Prosiding ISBN : 978-979-95271-8-9
48
Seminar Teknologi Pulp dan Kertas Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung 10 Nopember 2010
Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung
Kinerja reaktor asidiikasi yang dioperasi- kan dengan padatan organik sludge yang makin
tinggi, secara bertahap dari 1,3 sampai 8,2 g. VS sludgeg.VS mikroba. hari dapat meningkat-
kan kemampuan metabolisme mikroba sehingga menghasilkan kinerja proses lebih stabil. Hal ini
dapat dilihat dari data peningkatan beban terha- dap laju pembentukan VFA yang berlangsung se-
lama perioda operasi 3 bulan gambar 2.
Data percobaan pada gambar 4.6 terlihat bahwa kenaikan beban dari 1,3 – 2,0 g. VS
sludgeg. VS mikroorganisme, hari ke 3,2 – 3,8 g. VS sludgeg. VS mikroorganisme, hari telah
menurunkan laju pembentukan VFA rata-rata dari 4,04 g VFAkg. VS, hari menjadi 2,79 g VFA
kg VS, hari. Namun kemudian sejalan dengan makin lama waktu operasi dan teraklimatisasinya
mikroba, maka laju pembentukan VFA menjadi stabil bahkan meningkat cukup nyata. Pada pe-
ngoperasian reactor dengan waktu retensi 1 hari yang berlangsung pada beban 7,2 – 8,2 g. VS
sludgeg. VS mikroorganisme, hari dapat meng- hasilkan peningkatan kadar VFA rata-rata dalam
supernatan 152 atau dengan laju pembentukan VFA rata-rata 12,27 g VFAkg VS, hari. Dengan
demikian pengoperasian reaktor asidiikasi pada waktu retensi 1 hari mampu memberikan kinerja
dan stabilitas proses cukup tinggi.
2. Parameter pH
Beberapa faktor lingkungan yang berpen- garuh terhadap kinerja asidogenesis dalam sistem
digestasi anaerobik diantaranya adalah pH, selain suhu, kadar air dan lainnya. Untuk mengoptimal-
kan laju proses telah dilakukan pengaturan ter- hadap sludge sebelum diumpankan pada reaktor
pada pH 5. Indikator keberhasilan pembentukan VFA ditunjukkan dengan menurunnya nilai pH.
Dari Gambar 3 menampilkan perubahan pH yang terjadi pada seluruh percobaan dari perlakuan
waktu retensi 4 hari hingga 1 hari, antara pH in- let dan outlet. Data pengamatan pH menunjukkan
bahwa semakin tinggi peningkatan kadar VFA, maka penurunan nilai pH relative makin besar
pula.
Gambar 3. pH Inluen – Eluen Limbah Proses Kontinyu Asidogenesis
3. Parameter COD Larut
Pada percobaan proses asidiikasi ini, diawali proses hidrolisis yang terjadi dengan adanya
penambahan kadar protease dalam suhu termoi- lik. Proses hidrolisis yang terjadi dalam digester
asidiikasi dapat meningkatkan biokonversi or- ganik kompleks polisakarida dalam fraksi ter-
suspensi menjadi organik monosakarida sebagai fraksi larut. Hasil dari proses hidrolisis yang mer-
upakan fraksi larut dimetabolisme lebih lanjut oleh mikroba asidogenesis menjadi VFA. Indika-
tor terjadinya proses asidiikasi dapat ditunjuk- kan dengan pengamatan uji COD larut dalam su-
pernatan yang selanjutnya sebagai umpan reaktor metanasi atau reaktor tahap 2.
Data uji parameter COD larut dalam sludge sebagai umpan reaktor asidiikasi dan COD larut
dalam supernatan sebagai olahan asidiikasi da- pat dilihat pada Gambar. 4. Percobaan dengan
perlakuan waktu retensi makin singkat dari 4 hari hingga 1 hari, secara keseluruhan menunjukkan
adanya peningkatan kadar COD larut setelah
berlangsung proses asidiikasi. Hal ini mengindi- kasikan terjadinya biokonversi fraksi tersuspensi
menjadi fraksi terlarut yang didominasi oleh ter- bentuknya senyawa asam-asam organik volatil
VFA.
Prosiding ISBN : 978-979-95271-8-9
49
Seminar Teknologi Pulp dan Kertas Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung 10 Nopember 2010
Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung
Gambar 4. Kadar COD Terlarut pada Proses Kontinyu Asidogenesis
Gambar 5. Kadar Padatan pada Limbah Prosres Kontinyu Asidogenesis Endapan lumpur yang sebagian disirkulasi
kembali ke reaktor 70 VV dan sisanya seban- yak 30 VV memiliki potensi untuk dimanfaat-
kan sebagai kompos atau pupuk organik. Kadar padatan lumpur yang merupakan kompos cair ini
menunjukkan peningkatan dibandingkan kondisi sludge sebelum mengalami proses digestasi. Be-
sarnya peningkatan kadar TS lumpur sebagai kompos cair ini adalah sekitar 700 yaitu dari
sludge kadar TS ± 2 menjadi kompos cair den- gan kadar TS ± 16. Kualitas kompos yang di-
hasilkan telah memenuhi syarat standar kompos menurut SNI 19-7030-2004 Tabel 4., sehingga
endapan lumpur hasil proses asidogenesis ini da- pat dimanfaatkan sebagai kompos untuk tanaman.
4. Parameter Padatan Total TS