Kajian Experimental Evaporator Untuk Mesin Pendingin Siklus Adsorpsi Yang Digerakkan Energi Surya

(1)

KAJIAN EXPERIMENTAL EVAPORATOR UNTUK MESIN

PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN

ENERGI SURYA

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

MARLUNDU NAIBAHO NIM. 060401067

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan agar memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun Tugas Sarjana yang dipilih adalah dalam bidang Termodinamika Teknik dengan judul "KAJIAN EXPERIMENTAL

EVAPORATOR UNTUK MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA ".

Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini, penulis banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta, (Ayah) M. Naibaho dan (Ibu) E. Habeahan yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi, dan nasihat yang tak ternilai harganya. Serta kepada Abang, Kakak dan adik.

2. Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus, ST, MT, dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya membimbing, memotivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Dr. Eng. Himsar Ambarita, ST, MT selaku dosen pembimbing lapangan yang telah banyak meluangkan waktu, memotivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

4. Prof.Dr.Ir. Bustami Syam, MSME (Dekan Fakultas Teknik USU), beserta segenap Staf dan Jajarannya.

5. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.

6. Bapak/Ibu Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.

7. Abang Sarjana, ST selaku koordinator laboratorium teknologi mekanik, yang membantu penulis dalam pembuat alat.

8. Rekan satu tim Masrin dan Dony Osmond atas kerja sama yang baik untuk menyelesaikan penelitian ini.


(7)

10.Seluruh rekan-rekan mahasiswa Departemen Teknik Mesin, teristimewa kepada kawan-kawan seperjuangan Angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi masukan yang berguna demi kelengkapan Skiripsi ini.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.

Medan, 24 Juni 2011 Penulis


(8)

ABSTRAK

Kebutuhan akan sistem pendingin untuk berbagai macam kebutuhan konvesional pada daerah terpencil dirasakan semakin meningkat, sementara sistem pendingin yang sudah ada belum tentu bisa dipakai karena tidak semua daerah terpencil memiliki jaringan listrik. Untuk itu, dalam penelitian ini dipilih sistem pendingin adsorpsi dengan menggunakan pasangan karbon aktif dan metanol yang bahan – bahannya mudah didapat dan tidak menghasilkan polusi, sehingga menghasilkan sistem pendingin yang ramah lingkungan.

Selain evaporator sebagai komponen utamanya, sistem pendingin adsorpsi membutuhkan refrigeran dan absorber. Evaporator adalah alat penukar kalor, dimana dua fluida yang mempunyai suhu yang berbeda, yang satu bersuhu tinggi dan yang satunya lagi bersuhu rendah, akan bertukar panas sehingga fluida yang menerima panas akan menguap. Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu fasa tertentu (gas, cair) pada permukaan yang berupa padatan sehingga membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut.

Keuntungan dari penggunaan mesin pendingin adsorpsi ini adalah sumber energi yang mudah didapat dan tidak adanya komponen yang bergerak. Mesin pendingin adsorpsi ini dioperasikan dengan menggunakan panas matahari sebagai sumber energi. Dengan pemanfaatan sumber energi tersebut dapat dihasilkan suhu evaporator dibawah 10 0C pada tingkat suhu pemanasan generator 70 0C – 90 0C.


(9)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i ABSTRAK...iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR...viii DAFTAR NOTASI...ix

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Batasan Masalah ...1

1.3. Tujuan Penelitian ...2

1.4. Manfaat Penelitian ...2

1.5. Sistematika Penulisan ...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1. Sistem Mesin Pendingin Adsorpsi...4

2.2. Evaporator ...5

2.3. Perpindahan Kalor Didalam Evaporator...5

2.4. Jenis EVaporator ...7

2.5. Adsorpsi ...8

2.5.1. Jenis Jenis Adsorpsi ...9

2.5.2. Kinetika Adsorpsi ...10

2.5.3. Kesetimbangan Adsorpsi ...10

2.5.4. Isoterm Adsorpsi...11

2.5.5. Prinsip Kerja Sistem Adsorpsi...12

2.6. Adsorben ...13

2.6.1. Unujuk Kerja Adsorben ...13

2.6.2. Penggolongan Adsorben...13

2.7. Refrigeran ...17

2.8. Kalor ...20

2.8.1. Kalor Laten...20

2.8.2. Kalor Sensibel...21

2.8.3. Perpindahan Kalor...21

BAB III METODE PENELITIAN ...26

3.1. Metode Pelaksanaan Penelitian...26

3.2. Tempat Penelitian ...27

3.3. Bahan Dan Alat ...27

3.3.1. Bahan...27

3.3.2. Alat ...28

3.4. Perancangan Alat Penelitian...31

3.5. Analisa Data Pengujian Alat Adsorpsi ...32

3.6. Perancangan Mesin Pendingin...34

3.6.1. Dimensi Utama Alat Penelitian ...36

3.6.2. Perancangan Evaporator ...38

3.6.3. Perancangan Kotak Insulasi...40

BAB IV ANALISA DATA ...41

4.1. Hasil Pengujian ...41


(10)

4.1.2. Pengujian Hari Pertama...45

4.1.2. Pengujian Hari Kedua...46

4.1.3. Pengujian Hari Ketiga...47

4.2. Neraca Kalor ...49

4.2.1. Kalor Yang Diserap Evaporator...49

4.2.2. Analisa Kalor Pada Metanol...50

4.2.3. Analisa Kalor Pada Air...51

4.2.4. Kesetimbangan Energ...52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...55

5.1. Kesimpulan ...55

5.2. Saran ...56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penggolongan adsorben berdasarkan kemampuan menyerap air...14

Tabel 2.2. Spesifikasi karbon aktif ...16

Tabel 3.1. Alat Penguji adsorpsi...32

Tabel 4.1. Data tekanan evaporator pada siang hari (desorpsi)...42


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses pemanasan kolektor dengan tenaga surya ... 4

Gambar 2.2. Penyerapan suatu zat oleh zat pengadsorpsi ...8

Gambar 2.3. Karbon aktif ...13

Gambar 2.4. Metanol ...16

Gambar 3.1. Hobo Micro Station smart sensor ...24

Gambar 3.2. Pompa vakum ...25

Gambar 3.3. Agilent ...25

Gambar 3.4. Skema alat pengujian ...26

Gambar 3.5. Alat pengujian adsorpsi ...27

Gambar 3.6. Proses adsorpsi dan proses desorpsi ...28

Gambar 3.7. Evaporator yang akan dirancang ...29

Gambar 3.8. Dimensi Evaporator ...30

Gambar 3.9. Rancangan wadah air ...31

Gambar 3.10. Bagian bawah evaporator ...32

Gambar 3.11. Bagian atas evaporator dibuat lubang ...32

Gambar 3.12. Pipa evaporator yang dipasang katup dan manometer ...33

Gambar 3.13. Evaporator ...33

Gambar 3.14. Kotak insulasi dan bagian dalam kotak insulasi ...34


(13)

DAFTAR NOTASI

Simbol Keterangan Satuan

COP Coeficient Of Performance -

QCool Kalor pendinginan Joule

QDrive Kalor kerja Joule

∆H Perubahan entalpi kJ/kg

∆S Perubahan entropi kJ/kgK

COA coefficient of amplification - Cv Kalor spesifik volume tetap J/kg. K Cp Kalor spesifik tekanan tetap J/kg. K

QL Kalor laten J

Le Kapasitas kalor spesifik laten J/kg

m Massa zat kg

Qs Kalor sensibel J

ΔT Beda temperatur K


(14)

ABSTRAK

Kebutuhan akan sistem pendingin untuk berbagai macam kebutuhan konvesional pada daerah terpencil dirasakan semakin meningkat, sementara sistem pendingin yang sudah ada belum tentu bisa dipakai karena tidak semua daerah terpencil memiliki jaringan listrik. Untuk itu, dalam penelitian ini dipilih sistem pendingin adsorpsi dengan menggunakan pasangan karbon aktif dan metanol yang bahan – bahannya mudah didapat dan tidak menghasilkan polusi, sehingga menghasilkan sistem pendingin yang ramah lingkungan.

Selain evaporator sebagai komponen utamanya, sistem pendingin adsorpsi membutuhkan refrigeran dan absorber. Evaporator adalah alat penukar kalor, dimana dua fluida yang mempunyai suhu yang berbeda, yang satu bersuhu tinggi dan yang satunya lagi bersuhu rendah, akan bertukar panas sehingga fluida yang menerima panas akan menguap. Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu fasa tertentu (gas, cair) pada permukaan yang berupa padatan sehingga membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut.

Keuntungan dari penggunaan mesin pendingin adsorpsi ini adalah sumber energi yang mudah didapat dan tidak adanya komponen yang bergerak. Mesin pendingin adsorpsi ini dioperasikan dengan menggunakan panas matahari sebagai sumber energi. Dengan pemanfaatan sumber energi tersebut dapat dihasilkan suhu evaporator dibawah 10 0C pada tingkat suhu pemanasan generator 70 0C – 90 0C.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan sistem pendingin di daerah terpencil untuk berbagai kebutuhan seperti pengawetan atau penyimpanan bahan makanan dirasakan semakin meningkat, sementara sistem pendingin konvensional yang ada belum tentu bisa dipakai karena tidak semua daerah terpencil memiliki jaringan listrik, sehingga sistem pendingin tenaga surya sederhana salah satu alternatif untuk pemecahan permasalahan kebutuhan sistem pendingin di daerah terpencil seperti ini.

Salah satu pemanfaatan energi surya untuk sistem pendingin adalah dengan pemanfaatan sistem adsorpsi, pada sistem ini sebagian pengoperasiannya berkaitan dengan pemberian panas pada generator dan tidak membutuhkan daya sehingga lebih ekonomis dan untuk mendapatkan energi panas jauh lebih mudah, salah-satunya dengan memanfaatkan panas dari sinar matahari.

Teknologi kolektor surya jauh lebih sederhana dibandingkan dengan sistem pendingin kompresi uap dan umumnya dapat dibuat dan diperbaiki di industri lokal. Selain kolektor surya sistem pendingin adsorpsi membutuhkan refrigeran dan adsorben. Dalam beberapa tahun terakhir penelitian metanol sebagai refrigeran dan karbon aktif sebagai adsorben banyak dilakukan untuk membuat pendingin adsorpsi surya sederhana dengan biaya yang tidak mahal tetapi dapat menghasilkan pendingin tanpa polusi.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian skiripsi ini adalah:

1. Mendisain dan membuat model fisik dari evaporator dan kotak ice sebagai salah satu komponen dari sistem refrigerasi.


(16)

2. Menganalisa unjuk kerja dari evaporator dengan refrigerasi karbon aktif dan metanol

3. Mengetahui karakteristik evaporator pada sistem pendingin adsorpsi pasangan karbon aktif.

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada :

• Perancangan Evaporator.

• Refrigerant yang dipakai adalah methanol

• Variabel yang diamati pada pengujian adalah temperatur (T) dan tekanan (P)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan skiripsi ini adalah :

1. Menghasilkan rekomendasi sistem pendingin yang ramah lingkungan dan hemat energi.

2. Sebagai wacana untuk penelitian yang lebih lanjut.

1.5. Sistematika Penulisan

Laporan skripsi ini adalah buku skripsi yang tersusun atas lima bab. Bab I pendahuluan, bab ini menguraikan latar belakang penulisan skripsi, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan pustaka, bab ini membahas teori-teori yang dapat mendukung dan menjadi pedoman dalam penulisan skiripsi. bab III metodologi, bab ini membahas metode penulisan skripsi, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitain. Bab IV analisa dan pembahasan, bab ini membahas tentang analisa data hasil pengujian yang dilanjutkan


(17)

dengan pembahasan data hasil pengujian, bab V kesimpulan dan saran, bab ini berisi kesimpulan dari hasil pengujian dan saran-saran untuk penyempurnaan hasil pengujian.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Mesin Pendingin Adsorpsi

Sistem pendinginan adsorpsi mirip dengan siklus pendinginan kompresi uap. Perbedaan utama kedua siklus tersebut adalah gaya yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara tekanan penguapan dan tekanan kondensasi serta cara perpindahan uap dari wilayah bertekanan rendah ke wilayah bertekanan tinggi. Pada sistem pendingin kompresi uap digunakan kompresor, sedangkan pada sistem pendingin adsorpsi digunakan adsorben dan generator bertekanan rendah, tekanan ditingkatkan dengan pompa dan pemberian panas di generator sehingga adsorben dan generator dapat menggantikan fungsi kompresor secara mutlak kompresi tersebut, sistem pendingin adsorpsi memerlukan masukan energi panas.

Gambar 2.1. Proses

Pemanasan Kolektor dengan

tenaga surya [1]

Panas sering disebut sebagai energi tingkat rendah (low level energy) karena panas merupakan hasil akhir dari perubahan energi dan sering kali tidak didaur ulang. Pemberian panas dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan kolektor surya, biomassa, limbah, atau dengan boiler yang menggunakan energi komersial.


(19)

Komponen utama mesin pendingin adsorpsi adalah generator, kondensor, dan evaporator. Evaporator memegang peranan penting sebagai tempat refrigeran yang akan digunakan untuk mendinginkan fluida atau benda yang akan didinginkan.

2.2. Evaporator

Evaporator dalam sistem refrigerasi adalah alat penukar kalor yang memegang peranan penting di dalam siklus refrigerasi, yaitu mendinginkan media sekitarnya Tujuan sistem refrigerasi adalah untuk membebaskan panas dari fluida seperti udara, air atau beberapa benda yang lain.[2].

Evaporator diletakkan dibagian unit pendingin dari lemari pendingin dan akan bersentuhan langsung dengan media yang akan didinginkan, yaitu air. Cairan metanol akan menguap pada saat temperatur adsorben naik atau pada saat pemanasan adsorben. Metanol akan mencair dikondensor dan cairannya akan terkumpul kembali di evaporator, dan malam hari temperatur adsorben akan turun perlahan – lahan dan akan menyerap metanol. Akibatnya metanol akan menguap dan menyerap kalor dari sekitarnya sehingga temperatur akan turun.[2].

2.3. Perpindahan Kalor Didalam Evaporator

a. Koefisien Perpindahan Kalor

Faktor yang mempengaruhi koefisien perpindahan kalor adalah kecepatan aliran fluida atau benda yang akan didinginkan, disamping itu makin besar luas bidang benda yang hendak diinginkan atau dekat dengan bidang pendingin juga mempengaruhi koefisien perpindahan kalor. Untuk temperatur penguapan refrigeran, temperatur benda atau fluida yang akan didinginkan akan dipengaruhi oleh kecepatan aliran dari zat yang hendak didinginkan.


(20)

Di dalam evaporator, banyaknya perpindahan kalor dihitung berdasarkan perbedaan rata- rata temperatur, makin besar perbedaan temperatur, makin kecil ukuran penukar kalor (luas bidang perpindahan kalor) yang bersangkutan, namun dalam hal tersebut diatas, temperatur penguapannya menjadi rendah.

b. Kapasits (Q) Pendingin di dalam Evaporator

Kapasitas suatu mesin pendingin ialah kemampuan mesin tersebut untuk menyerap panas dari benda yang didinginkan, umumnya dinyatakan dalam Kkal/jam atau Btu/jam. Satuan lain yang sering dipakai ialah Ton Of Refrigeration (TR) atau

Refrigeration Ton (RT). Satuan ini dihitung berdasarkan panas pencairan 1 ton es

selama 24 jam.[3].

Dimana tiap 1 lb es yang mencair membutuhkan panas 144 btu, maka :

Kapasitas mesin pendingin pada umumnya ditentukan tiga hal, yaitu; jumlah refrigeran yang diuapkan tiap jam, temperatur penguapan refrigeran didalam evaporator, jenis refrigeran yang digunakan.


(21)

Berdasarkan bentuk dan permukaan koilnya, evaporator dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Evaporator Pipa Telanjang ( Bare Tube Evaporator ) 2. Evaporator Pelat ( Plate Surface Evaporator )

3. Evaporator Bersirip ( Finned Evaporator)

Berdasarkan bentuk dan penggunaannya, evaporator dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :

1. Evaporator jenis expansi kering

Cairan refrigeran yang diexpansikan melalui katup expansi pada waktu masuk ke evaporator sudah dalam keadaan campuran cair dan uap, sehingga keluar dari evaporator dalam kering.

Karena sebagian besar evaporator terisi oleh uap refrigeran , maka perpindahan kalor yang terjadi tidak begitu besar, jika dibandingkan dengan keadaan dimana refrigeran dimana evaporator terisi oleh refrigeran cairan. Evaporator jenis ini tidak memerlukan cairan refrigeran dalam jumlah yang besar, disamping itu jumlah minyak pelumas yang tertinggal di dalam evaporator sangat kecil.

Jumlah refrigeran yang masuk kedalam evaporator dapat diatur oleh katup expansi sehingga semua refrigeran meningggalkan evaporator dalam bentuk uap jenuh, dan bahkan dalam keadaan superpanas.

2. Evaprator jenis super basah

Evaporator jenis setengah basah adalah evaporator dengan kondisi refrigeran diantara diantara evaporator jenis expansi kering dan evaporator jenis basah. Dalam evaporator jenis ini, selalu terdapat refrigeran cair dalam pipa penguapnya. Oleh karena itu, laju perpindahan kalor dalam evaporator jenis setengah basah lebih tinggi dari pada


(22)

yang dapat diperoleh pada jenis expansi kering, tetapi lebih rendah dari pada yang diperoleh pada jenis basah.

Pada jenis basah expansi kering, refrigeran masuk dari bagian atas dari koil sedangkan pada evaporator jenis setengah basah, refrigeran dimasukkan dari bagian bawah koil evaporator.

3. Evaporator jenis basah

Dalam evaporator jenis basah, sebagian dari jenis evaporator terisi oleh cairan refrigeran. Proses penguapannya terjadi seperti pada ketel uap. Gelelmbung refrigeran yang terjadi karena pemanasan akan naik, pecah pada permukaan cair atau terlepas dari permukaannya. Sebagian refrigeran kemudian masuk ke dalam akumulator yang memisahkan uap dari cairan maka refrigeran yang ada dalam bentuk uap sajalah yang masuk ke dalam kompresor. Bagian refrigeran cair yang dipisahkan didalam akumulator akan masuk kembali kedalam evaporator, bersama – sama dengan refrigeran (cair) yang berasal dari kondensor.

Tabung evaporator terisi oleh cairan refrigeran. Cairan refrigeran meyerap kalor dari fluida yang hendak di dinginkan ( air larutan garam), yang mengalir di dalam pipa uap refrigeran yang terjadi dikumpulkan di bagian atas dari evaporator sebelum masuk ke kompresor. Tinggi permukaan cairan refrigeran yang ada di dalam evaporator diatur oleh pelampung. Jumlah refrigeran yang dimasukkan ke dalam tabung evaporator di sesuaikan dengan beban pendingin.

2.5. Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari suatu larutan fluida akan lebih terkonsentrasi pada permukaan suatu padatan tertentu

(adsorbent). Dengan cara ini, komponen-komponen dari suatu larutan, baik itu dari


(23)

Adsorpsi melibatkan proses perpindahan massa dan menghasilkan kesetimbangan distribusi dari satu atau lebih larutan antara fasa cair dan partikel. Pemisahan dari suatu larutan tunggal antara cairan dan fasa yang diserap membuat pemisahan larutan dari fasa curah cair dapat dilangsungkan.

Gambar 2.2. penyerapan suatu zat oleh zat pengadsorpsi.[4]

Fasa penyerap disebut sebagai adsorben. Bahan yang banyak digunakan sebagai adsorben adalah karbon aktif, molecular sieves dan silika gel. Permukaan adsorben pada umumnya secara fisika maupun kimia heterogen dan energi ikatan sangat mungkin berbeda antara satu titik dengan titik lainnya. Pada praktiknya, proses adsorpsi bisa dilakukan secara tunggal namun bisa pula merupakan kelanjutan dari proses pemisahan dengan cara distilasi.

2.5.1. Jenis-Jenis Adsorpsi

1. Adsorpsi Fisik

Adsorpsi fisik adalah adsorpsi yang terjadi akibat gaya interaksi tarik-menarik antara molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Adsorpsi ini melibatkan gaya-gaya


(24)

Van der Wals (sebagai kondensasi uap). Jenis ini cocok untuk proses adsorpsi yang membutuhkan proses regenerasi karena zat yang teradsorpsi tidak larut dalam adsorben tapi hanya sampai permukaan saja.

2. Adsorpsi Kimia

Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang terjadi akibat interaksi kimia antara molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Proses ini pada umumnya menurunkan kapasitas dari adsorben karena gaya adhesinya yang kuat sehingga proses ini tidak reversibel.[2].

2.5.2. Kinetika Adsorpsi

Kinetika adsorpsi berhubungan dengan laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari permukaan zat.[4]. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

• Macam adsorben

Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)

• Luas permukaan adsorben

Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)

• Temperatur

2.5.3. Kesetimbangan Adsorpsi

Fasa kesetimbangan antara cairan dan fasa yang diserap oleh satu atau lebih komponen dalam proses adsorpsi merupakan faktor yang menentukan di dalam kinerja


(25)

proses adsorpsi tersebut. Dalam hampir semua proses, faktor ini jauh lebih penting daripada laju perpindahan. Peningkatan kapasitas stoikiometrik adsorben memiliki pengaruh yang lebih besar daripada peningkatan laju perpindahan.

2.5.4. Isoterm Adsorpsi

Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan isoterm adsorpsi.[2].

1. Isoterm Brunauer, Emmet, and Teller (BET)

Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang

homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat di permukaannya.[2].

2. Isoterm Freundlich

Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda.[2]. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini. Persamaannya adalah:

Pers. ( 2.1) Dengan :

x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)


(26)

C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan k = konstanta adsorben

Dari persamaan tersebut, jika konstentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersep k. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisiensi dari suatu adsorben.

2.5.5. Prinsip Kerja Siklus Adsorpsi

Siklus adsorpsi menggunakan dua jenis zat yang umumnya berbeda, zat pertama disebut penyerap sedangkan yang kedua disebut refrigeran. Proses adsorpsi dipengaruhi tingkat tekanan yang bekerja pada sistem, yaitu tekanan rendah yang meliputi proses penguapan di evaporator dan penyerapan di adsorben dan tekanan tinggi yang meliputi proses pembentukan uap di generator dan pengembunan di kondensor.

Efek pendinginan yang terjadi merupakan akibat dari kombinasi proses pengembunan dan penguapan kedua zat pada kedua tingkat tekanan tersebut. Proses yang terjadi di evaporator dan kondensor sama dengan yang terjadi pada siklus kompresi uap. Siklus adsorpsi dioperasikan oleh kalor karena hampir sebagian besar operasi berkaitan dengan pemberian kalor untuk melepaskan uap refrigeran.

Generator menerima kalor dan membuat uap dan membuat uap refrigeran terpisah dari adsorben menuju ke kondensor, pada kondensor terjadi pelepasan kalor ke lingkungan sehingga fasa refrigeran berubah dari uap menjadi cair, ketika memasuki evaporator temperaturnya akan berada di bawah temperatur lingkungan. Pada


(27)

komponen evaporator inilah terjadi proses pendinginan suatu produk dimana kalornya diserap oleh refrigeran untuk selanjutnya menuju adsorben.

2.6. Adsorben

Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben adalah bahan-bahan yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau pada daerah tertentu di dalam partikel itu. Karena pori-pori adsorben biasanya sangat kecil maka luas permukaan dalamnya menjadi beberapa kali lebih besar dari permukaan luar. Adsorben yang telah jenuh dapat diregenerasi agar dapat digunakan kembali untuk proses adsorpsi. Karbon aktif yang merupakan contoh dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan cara membakar tempurung kelapa atau kayu dengan persediaan udara yang terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik menarik.[2].

2.6.1 Unjuk Kerja Adsorben

Adsorben dipandang sebagai suatu adsorben yang baik untuk adsorpsi dilihat dari sisi waktu. Lama operasi terbagi menjadi dua, yaitu waktu penyerapan hingga komposisi diinginkan dan waktu regenerasi / pengeringan adsorben. Makin cepat dua varibel tersebut, berarti makin baik unjuk kerja adsorben tersebut.

2.6.2 Penggolongan Adsorben

2.6.2.1.Berdasarkan Sifatnya Terhadap Air

Adsorben merupakan bahan yang digunakan untuk menyerap komponen dari suatu campuran yang ingin dipisahkan. Secara umum, hal yang mempengaruhi kinerja adsorben adalah struktur kristalnya (zeolit dan silikat) dan sifat dari molekul adsorben tersebut. Zeolit dalam jumlah yang banyak telah ditemukan baik dalam bentuk sintetis ataupun alami.


(28)

Berikut adalah klasifikasi umum adsorber.

Tabel 2.1. Penggolongan adsorben berdasarkan kemampuan menyerap air [2]

Jenis Penyusun Struktur

Hidrofobik Polimer Karbon Aktif Moleculer sieve Karbon Silikat

Hidrofolik Silika Gel Zeeolit : 3A(KA),

4A(NaA), 5A(CaA), 13X(NaX)

Mordenite, Chabazite, dll

2.6.2.2. Berdasarkan Bahannya

Klasifikasi adsorben berdasarkan bahannya dibagi menjadi dua , yaitu: 1. Adsorben Organik

Adsorben organik adalah adsorben yang berasal dari bahan-bahan yang mengandung pati. Adsorben ini digunakan sejak tahun 1979 untuk mengeringkan berbagai macam senyawa. Beberapa tumbuhan yang biasa digunakan untuk adsorben diantaranya adalah ganyong, singkong, jagung, dan gandum. Kelemahan dari adsorben ini adalah sangat bergantung pada kualitas tumbuhan yang akan dijadikan adsorben.

2. Adsorben Anorganik

Adsorben ini mulai dipakai pada awal abad ke-20. Dalam perkembangannya, pemakaian dan jenis dari adsorben ini semakin beragam dan banyak dipakai orang. Penggunaan adsorben ini dipilih karena berasal dari bahan-bahan non pangan, sehingga tidak terpengaruh oleh ketersediaan pangan dan kualitasnya


(29)

cenderung sama. Dalam penelitian ini, adsorben yang dipakai adalah karbon aktif.

Dalam penelitian ini adsorben yang digunakan adalah karbon aktif. Karbon aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit kelapa, dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan dalam yang luas.[2].

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.

Gambar 2.3. karbon aktif [2]

Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.


(30)

Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.

Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya arang aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap tertentu beberapa jenis arang aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak jarang disarankan untuk sekali pakai.[2].

Menurut SII No.0258 -79, arang aktif yang baik mempunyai persyaratan seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2. Spesifikasi karbon aktif.[3].

Jenis Persyaratan

Bagian yang hilang pada pemanasan 950 oC. Maksimum 15%

Air Maksimum 10%

Abu Maksimum 2,5%

Bagian yang tidak diperarang Tidak nyata Daya serap terhadap larutan Minimum 20%

Karbon aktif terbagi atas 2 tipe yaitu arang aktif sebagai pemucat dan arang aktif sebagai penyerap uap.

1. Arang aktif sebagai pemucat.

Biasanya berbentuk serbuk yang sangat halus dengan diameter pori mencapai 1000 A0 yang digunakan dalam fase cair. Umumnya berfungsi untuk


(31)

memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan dan membebaskan pelarut dari zat – zat penganggu dan kegunaan yang lainnya pada industri kimia dan industri baru. Arang aktif ini diperoleh dari serbuk – serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.

2. Arang aktif sebagai penyerap uap.

Biasanya berbentuk granula atau pellet yang sangat keras dengan diameter pori berkisar antara 10-200 A0. Tipe porinya lebih halus dan digunakan dalam fase gas yang berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut atau katalis pada pemisahan dan pemurnian gas. Umumnya arang ini dapat diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai struktur keras.

Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing- masing berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap.

2.7. Refrigerant

Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya untuk mengambil


(32)

panas dari evaporator dan membuangnya di kondensor. Karakteristik termodinamika refrigerant antara lain meliputi temperature penguapan, tekanan penguapan, temperatur pengembunan. Untuk keperluan suatu jenis pendinginan (misal untuk pendinginan udara atau pengawet beku) diperlukan refrigeran dengan karakteristik termodinamika yang tepat. Adapun syarat-syarat untuk refrigerant adalah [2] :

1. Tidak dapat terbakar atau meledak bila tercampur dengan udara, pelumas dan sebagainya.

2. Tidak menyebabkan korosi terhadap bahan logam yang dipakai pada sistem mesin pendingin.

3. Mempunyai titik didih dan kondensasi yang rendah.

4. Perbedaan antara tekanan penguapan dan tekanan penguapan ( kondensasi ) harus sekecil mungkin.

5. Mempunyai panas laten penguapan yang besar, agar panas yang diserap evaporator yang sebesar-besarnya.

6. Konduktivitas thermal yang tinggi.

Dalam penelitian ini bahan refrigeran yang digunakan adalah metanol. Metanol dipilih karena memiliki kelebihan sebagai berikut [2]:

1. Pada tekanan atmosfir metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap dibandingkan dengan air meskipun pada tekanan 1 atm.

2. Sangat efisien.

3. Tidak korosif terhadap besi atau baja.


(33)

Secara fisik Metanol merupakan cairan bening, berbau seperti alkohol, dapat bercampur dengan air, etanol, chloroform dalam perbandingan berapapun, hygroskopis, mudah menguap dan mudah terbakar dengan api.

Gambar 2.4. Metanol

Spesikasi metanol yang di gunakan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

Rumus molekul : CH3OH

Produksi : Merck KGaA Jerman Index No. : 603-001-00-X

Kemurnian : 99.9 %

Keasaman : 0,0002 meq/g Massa molar : 32.04 g/mol Density : 0,791- 0793 g/cm3 Titik didih : 64-65 0C

Titik leleh : -97,8 0C Kelarutan dalam air : Sangat larut

Viskositas : 0.59 Mpa pada suhu 20 0C


(34)

Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat mengakibatkan perubahan suhu. Pada abad ke 19 berkembang teori bahwa kalor merupakan fluida ringan, yang dapat mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah, jika suatu benda mengandung banyak kalor, maka suhu benda itu tinggi (panas). Sebaliknya, jika benda itu mengandung sedikit kalor, maka dikatakan benda itu bersuhu rendah (dingin). Kuantitas energi kalor (Q) dihitung dalam satuan joules (J). Laju aliran kalor dihitung dalam satuan joule per detik (J/s) atau watt (W). Laju aliran energi ini juga disebut daya, yaitu laju dalam melakukan usaha. [4].

2.8.1. Kalor Laten

Suatu bahan biasanya mengalami perubahan temperatur bila terjadi perpindahan kalor antara bahan dengan lingkungannya. Pada suatu situasi tertentu, aliran kalor ini tidak merubah temperaturnya. Hal ini terjadi bila bahan mengalami perubahan fasa. Misalnya padat menjadi cair (mencair), cair menjadi uap (mendidih) dan perubahan struktur kristal (zat padat). Energi yang diperlukan disebut kalor transformasi. Kalor yang diperlukan untuk merubah fasa dari bahan bermassa m adalah [4] :

Pers.(2.2)

Dimana :

QL = Kalor laten zat (J)

Le = Kapasitas kalor spesifik laten (J/kg)

m = Massa zat (kg)

2.8.2. Kalor sensibel

Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu subtansi. Perubahan intensitas panas dapat diukur dengan


(35)

termometer. Ketika perubahan temperatur didapatkan, maka dapat diketahui bahwa intensitas panas telah berubah dan disebut sebagai panas sensible. Dengan kata lain, kalor sensibel adalah kalor yang diberikan atau yang dilepaskan oleh suatu jenis fluida sehingga temperaturnya naik atau turun tanpa menyebabkan perubahan fasa fluida tersebut. [4].

Pers.(2.3)

Dimana :

Qs = Kalor sensibel zat (J)

Cp = Kapasitas kalor spesifik sensibel (J/kg. K) ΔT = Beda temperatur (K)

2.8.3. Perpindahan Kalor

Bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga tercapainya kesetimbangan termal.

Proses perpindahan panas ini berlangsung dalam 3 mekanisme, yaitu : konduksi, konveksi dan radiasi [4].

1. Konduksi

Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi. Sebelum dipanaskan atom dan elektron dari logam bergetar pada posisi setimbang. Pada ujung logam mulai dipanaskan, pada bagian ini atom dan elektron bergetar dengan amplitudo yang makin membesar. Selanjutnya bertumbukan dengan atom dan elektron


(36)

disekitarnya dan memindahkan sebagian energinya. Kejadian ini berlanjut hingga pada atom dan elektron di ujung logam yang satunya. Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron bebas. Fourier telah memberikan sebuah model matematika untuk proses ini. Dalam hal satu dimensi, model matematikanya yaitu [4] :

Pers. (2.4)

Dimana : Q = laju aliran energi (W) A = luas penampang (m2) ∆t = beda suhu (K)

L = panjang (m)

k = daya hantar (konduktivitas) termal (W/m K)

Persamaan untuk laju perpindahan kalor konduksi secara umum dinyatakan dengan bentuk persamaan diferensial di bawah ini [4]:

Pers. (2.5)

Dimana : dT/dx = Laju perubahan suhu T terhadap jarak dalam arah aliran panas x

2. Konveksi

Apabila kalor berpindah dengan cara gerakan partikel yang telah dipanaskan dikatakan perpindahan kalor secara konveksi. Bila perpindahannya dikarenakan perbedaan kerapatan disebut konveksi alami (natural convection) dan bila didorong, misal dengan fan atau pompa disebut konveksi paksa (forced convection).

Besarnya konveksi tergantung pada :

a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A). b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (∆T). c. koefisien konveksi (h)


(37)

Persamaan laju perpindahan kalor secara konveksi telah diajukan oleh Newton pada tahun 1701 yang berasal dari pengamatan fisika. [4].

Pers.(2.6) Dimana :

hc = koefisien konveksi (W/m2oC)

ts = suhu permukaan (0C)

tf = suhu fluida (0C)

Beberapa parameter yang telah diuji dan mengenal bentuk korelasi yang banyak digunakan untuk menentukan koefisien konveksi (hc) yaitu :

a. Bilangan Reynold (Re)

Bilangan Reynold digunakan sebagai kriteria untuk menunjukkan aliran fluida itu laminer dan turbulen. Untuk bilangan Re<2300 dikatakan aliran laminar; Re>2300 dikatakan aliran turbulen. [4]:

Pers. (2.7)

Dimana : = rapat massa (kg/m3) v = kecepatan aliran fluida (m/s) D = diameter aliran fluida (m) µ = viskositas fluida (Pa.det)


(38)

b. Bilangan Prandtl (Pr)

Bilangan Prandtl adalah bilangan tanpa dimensi yang merupakan fungsi dari sifat-sifat fluida. Bilangan Prandtl didefinisikan sebagai perbandingan viskositas kinematik terhadap difusitas thermal fluida yaitu [4]:

Pers.(2.8)

Dimana : Cp = panas spesifik fluida (J/kg.K) µ = viskositas fluida (Pa.det) k = konduktivitas thermal (W/m2K)

c. Bilangan Nusselt (Nu)

Pers.(2.9)

Dimana : hc = koefisien konveksi (W/m2 K)

D = diameter efektif aliran fluida (m) k = konduktifitas thermal fluida (W/mK)

Banyak rumusan yang telah dikembangkan untuk susunan aliran tertentu sehingga hubungan antara bilangan Nusselt, Reynolds dan Prandtl dapat dirumuskan [4] :


(39)

3. Radiasi

Perpindahan energi secara radiasi berlangsung akibat foton-foton dipancarkan dengan arah, fase dan frekuensi yang serampangan dari suatu permukaan ke permukaan lain. Pada saat mencapai permukaan lain, foton yang diradiasikan juga diserap, dipantulkan atau diteruskan (ditransmisikan) melalui permukaan tersebut. [4].

Untuk benda hitam, radiasi termal yang dipancarkan per satuan waktu per satuan luas pada temperatur T kelvin adalah :

E = eσ T4 Pers.(2.11) Dimana σ : konstanta Boltzmann : 5,67 x 10-8 W/ m2 K4.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksaan penelitian ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi tahapan yaitu:

Pengujian alat adsorpsi karbon aktif-metanol

Perancangan adsorber / kolektor Mulai

Tahapan persiapan

Survei lapangan

Perancangan alat adsorpsi karbon aktif-metanol

Pengujian mesin pendingin siklus adsorpsi

Analisa data Selesai

Assembling mesin pedingin Perancangan


(41)

3.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Teknik pendingin Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3.3. Bahan dan Alat

3.3.1. Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pelat stainless steel 2 lembar

2. Katup/valve 5 buah 3. Manometer vakum 3 buah 4. Elbow pvc ½” sebanyak 5 buah 5. Karbon aktif 13 kg

6. Methanol 3,5 liter 7. Pipa pvc ½” 50 cm 8. Selang karet 1 meter 9. Busa 1 lembar 1x 1 meter 10.Lem araldite

11.Papan 12.Paku

13.Pelat kaca tebal 3 mm 14.Pelat besi siku

15.Cat hitam

16.Gelas ukur 1 buah 17.Tabung besi 1 buah 18.Isolasi

19.Tong tempat pemanasan air 20.Kawat nyamuk


(42)

3.3.2. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Thermometer raksa

Gambar 3.1. Termometer raksa Spesifikasi:

Max. temperatur : 110 °C Min. temperatur : -10 °C

2. Manometer

Gambar 3.2. Manometer Spesifikasi :

Buatan : Jepang Max tekanan : 0 CmHg Min tekanan : -76 CmHg

3. Hobo Micro Station

Hobo Micro Station adalah sebuah alat pencatat data dari 3 sensor pencatat


(43)

Kelembaban relatif). Mikro station ini menggunakan sebuah jaringan yang terhubung dengan beberapa sensor pintar yang berfungsi untuk melakukan pengukuran.

Gambar 3.3. Hobo Micro Station smart sensor

Terdiri dari Sebuah data logger yang terhubung dengan perangkat komputer dan beberapa sensor yang dipasang pada sebuah penyangga.

Dengan spesifikasi :

Skala Pengoperasian : -200 – 500C dengan baterai alkalin -400 – 700C dengan baterai litium

Input Sensor : 3 buah sensor pintar multi channel monitoring Ukuran : 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm

Berat : 0,36 kg

Memori : 512K Penyimpanan data nonvolatile flash. Interval Pengukuran : 1 detik – 18 jam (tergantung pengguna)

Akurasi waktu : `0 sampai 2 detik untuk titik data pertama dan ±5 detik untuk setiap minggu pada suhu 25oC

4. Pompa vakum

Untuk memvakumkan dan mengeluarkan partikel-partikel/kotoran dan mengeluarkan air dari generator, kondensor dan evaporator.


(44)

Gambar 3.4. Pompa Vakum Spesifikasi:

Merk : Robinair Model No. : 15601

Capacity : 142 l/m Motor h.p. : ½

Volts : 110-115 V / 220-250 V 5. Agilent

Digunakan untuk mengukur temperatur pada evaporator, dimana alat ini bekerja secara otomatis dan mencatat hasil pengukuran dalam bentuk excel.

Gambar 3.5. Agilent Spesifikasi

Tipe : Agilent 34970A


(45)

Jumlah sensor thermocouple : 20 channels multiplexer

Volt : 250 V

3.4. Perancangan Alat Penelitian

Dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pengujian kemampuan penyerapan karbon aktif terhadap metanol pada siklus adsorpsi. Dimensi utama alat penguji adsorpsi adalah :

Gambar 3.6. Skema Alat Pengujian

Keterangan :

1. Tabung besi berisi karbon aktif 2. Katup

3. Katup

4. Manometer vakum

5. Gelas ukur berisi methanol 6. Pipa berpori


(46)

Table 3.1 Alat penguji adsorpsi

Parameter Dimensi/kapasitas

Gelas ukur 1 liter

Tabung besi Panjang 500 mm diameter 203,2 mm/ 5 kg karbon aktif

Pipa ¾ “ 800 mm

Metanol 1 liter

3.5. Analisa Data Pengujian Alat Adsorpsi

Dalam pengujian adsorpsi ini dilakukan pemanasan karbon aktif dengan menggunakan kompor. Tabung besi yang berisi karbon aktif dimasukkan kedalam wadah yang berisi air, kemudian air tersebut dipanaskan selama 8 jam dan dijaga temperatur air konstan.

Gambar 3.7. Alat pengujian adsorpsi

Pemanasan ini dilakukan bertujuan supaya karbon aktif yang di dalam tabung tersebut panas dan uap air pada karbon aktif menguap, sehingga karbon aktif yang telah dipanaskan diharapkan mampu menyerap metanol.

Pemanasan dilakukan dari jam 11 dan temperatur air maksimum adalah 93 OC. Setelah dilakukan pemanasan selama 8 jam kemudian pada pukul 19.00 Wib dilakukan pemvakuman dengan pompa vakum selama 20 menit, pada saat pemvakuman katup


(47)

antara gelas ukur dan tabung karbon aktif ditutup. Saat pemvakuman metanol diisi pada gelas ukur sebanyak 1 liter. Kemudian setelah 20 menit kemudian katup tersebut dibuka sampai metanol tersebut kelihatan mendidih, setelah metanol mendidih kemudian pemvakuman dihentikan dan katup penutup pun di tutup.

Proses adsorpsi diharapkan terjadi pada malam hari seiring dengan menurunnya temperatur lingkungan yang diikuti menurunnya temperatur tabung karbon aktif tersebut.

Setelah dibiarkan selama satu malam, pada pukul 09.00 WIB pagi, metanol telah berkurang dan menguap ke karbon aktif. Proses ini pun dibiarkan hingga malam hari ternyata metanol telah menguap seluruhnya ke karbon aktif. Sehingga dapat disimpulkan karbon aktif tersebut dapat menyerap metanol. Pada saat proses pemvakuman tekanan yang diperoleh adalah -60 CmHg dan pada saat pagi hari tekanan tersebut turun lagi menjadi -66 CmHg. Penurunan tekanan ini dikarenakan oleh penurunan temperatur.


(48)

3.6. Perancangan Mesin Pendingin

Pada penelitian ini, bentuk mesin pendingin adsorpsi yang akan di rancang digambarkan pada gambar 3.8.

MATAHARI


(49)

BULAN


(50)

3.6.1. Dimensi Utama Alat Penelitian 3.6.1.1. Evaporator

Salah satu komponen utama mesin pendingin adsorpsi yang akan dirancang adalah evaporator. Evaporator dibuat sesuai dengan kapasitas metanol yang mampu diserap oleh karbon aktif pada generator dengan dimensi 220× 220×10 (mm).

Gambar 3.9. Evaporator yang akan

dirancang

Bahan yang digunakan adalah stainless stell dengan ketebalan 1 mm dan volume evaporator yang akan dibuat 2.5 liter, dengan volume tersebut akan mampu menampung metanol sebanyak 2 liter yang akan dipakai pada rancangan mesin pendingin adsorpsi.


(51)

3.6.1.2. Kotak Insulasi

Kotak insulasi adalah tempat evaporator dan wadah air yang akan didinginkan, kotak tersebut di isolasi dengan karet dan sterofoam supaya evaporator tidak berhubungan dengan udara luar.

Gambar 3.11. Kotak insulasi yang akan dirancang

3.6.1.3 Wadah Penampung Air

Media yang didinginkan dalam penelitian ini adalah air, air ditampung dalam wadah yang ditempatkan dikotak insulasi. Ukuran wadah disesuaikan dengan ukuran evaporator dan kapasitas air yang akan didinginkan. Wadah ini dibuat dari bahan aluminium.


(52)

Gambar 3.12. Rancangan wadah air

3.6.2. Perancangan Evaporator

Evaporator dibuat dari bahan stainless stell dengan ketebalan 1 mm dan dibentuk dari 2 bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah (fin) , bagian atas dibentuk sesuai dengan bentuk dan dimensi yang telah ditentukan dan untuk bagian bawah (fin), pelat stainless stell tersebut dipotong, kemudian dibending untuk membentuk bagian bawah evaporator yang berbentuk lekukan.

Gambar 3.13. Bagian bawah evaporator

Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi jumlah sambungan pada evaporator sehingga kebocoran yang terjadi akibat sambungan yang dilas dapat diperkecil, kemudian kedua bagian disambungkan.

Proses penyambungan dilakukan dengan las argon, agar sambungan benar-benar kuat dan tidak bocor.


(53)

Gambar 3.14. Bagian atas evaporator dibuat lubang

Bagian atas evaporator dibuat 2 buah lubang dan masing –masing dipasang pipa dengan fungsi yang berbeda, pipa pertama untuk disambungkan dengan komponen pendingin yang lain yaitu kondensor dan generator dan pada pipa tersebut dipasang katup dan manometer. Pipa kedua berfungsi sebagai pengisian metanol dan pada pipa kedua dipasang katup yang akan digunakan saat pengisian metanol.

Gambar 3.15. Pipa evaporator yang

dipasang katup dan manometer

Bagian evaporator yang telah disambung dengan las harus benar-benar kuat dan tidak bocor, karena pada saat instlasi dengan komponen pendingin yang lain, evaporator akan divakumkan sampai – 76 cmHg.


(54)

3.6.3. Perancangan Kotak Insulasi

Kotak insulasi yang akan dibuat berfungsi untuk mengisolasi evaporator dari udara luar dan juga tempat wadah penampung air yang akan didinginkan.

(a) (b)

Gambar 3.17. (a) Kotak insulasi (b) Bagian dalam kotak insulasi

Bahan yang dipakai untuk kotak ini terbuat dari stainnles stell dengan ketebalan 2 mm dan dibentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan. Bagian dalam dan bagian luar kotak insulasi di isolasi dengan bahan karet dan sterofoam, hal ini dilakukan agar suhu di dalam kotak dan evaporator tidak berhubungan dengan udara luar.


(55)

BAB IV

ANALISA DATA

4.1. Hasil Pengujian

Pengujian dilakukan selama tiga hari yang dimulai tanggal 03 juni 2011- 06 juni 2011, untuk mendapatkan data perubahan temperatur yang akurat, maka sensor

thermocuple pada evaporator dipasang 5 titik , yaitu T1, T2, T3, T4, dan T5,dan T11 dimana

suhu pada fin atau dasar evaporator yaitu channel 102 atau T2 Gambar 4.1

menunjukkan titik pengukuran pada evaporator dan data yang diperoleh dari hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran A.

Gambar 4.1. Letak sensor thermocouple pada evaporator Keterangan gambar :

T1 = Channel 101 = temperatur pada titik 1 T2 = Channel 102 = Temperatur pada titik 2 T3 = Channel 103 = Temperatur pada titik 3 T4 = Channel 104 = Temperatur pada titik 4 T5 = Channel 105 = Temperatur pada titik 5 T11= Channel 111= Temperatur pada titik 11


(56)

4.1.1. Tekanan Evaporator

Tekanan pada manometer yang digunakan untuk mengukur tekanan pada evaporator diamati setiap 1 jam dan pengamatan dilakukan persiklus. Data tekanan pada evaporator proses desorpsi dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data tekanan evaporator pada siang hari (desorpsi)

Waktu (WIB)

Tekanan hari I (cmHg)

Tekanan hari II (cmHg)

Tekanan hari III (cmHg)

09:00:00 -60 -64 -64

10:00:00 -60 -63 -64

11:00:00 -58 -61 -63

12:00:00 -58 -60 -62

13:00:00 -56 -59 -61

14:00:00 -55 -57 -60

15:00:00 -52 -56 -58

16:00:00 -50 -55 -58


(57)

Gambar 4.2. Grafik tekanan vs waktu evaporator proses desorpsi

Dari gambar 4.2, Pada awal proses desorpsi berlangsung tekanan evaporator masih rendah, pada hari pertama pengujian desorpsi mulai berlangsung pada pukul 10.00 WIB, hal ini ditandai dengan kenaikan tekanan pada pukul 11.00 WIB tekanan menjadi -58 cmHg dan semakin lama tekanan semakin naik, hal ini dikarenakan metanol dari adsorben menguap kembali ke evaporator karena temperatur adsorben naik, metanol akan mencair di kondensor dan terkumpul kembali di evaporator. Pada hari kedua dan hari ketiga pengujian, tekanan awal desorpsi pukul 09.00 WIB adalah -64 cmHg dan naik secara teratur hingga mencapai -56 cmHg pada akhir proses desorpsi.

Waktu (WIB)

Tekanan hari I cmHg

Tekanan hari II cmHg

Tekanan hari III cmHg

18:00:00 -57 -60 -60

19:00:00 -59 -62 -64

20:00:00 -62 -63 -67

21:00:00 -63 -65 -68

22:00:00 -64 -65 -68

23:00:00 -65 -67 -70

0:00:00 -67 -67 -70

1:00:00 -67 -68 -70

2:00:00 -67 -68 -70

3:00:00 -67 -68 -70

4:00:00 -67 -68 -70

5:00:00 -67 -72 -70

6:00:00 -67 -74 -70


(58)

Tabel 4.2. Data tekanan evaporator pada malam hari (adsorpsi)

Dari Gambar 4.3 diketahui bahwa pada saat proses adsorpsi tekanan pada evaporator semakin turun. Tekanan evaporator pada hari pertama proses adsorpsi pukul 18.00 WIB adalah -57 cmHg, tekanan makin turun sampai -67 cmHg pada pukul 00.00 WIB, hal itu disebabkan metanol perlahan-lahan sudah menguap dari evaporator ke generator, tekanan tersebut dapat dipertahankan sampai pukul 06.00 WIB pagi hari.

Gambar 4.3. Grafik tekanan vs waktu evaporator proses adsorpsi

Tekanan hari pertama, kedua dan hari ketiga pengujian tidak berbeda jauh. Rata – rata tekanan hari pertama -63 cmHg, lebih tinggi dibandingkan pada hari kedua dan ketiga, hal ini dikarenakan pada hari kedua dan hari ketiga dilakukan pemvakuman kembali. Data pengujian menunjukkan bahwa tekanan terendah terjadi pada pukul 06:00 WIB yaitu -74 cmHg pada hari kedua. Penurunan tekanan ini dikarenakan penurunan temperatur pada evaporator.

-80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0

0:00:00 4:48:00 9:36:00 14:24:00 19:12:00 0:00:00 4:48:00

T E K ANAN ( Cm H g ) WAKTU (WIB)

TEKANAN VS WAKTU

Tekanan hari I Tekanan hari II Tekanan hari III


(59)

4.1.2. Pengujian Hari Pertama

Hubungan temperatur dengan waktu pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa Temperatur di dalam evaporator pada hari pertama pengujian awalnya sekiar 30 0C atau sedikit dibawah suhu maksimum udara lingkungan. Setelah pukul 17.00 WIB temperatur di dalam evaporator turun. Hal ini disebabkan dimulainya proses adsorpsi di generator, adsorpsi akan menyebabkan metanol menguap dari evaporator dan diserap oleh karbon aktif yang ada pada generator.

Gambar 4.2. Grafik temperatur vs waktu pad evaporator pada pengujian hari pertama

Temperatur evaporator ini turun sampai mencapai suhu sekitar 10 oC pada pukul 24.00 WIB. Pada saat ini temperatur ruangan masih tinggi sekitar 25 oC. Ada perbedaan sekitar 15 oC. Temperatur ini dapat dipertahankan selama 6 jam yaitu sampai pukul 06.00 WIB pagi hari. Adanya perbedaan temperatur pada ke lima titik termokopel yang dipasang pada evaporator dikarenakan pendinginan pada dinding evaporator tidak merata dan juga pengaruh kotak insulasi yang tidak terisolasi sempurna.


(60)

4.1.2. Pengujian Hari Kedua

Hari kedua pengujian, temperatur evaporator setelah proses adsorpsi lebih rendah dibandingkan dengan hari pertama pengujian. Pada saat awal proses desorpsi pukul 09.00 WIB temperatur awal evaporator 170C, temperatur mencapai puncaknya pada pukul 13.00 WIB pada T1 dan T4 sebesar 32 0C dimana ada perbedaan dengan T2,

T3 dan T5 sekitar 50C, sementara T11 = 39 0C merupakan temperatur pipa penghubung

evaporator dan kondensor jauh lebih tinggi karena panas metanol yang menguap dari generator tidak di dingin secara merata pada kondensor dan juga pengaruh udara luar.

Gambar 4.3. Grafik Temperatur vs waktu evaporator pada hari kedua

Temperatur awal evaporator saat proses adsorpsi berlangsung 27 0C pada pukul 16.00 WIB dan turun perlahan- lahan hingga mencapai 15 0C pada pukul 01.00 WIB ada perbedaan sekitar 12 0C dari temperatur awal. Temperatur ini dapat dipertahankan hingga pukul 04.00 WIB. Temperatur minumum evaporator dicapai pada


(61)

pukul 06.00 WIB sebesar 6,81 0C , dimana penurunan temperatur tidak konstan atau tidak teratur, hal ini terjadi karena pada pukul 04.00 WIB dilakukan pemvakuman sistem kembali selama 15 menit. Pemvakuman sistem pendingin akan mempercepat penguapan metanol ke generator sehingga dengan menguapnya metanol dari evaporator mempengaruhi penurunan temperatur. Terjadinya pebedaan temperatur pada kelima titik pengukuran dikarenakan oleh kotak insulasi tidak terisolasi dengan baik, sehingga udara luar masuk kedalam kotak insulasi dan mempengaruhi temperatur evaporator dimana temperatur lingkungan pada proses adsorpsi berlangsung 29 0C dari pukul 02.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB pagi hari.

4.1.3. Pengujian Hari Ketiga

Perubahan temperatur pada hari ketiga pengujian lebih teratur dibandingkan pada pengujian I dan II. Temperatur evaporator pada pada kelima titik pengukuran tidak berbeda jauh. Dari gambar 4.4 diketahui bahwa proses desorpsi dimulai dari pukul 09.00 WIB dan berakhir pada pukul 15.30 WIB, hal ini ditandai dengan naiknya temperatur evaporator. Pada pukul 09.00 WIB temperatur awal evaporator 15 0C dan naik sampai mencapai puncaknya 30 0C pada pukul 15.00 WIB. Proses desorpsi mengakibatkan metanol menguap dari generator dan didinginkan pada kondensor kemudian terkumpul kembali pada evaporator. Metanol yang menguap dari generator tidak didinginkan secara merata pada kondensor, sehingga metanol tersebut masih menyimpan panas, hal ini akan mempengaruhi perubahan temperatur pada evaporator.

Setelah proses desorpsi, kemudian akan dilanjutkan dengan proses adsorpsi. Temperatur awal evaporator pada proses adsorpsi 29 0C pada pukul 16.00 WIB, temperatur turun dengan konstan hingga mencapai 15 0C pada pukul 23.00 WIB pada kelima titik pengukuran.


(62)

Gambar 4.4. Grafik temperatur vs waktu evaporator pada hari ketiga

Temperatur tersebut dapat dipertahankan sampai pukul 05.30 WIB pagi hari, dimana temperatur lingkungan pada saat adsorpsi berlangsung sebesar 25 0C. Pada hari ketiga pengujian, dilakukan isolasi kembali kotak insulasi tempat evaporator ditempatkan, hal ini dilakukan supaya udara luar tidak masuk kedalam kotak insulasi sehingga tdak mempengaruhi temperatur evaporator. Hal inilah yang mengakibatkan perubahan temperatur evaporator pada hari ketiga lebih teratur dibandingkan pada hari pertama dan hari kedua pengujian.


(63)

4.2. Neraca Kalor

4.2.1 Kalor yang diserap evaporator

Untuk menghitung kalor yang diserap oleh pelat evaporator, digunakan persamaan panas sensibel.

...Pers. 4.1 Dimana :

Sehingga kalor sensibel plat evaporator

4.2.2. Analisa kalor pada metanol

Untuk menghitung kalor yang dibutuhkan metanol dalam proses penguapan pada saat proses adsorpsi digunakan persamaan kalor laten.


(64)

Dimana:

V metanol = 1 Liter

= 1 x 10-3 m3 = 791 kg/m3

Dari data diatas, massa metanol adalah

= 1 × 10-3 m3 × 791 kg/m3 = 0,791 kg

1155 kJ/kg

Maka kalor laten penguapan metanol adalah:

1155 kJ/kg ×0,791 kg 913,61 kJ

4.2.3. Analisa kalor pada air

Pada penilitian ini, media yang didinginkan adalah air, dalam hal ini kalor yang dihitung adalah panas sensibel dari air, dengan menggunakan persamaan :

... Pers. 4.3


(65)

Panas sensibel air, yaitu :

4.2.4. Temperatur Evaporator

Temperatur plat evaporator dipengaruhi kalor yang menguap dari generator , metanol tersebut akan di dinginkan dikondensor, sehingga panas metanol akan turun setelah melewati kondensor yang kemudian masuk evaporator. Dari kalor yang keluar dari kondensor dapat diperoleh temperatur evaporator.

Diketahui , Q kondensor = 150, 416 watt = 0,0419 Joule


(66)

mevaporator = 2,36 kg

Sehingga,

0,0419 Joule = 2,36 kg. 0,502 J/kg K. . (299, 84 K – Tevaporator)

0,0419 Joule = 355,22 J – 1,184 Tevaporator

1,184Tevaporator = 355,22 J – 0,04191J

Tevaporator = 299,98 K

4.2.5. Kesetimbangan Energi

Proses terjadinya pendinginan pada sistem ini dipengaruhi oleh kalor yang diperlukan metanol untuk menguap, dimana panas yang diserap metanol harus lebih besar dengan kalor yang dikeluarkan oleh plat evaporator dan air.

Penyerapan panas oleh Metanol

– Volume = 1 liter (1x 10-3 m3) – Massa jenis (30oC) = 791 kg/m3

– Massa Metanol = 791 kg/m3 x 1 x 10-3 m3 = 0,791 kg – Panas laten penguapan = 1155 kJ/kg

– Total panas yang diserap metanol selama menguap: = 0,791 kg x 1155 kJ/kg = 913,61 kJ

Penggunaan Panas Penyerapan

– Volume = 1 liter ( 1 x 10-3 m3) – Massa jenis air (30oC) = 995,7 kg/m3

– Massa air = 1 x 10-3 m3 x 995,7 kg/m3 = 0,996 kg – Panas jenis air pada 30oC = 4,179 kJ/kg oC – Panas pembekuan = 334 kJ/kg


(67)

Menurukan suhu air dari 30oC ke 0oC

Q = m c ∆T = 0,996 kg x 4,179 kJ/kg oC x 30oC = 124,86 kJ

Membekukan air pada 0oC

Q = m . L = 1,58 kg x 334 kJ/kg = 527,72 kJ

Menurunkan suhu evaporator dari 30oC ke 0oC

Terbuat dari stainless stell dengan berat 2,36 kg, cp = 0,502 kJ/kg.C

Q = m . c . ∆T = 2,36 kg x 0,502 kJ/kg.C x 30oC = 35,542 kJ

Total energi panas yang digunakan untuk mengubah air menjadi es

= 124,86 kJ + 527,72 kJ + 35,542 kJ = 688,12 kJ. Sehingga,

Dari hasil perhitungan kesetimbangan energi pada evaporator, dapat diketahui bahwa panas yang menguap jauh lebih besar dibandingkan dengan panas yang diserap, sehingga secara umum dari hasil penelitian dapat diasumsikan beberapa hal sebagai berikut :

Temperatur air dalam evaporator tidak mencapai temperatur dingin seperti yang diharapkan (hanya turun beberapa derajat). Hal ini dapat disebabkan karena tingkat kevakuman yang kurang, hal ini berkaitan dengan kemampuan pompa vakum.


(68)

Kevakuman yang kurang menyebabkan metanol tidak dapat menguap secara maksimal dan kebocoran sistem menyebabkan titik didih metanol yang semakin lama semakin tinggi sehingga metanol membutuhkan kalor yang dengan jumlah yang besar untuk mencapai titik didihnya.

Isolasi yang kurang baik mengakibatkan udara dalam kotak insulasi berhubungan dengan udara luar, sehingga panas yang diserap metanol tidak hanya dari air atau lingkungan di dalam kotak insulasi, tetapi juga dari udara luar yang masuk kedalam kotak insulasi.


(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain yaitu:

1. Metanol di dalam evaporator tidak semuanya menguap, dan dari hasil pengamatan metanol pada saat pengujian berlangsung, dari 2 liter metanol yang digunakan hanya 1 liter yang menguap.

2. Besar kalor yang menguap dari metanol 1287,21 kJ, T minimum evaporator 6,810C.

3. Tingkat kevakuman yang kurang pada sistem, hal ini berkaitan dengan kemampuan pompa vakum dan adanya kebocoran pada sistem khususnya pada evaporator seperti pada sambungan ke kondensor, katup yang digunakan, lubang pengisian metanol dan pada pengelasan. Kevakuman yang kurang menyebabkan metanol tidak dapat menguap secara maksimal. 4. Kualitas adsorben yang digunakan dalam hal ini kualitas dari karbon aktif.

Karbon aktif yang digunakan mengandung uap air dan tidak memiliki pori-pori yang luas, sehingga kemampuan untuk menyerap metanol kurang baik.

5.2. Saran

Untuk kelanjutan dan pengembangan penelitian ini ke depannya, penulis menyarankan agar penelitian berikut hendaknya memperhatikan beberap hal sebagai berikut :


(70)

1. Kevakuman sistem, dalam hal ini kebocoran pada sistem agar lebih

diperhatikan karena proses adsorpsi hanya bisa terjadi jika evaporator dalam keadaan vakum.

2. Menggunakan karbon aktif yang lebih berkualitas yang dilengkapi dengan spesifikasi dan standardisasi.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arismunandar, W. Dan Saito, H. 2002, Penyegaran Udara. Cetakan ke-6, PT Pradnya Paramita, Jakarta

[2] Bayu Rudiyanto, Kajian Eksergi pada Mesin Pendingin Adsorpsi Intermitten Menggunakan Pasangan Silicagel Metanol, IPB (2008)

[3] Hinotani, K. 1983. “Development of Solar ActuatedZeolite Refrigeration System”. Solar World Congress, Vol.1, Pergamon Press, pp. 527-531.

[4] Incropera, Frank P., David P. Dewitt, Fundamentals of Heat and Mass Transfer, second edition, John Wiley & Sons Inc., New York (1985).

[5] Pudjanarsa Astu, Djati Nursuhud Mesin Konversi Energi. Edisi ke- 5. Penerbit C.V Andi Offset, Yogyakarta 2006.

[6] Sumanto,Dasar-dasar Mesin Pendingin. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta (2004) [7] Yunus A. Cengel, Heat Transfer A Practical Approach, Second Edition, Mc

Graw-Hill,Book Company, Inc, Singapore

[8] N.M. Khattab, A novel solar-powered adsorption refrigeration module, Aplied Thermal Engineering 24 (2004) 2747-2760.

[9] M. Li, C.J. Sun, R.Z. Wang, dan W.D. Cai, Development of no valve solar ice maker, Aplied Thermal Engineering 24 (2004) 865-872.


(72)

LAMPIRAN A


(73)

HASIL PENGUJIAN DESORPSI

1. Hari pertama

2. H a r i K e d u a Sweep

# Time T1 (

0

C) T2 (0C) T3 (0C) T5 (0C) T5 (0C)

1 06/03/2011 11:29:47:559 2,04E+01 1,79E+01 1,81E+01 2,45E+01 1,80E+01

2 06/03/2011 11:40:47:572 2,19E+01 1,81E+01 1,88E+01 2,55E+01 1,81E+01

3 06/03/2011 11:51:47:581 2,31E+01 1,84E+01 1,94E+01 2,57E+01 1,85E+01

4 06/03/2011 12:02:47:572 2,38E+01 1,87E+01 1,97E+01 2,59E+01 1,89E+01

5 06/03/2011 12:13:47:561 2,40E+01 1,91E+01 2,01E+01 2,60E+01 1,92E+01

6 06/03/2011 12:24:47:572 2,44E+01 1,95E+01 2,06E+01 2,63E+01 1,98E+01

7 06/03/2011 12:34:47:585 2,49E+01 1,99E+01 2,10E+01 2,69E+01 2,01E+01

8 06/03/2011 12:43:47:544 2,51E+01 2,03E+01 2,13E+01 2,73E+01 2,04E+01

9 06/03/2011 12:53:47:557 2,53E+01 2,05E+01 2,16E+01 2,75E+01 2,08E+01

10 06/03/2011 13:03:47:562 2,53E+01 2,04E+01 2,15E+01 2,74E+01 2,07E+01

11 06/03/2011 13:13:47:563 2,55E+01 2,07E+01 2,18E+01 2,75E+01 2,12E+01

Sweep

# Time T1 (C) T2 (C) T3 (C) T4 (C) T5 (C)

1 06/02/2011 09:10:55:187 2,73E+01 2,42E+01 2,48E+01 2,64E+01 2,44E+01

2 06/02/2011 09:40:55:219 2,77E+01 2,48E+01 2,54E+01 2,71E+01 2,50E+01

3 06/02/2011 10:10:55:218 2,79E+01 2,49E+01 2,57E+01 2,77E+01 2,52E+01

4 06/02/2011 10:40:55:210 2,82E+01 2,54E+01 2,62E+01 2,82E+01 2,57E+01

5 06/02/2011 11:10:55:185 2,86E+01 2,61E+01 2,68E+01 2,87E+01 2,63E+01

6 06/02/2011 11:40:55:202 2,88E+01 2,64E+01 2,70E+01 2,94E+01 2,67E+01

7 06/02/2011 12:10:55:187 2,92E+01 2,69E+01 2,74E+01 2,98E+01 2,72E+01

8 06/02/2011 12:40:55:203 3,00E+01 2,74E+01 2,79E+01 3,02E+01 2,77E+01

9 06/02/2011 13:10:55:212 3,08E+01 2,79E+01 2,84E+01 3,06E+01 2,81E+01

10 06/02/2011 13:40:55:175 3,14E+01 2,85E+01 2,90E+01 3,09E+01 2,87E+01

11 06/02/2011 14:10:55:192 3,17E+01 2,89E+01 2,93E+01 3,13E+01 2,91E+01

12 06/02/2011 14:40:55:194 3,37E+01 2,98E+01 3,02E+01 3,20E+01 2,98E+01

13 06/02/2011 15:10:55:172 3,42E+01 3,01E+01 3,07E+01 3,23E+01 3,01E+01

14 06/02/2011 15:40:55:207 3,43E+01 3,05E+01 3,10E+01 3,22E+01 3,05E+01

15 06/02/2011 16:10:55:217 3,29E+01 3,06E+01 3,10E+01 3,25E+01 3,07E+01


(74)

12 06/03/2011 13:24:47:548 2,64E+01 2,15E+01 2,26E+01 2,82E+01 2,18E+01

13 06/03/2011 13:34:47:552 2,65E+01 2,15E+01 2,26E+01 2,82E+01 2,19E+01

14 06/03/2011 13:44:47:551 2,68E+01 2,19E+01 2,30E+01 2,85E+01 2,23E+01

15 06/03/2011 13:54:47:564 2,68E+01 2,22E+01 2,33E+01 2,86E+01 2,26E+01

16 06/03/2011 14:04:47:550 2,73E+01 2,27E+01 2,37E+01 2,92E+01 2,30E+01

17 06/03/2011 14:14:47:552 2,79E+01 2,30E+01 2,41E+01 2,97E+01 2,34E+01

18 06/03/2011 14:24:47:577 2,83E+01 2,35E+01 2,46E+01 3,01E+01 2,38E+01

19 06/03/2011 14:34:47:544 2,87E+01 2,37E+01 2,49E+01 3,05E+01 2,41E+01

20 06/03/2011 14:44:47:546 2,82E+01 2,39E+01 2,50E+01 3,02E+01 2,43E+01

21 06/03/2011 14:55:47:558 2,79E+01 2,43E+01 2,52E+01 2,93E+01 2,47E+01

22 06/03/2011 15:06:47:563 2,82E+01 2,47E+01 2,55E+01 2,95E+01 2,51E+01

23 06/03/2011 15:17:47:581 2,86E+01 2,54E+01 2,60E+01 2,97E+01 2,56E+01

24 06/03/2011 15:27:47:560 2,70E+01 2,57E+01 2,62E+01 2,90E+01 2,58E+01

25 06/03/2011 15:37:47:546 2,76E+01 2,59E+01 2,64E+01 2,88E+01 2,61E+01

26 06/03/2011 15:48:47:546 2,78E+01 2,61E+01 2,65E+01 2,88E+01 2,62E+01

27 06/03/2011 15:59:47:579 2,79E+01 2,63E+01 2,66E+01 2,89E+01 2,64E+01

28 06/03/2011 16:09:47:555 2,80E+01 2,64E+01 2,67E+01 2,89E+01 2,65E+01

29 06/03/2011 16:20:47:555 2,83E+01 2,66E+01 2,69E+01 2,90E+01 2,67E+01

30 06/03/2011 16:31:47:596 2,84E+01 2,68E+01 2,71E+01 2,92E+01 2,69E+01

31 06/03/2011 16:42:47:590 2,85E+01 2,69E+01 2,71E+01 2,92E+01 2,70E+01

32 06/03/2011 16:53:47:556 2,84E+01 2,70E+01 2,71E+01 2,90E+01 2,71E+01

3. Hari ketiga Sweep

# Time T1 (

0

C) T2 (0C) T3 (0C) T4(0C) T5(0C)

1 06/04/2011 09:02:37:425 2,01E+01 1,43E+01 1,61E+01 2,06E+01 1,45E+01

2 06/04/2011 09:13:37:410 2,06E+01 1,50E+01 1,65E+01 2,09E+01 1,48E+01

3 06/04/2011 09:24:37:457 2,09E+01 1,56E+01 1,70E+01 2,12E+01 1,55E+01

4 06/04/2011 09:35:37:422 2,12E+01 1,61E+01 1,75E+01 2,14E+01 1,60E+01

5 06/04/2011 09:46:37:438 2,14E+01 1,63E+01 1,79E+01 2,15E+01 1,64E+01

6 06/04/2011 09:57:37:441 2,19E+01 1,69E+01 1,84E+01 2,20E+01 1,69E+01

7 06/04/2011 10:08:37:442 2,23E+01 1,73E+01 1,88E+01 2,25E+01 1,73E+01


(75)

9 06/04/2011 10:30:37:444 2,32E+01 1,80E+01 1,96E+01 2,32E+01 1,80E+01

10 06/04/2011 10:41:37:447 2,38E+01 1,85E+01 2,01E+01 2,39E+01 1,85E+01

11 06/04/2011 10:52:37:430 2,44E+01 1,89E+01 2,06E+01 2,44E+01 1,90E+01

12 06/04/2011 11:03:37:457 2,48E+01 1,93E+01 2,10E+01 2,49E+01 1,94E+01

13 06/04/2011 11:14:37:455 2,53E+01 1,97E+01 2,14E+01 2,53E+01 1,98E+01

14 06/04/2011 11:25:37:443 2,57E+01 2,01E+01 2,19E+01 2,60E+01 2,02E+01

15 06/04/2011 11:36:37:445 2,60E+01 2,05E+01 2,22E+01 2,64E+01 2,05E+01

16 06/04/2011 11:47:37:434 2,62E+01 2,07E+01 2,23E+01 2,64E+01 2,09E+01

17 06/04/2011 11:58:37:456 2,64E+01 2,12E+01 2,27E+01 2,66E+01 2,12E+01

18 06/04/2011 12:09:37:450 2,69E+01 2,16E+01 2,32E+01 2,68E+01 2,17E+01

19 06/04/2011 12:20:37:423 2,72E+01 2,22E+01 2,37E+01 2,73E+01 2,21E+01

20 06/04/2011 12:31:37:410 2,76E+01 2,24E+01 2,39E+01 2,74E+01 2,25E+01

21 06/04/2011 12:42:37:436 2,78E+01 2,28E+01 2,42E+01 2,79E+01 2,29E+01

22 06/04/2011 12:53:37:460 2,83E+01 2,33E+01 2,47E+01 2,81E+01 2,33E+01

23 06/04/2011 13:04:37:459 2,87E+01 2,37E+01 2,51E+01 2,86E+01 2,37E+01

24 06/04/2011 13:15:37:414 2,91E+01 2,40E+01 2,55E+01 2,91E+01 2,39E+01

25 06/04/2011 13:26:37:418 2,98E+01 2,44E+01 2,59E+01 2,94E+01 2,44E+01

26 06/04/2011 13:37:37:458 3,02E+01 2,48E+01 2,62E+01 2,99E+01 2,47E+01

27 06/04/2011 13:48:37:443 3,08E+01 2,52E+01 2,67E+01 3,02E+01 2,51E+01

28 06/04/2011 13:59:37:439 3,12E+01 2,56E+01 2,71E+01 3,06E+01 2,56E+01

29 06/04/2011 14:10:37:440 3,16E+01 2,60E+01 2,74E+01 3,10E+01 2,60E+01

30 06/04/2011 14:21:37:439 3,15E+01 2,64E+01 2,77E+01 3,11E+01 2,64E+01

31 06/04/2011 14:32:37:410 3,15E+01 2,68E+01 2,80E+01 3,12E+01 2,68E+01

32 06/04/2011 14:43:37:428 3,12E+01 2,71E+01 2,82E+01 3,10E+01 2,71E+01

33 06/04/2011 14:54:37:435 3,10E+01 2,73E+01 2,83E+01 3,08E+01 2,74E+01

34 06/04/2011 15:05:37:457 3,08E+01 2,76E+01 2,85E+01 3,07E+01 2,76E+01

35 06/04/2011 15:16:37:456 3,03E+01 2,76E+01 2,83E+01 3,02E+01 2,77E+01

36 06/04/2011 15:27:37:447 2,99E+01 2,79E+01 2,84E+01 2,98E+01 2,79E+01

37 06/04/2011 15:38:37:429 2,95E+01 2,80E+01 2,83E+01 2,94E+01 2,80E+01

38 06/04/2011 15:49:37:439 2,93E+01 2,81E+01 2,82E+01 2,92E+01 2,81E+01

39 06/04/2011 16:00:37:411 2,91E+01 2,82E+01 2,81E+01 2,90E+01 2,82E+01

40 06/04/2011 16:11:37:419 2,87E+01 2,82E+01 2,77E+01 2,88E+01 2,83E+01

41 06/04/2011 16:22:37:439 2,82E+01 2,79E+01 2,73E+01 2,85E+01 2,82E+01

42 06/04/2011 16:33:37:430 2,81E+01 2,78E+01 2,71E+01 2,84E+01 2,81E+01

43 06/04/2011 16:44:37:422 2,82E+01 2,76E+01 2,71E+01 2,84E+01 2,79E+01

44 06/04/2011 16:55:37:410 2,84E+01 2,76E+01 2,73E+01 2,85E+01 2,79E+01

45 06/04/2011 17:01:37:447 2,83E+01 2,75E+01 2,71E+01 2,85E+01 2,78E+01


(1)

107 6/3/2011 14:50 1.9 3.43 32.355 62.5 208.1

108 6/3/2011 14:55 1.52 3.05 32.021 64.4 161.9

109 6/3/2011 15:00 1.9 3.81 31.382 69.9 78.1

110 6/3/2011 15:05 1.52 3.81 31.128 70.9 70.6

111 6/3/2011 15:10 1.9 4.19 31.052 71.3 88.1

112 6/3/2011 15:15 1.9 3.81 30.925 71 79.4

113 6/3/2011 15:20 1.9 4.19 30.95 71.4 113.1

114 6/3/2011 15:25 1.9 3.81 30.976 71.4 126.9

115 6/3/2011 15:30 2.28 3.81 31.153 72.1 258.1

116 6/3/2011 15:35 1.9 4.19 31.23 71.7 391.9

117 6/3/2011 15:40 2.66 5.71 30.849 72.7 110.6

118 6/3/2011 15:45 2.66 4.57 30.748 73.3 149.4

119 6/3/2011 15:50 1.52 3.81 31.026 73.2 175.6

120 6/3/2011 15:55 1.9 3.81 31.026 72.5 138.1

121 6/3/2011 16:00 1.14 3.05 31.23 72.2 150.6

122 6/3/2011 16:05 0.76 2.66 31.459 71.5 339.4

123 6/3/2011 16:10 2.66 4.57 31.433 70.6 324.4

124 6/3/2011 16:15 1.9 3.81 31.23 72 219.4

125 6/3/2011 16:20 1.9 3.81 30.798 73.7 146.9

126 6/3/2011 16:25 2.66 4.19 30.773 73.6 159.4

127 6/3/2011 16:30 2.66 4.57 30.9 73.6 264.4

128 6/3/2011 16:35 2.28 3.81 30.748 73.5 129.4

129 6/3/2011 16:40 2.28 4.95 30.849 73.8 193.1

130 6/3/2011 16:45 2.66 6.09 30.748 74.2 191.9

131 6/3/2011 16:50 1.52 2.66 30.419 74.6 108.1

132 6/3/2011 16:55 1.9 3.81 30.444 74.6 93.1

133 6/3/2011 17:00 0.38 1.52 30.469 74.8 45.6

134 6/3/2011 17:05 2.66 4.95 30.117 75.6 23.1

135 6/3/2011 17:10 0.76 2.66 30.016 76.6 15.6

136 6/3/2011 17:15 1.9 3.43 29.89 75.7 10.6

137 6/3/2011 17:20 0.76 1.52 29.84 76 8.1

138 6/3/2011 17:25 0 0.76 29.89 76.4 6.9

139 6/3/2011 17:30 1.14 2.66 29.865 76.1 9.4

140 6/3/2011 17:35 1.14 3.05 29.715 76.8 15.6

141 6/3/2011 17:40 1.52 3.05 29.59 77.1 13.1

142 6/3/2011 17:45 2.28 3.43 29.49 77.4 8.1

143 6/3/2011 17:50 2.28 4.95 29.414 77.9 4.4

144 6/3/2011 17:55 0.76 1.9 29.365 78.2 3.1

145 6/3/2011 18:00 1.52 4.19 29.389 78.4 1.9

Nu

Date Time, GMT+07:00

Wind Speed, m/s

Gust Speed, m/s

Temp, °C

RH, %

Solar Radiation, W/m²

1 6/4/2011 6:00 0 0 24.629 91.5 6.9


(2)

3 6/4/2011 6:10 0 0 24.75 91.4 23.1

4 6/4/2011 6:15 0 0 24.919 90.8 35.6

5 6/4/2011 6:20 0 0 25.065 90.4 50.6

6 6/4/2011 6:25 0 0 25.453 89.2 65.6

7 6/4/2011 6:30 0 0 25.404 88.8 78.1

8 6/4/2011 6:35 0 0 25.234 89.8 50.6

9 6/4/2011 6:40 0 0 24.919 91.5 51.9

10 6/4/2011 6:45 0 0 24.871 91.4 59.4

11 6/4/2011 6:50 0 0 24.992 91.7 79.4

12 6/4/2011 6:55 0 0 25.137 90.5 91.9

13 6/4/2011 7:00 0 0 25.793 88.4 158.1

14 6/4/2011 7:05 0 0 25.914 87.7 156.9

15 6/4/2011 7:10 0 0 26.207 86.9 166.9

16 6/4/2011 7:15 0 0 26.524 86.1 183.1

17 6/4/2011 7:20 0 0.76 26.646 86.2 181.9

18 6/4/2011 7:25 0.38 1.14 26.109 87.3 159.4

19 6/4/2011 7:30 0 0.76 26.158 87.3 178.1

20 6/4/2011 7:35 0.38 1.14 26.329 86.9 189.4

21 6/4/2011 7:40 0.38 1.52 26.426 86.3 211.9

22 6/4/2011 7:45 0 0.76 26.646 85.7 183.1

23 6/4/2011 7:50 0 0 27.038 85.2 250.6

24 6/4/2011 7:55 0.38 1.9 27.308 84.2 190.6

25 6/4/2011 8:00 0 0.38 27.087 85.9 225.6

26 6/4/2011 8:05 1.14 1.52 27.186 84.8 181.9

27 6/4/2011 8:10 0.38 1.52 27.653 83.7 415.6

28 6/4/2011 8:15 0 1.14 27.949 82.9 266.9

29 6/4/2011 8:20 0 0.38 27.899 83.1 280.6

30 6/4/2011 8:25 0 0 28.493 82 235.6

31 6/4/2011 8:30 0 0 28.543 81.8 229.4

32 6/4/2011 8:35 0 0 28.891 81 241.9

33 6/4/2011 8:40 0 0 29.389 80 255.6

34 6/4/2011 8:45 0 0 28.941 81.1 290.6

35 6/4/2011 8:50 0 0 29.565 79.5 305.6

36 6/4/2011 8:55 0 0 29.865 78.5 340.6

37 6/4/2011 9:00 0 1.14 29.389 79.7 325.6

38 6/4/2011 9:05 0 1.14 29.64 80.2 374.4

39 6/4/2011 9:10 1.52 3.05 29.34 80.4 329.4

40 6/4/2011 9:15 0.38 1.14 29.464 80.2 529.4

41 6/4/2011 9:20 0 0.76 29.615 80.1 564.4

42 6/4/2011 9:25 0.76 1.9 29.79 79.4 394.4

43 6/4/2011 9:30 1.14 1.9 29.941 77.6 355.6

44 6/4/2011 9:35 0.76 1.9 30.293 76.9 709.4

45 6/4/2011 9:40 0.76 1.9 30.621 74.8 666.9

46 6/4/2011 9:45 0.38 1.52 30.748 75.1 646.9


(3)

48 6/4/2011 9:55 0.76 2.28 31.052 71.7 639.4

49 6/4/2011 10:00 0.76 1.9 31.153 71.2 648.1

50 6/4/2011 10:05 0.76 1.52 31.689 70.4 654.4

51 6/4/2011 10:10 0 0.76 31.765 70.6 663.1

52 6/4/2011 10:15 0 1.14 31.663 70.4 689.4

53 6/4/2011 10:20 0 0.76 32.794 68 701.9

54 6/4/2011 10:25 0 0 33.235 66.1 668.1

55 6/4/2011 10:30 0 0.76 33.521 64.6 559.4

56 6/4/2011 10:35 0.76 1.52 32.562 65.5 693.1

57 6/4/2011 10:40 1.9 3.05 31.893 66.1 806.9

58 6/4/2011 10:45 0 0.38 33.574 64.3 821.9

59 6/4/2011 10:50 0.76 1.9 32.536 60.6 819.4

60 6/4/2011 10:55 0.38 1.52 33.365 62.6 773.1

61 6/4/2011 11:00 0.38 1.14 32.691 62.1 794.4

62 6/4/2011 11:05 0.76 2.28 33.443 60.9 279.4

63 6/4/2011 11:10 0 0 33.131 61.1 785.6

64 6/4/2011 11:15 1.14 2.28 33.053 62.7 286.9

65 6/4/2011 11:20 0.38 1.14 33.027 62.6 524.4

66 6/4/2011 11:25 1.14 3.05 32.742 63.5 401.9

67 6/4/2011 11:30 1.14 1.52 32.355 65.2 615.6

68 6/4/2011 11:35 1.14 1.9 32.458 63.9 636.9

69 6/4/2011 11:40 0.38 1.52 32.924 62.1 619.4

70 6/4/2011 11:45 0.76 1.9 33.209 60.3 565.6

71 6/4/2011 11:50 0 1.14 33.261 62 415.6

72 6/4/2011 11:55 0.38 1.52 33.757 58.9 260.6

73 6/4/2011 12:00 0.38 2.28 33.757 60.7 661.9

74 6/4/2011 12:05 1.52 2.28 33.313 60.2 809.4

75 6/4/2011 12:10 0.38 2.28 33.704 59.1 256.9

76 6/4/2011 12:15 0 1.14 33.157 59 326.9

77 6/4/2011 12:20 0 0.76 33.574 58.2 775.6

78 6/4/2011 12:25 0 0.76 34.492 56.6 724.4

79 6/4/2011 12:30 0.38 1.14 33.495 58.6 841.9

80 6/4/2011 12:35 0 1.14 34.651 57.2 796.9

81 6/4/2011 12:40 1.14 2.66 33.417 57.3 770.6

82 6/4/2011 12:45 0.76 1.9 34.045 55.3 826.9

83 6/4/2011 12:50 1.52 2.66 33.704 56.7 819.4

84 6/4/2011 12:55 1.9 2.66 33.73 55.8 819.4

85 6/4/2011 13:00 0 1.14 33.94 56 780.6

86 6/4/2011 13:05 1.14 2.66 34.045 56.7 753.1

87 6/4/2011 13:10 0 1.9 34.255 56.1 774.4

88 6/4/2011 13:15 0.38 2.66 34.81 55 771.9

89 6/4/2011 13:20 0 1.14 34.466 55.7 779.4

90 6/4/2011 13:25 0.76 2.28 35.475 52.6 326.9

91 6/4/2011 13:30 1.52 2.28 33.417 55.4 349.4


(4)

93 6/4/2011 13:40 1.9 2.66 34.624 53.4 708.1

94 6/4/2011 13:45 0 1.14 34.863 54 636.9

95 6/4/2011 13:50 0 0 35.315 53.3 523.1

96 6/4/2011 13:55 1.14 2.66 35.208 53 246.9

97 6/4/2011 14:00 0.38 2.28 33.521 59.2 224.4

98 6/4/2011 14:05 0.38 1.52 33.757 57.7 238.1

99 6/4/2011 14:10 1.52 2.66 33.079 59.3 170.6

100 6/4/2011 14:15 0 1.14 33.548 60.2 111.9

101 6/4/2011 14:20 1.14 2.28 32.562 62.8 83.1

102 6/4/2011 14:25 1.52 2.66 32.33 63 68.1

103 6/4/2011 14:30 0 0.76 32.484 62.6 56.9

104 6/4/2011 14:35 0.38 1.14 32.253 63.9 54.4

105 6/4/2011 14:40 0.76 2.28 32.227 63.2 45.6

106 6/4/2011 14:45 0.38 1.14 32.098 64.4 50.6

107 6/4/2011 14:50 1.52 3.05 31.179 71.3 43.1

108 6/4/2011 14:55 2.28 4.95 29.54 74.3 44.4

109 6/4/2011 15:00 0 0 29.04 78.3 40.6

110 6/4/2011 15:05 3.43 5.33 29.34 76.3 39.4

111 6/4/2011 15:10 2.66 6.47 28.717 78.3 40.6

112 6/4/2011 15:15 0.76 1.9 29.715 72.7 70.6

113 6/4/2011 15:20 0 1.14 30.95 68.2 65.6

114 6/4/2011 15:25 0 0 29.414 79.2 66.9

115 6/4/2011 15:30 1.9 3.05 29.09 77.5 60.6

116 6/4/2011 15:35 0 0 29.49 77.8 58.1

117 6/4/2011 15:40 0 0 29.49 79.2 55.6

118 6/4/2011 15:45 0 0 29.365 79.5 63.1

119 6/4/2011 15:50 0 0 29.515 79.1 73.1

120 6/4/2011 15:55 0 0 30.041 77.7 94.4

121 6/4/2011 16:00 0.76 1.52 30.268 75 108.1

122 6/4/2011 16:05 0 0.76 30.545 74.1 98.1

123 6/4/2011 16:10 2.28 3.43 30.976 68.6 121.9

124 6/4/2011 16:15 0 0.76 31.281 68.1 189.4

125 6/4/2011 16:20 0 1.52 31.357 66.9 178.1

126 6/4/2011 16:25 0.38 2.66 31.433 67.3 183.1

127 6/4/2011 16:30 0.76 1.9 31.408 67.3 186.9

128 6/4/2011 16:35 1.9 3.43 31.23 67.5 174.4

129 6/4/2011 16:40 1.9 3.81 31.179 67.7 166.9

130 6/4/2011 16:45 0.76 1.9 31.281 67.8 173.1

131 6/4/2011 16:50 0.38 1.52 31.382 68.1 161.9

132 6/4/2011 16:55 0 1.14 31.714 67.3 151.9

133 6/4/2011 17:00 1.52 2.66 31.306 67.3 138.1

134 6/4/2011 17:05 1.14 2.66 31.128 67.6 121.9

135 6/4/2011 17:10 0.38 1.9 30.976 68.3 100.6

136 6/4/2011 17:15 0.38 2.28 30.95 68.6 88.1


(5)

138 6/4/2011 17:25 1.14 2.66 30.596 70.7 23.1

139 6/4/2011 17:30 0.76 1.52 30.444 71.6 14.4

140 6/4/2011 17:35 0 0.76 30.318 71.5 13.1

141 6/4/2011 17:40 1.14 2.28 30.091 71.3 10.6

142 6/4/2011 17:45 0.38 1.52 30.217 71.5 9.4

143 6/4/2011 17:50 0.38 2.28 29.991 72.3 6.9

144 6/4/2011 17:55 0.38 1.9 29.916 72.2 5.6


(6)

METANAOL

compound with chemical formula CH3OH. Thermophysical properties for temperatures ranging -50-150 oC are indicated in the table below.

Temperatur e

(oC)

Latent Heat

(kJ/kg )

Liquid Densit y

(kg/m3)

Vapor Densit y

(kg/m3)

Liquid Thermal Conductivit y

(W/moC)

Liquid Viscosit y

(cP)

Vapor Viscosit y

(102 cP)

Vapor Pressur e

(bar)

Vapor Specific Heat

(kJ/kgoC )

Liquid Surface Tensio n

(102 N/m)

-50 1194 844 0.01 0.210 1.700 0.72 0.01 1.20 3.26 -30 1187 834 0.01 0.208 1.300 0.78 0.02 1.27 2.95 -10 1182 819 0.04 0.206 0.945 0.85 0.04 1.34 2.63 10 1175 801 0.12 0.204 0.701 0.91 0.10 1.40 2.36 30 1155 782 0.31 0.203 0.521 0.98 0.25 1.47 2.18 50 1125 764 0.77 0.202 0.399 1.04 0.55 1.54 2.01 70 1085 746 1.47 0.201 0.314 1.11 1.31 1.61 1.85 90 1035 724 3.01 0.199 0.259 1.19 2.69 1.79 1.66 110 980 704 5.64 0.197 0.211 1.26 4.98 1.92 1.46 130 920 685 9.81 0.195 0.166 1.31 7.86 1.92 1.25 150 850 653 15.9 0.193 0.138 1.38 8.94 1.92 1.04