perancangan mesin pendingin .1 perancangan adsorber dan kolektor
adalah -60 cmHg dan pada saat pagi hari tekanan tersebut turun lagi menjadi -66 cmHg. Penurunan tekanan ini dikarenakan oleh penurunan temperatur.
3.6 perancangan mesin pendingin 3.6.1 perancangan adsorber dan kolektor
Matahari
a. Proses pemanasan desorpsi
Universitas Sumatera Utara
b. Proses pendinginan adsorpsi Gambar 3.8 gambar mesin pendingin yang direncanakan.
3.6.2 Dimensi utama alat penelitian
3.6.2.1 Generator dan kolektor Generator dan kolektor adalah bagian yang menyatu dan dapat dibongkar pasang
antar generator dan adsorpsi. Adsorber yang digunakan adalah kolektor pelat rata yang terbuat dari bahan stainless steel dengan ketebalan 1 mm dengan luas adalah 0,0025 m
2
. Adsorpsi ini dilapisi dengan dua lapis kaca. Jarak antar kaca adalah 30 mm dan jarak adsorpsi
dengan kaca adalah 30 mm.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.9 Model penutup adsorber
Gambar 3.10 Model bagian bawah adsorpsi dan fin
Universitas Sumatera Utara
Tebal pelat adalah 1 mm Tebal fin adalah 1 mm
Jarak antar fin adalah 50 mm Jarak antar fin yang di tengah 20 mm
Tinggi fin adalah 50 mm Jumlah fin 12 buah
Tinggi pipa 150 mm Tinggi adsorber 80 mm
Diameter pipa Ø = ½ “
Gambar 3.11 Model adsorber 3.6.2.2 Kotak isolasi adsorber
Boks isolasi adalah tempat generatorkolektor yang diisolasi dengan baik supaya panas yang diserap kolektor tidak terbuang ke luar.
Gambar 3.12 Model kotak isolasi
Gambar 3.13 Model adsorber dengan kotak isolasi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.14 Ukuran letak adsorber pada kotak isolasi Box isolasi
Bahan : kayu Ukuran kotak 600 mm x 600 mm x 210 mm
Tebal box isolasi 15 mm
3.6.2.3 Kaca penutup Kaca penutup berfungsi untuk mengurangi kerugian panas yang mengalir ke luar.
Kaca menyerap dan mengembalikan panas ke adsorpsi.
Gambar 3.15 Model kaca kolektor
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.16 Potongan model kaca kolektor dua lapis Jarak antar kaca 30 mm
Tebal kaca 3 mm Ukuran kaca 570 x 570 mm
Jumlah kaca 2 lapis Jarak generator ke kaca 30 mm
3.6.3 Langkah Perancangan adsorber
1. Adsorpsi terbuat dari pelat stainless steel dengan tebal 1 mm. adsorpsi dibentuk sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan. Setelah pelat stainless steel tersebut dipotong dan kemudian di bending bagian pinggirnya ,fin dibentuk juga sesuai dengan
ukuran dan di hubungkan dengan las argon. Las argon dipilih supaya hasil sambungan lebih kuat dan terhindar dari kebocoran.
Gambar 3.17 adsorber dengan fin 2.
Setelah adsorpsi dibentuk maka adsorpsi diisi dengan kaebon aktif. Karbon aktif diisi sebanyak 8 kg. Setelah karbon aktif diisi, karbon aktif tersebut dipadatkan dengan
Universitas Sumatera Utara
cara menekan atau menumbuk karbon aktif tersebut sehingga karbon aktifnya lebih padat.
Gambar 3.18 Mengisi karbon aktif 3.
Setelah karbon aktif diisi dan dipadatkan, maka karbon aktif dilapisi dengan kawat nyamuk. Tujuan dari pelapisan kawat nyamuk ini adalah supaya karbon aktif tidak
jatuh pada saat adsorpsi dibalikkan dan juga karbon aktif tidak terhisap pada saat proses pemvakuman. Setelah kawat nyamuk dipasang ,maka selanjutnya dipasang
balok kayu sebanyak empat buah. Fungsi dari balok kayu adalah sebagai penyokong dari karbon aktif.
Gambar 3.19 pemasangan kawat nyamuk 4.
Setelah proses ini, pelat penutup dipasang kemudian dihubungkan dengan menggunakan las argon. Pada adsorpsi ini dilengkapi dengan manometer vakum dan
valve yang dipasang pada pipa adsorpsi. Valve berfungsi untuk menutup saluran
Universitas Sumatera Utara
setelah proses pemvakuman dan manometer berfungsi untuk melihat tekanan pada
adsorpsi. Dengan adanya manometer ini dapat diketahui bocor tidaknya adsorpsi tersebut.
Gambar 3.20 penyambungan pelat adsorber 5.
Setelah proses pengelasan, maka adsorpsi dilakukan pengecatan. Adsorpsi dicat dengan warna hitam gelap. Tujuan dari pengecatan ini adalah agar panas dapat
diserap adsorpsi dengan sempurna.
Universitas Sumatera Utara
3.6.4 Pelaksanaan penelitian 3.6.4.1 Persiapan penenelitian
1. Proses assemblingpenyambungan sebelum dilakukan pengujian, komponen dari mesin pendingin dihubungkandirangkai antar kondensor dengan evaporator. Pada pipa sambungan
dilem dengan baik untuk menghindari kebocoran.
2. Memanaskan adsorpsi selama 5 jam dengan kompor sampai temperatur adsorpsi mencapai 120
o
C kemudian termokopel dipasang pada adsorpsi,kondensor dan evaporator. Setelah temperatur dijaga 120
o
C, dilakkan pemvakuman adsorpsi selama 15 menit yang berfungsi untuk mengeluarkan gas dan air yang terdapat pada karbon aktif. Setelah pemvakuman
kemudian katup adsorpsi ditutup.
3. Kemudian metanol diisi pada evaporator dan katup evaporator ditutup setelah itu, kemudian semua sambungan dihubungkan. Kemudian dilakukan pemvakuman kembali dari
katup pembuangan untuk mengosongkan udara yang ada pada pipa-pipa setelah itu katup evaporator dibuka secara pelan. Setelah metanol kelihatan mendidih, pemvakuman
dihentikan dan katup buang pun ditutup.
4. Proses adsorpsi pada malam hari setelah semua komponen tersambung dengan sempurna dan tidak ada kebocoran, maka dibiarkan temperatur pada adsorpsi turun seiring dengan
turunnya temperatur lingkunang. Pada malam hari dengan turunnya temperatur adsorpsi, maka karbon aktif akan menyerap metanol sehingga metanol akan menguap pada evaporator
dan naik ke karbon aktif. Dengan penguapan metanol ini maka temperatur evaporator pun
Universitas Sumatera Utara
akan turun yang mengakibatkan temperatur air yang ada disekitarnya juga akan turun. Dilakukan pengukuran tekanan setiap 2 jam.
5. Proses desorpsi pada siang hari kaca kolektor dipasang dan diisolsi dengan sempurna sehingga tidak ada udara yang mengalir pada adsorpsi. Kotak isolasi dipastikan terisolasi dari
semua sisi dengan baik. Kemudian adsorpsi di jemur dibawah matahari. Dengan naiknya temperatur adsorpsi maka diharapkan terjadi proses desorpsi yaitu metanol akan menguap
dan mengalir ke kondensor ,pada kondensor uap metanol tersebut mencair dan kembali ke evaporator. Tekanan adsorpsi dicatat setiap dua jam sekali.
Universitas Sumatera Utara