran Uruguay-GATT menandai dimulainya era
liberalisasi perdagangan, termasuk untuk komoditi pertanian khususnya
gula, dengan kesepakatan pokok terutama berkaitan dengan akses pasar.
Di satu pihak meningkatnya akses pasar cenderung akan meningkatkan
volume perdagangan. Namun di pihak lain, rneningkatnya akses pasar
juga menuntut tingkat efisiensi yang tinggi agar dapat bersaing dengan
negara lain.
Dengan
Indonesia

meningkatnya

berangsur-angsur

dihapuskannya

secara

liberalisasi
akan

bertahap

perdagangan,

semakin

terbuka

perdagangan

yang

pasar

gula

akibat

dari

selama

ini

memberikan proteksi terhadap industri gula nasional. Dengan demikian,
dalam era perdagangan bebas, kebijakan yang