Kelvin Prabowo,2015 PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA ANALISIS WACANA KRITIS
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bahasa merupakan representasi dari pikiran. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan berbagai pikiran, pengalaman, dan keinginan kepada orang lain.
Bahasa yang direpresentasikan tentu berkaitan dengan suatu konteks sosial pengguna bahasa.Halliday 1978, hlm. 1 mengemukakan konsep bahasa sebagai
semiotik sosial. Hallidaymemberi tekanan pada keberadaan konteks sosial bahasa, yaitu fungsi sosialdalam menentukan bahasa danjuga perkembangannya. Dalam
pandangan tersebut, Halliday menegaskan bahwa bahasa selalu berhubungan erat dengan aspek-aspek sosial karena bahasa merupakan produk dari proses sosial.
Oleh sebab itu, konstruksi realitas tidak dapat dipisahkan dari konstruksi sistem semantispada realitas itu dikerjakan. Dalam hal ini, bahasa dipandang sebagai alat
yang mempunyai peranan sosial. Selain untuk alat komunikasi baik lisan maupun tulis, bahasa banyak
digunakan untuk beragam kepentingan. Menurut Halliday1978, hlm. 1,tingkatan yang sangat konkretbahwa bahasa tidak berisi kata-kata, klausa-klausa atau
kalimat-kalimat, tetapi bahasa berisi teks atau wacana, yakni pertukaran makna exchange of meaning. Teks atau wacana merupakan produk sosial hasil
konstruksi realitas yang secara aktual dimaknai oleh masyarakat dalam situasi yang nyata dan hasil pilihan semantis. Istilah wacana sendiri memiliki banyak
perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan paradigma dalam analisis wacana pada perspektif kajian formal dan fungsional.
Dalam perspektif formal, wacana adalah satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam bahasa. Pengertian tersebut sejalan dengan pandangan kaum
positivisme-empirisEriyanto, 2008, hlm. 4.Menurut penganut aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dan objek di luar dirinya. Dalam
kaitannya dengan wacana, konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya.
Hal tersebutdisebabkankarena yang penting pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik. Kelebihan analisis ini adalah dapat
Kelvin Prabowo,2015 PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA ANALISIS WACANA KRITIS
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
menyajikan data secara lebih sistematis. Olehkarena itu, pandanganpositivisme- empirisini banyak digunakan dalam kajian formal bahasa untuk analisis
wacana.Namun, analisis isi pada perkembangannya tidak cukup digunakan untuk menekankan isi pesan sebagai area terpenting dalam analisis ilmu-ilmu sosial.
Analisis isi yang secara kuantitatif dianggap sebagai cara tradisional berkembang menjadi ilmu analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing.
Dalam perspektif fungsional,Fairclough 1989, hlm. 131 mengatakan bahwa istilah linguistik selama ini digunakan secara ambigu dalam arus besar
kajian bahasa. Hal itu disebabkan karena bahasa tidak bisa dimengerti sebagai mekanisme internal dari proses linguistik semata dan bukansuatu objek yang
diisolasi dalam ruang tertutup.Alhasil,bahasa dalam suatuwacanaselalu berkaitan dengan konteks.Konteks merupakan ciri-ciri alam di luar bahasa yang
menumbuhkan makna pada ujaran atau wacana lingkungannonlinguistik dari wacana. Konteks wacana berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam
setiap komunikasi bahasa.Seperti yang dikemukakan oleh Hymes dalam Darma, 1964, hlm. 4,konteks wacana terdiri dari unsur-unsur: latar, peserta, hasil,
amanat, cara, sarana, norma, dan jenis.Unsur-unsur tersebut dapat menentukan kebermaknaan tuturan dalam wacana itu sendiri.
Selain itu, perspektif ini sebetulnya banyak merujuk pada jenis aliran paradigma kritis Eriyanto, 2008, hlm. 4. Menurut penganut aliran ini, analisis
wacana tidak dipusatkan pada kebenaran atau ketidakbenaran struktur tata bahasa. Analisis wacana dalam pandangan ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang
terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.Salah satu penggunaan bahasa dalam perspektif fungsional adalah penggunaan bahasa oleh media yang banyak
dimanfaatkan untukmerepresentasikankepentingan
tertentu, terlebih
oleh kelompok yang memiliki kekuasaan.
Kepentingan manusia terbagi menjadi tiga, yakni lahiriah, eksistensi, dan batiniah. Pada kebutuhan eksistensiinilah manusia memang membutuhkan
kekuasaan. Dalam konteks perebutan kekuasaan, bahasa diyakini menjadi alat yang sangat efektif untuk tujuan itu. Bahasa menjadi sangat bermanfaat untuk
membangun pencitraan baik positif maupun negatif.Dengan demikian, bahasa menjadi salah satu dari akar persoalan.Untuk itu, perlu adanya sikap kritis
Kelvin Prabowo,2015 PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA ANALISIS WACANA KRITIS
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
terhadap penyajian bahasa dalam suatu teks agar pembaca tidak mudah diarahkan pada pemahaman subjektif.
Untuk menumbuhkan sikap kritis terhadap teks atau wacana yang terdapat pada media dapatmenggunakan teknik AWK Analisis Wacana Kritis atau CDA
CriticalDiscourseAnalysis. Keduatekniktersebutmerupakan pengembangan dari analisis wacana yang merujuk pada paradigma kritis.Menurut Fairclough dan
Wodak 1997, hlm. 10 AWK melihat pemakaian bahasa baik tuturan maupun tulisan yang merupakan bentuk dari praktik sosial. Pemakaian bahasa sebagai
praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa deskriptif tertentu dalam situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya.
AWKmemandang bahasa sebagai faktor penting untuk melihat ketimpangan kekuasaan yang terjadi di masyarakat. Wacana dipandang, diproduksi, dimengerti,
dan dianalisis pada konteks tertentu. Salah satu masalah yang menarik terkait perebutan kekuasaan dengan
memanfaatkan bahasa adalah pertarungan aktor politik para calon presiden capres Indonesia 2014.Pada pertengahan bulan Agustus 2014, Mahkamah
KonstitusiMK menyampaikan putusan sidang terkait gugatan Prabowo-Hatta yang oleh KPU tidak ditetapkan sebagai pemenang. Hakim MK secara bulat
bersepakat menolak seluruh gugatan yang diajukan Prabowo-Hatta. Pada peristiwa tersebut, peneliti merasa tertarik untuk menganalisis bagaimana media
memberitakan pertarungan kedua capres beserta tim suksesnya ketika Prakeputusan Mahkamah Konstitusi. Dengan harapan, seperti apa pertarungan
kedua capres tersebut dapat dilihat. Beberapa media yang cukup gencar memberitakan perstiwa ini
adalahharianumum HUTempo dan Republika. Beberapa kali berita gugatan sengketa pemilihanpresiden Pilpres 2014 ke MK selalu dijadikan sebagai
headlineoleh masing-masing media tersebut. HU Tempodan Republikamerupakan mediamassadengan cakupan nasional yang memiliki ideologi tersendiri. Selain
itu, kedua media tersebut memiliki indikasi keberpihakan terhadapmasing-masing capres.
Sebagai pustaka acuan, beberapa kali topik mengenai studi wacana kritis menjadi bahan penelitian sempat dilakukan oleh para peneliti di Indonesia.Akan
Kelvin Prabowo,2015 PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA ANALISIS WACANA KRITIS
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
tetapi, topik yang khusus mengkaji pertarungan aktor politik masih terbilang langka. Hal itu disebabkankarenastudi analisis wacana yang mengkaji
peristiwaPemilihan Presiden Pilpres atauPemilihanKepalaDaerahPilkada masih terasa umum dan belum spesifik menggambarkan sosok para calon presiden
beserta tim suksesnya yang dalam istilah lain, peneliti menyebutnya sebagai aktor politik.Peneliti memilih beberapa pustaka acuan yang masih relevan dengan
penelitian ini.Beberapa penelititersebut antara lain Wiliani 2009,Fauriana 2009, Apriad 2013, danAmanda2014.Berikut ini akan diuraikan secara
ringkas penelitian-penelitian tersebut. Penelitian pertama dilakukan Wilianitentang Analisis Wacana Kritis iklan
kampanye partai politik Pemilu 2009 di televisi. Teori yang digunakan adalah teori Norman Fairclough. Isi dalam penelitianini mendeskripsikan bahwapartai
yang bersangkutan membentuk pencitraan dengancara membentuk identitas diri. Secara tekstual, penggunaan kosakata, gaya bahasa, ataupun metafora dapat
merepresentasikan setiap partai di mata khalayak ramaidalamsegi identitas termasuk relasi hubungan yang dijalin antara keduanya.
Penelitiankeduadilakukan Fauriana tentang citra politisi lokal dalam iklan politik. Dalam penelitiantersebut, Fauriana berhasil membedah strategi yang
dilakukan oleh salah satu pasangan kepala daerah dengan mengangkat isu krisis yang melanda daerah Banyumas, yakni isu lapangan pekerjaan dan investasi. Isu
di atas menjadi sangat efektif untuk mendongkrak citra dari pasangan calon tersebut. Model teori yang digunakandalampenelitianitu adalah model teori Teun
Van Dijk. Penelitianketigadilakukan oleh Apriad tentang Pemberitaan Pilgub Jabar
pada harian Pikiran Rakyat dan Inilah Koran. Dalam penelitianitu, Apriad membedah ideologi yang dibangun dalam kedua media tersebut. Hasilnya, Pikiran
Rakyatlebihmengaitkan Pilgub Jabar dengan kasus korupsi, sedangkan Inilah Koran lebih banyak mengeksplor salah satu calon pasangan.
Penelitian terakhir dilakukan oleh Amanda. Penelitiantersebut berjudul “Pertarungan Aktor Politik Di Media Cetak Dalam Pemilukada Bangli 2010”.
Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa setiap calon bupati Bangli menggunakan
wacana pada
media sebagai
suatu arena
pertarungan
Kelvin Prabowo,2015 PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA ANALISIS WACANA KRITIS
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
memerolehkekuasaan. Salahsatu contoh adalah perseteruan antara pasangan calon Bupati IB Brahmaputra- Wayan Winurjaya Brahmawijaya dan I Made Gianyar-
Sedana Artha GITA dalam kasus penuntutan pemilihan ulang. Brahmawijaya lebih menunjukkan adanya pelanggaran dan indikasi kecurangan pelaksanaan
pemilukada. Isu yang diangkat mendapat perlawanan dari GITA yang menganggap Brahmawijaya melancarkan intimidasi terhadapPanwaslu dan KPUD
Bangli. Penelitian-penelitian tersebut akan dijadikan referensi oleh peneliti. Selain
itu, penelitian-penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian ini. Beberapa diantaranya adalah dari segi objek kajian, cakupan penelitian, dan
sumber data yang digunakan. Untuk menganalisispenelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis
Norman Fairclough.Faircloughmembangun analisis wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya.Ia mengombinasikan tradisi analisis
tekstual dengan konteks masyarakat yang lebih luas. Fairclough membagi analisis wacana
dalam tiga
dimensi, yaitu
teks, discoursepractice,
dansosioculturalpractice Eriyanto, 2001, hlm. 285-286. Ketiga unsur itu menurut Fairclough disebut dengan dimensi wacana yang harus dianalisis secara
integral. Untuk itu, kerangka analisis Fairclough memilikibanyak ruang untuk mengkaji secara lebih komprehensif dalam mengorelasikan hubungan bahasa pada
teks serta pengaruhnya.
B. Masalah