LATAR BELAKANG TAP.COM - DETERMINAN INFLASI INDONESIA: JANGKA PANJANG DAN ... - PORTAL GARUDA

Determinan Inflasi Indonesia: Analisis Jangka Panjang dan Pendek Ardianing Pratiwi Ferry Prasetyia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email : ardianingpgmail.com ABSTRAK Pergarakan inflasi di Indonesia dikenal memiliki fluktuasi yang cukup tinggi dan bersifat persisten. Pemahaman mengenai karakteristik dan sumber guncangan yang dapat memicu inflasi dapat digunakan sebagai landasan dalam merumuskan suatu kebijakan moneter yang efektif dan konsisten pengendalian stabilitas inflasi, sebagai tujuan akhirnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan inflasi di Indonesia baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, dengan menggunakan metode Vector Error Correction Model VECM. Data dalam bentuk time series selama periode 2002-2011 dan diperoleh dari publikasi Bank Indonesia dan Bank Dunia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menurut estimasi VECM, dalam jangka panjang inflasi di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh keempat variabel independen, yaitu suku bunga BI rate, jumlah uang beredar, nilai tukar dan konsumsi rumah tangga. Semua variabel memiliki pengaruh negatif, kecuali hubungan positif yang ditunjukkan oleh variabel nilai tukar. Dalam jangka pendek, kenaikan BI rate dan depresiasi nilai tukar memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap laju inflasi. Berdasarkan hasil IRF, inflasi merespon secara cepat perubahan keempat variabel, satu periode setelah shock muncul. Variance decomposition menunjukkan bahwa, secara berurutan inflasi dipengaruhi oleh besarnya kontribusi perubahan suku bunga, nilai tukar, jumlah uang beredar dan konsumsi rumah tangga. Kata kunci: Tingkat inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, nilai tukar, konsumsi rumah tangga.

A. LATAR BELAKANG

Inflasi merupakan salah satu indikator penting bagi ekonom dalam menganalisis perekonomian suatu negara. Inflasi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pencapaian beberapa tujuan kebijakan makro, seperti pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan keseimbangan neraca pembayaran Pohan, 2008. Dampak lain yang ditimbulkan oleh inflasi juga dirasakan pada lalu lintas pasar keuangan karena berpengaruh secara langsung terhadap agregat moneter. Fenomena inflasi merupakan masalah klasik bagi perekonomian yang hingga saat ini masih memberikan trauma mendalam. Menurut sejarah perkembangannya, fluktuasi inflasi Indonesia tergolong cukup bervariasi dari waktu ke waktu dan bersifat persisten Dwiantoro, 2004. Pada dasarnya fenomena inflasi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor eksternal dan internal, baik yang berpengaruh secara langsung ataupun tidak. Menurut Candra 2006 inflasi yang rendah mampu mendorong negara dalam meningkatkan kapasitas outputnya, namun di sisi lain inflasi yang tinggi juga menimbulkan ketidakpastian terhadap perekonomian. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka menjaga inflasi pada level yang rendah dan stabil. Dengan menjaga stabilitas inflasi, pelaku ekonomi akan merasa lebih nyaman dalam melakukan aktivitas ekonominya, sehingga dapat membawa dampak positif pada perekonomian yang tercermin melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran Pohan, 2008. Dengan kata lain, pencapaian stabilitas inflasi merupakan langkah awal untuk mencapai stabilitas nasional. Upaya pemerintah dalam mengendalikan inflasi dituangkan dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diamandemen menjadi Undang-undang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, yang menyatakan bahwa Indonesia telah menganut kebijakan moneter dengan sasaran tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dengan kata lain, kebijakan moneter lebih difokuskan untuk mengendalikan fluktuasi tingkat harga agar tidak memicu tekanan inflasi melalui berbagai instrumen dan strategi kebijakan. Menurut Alan Greenspan, pergerakan inflasi yang lunak dan dianggap tidak membahayakan adalah pada rentang ± 3 per tahun Samuelson dan Nordhaus, 2004. Sedangkan menurut Abdullah 2003, berdasarkan data historis inflasi Indonesia, Bank Indonesia menyimpulkan bahwa tingkat inflasi yang optimal untuk Indonesia adalah pada kisaran 4-6 per tahun. Strategi kebijakan pengendalian inflasi yang dilaksanakan Bank Indonesia dengan menargetkan inflasi pada angka tertentu dengan range deviasi +1 dikenal dengan istilah ITF inflation targeting framework. Strategi kebijakan ini diarahkan untuk mencapai kestabilan harga dalam jangka panjang, namun tetap memberikan ruang gerak pada inflasi melalui pengaturan instrumen kebijakan jangka pendek. ITF diresmikan pada tahun 2005, meskipun secara aplikatif pelaksanaannya telah dimulai sejak tahun 2000. Penargetan inflasi dilaksanakan dengan tujuan mengarahkan ekspektasi dan menjadi acuan bagi pelaku ekonomi dalam melakukan aktivitas ekonominya ke depan, sehingga pergerakan inflasi dapat diarahkan menuju target yang telah ditetapkan. Tabel 1.1 berikut menunjukkan pencapaian tingkat inflasi sejak tahun 2000. Tabel 1.1: Perbandingan Inflasi Aktual dan Target Inflasi Tahun Target Inflasi Inflasi Aktual yoy 2000 3 - 5 9,4 2001 4 - 6 12,55 2002 9 - 10 10,03 2003 9 +1 5,06 2004 5,5 +1 6,40 2005 6 +1 17,11 2006 8 +1 6,60 2007 6 +1 6,59 2008 5 +1 11,06 2009 4,5 +1 2,78 2010 5+1 6,96 2011 5+1 3,79 Sumber : Bank Indonesia Dalam Tabel 1.1 di atas dapat diamati bahwa inflasi aktual masih berada di bawah, bahkan di atas angka yang ditargetkan. Tidak tercapainya sasaran tersebut menunjukkan bahwa penghitungan yang dilakukan kurang tepat. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpastian arah pergerakan inflasi akibat masih tingginya ekspektasi dari pelaku ekonomi. Dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja ITF belum menunjukkan hasil optimal dalam pelaksanaannya. Upaya Bank Indonesia dalam melakukan penargetan inflasi yang forward looking sebenarnya sudah cukup bagus dengan tujuan untuk mengarahkan pergerakan inflasi ke depan. Namun dalam kenyataannya, pelaksanaan kebijakan moneter menghadapi tantangan yang cukup berat dalam mencapai target tersebut. Fundamental ekonomi yang belum kokoh dan kuatnya pengaruh eksternal dalam beberapa periode terakhir membuat inflasi cukup rentan untuk berfluktuasi. Otoritas moneter mampu mengontrol shock internal, namun tidak dapat mengantisipasi pengaruh dari luar sehingga berimbas pada pembentukan harga dalam negeri. Dalam 1 dekade terakhir, meningkatnya kompleksitas hubungan antara inflasi dengan beberapa variabel makro lain menyebabkan pemerintah mengalami kesulitan dalam mengamati perilaku pembentukan harga di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan sulitnya mengidentifikasi dan memprediksi sumber-sumber perubahan shock yang dapat memicu tekanan inflasi. Merujuk pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Anugrah 2012, Arintoko 2011, Endri 2008, Hayati 2006 dan Dwiantoro 2004 untuk studi kasus Indonesia, diperoleh hasil penelitian yang mengidentifikasi bahwa suku bunga jangka pendek, nilai tukar, ekspektasi inflasi, output gap, serta harga atau inflasi luar negeri berpengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pertumbuhan jumlah uang beredar turut mempengaruhi pergerakan inflasi dalam jangka panjang. Variabel lain yang juga signifikan dalam mempengaruhi inflasi dalam jangka pendek adalah upah tenaga kerja. Sedangkan untuk studi kasus negara-negara lain yang pernah dilakukan oleh Akinbobola 2012, Sultan 2011 Yiping, et al 2010, Almounsor 2010, Ziramba 2008 dan Ratnasiri 2006 hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat inflasi banyak dipengaruhi oleh money supply, nilai tukar, inflasi luar negeri, ekspor, dan PDB riil baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Tingkat inflasi juga dipengaruhi oleh konsumsi atau permintaan domestik dalam jangka panjang dan dalam jangka pendek inflasi dipengaruhi oleh output gap. Mengingat belum optimalnya pelaksanaan kebijakan moneter dalam mengendalikan inflasi, maka untuk merumuskan sebuah kebijakan yang kredibel perlu dilakukan pengidentifikasian sumber pemicu serta pemahaman mengenai karakteristik inflasi di Indonesia. Gali 2002 menganalogikan bahwa dalam melakukan kebijakan inflation targeting sama halnya dengan melakukan sebuah pelayaran, di mana inflasi yang ditargetkan merupakan tujuan dari pelayaran tersebut. Aturan kebijakan merupakan cara untuk mencapai tujuan. Dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kemampuan dalam menganalisis dari manakah sebuah serangan akan datang, kemungkinan pergerakan arah angin, dan bagaimana menjaga keseimbangan layar. Sama halnya dengan melaksanakan kebijakan stabilitas inflasi. Dengan melakukan pemahaman karakter dan sumber inflasi, maka diharapkan perumusan strategi kebijakan moneter dapat ditentukan sehingga pelaksanaannya dapat dilakukan secara tepat dan efektif dalam mencapai tujuan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dan beberapa permasalahan yang melatarbelakangi pelaksanaan penelitian ini, maka rumusan masalah yang ingin diungkap adalah determinan apa sajakah yang mempengaruhi tekanan inflasi di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang?

B. KAJIAN PUSTAKA