Secara garis besar tujuan sekolah model dapat dirumuskan sebagai berikut:
5
a Menjadi acuan dalam penyelenggaraan sekolah lainnya baik negeri maupun swasta.
b Sebagai sekolah pembina terhadap sekolah setingkat di sekitar wilayahnya dalam bidang kurikulum, pengajaran, administrasi dan
sebagainya. c Sebagai tempat penyelenggaraan pelatihan tenaga guru dan tenaga
kependidikan lainnya melalui fasilitas Pusat Sumber Belajar PSB yang disediakan. Ini hanya berlaku bagi sekolah model yang diperlengkapi
dengan fasilitas pelatihan atau fasilitas PSB. d Sebagai fasilitator pelayan fasilitas belajar bagi sekolah sekitarnya yang
ingin memanfaatkan fasilitas belajar yang ada, seperti perpustakaan, laboratorium, work shop keterampilan dan lain sebagainya secara bergilir
time sharing. Sekolah Model dimaksudkan sebagai center for excellence yang
dikembangkan lebih dari satu buah dalam setiap provinsi. Sekolah Model diproyeksikan sebagai wadah penampung siswa-siswa terbaik masing-
masing daerah untuk dibimbing secara maksimal tanpa harus pergi ke daerah lain.
Keberadaan sekolah model juga dapat mencegah terjadinya eksodus pengungsian SDM terbaik suatu daerah ke daerah lain
disamping itu juga mendorong tumbuhnya persaingan sehat antar daerah dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia SDM yang lebih berkualitas.
6
Proses menjadikan suatu sekolah menjadi sekolah unggul dan model bagi sekolah lain merupakan pengembangan sekolah yang tepat dalam
rangka meningkatkan nilai dan mutu pendidikan Islam di masyarakat.
4. Kriteria Sekolah Model
5
Depag RI, Sistem Penyelenggaraan Madrasah Aliyah Model, Jakarta: 1996, 10.
6
Ahmad Zayadi, Desain Pengembangan Madrasah, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Pendidikan Islam Depag, 2005, 57.
Menurut Kementrian Agama, sekolah model dipilih dari sekolah negeri yang memiliki potensi untuk menjadi sekolah model. Atas dasar
kriteria sebagai berikut: a Memiliki potensi untuk menjadi sekolah model.
b Memiliki kepala sekolah yang dinamis, kreatif, inisiatif atau prokatif, idealis, konseptual, komunikatif serta memiliki dedikasi dan motivasi
yang tinggi terhadap tugas. c Memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan program
pendidikan dan pembelajaran. d Memiliki guru yang memadai dan memenuhi kualifikasi tenaga guru.
e Memiliki ruang belajar yang cukup dan ruang lainnya yang memadai. f Memiliki fasilitas perpustakaan dan laboratorium yang cukup.
g Memiliki prestasi yang baik dalam kegiatan program ekstrakurikuler dalam bidang keagamaan, kesenian dan olah raga.
h Tersedianya area tanah yang cukup untuk pengembangan fisik sebagai sekolah model.
i Dukungan yang baik dari masyarakat sekitar dan orang tua siswa BP3.
7
Selain itu, ada beberapa kriteria penting yang harus diperhatikan untuk mewujudkan sekolah model:
8
a Kepala Madrasah
Kepala madrasah dituntut dapat berperan sebagai professional leader dalam tindakan dan perilaku yang mendorong dirinya, guru dan
staf yang ada menuju visi keunggulan.
b Guru
7
Depag RI, Sistem Penyelenggaraan Madrasah Aliyah Model, 12.
8
Fuad Fachruddin dari Headlye Beare, dkk., Creating An Exellence School. London: Routtledge, 1991, 154-157.
Guru juga harus siap untuk mengembangkan bahan-bahan pembelajaran, pendekatan, alat-alat teknologi yang diperlukan untuk
mendukung potensi siswa untuk berkembang.
c Kurikulum
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam menyelenggarakan pembelajaran. Kurikulum memberikan konsep-konsep standar dari mata
pelajaran yang perlu diajarkan kepada siswa berdasarkan pertimbangan akademik dan perkembangan psikologi siswa. Apa yang akan diajarkan
kepada siswa adalah apa yang sebenarnya diperlukan oleh siswa dan menstimulasi siswa untuk mempelajari sendiri rasa ingin tahu.
d Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran lebih mendorong siswa merasa tertantang belajar untuk mengembangkan rasa keingintahuan individu siswa untuk
mendalami sesuatu. Siswa merekontruksi pengetahuan dan kegunaan apa yang dipelajari dalam satu kesatuan. Oleh karena itu, interaksi siswa
dengan pihak lain termasuk sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah merupakan bagian dari peran guru dalam membantu terciptanya
kondisi yang mendukung minat dan semangat siswa untuk mempelajari sesuatu.
e Penilaian
Penilaian pembelajaran bukan hanya untuk melihat daya serap yang dipelajari. Tetapi juga mengetahui faktor yang menjadikan siswa
mengalami kesulitan dalam belajar, mengembangkan kemampuan siswa mengenai apa yang ingin dicapai sejalan dengan potensi dan kebutuhan
masing-masing. Siswa memahami apa yang dinilai, untuk apa dan bagaimana penilaian dilaksanakan.
9
f Layanan kepada Siswa
9
Fuad Fachruddin, Madrasah Model: Indikator Obyektif dan Operasionalnya Madrasah, Jakarta: PPIM IAIN, 2000, 20.
Dalam setiap kelas, prestasi belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi 3 tiga, yaitu kelompok siswa berkemampuan cepat, kelompok
anak didik berkemampuan normal dan kelompok siswa berkemampuan lambat di bawah rata-rata. Kecenderungan pembelajaran selama ini
adalah guru lebih banyak berkonsentrasi pada kelompok cepat saja, sehingga siswa dari kelompok lambat agak terabaikan, atau apabila guru
memperhatikan siswa dari kelompok lambat, maka siswa kelompok cepat akan terhambat kecepatan belajarnya. Berdasarkan kenyataan ini, maka
sekolah diupayakan memberi pelayanan pendidikan yang berorientasi pada kemampuan siswa secara individu.
g Pengembangan Bakat dan Minat
Pengembangan bakat dan minat diarahkan untuk merancang masa depan bagi siswa sepenuhnya. Siswa dipandang sebagai pribadi yang
memiliki potensi yang berbeda-beda yang perlu diaktualisasikan secara optimal. Untuk itu, membutuhkan kondisi yang kondusif bagi tumbuh
dan berkembangnya bakat dan minat tersebut. Kegiatan pengembangan minat dan bakat tersebut dilihat dari aspek
intelegensinya dapat dikelompokkan menjadi: 1 bidang seni, misalnya seni lukis, qiroah, karawitan, angklung, qosidah, kolintang, dan musik,
2 bidang olahraga misalnya sepak bola, volley, basket, tennis meja, bulu tangkis, bela diri, panjat tebing, dan arung jeram, 3 bidang
kebahasaan, misalnya mengarang, puisi, drama, dan English Conversation Club, 4 bidang kemampuan kognitif, misalnya kelompok
ilmiah remaja, dan 5 bidang keterampilan, misalnya: pramuka, PMR, dokter kecil, dan kelompok dakwah masjid.
10
h Pengembangan Lingkungan Belajar
Salah satu unsur penting dalam menumbuhkembangkan potensi siswa adalah bagaimana menata lingkungan agar belajar benar-benar
merupakan aktivitas yang menggairahkan. Lingkungan belajar
10
Agus Maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan, Malang, UIN Maliki Press, 2010 , 64.
bagaimanapun caranya dimaksudkan agar siswa senang belajar. Salah satu karakteristik dari penataan lingkungan seperti ini adalah keterlibatan
siswa sebagai subyek yang belajar. Pemikiran ini dijadikan titik tolak untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa yang harus disediakan dalam
lingkungan agar anak terdorong untuk terlibat dalam peristiwa belajar. Jawaban atas pertanyaan ini akan membawa implikasi yang luas, karena
terkandung suatu pemikiran pembaharuan tentang bagaimana memperlakukan siswa sebagai subyek belajar, bukan sekadar obyek
belajar, dan apa yang harus disediakan untuk siswa agar terjadi peristiwa belajar dalam dirinya.
i Pengembangan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana maksudnya adalah semua perangkat, baik perangkat keras hardware maupun perangkat lunak software yang
digunakan dan dapat mendukung proses pendidikan dan pembelajaran. Sarana misalnya: media pendidikan buku, kamus, alat-alat praktik,
media audio, media visual, dan media audio visual. Sedang prasarana meliputi: bangunan madrasah yang berupa gedung, perpustakaan,
laboratorium, bengkel dan perabot madrasah serta berbagai hal yang erat hubungannya dengan mutu madrasah.
11
Untuk itu, sarana dan prasarana minimal yang harus dimiliki oleh madrasah ke depan, khususnya Madrasah Negeri adalah: 1 gedung
madrasah yang representatif, 2 laboratorium komputer, bahasa ArabInggris, IPA dan IPS, 3 perpustakaan beserta koleksinya yang
lengkap 4 bengkel untuk latihan keterampilan, 5 kantin sekolah, 6 koperasi anak didik, 7 ruang UKS, sarana layanan kesehatan dan
pertolongan pertama pada kecelakaan P3K, 8 musholla atau masjid, 9 sanggar seni, 10 ruangan kantor untuk kepala, pendidik, dan
administratif, 11 kantor BP3.
11
Puslitbang, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta, Balitbang Agama dan Diklat Keagamaan RI, 2001, 23
.
Kondisi madrasah model pada saat ini belum menunjukan tingkat yang sama, baik dalam segi fasilitas maupun dalam segi kualitas. Hal ini
karena adanya perbedaan kondisi dan dukungan fasilitas awal disamping dukungan fasilitas berikutnya setelah menjadi sekolah model.
Diharapkan sekolah model tersebut pada waktunya nanti benar-benar menjadi sekolah percontohan walaupun kondisi satu sama lain berbeda.
Secara umum persyaratan sebagai sekolah model adalah sebagai berikut:
12
1 Memiliki manajemen madrasah yang baik. 2 SDM yang berkualitas
3 Kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan 4 Bantuan pendidikan yang memadai
5 Keunggulan kualitas lulusan
5. Pengembangan Pendidikan Islam Melalui Sekolah Unggulan Dan Sekolah Model