Analisis Penatalaksanaan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2016

KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENATALAKSANAAN PNEUMONIA PADA
BALITA DENGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA
SAKIT(MTBS) DI PUSKESMAS BELAWAN
KOTA MEDAN TAHUN 2016
A. Daftar Pertanyaan untuk Kepala Puskesmas Belawan
I. Data Umum
1. Nama

:

2. Umur

:

3. Jenis Kelamin

:

4. Pendidikan Terakhir


:

5. Tanggal Wawancara

:

II. Data Khusus
1.

Apa yang Bapak ketahui mengenai program MTBS?
a. Siapa yang melaksanakan MTBS?
b. Apa saja penyakit yang di tangani dengan MTBS?

2.

Sepengetahuan Bapak bagaimana proses persiapan MTBS di Puskesmas?
a.

Apakah ada pertemuan sosialisasi oleh Dinas Kesehatan mengenai
informasi MTBS?


b.

Apakah ada frekuensi pelatihan mengenai program MTBS?

3.

Apakah ada sumber pendanaan langsung untuk pelaksanaan MTBS?

4.

Bagaimana dengan sarana, prasarana serta tenaga kesehatan dalam
pelaksanaan MTBS?

Universitas Sumatera Utara

5. Sepengetahuan Bapak/Ibu Bagaimana proses penatalaksanaan pneumonia
dengan MTBS di Puskesmas?
6.


Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang Bapak lakukan dalam
penatalaksanaan penyakit dengan MTBS?

7.

Terkait dengan pelaksanaan MTBS, apa saja tantangan internal maupun
eksternal yang ditemui di lapangan?

8.

Strategi apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala dalam
pelaksanaan program MTBS di lapangan?

9.

Terkait dengan beban kerja dan efisiensi kinerja, bagaimana menurut
pendapat Bapak mengenai beban kerja petugas MTBS?
a.

Apakah jumlah petugas MTBS yang dilatih sudah mencukupi?


b.

Bagaimana kinerja petugas kesehatan selama ini?

10. Apa saja saran yang dapat Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
MTBS?
B. Daftar Pertanyaan untuk Informan di Puskesmas (Penanggungjawab
MTBS/petugas pelaksanaan MTBS)
I. Data Umum
1. Nama

:

2. Umur

:

3. Jenis Kelamin


:

4. Pendidikan Terakhir

:

5. Tanggal Wawancara

:

Universitas Sumatera Utara

II. Data Khusus
1.

2.

Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai program MTBS?
a.


Siapa yang melaksanakan MTBS?

b.

Apa saja penyakit yang di tangani dengan MTBS?

Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana proses persiapan MTBS di Puskesmas?
a. Apakah ada pertemuan sosialisasi oleh Dinas Kesehatan mengenai
informasi MTBS?
b. Apakah Bapak/ibu pernah mendapatkan pelatihan MTBS?

3.

Apakah ada sumber pendanaan langsung untuk pelaksanaan MTBS?

4.

Bagaimana dengan sarana, prasarana serta tenaga kesehatan dalam
pelaksanaan MTBS?


5.

Sepengetahuan Bapak/Ibu Bagaimana proses penatalaksanaan pneumonia
dengan MTBS di Puskesmas?

6.

Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang Bapak/Ibu lakukan dalam
penatalaksanaan penyakit dengan MTBS?

7.

Terkait dengan pelaksanaan MTBS, apa saja tantangan internal maupun
eksternal yang ditemui di lapangan?

8.

Strategi apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala dalam
pelaksanaan program MTBS di lapangan?


9.

Terkait dengan beban kerja dan efisiensi kinerja, bagaimana menurut
pendapat Bapak mengenai beban kerja petugas MTBS?
a.

Apakah jumlah petugas MTBS yang dilatih sudah mencukupi?

b.

Bagaimana kinerja petugas kesehatan selama ini?

Universitas Sumatera Utara

10. Apa saja saran yang dapat Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
MTBS?
C. Daftar Pertanyaan dengan Ibu Balita
I.

Data Umum


1. Nama

:

2. Umur

:

3. Jenis Kelamin

:

4. Pendidikan Terakhir

:

5. Tanggal Wawancara

:


II. Data Khusus
1.

Ketika Ibu membawa balita ke puskesmas, Apakah ada petugas yang
menjelaskan tentang MTBS?

2.

Setelah anak Ibu berobat di puskesmas ini, bagaimana pendapat Ibu mengenai
pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas?

3.

Menurut pendapat Ibu bagaimana dengan kelengkapan sarana dan prasarana
serta tenaga kesehatan selama Ibu berobat ke Puskesmas ini?

4.

Sepengetahuan Ibu bagaimana alur pemeriksaan yang dilakukan selama balita

ibu berobat disini?

5.

Menurut pendapat Ibu bagaimana pelayanan yang dilakukan tenaga kesehatan
di puskesmas?

6.

Ketika Ibu selesai berobat, Apakah petugas menyarankan Ibu kembali ke
Puskesmas jika ada tanda-tanda bahaya pada balita?

Universitas Sumatera Utara

Lampiran Observasi Penatalaksanaan Pneumonia dengan Manajeman
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan
Lampiran Hasil Observasi Penatalaksanaan Pneumonia dengan Manajeman
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan
Indikator
Input

Proses

Yang diobservasi
Kotrimoksasol tablet
Kotrimoksasol sirup
Amoksilin tablet
Amoksilin sirup
Tablet Parasetamol
Tablet albendazol
Tablet besi
Sirup ampisilin
Vitamin A
Tablet Zinc
Sound Timer ISPA
Tensimeter
Infus set
Semprit dan jarum suntik
Tensi meter dan manset anak
Timbangan bayi
Termometer
Kasa/kapas
Pipa lambung
Alat penumbuk obat
Alat penghisap lendir
Formulir MTBS
Modul MTBS
Kartu Nasehat Ibu (KNI)
Memiliki Ruangan MTBS
Petugas MTBS > 1
Petugas mendapat pelatihan
Petugas menggunakan modul
Petugas menanyakan kepada
ibu mengenai masalah
anaknya
Petugas memeriksa tanda
bahaya umum
Petugas menilai dan
mengklasifikasi batuk atau
sukar bernapas
Petugas memberikan
tindakan pengobatan atau
rujukan segera

Ya






















Tidak

Keterangan















Universitas Sumatera Utara

Petugas menganjurkan untuk

kunjungan ulang
Petugas memberikan

konseling kepada ibu
Petugas mengirimkan laporan

ke Dinas Kesehatan Kota
Medan.
Semua balita sakit ditangani

Output
dengan MTBS
Dari hasil observasi yang dilakukan di Puskesmas Belawan menunjukkan

masih kurang tersedianya sarana, prasarana dan peralatan untuk penatalaksanaan
pneumonia dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Penggunaan modul
MTBS sebagai pedoman penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS sudah
dilakukan dengan baik, namun konseling tidak diberikan pada ibu balita dan tidak
semua balita sakit di tangani dengan MTBS.

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 3. Surat Izin Penelitian

90

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Izin Penelitian Dinkes Kota Medan

91

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian

92

Universitas Sumatera Utara

DARTAR PUSTAKA
Ardani, Yanuar. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan
Pelaksanaan
“Posyandu
Model”.
Universitas
Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/23822/1/Yanuar_A.pdf Diakses pada tanggal 23
Januari 2016
Brooks S. Geo, F., Butel L., Nicholas O., 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Alih
Bahasa Edi Nugroho dan RD Maulany. Jakarta : EGC.
Daulaire, N. 1991. Implementing ARI Control Activities ARI Technical
Orentation
Meeting, Proceding Resources for Child Health.
Arlington 1991.
Depkes RI. 2008. Pengantar Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta.
. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul- 2 (Penilaian dan
Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun). Jakarta.
. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul- 6 (Tindak
Lanjut). Jakarta.
. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul- 7 (Pedoman
Penerapan MTBS di Puskesmas). Jakarta.
.2008. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta.
. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 Tentang
Manajemen Puskesmas : Jakarta
Dinkes Kota Medan. 2015. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2014. Medan.
Dinkes Prov Sumut. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumut Tahun 2012.
Medan.
Dirjen Bina Kesehatan Anak. 2012. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta : Departemen Kesehatan RI (http://www.gizikia.depkes.go.id/arch
ives/3274).Online. Diakses tanggal 29 Februari 2016.
Efendi F. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba
Medika. Jakarta
Husni., Dian S,. Ansar T,. 2012. Gambaran Pelaksanaan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) umur 2 bulan - 5 tahun Puskesmas di Kota
Makasar Tahun 2012. Makasar.

Universitas Sumatera Utara

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Sosial.
Salemba Humanika. Jakarta.
Handayani T,. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja
Petugas MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) di Puskesmas
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012. FKM UI 2012
Klemm R, et al, 2008. Newborn vitamin A Suplementation reduced infant
mortality in rurak Bangladesh. Official journal American Academy of
Pediatrics Journal.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan
Akut. Jakarta.
. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta.
. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.
http://depkes.go.id/downloads/riskesdes2013/Hasil%20Riskesdes%202013
.pdf. Diakses Tanggal 23 Januari 2016
. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta :
CV.TransInfo Media.
Mardijanto. 2005. Evaluasi Manajemen Terpadu Balita Sakit di Kabupaten
Pekalongan. Pekalongan
McMahon, Rosemary. 1999. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.
Jakarta: EGC
Marlinawati, Lina. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penemuan Kasus
Pneumonia Pada Balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan.
Jakarta: UIN
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia. Jakarta :
Pustaka Populer Obor.
Nurhayati., Dasuki D,. Wibowo T,. 2010. Evaluasi Pelayanan Manajemen
Terpadu Balita Sakit terhadap Kesembuhan Pneumonia Pada Anak.
Jambi.
Profil Puskesmas Belawan. 2014.

Universitas Sumatera Utara

Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak KIA dalam
Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta : Nuha Medika.
Rizanda, Machmud. 2006. Pneumonia Balita di Indonesia dan Peran
Kabupaten dalam Penanggulangannya. Padang: Andalas University
Press.
Rosenstein dan Fosarelli. 1997. Panduan Praktis Pediatri Klinik Edisi II.
Jakarta : Hipokrates.
Shaleh, Abdul Qodir. 2008. Panduan Lengkap Mendeteksi, Memahami dan
Mengatasi Kesehatan Anak Secara Medis dan Psikologi. Jogjakarta:
Diva Press.
Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Septiari, Betty Bea. 2012. Infeksi Nosokomial. Yogyakarta : Nuha Medika.
Soenarto, Yati. 2009. MTBS: Strategi Untuk Meningkatkan Derajat
Kesehatan Anak. Disampaikan pada Simposium Pediatri TEMILNAS
2009 Surakarta.
Sulaeman, Endang Sutisna. 2011. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di
Puskesmas. Bandung : PT Remaja Rusdakarya
Soedjadi. 1989. Organization And Methods Penunjang Berhasilnya Proses
Manajemen. Jakarta : PT Midas Surya Grafindo
Setyati, Amalia. 2014. Pneumonia : The Forgotten Killers Of Children.
http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/716-pneumonia-theforgotten-killers-of-children. Diakses pada tanggal 23 Januari 2016
Sunyataningkamto. 2004. The role of indoor air pollution and other factors
in the incidence of pneumonia in under-five children. Pediatrica
Indonesia.
Sjenileila, Boer. 2008. Hubungan antara Status gizi dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita. Tesis, FKM, UI.
UNICEF, 2012b. Pneumonia and Diarrhoea. Newyork, US
Wibowo. 2008. Analisis Manajemen Mutu MTBS yang Terkait dengan Mutu
Penerapan Kegiatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di
Puskesmas Kabupaten Brebes.

Universitas Sumatera Utara

http://eprints.undip.ac.id/18689/1/SUPARTO_HARY_WIBOWO.pdf
Diakses pada tanggal 23 Januari 2016
WHO 2012. World Pneumonia Day.
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/news_events/events/2012/
world_pneumonia_day/en/. Diakses tanggal 23 Januari 2016
WHO 2013. World Pneumonia Day.
http://www.who.int/pmnch/media/events/2013/pneumonia_day/en/.
Diakses tanggal 23 Januari 2016
WHO, 2010.Pneumonia. http://www.who.int/mediacentre/. Diakses tanggal 23
Januari 2016

Universitas Sumatera Utara

42

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode
pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih
dalam tentang penatalaksanaan pneumonia pada balita dengan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian

ini dilakukan di Puskesmas Belawan Kecamatan Medan

Belawan, dengan pertimbangan yaitu:
1. Puskesmas Belawan merupakan Puskesmas di Kota Medan yang menerapkan
MTBS dan mempunyai tenaga kesehatan yang telah terlatih MTBS.
2. Puskesmas Belawan memiliki angka cakupan penemuan dan penanganan
penderita pada tahun 2014sebanyak 907 balita (98,2%) dari perkiraan jumlah
penderita 924 balita dan dengan jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas
Belawan yaitu 9.241 balita.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sejak bulan Febuari
sampai April 2016.

42

Universitas Sumatera Utara

43

3.3 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini meliputi tiga macam yaitu (1) informan
kunci (key informan) yaitu mereka yang dan memiliki informasi pokok yang
diperlukan dalam penelitian, (2) informan biasa yaitu mereka yang terlibat secara
langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan tambahan yaitu mereka
yang dapat memberi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang
sedang diteliti (Hendarso dalam Suyanto, 2005), yang terdiri dari :
1. Kepala Puskesmas Belawan
2. Penanggungjawab MTBS di Puskesmas Belawan
3. Tenaga kesehatan pengelola Pneumonia MTBS
4. 2 Informan ibu balita yang datang ke Puskesmas yang anaknya menderita
salah satu dari klasifikasi pneumonia menurut MTBS.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1

Data Primer
Data primer diperoleh melalui :

1. Wawancara, yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur yang dilengkapi dengan pedoman wawancara yang dijadikan
patokan dalam alur, urutan dan penggunaan kata (Herdiansyah, 2012).
Kuesioner ini di adopsi dari penelitian Marlinawati (2015) dan Depkes (2008).
2. Observasi, yaitu sebagai suatu proses melihat, mengamati, mencermati prilaku
secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu (Cartwright dalam Herdiansyah,
2012). Observasi disini yaitu mangamati bagaimana penatalaksanaan
pneumonia pada balitadengan MTBS di Puskesmas Belawan.

Universitas Sumatera Utara

44

3.4.2

Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari Dinas

Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Belawan, referensi buku-buku dan laporan
bulanan di Puskesmas Belawan serta hasil penelitian yang berhubungan dengan
penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS.
3.5 Triangulasi
Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber yaitu menggali
kebenaran informasi melalui berbagai sumber untuk memperoleh data dan
mengetahui adanya alasan-alasan akan terjadinya perbedaan tersebut (Gunawan,
2013). Trianggulasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan di Puskesmas
dan masyarakat.
3.6 TeknikAnalisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses
pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah
dalam

melihat

data

secara

lebih

sistematis

(Miles

dan

Huberman

dalam/Herdiansyah, 2012).

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1

Gambaran Umum Puskesmas Belawan
Puskesmas Belawan merupakan Puskesmas yang terletak di Kecamatan

Medan Belawan yang terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Belawan I,
Kelurahan Belawan II, Kelurahan Belawan Bahari, Kelurahan Belawan Bahagia,
Kelurahan Bagan Deli dan Kelurahan Belawan Sicanang. Kelurahan yang terpadat
penduduknya adalah kelurahan bahagia yaitu 247,1 jiwa/hektar dan paling jarang
adalah kelurahan P.Sicanang yaitu 34,9 jiwa/hektar. Kecamatan Medan Belawan
adalah salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan. Puskesmas Belawan terletak
di jalan Stasiun No.1 Komplek PJKA Belawan. Puskesmas Belawan secara
geografis berada di pesisir pantai dan mata pencarian masyarakat berupa ikan
dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Puskesmas Belawan Memiliki Wilayah Kerja Seluas 2182 Ha. Jumlah
penduduk riil Kecamatan Belawan tahun 2014 sebesar 126456 jiwa/hektar.
Sampai saat ini Puskesmas Belawan masih berdiri kokoh bahkan menjadi salah
satu Puskesmas Rawat Inap di Kota Medan.
Pelatihan MTBS di Puskesmas Belawan terakhir kali dilakukan tahun 2008
dengan sesi 6 hari pelatihan bagi petugas kesehatan di puskesmas. Secara garis
besar 2 puskesmas yang menerapkan MTBS di Kota Medan antara lain
Puskesmas Medan Denai dan Puskesmas Belawan.

45

Universitas Sumatera Utara

46

Tabel 4.1

Data Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan
Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014
NO. Tenaga Kesehatan
Jumlah
1.

Dokter Umum

7

2.

Dokter Gigi

3

3.

Bidan / Akbid

6

4.

Perawat / Akper

8

5.

Perawat gigi

0

6.

Apoteker

1

7.

Asisten Apoteker

1

8.

Promkes

2

9.

Analisis

2

10.

Hygine Sinitasi

2

11.

Petugas Gizi

1

12.

Staf

1

13.

Honor

3

Sumber : Puskesmas Belawan 2014
Tabel 4.2

Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan
Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014
No
Sarana kesehatan
Jumlah
1.

Rumah Sakit

3

2.

RB/KLINIK

12

3.

BPU

11

4.

Praktek dokter

13

5.

Praktek Bidan

18

6.

Apotek

5

7.

Pengobatan Tradisional

7

8.

Toko Obat

7

9.

Optical

1

Sumber : Puskesmas Belawan 2014

Universitas Sumatera Utara

47

Tabel 4.3

Data Fasilitas Gedung di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan
Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014.

No.
1.

Fasilitas Gedung

Jumlah (Buah)

Ruang Kepala Puskesmas

1

2.

Ruang Periksa Gigi dan Mulut

1

3.

Ruang Periksa Pasien / Suntik

1

4.

Ruang Obat Apotik

1

5.

Ruang KIA/KB

1

6.

Ruang Laboratorium / TB

1

7.

Ruang Kartu

1

8.

Ruang Tunggu Pasien

1

9.

Ruang Tata Usaha

1

10.

Ruang Periksa Specialis

2

11.

Ruang Rawat Inap

5

12.

Klinik Sanitasi

1

13.

Ruang Rapat

1

14.

Gudang

1

15.

Toilet

5

16.

Ruang P2M

1

Sumber : Puskesmas Belawan 2014
4.2

Karakteristik Informan
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 informan, yang

terdiri dari 1 informan Kepala Puskesmas Belawan yang berusia 44 tahun dengan
pendidikan S1 Kedokteran, 2 informan tenaga kesehatan di ruang poli KIA
dengan 1 orang merupakan dokter yang berusia 42 tahun dengan pendidikan S1
Kedokteran yang merupakan penanggung jawab ruangan poli KIA dimana
kegiatan MTBS dilaksanakan dan juga bertindak dalam pemberian terapi pada
balita dan 1 orang bidan yang berusia 47 tahun dengan pendidikan D1 bidan yang
merupakan tenaga kesehatan yang melaksanakan MTBS dan 2 informan yang

Universitas Sumatera Utara

48

merupakan ibu balita yang membawa anaknya berobat ke puskesmas dengan
kasus pneumonia yang masing-masing berusia 30 dan 33 tahun dengan
pendidikan SMA.
Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat
dilihat pada table berikut.:
Tabel 4.4
No.

Karakteristik Informan

Informan

Jenis
Kelamin

Umur
(Tahun)

Pendidikan

Jabatan

1.

Dr.Adi Raja
Brando Lubis

Laki-laki

44

S1
Kedokteran

2.

Perempuan

42

Perempuan

47

S1
Kedokteran
D1 Bidan

4.

Dr.Chatarina D.
Sinaga
Esrawati
Marpaung
Ratna Panjaitan

Perempuan

30

SMA

5.

Sarah

Perempuan

33

SMA

Kepala
Puskesmas
Belawan
Penanggung
Jawab MTBS
Tenaga Kesehatan
MTBS
Ibu dengan Balita
penderita
Pneumonia
Ibu dengan Balita
penderita
Pneumonia

3.

Universitas Sumatera Utara

49

4.3

Alur Penatalaksanaan Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas
Belawan Tahun 2016

Datang

Pendaftaran
di Loket

Pelaksanaan
MTBS di Ruang
Poli KIA

Pemeriksaan Status Gizi
(Oleh tenaga gizi)
 Pengukuran berat badan dan
tinggi badan
 Pemberian Vitamin A

Pengisian Formulir MTBS
(Oleh bidan/tenaga pengelola
MTBS)
 Memeriksa tanda bahaya umum
 Menghitung ferkuensi
pernapasan
 Membuat klasifikasi pneumonia

Rujukan

Pulang

Pengambilan
Obat

Tindakan Pengobatan
(oleh dokter)
 Terapi
 Pengobatan, penulisan resep
 Memberitahu kapan kembali

Gambar 4.1 Alur Penatalaksanaan Pneumonia dengan MTBS yang diterima oleh
Balita (informan 4 dan 5) di Puskesmas Belawan Tahun 2016

Dari Alur diatas, maka penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS di
Puskesmas Belawan yang diterima oleh kedua ibu balita yang berobat
menunjukkan bahwa terdapat proses penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS
yang diterima oleh ibu balita dan ditangani oleh tenaga dokter dan bidan.

Universitas Sumatera Utara

50

4.4

Analisis Komponen Input

4.4.1 Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sebagai pelaksana upaya
kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam
jumlah, jenis dan kualitasnya (Permenkes RI No.75 Tahun 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pernyataan informan
mengenai tenaga kesehatan yang berkaitan dengan kegiatan MTBS di Puskesmas
Belawan yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Penanggung jawab ruang MTBS
dan tenaga kesehatan. Sumber daya manusia dalam kegiatan MTBS di Puskesmas
Belawan tersebut belum mencukupi karena salah satunya tenaga kesehatan untuk
pelaksanaan MTBS tidak mengikuti pelatihan MTBS karena tidak datang ke
pelatihan MTBS tersebut sehingga pengetahuan petugas tentang MTBS yang
masih kurang sehingga akan memperlama proses pelaksanaan MTBS, kurangnya
pelayanan balita sakit dengan menggunakan pendekatan MTBS dan pelaksanaan
MTBS belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan
Informan
Informan 1
(Kepala Puskesmas)
Informan 2
(Penanggung jawab
MTBS di Puskesmas)

Pernyataan
Untuk tenaga kesehatan disini ada 2 orang di ruang poli
KIA dan menurut pendapat saya jumlah petugas saat ini
sudah mencukupi.
Kalau jumlah tenaga kesehatan masih kurang, lihat saja
pasien disini banyak, dengan tenaga kesehatan cuma 2
orang dengan pasien banyak mana sanggup kita kalau
semua kita mau sesuaikan dengan MTBS.

Universitas Sumatera Utara

51

Informan 3
(Tenaga Kesehatan)
Informan 4
(Pasien Ibu Balita)
Informan 5
(Pasien Ibu Balita)

Sangat perlu penambahan tenaga kesehatan, karena
pasien disini banyak setiap harinya dan kami hanya 2
orang disini.
Kalau mau berobat kesini lama ditanganinya dan harus
ada penambahan perawatnya juga.
Perawatnya sudah cukup, tapi kalau banyak pasian ya
pasti ngantri dek.

4.4.2 Pendanaan
Pernyataan informan mengenai pendanaan yang terdiri dari Kepala
Puskesmas, penanggung jawab dan tenaga kesehatan. Sumber dana untuk
pelaksanaan program MTBS berasal dari dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) dan penyediaan sarana prasarana seperti obat-obatan menggunakan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Sebenarnya dana BOK untuk
MTBS belum mencukupi dalam pelaksanaan MTBS. Sehingga dalam pemenuhan
alat-alat yang rusak seperti sound timer, pipa lambung, KNI dan alat pengisap
lendir dan ruangan untuk MTBS tidak ada, ruangan MTBS masih bergabung
dengan ruangan poli KIA. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sistem Pendanaan
Penatalaksanaan Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas
Belawan.
Informan
Pernyataan
Selama ini sistem pendanaan untuk MTBS berasal dari
Informan 1
dana BOK yang berasal dari pusat. Sedangkan untuk
(Kepala Puskesmas)
penyediaan sarana dan prasarana diambil dari dana
APBD seperti obat-obatan.
Saya kurang tahu secara jelas bagaimana mengenai
Informan 2
pendanaan untuk MTBS saat ini. Namun setau saya
(Penanggung jawab
MTBS di Puskesmas) dana yang digunakan berasal dari dana BOK dan
mungkin ada juga dari dana APBD.
Biasanya untuk pendanaan MTBS di Puskesmas
Informan 3
menggunakan dana dari BOK, tapi kalau mau lebih jelas
(Tenaga Kesehatan)
sebaiknya kamu tanyakan langsung ke kepala
puskesmasnya.

Universitas Sumatera Utara

52

4.4.3 Sarana, Prasarana dan Peralatan
Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa sarana, prasarana dan
peralatan yang merupakan pelaksanaan MTBS khususnya penatalaksanaan
pneumonia dengan MTBS belum mencukupi karena adanya kekurangan dalam
peralatan untuk menangani balita sakit seperti sound timer yang rusak dan
menghitung pernapasan hanya menggunakan jam tangan, Kartu Nasehat Ibu
(KNI), pipa lambung dan alat pengisap lendir untuk kasus berat yang tidak ada
dan sarana, prasarana untuk pelaksanaan kegiatan MTBS belum memiliki ruangan
untuk MTBS seperti ruangan pelaksanaan MTBS masih bergabung dengan
ruangan poli KIA. Sedangkan untuk kelengkapan obat untuk pelaksanaan MTBS
hanya tablet zink tidak ada untuk obat anak yang diare dan obat-abat yang lainnya
sudah ada. hal ini dilihat dari tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana, Prasarana dan
Peralatan dalam penatalaksanaan MTBS di Puskesmas Belawan
Informan
Informan 1
(Kepala Puskesmas)

Informan 2
(Penanggung jawab
MTBS di Puskesmas)

Informan 3
(Tenaga Kesehatan)

Pernyataan
Untuk sarana, prasarana dan peralatan yang mendukung
pelaksanaan kegiatan MTBS sudah mencukupi namun
ruangan untuk pelaksanaan MTBS belum ada dan coba
nanti kamu tanyakan ke petugas dibawah sepertinya di
ruangan poli KIA.
Peralatan untuk program MTBS belum mencukupi,
karena sound timer yang rusak dan penghitungan
pernapasannya hanya menggunakan jam tangan saja
padahal itu tidak efektif. Sarana dan prasarana dari
ruangan untuk melaksanakan MTBS itu sendiri belum
tersedia dan masih bergabung dengan ruangan poli KIA,
seharusnya ada penambahan ruangan untuk menunjang
kegiatan MTBS itu sendiri.
Kalau dilihat dari sarana dan prasarananya sangat perlu
karena untuk melancarkan kegiatan MTBS disini. Seperti
alat penunjang untuk MTBS kondisinya kurang baik dan
ruangan MTBS disini tidak terlalu besar dan bergabung
dengan ruangan lain, harusnya ada ruangan untuk

Universitas Sumatera Utara

53

Informan 4
(Pasien Ibu Balita)
Informan 5
(Pasien Ibu Balita)

MTBSnya saja kan.
Saya rasa ruangan disini kurang dan kecil sepertinya
perlu ruangannya di besarkan biar gak sempit kali yang
berobat dek.
Kalau masalah sarana prasarananya saya kurang paham
dek, tapi kalau soal gedungnya saya rasa sudah cukup lah
untuk ruangannya.

4.5 Analisis Komponen MTBS
4.5.1 Pernyataan Informan Tentang Proses Persiapan MTBS di Puskesmas
Belawan.
Tenaga kesehatan di Puskesmas Belawan tidak mengikuti pelatihan
MTBS, sehingga kemampuan atau skill dan pengetahuannya dalam melaksanakan
MTBS masih belum maksimal. Sehingga diharapkan mereka dapat diberikan
pelatihan atau penyegaran pengetahuan untuk seluruh tenaga kesehatan di
Puskesmas Belawan. Kualitas kemampuan dan pengetahuan tenaga kesehatan
yang masih kurang berdampak pada kesiapan tenaga kesehatan yang tergolong
kurang optimal ketika terjun langsung ke masyarakat untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan.
Dari pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa informan kurang
mengerti mengenai MTBS baik secara pengetahuan dan kemampuan dan tenaga
kesehatan tidak dapat menghadiri pelatihan yang di adakan oleh Dinas kesehatan.
Sehingga persiapan untuk pelaksanaan MTBS masih kurang dan belum berjalan
sesuai dengan buku pedoman bagan MTBS. Sarana, prasarana dan peralatan
masih kurang seperti sound timer, Kartu Nasehat Ibu (KNI), pipa lambung dan
alat pengisap lendir untuk kasus berat yang tidak ada dan ruangan pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara

54

MTBS masih bergabung dengan ruangan poli KIA. Hal ini dapat dilihat dalam
tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Tentang Proses Persiapan MTBS
di Puskesmas Belawan.
Informan
Informan 1
(Kepala Puskesmas)

Informan 2
(Penanggung jawab
MTBS di Puskesmas)

Informan 3
(Tenaga Kesehatan)

4.5.2 Pernyataan

Pernyataan
Persiapan MTBS di puskesmas ini melalui dinas
kesehatan dan sudah ada petugas untuk MTBS itu
sendiri 1 orang dokter dan 1 orang bidan. Ada juga
pertemuan sosialisasi untuk program MTBS oleh dinas
kesehatan dihadiri oleh petugas MTBS dan ada juga
pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan.
Mengenai persiapan MTBS itu sendiri coba ditanyakan
saja langsung ke bagian MTBS yang ada di poli KIA.
Untuk jumlah tenaga kesehatan masih kurang cukup dan
Untuk kesiapan pengetahuan petugas dilakukan
pelatihan-pelatihan oleh dinas kesehatan. Tenaga
kesehatan untuk kegiatan MTBS ini dilakukan oleh saya
dan bidan disini, kemampuan dan pengetahuan bidannya
tentang persiapan MTBS masih kurang. Sehingga perlu
pelatihan lagi bagi petugas. Sebagian peralatan untuk
melaksanakan program sudah ada, tapi masih banyak
yang kurang dan sarana yang terkait seperti formulir
ada.
Pernah ada pelatihan dari dinas kesehatan tapi kebetulan
saya berhalangan datang jadi saya belum pernah mendapat
pelatihan MTBS dan saya mempelajarinya sendiri.
Mengenai persiapan untuk sarana dan prasarana seperti
menyiapkan formulir dan buku pedoman MTBS.

Informan

Tentang

Proses

Alur

Penalaksanaan

Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas Belawan
Dari pernyataan informan tenaga kesehatan diketahui bahwa alur dalam
penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS ini di mulai dari pasien datang
kemudian mengisi formulir pendaftaran dan dilanjutkan ke poli KIA untuk
dilakukan pemeriksaan di timbang berat badan, tinggi badan, pemberian terapi
oleh dokter, menghitung pernapasan dan memberikan tindak lanjut jika ada tanda-

Universitas Sumatera Utara

55

tanda bahaya, di tulis resepnya dan untuk pemberian konseling tidak berjalan
dengan baik dan konseling yang tidak ada hanya diberitahu untuk datang kembali.
Padahal konseling sangat perlu diberikan ke ibu balita karena konseling tentang
perawat dirumah, pemberian makanan dan pemberian obat secara baik dan benar
untuk balita sakit sangat perlu untuk mempercepat kesembuhan balita. Hal ini
dapat dilihat dari tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.9

Matriks Pernyataan Informan Tentang Proses Alur
Penalaksanaan Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas
Belawan
Informan
Pernyataan
Kalau masalah alur penatalaksanan pneumonia dengan
Informan 1
MTBS kan sudah ada penanggung jawab dan
(Kepala Puskesmas)
petugasnya coba ditanyakan langsung ke bagiannya
yang ada di ruangan poli KIA.
Proses pelaksanaannya di mulai dari pasien datang
Informan 2
berobat langsung ke pengisian formulir dulu kemudian
(Penanggung jawab
MTBS di Puskesmas) di arahkan ke ruangan MTBS ya kalau disini ke ruangan
poli KIA ini dek, kemudian di timbang berat badannya,
tinggi badan dan diberi vitamin oleh petugas dan saya
memberikan terapi, menghitung pernapasannya,
memberikan tindak lanjut setelah itu saya tulis resepnya,
disini kami menganjurkan kapan ibu kembali kemari
dan kemudian pasien ke apotik untuk pengambilan
obatnya. alur pelaksanaan pneumonia dengan MTBS di
puskesmas ini di sesuaikan dengan standar operasioanal
pelayanan (SOP) yang berasal dari dinas kesehatan.
Tapi kami juga langsung mendatangi balita sakit yang di
mulai dari deteksi yang dilakukan di puskemas setelah
itu dilakukan pendekatan secara internal dan dilakukan
pemeriksaan balita sakit supaya cepat sembuh dan tidak
sakit kembali.
Kalau alur pelaksanaannya harus ada penyesuaian alur
Informan 3
supaya ruangan poli KIA ini tidak terlalu lama proses
(Tenaga Kesehatan)
penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS karena pasien
disini banyak setiap harinya. Alur pelaksanaan disini ke
bagian kartu dulu tempat pengisian formulir MTBS baru
habis itu keruangan poli ini disinilah dilaksanakannya
MTBS untuk di obati, diberi nasehat, pemberian tindak
lanjut dan menasehati ibu kapan kembali. Kalau
pemberian obat ke bagian apotek.

Universitas Sumatera Utara

56

Informan 4
(Pasien Ibu Balita)

Informan 5
(Pasien Ibu Balita)

Pada saat datang kemari kan langsung ke pendaftaran
dulu ambil kartu berobat terus disuruh nunggu dan nama
kita di panggil baru masuk keruangan setelah itu
diperiksa oleh dokter baru habis itu di suruh ambil obat
ke apotik dan di sarankan untuk datang kembali.
Tadi kan ke kartu dulu terus ditanyak siapa yang mau
berobat dan disuruh langsung masuk keruangan di timbang
berat badannya, di ukur panasnya trus kayak dihitung gitu
tadi ya pernapasannya dan ambil obat ke apotik.

4.5.3 Pernyataan Informan Tentang Pemeriksaan dan Konseling dalam
Proses Penatalaksanaan Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas
Belawan
Dari pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa informan tenaga
kesehatan pelaksanaan MTBS hanya mengharapkan diagnosa dari dokter, kurang
mengerti mengenai MTBS karena tenaga kesehatan tidak menghadiri pelatihan
yang di adakan oleh Dinas kesehatan. Sehingga pengetahuan untuk pelaksanaan
MTBS masih kurang dan belum berjalan sesuai dengan buku pedoman bagan
MTBS. Pemeriksaan dilakukan dengan menanyakan keluhan anak, periksan
tanda-tanda bahaya umum seperti kejang, tidak bisa minum, memuntahkan
semuanya dan tidak sadar. Dan selanjutnya kalau ada keluhan kesukaran
bernapas, maka di hitung napasnya dengan jam tangan karena sound timer untuk
menghitung pernapasan dalam keadaan rusak, jadi periksaaannya menjadi lebih
lama dan waktu tunggu untuk balita sakit lainnya semakin lama, alat untuk
mendukung pemeriksaan tidak ada dan jika pernapasan kurang 60x permenit
maka balita diberikan antibiotik dan diberitahu datang kembali, dokter tidak
memberikan konseling hanya di beritahu untuk datang kembali 2 hari berikutnya
jika ada tanda pernapasan menjadi lebih cepat dan sakit tambah parah. Padahal
konseling tentang perawatan dirumah sangat penting untuk kesembuhan balita
Universitas Sumatera Utara

57

menjadi lebih cepat. Jika pernapasan lebih dari 60x permenit diberikan tindakan
dan di rujuk ke rumah sakit. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Pemeriksaan dan Konseling dalam
Proses Penatalaksanaan Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas
Belawan.
Informan
Informan 1
(Kepala Puskesmas)

Informan 2
(Penanggung jawab
MTBS di Puskesmas)

Informan 3
(Tenaga Kesehatan)

Pernyataan
Kalau masalah pemeriksaan untuk kasus pneumonia
dengan MTBS, kan sudah ada petugasnya, langsung aja
ke petugas bagian MTBS yang ada di bawah di ruangan
poli KIA.
Pasien datang terus ditanya apa keluhannya, pasti
dijawabkan seperti batuk, demam, panas dan kesukaran
bernapas. Nah disitu dilihat dan dilakukan pemeriksaan,
pertama sekali kita periksa tanda bahaya umum seperti
apakah anak kejang, tidak bisa minum, muntahkan
semuanya, serta tidak sadar. Hanya dengan satu tanda
bahaya umum saja, sudah cukup untuk menunjukkan
bahwa penyakit itu berat. Dan selanjutnya kalau ada
keluhan kesukaran bernapas dan batuk, di tanyakan
batuk sudah berapa lama? kalau kita lihat memang ada
kesukaran bernapas maka kita hitung napasnya dan bila
napas cepat kurang dari 60x permenit kita beri antibiotik
kotrimoksazol atau amoksilin selama 2 hari dan beritahu
ibu datang kembali 2 hari berikutnya jika ada tanda
pernapasan jadi lebih cepat dan sakitnya tambah parah.
Jika anak napas cepat lebih dari 60x permenit segera
kita beri tindakan yang diperlukan dan dirujuk ke rumah
sakit, langsung ke obat dan saya tulis resepnya.
Paling ya di periksa sama dokter, nantikan ada kasus
pneumonia yang diagnosa sama dokter, jadi kita tahu dari
dokter, paling di tanya batuk dan kesukaran bernapasnya
dari kapan? Terus udah berobat kemana? Nanti kan kita
bisa lihat ada inian apa sih penarikan dinding pernapasan.
Dilihat ada gak (TDDK) tarikan dinding dada bagian
kedalam kuat atau tidak. Jika ada langsung di rujuk segera
ke rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

58

4.5.4 Pernyataan Informan Tentang Sistem Monitoring dan Evaluasi dalam
Proses Penatalaksanaan pneumonia dengan MTBS di Puskesmas
Belawan
Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa untuk pengawasan
pelaksanaan MTBS tidak berjalan dengan baik. Kepala puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kota Medan tidak melakukan pengawasan hanya melalui laporan dari
pengelola MTBS ketika rapat. Pengawasan langsung dari Dinas Kesehatan Kota
Medan dan Kepala Puskesmas tidak ada, saat ini Puskesmas Belawan hanya
mengirimkan laporan ke Dinas Kesehatan Kota Medan setiap bulan. Evaluasi
untuk pelaksanaan MTBS dilakukan rapat sebulan sekali di Puskesmas Belawan.
Dalam evaluasi yang dibicarakan pencapaian program, semua program di bahas
bukan hanya penumonia saja, yang di bahas apa yang menjadi masalah utama apa,
apa kendala dan hambatan, cara penanganannya dan hasilnya dikirim ke Dinas
Kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sistem Monitoring dan
Evaluasi dalam Proses Penatalaksanaan pneumonia dengan
MTBS di Puskesmas Belawan
Informan
Pernyataan
Kalau kita semua program di jadikan satu aja, karena
Informan 1
keterbatan waktu mereka juga pada sibuk pegang
(Kepala Puskesmas)
program masing-masing, kan gak mungkin membahas
semua program dalam satu hari yang menjadi masalah
utama aja yang kita bicarakan dan pengawasan MTBS
sudah dilaksanakan dengan baik, monitoring evaluasi
MTBS kan ada penanggung jawabnya yang
menganalisis kemudian di bahas di ruangan rapat secara
detail dan mengirimkan laporannya ke dinas kesehatan.
Pengumpulan data sudah cukup lengkap masuk ke saya
setiap bulan, terkait keterlambatan dalam mengantarkan
laporan akan ada sanksi teguran secara lisan kepada
petugasnya karena saya selalu mengingatkan untuk
pengumpulan laporan.
Puskesmas itu, kalau evaluasi harus melakukan
Informan 2

Universitas Sumatera Utara

59

(Penanggung jawab
MTBS di Puskesmas)

Informan 3
(Tenaga Kesehatan)

monitoring artinya gini melakukan evaluasi sampai
bulan ini
sudah mencapai
berapa banyak,
permasalahannya apa, apa kendalanya kemudian
mengindentifikasi daerah-daerah mana yang sebetulnya
di perhatikan atau pneumonia yang menjadi perhatian
jumlah kasus yang banyak dengan melakukan evaluasi
kita bisa tahu apa yang menyebabkan kasus pneumonia
banyak salah satunya kan faktor lingkungan disini itu
menjadi bahan monitoring. Pencapaian target
programnya, sasarannya kan kita lihat dari jumlah
penduduk, jadi kita dapat terget dari dinas kesehatan
berapa persen sudah mencapai atau belum dan banyak
lah yang di bicarakan dalam rapat.
Evaluasi di puskemas ini minimal sebulan sekali dilakukan
rapat, dalam evaluasi yang dibicarakan pencapaian
program, semua program di bahas bukan hanya penumonia
saja, yang di bahas apa yang menjadi masalah utama, apa
bulan ini ada kejadian apa kita bahas ada persoalan apa
kita cermati, apa kendala dan hambatannya bagaimana
penangannya kita juga sharing supaya pencapaian
kasusnya tercapai dan dilakukan pengawasan bukan
pengawasan sih namanya tapi tiap bulan harus
mengirimkan laporan ke dinas kesehatan.

4.5.5 Pernyataan Informan Tentang Tantangan Internal dan Eksternal
dalam Proses Penatalaksanaan Pneumonia Dengan MTBS Di
Puskesmas Belawan
Tantangan internal yang dihadapi adalah kurangnya kualitas dari
kemampuan atau skill tenaga kesehatan belum maksimal. Selain itu sarana,
prasarana dan peralatan yang masih kurang dan belum memadai seperti sound
timer, Kartu Nasehat Ibu (KNI), pipa lambung dan alat pengisap lendir untuk
kasus berat yang tidak ada dan ruangan pelaksanaan MTBS masih bergabung
dengan ruangan poli KIA. Tantangan eksternal yang dihadapi yaitu wilayah kerja
Puskesmas Belawan yang sangat luas, sehingga mengalami kesulitan dan
membuat pemantauannya tidak bisa dilaksanakan satu orang saja. Selain itu,
tantangan eksternal datang dari pasien atau masyarakat masih rendahnya

Universitas Sumatera Utara

60

pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat. Sehingga masyarakat sulit
menangkap informasi kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Hal ini
dilihat dari tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tantangan Internal dan
Eksternal dalam Proses Penatalaksanaan Pneumonia Dengan
MTBS Di Puskesmas Belawan
Informan
Pernyataan
Yang jadi kendala biasanya kesiapan tenaga kesehatan
Informan 1
yang masih kurang dan tingkat pengetahuannya tentang
(Kepala Puskesmas)
MTBS. Selain itu soal dana juga merupakan tantangan,
karena dana untuk MTBS tidak ada jadi tergantung pada
dana BOK saja. Sehingga dana untuk MTBS sangat
minim.
Kalau
tantangan-tantangan
tentang
pelaksanaannya yang tau kan petugasnya itu sendiri,
coba aja ditanyakan langsung ke petugasnya.
Tantangan internal dan eksternal pasti banyak, terutama
Informan 2
tantangan-tangangan terberat sebenarnya di SDM
(Penanggung jawab
MTBS di Puskesmas) ibunya, kita bicara apapun kalau ibunya daya
pengetahuan dan pemahamannya kurang jadi susah,
bagaimana ibu bisa menatalaksanakan balitanya kita
bicara apapun sampai rumah tidak diterapkan pada
balitanya dan luas wilayah kerja Puskesmas Belawan
yang cukup luas membuat pemantauannya tidak bisa
dilaksanakan satu orang jadi harus ada penambahan
petugas seperti yang saya bilang sebelumnya.
Kalau tantangan internal ya petugasnya kurang dan kadang
Informan 3
dari sarana prasarananya tiba-tiba temperaturnya rusak dan
(Tenaga Kesehatan)
sound timernya rusak jadi terpaksa pakai jam tangan kami
kan gak akurat hasilnya. Selain itu kita tidak punya
ruangan untuk MTBS masih bergabung dengan poli KIA
sehingga tidak maksimal dalam melaksanakannya, padahal
pasien kan banyak jadi waktu tunggu pasien semakin lama.

Universitas Sumatera Utara

61

4.5.6 Pernyataan Informan Tentang Strategi yang Dilakukan dalam
Mengatasi Kendala Proses Penatalaksanaan Pneumonia dengan
MTBS di Puskesmas Belawan
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa untuk menanggulangi masalah
keterbatasan sarana dan prasarana tidak banyak strategi yang bisa dilakukan
puskesmas karena keterbatasan dana untuk pelaksanaan MTBS. Hal ini dilihat
dari tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Tentang Strategi yang Dilakukan
Dalam Mengatasi Kendala Proses Penatalaksanaan Pneumonia
Dengan MTBS Di Puskesmas Belawan
Informan
Pernyataan
Strateginya ya menyarankan tenaga kesehatan untuk
Informan 1
lebih aktif dalam mengikuti pelatihan MTBS. Mengatasi
(Kepala Puskesmas)
kendala yang berhubungan dengan dana kita sudah
mengajukan permohonan ke dinas kesehatan atau dinas
terkait untuk fasilitas yang lebih baik lagi dengan
mendatangkan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan MTBS tersebut, tapi permohonan sampai
saat ini belum ada di proses oleh dinas kesehatan.
Untuk mengatasi kendala-kendala yang ada di
Informan 2
puskesmas ini jangan bosan-bosan memberikan
(Penanggung jawab
MTBS di Puskesmas) penyuluhan diluar atau didalam gedung dan penyuluhan
kepada ibu balita/masyarakat baik di posyandu,
penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok dan
penyuluhan di puskesmas tetap kita berikan. Pokoknya
setiap anak ada yang batuk pilek dan demam harus
diperiksa, ada batuk lebih dari 2 minggu harus segera
diperiksa dahaknya dan ada anak yang pernapasan cepat
harus di periksa dan dihitung napasnya dengan sound
timer disitu kita tau anak penumonia atau tidak. Untuk
petugas harus ada penambahan karena pasien banyak
dan tidak bisa hanya satu atau dua petugasnya saja.
Strategi untuk mengatasinya harus ada penambahan
Informan 3
petugas dan sarana prasarananya yang rusak diganti
(Tenaga Kesehatan)
dengan yang baru. Penambahan ruangan untuk MTBS
harus ada sehingga pelaksanaan MTBS berjalan dengan
baik. Kalau strategi pneumonia dengan MTBS nya harus
mengetahui deteksi dini pneumonia. Misalnya batuk, nah
batuk kan ada klasifikasinya karena ada juga batuk yang
bukan pneumonia jadi harus berdasarkan anamnesis dan
klasifikasi itu biar tidak salah mendiagnosanya.
Universitas Sumatera Utara

62

4.5.7 Pernyataan Informan Tentang Beban Kerja dan Efisiensi Kinerja
Tenaga Kesehatan dalam Proses Penatalaksanaan Pneumonia dengan
MTBS di Puskesmas Belawan.
Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa Kepala Puskesmas hanya
menunggu laporan dari bagian tenaga kesehatan untuk pelaksanaan MTBS dan
untuk pengelola kegiatan MTBS, sangat terbebani karena banyaknya pasien yang
berobat di bagian MTBS, jumlah tenaga kesehatan di MTBS yang hanya 2 orang
dan petugas MTBS bukan hanya memegang kegiatan MTBS saja tapi juga
membuka praktek di luar wilayah kerja puskesmas. Sedangkan menurut petugas
kesehatan mereka sudah membagi tugasnya masing-masing dengan jumlah tenaga
yang ada. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Beban Kerja dan Efisiensi
Kinerja Tenaga Kesehatan dalam Proses Penatalaksanaan
Pneumonia dengan MTBS di Puskesmas Belawan.
Informan
Pernyataan
Untuk sekarang ini mengenai beban kerja petugas
Informan 1
MTBS tidak ada keluhan dan jika ada keluhan pasti
(Kepala Puskesmas)
mereka bicara ke saya secara pribadi. Jadi secara
keseluruhan semua masih berjalan lancar dan baik.
Menurut saya beban kerjanya terlalu berat karena kami
Informan 2
hanya 2 orang saja petugas MTBS seharusnya ada
(Penanggung jawab
MTBS di Puskesmas) penambahan petugas untuk MTBS ini dan saya
kesulitan dalam mengiput data dan laporan karena
hanya saya saja yang di tugaskan untuk menginput data
MTBS, memberi pengobatan, terapi dan mendiagnosa,
sedangkan bu esra hanya mengisi formulir MTBS saja.
Dengan pasien yang banyak setiap harinya dan saya
khawatirkan mana tau salah satu dari kami gak bisa
hadir jadi cuma saya yang menanganinya.
Saya rasa beban kerja nya tidak terlalu terbebani karena
Informan 3
setiap petugas sudah dibagi tugasnya masing-masing.
(Tenaga Kesehatan)
Kalau untuk MTBS ini ada dua orang yang memegang
programnya saya dan dokter chatarina.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
5.1

Masukan (Input)
Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (Input)

dalam penatalaksanaan pneumonia dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS).
5.1.1

Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia puskesmas
terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan (Permenkes RI No.75
Tahun 2014). Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya
manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta
terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan
kesehatan.
Puskesmas Belawan mempunyai tenaga kesehatan yang tidak mengikuti
pelatihan MTBS dan berjumlah 2 orang. Pasien balita sakit yang berobat ke
puskesmas banyak setiap harinya paling sedikit pasien 8 orang setiap harinya dan
dalam pelaksanaan MTBS yang di tangani bukan pnuemonia saja, ada juga diare,
demam, status gizi dan status imunisasi dengan pengetahuan tenaga kesehatan
yang kurang akan memperlama proses pelaksanaan MTBS dan kurangnya
pelayanan balita sakit dengan menggunakan pendekatan MTBS. Seperti

63

Universitas Sumatera Utara

64

pemeriksaan menjadi lebih lama dan waktu tunggu balita sakit semakin lama
karena tenaga kesehatan hanya mengharapkan diagnosa dari dokter saja dengan
pasien yang banyak dan tenaga kesehatan hanya mengisi formulir MTBS saja.
Sehingga waktu tunggu balita sakit semakin lama dan mengakibatkan anak
menjadi rewel. Sedangkan untuk tenaga kesehatan sumber daya manusianya harus
mencukupi dalam jumlah dan kualitasnya, dalam kenyataannya tenaga kesehatan
di Puskesmas Belawan tidak mengikuti pelatihan MTBS yang di berikan oleh
Dinas Kesehatan. Tenaga kesehatan tidak mengikuti pelatihan MTBS karena tidak
datang ke pelatihan MTBS tersebut. Menurut Penelitian Husni dkk, (2012)
mengatakan bahwa keikutsertaan petugas dalam pelatihan MTBS, akan
berdampak pada kurangnya pelayanan balita sakit dengan menggunakan
pendekatan MTBS. Tenaga kesehatan yang mengelola MTBS memiliki tugas
dalam hal pengisian formulir, untuk pemberian terapi, pengobatan dan tindak
lanjut dilakukan oleh dokter yang merupakan penanggung jawab MTBS di
ruangan poli KIA dimana MTBS dilaksanakan. Pelatihan terakhir kali dilakukan
di Puskesmas Belawan pada tahun 2008 yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kota Medan.
Puskesmas Belawan tidak semua balita dengan kasus pneumonia ditangani
dengan pendekatan MTBS, ini disebabkan karena petugas MTBS di Puskesmas
Belawan tidak mengikuti pelatihan MTBS, sehingga pengetahuan dan
kemampuan petugas MBTS yang masih kurang. Menurut Kepala Puskesmas
Belawan kesiapan dari tenaga kesehatan belum maksimal karena tingkat
pengetahuannya tentang MTBS masih kurang dan perlu ditingkatkan lagi.

Universitas Sumatera Utara

65

Dalam modul MTBS penyesuaian alur pelayanan dilakukan guna
menggurangi waktu tunggu balita sakit. Jika informasi mengenai MTBS
dilakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS kepada
tenaga kesehatan lainnya di puskesmas yang belum mendapatkan pelatihan
MTBS, maka alur pelayanan MTBS bisa disesuaikan hingga mengurangi waktu
tunggu balita sakit. Tapi pada kenyataannya di Puskesmas Belawan belum sesuai
dengan alur pelayanan karena tenaga kesehatan untuk pelaksanaan MTBS yang
belum dapat pelatihan sehingga pengetahuan untuk pelaksanaan MTBS yang
kurang dan kegiatan pelaksanaan MTBS belum berjalan dengan baik dan waktu
tunggu untuk balita sakit semakin lama, ini juga di pengaruhi dengan terbatasnya
jumlah tenaga kesehatan yang dilatih MTBS dan dengan terbatasnya jumlah
tenaga kesehatan yang dilatih MTBS, sarana dan prasarana juga berkaitan dengan
waktu tunggu untuk balita semakin lama karena banyak alat-alat yang rusak/ tidak
ada sehingga pemeriksaan balita semakin lama.
Tenaga

kesehatan

MTBS

belum

melaksanakan

penatalaksanaan

pneumonia sesuai dengan modul MTBS dan kemudian mengisi formulir MTBS,
namun dalam pengisian formulir MTBS ada beberapa yang tidak diisi oleh tenaga
kesehatan, bagian konseling kapan kunjungan ulang. Berdasarkan penelitian
Mardijanto (2005) bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan
dengan kelengkapan pengisian formulir MTBS, jadi petugas akan lengkap
mengisi formulir MTBS jika tingkat keparahan penyakit semakin parah.
5.1.2 Pendanaan

Universitas Sumatera Utara

66

Pendanaan untuk MTBS bersumber dari Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK). BOK merupakan salah satu program pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan. Namun kenyataannya Puskesmas Belawan hingga saat ini masih
menggunakan dana BOK untuk melaksanakan MTBS. Sebenarnya dana BOK
untuk MTBS belum mencukupi dan sangat minim dalam pelaksanaan MTBS di
wilayah kerja puskesmas. Menurut Wibowo, (2008) yang mengatakan bahwa
adanya keterbatasan sumber daya dapat menghambat pelaksanaan suatu
kebijakan. Semakin besar dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki sebuah
program, maka hasilnya pun akan semakin efektif, apabila dana yang diberikan
seefisien mungkin dan semakin kecil dana yang digunakan untuk sebuah program,
maka program hanya berjalan lambat dan h