Political Economy and Environmental Law Analysis on Batam City Coastal Zone due to the Sustainable Development

ANALISIS EKONOMI POLlTlK DAN HUKUM LINGKUNGAN
WILAYAH PESlSlR DAN LAUTAN KOTA BATAM
DALAM RANGKA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Oleh :
EGG1 SUDJANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

ABSTRAK
EGG1 SUDJANA. Analisis Ekonomi Politik dan Hukum Lingkungan Wilayah Pesisir
dan Lautan Kota Batam Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan. Dibimbing oleh
KOOSWARDHONO MUDIKDJO, DIDIN S. DAMANHURI, ROKEMIN
DAHUFU, ASEP SAEFUDDIN, dan SIT1 SUNDARI RANGKUTI.

Potensi pembangunan Kota Batam sebagai salah satu kawasan pengembangan
wilayah pesisir dan lautan yang menglami pertumbuhan sangat cepat, dapat menjadi
penghela utama @rime mover) perekonomian bangsa.
Namun, dari potensi

pengembangan yang dimiliki, Kota Batam dihadapkan pada posisi dilematis, yaitu
antara potensi strategis dan prospek cerah dengan kendala dan kecenderungan yang
mengancam kapasitas berkelanjutan (sustainable capacity) kawasan tersebut. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu strategi pembangunan alternatif yang tidak hanya
memperhatikan kepentingan generasi masa kini tetapi juga generasi yang akan datang
atau yang dikenal dengan konsep pembangunan berkelanjutan (susfainable
developnze~tt).
Penelitian ini bertujuan (1) menemukan kendala-kendala aspek ekonomi politik
yang terdiri dari kondisi ekologis, sosial ekonomi budaya, dan sosial politik; dan aspek
hukum lingkungan yang terdiri dari kondisi penegakan hukum lingkungan dan
kelembagaan wewenang pengelolaan wilayah pesisir dan lautan Kota Batam dalam
pelaksanaan konsep pembangunan berkelanjutan, (2) Menemukan adanya pengaruh I
hubungan kebijakan ekonomi politik dan hukum lingkungan wilayah pesisir dan lautan
Kota Batam terhadap pelaksanaan konsep pembangunan berkelanjutan.
Keberhasilan kondisi ekologis ditentukan oleh tiga persyaratan yang harus
tejamin, yaitu (1) keharmonisan spasial, (2) kapasitas asimilasi, dan (3) pemanfaatan
berkelanjutan. Aspek ekonomi politik ditentukan oleh dua hal, yaitu kebijakan
pembangunan yang dipilih oleh pemerintah, dalam ha1 ini adalah pengelola wilayah
pesisir dan lautan Kota Batam, dan kultur birokrasi yang mewujudkan tata pemerintahan
yang baik (goodgovernance). Sementara itu, aspek hukum lingkungan ditentukan oleh

dua indikator, yaitu penegakan hukum lingkungan dan kelembagaan pengelolaan
wilayah pesisir dan lautan secara terpadu (I~liegrafedCoastal Management).
Keseimbangan zonasi Kota Batam yang hanya menyisakan 26% lahan tidak
dibangun, tingkat pencemaran yang tinggi, dan penurunan kualitas air telah
menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 30 tahun pembangunan di Kota Batam telah
mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan tersebut terkait dengan kebijakan pembangunan yang
diambil, yaitu pertumbuhan ekonomi tinggi tidak diimbangi dengan pemerataan dan
kultur birokrasi yang masih kental dengan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) serta
tumbuhnya gejala Kompradorisasi. Di samping itu, lemahnya penegakan hukum
lingkungan yang ditandai dengan minimnya kasus pelanggaran hukum lingkungan yang
diproses secara administratif, pidana, maupun perdata (penyelesaian sengketa
lingkungan), dan tejadinya duplikasi wewenang antara Otorita Batam dengan
Pemerintah Kota Batam, ha1 itu semua menunjukkan bahwa pelaksanaan konsep
pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan lautan Kota Batam belum dapat
diwujudkan atau dilaksanakan.
Kata kunci : ekonomi politik, hukum lingkungan, pembangunan berkelanjutan

ABSTRACT


EGG1 SUDJANA. Political Economy and Environmental Law Analysis on Batam City
Coastal Zone due to the Sustainable Development.
Under Supervision of
KOOSWARDHONO MUDIKDJO, ROKEIMIN DAHURI, DlDIN S.
DAMANHURI, ASEP SAEFUDDIN, and SIT1 SUNDARI RANGKUTI
Potential development of Batam City as a Coastal Development Zone which
undergoes very fast growth may act as a primary mover of the national economy.
However, based on its potential, Batam City faces a dilemmatic position, between its
strategic potential and bright prospects or constraints and tendencies threatening the
sustainable capacity of the area. Hence, an alternative development strategy that
fulfills the need of current and future generation, called the sustainable development,
is required.
The purpose of this research were. 1). To determine constraints in political
economy aspects consisting of ecological conditions, socio economy culture, and politic
social, and environmental law aspects consisting of condition of environmental law
enforcement and institutionalization of the authority to manage Batam City coastal zone
for the implementation of sustainable development concept, 2) Determine the influence
or association of policy in economy politic and environmental law of Batam City
coastal zone toward the implementation of sustainable development concept
The success of ecological conditions was determined by three assured

prerequisites, these were. (1) spatial harmony, (2) assimilation capacity, and (3)
sustainable exploitation. Political economy aspect was determined by two matters,
which is the development policy chosen by government, in this case the authority of
Batam City Coastal Zone, and the bureaucracy culture which produces good
governance. Meanwhile, environmental legal aspect was determined by two indicators,
that is environmental law enforcement and institutional of integrated coastal zone
management.
The imbalance of Batam City zoning which only sets aside 26% of non utilized
land, high pollution level, and decrease of water quality indicated that within 30 years
period of Batam City development, serious environmental degradation had taken place
The environmental degradation was related to the inaccurate implementation of
development policy which was characterized by high economy growth but was not
accompanied by equal distribution and by the running of bureaucracy with high level of
corruption, collusion, and nepotism, as well as by the development of Kontpradorisasi
symptom. In addition to that, weak environmental law enforcement indicated by the
limited number of cases of environmental law violation being legally processed
(environmental lawsuit accomplishment), and the existence of ambiguous authority
between Batam Authority and Batam City Local Government had shown that
sustainable development of Batam City had not been undertaken or implemented yet.
Key words: political economy, environmental law, and sustainable development.


SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa segala pemyataan
dalam disertasi saya yang bejudul : Analisis Ekonomi Politik dan Hukurn
Lingkungan Wilayah Pesisir dan Lautan Kota Batam Dalam Rangka
Pembangunan Berkelanjutan, merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi
saya sendiri, dengan bimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan
jelas ditunjukkan mjukannya Disertasi ini belum pemah diajukan untuk
memperoleh gelar pada program sejenis di perguman tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya

Bogor, April 2004

Eggi Sudjana
PSL 975052

ANALISJS EKONOMI POLlTlK DAN HUKUM LINGKUNGAN
WlLAYAH PESlSlR DAN LAUTAN KOTA BATAM

DALAM RANGKA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

OLEH :
EGG1 SUDJANA

Disertasi
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2004

Judul Disertasi

:Analisis Ekonomi Politik dan Hukum Lingknngan

Wilayah Pesisir dan Lautan

Kota
Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan

Batam

Nama Mahasiswa

:EGG1 SUDJANA

Nomor Pokok

:975052

Program Studi

:Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkuugau

Meuyetujui,
1. Komisi Pembimbiug


Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdio. M.Sc.

Prof.Dr.Didin S. Damanhuri. MS. DEA
Anggota

Dr. Ir. A s e ~
Saefuddin. M.Sc.
Anggota

Prof.Dr.Ir.Rokbmin Daburi, MS
Anggota

Prof. Dr. Siti Sundari Rangknti. S.H.
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi

Ilmu Pengelolaan


Tanggal Lulus : 27 April 2004

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 3 Desember 1959 sebagai anak ke-6
(enam) dari 8 (delapan) bersaudara yaitu kakak : Etty Suharti, Elly Suhartini, Evi
Suharlina, Neny Suharsih (almarhumah), Teuis Suharmini, adik : Ita Sukmayati
dan Iis Siti Zuraedah dari pasangan Bapak H.A. Sukarna dan Ibu Hj. Djuju
Arsanah.
Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Jayabaya, Jakarta, lulus pada tahun 1985. Pernah belajar Sosiologi di
Techniche Universeteit Berlin, Jerman pada tahun 1990-1991. Pada tahun 1994
penulis menamatkan pendidikan Program Pascasarjana S2 di Institut Pertanian
Bogor (IPB), pada program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Hidup (PSL).
Penulis selain sebagai Dosen Tetap di F.H. Ibn Khaldun Bogor, dan Dosen
Luar Biasa di Universitas Syahid Jakarta, juga pendiri sekaligus Presiden
Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) periode 1998-sekarang. Penulis
pernah menjabat ketua Umum PB HMI MPO periode 1986-1988, serta Kepala
Departemen Lingkungan Hidup & HAM CIDES tahun 1995-1997. Kini menjabat

Managing Partners Law Firm Eggi Sudjana and Partners (ES & Partners Law
Firm) dan anggota Majelis Pakar DPP PPP periode 2003-2008, juga sebagai Tim
Ahli Menakertrans R.I. sejak tahun 2004.
Penulis menikah dengan Dra. Asmini Budiani M.Si. pada tahun 1984 dan
telah dikaruniai 5 (Iima) orang anak oleh Allah Swt., masing-masing bernama
Muhammad AIfath Tauhidillah, Hizbullah Assidiqi, Atikah Asysyahidah, Yusuf
Mukhlisin, dan Jihar Gifari.

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena
atas rahmat dan kanmia-Nya, penelitian yang dilaksanakan sejak Mei 2000,
i
dan Hukum Lingkungan Wilayah
dengan judul: A~lalisisE k o ~ ~ o mPolitik
Pesisir d a n Lautan Kota Batam dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan
dapat diselesaikan.
Peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besamya kepada :
1.


Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc. selaku Ketua Komisi
Pembimbing; Prof Dr. Didin S. Damanhuri, MS., DEA selaku Anggota
Komisi Pembimbing> Prof Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS selaku Anggota
Komisi Pembimbing; Dr. Ir. Asep Saefbddin, M.Sc. selaku Anggota
Komisi Pembimbing; Prof. Dr. Siti Sundari Rangkuti, S.H. selaku Anggota
Komisi Pembimbing; yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan, serta tak lupa juga untuk Dr. Ir. Suj o n o Hadi Sutjahjo selaku
Ketua Program

Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan

Lingkungan yang telah banyak membantu kelancaran untuk selesainya
perkuliahan saya ini, serta Prof Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc. dan Dr.
Henry Bastaman selaku Dosen Penguji Luar Komisi Pembimbing, semoga
amal kebaikan beliau mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah
Swt.
2.

Otorita Batam dan semua staff yang telah memberikan bantuan berbagai
fasilitas, data, dan kemudahan selama penelitian.

3.

Pemerintah Kota (Pemkot) Batam dan semua staff yang telah memberikan
bantuan berbagai fasilitas, data, dan kemudahan selama penelitian.

4.

Semua staff Pengadilan Negeri Batam, Kejaksaan Negeri Batam, Dewan
Penvakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam, Kepolisian ' ~ a r e l a n g ,
Asosiasi Pasir Laut Riau, yang telah memberikan data dan kemudahan
selama kegiatan penelitian.

5

Mereka yang memberikan bantuan dengan ikhlas baik berupa materi
maupun teknis operasional penelitian disertasi in^, yaitu Bapak Imbang
Djaya, Bapak Hariman Siregar, Bapak Ake Arif, Bapak Yansen
Wiraatmaja, Bapak Mukhtar Wijaya, Bapak Trihatma Kaliman, Bapak
Burhanudin, Bapak Ade Suhari, Bapak Sofyan Wanandi, Bapak Ismeth
Abdullah. Bapak Joiner Kahar, dan Bapak Yunus Efendi Habibie

6

Mereka yang telah memberikan bantuan teknis operasional, yang tak
terasa begitu besar

bantuan yang diberikannya, yaitu Bapak Achyar

Eldine, Bapak Muhammad Nuskhi, Bapak Alamsyah, Bapak Pungky,
Bapak Dandi, Bapak Muhammad Fajar Rahardjo, Bapak Djoko Trijono,
Muhammad Fachri, Abdul Azis Alhakim, Mohammad Subarkah, Khatimi
Bahri, Agung Wibowo, Gunawan, Arafat Nasrullah, Rachmat Djatnika,
Husein Assholeh, Bi Isem, dan Bi May.
7

Istri dan anak-anak tercinta, Asmini Budiani, Muhammad Alfath
Tauhidillah, Hizbullah Assidiqi, Atikah Asysyahidah,Yusuf Mukhlisin,
dan Jihar Gifari, atas semua pengorbanan perhatian, dan pengertiannya
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
Semoga disertasi ini dapat memberikan manfaat bagi saya dan berbagai

pihak yang memerlukan untuk pengembangan dan pembangunan berkelanjutan di
masa yang akan datang.

Bogor, April 2004

Eggi Sudjana

DAFTAR IS1

Halaman

...............................................................
..........................................,.............
DAFTAR TABEL
..................................................
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR IS1

1.

iii
vii
xii

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

.........- .................- - ................

........................................
........................................
1.3 Kerangka Pemikiran
.......................
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2 Perumusan Masalah

1
5

9
13

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian (Scope

and Lintitation of The Study)
2.

.......................

KAJIAN PUSTAKA

.....................................
.....................................
2.2 Hukum Lingkungan
...............
2.2.1 Penegakan Hukum Lingkungan
2.2.2 Kelembagaan Wewenang Pengelolaan
.........
2.3 witayah pesisir dan ~~~t~~
...............................
2.4 Pembangunan Berkelanjutan
...............................
2.1 Ekonomi Politik

3.

14

15
47
47

60
63
67

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 ~

~dan waktu
k
~penelitian
~
i

...................... .........

92

........................................
..................
3.3 Sumber Data dan Bahan Hukum
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Bahan Hukum
.........
3.2 Metode Penelitian

3.5 Pengolahan dan Analisis Data serta

Bahan Hukum

.

4

...................................................

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

.....................
4.2 Indikator Pembangunan Berkelanjutan
...............
4.2.1 Dimensi Ekologis
......................................
4.2.1.1 Ekosistem Kota Batam
.....................
....
4.2.1.2 Produksi Pertanian dan Peternakan
.............................
4.2.1.3 Potensi Industri
..........................
4.2.1.4 Zonasi Kota Batam
...................
4.2.2 Dimensi Sosial Ekonomi Budaya
4.2.2.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
..........
4.2.2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
.............
.............................
4.2.2.3 Ketenagakerjaan
.............................
4.2.2.4 Problema Sosial
.............................
4.2.3 Dimensi Sosial Politik
4.1 Luas. Posisi. dan Kondisi Geografis

4.2.3.1 Kebijakan Pembangunan

....................................
.............
4.2.3.2 Kultur Birokrasi Kota Batam
........................
4.2.4 Dimensi Hukum Lingkungan
Kota Batam

.

5

IIASlL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

.............................
....................................
5.1.1 Zonasi Kota Batam
.................
5.1.2 Kondisi Ekosistem Kota Batam
.................
5.1.2.1 Hutan Dataran Rendah
....................................
5.1.2.2 Sungai
.................
5.1.2.3 Hutan Rawa Air Tawar
....................................
5.1.2.4 Waduk
.................
5.1.2.5 Muara dan IIutaii Payau
5.1.2.6 Pantai
...........................................
.................
5.1.2.7 Rentang Lumpur Pasang
.............................
5.1.2.8 Perairan Paiitai
5.1.2.9 Padang Lamu11dan Terembu Karang ....
..........
5.2 Analisis Dimensi Sosial Ekonomi Budaya

5.1 Analisis Dimensi Ek~iogis

5.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Versus

.............................
.............................
5.2.2 Problema Sosial Budaya
.............................
5.2.2.1 Pemukiman Liar
.................
5.2.2.2 Kesenjangan Sosial
...........................
5.3 Analisis Dimensi Sosial Politik
.................
5.4 Analisis Dimensi Hulcum Lirigkurigan
.............................
5.4.1 Penegakan Hukum
Pemerataan Ekonomi

5.4.2 Kelembagaari Wewer~arigPengelolaan

Wilayah Pesisir dan Lautan Kota Batam
5.5

..........

285

Pengaruh Kebijakan Ekonomi Politik dan
Hnkum Lingkungan Terhadap Pelaksanaan
Konsep Pembangunan Berkelanjutan di Wilayah
Pesisir dan Lautan Kota Batam

6.

......................

289

SIMPULAN DAN SARAN

.......................................................
6.2 Saran
............................................................
D A ~ A R
PUSTAKA
.......................................................
.....................................................
DAFTAR LAMPIRAN
6.1 Simpulan

291
292
296
307

DAFTAR TABEL

Halaman
Perbedaan Pembangunan Berkelanjutan dengan

........................
Nama-nama Pulau Besar di Kota Batam
..........

Pembangunan Konvensional

Nama-nama Jembatan dan Pulau-pulau

......................................
-.--.-.....-Klasifikasi Habitat dari Segi Fungsinya
...
Lokasi dari Habitat Kota Batam yang Penting
Yang Dihubungkan

Luas Hutan dan Persentase Hutan

......................................
......-...--......
Nama-nama Sungai di Kota Batam
...........................
Nama Waduk di Kota Batam

Menurut Fungsinya

Produksi Tanaman Palawija Dirinci menurut Jenis
Tanaman Periode 1998-2002 (Ton)

..................

Produksi Tanaman Sayur-sayuran Dirinci menurut
Jenis Tanaman Periode 1998-2002 (Ton)

.........

Produksi Tanaman Buah-buahan Dirinci menurut
Jenis Tanaman Periode 1998-2002 (Ton)

.........

Produksi Perikanan (Ton) dan Nilai Produksi
(Jutaan Rupiah) Menurut Jenisnya
Periode 1998-2002

............- ..........................

Banyaknya Pekerja Pada Perusahaan Industri
Pengolahan Dirinci Menurut Sub Sektor 2002

......

Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Batam
1996-2001

...............................................

Perkembaugan Jumlah Tenaga Kerja menurut
Sektor Ekonomi Yang Terdaftar di Disnaker
Kota Batam Keadaan Akhir Tahun 1998-2001

...

Persentase Penduduk Berumur 15 tahun ke atas
Yang Bekerja menurut Tiugkat Pendidikan di
Kota Batam Hasil Sensus Pendudnk 2000

...........

Nama-nama Pejabat Walikota dan Camat
Tahun 2002

................................................

Banyaknya Pegawai Negeri Sipil Pusat di Kota
Batam yang Gajinya Dibayarkan melalni
KPKN Batam Dirinci menurut Lembaga I
Departemen 1998-2002

...............................

Banyaknya Pegawai Negeri Sipil Pusat di
Kota Batam yang Diperbantukan pada
Otorita Batam 2002

.......................................

Banyaknya Pemilih yang Terdaftar dan
Perolehan Suara per Kecamatan dan
OPP Pada Pemilu 1999

...............................

Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Indonesia

Perbandingan Daerah Dibangun dan

..................

Tidak Dibangun di Kota Batam

Physical and Chemical Parameters in Nearshore

.............

Water Barelang Coastal Zone Profile
Metals in Nearshore Water
Barelang Coastal Zone Profile

......................

Hasil Pengukuran Kualitas Air di
Perairan Kota Batam

...................................

Uraian Hasil Pengukuran yang Bersumber
dari PRC (1997)

...............................................

Uraian Hasil Pengukuran yang Bersumber dari
Otorita Pengembangan Daerah Industri
Pulau Batam & Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan - Universitas Riau (2000)

""""-'

Parameter Kualitas Perairan Kota Batam
yang Melebihi Standar

...................................

Persentase Cover Terumbu Karang yang Masih
Hidup di Lokasi Karang yang Berkualitas Baik

...

Jenis-jenis Habitat yang Mengalami Degradasi di
Wilayah Pesisir dan Lautan Kota Batam

..........

Laju pertumbuhan Ekonomi Kota Batam,
Menurut Lapangan Usaha Tahun 1998-2001
Distribusi Persentase PDRB Kota Batam,

...

.....
.......................

Menurut Lapangan Usaha Tahun 1998-2001
ProliI Ekonomi Kota Batam

Laju pertumbuhan Ekonomi Kota Batam, Rian, dan
Nasional 1996-2001(0h)

...................................

Perbandingan Inflasi Kota Batam, Riau,
dan Nasional 1996-2001

................................

Perkembangan Inflasi Kota Batam menurut
Kelompok Pengelnaran Tahun 1996-2001
Profil Investasi di Kota Batam

.........

...........-.......-......

Kronologi Kebijakan Pemerintah di
Kota Batam

- ...............................................

Pendapatan Distribusi Pendapatan Per Kapita
Sebulan Tahun 1996

...................... .................

Pendapatan Distribusi Pendapatan Per Kapita
Sebulan Tahun 1999

.-.....................................

Pendapatan Distribusi Pendapatan Per Kapita

.........-..........- ..................
.....................
Gini Ratio Riau dan Nasional

Sebulan Tahun 2002

Perubahan Distribusi (Persentase) Pembagian
"Pengeluaran" 1996/1999/2002

.....................

Pendapatan Rata-Rata Penduduk di
Daerah Hinterland tahun 1996

.....................

Pendapatan Rata-Rata Penduduk Dalam Kawasan

.................... ....

Otorita Batam tahun 1996
46

"

227

Perbedaan Pendapatan Berdasarkan
Lapangan Usaha antara Luar Kawasan

47

...................
Perkembangan Rumah Liar di Kota Batam
......

48

Struktur Perekonomian Kota Batam Menurut

Kota Batam dan Dalam Kawasan

Lapangan UsahaISektor Ekonomi 1996-2000
49

...-

228
233

238

Klasifikasi dan Kondisi Partisipasi
Aparat Pengambil Kebijakan terhadap
Kepedulian Lingkungan

................................

50

Perusahaan dan Volume Produksi Penggalian Pasir

51

.................................
.........
Perubahan Paradigma Administrasi Publik
di Sekitar Pulau Batam

250

259
273

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian : Pembangunan
Berkelanjutan Wilayah Pesisir dan Lautan
Kota Batam Melalui Analisis Ekonomi Politik
dan Hukum Lingkungan

................................

Gejala Kompradorisasi Pembangunan
di Kota Batam

Pets Kota Batam

.............................................
.............................................

Korelasi Antar Penentu dan yang Ditentnkau dalam
Pelaksanaan Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Di Wilayah Pesisir dan Lautan Kota Batam

.....

................................
.....................
Habitat yang ada di Kota Batam
Metodologi Penelitiau

Proyeksi Pertumbuhau Ekonomi dan
Pendapatan Regional Bruto (PDRB)
Di Kota Batam, 1995-2020

............................

Penyebaran Penduduk Kota Batam Tahun 2000 ......

.......
..................

Jnmlah Pencari Kerja di Kota batam 1997-2002
Rnmah Liar (Ruli) di Kota Batam

Proses Kompradorisasi Penggalian Pasir Laut

di Kota Batam
12

..............................................

266

Pengaruh I Hnbungan Kebijakan Ekonomi Politik dan
Huknm Lingkungan Terhadap Pembangunan
Berkelanjutan di Wilayah Pesisir dan
Lautan Kota Batam

.........................".......................

290

DAFTAR LAMPIRAN

1

Kondisi Lahan Dibangun dan h h a n
Tidak Dibangun sebelum Penelitian (1994)

.................

2

Kondisi Lahan Dibangun dan Lahan

3

.................
......
Tempat Pengujian Kualitas Air dan Area Perikanan
Kuesioner Survei Pendahuluan Penelitian Kota Batam .......
Tidak Dibangun sesudah Penelitian (1999)

4

307

308
309
310

1.

1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sebuah fakta yang tidak terbantahkan bahwa Bangsa Indonesia memiliki

kekayaan laut yang luar biasa. Secara fisik, Indonesia mempakan negara maritim
terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau, dengan garis pantai terpanjang
kedua di dunia, yakni 81.000 km. Wilayah lautannya meliputi 5,8 juta km2atau 70
persen dari luas total teritorial Indonesia (Dahuri e f al. 1996).
Potensi pembangunan wilayah pesisir dan lautan Indonesia tersebut dapat
menjadi penghela utama @rime mover) perekonomian bangsa, mulai dari
sumberdaya alam yang dapat diperbarui (renewable) sampai yang tidak dapat
diperbami (tion reilewable). Jasa-jasa lingkungan (e~n~irotrntental
sen~ices)bempa
pemandangan pantai dan laut yang indah serta menyejukkan, jasa-jasa lingkungan
lainnya dari ekosistem wilayah pesisir dan lautan juga sangat potensial untuk
membangun kembali perekonomian Indonesia yang saat ini terpumk.
Potensi sektor ekonomi wilayah pesisir dan lautan yang berbasis
sumberdaya alam ini juga terbukti handal menghadapi terpaan badai krisis.
Terbukti, ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi sepanjang tahun 1997-1998,
yang ditandai dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, sektor perikanan
justru

menampilkan kinerja pertumbuhan yang positif. Menurut catatan

Damanhuri (2000), sepanjang tahun tersebut sektor perikanan mencatat
perkembangan nilai ekspor sekitar US$2,5 milyar atau sekitar Rp. 22.5 triliun.

Kenyataan tersebut membuktikan bahwa sektor perikanan yang mempakan
salah satu dari sekian potensi wilayah pesisir dan lautan memiliki dasar yang kuat
sebagai penghela utama (prime mover) perekonomian nasional, karena ditunjang
oleh kekuatan yang bersumber dari potensi sumberdaya alam yang sangat besar.
Di sisi lain, dibalik peran strategis dan prospek cerah potensi wilayah
pesisir dan lautan Indonesia tersebut, terdapat berbagai kendala dan
kecendemngan yang mengancam kapasitas berkelanjutan (sustainable capacity)
wilayah pesisir dan lautan dalam menunjang keberhasilan pembangunan. Kendala
utama tersebut adalah ketidakmampuan pemerintah dan masyarakat dalam
mengoptimalisasi potensi wilayah pesisir dan lautan Kota Batam. Akibatnya,
sumbangan ekonomi dari sumberdaya pesisir dan lautan di Indonesia masih
rendah dibandingkan negara-negara lain yang memiliki garis panjang pantai lebih
kecil dari Indonesia.
Dapat dijadikan contoh, dengan garis panjang pantai sekitar 2.713 km,
sektor kelautan Korea Selatan mampu menyumbangkan sekitar 37 persen terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) negaranya. Sektor kelautan Jepang menghasilkan
54 persen dengan garis panjang pantai sekitar 34.386 km. Indonesia, dengan garis
panjang pantai terpanjang di dunia setelah Kanada, yakni mencapai 81.000 km
memberikan kontribusi ekonomi terhadap PDB hanya mencapai sekitar 20,06
persen.

'
Selain itu, disadari atau tidak antara pembangunan dan pelestarian

lingkungan mempunyai titik perhatian yang berbeda. Kebanyakan model
pembangunan bertumpu pada pertumbuhan ekonomi yang akhirnya menghasilkan

' Konrpas, Rabu, 22 Mei 2002.

damp& yang tidak terduga (Rachbini,l996). Sementara itu, biaya sosial atau
biaya lingkungan (social and erzi~ironmental cost) yang ditimbulkan

tidak

diperhitungkan dengan cemat.
Tarik menarik yang dilematis, antara peran strategis dan prospek cerah
dari ekosistem wilayah pesisir dan lautan di Indonesia dengan kecendemngan
pembangunan yang mengancam kapasitas berkelanjutan (sustainable capacity)
ditengarai akibat pendekatan dan kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan
lautan selama ini dilakukan secara terpilah-pilah dan sektoral,( di samping tujuan
pembangunan yang hanya mengejar "ecor~omicgrowth"). Padahal sifat (the
nahfre)dari ekosistem wilayah pesisir dan lautan itu bercin integral (terpadu) oleh

sebuah keterkaitan ekologis yang sangat dinamis serta kompleks, sehingga
mengharuskan perencanaan dan pengelolaan pembangunan wilayah pesisir dan
lautan secara terpadu. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan yang integratif dan
terpadu (ail irrtegrated approach), sehingga kepentingan pembangunan dan
pelestarian lingkungan bisa sinergis dan berjalan secara simultan menuju
pembangunan berkelanjutan.
Kebutuhan penerapan konsep Pembangunan Berkelanjutan cukup
mendesak mengingat model pembangunan konvensional tidak sepenuhnya dapat
mengatasi masalah yang berkenaan dengan perlindungan lingkungan dan
kesejahteraan. Hanya saja konsep pembangunan berkelanjutan masih terus
berkembang, baik dalam segi-segi teoretis maupun praktis operasionalnya.
Elemen-elemen utama, struktur, dan dinamikanya tengah dibahas banyak ahli agar

ditemukan pola yang tepat sesuai dengan kebutuhan mendesak pada saat ini
(Rachbini, 1996).

Konsep pembangunan berkelanjutan di Indonesia menghadapi kendala
utarna bempa pemerintahan yang tidak memiliki unsur-unsur "transparet~cy",
'>public participation", "accountability", dan "respot~sibility",yang secara

keselumhan disebut sebagai tata pemerintahan yang baik (good governance).
Padahal, salah satu syarat utarna dari pelaksanaan konsep pembangunan
berkelanjutan adalah pemerintahan yang demokratis, di mana terdapat mekanisme
peranserta masyarakat dan pengawasan setara.
Faktor lain yang juga penting dalam menyokong pembangunan
berkelanjutan adalah adanya kepastian hukum dan kelembagaan pengelolaan
wilayah pesisir dan lautan. Saat ini, Indonesia memiliki Undang-undang Nomor 9
tahun 1985 tentang Perikanan, tetapi titik beratnya adalah perikanan dan belum
mengatur tentang pengelolaan habitatnya, yaitu wilayah pesisir dan lautan
sebagaimana digariskan oleh Agenda 21 (global) hasil KTT Bumi di Rio de
Janeiro (1992).
Faktor

lain

yang

ikut

menentukan

keberhasilan

pembangunan

berkelanjutan adalah penegakan hukum (law enforcemetit), khususnya hukum
lingkungan. Bahkan, Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPLH) sebagai dasar hukum kebijaksanaan lingkungan
m e ~ p a k a nujian terhadap keberhasilan pembangunan berkelanjutan di Indonesia
(Rangkuti, 1999). Dewasa ini UUPLH sedang dalam proses untuk direvisi.

Oleh sebab itu, dibutuhkan solusi konkret terhadap pilihan-pilihan sulit

(trade o m antara pembangunan dan pelestarian lingkungan menuju terlaksananya
konsep pembangunan berkelanjutan, maka diupayakan penemuan solusinya dalam
disertasi ini melalui aspek ekonomi politik dan hukum lingkungan. Kedua aspek
ini dijadikan dasar analisis karena tenvujudnya konsep pembangunan
berkelanjutan sangat ditentukan oleh kedua aspek tersebut.
Salah satu kawasan pengembangan wilayah pesisir dan lautan yang
mengalami pertumbuhan di segala bidang dengan sangat cepat adalah Kota
Batam. Tipologi wilayah Kota Batam (disebut dengan nama "Kota Batam"
berdasarkan Undang-undang Nomor : 53 tahun 1999 tentang Pembentukan
Kota Batam dan Undang-undang Nomor : 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah) yang progresif

sangat menarik untuk dijadikan objek dan lokasi

penelitian, khususnya berkaitan dengan upaya mewujudkan konsep pembangunan
berkelanjutan (s~tstai~~able
dew lop me^^) wilayah pesisir dan lautan, dilihat dari
aspek ekonomi politik dan hukum lingkungan.

1.2

Perurnusan Masalah
Wilayah pesisir dan lautan Kota Batam adalah sebuah "keajaiban

ekonomi" (The Ecoriomic Miracle) dimana dalam waktu sekitar 30 tahun, tanah
kosong dan berawa-rawa berubah menjadi sebuah kawasan industri bertaraf
internasional. Bahkan, Pemkot (Pemerintah Kota) Batam telah mencanangkan

visinya dengan menjadikan Batam sebagai Bandar Dunia yang madani (Pemkot
Batam, 2001).
Perkembangan pembangunan ekonomi di wilayah pesisir dan lautan Kota
Batam yang meliputi juga wilayah Pulau Rempang dan Pulau Galang cukup
menakjubkan. Dengan penduduk sekitar 400.000 jiwa dan

GDP per kapita

mencapai 4.039 US$ dibandingkan dengan rata-rata nasional yang hanya 1.000
US$ per kapita pada akhir 1997, angka ini tentu saja cukup tinggi dibandingkan
wilayah-wilayah pembangunan lainnya (TPLH Otorita Batam, 2001).
Bahkan, menurut Ketua Otorita Batam Isrneth Abdullah, pertumbuhan
ekonomi Kota Batam mencapai 13% yang berarti tempat dengan pertumbu'han
ekonomi tertinggi di ~ndonesia.~
Akan tetapi, cita-cita besar wilayah pesisir dan lautan Kota Batam dalam
menghadapi era millenium ketiga Abad XXI ini dihadapkan pada kendala dan
permasalahan lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya. Semua ini sebagai
konsekuensi logis dari pesatnya pembangunan di Kota Batam, terutama bidang
industri, perdagangan dan pariwisata yang kurang mengindahkan aspek
kelestarian lingkungan dan pemerataan kesejahteraan. Lebih bunk lagi,
"conipetitii~enessBatam dibandingkan Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan
Vietnam, semakin turun."
Industrialisasi sebagai motor pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kota Batam mempunyai kecendemngan menimbulkan pencemaran lingkungan
yang tinggi daripada upaya-upaya pengendaliannya. Arah pembangunan yang
selama ini dijalankan oleh pengelola wilayah pesisir dan lautan Kota Batam, yakni
-

--

Ismet Abdullah, Kepala Badan Olorita Baram,
Batarn, "TheLiltle Singapura" yang Sukses, Sinar Harapan, 3 April 2002

Badan Otorita Batam (BOB) sangat berorientasi pada pertumbuhan ekonomi
(economic growth).
Menurut Rachbini (1996) pangkal dari distorsi alokasi sumber-sumber
ekonomi tidak lain adalah situasi politik dan ekonomi politik yang dijalankan oleh
Orde Ban, selama ini. Meskipun pertumbuhan dan 'keajaiban' ekonomi berhasil
dikembangkan, tetapi pola korporatisme ekonomi secara bersamaan muncul ke
permukaan, dengan ciri : a) sumber-sumber ekonomi dinikmati oleh hanya
segelintir pelaku ekonomi yang dekat dengan kekuasaan, b) kepentingan ekonomi
dan kepentingan politik menyatu di dalam format kolusi ekonomi, c) kekuasaan
menjadi medium yang subur bagi reciistribtrtrve conibrrle di antara segelintir
orang, d) perburuan rente semakin subur dalam situasi politik dan ekonomi yang
tertutup.
Kebijakan ekonomi yang diambil oleh para policy makers bangsa ini
pernah sampai pada satu kondisi yang oleh Robinson (1977) disebut sebagai
kapitalisme birokrasi, yakni produk dari kekuasaan birokrasi patrimonial di mana
demarkasi antara kepentingan umum dan kepentingan pribadi sangat kabur.
Dapat

disederhanakan,

kebijakan

ekonomi

yang

dipilih

dalam

pembangunan adalah konsep ekonomi konvensional. Dalam ha1 ini, konsep
ekonomi konvensional memperlakukan barang modal buatan dan sumberdaya
alam sebagai sesuatu yang sepenuhnya dapat saling menggantikan (rully
substittrtable) (Constanza and Daly, 1992).
Dengan konsep pembangunan konvensional ini, maka pembangunan
hanya ditujukan untuk eksploitasi semata dan menghilangkan semangat

konsewasi sumberdaya alam, sepanjang hasil dari pemanfaatan sumberdaya alam
dapat memperbesar barang modal dengan finansial lebih besar.
Sementara itu, pemanfaatan potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia
begitu mendesak dan harus terus berlangsung, demi kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara proporsional. Pembangunan tidak hams berhenti.
Pembangunan bukanlah sesuatu yang hams dan mesti mendatangkan kerusakan
dan problem bagi umat manusia. Artinya, pembangunan juga bisa meningkatkan
taraf hidup masyarakat banyak. Tentunya tergantung dari konsep atau dijadikan
model pembangunan yang digunakan dan para pengambil kebijakan serta pelaku
di dalamnya.
Saat ini, konsep pembangunan yang mampu menyelaraskan antara
aktivitas ekonomi dan ketersediaan sumberdaya alam adalah pembangunan
berkelanjutan,

yakni

sebuah

konsep

pembangunan

yang

tidak

hanya

mernperhatikan kepentingan generasi kini tapi juga generasi yang akan datang
(Yakin, 1997).

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkap inilah, dipandang sangat
penting diteliti realisasi konsep pembangunan berkelanjutan di Kota Batam dalam
mengelola potensi wilayah pesisir dan lautan, dengan analisis ekonomi politik dan
hukum lingkungan.
Dari latar belakang masalah tersebut dapatlah dirumuskan pennasalahan :
"Bagaimanakah realisasi pengelolaan wilayah pesisir dan lautan Kota
Batam dalam rangka mewujudkan konsep pembangunan berkelanjutan dari
aspek ekonomi politik dan hukum lingkungan.

"

Selanjutnya, rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam masalahmasalah berikut .
a. Bagaimanakah realisasi pengelolaan wilayah pesisir dan lautan Kota
Batam dari aspek ekonomi politik dalam kaitannya dengan dimensi
ekologis, dimensi sosial ekonomi budaya, dan dimensi sosial politik,
serta dari aspek hukum lingkungan dalam kaitannya dengan dimensi
penegakan hukum lingkungan dan dimensi kelembagaan wewenang
pengelolaan wilayah pesisir dan lautan ?
b

Apakah
kebijakan

terdapat p e n g a ~ h I hubungan yang signifikan antara
ekonomi politik

dan

hukum

lingkungan

terhadap

pelaksanaan konsep pengelolaan wilayah pesisir dan lautan Kota
Batam dalam rangka pembangunan berkelanjutan ?

1.3

Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan konsep

pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan lautan Kota Batam sangat
dipengaruhi oleh pengelolaan wilayah tersebut dari aspek Ekonomi Politik dan
Hukum Lingkungan. Oleh karenanya, ekonomi politik dan hukum lingkungan,
menjadi penentu keberhasilan maupun kegagalan pembangunan berkelanjutan di
wilayah pesisir dan lautan Kota Batam.

Aspek ekonomi politik mencakup dua komponen. Pertama, adalah
kebijakan ekonomi yang dipilih oleh pemerintah, dalam ha1 ini adalah pengelola
Kota Batam.
Komponen aspek ekonomi politik yang kedua adalah kultur birokrasi.
Kultur Birokrasi yang baik ( g o d goverrimice) adalah yang mengkondisikan
ekonomi politik sehat dan mengantarkan kepada tenvujudnya pelaksanaan konsep
pembangunan berkelanjutan di wialayah pesisir dan lautan Kota Batam.
Jika kebijakan ekonomi yang diterapkan adalah kebijakan ekonomi yang
fungsional, yakni kebijakan pembangunan yang tetap memperhatikan aspek
lingkungan

dan pemerataan

selain mengejar

aspek keuntungan,

maka

pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan di wilayah pesisir dan lautan Kota
Batam.
Sebaliknya, jika kebijakan ekonomi yang diterapkan adalah kebijakan
ekonomi yang konvensional, yaitu kebijakan pembangunan yang hanya mengejar
keuntungan materi semata dan mengabaikan aspek lingkungan, maka pelaksanaan
konsep pembangunan berkelanjutan tidak akan terwujud di wilayah pesisir dan
lautan Kota Batam.
Di sisi lain, aspek hukum lingkungan berperan penting dalam
mewujudkan pelaksanaan konsep pembangunan berkelanjutan, terutama sebagai
dasar hukum kebijakan lingkungan dan sebagai dasar penegakan hukum
lingkungan.
Asumsinya, apabila penegakan hukum lingkungan secara komprehensif
atau berjalan secara hngsional (efektif dan tertib), maka pengelolaan lingkungan

akan terlaksana dengan baik, sehingga pelaksanaan konsep

pembangunan

berkelanjutan dapat dicapai.
Kebalikannya, jika penegakan hukum lingkungan dalam pembangunan
Kota Batam terdapat kelemahan, atau dipengaruhi ketidakmampuan aparatur dan
kesenjangan perangkat peraturan, maka dapat dipastikan pelaksanaan konsep
pembangunan berkelanjutan tidak akan tenvujud di wilayah pesisir dan lautan
Kota Batam.
Indikator kedua dari penegakan hukum lingkungan yang fungsional adalah
kelembagaan wewenang pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu

(Integrated Coastal
mengelola

Mariagement). Kelembagaan inilah yang benvenang

pemanfaatan

sumberdaya

alam

dan

jasa-jasa

lingkungan

(ern~iro~m~entl
sert~ices)yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan Kota Batam
secara menyeluruh (conprehensiw assessment).
Dengan demikian, aspek ekonomi politik dan hukum lingkungan
merupakan penentu tenvujudnya pembangunan berkelanjutan di Kota Batam.
Artinya, jika kedua aspek ini, yakni ekonomi politik dan hukum lingkungan
memenuhi syarat yang telah ditentukan indikator-indikatornya, maka pelaksanaan
konsep pembangunan berkelanjutan akan t e w j u d di wilayah pesisir dan lautan
Kota Batam. Sebaliknya, jika ekonomi politik dan hukum lingkungan tidak
memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka pelaksanaan konsep pembangunan
berkelanjutan di wilayah pesisir dan lautan Kota Batam tidak dapat diwujudkan
Aspek keberhasilan pembangunan berkelanjutan Kota Batam dapat terlihat
melalui suatu interaksi yang saling terkait dan saling menguntungkan antara

sistem ekologi dan sistem sosial dalam suatu ekosistem wilayah pesisir dan lautan
Kota Batam dengan output pembangunan : pertumbuhan ekonomi yang sejalan
dengan pemerataan kesejahteraan dan kelestarian lingkungan.
Berdasarkan uraian pemikiran tersebut, maka kerangka pemikiran
penelitian ini yang sekaligus behngsi sebagai gambaran pengelolaan wilayah
pesisir dan lautan Kota Batam secara skematis terlihat pada Gambar 1.

-

J

EKONOMI POLITM
b Kebijakan Ekonomi
b

Kultur Birokrasi

OUTPUT
SISTEM SOSIAL

:

HUKUM LINGKUNGAN

PEMBANGUNAN
1. Pertumbuhan
Ekonomi
2. Pemerataan
Kesejallteraan
3. Kelestarian
Lingkungan

b Penegakan Hukum

?

Wilayah Pesisir dan
Lautan Kota Batam

Lingkungan
b Keleinbagaan

Pengelolaan Wilayah
Pesisir clan Lautan

;_-----------------------------------Keterangan :

I

Penentu yang Diteliti

. .

Aspek Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan
Wilayah Pesisir dan Lautan Kota Batam
Alur Hubungan Antar Penentu

- - --- --+

Umpan Balik (feed back)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian :Pembangunan Berkelanjutan
Wilayah Pesisir dan Lautan Kota Batam
Melalui Analisis Ekonomi Politik dan Hukum Lingkungan

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang,

permasalahan, dan kerangka pemikiran,

maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menemukan kendala-kendala aspek ekonomi politik yang terdiri dari

kondisi ekologis, sosial ekonomi budaya, dan sosial politik; dan aspek
hukum lingkungan yang terdiri dari kondisi penegakan hukum dan
kelembagaan wewenang pengelolaan wilayah pesisir dan lautan Kota
Batam dalam pelaksanaan konsep pembangunan berkelanjutan.
2. Menemukan adanya pengaruh 1 hubungan kebijakan ekonomi politik

dan hukum lingkungan wilayah pesisir dan lautan Kota Batam
terhadap pelaksanaan konsep pembangunan berkelanjutan.

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritik dan praktis:
1. Secara teoritik, pengkajian tentang pengelolaan wilayah pesisir dan
lautan Kota Batam dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
disiplin ilmiah, khususnya ilmu ekonomi politik dan hukum
lingkungan.
2. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan

(decrsiori nmkers) dalam rangka pengelolaan lingkungan wilayah

pesisir

dan

lautan

Kota Batam

pembangunan berkelanjutan.

pelaksanaan

konsep

secara

3. Sebagai referensi bagi peneliti berikutnya yang berminat terhadap

masalah pengelolaan wilayah pesisir dan lautan ditinjau dari aspek
lain.

1.5

Ruang Lingkup dan Keterbstasan Penelitian (Scope and Lintitation of
the Sturly)
Ruang

lingkup

dan

keterbatasan

penelitian

dimaksudkan

untuk

menyederhanakan dan mengarahkan penelitian yang dilakukan.
Batasan-batasan yang diberikan dalam Disertasi ini adalah mengacu
kepada dua ha1
1.

Deskriptif analisis terhadap Ekonomi Politik dan Hukum Lingkungan
untuk wilayah pesisir dan lautan Kota Batam

2.

Dalam konteks ekonomi politik meliputi 2 (dua) hal, yaitu (1) Kebijakan
Ekonomi, (2) Kultur Birokrasi, sedangkan Hukum Lingkungan meliputi
dua hal, yaitu
pengelolaannya.

(1) Penegakan hukumnya dan (2) Kelembagaan

2.

2.1

KAJIAN PUSTAKA

Ekonomi Politik

Pendekatan ekonomi politik (polifical ecoiioniy) adalah suatu cara pandang
perubahan sosial dimana inti dinamika perkembangan ekonomi secara sistematis
dikaitkan dengan perubahan sosial dan politik, dan semua itu dikembalikan
pengaruhnya pada proses ekonomi (Rahardjo, 1997).
Menurut Rachbini (1996) ekonomi politik biasanya diartikan sebagai
analisis terhadap proses-proses politik yang berkaitan dengan bidang ekonomi
politik. Batasan lainnya mengatakan bahwa ekonomi merupakan telaah sistematis
terhadap hubungan antara proses ekonomi dan proses politik.
Pendekatan ekonomi politik dalam ha1 ini merupakan sebuah keniscayaan
mengingat dalam masalah-masalah pembangunan atau perkembangan ekonomi
akan selalu menyangkut peranan pemerintah, yaitu seberapa jauh dan dengan cara
bagaimana pemerintah tersebut menjalankan model pembangunannya
Clark (1998) mengemukakan bahwa untuk memahami ekonomi politik,

perlu dikemukakan perbedaan karakteristik politik dan ekonomi dengan mengacu
pada hal-ha1 berikut :
Secara faktual, praktik ekonomi senantiasa diasosiasikan sebagai upayaupaya

untuk

mencapai

standar

kehidupan

material

setinggi

mungkin

(kemakmuran), dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Untuk

mencapai kemakmuran, ekonomi mempunyai tiga dimensi tujuan utama, yaitu .
efisiensi, pertumbuhan, dan stabilitas.
Di sisi lain, politik senantiasa dikaitkan dengan upaya-upaya untuk
menetapkan dan melindungi hak-hak warga negara, sehingga warga negara
tersebut dapat menerima dan mempertahankan hak-haknya (keadilan). Seperti
halnya ekonomi, maka untuk mencapai keadilan, politik mempunyai tiga dimensi
tujuan, yaitu: kebebasan individu, keadilan dalam distribusi manfaat dan beban,
dan ketertiban sosial
Namun demikian, Clark (1998) rupanya menyadari bahwa membuat
perbedaan antara ekonomi dan politik dengan semata-mata mengacu pada tujuantujuannya, adalah tidak memuaskan karena kemakmuran dan keadilan mempunyai
hubungan yang tidak dapat dipisahkan sama sekali Hal tersebut diungkapkan
dengan jelas oleh Clark sebagai berikut .

Holvever, distinguishing between econonrics and politics solely by
referring to their respectise gods is ultinrately unsatisfactory because
prosperity andjustice are inextricably linked
Apa yang diungkapkan oleh Clark tersebut, tentu dapat diterima dengan
mudah, apabila didasarkan atas suatu asumsi bahwa suatu masyarakat yang
makmur sebenarnya secara otomatis merupakan masyarakat yang adil. Karena di
dalam masyarakat yang makmur, tersedia cukup banyak alternatif pilihan-pilihan
bagi masyarakat, sehingga dengan sendirinya tercipta ketertiban secara dinamis

Sebaliknya, suatu masyarakat yang adil dengan sendirinya akan
memunculkan kemakmuran melalui penyediaan peluang-peluang, imbalan yang
wajar, dan jaminan keamanan untuk mendorong produksi dan akumulasi
kesejahteraan.
Dengan demikian, secara faktual, kemakmuran dan keadilan adalah saling
terkait dan saling menguatkan. Oleh karena itu, membedakan antara proses
ekonomi dan politik dengan mengacu pada perbedaan-perbedaan tujuannya,
tidaklah konklusif

Sebagaimana diketahui, baik ekonomi maupun politik

keduanya

dengan

terkait

upaya

memajukan

manusia

dengan

jalan

mempertahankan kemakmuran dan keadilan Dalam konteks pembangunan
Indonesia, tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, pada
hakikatnya merupakan refleksi dari keterkaitan yang sangat erat antara ekonomi
dan politik, yang sekaligus merupakan proses dari ekonomi politik.
Dengan pemahaman sederhana, politik dapat diasosiasikan sebagai
kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pemerintah. Sedangkan ekonomi senantiasa
merujuk kepada kegiatan-kegiatan yang dilakukan di pasar. Pembedaan ini dapat
didukung dengan fakta sederhana, misalnya kegiatan-kegiatan seperti kampanye,
pemilihan umum, pembuatan peraturan, dikategorikan sebagai kegiatan politik
(political activity), sedangkan kegiatan jual beli yang umumnya tejadi di p a w ,
merupakan kegiatan ekonomi (economrcactivity).
Sebenarnya perbedaan antara politik dan ekonomi, pada dasarnya
dianggap sebagai sesuatu yang tejadi dengan sendirinya (taken for granted).
Namun, ketika perbedaan tersebut dilakukan, maka seringkali muncul ambiguitas.

Hal ini dapat dilihat misalnya pada konsep "transaksi" yang selalu berkonotasi
ekonomik, namun kenyataannya kegiatan politik juga sering merupakan wujud
dari transaksi atau saling tukar menukar manfaat dalam masyarakat. Misalnya,
masyarakat sepakat mentaati peraturan-peraturan, sebagai konsekuensi dan
prestasi atas perlindungan yang diberikan oleh pemerintah atas hak-hak
masyarakat tersebut.

Politisi memberikan program-program

khusus atau

memperjuangkan peraturan-peraturan yang menguntungkan sebagai imbalan atas
pemberian suara oleh masyarakat konstituennya. Bahkan, dalam tahap-tahap
tertentu, kegiatan pemerintah dapat dipandang sebagai serangkaian "tukar
menukar" di sebuah pasar politik. Selanjutnya, pemerintah juga befingsi sebagai
lembaga yang melakukan ekonomisasi ketika berusaha untuk mencapai tujuantujuan publik dengan menggunakan biaya minimum dan mengarahkan sumber
daya kepada penggunaan yang optimal.
Sebaliknya, pasar mempunyai juga dimensi-dimensi politik Hadirnya
perusahaan-perusahaan dalam bentuk korporasi menunjukkan bahwa kegiatan
ekonomi sudah menjadi tempat tujuan bagi sekelompok besar manusia yang
mempunyai tujuan yang sama. Dalam sebuah korporasi, pekerja tunduk kepada
kekuasaan pimpinan perusahaan yang kadang-kadang bersifat arbitrer. Jika dalam
konteks politik pemerintah menghukum orang yang melanggar hukum, maka
dalam korporasi, pimpinan perusahaan mengandalkan sanksi seperti pemecatan
untuk mempertahankan pengendalian atau kekuasaannya terhadap pekerja.
Pimpinan korporasi menetapkan tujuan-tujuan

dan aturan-aturan

dengan

mengabaikan atau dengan sedikit input dari pekerja, dan bahkan kekuasaan

korporasi seringkali diterapkan untuk mernpengamhi kebijakan pemerintah,
misalnya dalam konsepsi rancangan peraturan-peraturan ketenagakerjaan. Selain
itu, banyak kegiatan pasar mempunyai konsekuensi publik dan menjadi isu politis
yang menarik perhatian selumh masyarakat. Akhirnya, ketika pendapatan dan
kesejahteraan telah terkonsentrasikan, kekuasaan orang kaya untuk memerintah
orang lain menyerupai kekuasaan seorang diktator politik.
Berdasarkan yang tersebut sebelumnya, maka Clark menyimpulkan :

"sole reliatlce on disfiticfiinsiit~tfio~?al
areas does not proi~ideat1 adequate
basisfor drstitigliishitlg betweeti ecotiomics atidpolifics".
Dalam perspektif pelaku-pelaku utama, kegiatan ekonomi melibatkan
orang-orang yang bertindak selaku individu yang otonom, sementara kegiatan
politik mencerminkan upaya-upaya dari suatu masyarakat seluruhnya untuk secara
kolektif berusaha mencapai tujuan-tujuannya. Perbedaan ini dapat diamati pada
asal usul kata "ekonomi" dan "politik". Ekonomi berasal dari bahasa Yunani

oikos. artinya, rumah tangga, dan tiomos, artinya asas atau hukum. Sebagai asas
pengelolaan mmah tangga, ekonomi berkaitan dengan upaya-upaya untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi dengan sumber daya yang tersedia. Perilaku
ekonomisasi dapat diarahkan terhadap setiap tujuan dan dipraktikkan di setiap
arena institusional. Merefleksikan pendekatan ini, ekonomi kadang-kadang
didefinisikan sebagai ilmu pilihan yang rasional atau ilmu tentang penggunaan
sarana yang kurang, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Sebaliknya, kata "politik" berasal dari kata Yunani polis, artinya
masyarakat. Menurut Aristoteles, kehidupan publik dari suatu masyarakat adalah
arena di mana kebebasan yang benar dan pembangunan manusia dilakukan.
Meskipun kegiatan ekonomi penting bagi kehidupan manusia, namun gaga1 untuk
mengikat manusia untuk bekerjasama dan membuat keputusan kolektif yang
didasarkan atas argumentasi, dialog, persuasi, dan