Tipe Jalan Lajur Jalan Analisa Pertumbuhan Lalu Lintas Lalu Lintas Harian Rata Rata Tingkat Pelayanan

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG DIPONEGORO KLATEN II - 4 Berikut persyaratan jalan arteri sekunder : • Kecepatan rencana minimal 30 kmjam. • Lebar badan jalan minimal 8 meter. • Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. • Lalulintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. • Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi kecepatan dan kapasitas jalan.

b. Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Berikut persyaratan jalan kolektor sekunder : • Kecepatan rencana minimal 20 kmjam. • Lebar badan jalan minimal 7 meter.

c. Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder ketiga dengan kawasan perumahan dan seterusnya. Berikut persyaratan jalan lokal sekunder : • Kecepatan rencana minimal 10 kmjam. • Lebar badan jalan minimal 5 meter. • Persyaratan teknik diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga lebih. • Lebar badan jalan tidak diperuntukan bagi kendaraan beroda tiga atau lebih, minimal 3,5 meter.

2.2.3 Tipe Jalan

Tipe jalan ditentukan sebagai jumlah lajur dan arah pada suatu ruas jalan dimana masing-masing tipe mempunyai keadaan dasar karakteristik geometrik jalan yang digunakan untuk menentukan kecepatan arus bebas dan kapasitas jalan. Menurut MKJI 1997 tipe jalan perkotaan dibedakan LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG DIPONEGORO KLATEN II - 5 menjadi : • Jalan dua lajur – dua arah tak terbagi 22 UD • Jalan empat lajur – dua arah tak terbagi 42 UD • Jalan empat lajur – dua arah terbagi 42 D • Jalan enam lajur – dua arah terbagi 62 D

2.2.4 Lajur Jalan

Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai dengan volume lalu lintas kendaraan rencana. Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan jenis kendaraan rencana. Penetapan jumlah lajur mengacu pada MKJI 1997 Berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, dimana untuk suatu ruas jalan tingkat kinerja dinyatakan oleh perbandingan volume terhadap kapasitas. Tabel 2.1 Jumlah Lajur Lebar jalur efektif W Ce m Jumlah lajur 5 – 10,5 2 10,5 – 16 4 Sumber : MKJI 1997

2.2.5 Analisa Pertumbuhan Lalu Lintas

Untuk memperkirakan pertumbuhan lalu-lintas di masa yang akan datang dapat dihitung dengan memakai rumus eksponensial sebagai berikut : n n i LHR LHR 1 + = Dimana : LHR n = LHR tahun rencana LHR = LHR awal i = faktor perkembangan lalu-lintas n = umur rencana

2.2.6 Lalu Lintas Harian Rata Rata

Lalu lintas harian rata rata adalah jumlah rata rata lalu lintas kendaraan bermotor yang dicatat selama 24 jam sehari untuk dua jurusan. LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG DIPONEGORO KLATEN II - 6 “MKJI 1997” Ada dua jenis LHR, yaitu : • LHRT. = Jumlah lalu lintas dalam 1 tahun365 hari. • LHR = Jumlah lalu lintas selama pengamatanlama pengamatan.

2.2.7 Tingkat Pelayanan

Evaluasi terhadap tingkat pelayanan dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu jalan masih mampu meberikan pelayanan yang memadai bagi pemakai. “MKJI 1997” Tiga hal yang sering menjadi tolak ukur kelayakan pelayanan suatu jalan, yaitu : ƒ Kecepatan arus bebas FV Menurut MKJI 1997 kecepatan arus bebas FV didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan. Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas : CS SF W FFV FFV FV FV FV + = Dimana : FV = kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan kmjam. FV = kecepatan arus bebas dasar kendaraan. FV W = penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan kmjam. FFV SF = faktor penyesuaian untuk hambatan samping FFV CS = faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG DIPONEGORO KLATEN II - 7 Tabel 2.2 Kecepatan arus bebas dasar FV o untuk jalan perkotaan Tipe Jalan Kecepatan Arus Bebas Dasar FV kmjam Kendaraan Ringan LV Kendaraan Berat HV Sepeda Motor MC Semua Kendaraan rata-rata Enam-lajur terbagi 62 D arau Tiga-lajur satu arah 31 Empat-lajur terbagi 42 D atau Dua-lajur satu arah 21 Empat-lajur tak terbagi 42 UD Dua-lajur tak terbagi 22 UD 61 57 53 44 52 50 46 40 48 47 43 40 57 55 51 42 Sumber : MKJI 1997 Tabel 2.3 Penyesuaian untuk pengaruh lebar lalu lintas FV W pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan jalan perkotaan Tipe Jalan Lebar jalur lalu lintas efektif Wc m FV W kmjam Empat-lajur terbagi atau jalan satu arah Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 -4 -2 2 4 Empat lajur tak terbagi Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 -4 -2 2 4 LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG DIPONEGORO KLATEN II - 8 Dua lajur tak terbagi Total 5 6 7 8 9 10 11 -9,5 -3 3 4 6 7 Sumber : MKJI 1997 Tabel 2.4 Penyesuaian untuk pengaruh hambatan samping dan jarak kerb-penghalang FFV SF Tipe Jalan Kelas Hambatan Samping SFC Faktor Penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu Lebar Bahu Efektif rata-rata Wg m ≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m Empat-lajur terbagi 42 D Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1,00 0,97 0,93 0,87 0,81 1,01 0,98 0,95 0,90 0.85 1,01 0,99 0,97 0,93 0,88 1,02 1,00 0,99 0,96 0,92 Empat-lajur tak terbagi 42 UD Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1,00 0,96 0,91 0,84 0,77 1,01 0,98 0,93 0,87 0,81 1,01 0,99 0,96 0,90 0,85 1,02 1,00 0,98 0,94 0,90 Dua-lajur tek terbagi 22 UD atau Jalan satu arah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0,98 0,93 0,87 0,78 0,68 0,99 0,95 0,89 0,81 0,72 0,99 0,96 0,92 0,84 0,77 1,00 0,98 0,95 0,88 0,82 Sumber : MKJI 1997 LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG DIPONEGORO KLATEN II - 9 Tabel 2.5 Penyesuaian untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu FFV SF Tipe Jalan Kelas Hambatan Samping SFC Faktor Penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu Lebar Bahu Efektif rata-rata Ws m ≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m Empat-lajur terbagi 42 D Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1,02 0,98 0,94 0,89 0,84 1,03 1,00 0,97 0,93 0.88 1,03 1,02 1,00 0,96 0,92 1,04 1,03 1,02 0,99 0,96 Empat-lajur tak terbagi 42 UD Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1,02 0,98 0,93 0,87 0,80 1,03 1,00 0,96 0,91 0,86 1,03 1,02 0,99 0,94 0,90 1,04 1,03 1,02 0,98 0,95 Dua-lajur tek terbagi 22 UD atau Jalan satu arah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1,00 0,96 0,90 0,82 0,73 1,01 0,98 0,93 0,86 0,79 1,01 0,99 0,96 0,90 0,85 1,01 1,00 0,99 0,95 0,91 Sumber : MKJI 1997 Tabel 2.6 Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk ukuran kota FFV CS Ukuran Kota Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran Kota 0,1 0,1-0,5 0,5-1,0 1,0-3,0 3,0 0,90 0,93 0,95 1,00 1,03 Sumber : MKJI 1997 LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG DIPONEGORO KLATEN II - 10 ƒ Kapasitas C C = Co FCw FCsp FCsf FCcs Dimana : C = kapasitas jalan smpjam Co = kapasitas dasar FCw = faktor penyesuaian lebar jalan FCsp = faktor pemisahan arah FCsf = faktor akibat hambatan samping dan bahu jalan FCcs = faktor penyesuaian ukuran kota Tabel 2.7 Besarnya Kapasitas Dasar Co untuk Jalan Luar Kota Tipe Jalan Kapasitas Dasar smpjam Catatan Empat lajur terbagi atau jalan satu arah 1650 Per lajur Empat lajur tak terbagi 1500 Per lajur Dua lajur tak terbagi 2900 Total dua lajur Sumber : MKJI 1997 Tabel 2.8 Besarnya Faktor Penyesuaian akibat Lebar Jalan FCw Tipe Jalan Lebar Lajur Lalu Lintas Efektif W c m FCw Empat lajur terbagi atau jalan satu arah Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 0,92 0,96 1,00 1,04 1,08 Empat lajur tak terbagi Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 0,91 0,95 1,00 1,05 1,09 Dua lajur tak terbagi Total lajur 5 6 7 8 9 10 11 0,56 0,87 1,00 1,14 1,25 1,29 1,34 Sumber : MKJI 1997 LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG DIPONEGORO KLATEN II - 11 Tabel 2.9 Besarnya Faktor Penyesuaian akibat Prosentase Arah FCsp Pemisah Arah SP - 50 -50 55 – 45 60 - 40 65 - 35 70 - 30 FCsp Dua lajur 22 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 Empat lajur 42 1,00 0,985 0,97 0,955 0,95 Sumber : MKJI 1997 Tabel 2.10 Besarnya Faktor Penyesuaian akibat Hambatan Samping FCsf Tipe Jalan Kelas Hambatan Samping FCsf Lebar Bahu Efektif W S ≤ 0,50 1,00 1,50 ≥ 2,00 42 D Sangat rendah 0,96 0,98 1,01 1,03 Rendah 0,94 0,97 1,00 1,02 Sedang 0,92 0,95 0,98 1,00 Tinggi 0,88 0,92 0,95 0,98 Sangat Tinggi 0,84 0,88 0,92 0,96 22 UD atau Jalan Satu Arah Sangat Rendah 0,94 0,96 0,99 1,01 Rendah 0,92 0,94 0,97 1,00 Sedang 0,89 0,92 0,95 0,98 Tinggi 0,82 0,86 0,90 0,95 Sangat Tinggi 0,73 0,79 0,85 0,91 42 UD Sanagta Rendah 0,94 0,96 0,99 1,01 Rendah 0,92 0,94 0,97 1,00 Sedang 0,89 0,92 0,95 0,98 Tinggi 0,82 0,86 0,90 0,95 Sangat Tinggi 0,73 0,79 0,85 0,91 Sumber : MKJI 1997 ƒ Degree of Saturation Derajat Kejenuhan DS DS yaitu perbandingan antara volume dengan kapasitas. Perbandingan tersebut menunjukkan kepadatan lalu lintas dan kebebasan bagi kendaraan. Bila DS 0.75 maka jalan tersebut masih layak, dan Bila DS 0.75 maka jalan sudah tidak layak dan memerlukan pelebaran pada ruas jalan tersebut. Hubungan antar tingkat pelayanan dan kapasitas ditunjukkan berdasarkan persamaan berikut : LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG DIPONEGORO KLATEN II - 12 DS = C Q Q = LHRumur rencana + LHRmasa pelaksanaan 2 Dimana : DS = Derajat Kejenuhan Q = Volume lalu lintas LHR = Lalu lintas harian C = Kapasitas

2.2.8 Penentuan Lebar Jalur dan Lajur Ideal