S IND 1006479 Chapter3
36
A. Rancangan Penelitian
Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang berbasis pendekatan kualitatif. Penelitian Sosial-Budaya semacam ini cenderung didasarkan pada pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2002, hlm. 3) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia terhadap kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut terhadap bahasannya dan dalam peristilahannya. Di samping itu, untuk melengkapi data empiris menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 7) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Pendekatan ini jugadigunakan untuk mengumpulkan data awal sebagai dasar argumentasi dalam analisis data kualitatif dengan teknik triangulasi. Metode penelitian ini menggunakan AWK sebagai pisau analisis yang utama.
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan pemberitaan Prakeputusan Mahkamah Konstitusi tentang Pilpres 2014 denganmenggunakan pisau analisis analisis wacana kritis atau CriticalDiscorseAnalysis(CDA) dengan model analisis Norman Fairclough. AWK yang merupakan bentuk dari Paradigma kritis lebih merujuk pada penafsiran. Dengan penafsiran kita akan dapatkan dunia dalam, masuk menyelami teks dan menyingkap makna yang ada di baliknya (Eriyanto, 2008, hlm.61). Paradigma kritis tidak mengenal realitas yang benar-benar riil, karena realitas yang muncul adalah realitas semu yang terbentuk bukan melalui proses alami melainkan dibentuk oleh proses sejarah, kekuatan sosial, politik, dan ekonomi. Dalam konteks media, paradigma kritis memandang media bukan suatu saluran yang bebas dan netral. Mediajustru dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok lainnya.
Berdasarkan paparan di atas, posisi peneliti dalam hal ini dapat dikatakan memiliki sisi keberpihakan. Eriyanto(2001, hlm.59) mengungkapkan bahwa keberpihakan peneliti dan posisi peneliti atas suatu masalah sangat menentukan
(2)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagaimana data/teks ditafsirkan. Eriyanto (2001, hlm.60) juga mengungkapkan bahwa peneliti layaknya seorang aktivis yang mempunyai komitmen terhadap nilai-nilai tertentu yang harus diperjuangkan. Posisi tersebut sangat berpengaruh terhadap apa yang ingin dicapai lewat penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Cimahi, tempat kediaman peneliti. Penelitian difokuskan pada masa Prakeputusan Mahkamah Konstitusi tentang gugatan sengketa Pilpres 2014 pada 1-21 Agustus 2014. Rentang waktu tersebut dimaksudkan agar peneliti dapat fokus melihat bentuk pertarungan aktor politik ketika Prakeputusan Mahkamah Konstitusi.
C. Data dan Sumber Data
Data dansumbernyapadapenelitaniniadalahsebagaiberikut.
1. Data
Data yang akan diteliti oleh peneliti adalah pemberitaan Prakeputusan Mahkamah Konstitusi yang terdapat dalam Harian Umum Tempo dan Republikaedisi Agustus 2014.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah teks pemberitaan yang terdapat dalam media cetak edisi 20-21 Agustus 2014. Pada tanggal tersebut merupakan beberapa hari sebelum MK secararesmimengeluarkan putusan. Penelitian ini mengkaji pemberitaan di Harian Umum Tempo dan Republika yang terkait pertarungan aktor politik atas pemberitaan Prakeputusan Mahkamah Konstitusi.
3. Unit Analisis Data
Unit analisis data dalam penelitian ini adalah hierarki, keberpihakan, dan identitas. Unit-unit tersebut ada dalampraktik berbahasa. Dalam menganalisis praktik berbahasa (tata bahasa) akan digunakan kerangka CDA, yang berpedoman pada prinsip-prinsip Systemic-FunctionalGrammar (SFG). SFG adalah teori tatabahasa berbasis makna yang dimotori oleh Halliday (1994).
(3)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pertama, pada unit hierarki. Menurut Lukmana (2010, hlm. 8)Kekuatan (power)mengindikasikan ketidaksetaraan, solidaritas menonjolkan kesamaan. Dalam hubungan power-solidarity, hierarki dapat ditempatkan pada sebuah titik ekstrem dalam sebuah bentangan (continum), sementara di sisi ekstrem lainnya terletak solidaritas. Hubungan powerdua orang yang sedang berinteraksi mungkin terletak di ekstrem kiri, ekstrem kanan, atau di antara keduanya. Jadi hierarki digunakan untuk melihat cerminan ideologi dari siapa yang memiliki kuasa lebih dalam suatu wacana.
Kedua, pada unit keberpihakan. Unit ini digunakan untuk melihat apakah sebuah kejadian direpresentasikan lewat proses/transitivitas, sehingga tampak jelas/lugas, atau lewat nominalisasi, dengan konsekuensi adanya unsur makna yang terkubur atau tersamar. Dengan perbedaan bentuk tersebut maka dapat dilihat keberpihakan dari suatu media. Hal itu disebabkan, bentuk transitivitas dan bentuk nominalisasi dalam wacana memiliki fungsi yang berbeda untuk merepresentasikan suatu peristiwa. Oleh sebab itu, diperlukan analisis kritis terhadap kegiatan berbahasa sebagaisalah satu strategi yang efektif untuk mengeksplorasi berbagai hal yang terkait dengan proses sosial.
Ketiga, pada unit identitas. Pada unit ini menggunakan kerangka CDA, yang berpedoman pada prinsip-prinsip SFG, dengan fokus pada aspek modalitas. Menurut Fairclough (2003) aspek verbal dari identitas dapat dideteksi lewat sistem modalitas dan evaluasi. Keduanya terkait dengan bagaimana penutur mengomitmenkan diri terhadap apa yang dianggap benar dan perlu (modalitas) dan terhadap apa yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, apa yang baik dan apa yang buruk (evaluasi).Modalitas terkait dengan komitmen seseorang ketika merealisasikan sebuah speechfunction, yang berisi pertukaran informasi (yang utama: statement&question) dan pertukaran aktivitas atau jasa (yang utama: demand&offer) dalam sebuah aktivitas sosial (lihat Fairclough, 2003; Halliday, 1994; Lukmana dkk., 2006). Selain itu, penggunaan polaritas ini juga dapat diasosiasikan dengan kelugasan, sementara modalitas diasosiasikan dengan pengurangan klaim bahkan pelembutan atas sebuah informasi.
(4)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu data. Kartu data digunakan untuk memudahkan dalam penganalisisan teks pada berita. Instrumen tersebut berfungsi menganalisis struktur teks (teks dan intertekstual), praktikkewacanaan, dan praktik sosiokultural. Instrumen penelitian akan digambarkan sebagai berikut.
1. Analisis Teks dan Intertekstual Variabel Teks (Mikro)
No Unsur Pemaparan
1 Representasi Dalam anak kalimat
Kosakata
Tata bahasa (SFG) Metafora
Kombinasi anak kalmat
Rangkaian antarkalimat
2 Relasi 3 identitas
Variabel Intertekstual
No Unsur Pemaparan
1 ManisfestInterectuality Representasi wacana Pengandaian
Negasi Ironi
Metdiscourse 2 Interdiscursivity
(5)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tipe Aktivitas
Gaya Wacana
2. Analisis Praktik Sosiokultural
Variabel Praktik Sosiokultural (Makro)
No Unsur Pemaparan
1 Situasional 2 Institusional 3 Sosial
3. Analisis PraktikKewacanaan
Pada analisis praktikkewacanaan digunakan teknik analisis framing, analisis dilakukan dengan menghubungkan proses produksi dengan konsumsi teks. Sebuah teks berita pada dasarnya dihasilkan melalui proses produksi teks yang berbeda, seperti bagaimana pola kerja, bagan kerja, dan rutinitas dalam menghasilkan berita. Proses konsumsi teks bisa jadi juga berbeda dalam konteks sosial yang berbeda pula. Konsumsi juga bisa dihasilkan secara personal ketika seseorang mengonsumsi teks atau secara kolektif.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik studi dokumen dan observasi. Studi dokumen yaitu proses mengumpulkan data yang berasal dari sumbernya. Sugiyono (2012, hlm.240) mengungkapkan bahwa dokumen merupakancatatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Adapun dalam penelitian ini, dokumen yang dimaksud adalah data berupa berita tentang Prakeputusan Mahkamah Konstitusi tentang Pemilihan Presiden 2014 pada Harian UmumTempodanRepublika.Adapun media yang dikumpulkan yakni sejaktanggal mulai gugatan kubu Prabowo-Hatta ke MK hingga menjelang keluarnya putusan MK. Adapunkesulitan dalam mengumpulkan bahan-bahan ini adalah ada beberapa
(6)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hari yangterlewatkan dalam proses dokumentasi sehingga peneliti harus ke kantor mediatersebut untuk memohon data yang terlewatkan. Dari data yang akhirnyaterkumpulkan, peneliti menganalisis teks pemberitaan tersebut.
Selanjutnya adalah tahap Observasi. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada risetkualitatif. Observasi adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi di antara subjek yang diriset (Kriyantono,2010 hlm.111). Teknik observasi mengedepankanpengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian.Hal ini penting untuk mampu menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu. Bungin (2007, hlm. 115) mengemukakanbeberapa bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu obervasipartisipatif, tidak berstruktur, dan kelompok tidak terstruktur. Penelitian ini menggunakan observasi tidak berstruktur. Observasi ini adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Observasi yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengamatan langsung selama awal kubu Prabowo-Hatta mengajukan gugatan sengketa Pilpres 2014 ke MK. Ada pun pengamatan yang dilakukan antara lain mengamati kuantitas berita menyoal peristiwa tersebut di media massa, terutama media cetak dan seberapa sering berita tersebut mucul sebagai berita utama.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis wacana kritis yang memandang bahasa sebagai faktor penting untuk melihat ketimpangan kekuasaan yang terjadi di masyarakat. Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dipandang, diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Guy Cook (dalam Bachari, 2011, hlm. 191) mengatakan analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengomunikasikan dengan siapa dan
(7)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak. Titik tolaknya menunjukkan bahwa bahasa tidak bisa dimengerti sebagai mekanisme internal dari proses linguistik semata, bukan suatu objek yang diisolasi dalam ruang tertutup. Guy Cook menyebut terdapat tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana (Cook, 1994, hlm. 3).
Untuk menganalisis teks maka akan digunakan analisis teks media yang cenderung kuantitatif. Menurut Wimmer&Dominick, analisis isi merupakan analisis yang dioperasikan oleh seperangkat kategori-kategori konseptual yang berkaitan dengan isi media secara kuantitatif menghitung ada atau tidaknya kategori tersebut dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. (1) Pendekatan dasar untuk menerapkan teknik ini adalah memilih contoh (sample) atau keseluruhan isi. (2) menetapkan kerangka teori acuan eksternal yang relevan dengan tujuan pengkajian, (3) memilih suatu analisis isi (kata, kalimat, alinea, kisah, gambar, urutan, dan sebagainya), (4) menyesuaikan isi dengan kerangka teori per satuan unit yang dipilih, (5) mengungkapkan hasil sebagai distribusi menyeluruh dari semua satuan atau per contoh dalam hubungannya dengan frekuensi keterjadian hal-hal yang dicari untuk acuan.
Secara singkat maka prosedur didasarkan atas dua asumsi utama yaitu hubungan antara objek acuan eksternal dan acuannya dalam teks akan cukup jelas dan tidak mendua dan frekuensi perwujudan acuan yang terpilih secara sahih akan mengungkapkan “arti” utama teks secara objektif. Menurut Wimmer&Dominick (2000) analisis isi didefinisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak atau tidak tampak. Analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. (KlausKrippendorff dalam Burhan Bungin, 2003, hlm. 172).
Analisis isi pada perkembangannya tidak cukup digunakan untuk menekan isi pesan sebagai area terpenting dalam analisis ilmu-ilmu sosial. Oleh karenanya
(8)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
analisis isi secara kuantitatif seperti ini dianggap sebagai cara tradisional dan berkembang menjadi ilmu analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing. Kelebihan dari analisis isi adalah mampu menyajikan secara lebih sistematis, kuantitatif, dan deskriptif. Sementara kekurangannya tidak mampu menganalisis lekak-lekuk teks secara lebih detail. Dengan kata lain, analisis isi memiliki keterbatasan untuk menganalisis isi pesan apalagi sampai ke tingkat ideologis, padahal pesan dalam sebuah media terlebih media massa merupakan bangunan yang dibentuk dari struktur bahasa yang terdiri dari lambang-lambang (sign) dan berfungsi menyampaikan pesan dari si pengirim pesan melalui penerima pesan. Kurang lebih bisa dikatakan bahwa pesan dapat dianalisis melalui alat penghantarnya yaitu struktur tanda itu sendiri.
Sementara itu, untuk menganalisis konteks maka akan digunakan analisis framing. Analisis framing digunakan untuk melihat konteks sosial-budayasuatu wacana, khususnya hubungan antara berita dan ideologi, yakni proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita membangun, mempertahankan, mereproduksi, mengubah, dan meruntuhkan ideologi (Eriyanto, 2002, hlm. 14). Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi media. Dengan cara apa peristiwa ditekan dan ditonjolkan. Apakah dalam berita itu ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknik jurnalistik tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan (Eriyanto, 2002, hlm. 3).
Dalam analisis ini, yang dilakukan adalah melihat bagaimana media mengonstruksi realitas. Peristiwa dipahami bukan sesuatu yang taken for granted, sebaliknya wartawan dan medialah yang secara aktif membentuk realitas. Jadi, dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas
(9)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Pendekatan analisis wacana yang digunakan adalah pendekatan perubahan sosial, di mana memandang wacana sebagai praktik sosial, ada hubungan dialektis antara pihak diskursif dengan identitas dan relasi sosial. Wacana juga melekat dalam situasi, institusi, dan kelas sosial tertentu (Eriyanto, 2001, hlm. 17). Analisis Norman Fairclough (1998) membangun analisis wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya, sehingga ia mengombinasikan tradisi analisis tekstual dengan konteks masyarakat yang lebih luas. Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi; teks, discoursepractice, dan sosioculturalpractice(Eriyanto, 2001, hlm. 285-286).
Penelitian ini akan mengikuti teknik analisis wacana yang dikenalkan oleh Fairclough dimana terdiri atas dimensi teks, discoursepracitice, socioculuralpractice. Pada dimensi teks akan digunakan analisis isi secara kuantitatif. Objek penelitiannya adalah semua bentuk komunikasi yang dilakukan para aktor politik dalam Pilpres 2014 di Harian Umum Tempo dan Republika menjelang sidang putusan gugatan penolakan hasil perhitungan suara oleh KPU pada Pilres 2014. Teks pada tahap ini dianalisis secara linguistik dengan melihat kosakata, semantik, dan tata kalimat.
Elemen-elemen tersebut digunakan untuk melihat tiga masalah.Pertama, ideasional yang merujuk pada representasi tertentu yang ingin ditampikan dalam teks, yang umumnya membawa muatan ideologis tertentu.Kedua, pada dimensi discoursepractice, akan digunakan teknik analisis framing, dimana analisis dilakukan dengan menghubungkan proses produksi dengan konsumsi teks. Sebuah teks berita pada dasarnya dihasilkan melalui proses produksi teks yang berbeda, seperti bagaimana pola kerja, bagan kerja, dan rutinitas dalam menghasilkan berita. Proses konsumsi teks bisa jadi juga berbeda dalam konteks sosial yang berbeda pula. Konsumsi juga bisa dihasilkan secara personal ketika seseorang mengonsumsi teks atau secara kolektif.Ketiga, pada dimensi sosioculturalpractice, akan melihat hubungan dengan konteks di luar teks. Konteks di sini memasukkan banyak hal, seperti konteks situasi, lebih luas adalah konteks dari praktik institusi dari media sendiri dalam hubungannya dengan
(10)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat atau budaya dan politik tertentu.Jika digambarkan secara keseluruhan, teknik analisis data tersebut akan tampak sebagai berikut.
Bagan 3.1 Kerangka Teknik Analisis Data
Berdasarkan proses pengumpulan data dalam CDA Norman Fairclough, data yang terkumpul selanjutnya dianalisis antara lain sebagai berikut.
1) Untuk menganalisis data pada level masalah teks wacana, dilakukan dengan menggunakan metode analisis naskah. Analisis naskah yang digunakan adalah analisis sintagmatis. Selanjutnya, untuk menganalisis data pada level masalah intertekstual, dilakukan dengan menggunakan analisis sintagmatis dan wacana teks-teks lain yang berkaitan.
Hasil: Sikap HU Tempo dan Republikaterhadap pemberitaan keputusan Mahkamah Konstitusi
tentang Pilpres 2014. Pemberitaan keputusan
Mahkamah Konstitusi tentangPilpres 2014 pada HU Tempo dan
Republika
Analisis Wacana Kritis (CDA) model Norman Fairclough, teori pengaruh media, teori Hegemoni, teori Framing, dan teori Modal.
Faktor eksternal: Politik dan Pasar Faktor Internal:
(11)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Untuk menganalisis data pada level masalah praktik wacana, dilakukan langkah penelusuran data pada level masalah paktik wacana, dilakukan dengan menggunakan analisis framing.
3) Untuk menganalisis data pada level masalah praktik sosiokultural, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Penelusuran data yang relevan dengan tema penelitian. b. Penelusuran literatur yang relevan dengan tema penelitian. Adapun langkah-langkah rincian analisis data akan dijelaskan sebagai berikut.
1) Setelah data terdokumentasi, langkah selanjutnya ialah menganalisis dan mendeskripsikan data berdasarkan model teori AWK Fairclough dan analisis framing untuk praktikkewacanaan.
2) Setalah tahapan pertama selesai, selanjutnya adalah melihat bagaimana pertarungan aktor politik dalam pemberitaan PrakeputusanMahkamah Konstitusi tentang Pilpres 2014 pada HU Tempo dan Republikadengan menggunakan teori pengaruh media, teori hegemoni, dan teori logic of practice(modal).
3) Tahapan selanjutnya ialah membandingkan ideologi yang disajikan dalam pemberitaan keputusan Mahkamah Konstitusi tentang Pilpres 2014 pada HU Tempo dan Republika.
4) Setelah hasil analisis didapatkan tahapan selanjutnya ialah melakukan penarikan simpulan terhadap hasil yang telah didapatkan untuk kemudian disajikan dalam pembahasan.
G. Penyajian Hasil Analisis data
Hasil analisis data akan disajikan baik dalam bentuk deskripsi kualitatif dari hasil analisis data yang melibatkan pemeriksaan, pemilahan, penggolongan, evaluasi, perbandingan, sintesis, dan perenungan data yang dikodekan serta mengkaji data mentah dan data yang direkam (Neuman, 2013, hlm. 570). Sebagai penunjang paparan deskripsi tersebut maka digunakan sajian penunjang seperti
(12)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagan dan tabel. Data yang terkumpul diharapkan mendapat penjelasan lebih mendalam dalam bentuk deskripsi yang bersifat kualitatif.
Hasil analisis disajikan dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah dan rumusan masalah. Bab II adalah kerangka teori dan konsep yang menyajikan teori yang digunakan dan menguraikan kerangka konsep yang terkait dengan permasalahan. Bab III adalah metodologi yang menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis permasalahan. Bab IV adalah analisis utama. Bab terakhir, yakni bab V adalah bab simpulan dan saran.
(1)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak. Titik tolaknya menunjukkan bahwa bahasa tidak bisa dimengerti sebagai mekanisme internal dari proses linguistik semata, bukan suatu objek yang diisolasi dalam ruang tertutup. Guy Cook menyebut terdapat tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana (Cook, 1994, hlm. 3).
Untuk menganalisis teks maka akan digunakan analisis teks media yang cenderung kuantitatif. Menurut Wimmer&Dominick, analisis isi merupakan analisis yang dioperasikan oleh seperangkat kategori-kategori konseptual yang berkaitan dengan isi media secara kuantitatif menghitung ada atau tidaknya kategori tersebut dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. (1) Pendekatan dasar untuk menerapkan teknik ini adalah memilih contoh (sample) atau keseluruhan isi. (2) menetapkan kerangka teori acuan eksternal yang relevan dengan tujuan pengkajian, (3) memilih suatu analisis isi (kata, kalimat, alinea, kisah, gambar, urutan, dan sebagainya), (4) menyesuaikan isi dengan kerangka teori per satuan unit yang dipilih, (5) mengungkapkan hasil sebagai distribusi menyeluruh dari semua satuan atau per contoh dalam hubungannya dengan frekuensi keterjadian hal-hal yang dicari untuk acuan.
Secara singkat maka prosedur didasarkan atas dua asumsi utama yaitu hubungan antara objek acuan eksternal dan acuannya dalam teks akan cukup jelas dan tidak mendua dan frekuensi perwujudan acuan yang terpilih secara sahih akan mengungkapkan “arti” utama teks secara objektif. Menurut Wimmer&Dominick (2000) analisis isi didefinisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak atau tidak tampak. Analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. (KlausKrippendorff dalam Burhan Bungin, 2003, hlm. 172).
Analisis isi pada perkembangannya tidak cukup digunakan untuk menekan isi pesan sebagai area terpenting dalam analisis ilmu-ilmu sosial. Oleh karenanya
(2)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
analisis isi secara kuantitatif seperti ini dianggap sebagai cara tradisional dan berkembang menjadi ilmu analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing. Kelebihan dari analisis isi adalah mampu menyajikan secara lebih sistematis, kuantitatif, dan deskriptif. Sementara kekurangannya tidak mampu menganalisis lekak-lekuk teks secara lebih detail. Dengan kata lain, analisis isi memiliki keterbatasan untuk menganalisis isi pesan apalagi sampai ke tingkat ideologis, padahal pesan dalam sebuah media terlebih media massa merupakan bangunan yang dibentuk dari struktur bahasa yang terdiri dari lambang-lambang (sign) dan berfungsi menyampaikan pesan dari si pengirim pesan melalui penerima pesan. Kurang lebih bisa dikatakan bahwa pesan dapat dianalisis melalui alat penghantarnya yaitu struktur tanda itu sendiri.
Sementara itu, untuk menganalisis konteks maka akan digunakan analisis framing. Analisis framing digunakan untuk melihat konteks sosial-budayasuatu wacana, khususnya hubungan antara berita dan ideologi, yakni proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita membangun, mempertahankan, mereproduksi, mengubah, dan meruntuhkan ideologi (Eriyanto, 2002, hlm. 14). Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi media. Dengan cara apa peristiwa ditekan dan ditonjolkan. Apakah dalam berita itu ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknik jurnalistik tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan (Eriyanto, 2002, hlm. 3).
Dalam analisis ini, yang dilakukan adalah melihat bagaimana media mengonstruksi realitas. Peristiwa dipahami bukan sesuatu yang taken for granted, sebaliknya wartawan dan medialah yang secara aktif membentuk realitas. Jadi, dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas
(3)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Pendekatan analisis wacana yang digunakan adalah pendekatan perubahan sosial, di mana memandang wacana sebagai praktik sosial, ada hubungan dialektis antara pihak diskursif dengan identitas dan relasi sosial. Wacana juga melekat dalam situasi, institusi, dan kelas sosial tertentu (Eriyanto, 2001, hlm. 17). Analisis Norman Fairclough (1998) membangun analisis wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya, sehingga ia mengombinasikan tradisi analisis tekstual dengan konteks masyarakat yang lebih luas. Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi; teks, discoursepractice, dan sosioculturalpractice(Eriyanto, 2001, hlm. 285-286).
Penelitian ini akan mengikuti teknik analisis wacana yang dikenalkan oleh Fairclough dimana terdiri atas dimensi teks, discoursepracitice, socioculuralpractice. Pada dimensi teks akan digunakan analisis isi secara kuantitatif. Objek penelitiannya adalah semua bentuk komunikasi yang dilakukan para aktor politik dalam Pilpres 2014 di Harian Umum Tempo dan Republika menjelang sidang putusan gugatan penolakan hasil perhitungan suara oleh KPU pada Pilres 2014. Teks pada tahap ini dianalisis secara linguistik dengan melihat kosakata, semantik, dan tata kalimat.
Elemen-elemen tersebut digunakan untuk melihat tiga masalah.Pertama, ideasional yang merujuk pada representasi tertentu yang ingin ditampikan dalam teks, yang umumnya membawa muatan ideologis tertentu.Kedua, pada dimensi
discoursepractice, akan digunakan teknik analisis framing, dimana analisis
dilakukan dengan menghubungkan proses produksi dengan konsumsi teks. Sebuah teks berita pada dasarnya dihasilkan melalui proses produksi teks yang berbeda, seperti bagaimana pola kerja, bagan kerja, dan rutinitas dalam menghasilkan berita. Proses konsumsi teks bisa jadi juga berbeda dalam konteks sosial yang berbeda pula. Konsumsi juga bisa dihasilkan secara personal ketika seseorang mengonsumsi teks atau secara kolektif.Ketiga, pada dimensi
sosioculturalpractice, akan melihat hubungan dengan konteks di luar teks.
Konteks di sini memasukkan banyak hal, seperti konteks situasi, lebih luas adalah konteks dari praktik institusi dari media sendiri dalam hubungannya dengan
(4)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat atau budaya dan politik tertentu.Jika digambarkan secara keseluruhan, teknik analisis data tersebut akan tampak sebagai berikut.
Bagan 3.1 Kerangka Teknik Analisis Data
Berdasarkan proses pengumpulan data dalam CDA Norman Fairclough, data yang terkumpul selanjutnya dianalisis antara lain sebagai berikut.
1) Untuk menganalisis data pada level masalah teks wacana, dilakukan dengan menggunakan metode analisis naskah. Analisis naskah yang digunakan adalah analisis sintagmatis. Selanjutnya, untuk menganalisis data pada level masalah intertekstual, dilakukan dengan menggunakan analisis sintagmatis dan wacana teks-teks lain yang berkaitan.
Hasil: Sikap HU Tempo
dan Republikaterhadap
pemberitaan keputusan Mahkamah Konstitusi
tentang Pilpres 2014. Pemberitaan keputusan
Mahkamah Konstitusi tentangPilpres 2014 pada HU Tempo dan
Republika
Analisis Wacana Kritis (CDA) model Norman Fairclough, teori pengaruh media, teori Hegemoni, teori Framing, dan teori Modal.
Faktor eksternal: Politik dan Pasar Faktor Internal:
(5)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Untuk menganalisis data pada level masalah praktik wacana, dilakukan langkah penelusuran data pada level masalah paktik wacana, dilakukan dengan menggunakan analisis framing.
3) Untuk menganalisis data pada level masalah praktik sosiokultural, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Penelusuran data yang relevan dengan tema penelitian. b. Penelusuran literatur yang relevan dengan tema penelitian. Adapun langkah-langkah rincian analisis data akan dijelaskan sebagai berikut.
1) Setelah data terdokumentasi, langkah selanjutnya ialah menganalisis dan mendeskripsikan data berdasarkan model teori AWK Fairclough dan analisis framing untuk praktikkewacanaan.
2) Setalah tahapan pertama selesai, selanjutnya adalah melihat bagaimana pertarungan aktor politik dalam pemberitaan PrakeputusanMahkamah Konstitusi tentang Pilpres 2014 pada HU Tempo dan Republikadengan menggunakan teori pengaruh media, teori hegemoni, dan teori logic of
practice(modal).
3) Tahapan selanjutnya ialah membandingkan ideologi yang disajikan dalam pemberitaan keputusan Mahkamah Konstitusi tentang Pilpres 2014 pada
HU Tempo dan Republika.
4) Setelah hasil analisis didapatkan tahapan selanjutnya ialah melakukan penarikan simpulan terhadap hasil yang telah didapatkan untuk kemudian disajikan dalam pembahasan.
G. Penyajian Hasil Analisis data
Hasil analisis data akan disajikan baik dalam bentuk deskripsi kualitatif dari hasil analisis data yang melibatkan pemeriksaan, pemilahan, penggolongan, evaluasi, perbandingan, sintesis, dan perenungan data yang dikodekan serta mengkaji data mentah dan data yang direkam (Neuman, 2013, hlm. 570). Sebagai penunjang paparan deskripsi tersebut maka digunakan sajian penunjang seperti
(6)
Kelvin Prabowo,2015
PERTARUNGAN AKTOR POLITIK DALAM PEMBERITAAN PRAKEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT GUGATAN SENGKETA PILPRES 2014 PADA HARIAN UMUM TEMPO DAN REPUBLIKA (ANALISIS WACANA KRITIS)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagan dan tabel. Data yang terkumpul diharapkan mendapat penjelasan lebih mendalam dalam bentuk deskripsi yang bersifat kualitatif.
Hasil analisis disajikan dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah dan rumusan masalah. Bab II adalah kerangka teori dan konsep yang menyajikan teori yang digunakan dan menguraikan kerangka konsep yang terkait dengan permasalahan. Bab III adalah metodologi yang menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis permasalahan. Bab IV adalah analisis utama. Bab terakhir, yakni bab V adalah bab simpulan dan saran.