The impact of avian influenza on economy environmental, social and national economy perspective

(1)

   

DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP PEREKONOMIAN:

TINJAUAN ASPEK LINGKUNGAN, SOSIAL DAN EKONOMI NASIONAL  

       

      MURYANI

       

   

       

         

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:

DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP PEREKONOMIAN : TINJAUAN ASPEK LINGKUNGAN, SOSIAL DAN EKONOMI NASIONAL adalah benar merupakan gagasan dan hasil karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan tinggi lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dicantumkan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2013

Muryani NRP. P062080151  

             


(3)

ABSTRACT

MURYANI. The Impact of Avian Influenza on Economy: Environmental, Social and National Economy Perspective. (DEDI B. HAKIM as Chairman, BUNASOR SANIM, YUSMAN SYAUKAT, DJONI HARTONO as Members of the Advisory Committee).

There are three environmental factors which are considered as a medium of avian virus transmission: (1) physical environment, (2) biological environment and (3) the social environment or human behavior (trader or farm owner). Those are the main medium of transmission of avian flu disease of both humans and among poultries. Using logistic regression model this primary data are analized. The samples from three area in Tangerang are selected for poultry owners and traders. The result of the research explains that some aspects of environment are significant medium which are: characteristic of farmers: age, formal education and the purpose of poultry farming; physical environments are: distance between the cages, sewerage of wastewater and the cleanlines of the yard; biological environment are: the existance of other animal, manure; social environment are: reporting, the frequency of receiving information and disinfectant in the gate. For traders, the significant medium of environmental aspects are: characteristic of traders: age, formal education and the purpose of poultry trading; physical environment: market condition, the cleanlines of the floor, the cleanlines of the cage and the cleanlines of poultry plate; biological environment: the frequency of new poultry, other animal, source of food and food ingredients; social environment: infected poultry contact, vaccination, the frequency of receiving information and reporting. The negative impact of the outbreak of bird flu on economic sectors in the sectoral and macro aspect is analized using Computable General Equilibrium (CGE) models. Base on SNSE 2008 data and some disagregation data sectors, two simulations are conducted. The result of the simulation studies indicate that the decrease in the productivity of poultry meat sector (traditional and medium-large) and egg sector impacts on the micro and macro aspects of the economy. On the micro level in domestic market there are decresed production and increased prices in the poultry sector, eggs, other farms, restaurants and services. While in the foreign market there are decresed exports as well as imports. Similarly, there is a decline in consumption by the entire group of household due to a decline in the income by all groups of households and firms. Government revenue also decline due to a decrease in taxes from households and firms. At the macro level there are a decline in GDP and a decline in the investment. The second simulation illustrate the increase of production and the impact of government policy on the micro aspects and the overall economy. On the micro level in domestic market there are increased production and decreased prices in the sector of poultry, eggs, other farms, restaurants and services. While in foreign market there are increased exports and decreased imports in almost all sectors. Similarly, there are an increase in consumption by the entire group of households due to an increse in the income by all groups of households and firms. Government revenue also increased due to an increse in taxes from household and firms.


(4)

RINGKASAN

MURYANI. Dampak Flu Burung Terhadap Perekonomian : Tinjauan Aspek Lingkungan, Sosial Dan Ekonomi Nasional (DEDI BUDIMAN HAKIM sebagai Ketua , BUNASOR SANIM, YUSMAN SYAUKAT, DJONI HARTONO sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Penyakit flu burung merebak di Indonesia sejak tahun 2003 dan menyebar di hampir seluruh propinsi di Indonesia. Faktor lingkungan fisik, biologi dan sosial terbukti menjadi media penyebaran virus flu burung ini. Disamping itu interaksi berbagai komponen lingkungan baik fisik, kimia dan biologi telah menjadi penyebab menyebarnya penyakit flu burung. Komponen lingkungan fisik diantaranya adalah air, kebersihan kandang, kebersihan tempat pakan, saluran terbukti menyebabkan risiko penularan. Lingkungan biologi seperti keberadaan unggas peliharaan (ayam, bebek, burung), kucing serta jenis pupuk unggas yang digunakan, dapat berperan sebagai penyebab penyebaran penyakit ini. Lingkungan sosial adalah perilaku manusia (peternak dan pedagang unggas) dalam beriteraksi dengan unggas .

Merebaknya penyakit ini tidak hanya menimbulkan tingkat kematian yang tinggi pada unggas tetapi juga menyebabkan berbagai kerugian ekonomi yang luas, yaitu terjadi penurunan produktivitas pada berbagi sektor ekonomi, khususnya sektor yang terkait langsung dengan perunggasan yaitu sektor daging unggas (tradisional dan menengah-besar). Dampak negatif juga dirasakan oleh industri yang terkait secara tidak langsung dengan industri perunggasan yaitu restoran, perhotelan dan pariwisata, perdagangan dan transportasi. Pemberantasan penyakit ini dilakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya kebijakan untuk melakukan beberapa tidakan yaitu : (1) peningkatan biosekuriti; (2) vaksinasi; (3) depopulasi (pemusnahan terbatas) di daerah tertular; (4) pengendalian lalu lintas unggas; (5) penelusuran (surveillance); (6) pengisian kandang kembali; (7) pemusnahan menyeluruh di daerah tertular baru (stamping out); (8) peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness); dan (9) monitoring dan evaluasi.

Faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya peluang terinfeksinya unggas dibuktikan dengan mengambil dua jenis sampel yaitu peternak unggas (133 responden) dan pedagang unggas (100 responden) di tiga wilayah Tangerang (Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Tangerang Selatan) dan di analisa dengan menggunakan model persamaan regresi logistik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa beberapa faktor lingkungan yaitu


(5)

penyebab menyebarnya penyakit ini. Pada karakteristik peternak yaitu umur, tingkat pendidikan, tujuan usaha menentukan peluang unggas terinfeksi, lingkungan fisik yaitu jarak antar kandang, saluran limbah kotoran unggas dan kebersihan halaman kandang. Sementara lingkungan biologi yang berperan menentukan peluang unggas terinfeksi adalah keberadaan binatang lain, pupuk kotoran unggas, demikian juga lingkungan sosial yang berperan adalah pemberian vaksin, laporan unggas mati, frekuensi penyuluhan dan pensucihamaan dipintu gerbang.

Dampak negatif dari merebaknya flu burung terhadap sektor sektor perekonomian baik sektoral maupun makro pada penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan model Computable General Equilibrium (CGE) yang melibatkan sejumlah persamaan secara simultan. Simulasi dilakukan dengan menggunakan basis data SNSE 2008 dan sejumlah sektor yang diagregasi. Hasil penelitian pada simulasi satu, yaitu penurunan produksi sektor daging unggas (tradisional dan menengah–besar) dan sektor telur, menunjukkan bahwa sektor yang terkena dampak langsung dari merebaknya flu burung adalah sektor daging unggas tradisional, daging unggas menengah–besar dan telur. Sedangkan sektor yang terdampak secara tidak langsung adalah sektor padi, jagung, kedelai, pertanian lainnya, peternakan lainnya, industri kertas, industri pupuk, industri kimia, industri farmasi, restoran dan perhotelan. Berikutnya hasil simulasi satu menunjukkan bahwa penurunan produksi sektor daging unggas (tradisional dan menengah–besar) dan sektor telur berdampak pada aspek mikro dan makro ekonomi. Secara mikro pada domestic market terjadi penurunan produksi dan peningkatan harga pada sektor daging unggas, telur, peternakan lainnya, restoran dan perhotelan. Sedangkan pada foreign market terjadi penurunan ekspor demikian juga impor. Demikian juga terjadi penurunan konsumsi oleh seluruh kelompok rumah tangga karena terjadi penurunan penerimaan oleh seluruh kelompok rumah tangga dan institusi perusahaan. Penerimaan pemerintah juga menurun karena adanya penurunan pajak baik dari rumah tangga dan perusahaan. Sehingga dapat dikatakan terjadi penurunan pendapatan kelompok rumah tangga dan pemerintah. Secara makro, terjadi penurunan GDP, penurunan investasi, tidak ada perubahan harga kapital dan tenaga kerja. Demikian juga tingkat suku bunga dan tingkat inflasi adalah tetap.

Simulasi dua, yaitu peningkatan produksi dan adanya kebijakan pemerintah (pengeluaran pemerintah dan transfer) menggambarkan bahwa peningkatan produksi dan adanya kebijakan pemerintah berdampak pada aspek mikro dan ekonomi secara keseluruhan. Secara mikro pada domestic market terjadi peningkatan produksi dan penurunan harga pada


(6)

foreign market terjadi peningkatan ekspor dan penurunan impor pada hampir semua sektor. Demikian juga terjadi peningkatan konsumsi oleh seluruh kelompok rumah tangga karena terjadi peningkatan penerimaan oleh seluruh kelompok rumah tangga dan perusahaan. Penerimaan pemerintah juga meningkat karena adanya peningkatan pajak baik dari rumah tangga dan perusahaan. Secara makro, terjadi peningkatan GDP dan peningkatan investasi. Secara umum pada simulasi dua berdampak pada peningkatan kesejahteraan baik pada semua kelompok rumah tangga maupun pada pemerintah.

Pada prinsipnya, kebijakan pemerintah dalam upaya memberantas penyakit flu burung pada unggas sangat penting memperhatikan aspek lingkungan baik lingkungan fisik, biologi dan sosial terutama yang menyangkut faktor penyuluhan (linkungan sosial) dan faktor pemberian vaksin (lingkungan biologi) serta pelaporan (lingkungan sosial ). Tiga faktor tersebut menunjukkan perilaku yang mirip yaitu menjadi faktor penyebab resiko terinfeksinya unggas. Tindakan pemerintah untuk merubah semua faktor lingkungan yang berperan menjadi faktor resiko menjadi faktor pencegah sangat diperlukan. Penurunan produksi sektor daging unggas dan telur ternyata memiliki keterkaitan yang luas terhadap sendi perekonomian. Semua sektor baik mikro (sektoral) maupun makro terkena dampak negatif. Terutama sektor yang terkait lansung mengalami penurunan yang tajam. Oleh karena itu pada kasus merebaknya flu burung hendaknya pemerintah memiliki prioritas kebijakan pada sektor yang paling terpukul yaitu sektor daging unggas dan telur. Penurunan lebih tajam dimasa mendatang dapat dicegah dengan penataan secara struktural sektor unggas dan sektor yang terkait. Salah satu diantaranya adalah dengan melakukan revolusi industri peternakan. Disamping itu kebijakan disektor peternakan perlu diperkuat dengan melibatkan semua pelaku industri peternakan yang terkait secara sinergis. Agar peningkatan produktivitas benar benar menjadi realita maka perlu kiranya pemerintah dalam melakukan kebijakan secara efektif dengan meningkatkan tidak hanya aspek pengeluaran dan transfer pada sektor yang terkait dengan unggas tetapi juga menfokuskan pada peningkatan tehnologi produksi. Melalui simulasi tampak bahwa peningkatan produksi ternyata mampu menggerakkan roda perekonomian pada hampir seluruh sektor mikro dan makro baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.


(7)

©Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2013 Hak cipta dilindungi

1.Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber :

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB

2.Dilarang mengumumkan dan memperbanyak, sebagian dan seluruhnya dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB


(8)

DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP PEREKONOMIAN : TINJAUAN ASPEK LINGKUNGAN, SOSIAL DAN EKONOMI NASIONAL

MURYANI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan   

         

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(9)

Ujian Tertutup

Hari/Tanggal :Rabu/2 Januari 2013 Penguji Luar Komisi :1) Dr.Ir Sri Mulatsih, M.Si

Dosen Fakultas Ilmu Ekonomi IPB 2) Prof.Dr.Ir. Rina Oktaviani, M.Ec. Dosen Fakultas Ilmu Ekonomi IPB Ujian Terbuka

Hari/Tanggal :Rabu/30 Januari 2013

Penguji Luar Komisi :1)Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec Direktur Magister Bisnis IPB 2)Dr. Ir. Nyak Ilham, M.Si Peneliti Madya PSE-KP Bogor


(10)

KOMISI PEMBIMBING : Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. (Ketua) 1. Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc. (Anggota )

2. Dr.Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. (Anggota) 3. Dr. Djoni Hartono (Anggota)

NAMA : MURYANI NRP : P062080151

PROGRAM STUDI : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan BIDANG MINAT : Kebijakan dan Manajemen Lingkungan

JUDUL PENELITIAN : Dampak Flu Burung Terhadap Perekonomian: Tinjauan Aspek Lingkungan, Sosial dan Ekonomi Nasional


(11)

Judul Disertasi : DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP PEREKONOMIAN : TINJAUAN ASPEK LINGKUNGAN, SOSIAL DAN EKONOMI NASIONAL

Nama : Muryani Nomor Pokok : P062080151

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Bidang Minat : Kebijakan dan Manajemen Lingkungan

Program : Doktor (S3)   

disetujui:

Komisi Pembimbing,

Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua

Prof.Dr.Ir.Bunasor Sanim, M.Sc Dr.Ir.Yusman Syaukat, M.Ec. Dr.Djoni Hartono Anggota Anggota Anggota

Mengetahui:

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir Cecep Kusmana M.Si Dr. Ir. Dahrul Syah,M.Sc.Agr. NIP 1961021221985011001 NIP 196508141990021001 Tanggal Ujian : 30 Januari 2013 Tanggal Lulus :……..  


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia kesempatan dan kesehatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan penulisan Disertasi tentang Dampak Flu Burung Terhadap Perekonomian : Tinjauan Aspek Lingkungan, Sosial dan Ekonomi Nasional.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kami haturkan kepada seluruh komisi pembimbing yang terdiri dari Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec, Prof. Dr. Ir.Bunasor Sanim, M.Sc, Dr. Ir.Yusman Syaukat, M.Ec dan Dr. Djoni Hartono yang telah memberikan bimbingan dan arahan mulai dari penyusunan proposal hingga penulisan disertasi ini. Ucapan yang sama kami sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.Si dan Prof. Dr. drh.Wayan Teguh Wibawan, M.Si.

Terakhir, secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada orang tua, suami dan anak tersayang atas segala do’a kesabaran menemani penulis selama studi S3. Tanpa dukungan mereka semua, disertasi ini tidak dapat selesai tepat waktu. Demikian juga ucapan teima kasih pada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini. Peneliti menyadari betul bahwa dalam menghasilkan karya ini masih banyak kekurangan. Semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti maupun semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bogor, September 2013 Salam hormat,


(13)

RIWAYAT HIDUP SINGKAT

Penulis dilahirkan di Surabaya, pada tanggal 5 Agustus 1967 sebagi putra kelima dari Bapak Sukardi (almarhum) dan Ibu Riah. Pendidikan Dasar penulis selesaikan di Surabaya, yakni di SD Santa Amalia, SMP Negeri 12 Surabaya, SMAN 4 Surabaya. Pada tahun 1987 penulis melanjutkan studi S1 di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Pembangunan di Universitas Airlangga Surabaya, selesai tahun 1991. Pada tahun 1995 penulis mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Airlangga Surabaya di Fakultas Ilmu Manajemen selesai tahun 1998. Pada tahun 2005 penulis mendapat beasiswa S2 di ANU (Australian National University) di Fakultas Environmental Management and Development selesai tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan S3 di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan dengan Beasiswa Departemen Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya. Pada tahun 1997 penulis menikah Joko Suroso, SE, M.Si, dikaruniai seorang puteri yaitu Arifa Rosyida Ikbar, siswa kelas 3 SMPN 12 Surabaya. Alhamdulillah.


(14)

DAFTAR ISTILAH

Biosecurity : Upaya pencegahan meluasnya virus flu burung dengan cara atau perilaku tertentu dan bahan kimia tertentu

Depopulation : Pemusnahan terbatas terhadap sekelompok unggas yang terserang virus flu burung di suatu daerah

Surveillance : Penelusuran jejak virus AI pada berbagai materi dan makhluk hidup stamping out : Pemusnahan menyeluruh di daerah tertular baru oleh penyakit flu burung CGE : Computable General Equilibrium adalah kumpulan persamaan simultan

yang membentuk suatu model

GAMS : General Algebraic Modelling System adalah software untuk mencari solusi suatu permasalahan ekonomi

restocking :Pengisian kandang kembali pada daerah yang telah dilakukan pemusnahan unggas karena terserang virus flu burung

SNSE : Sistem Neraca Sosial Ekonomi adalah tabel yang berisi transaksi antar pelaku pelaku ekonomi

SAM : Social Accounting Matricks adalah tabel yang berisi transaksi antar pelaku ekonomi dimana komoditi domestik dan komoditi impor menjadi satu tabel. KLB : Kejadian Luar Biasa yaitu proses penularan diantara unggas yang terjadi

begitu cepat

H5N1 : adalah salah satu jenis virus Avian Influenza

zoonosis : Penyakit flu burung yang ditularkan oleh unggas ternyata dapat menyerang manusia juga dan cenderung mematikan


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat dunia telah menyadari pentingnya memelihara lingkungan global, dengan meningkatkan kualitas lingkungan fisik, biologi dan sosial. Isu lingkungan sudah menjadi kepentingan global yang harus dilaksanakan dalam program aksi dan strategi untuk mempersiapkan dunia dalam menghadapi tantangan abad ke-21. Masalah lingkungan global telah menciptakan pola penyebaran penyakit baru sebagai suatu evolusi penyakit di dunia. Penyakit yang

bermunculan saat ini belum bisa di atasi secara menyeluruh misalnya Acquired

Immune Deficiency Sindrom (HIV/AIDS), Severe Acute Respiratory Sindrome (SARS) serta penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI).

Interaksi berbagai komponen lingkungan baik fisik, kimia dan biologi telah menjadi penyebab timbulnya penyakit flu burung (Budiarto dan Anggraeni 2003). Penyakit ini tidak hanya menginfeksi manusia tetapi juga hewan jenis unggas dan babi. Beberapa jenis unggas yang rawan terserang misalnya ayam, bebek, angsa, itik dan burung. Komponen lingkungan fisik diantaranya udara dan air, kebersihan kandang dan lain lain, berperan sebagai risiko penularan dan penyebaran peyakit flu burung. Demikian juga lingkungan biologi seperti keberadaan unggas peliharaan (ayam, bebek, burung), kucing serta jenis pupuk unggas yang digunakan, dapat berperan sebagai penyebab penyebaran penyakit flu burung. Lingkungan sosial seperti perilaku manusia dalam beriteraksi dengan unggas juga dapat menjadi penyebab merebaknya flu burung diantara unggas.

Merebaknya penyakit flu burung diantara unggas menyebabkan berbagai kerugian ekonomi yang cukup besar yaitu terjadinya penurunan produktivitas

pada sektor sektor ekonomi. Menurut Rodriguez et al (2007) wabah AI adalah

ancaman yang serius bagi ekonomi dunia, khususnya industri peternakan unggas. Dampak negatif juga dirasakan oleh industri yang terkait secara tidak langsung dengan industri perunggasan seperti restoran, perhotelan dan pariwisata, perdagangan, transportasi, juga industri pakan dimana bahan bakunya adalah jagung, padi dan kedelai (Oktaviani 2008). Jadi dampak flu burung terhadap perekonomian Indonesia sebenarnya tidak terjadi begitu saja, namun didahului


(16)

oleh proses penularan diantara unggas yang terjadi begitu cepat sehingga dapat

disebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) ( Yusdja et al 2006). Virus AI

ditengarai telah menyebar melalui berbagai media dari beberapa aspek lingkungan yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial (aspek perilaku manusia atau peternak), seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Virus flu burung mulai menyebar pada tahun 2003 dan telah menyebar di 31 propinsi dari 33 propinsi. Wilayah yang belum terserang adalah Propinsi Maluku Utara dan Gorontalo. Oleh karena itu sejak tahun 2004, pemerintah mengeluarkan kebijakan strategis guna mencegah penyebaran virus. Sembilan kebijakan ditetapkan berdasar Surat Keputusan Dirjen Bina Produksi Peternakan No.17/Kepts/PD.640/F/02/04 tentang Pedoman Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan menular Avian Influenza pada Unggas. Inti dari kebijakan tersebut adalah (1) peningkatan biosekuriti; (2) vaksinasi; (3) pemusnahan terbatas (depopulation) di daerah tertular; (4) pengendalian lalu lintas

unggas; (5) penelusuran (surveillance); (6) pengisian kandang kembali; (7)

pemusnahan menyeluruh di daerah tertular baru (stamping out); (8) peningkatan

kesadaran masyarakat (public awareness); dan (9) monitoring dan evaluasi.

Seberapa besar dampak kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah inilah yang juga akan dianalisis dalam penelitian ini.

Pada dasarnya penelitian ini fokus pada tiga hal yaitu (1) faktor faktor lingkungan yang menjadi media penularan virus flu burung pada unggas, dimana akan dilakukan penelitian di Tangerang, (2) dampak merebaknya virus flu burung terhadap sektor sektor terkait langsung dan tidak langsung serta performa ekonomi makro dan (3) dampak kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah dalam rangka mengatasi flu burung ini terhadap sektor sektor terkait langsung dan tidak langsung serta performa ekonomi makro.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil penelitian misalnya Budiman (2009) terbukti bahwa lingkungan fisik, biologi dan sosial menjadi media utama penularan penyakit flu burung baik terhadap manusia dan antar unggas. Beberapa jenis unggas yang rawan terserang misalnya ayam, bebek, angsa, itik dan burung. Komponen


(17)

lingkungan fisik yang dapat menjadi media penularan adalah diantaranya adalah : air kolam, kebersihan kandang lokasi, jarak kandang dengan kandang lain, jarak kandang dengan pasar unggas dan saluran air limbah. Demikian juga lingkungan biologi seperti unggas peliharaan (ayam, bebek, burung), kucing serta jenis pupuk unggas yang digunakan, percampuran unggas dan cara pemberian makan dapat berperan sebagai penyebab penyebaran penyakit flu burung. Lingkungan sosial atau perilaku pemilik ternak dalam beriteraksi dengan unggas juga dapat menjadi penyebab merebaknya flu burung diantara unggas. Perilaku yang yang diduga mendukung proses penularan yaitu menyabung ayam, tidak menjaga kebersihan tangan, pakaian dan kendaraan setelah berinteraksi dan kontak langsung dengan unggas, terutama unggas yang terinfeksi virus AI. Dapat disimpulkan bahwa tiga faktor lingkungan yaitu fisik, biologi dan sosial diduga keras menjadi faktor resiko penularan virus flu burung diantara unggas.

Menurut Biwas et al (2009) merebaknya virus flu burung tidak hanya

menyebabkan kerugian peternak unggas yaitu dengan matinya unggas dalam jumlah yang besar, tetapi juga memberi dampak yang buruk terhadap perekonomian secara luas khususnya negara berkembang. Sektor ekonomi yang

terdampak secara negatif Menurut Rodriguez et al (2006) adalah industri

peternakan unggas. Dampak negatif juga dirasakan oleh industri yang terkait secara tidak langsung dengan industri perunggasan seperti telur, restoran, perhotelan dan pariwisata, perdagangan, transportasi, juga industri pakan (jagung dan kedelai) (Oktaviani 2008). Hal ini terjadi karena sektor unggas memiliki keterkaitan dengan sektor hulu (pakan ternak ) dan hilir (restoran, perhotelan,

perdagangan, pariwisata dan lain lain). Berdasarkan penelitian Yusdja et al

(2006), dampak AI terhadap industri peternakan meliputi : (1) penurunan jumlah permintaan ayam di wilayah terserang sebesar 57,9 persen untuk ayam broiler dan 40,4 persen untuk ayam petelur; 2) penurunan permintaan semua jenis pakan sebesar 4 persen; (3) penurunan penawaran produk broiler sebesar 40,7 persen dan telur sebesar 52,6 persen; dan (4) penurunan kesempatan kerja sebesar 39,5 persen di wilayah terserang AI. Walaupun tidak bisa dipungkiri ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan output sejak merebaknya virus ini, yaitu industri farmasi dan bahan kimia, khususnya produk yang berkaitan dengan bahan vaksin dan


(18)

desinfektan. Sejauh ini sektor produksi unggas menunjukkan penurunan permintaan daging unggas karena konsumen takut tertular virus flu burung (Arifin 2005). Industri unggas sendiri sebenarnya berkontribusi relatif kecil pada GDP yaitu rata rata hanya 1,85 persen pertahun. Meskipun demikian jika dicermati kontribusinya cenderung menurun dari 1,94 persen tahun 2003 menjadi 1,73 persen tahun 2007(BPS 2009). Jadi, dampak negatif merebaknya virus flu burung terhadap sektor yang terkait langsung maupun tidak langsung akan dianalisis dalam penelitian ini.

Dalam rangka mengatasi merebaknya virus ini, sejak tahun 2004, pemerintah mengeluarkan kebijakan strategis guna mencegah penyebaran virus. Sembilan kebijakan ditetapkan berdasar Surat Keputusan Dirjen Bina Produksi Peternakan No.17/Kepts/PD.640/F/02/04 tentang Pedoman Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan menular Avian Influenza pada Unggas. Inti dari kebijakan tersebut adalah peningkatan biosekuriti, vaksinasi, pemusnahan terbatas di daerah tertular, pengendalian lalu lintas unggas, penelusuran virus, pengisian kandang kembali, pemusnahan menyeluruh di daerah tertular baru, peningkatan kesadaran masyarakan serta monitoring dan evaluasi. Dari sembilan kebijakan yang telah ditentukan pemerintah seperti di atas, hanya enam yang sering dilakukan, sedangkan tiga hal lain yaitu pemusnahan terbatas (depopulation), pengisian kandang kembali (restocking) dan pemusnahan total (stamping out) hanya dilakukan pada kasus tertentu dan sangat selektif, misalnya di Kota Tangerang, Dumai dan kota yang terserang AI secara menyeluruh (Martindah 2008). Hal ini tidak dilakukan dengan intensif di semua daerah di pulau Jawa karena dikhawatirkan akan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap industri unggas nasional (Sumiarto dan Arifin 2009).

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah besar kemungkinan memiliki dampak tidak hanya terhadap menurunnya penyebaran penyakit flu burung tetapi juga terhadap pemulihan sektor sektor perekonomian. Oleh karena itu dalam penelitian ini juga akan dilihat dan di analisis dampak kebijakan tersebut terhadap GDP, sektor pembangunan dan pendapatan masyarakat. Untuk lebih jelasnya pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:


(19)

1).Faktor lingkungan apa saja yang menjadi media penularan flu burung pada unggas?

2).Sektor-sektor ekonomi apa saja yang terkena dampak langsung dan tidak langsung dari merebaknya flu burung?

3).Bagaimana dampak flu burung terhadap perekonomian, khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pendapatan rumah tangga?

4).Bagaimana dampak kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka menangani kasus flu burung terhadap perekonomian, khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pendapatan rumah tangga?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan melihat seberapa besar dampak penyakit flu burung terhadap perekonomian nasional dan terhadap kesejahteraan masyarakat. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah : 1). Menganalisis faktor lingkungan yang menjadi media penularan flu burung

pada unggas

2). Mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang terkena dampak langsung dan tidak langsung dari merebaknya flu burung.

3). Menganalisis dampak flu burung terhadap perekonomian, khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga. 4). Menganalisis dampak kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah

dalam rangka menangani kasus flu burung terhadap perekonomian secara keseluruhan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap arahan kebijakan pemerintah daerah maupun pusat, terutama yang berkaitan dengan dampak flu burung pada aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Selain itu juga dapat digunakan sebagai acuan dan studi perbandingan bagi peneliti selanjutnya. Dari hasil akhir dari penelitian ini dapat diketahuinya dampak flu burung pada perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat dapat belajar untuk lebih waspada dan antisipatif terhadap gejala merebaknya flu


(20)

burung dikemudian hari, mengingat kasus pandemik flu burung ini bisa berulang terjadi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam lingkup nasional (Indonesia) dengan mengkaji dampak flu burung terhadap aspek sosial ekonomi baik ekonomi sektoral, ekonomi makro dan kemiskinan. Penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan pendekatan Computable General Equilibrium (CGE). Adapun

model CGE yang digunakan adalah model CGE statis sehingga tidak dilakukan simulasi antar waktu, hanya melakukan simulasi pada satu waktu saja. Model CGE yang statis sudah cukup dan dapat di gunakan untuk menganalisis dan melihat dampak flu burung baik secara sektoral maupun makro.

Alasan digunakan pendekatan model CGE pada kasus flu burung ini adalah bahwa model CGE pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi dampak ekonomi dari suatu kebijakan. Kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah kebijakan dalam rangka pencegahan merebaknya flu burung dan dampak negatifnya terhadap hampir semua sektor perekonomian. Disamping itu dampak flu burung tidak hanya terjadi pada sektor unggas saja tetapi sektor lain juga terkena dampaknya. Jadi penelitian ini bersifat multisektor dan saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu pendekatan yang paling tepat digunakan adalah pendekatan keseimbangan umum dibandingkan pendekatan keseimbangan parsial.

Keterbatasan penelitian ini adalah tidak dapat melihat time line atau

pergerakan antar waktu karena bersifat static. Penelitian yang bersifat static ini dapat menjawab kondisi short term dan long term. Pada kondisi short term, capital dan employment adalah tidak mobile. Sedangkan pada kondisi long term, capital dan employment bersifat mobile.

Penelitian ini akan memfokuskan dampak flu burung terhadap kinerja ekonomi makro maupun mikro (sektoral). Pada level mikro, terdapat sektor-sektor yang terdampak baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sektor yang terdampak secara langsung misalnya sektor peternakan, daging unggas dan pemotongan hewan. Sedangkan sektor-sektor yang tidak terkait secara langsung misalnya bahan pakan ternak (padi, jagung, kedelai, beras), perdagangan, restoran,


(21)

perhotelan, industri kimia, farmasi dan transportasi. Di samping itu penelitian juga mengkaji faktor lingkungan yang diduga memiliki peran yang besar dalam penyebaran penyakit flu burung di antara unggas. Faktor lingkungan yang diduga sangat mempengaruhi penyebaran penyakit adalah faktor lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial (aspek perilaku manusianya). Namun dalam penelitian ini tidak mengkaji aspek penularan virus AI pada manusia, karena hal ini telah diteliti oleh Budiman (2009).

1.6. Kebaruan Penelitian (Novelty)

Sejauh ini kajian tentang flu burung yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti pendahulu umumnya menyangkut dampak flu burung terhadap perekonomian nasional, proses penyebaran virus, dan kajian kebijakan pemerintah dalam hal mengatasi kasus flu burung. Berbagai alat analisis digunakan baik menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini juga digunakan metode kuantitatif yang sama dengan beberapa peniliti pendahulu, yaitu menggunakan pendekatan CGE. Namun dalam penelitian ini disusun Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) khusus di mana susunan sektornya menggambarkan sektor yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan kasus flu burung. Rancangan SNSE kasus flu burung ini merupakan hal yang baru.

1.7. Hipotesis Penelitian

1). Di kalangan peternak unggas dan pedagang unggas faktor karakteristik peternak dan pedagang, lingkungan fisik, biologi dan sosial mempengaruhi peluang terinfeksinya unggas

2). Sektor sektor yang terkait erat dengan sektor unggas menerima dampak negatif terbesar atas merebaknya kasus flu burung, terutama sektor yang menggunakan input unggas dalam proses produksinya.

3). Penurunan produktivitas disektor unggas berdampak negatif pada sektor sektor yang terkait erat dengan sektor unggas. Terjadi penurunan output yang kemudian diikuti oleh kenaikan harga pada sektor sektor yang terkait erat. Sehingga terjadi penurunan permintaan terhadap output yang diakibatkan oleh menurunnya pendapatan rumah tangga, sehingga pendapatan pemerintah juga menurun.


(22)

4). Peningkatan produktivitas sektor unggas dan kebijakan pemerintah dalam rangka menangani kasus flu burung berdampak positif pada pertumbuhan sektor sektor perekonomian dan pendapatan rumah tangga khususnya rumah tangga pertanian dan pendapatan pemerintah.

1.8 Kerangka Analisis

Kerangka pemikiran atau analisis (Gambar 1) yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Analisis regresi logistik ditujukan untuk mengkaji proses penularan penyakit flu burung di antara unggas. Penyakit flu burung tersebar diantara unggas tidak terlepas karena faktor lingkungan, dimana lingkungan adalah agregat dari semua kondisi dan pengaruh pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Faktor lingkungan ada tiga yaitu berupa: (1) lingkungan fisik, (2) lingkungan biologi dan (3) lingkungan sosial atau perilaku manusianya (peternak atau pemilik).

Lingkungan fisik adalah lingkungan alam yang dapat berupa geografis, iklim, air, saluran limbah atau pasar unggas. Lingkungan biologi adalah semua makhluk hidup yang berada disekitar unggas dan binatang lain. Faktor lingkungan biologi dapat berupa bakteri dan virus pathogen yang menyebar melalui media unggas peliharaan (ayam, bebek, burung), kucing serta jenis pupuk unggas yang digunakan, percampuran unggas dan cara pemberian makan dapat berperan sebagai penyebab penyebaran penyakit flu burung. Lingkungan sosial atau perilaku pemilik ternak dalam beriteraksi dengan unggas juga dapat menjadi penyebab merebaknya flu burung diantara unggas. Perilaku yang yang diduga mendukung proses penularan yaitu menyabung ayam, tidak menjaga kebersihan tangan, pakaian dan kendaraan setelah berinteraksi dan kontak langsung dengan unggas, terutama unggas yang terinfeksi virus AI. Dapat disimpulkan bahwa tiga faktor lingkungan yaitu fisik, biologi dan sosial diduga keras menjadi faktor resiko penularan virus flu burung diantara unggas. Penelitian tentang aspek lingkungan dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi kasus, dimana daerah Tangerang dipilih sebagai area penelitian karena kota ini terserang secara hebat dan relatif parah disamping kota lainnya yaitu Dumai dan Cikelet Garut. Tangerang menderita kerugian kematian unggas dan manusia yang relatif besar dibandingkan dengan daerah lainnya.


(23)

Penyebaran virus flu burung yang menjadi pandemik jelas berdampak terhadap perekonomian secara luas, sehingga penting dilakukan penelitian tentang dampak yang ditimbulkannya terhadap performa ekonomi mikro (sektoral dan distribusi pendapatan) dan makro ekonomi Indonesia. Dengan menggunakan

model Computable General Equilibrium (CGE) dapat diketahui dampak yang

ditimbulkan dari merebaknya virus flu burung serta kebijakan pemerintah terhadap ekonomi mikro dan makro. Aspek makro yang akan dikaji adalah beberapa indikator makro yang berupa pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat.


(24)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Lingk.

fisik

analisis Lingkungan (pendekatan kasus)

proses penyebaran virus AI pada unggas

Analisis Mikro dan Makro

resiko tertular pada unggas

Pemodelan Ekonomi (MODEL CGE)

Indikator Mikro dan Makro

Pertumbuhan  ekonomi  (sektoral)

Pertumbuhan  Ekonomi  (Makro)  Virus AI

Lingk.

biologi  Lingk.

sosial

Pendapatan  rumah tangga 


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan digambarkan dan dijelaskan mengenai flu burung dalam

kerangka bangunan besar economics of disease, tentang penyakit flu burung serta

bagaimana virus flu burung menyebar dengan perantara beberapa factor lingkungan yaitu linkungan fisik, biologi dan soial. Beberapa penjelasan merujuk pada literature yang berkaitan dengan tiga aspek lingkungan tersebut.

2.1 Ekonomi Penyakit (Economics of Disease )

Epidemik flu burung (AI) berdampak pada banyak aspek pada saat yang

bersamaan secara tak terhindarkan. Hal ini menyebabkan beberapa economic losses

yang relatif cukup besar bagi pemerintah, peternak dan semua partisipan dari rantai produksi unggas. Sejak penyebaran virus AI terjadi pada kalangan unggas dan burung di Negara Asia Timur, kerugian ekonomi awalnya tidak terlalu besar dan tergantung pada tingkat keparahan negara masing masing. Namun secara global dengan meningkatnya jumlah kasus dan kesinambungan penyebaran virus AI ini menyebabkan kerugian yang meningkat secara signifikan (Smith 2005).

Menurut Smith (2005) kerugian yang disebabkan oleh merebaknya AI adalah 0,7 persen dari GDP dunia.Tetapi untuk negara berkembang kerugian yang terjadi lebih signifikan sebesar 1,2 persen dari GDP, sedangkan untuk negara Asia dan Pasifik terjadi kerugian sebesar 2,4 persen dari GDP. Kerugian ini dikarenakan adanya keterkaitan antar sektor baik sektor yang terkait secara langsung misalnya industri unggas, peternakan menengah dan peternakan tradisional, maupun sektor yang terkait tidak langsung misalnya restoran, transportasi, pariwisata dan beberapa sektor lain. Negara berkembang mengalami kerugian yang relatif besar karena juga menyangkut hilangnya kesempatan kerja sekitar 0,2 persen serta kebangkrutan beberapa peternakan unggas. Beberapa negara yang terkena dampak virus AI yang relatif parah adalah Sub Saharan Afrika, Thailand, Vietnam, Nigeria dan urutan berikutnya adalah negara Asia Timur dan Pasifik, diantaranya Camboja, China, Indonesia dan Laos. Smith (2005) menjelaskan bahwa kontribusi industri unggas pada ekonomi nasional Negara Asia Timur sekitar 0,6 persen sampai dengan 2 persen. Sementara penurunan output umumnya terjadi rata rata 15 juta dollar untuk Vietnam dan 500 juta dollar untuk Indonesia.


(26)

Penyebaran virus AI di Indonesia terjadi sejak tahun 2003 tidak hanya menyerang kalangan unggas tetapi juga berdampak pada manusia. Terhitung sampai tahun 2008 telah tercatat 126 kasus dan meninggal 112 orang (Krisnamurti 2008). Pada tahun 2010 korban meninggal telah mencapai 134 jiwa di 31 propinsi di Indonesia. Sedangkan untuk seluruh dunia sampai tahun 2008 tercatat 359 kasus dan meninggal 226 orang (WHO 2008). Menurut Osterholm (2005) kematian manusia yang disebabkan oleh virus AI merupakan ‘the third most deadly infectious disease’ setelah AIDS dan TBC. Sedangkan WHO (2005) memperkirakan bahwa penduduk dunia yang terinfeksi virus ini sebesar 35 persen, di mana sebagian besar terjadi di negara berkembang karena memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi dan tingkat kemiskinan yang lebih parah. Secara umum, biaya yang ditanggung akibat merebaknya virus AI adalah sebesar 12 persen dari total biaya, adalah menyangkut kematian manusia, 28 persen manusia menderita sakit (biaya pengobatan) dan tidak masuk kerja dan 60 persen adalah upaya untuk menghindari infeksi. Jadi dapat disimpulkan secara umum pengeluaran lebih banyak ditargetkan untuk upaya preventif mencegah meluasnya virus AI.

Pemerintah menginstruksikan pemakaian desinfektan untuk mencegah menyebarnya virus AI (Sumiarto dan Arifin 2009), namun dampak Virus AI terhadap kesehatan manusia masih juga cukup meluas. Banyaknya korban yang meninggal hingga kini memberikan dampak psikologis terhadap konsumsi daging ayam khususnya dan pada akhirnya akan memberikan dampak ekonomi baik terhadap konsumen maupun produsen. Lebih jauh, pandemik virus H5N1 bukan hanya memberikan dampak terhadap kesejahteraan individu, namun juga mengakibatkan kepada ketahanan sosial ekonomi dan keamanan. Dampak ini bisa lebih serius terjadi karena sebagian besar masyarakat terutama di negara berkembang tidak siap akan serangan ini. Pada tataran dampak ekonomi dan sosial, flu burung seharusnya tidak berpengaruh terhadap ketahanan pangan karena konsumen dapat memilih sumber pangan protein lainnya (Andrea 2004). Namun sejauh ini sektor produksi unggas menunjukan permintaan yang terus menurun terhadap daging unggas karena konsumen takut tertular wabah ini (Arifin 2005).

Pengembangan industri perunggasan nasional membutuhkan dukungan dari kebijakan pemerintah khususnya dibidang pakan ternak. Dari seluruh total pakan ternak yang ada sekitar 83 persen digunakan untuk peternakan unggas. Penggunaan pakan


(27)

pada produksi unggas mencapai 60 sampai 70 persen dari total biaya produksi. Sedangkan penyediaan bahan baku pakan masih tergantung pada impor, khususnya jagung. Dengan demikian pasokan jagung domestik bisa diharapkan dapat meredam gejolak harga pakan ternak (Daryanto 2009).

Jumlah populasi unggas dari berbagai jenis, yang meliputi ayam kampung, ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan berbagai jenis itik atau bebek mencapai 1,3 miliar ekor. Jumlah ini belum termasuk jutaan rumah tangga yang memelihara berbagai jenis unggas sebagai binatang peliharaan atau hobi yang dapat mencapai 30 juta rumah tangga. Total investasi di industri unggas modern dan semi modern diperkirakan US$3 miliar-US$3,5 miliar. Jumlah penjualan dari usaha perunggasan setiap tahun mencapai sekitar US$5 miliar. Dari industri peternakan unggas, Indonesia mampu menghasilkan daging sekitar 1,2 miliar ton per tahun dan memberikan konstribusi sekitar 56 persen dari total kebutuhan penyediaan daging hasil ternak. Jumlah produksi telur dari industri perunggasan yang tercatat hingga saat ini hampir 1,2 miliar ton yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan telur di dalam negeri.

Delgado (1999) menjelaskan bahwa revolusi peternakan memberikan perubahan dan mempengaruhi perkembangan sektor peternakan di Indonesia. Permintaan daging, telur dan susu diperkirakan meningkat signifikan seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perbaikan ekonomi pasca krisis ekonomi tahun 1997. Di tahun 1999 konsumsi daging, telur dan susu di Indonesia adalah sebesar 41 kg/kapita/tahun, 2,7 kg/kapita/tahun dan 5,09 kg/kapita/tahun. Tahun 2003 konsumsi tiga produk tersebut terus mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan konsumsi daging, telur dan susu masing-masing tumbuh pada tingkat 6,08 kg/kapita/tahun, 4,47 kg/kapita/tahun (BPS 2005).

Lebih spesifik, konsumsi per kapita komoditi unggas seperti daging ayam (ras dan kampung), daging bebek dan telur dapat dijelaskan sebagai berikut, selama periode 2004-2006 konsumsi daging ayam terutama ayam ras adalah tertinggi, dimana pada tahun 2004 mencapai 2,08 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2006 mencapai 2,3 kg/kapita/tahun. Konsumsi telur ayam ras juga yang tertinggi mencapai 3,45 kg/kapita/tahun ditahun 2004 dan mencapai 3,31 kg/kapita/tahun di tahun 2006. Hal ini menunjukan bahwa meski virus H5N1 telah menyebar di Indonesia, namun konsumsi daging ayam (ras) dan telurnya belum dapat tergantikan dengan konsumsi protein


(28)

hewani lainnya. Hal ini karena telur dan daging ayam merupakan protein hewan paling murah dibanding sumber protein yang lain (Daryanto 2009). Walaupun menurut You (2007) merebaknya virus flu burung menyebabkan keengganan masyarakat mengkonsumsi unggas sehingga menyebabkan turunnya permintaan unggas sehingga dan mendorong harga unggas menurun.

Data dari BPS menunjukkan konsumsi perminggu (perkotaan dan pedesaan) untuk daging, ayam, telur serta itik ada kecenderungan mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 di bawah ini :

Tabel 1. Konsumsi Rata-Rata Perkapita Perminggu Beberapa Bahan Makanan (Perkotaan)(kg)

1993 1996 1999 2002 2005 2008 Daging Sapi/ Kerbau 0,028 0,025 0,015 0,018 0,016 0,011 Daging Ayam Ras/Kampung 0,070 0,102 0,049 0,095 0,107 0,096

Telur Ayam 0,098 0,120 0,083 0,124 0,130 0,131

Telur Itik/ Manila/ Asin(Butir) 0,14 0,123 0,063 0,122 0,118 0,083

Sumber: BPS 2008

Pada Tabel 2 disajikan data mengenai konsumsi rata-rata perkapita perminggu beberapa bahan makanan untuk daerah pedesaan, dimana menunjukkan konsumsi yang relatif lebih rendah dibanding daerah perkotaan, kecuali konsumsi telur asin.

Tabel 2 Konsumsi Rata-Rata Perkapita Perminggu Beberapa Bahan Makanan (Pedesaan)(kg)

1993 1996 1999 2002 2005 2008

Daging Sapi/ Kerbau 0,007 0,006 0,006 0,006 0,005 0,003 Daging Ayam Ras/Kampung 0,031 0,050 0,022 0,039 0,052 0,052

Telur Ayam 0,045 0,070 0,046 0,073 0,087 0,094

Telur Itik/ Manila/ Asin(Butir) 0,166 0,126 0,092 0,124 0,111 0,092

Sumber: BPS 2008

2.2. Flu Burung dan Faktor Lingkungan

Menurut Ditjen P2PL Depkes. R.I. (2005) Avian influenza merupakan penyakit menular pada hewan (unggas, babi, burung, puyuh, kalkun dan lain lain) yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan manifestasi beragam, mulai dari sakit ringan hingga kematian. Penyakit flu burung yang ditularkan oleh unggas ternyata dapat


(29)

menyerang manusia juga (zoonosis) dan cenderung mematikan. Proses penularan dan penyebaran virus ini menurut beberapa ahli peternakan yaitu Wibawan (2010)1), dimana hal tersebut bisa dikarenakan beberapa hal :

- Cairan/lendir yang berasal dari hidung, mulut, mata & Kotoran unggas yang sakit. - Kontak langsung baik hewan/manusia dengan ternak yang sakit.

- Melalui udara dan peralatan yang terkontaminasi virus

- Kontak dari bahan asal hewan yang terkena virus AI ( daging, telur, feses, dan sebagainya).

Sedangkan ciri ciri unggas yang terkena virus AI adalah sebagai berikut: - Jengger biru keunguan

- Mengeluarkan cairan dari mata dan hidung - Pembengkakan pada muka dan kepala - Diare, batuk, bersin dan ngorok

- Pendarahan dibawah kulit, pada daerah dada dan kaki - Kematian terjadi secara cepat

Penyakit flu burung tersebar di antara unggas tidak terlepas karena faktor lingkungan. Menurut Azwar (1999), lingkungan adalah agregat dari semua kondisi dan pengaruh pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan social (Budiarto dan Anggraeni 2003). Sejalan dengan pendapat ini, bahwa faktor perantara menyebarnya penyakit flu burung menurut Blum (1974) dan Rees (1982) adalah faktor lingkungan, yang terdiri dari lingkungan luar (eksternal) dan dalam (internal). Lingkungan ekternal terdiri dari lingkungan fisik, biologik, dan sosial. Lingkungan fisik mencakup air, udara, tanah, iklim, cuaca, radiasi, getaran, suhu, tekanan, gesekan, musim, dan kelembaban. Faktor ini berbeda antara negara maju dengan negara berkembang. Lingkungan biologik berupa mahluk hidup yang berada di sekitar manusia, termasuk manusia itu sendiri.

---

1)


(30)

Lingkungan sosial merupakan interaksi kompleks antara budaya, sistem nilai, adat, kebiasaan, kepercayaan, sikap, moral, agama, pendidikan, pekerjaan, standar hidup dan pola interaksi. Lingkungan internal dapat berupa faktor genetik, fisiologik (termasuk proses hormonal) dan psikologis. Penyakit lebih sering terjadi karena secara psikologis manusia gagal menyesuaikan lingkungan. Selain itu unsur perantara lain adalah perpindahan dari atau tempat yang terinfeksi virus.

Lebih jelasnya flu burung terjadi karena ketidakseimbangan antara lingkungan, host (pembawa virus) dan penyebab. Lingkungan yang menjadi penyebab adalah lingkungan yang kurang bersih seperti tempat perternakan yang kotor yang menjadi tempat berkembangnya virus influenza tipe A. Virus dapat menjangkiti para perkerja yang beresiko tinggi terjangkit virus tersebut (Achmadi 1991). Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa virus ini terdapat pada hewan terutama unggas namun virus ini bersifat zoonosis, yaitu menular pada manusia. Faktor manusia yang mudah terjangkit adalah umur, kekebalan, perilaku manusia dan kebiasaan memelihara ternak unggas. Di samping itu juga perilaku manusia yaitu kebiasaan buruk seperti tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktifitas dan berinteraksi dengan unggas. Kebiasaan yaitu banyak masyarakat yang memelihara unggas di dekat rumah atau pemukiman (IPB 2008).

Berdasarkan penjelasan dari FAO (2008) , lingkungan fisik adalah lingkungan alam yang dapat berupa geografis, iklim, air, kondisi saluran limbah atau kondisi pasar unggas. Pasar unggas yang menjual unggas dalam jumlah besar dan ditempatkan secara saling berdesakan, merupakan multifactor penyebaran penularan penyakit flu burung. Demikian juga air, air kolam misalnya, dapat menjadi media penularan jika tercemar kotoran burung liar pembawa virus merupakan faktor resiko penularan dari burung liar ke unggas peliharaan, terutama jika unggas peliharaan tersebut dibebaskan berkeliaran. Lingkungan Biologi adalah semua makhluk hidup yang berada disekitar unggas baik binatang lain maupun flora. Faktor lingkungan biologi dapat berupa bakteri dan virus pathogen. Penularan penyakit flu burung pada unggas dapat disebabkan oleh keberadaan binatang peliharaan yang telah terjangkit virus AI, misalnya kucing, burung dan unggas domestik lain misalnya angsa, itik dan lain lain. Penularan dapat juga dikarenakan penggunaan pupuk kotoran unggas yang tercemar virus AI.


(31)

manusia beserta interaksinya dengan berbagai komponen lingkungan yang dapat menjadi media terjangkitnya penyakit flu burung pada unggas, misalnya kontak peternak dengan unggas terinfeksi, kebiasaan sabung ayam, membeli unggas baru dan mencampurkannya dengan unggas yang lama, serta kesengajaan ataupun ketidaktahuan akan pentingnya penggunaan desinfektan ketika membersihkan kandang unggas (FAO 2008) dan Kusnoputranto (2000). Demikian juga kebiasaan peternak atau pemilik unggas yang tidak membersihkan atau tidak mencuci baju dan sepatu boot yang berasal dari pasar unggas, begitu juga ban sepeda yang belepotan lumpur dari pasar unggas yang tidak segera dibersihkan. Sebagaimana di ungkapkan Buzani et al (2007) bahwa penting melakukan batasan untuk perpindahan unggas, kendaraan angkutan unggas dan peternak itu sendiri. Oleh karena itu maka beberapa variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1.Karakteristik Peternak Atau Pedagang adalah kondisi peternak atau pedagang yang berkaitan dengan: usia peternak/pedagang; pendidikan peternak/pedagang; tujuan beternak/berdagang; lamanya pengalaman beternak /berdagang; penghasilan per bulan dari peternak/pedagang; jumlah populasi ternak unggas.

2.Variabel Lingkungan Fisik adalah hal hal yang baerkaitan dengan kondisi fisik yang ada yaitu: lokasi peternakan; jarak antar kandang; jarak dengan pasar ungas; saluran kotoran unggas; kolam; kepadatan unggas per m2; jenis kandang; jenis lantai; kebersihan kandang; kebersihan tempat makan unggas; kebersihan tempat minum unggas; kebersihan halaman sekeliling kandang.

3.Variabel Lingkungan Biologi adalah hal hal yang berkaitan dengan kondisi yang berhubungan dengan interaksi makhluk hidup (binatang, bakteri dan virus), yang terdiri dari : unggas domestik yang dimiliki; keberadaan binatang lain (kucing, anjing, tikus dan lain lain); penggunan pupuk kandang; percampuran unggas sendiri dengan milik orang lain); Unggas dilepas dan digiring sore hari (yang bisa berarti unggas mengkonsumsi pakan dari area bebas); sumber pakan ternak

4.Variabel Lingkungan Sosial adalah hal hal yang berkaitan dengan pola perilau dari peternak dan pedagang dalam mengelola unggas, yang terdiri dari : percampuran unggas afkir dan unggas yang sudah ada; percampuran unggas baru dengan unggas yang sudah ada; baju, sepatu, sandal dan ban sepeda motor; kontak dengan unggas milik orang lain; hobi mengadu ayam; pemberian desinfektan setiap hari; kontak ungas terinfeksi;


(32)

frekuensi (tingkat keseringan) pemberian vaksin; frekuensi datang ke pasar unggas; penanganan unggas mati; pelaporan adanya unggas yang mati; frekuensi mendapat menyuluhan; pensucihamaan sebelum masuk area peternakan.

2.4. Penelitian Terdahulu yang Menyangkut Faktor Lingkungan

Beberapa penelitian tentang flu burung yang sifatnya deskriptif dilakukan

oleh Antara (2009). Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor penting pemicu pendemi adalah padat nya populasi unggas, babi dan manusia, karena ke tiga hal itu berperan dalan virus Avian Influenza . Pada pasar tradisional di jual berbagai jenis unggas seperti ayam, itik, entog, anggsa, burung, dan bahkan mamalia seperti babi yang berasal dari berbagai daerah, kemudian dari pasar akan menyebar ke daerah lain. Di pasar, unggas diletakan dalam area saling berdekatan antara pemilik satu dengan yang lainnya, sehingga kondisi tersebut mempermudah penularan virus AI antar unggas. Menurut You dan Diao (2006), Martinez et al (2009) serta Leppin dan Aro (2009) virus flu burung berpotensi untuk menyebar secara global antar negara sebagai pandemik, oleh karena itu diperlukan kebijakan untuk mencegah berpindahnya virus ini khususnya diantara populasi unggas.

Pola penyebaran perdagangan unggas di pasar tradisional (Beringkit, Kumbasari dan Kediri) mencakup ke seluruh wilayah di Bali dan berpotensi mengeluarkan penyakit flu burung ke semua kabupaten di Bali. Untuk menekan resiko penularan virus avian influenza perlu menerapkan biosecurity yang ketat di pasar, alat angkut untuk unggas dan di rumah tangga. Demikian juga vaksinasi, menurut Foster (2009) secara teori vaksinasi dapat memecahkan masalah penyebaran flu burung, tetapi pada tataran implementasi vaksinasi hanya menekan sementara tapi tidak menyelesaikan persoalan. Situasi ini diperparah karena kekurangan tenaga yang ahli yang berkaitan dengan hal ini.

Demikian juga Saptana et al (2008) meneliti tentang flu burung yang

sifatnya deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dampak ekonomi AI terhadap pedagang pengecer broiler adalah (1) beberapa pedagang pengecer yang terpaksa keluar pasar; (2) penurunan jumlah volume penjualan hingga 30-50 persen, walaupun kondisi pasca wabah AI telah normal kembali; dan (3) merosotnya harga


(33)

jual daging broiler turun hingga 37 persen, walaupun kondisi harga jual pasca AI telah normal kembali.

Dampak ekonomi wabah AI terhadap usaha pedagang pengecer telur ayam

ras dan burung puyuh adalah sebagai berikut: (1) menurunnya volume penjualan telur hingga 53-70 persen; (2) ternyata wabah AI tidak berpangaruh negatif terhadap harga jual telur, dimana harga jual malahan meningkat pada saat wabah AI, sebagai akibat kurang nya pasokan telur di pasar; dan (3) kondisi tersebut menunjukan bahwa konsumen tidak memberikan respon negatif terhadap hasil ternak telur akibat AI seperti halnya pada broiler.

Implikasi kebijakan yang di pandang relevan dalam antisipasi dan penanggulangan wabah AI antara lain adalah: (1) melakukan sistem deteksi dini terhadap berbagai serangan penyakit ternak menular; (2) melakuakn pendataan yang cepat dan akurat tentang data populasi, tingkat serangan atau jumlah kematian serta evaluasi terhadap kinerja program yang telah dilakuakan baik secara swadaya maupun program pemerintah; (3) ternyata sistem pengusahaan ternak unggas dengan

memberlakukan biosecurity yang ketat, adanya barier alam, serta paksinasi yang

tepat sangat efektip dalam penanggulangan virus AI; dan (4) kebijakan recovery di tingkat petani akibat AI dapat dilakukan dengan konpensasi yang memadai dan pemberian pinjaman lunak dengan tingkat suku bunga kurang dari 12 persen per tahun dengan besaran modal sebesar biaya investasi untuk recovery (Saptana et al 2008).

Metras et al (2009) melakukan penelitian dengan menggunakan metode

QRA (Qualitative Risk Assessment), dimana peneliti mengajukan

pertanyaan-pertanyaan tentang resiko flu burung yang disebabkan oleh perdagangan baik secara legal maupun tidak legal juga resiko perpindahan flu burung diantara empat sektor peternakan. Penelitian menunjukkan bahwa tiap negara memiliki tingkat resiko yang berbeda mulai dari resiko sangat kecil sampai sangat tinggi. Sedangkan menurut Birol (2008) peternakan skala besar memiliki resiko yang relatif tinggi dan berkontribusi pada penyebaran penyakit ini melalui peralatan kerja dipeternakan yang tidak dibersihkan dengan desinfektan, demikian juga melalui DOCs yang belum

sempat divaksinasi. Namun sebaliknya Biwas et al (2009) menyatakan peternakan


(34)

tinggi. Negara yang dijadikan objek penelitian Metras adalah Ethiopia, Kenya, Ghana, Nigeria dan Indonesia.

2.5. Penelitian Terdahulu yang Menyangkut Model CGE

Beberapa penelitian sebelumnya tentang flu burung telah dilakukan baik oleh peneliti dalam negeri maupun negara lain diantaranya adalah Chang (2006) melakukan penelitian tentang flu burung. Penelitian ini menganalisis dampak potensial flu burung terhadap ekonomi makro dan industri di Taiwan. Dengan menggunakan pendekatan CGE Chang membuat simulasi dampak negatif dari adanya virus flu burung terhadap penurunan konsumsi domestik, eksport dan penawaran tenaga kerja. Kesimpulan yang diperoleh bahwa pandemik flu burung tidak hanya merugikan sektor unggas tapi juga berdampak pada ekonomi secara keseluruhan. Penelitian ini di fokuskan pada penilaian secara komprehensif terhadap dampak dari flu burung di Taiwan khususnya mengenai efek keterkaitan antar sektor.

Dampak negatif flu burung juga telah diteliti oleh Oktaviani (2008). Model yang digunakan adalah kombinasi model INDOF dan WAYANG. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kontribusi sektor unggas terhadap perekonomian Indonesia tidak terlalu signifikan, namun penurunan output yang dialami oleh sektor-sektor yang terkait dengan sektor unggas tersebut secara simultan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari turunnya nilai PDB riil pada semua simulasi. Serangan flu burung memicu inflasi sehingga dilihat dari PDB dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga mengalami penurunan disemua simulasi. Inflasi juga akan menyebabkan daya saing poduk Indonesia di pasar Internasional mengalami penurunan sehingga tidak mengherankan jika nilai ekspor Indonesia juga mengalami penurunan. Selanjutnya, turunnya daya saing juga akan menyebabkan kenaikan impor. Kombinasi dari turunnya ekspor dan kenaikan impor akan menyebabkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit.

CGE dapat digunakan untuk menganalisa aspek makro dan mikro khususnya tentang distribusi pendapatan dan perilaku rumah tangga ( Benjamin 1996; Philippidis and Hubbard 2005). Lebih jauh dari itu Greener (1993), Arndt dan Tarp (2000) dan Jensen (2002) menjelaskan bahwa model CGE dapat


(35)

dipergunakan untuk meninjau ulang kebijakan perdagangan sektor pertanian

khususnya negara berkembang. Hal ini sejalan dengan Diao et al (2009) yang

melakukan penelitian tentang flu burung di Ghana. Penelitian ini menggunakan

CGE dinamik dan menganalisa aspek mirko dan makro eonomi. Diantara kesimpulannya adalah penurunan permintaan daging ayam 40 persen menyebabkan penurunan lebih dari 40 persen penurunan produksi domestik. Besarnya impor juga akan turun jika respon negatif masyarakat kuat sekali terhadap kasus ini khususnya yang berkaitan dengan permintaan ayam maka harga ayam domestik akan naik dengan kondisi kekurangan permintaan dan terdapat peningkatan konsumsi terhadap makanan subtitusi ayam misalnya jagung dan kedelai, jadi penurunan permintaan terhadap ayam akan memeberi peningkatan produksi dan keuntungan pada produsen jagung, kedelai dan makanan lain.

                           


(36)

(37)

BAB III

KERANGKA TEORITIS MODEL KESEIMBANGAN UMUM

Pada bab ini akan dijelaskan teori yang mendukung penelitian bagian yang kedua, yang berkaitan dengan pemodelan CGE, yaitu tentang Teori Keseimbangan Umum, Ciri Kondisi Keseimbangan Umum, Keseimbangan Produksi, Keseimbangan Konsumsi, Keseimbangan Simultan di Sektor Produksi dan Konsumsi Serta Konsep Dasar Model CGE.

3.1.Teori Keseimbangan Umum

Teori keseimbangan umum dibahas dalam berbagi literatur ekonomi, namun pada intinya teori keseimbangan umum adalah teori yang menjelaskan tentang keberadaan pasar sebagai suatu sistem dalam suatu perekonomian yang terdiri atas beberapa macam pasar (misalnya pasar input dan pasar output) yang memiliki kaitan antara satu pasar dengan pasar lainnya. Dengan adanya kaitan tersebut, maka setiap perubahan pada satu pasar akan berpengaruh terhadap kinerja pasar lainnya. Model keseimbangan umum pertama kali dikembangkan oleh Leon Walras yang mengemukakan bahwa semua harga dan kuantitas barang di semua pasar ditentukan secara simultan melalui proses interaksi satu dengan lainnya. Hal ini dapat diartikan dalam suatu sistem perekonomian, perubahan keseimbangan pada suatu pasar tidak hanya berdampak terhadap sektor atau komoditas itu sendiri, tetapi juga berdampak terhadap sektor atau komoditas serta berbagai aktivitas ekonomi lainnya melalui keterkaitan harga. Dalam beberapa kasus dampak suatu kebijakan lebih tepat dianalisis berdasarkan teori keseimbangan umum dibandingkan dengan teori keseimbangan parsial.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa teori keseimbangan umum menjelaskan bahwa pasar sebagai suatu sistem terdiri dari beberapa pasar yang saling terkait. Keseimbangan umum terjadi apabila permintaan dan penawaran pada masing-masing pasar dalam sistem tersebut berada dalam kondisi keseimbangan secara simultan. Tingkat harga keseimbangan yang terwujud merupakan solusi dari sistem persamaan simultan yang menggambarkan hubungan setiap pelaku ekonomi dan keseimbangan di setiap pasar.


(38)

Menurut teori keseimbangan umum, apabila dalam kondisi keseimbangan

terjadi gangguan yang mengakibatkan ketidakseimbangan (disequilibrium) pada

satu pasar, maka akan diikuti oleh penyesuaian di pasar yang bersangkutan dan selanjutnya terjadi proses penyesuaian di pasar lainnya (simultaneous adjustment) yang membawa perekonomian secara keseluruhan kembali pada kondisi keseimbangan yang baru. Mekanisme pencapaian keseimbangan pada semua jenis barang di semua pasar yang berlaku bagi produsen dan konsumen disebut sebagai analisis keseimbangan umum (general equilibrium analysis).

Keseimbangan umum menggunakan asumsi Walras, yaitu andaikan ada n

pasar, dan jika n-1 pasar sudah berada dalam keseimbangan, maka seluruh n pasar akan berada dalam keseimbangan. Pembuktian Walras mengenai adanya titik keseimbangan umum tersebut dilakukan dengan menggunakan matematika

formal. Walras menyimpulkan bahwa sejumlah n fungsi excess demand tidak

tergantung pada fungsi lainnya. Formula ini dapat dituliskan sebagai berikut:

( )

0

1

=

=

P

ED

P

i i n

i

(1)

dimana:

i

ED

(P) = excess demand untuk barang i

i

P

= harga untuk barang ke i

Persamaan di atas berarti bahwa total excess demand terjadi pada seluruh jenis barang atau komoditas yang diproduksi (Nicholson 1994). Apabila nilai semua komoditas yang ditawarkan di pasar sama dengan nilai komoditas yang diminta di pasar, sedangkan harga-harga (dalam hal ini harga relatif) diketahui

pada saat pasar ke n-1 ada keseimbangan, maka dalam pasar yang sisanya akan

ada keseimbangan juga.

Model CGE merupakan sebuah pendekatan komprehensif yang

merangkum model multimarket dan menggunakan keseimbangan pasar sebagai elemen dasar analisisnya. Sebuah model CGE menggambarkan agen-agen pelaku ekonomi dan perilakunya, sehingga membawa pasar-pasar yang berbeda ke dalam suatu keseimbangan (Hakim 2004). Pada formulasi model CGE, terdapat keterkaitan antar pelaku ekonomi, yaitu perusahaan atau industri, rumah tangga, investor, pemerintah, importir, eksportir dan antar pasar komoditas yang berbeda.


(39)

Seluruh pasar berada dalam keadaan keseimbangan dan mempunyai struktur yang spesifik untuk mencapai keseimbangan apabila terdapat guncangan pada salah satu pasar (Oktaviani, 2001).

Secara umum model CGE memuat persamaan-persamaan, variabel-variabel eksogen dan parameter, variabel-variabel-variabel-variabel endogen dan bentuk-bentuk fungsi dari persamaan. Sistem persaman dibentuk oleh subsistem-subsistem persamaan yang secara umum meliputi produksi, pasar tenaga kerja, faktor renumerasi, pendapatan disposible, kelembagaan (rumah tangga dan pemerintah), tabungan dan investasi, permintaan produk, pasar eksternal, keseimbangan pasar

produk dan numeraire (Sadoulet 1992). Persamaan-persamaan yang membentuk

model CGE biasanya dikelompokkan menjadi blok-blok persamaan seperti blok produksi, blok konsumsi, blok ekspor-impor, blok investasi, dan blok kliring pasar.

Model CGE dapat digunakan untuk mensimulasi dampak dari kebijakan perdagangan dan dampak perubahan ekonomi dari berbagai paket kebijakan

pemerintah. Adapun menurut Yeah et al (1994) bahwa penggunaan model CGE

tidak hanya pada model perdagangan internasioal tetapi juga pada perencanaan pembangunan, keuangan, lingkungan, manajemen sumberdaya, dan perubahan transisi dan ekonomi pasar. Model tersebut dapat menganalisis sensitivitas dari alokasi sumberdaya karena adanya perubahan dari sektor eksternal sementara analisis keseimbangan parsial mengasumsikan bahwa sumberdaya bersifat tetap. Selanjutnya, landasan teori ekonomi mikro yang digunakan meliputi parameter elastisitas dan input-output data, sehingga model CGE merupakan alat analisis eksperimental untuk menganalisis perubahan ekonomi.

Kondisi keseimbangan di berbagai pasar dicerminkan oleh empat kuadran pada Gambar 2. Diasumsikan bahwa seluruh faktor produksi digunakan secara

penuh (fully employed), tingkat produksi agregat ditunjukan oleh kurva

kemungkinan produksi frontier yang terletak pada kuadran IV, yang mencerminkan kemungkinan transformasi antara tujuan ekspor (E) dan tujuan pasar domestik (D). Barang yang di ekspor (E) digunakan untuk mendapatkan barang impor (M) melaui transaksi perdagangan di pasar pertukaran luar negeri


(40)

diantara kedua barang tersebut menghasilkan neraca perdagangan (balance of

trade ). Barang produksi domestik yang tidak diekspor (D) dijual di pasar

domestik yang dilukiskan pada kuadran III. Berkorespondensi dengan ke tiga kuadran tersebut di atas, tingkat konsumsi frontier di kuadran II dipasok dari kombinasi barang domestik (D) dan impor (M)

Sumber : Sadoulet dan De Janvry (1992)

Gambar 2. Keseimbangan Ekonomi Makro dan Model Keseimbangan Umum Keterangan : M = komoditas impor, E = Komoditas ekspor, D = Komoditas

domestic, C = Tingkat konsumsi frontier, P = Tingkat produksi

Frontier, PE/Pd = harga ekspor relatif terhadap harga domestik,

dan Pd/PM = harga domestik relatif teehadap harga impor.

Kuadran I mengasumsikan tidak ada foreign capital inflow dan volume

ekspor maupun impor adalah sama yag dilukiskan oleh lereng garis balance of

trade. Pada kuadran II, kecuraman kurva utilitas merupakan fungsi dari tingkat konsumsi frontier pada titik C dan harga relatif keseimbangan Pd / PM. Adapun pada sisi produksi di kuadran IV yang berkaitan dengan tingkat produksi sebesar P, dimana kecuraman lereng kurva kemungkinan produksi frontier ditentukan oleh

Kemungkinan Produksi 

Frontier Q=Q(E,D) 

D

Balance of Trade (BOT)  Utilitas 

PE/Pd

M

Konsumsi  frontier 

Pasar Domestik  Pd/PM 

P

E C 


(41)

harga relatif barang ekspor dan domestik (PE/Pd). Selanjutnya, solusi keseimbangan ekonomi makro dalam model ini dapat diamati pada kuadran II yang menunjukan permintaan konsumen, yaitu tingkat utilitas tertentu pada saat konsumsi sebesar C dan tingkat produksi sebesar P.

Merebaknya virus AI menyebabkan perubahan harga relatif dan akan merubah lereng kurva utilitas dapat dilihat pada Gambar 3. Daging unggas termasuk produk yang diekspor dan diimpor, dengan adanya serangan virus AI maka terjadi penurunan volume Ekspor dan Impor daging unggas. Disisi lain juga terjadi penurunan permintaan daging unggas oleh masyarakat. Elastisitas permintaan daging unggas domestik sangat elastis, sehingga akan merubah rasio harga relatif (Term of Trade) menjadi seperti dibawah ini :

Gambar 3 Perubahan Harga Relatif

Ketika terjadi serangan virus AI, terjadi perubahan permintaan daging unggas domestik. Hal ini menyebabkan penurunan penawaran produk unggas

domestik dan menyebabkan harga produk impor (PM ) relatif lebih murah

M

Kemungkinan Produksi Frontier Q=Q(E,D)

 D

Balance of Trade (BOT)

 

d E

d E

P

P

P

P

<

 

Konsumsi frontier

Pasar Domestik M

d M

d

P

P

P

P

>

 

P


(42)

sehingga rasio harga ( M

d

P

P

) menjadi lebih tinggi, sehingga kurva utilitas menjadi

lebih curam. Demikian juga halnya harga produk ekspor untuk daging unggas menjadi relatif lebihrendah sehingga rasio harga ekspor (PE ) dan harga domestik (Pd) menjadi lebih rendah. Hal ini mengakibatkan kurva utilitas menjadi landai.

3.1.1. Ciri Kondisi Keseimbangan Umum

Menurut Nicholson (1994), ciri-ciri dari kondisi keseimbangan umum adalah terjadinya efisiensi pareto. Kriteria pareto menyatakan bahwa sesuatu perubahan dianggap sebagai perubahan yang membawa kebaikan, jika perubahan tersebut mengakibatkan beberapa orang menjadi lebih baik namun tidak seorangpun menjadi lebih buruk. Dengan demikian, apabila telah tercapai suatu kondisi dimana satu pihak tidak dapat meningkatkan kepuasannyata tanpa mengurangi kepuasan pihak-pihak yang lainnya, maka kondisi ini disebut Pareto Optimum.

Efisiensi pareto terjadi pada saat keseimbangan umum tercapai melalui mekanisme pasar persaingan sempurna. Konsep efisiensi pareto mencakup tiga jenis efisiensi, yaitu efisiensi alokasi sumber (keseimbangan produksi), efisiensi distribusi komoditas (keseimbangan konsumsi) dan efisiensi kombinasi produk (keseimbangan simultan di sektor produksi dan konsumsi). Di bawah ini dibahas masing-masing keseimbangan (keseimbangan produksi, konsumsi dan simultan) tersebut dengan contoh kasus satu orang konsumen, dua faktor produksi ( tenaga kerja dan kapital) dan dua komoditas (x1 dan x2).

3.1.2. Keseimbangan Produksi

Nicholson (1994) berpendapat bahwa produsen akan berada dalam kondisi

keseimbangan apabila Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS) antara

dua faktor produksi yang digunakan sama dengan rasio harga dari kedua faktor produksi tersebut. Dengan demikian, untuk penggunaan dua faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan capital (K), maka keseimbangan produksi akan tercapai pada saat MRTSIk =w1/w2 dimana w1 adalah harga faktor L dan w2 harga faktor K. Pada


(1)

21

 

 

Lampiran 5

DAFTAR ELASTISITAS

SEKTOR NAMA

SEKTOR CES

CET

Prodelas

Sector1

Pangan (padi,jagung,kedelai)

2.9

0.65 0.239

Sector2

Tanaman pangan lainnya

2.9

0.65 0.239

Sector3

Pertanian tanaman lainnya

3.3

0.65 1.26

Sector4

Daging unggas (peternakan tradisional)

1.9

0.75 1.68

Sector5

Daging unggas (peternakan menengah

dan besar)

3.3

0.65 1.26

Sector6

Telur

1.9

0.75 1.68

Sector7

Pemotongan hewan

2.6

0.45 1.12

Sector8

Peternakan dan hasil lainnya

2.9

0.65 0.239

Sector9

Kehutanan dan hasil perburuan

6.2

0.65 0.2

Sector10

Perikanan

3.7

0.65 1.26

Sector11

Pertambangan batubara,biji

logam,minyak bumi

2.2

0.75 1.26

Sector12

Pertambangan dan penggalian lainnya

2.9

0.65 0.239

Sector13

Beras

2.9

0.65 0.239

Sector14

Pakan ternak

3.3

0.65 1.26

Sector15

Industri makanan lainnya

1.9

0.75 1.68

Sector16

Industri pemintalan,tekstil,kulit

3.3

0.65 1.26

Sector17

Industri kayu dan hasilnya

1.9

0.75 1.68

Sector18

Industri kertas,percetakan dan alat

angkut

2.6

0.45 1.12

Sector19

Industri kimia

2.9

0.65 0.239

Sector20

Farmasi

6.2

0.65 0.2

Sector21

Industri pupuk,hasil tanah liat,semen

3.7

0.65 1.26

Sector22

Listrik,gas,air bersih

2.2

0.75 1.26

Sector23

Konstruksi

2.9

0.65 0.239

Sector24

Perdagangan

2.9

0.65 0.239

Sector25

Restauran

3.3

0.65 1.26

Sector26

Perhotelan

1.9

0.75 1.68

Sector27

Angutan darat

3.3

0.65 1.26

Sector28

Angkutan udara,angktn.air, dan

komunikasi

1.9

0.75 1.68

Sector29

Jasa penunjang angkutan,pergudangan

2.6

0.45 1.12

Sector30

Bank dan asuransi

2.9

0.65 0.239

Sector31

Real estate dan jasa perusahaan

6.2

0.65 0.2

Sector32

Pemerintahan,pertahanan,kesehatan,jasa

lainnya

3.7

0.65 1.26

 

 

 

 


(2)

22

 

 

Lampiran 6


(3)

1 Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 51 1 1 4 0 2 1 3000 101 0 1 1 0 1 1 178 2 mati/tdk umur penddikn t tujuan lama pengl penghsln jum ternak 52 1 2 3 0 3 2 2400 102 1 1 2 0 2 2 259 3 0 2 2 0 2 3 1500 53 0 1 3 0 1 2 2000 103 0 1 1 0 1 1 2000 4 0 1 1 1 1 1 4500 54 1 1 4 0 1 1 5000 104 0 1 1 0 1 1 5000 5 0 1 1 1 1 1 3500 55 1 1 3 0 1 1 4000 105 0 1 1 0 1 1 3700 6 0 1 1 1 1 1 3100 56 1 2 3 0 1 1 5000 106 0 1 1 0 1 1 3100 7 1 1 1 0 1 1 8000 57 1 1 2 0 1 1 5000 107 1 2 1 1 3 3 7500 8 0 1 1 1 1 1 4000 58 1 1 3 0 1 1 3000 108 0 1 1 0 1 1 4500 9 0 1 1 1 1 1 1500 59 1 2 3 0 1 1 2000 109 0 1 1 0 1 1 1700 10 0 2 1 1 3 1 1200 60 1 1 3 0 1 1 2000 110 0 1 1 0 1 1 1300 11 1 1 3 1 1 1 6000 61 1 1 3 0 1 1 2000 111 1 2 3 1 3 4 5500 12 0 1 4 0 2 4 50 62 1 2 2 1 1 1 2000 112 0 1 1 0 1 1 60 13 1 1 3 1 3 4 15 63 1 1 3 0 1 2 1500 113 1 2 3 1 3 4 21 14 0 1 3 0 1 2 100 64 0 1 4 0 3 4 13 114 0 1 1 0 1 1 125 15 0 1 3 0 1 1 2200 65 1 1 4 1 3 4 20 115 0 1 1 0 1 1 1200 16 0 1 3 0 1 1 1500 66 1 1 3 1 1 3 60 116 0 1 1 0 1 1 1500 17 0 1 3 0 1 2 100 67 1 1 3 1 1 4 10 117 0 1 2 0 1 1 150 18 1 1 3 0 1 2 200 68 1 1 3 1 3 3 20 118 1 1 3 1 3 2 240 19 0 1 3 1 1 4 20 69 1 1 4 0 1 2 2000 119 0 1 2 0 1 1 21 20 0 1 3 1 2 4 30 70 1 1 3 0 1 1 1500 120 0 1 2 0 1 2 45 21 0 1 3 1 2 4 25 71 1 1 3 0 1 1 2000 121 0 1 1 0 2 1 67 22 0 1 3 1 2 4 40 72 1 1 3 1 1 4 20 122 0 1 1 0 1 2 45 23 0 1 3 1 1 4 100 73 1 1 3 1 1 4 20 123 0 1 1 0 1 1 125 24 1 1 4 0 1 4 100 74 1 2 3 1 1 4 20 124 1 2 4 1 2 4 150 25 0 1 4 1 1 0 100 75 1 1 3 1 1 4 7 125 0 1 2 0 1 0 179 26 0 1 3 0 1 4 100 76 1 1 4 1 1 4 8 126 1 2 3 1 3 3 560 27 0 1 3 0 1 3 200 77 1 1 3 1 1 3 20 127 1 2 3 1 3 2 240 28 1 1 3 0 1 4 100 78 1 1 3 1 1 4 20 128 0 1 2 0 1 1 35 29 0 1 2 1 3 4 100 79 1 1 3 1 1 4 15 129 0 1 2 0 1 2 45 30 0 1 3 0 2 4 100 80 1 1 3 0 2 4 50 130 0 1 1 0 2 1 68 31 0 1 3 0 1 4 50 81 1 2 3 1 3 4 50 131 0 2 1 1 1 2 45 32 1 1 3 1 2 4 50 82 1 1 3 1 2 4 56 132 0 1 1 0 1 1 125 33 0 1 3 1 1 4 50 83 1 1 4 1 1 3 100 133 1 2 4 1 2 4 150 34 1 1 3 1 2 4 50 84 1 2 2 1 3 4 70 134 0 1 2 0 1 1 200 35 0 1 3 1 3 4 10 85 1 1 4 1 2 4 71 135 1 2 3 1 3 3 600 36 0 1 3 0 2 4 200 86 1 1 2 1 1 4 78

37 0 1 4 0 2 4 25 87 1 2 3 1 3 4 95 38 1 1 4 0 2 4 50 88 1 2 4 1 2 4 60 39 1 1 3 1 2 4 30 89 1 1 2 1 1 2 103 40 1 1 4 1 2 4 21 90 1 1 1 1 2 2 109 41 1 1 4 1 1 4 15 91 1 1 4 1 1 2 210 42 1 1 4 1 1 4 15 92 1 2 4 1 3 3 91 43 1 1 4 0 1 1 1000 93 1 1 1 0 2 3 102 44 1 1 2 0 1 3 3000 94 0 1 3 1 2 3 20 45 1 1 1 0 1 1 3000 95 1 2 3 1 2 3 19 46 0 1 3 0 2 1 1000 96 1 1 4 0 1 1 67 47 1 2 3 0 1 2 1000 97 1 1 4 0 1 1 150 48 1 2 1 1 1 1 3000 98 0 2 2 0 1 1 69 49 1 1 4 1 3 4 2000 99 1 2 2 0 1 1 402 50 1 1 4 1 2 2 2000 100 0 1 4 0 1 1 205


(4)

1 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 48 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 95 1 1 0 0 0 1 1 4 2 2 2 3

2

Tempat Jrk antr  kdng

Jrk  dgn 

psr Sal air 

limbah  kolam

density/ m2

Jenis 

kandang Jenis 

alas  kandang

Kbrsihn 

kandang Kebersiha n tempat  pakan

Kebersih an tp  minum

Kbersihn 

hal kdng

49 0 0 1 1 0 0 1 2 2 3 3 2 96 1 1 0 0 0 0 1 3 3 3 3 2 3 0 1 1 1 1 1 0 3 2 2 2 2 50 0 1 1 1 1 0 1 2 2 2 2 2 97 0 0 0 1 0 0 0 3 2 2 2 1 4 0 1 0 1 0 1 0 3 2 2 2 2 51 0 0 0 1 0 1 1 2 2 2 2 2 98 0 0 0 1 0 1 1 3 3 3 2 1 5 0 0 1 0 0 1 0 3 2 2 2 2 52 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 1 99 0 0 0 1 0 0 0 2 2 2 2 2 6 0 1 0 1 0 1 0 3 2 2 2 2 53 1 1 0 1 0 1 1 4 3 3 3 3 100 0 0 0 1 0 0 0 3 2 2 2 1 7 0 1 0 0 0 1 0 3 2 2 2 2 54 0 1 1 1 0 1 1 4 3 2 2 3 101 1 1 1 1 1 0 0 3 2 2 2 1 8 0 1 0 0 0 1 0 3 2 2 2 2 55 0 1 1 1 0 1 1 4 3 2 2 3 102 0 0 0 1 0 0 0 2 2 2 2 3 9 0 0 0 0 0 1 0 3 2 2 2 2 56 0 1 1 1 0 1 1 4 3 2 2 3 103 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 10 1 0 0 0 0 1 0 3 2 2 2 2 57 0 1 1 1 0 1 1 4 3 2 2 3 104 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 11 0 0 0 0 0 1 0 3 2 2 2 2 58 0 0 1 1 0 1 1 4 3 3 3 3 105 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 12 0 0 1 1 1 0 0 3 2 2 2 2 59 0 1 1 1 0 1 0 3 2 3 3 2 106 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 13 0 1 1 1 1 0 0 3 2 2 2 2 60 0 1 1 1 0 1 1 4 2 2 2 2 107 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 14 1 0 0 1 1 1 1 4 3 3 3 3 61 0 1 1 1 0 1 1 4 2 3 3 2 108 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 2 2 15 0 0 0 0 0 1 0 3 2 2 2 2 62 0 1 1 1 0 1 1 4 2 2 2 2 109 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 16 0 0 0 0 0 1 0 3 2 2 2 2 63 0 1 1 1 0 1 1 4 3 2 2 2 110 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 17 0 1 1 1 0 0 1 4 3 3 3 3 64 1 0 0 1 0 0 1 4 3 3 3 3 111 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 18 0 1 1 1 1 0 1 4 3 3 3 3 65 0 1 0 0 0 0 1 4 3 3 3 3 112 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 1 19 0 1 1 1 1 1 0 3 2 2 2 2 66 1 1 1 1 0 1 1 4 2 3 3 2 113 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 20 0 1 1 1 1 0 0 3 2 2 2 2 67 0 1 0 1 0 1 1 4 2 2 2 2 114 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 21 1 1 1 1 1 0 0 3 2 2 2 2 68 0 1 1 0 0 1 1 4 2 2 2 2 115 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 1 22 0 1 0 1 1 0 0 3 2 2 2 2 69 0 1 0 0 0 1 1 2 2 2 2 2 116 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 2 2 23 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 70 0 1 0 1 0 1 1 4 2 3 3 2 117 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 1 24 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 71 0 0 0 1 0 1 1 4 2 2 2 3 118 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 25 0 1 0 1 1 0 1 4 2 2 2 2 72 1 1 0 1 0 1 1 4 2 2 2 2 119 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 2 2 26 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 73 1 1 0 1 0 1 1 4 2 2 2 2 120 0 0 0 1 0 0 0 1 2 1 2 2 27 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 74 1 1 0 1 0 0 1 4 2 3 3 2 121 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 28 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 75 1 1 0 1 0 1 1 4 2 3 3 2 122 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 2 2 29 1 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 76 1 1 0 1 0 0 1 4 2 3 3 2 123 0 0 0 0 0 1 0 2 2 1 2 2 30 0 1 0 1 1 1 0 3 2 2 2 2 77 0 1 0 1 0 1 1 4 2 3 3 2 124 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 31 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 78 0 1 0 1 0 1 1 4 2 3 3 2 125 0 0 0 0 1 0 1 3 1 2 2 2 32 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 79 0 0 0 1 0 1 1 4 3 3 3 3 126 1 1 0 1 1 1 1 3 3 3 3 3 33 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 80 0 1 0 1 0 1 1 4 2 2 2 2 127 1 1 0 1 1 1 1 3 3 1 3 3 34 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 81 1 1 1 1 1 0 1 4 3 3 2 3 128 1 1 0 0 1 1 1 3 3 1 3 3 35 1 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 82 1 1 0 1 1 0 1 4 3 3 2 3 129 0 0 0 0 0 1 1 3 3 1 3 2 36 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 83 0 1 0 1 1 0 0 2 3 3 2 3 130 0 0 0 1 0 1 1 3 2 1 3 2 37 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 84 1 1 1 1 1 0 1 3 3 2 3 2 131 0 1 0 0 0 0 1 2 2 1 3 2 38 0 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 85 1 1 0 1 0 0 1 3 3 3 3 2 132 0 0 0 1 0 0 1 2 2 1 3 2 39 1 1 0 1 1 1 0 3 2 2 2 2 86 1 0 0 0 0 0 1 3 3 3 3 2 133 0 0 0 0 0 1 1 2 2 1 3 2 40 1 1 0 1 1 1 1 4 2 2 2 2 87 1 1 0 0 0 1 0 3 3 3 3 2 134 0 1 0 1 1 1 1 2 2 1 3 2 41 1 1 0 1 1 0 0 3 2 2 2 2 88 1 0 1 1 1 0 1 3 3 2 3 3 135 0 0 0 0 1 0 0 2 2 1 3 2 42 0 1 0 1 1 0 0 3 2 2 2 2 89 0 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 3

43 0 0 0 1 1 1 0 3 2 2 2 1 90 0 1 1 1 1 0 0 2 2 2 2 3 44 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2 1 91 0 0 1 0 0 1 0 2 2 2 2 2 45 0 0 0 1 1 1 0 3 2 2 2 2 92 1 1 1 1 1 0 0 3 2 2 3 3 46 1 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 93 1 1 1 1 0 0 1 3 2 2 2 2 47 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 94 1 1 0 0 0 1 1 4 3 3 2 2


(5)

1 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 47 0 1 0 0 0 1 0 93 1 1 1 0 0 1 0

2 Memiliki 

unggas  domestik

Kberadaa n  binatang  lain

kotoran  unt pupuk

unggas  brkeliarn 

campur  milik org  lain

Unggas  dilepas

Sumber  pakan  ternak

Pcampura n ayam  afkir dg  baru

48 0 1 0 0 0 1 0 94 1 1 0 0 0 1 0

3 0 1 0 0 1 3 0 49 0 0 0 0 0 1 0 95 1 1 0 0 1 1 0

4 0 1 0 0 0 1 0 50 0 0 0 0 0 1 0 96 1 1 0 1 1 2 0

5 0 1 0 0 0 1 0 51 0 1 0 0 0 1 0 97 1 0 0 1 1 2 0

6 0 1 0 0 0 1 0 52 1 1 1 0 0 1 0 98 1 1 1 1 0 1 0

7 0 1 0 0 0 1 0 53 1 1 0 0 0 1 0 99 1 1 0 0 0 1 1

8 0 1 0 0 0 1 0 54 0 1 0 0 0 1 0 100 1 1 0 0 0 1 0

9 0 1 0 0 0 1 0 55 0 1 0 0 0 1 0 101 0 0 0 0 0 1 0

10 0 1 0 1 0 1 0 56 0 1 0 0 0 1 0 102 1 1 1 0 0 1 0

11 0 1 0 0 0 1 0 57 0 1 0 0 0 1 0 103 0 0 0 0 0 1 0

12 0 1 1 0 0 2 0 58 0 1 0 0 0 1 0 104 0 0 0 0 0 1 0

13 0 1 0 0 0 3 0 59 0 1 0 0 0 1 0 105 0 0 0 0 0 1 0

14 1 1 0 1 1 3 0 60 1 1 0 0 0 1 0 106 0 0 0 0 0 1 0

15 0 1 0 0 0 1 0 61 0 1 0 0 0 1 0 107 1 1 1 1 1 1 1

16 0 1 0 0 0 1 0 62 1 1 0 0 0 1 0 108 0 0 0 0 0 1 0

17 0 1 0 0 1 2 0 63 0 1 0 0 0 1 0 109 0 0 0 0 0 1 0

18 1 1 1 0 1 2 0 64 0 1 0 0 1 3 0 110 0 0 0 0 0 0 0

19 0 1 0 0 0 2 0 65 0 1 0 1 1 3 0 111 1 1 1 1 1 3 1

20 0 1 0 0 0 3 1 66 1 1 0 1 1 2 0 112 0 0 0 0 0 1 0

21 0 1 0 0 0 3 1 67 1 1 1 1 1 3 0 113 1 1 1 1 1 3 1

22 0 1 0 0 0 3 0 68 0 1 0 1 1 3 0 114 0 0 0 0 0 1 0

23 1 1 0 1 1 3 0 69 0 0 0 0 0 1 0 115 0 0 0 0 0 1 0

24 1 1 0 1 1 3 0 70 0 1 0 0 0 1 0 116 0 0 0 0 0 1 0

25 1 1 0 1 1 3 0 71 0 1 0 0 0 1 0 117 0 0 0 0 0 1 0

26 1 1 0 1 1 3 0 72 1 1 0 1 1 2 0 118 1 1 1 1 1 2 1

27 1 1 0 1 1 1 0 73 0 1 0 1 1 2 0 119 0 0 0 0 0 1 0

28 1 1 0 1 1 1 0 74 1 0 0 1 1 2 0 120 0 0 0 0 0 1 1

29 1 1 0 0 0 1 0 75 0 1 0 1 1 2 0 121 0 1 0 0 0 2 1

30 1 1 0 1 0 1 0 76 0 0 0 1 1 3 0 122 0 0 0 0 0 1 0

31 1 1 0 1 1 1 0 77 0 0 0 1 1 3 0 123 1 0 0 1 1 1 0

32 1 1 0 1 1 3 0 78 0 0 1 1 1 3 0 124 1 1 0 1 1 3 0

33 1 1 0 1 1 3 0 79 0 1 0 1 1 2 0 125 0 1 0 0 0 2 0

34 1 1 0 1 1 3 0 80 0 1 0 0 1 2 0 126 1 1 1 1 1 3 1

35 1 1 0 1 1 3 1 81 1 0 1 1 1 2 1 127 1 1 1 1 1 2 1

36 1 1 0 1 1 3 0 82 1 0 1 1 0 3 0 128 0 0 0 1 0 1 0

37 1 1 0 1 1 3 1 83 1 1 0 0 0 1 0 129 0 0 0 1 0 1 1

38 1 1 0 1 1 3 1 84 1 1 0 0 0 2 1 130 0 1 0 1 0 2 1

39 0 1 1 1 0 3 0 85 1 1 1 1 0 2 1 131 0 0 0 1 0 1 0

40 1 1 0 1 1 3 1 86 1 1 0 0 0 2 1 132 1 0 0 1 1 1 0

41 0 1 1 1 0 3 1 87 1 1 0 0 0 1 0 133 1 1 0 1 1 3 0

42 1 1 1 1 0 3 1 88 1 1 1 0 0 2 1 134 0 1 0 1 0 2 0

43 1 1 0 0 0 1 0 89 0 1 1 0 0 1 0 135 1 1 1 1 1 3 1

44 0 0 0 0 0 1 0 90 0 1 1 0 0 1 0

45 0 0 0 0 0 1 0 91 0 1 1 0 0 1 0


(6)

1 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 47 0 0 0 0 0 0 3 0 3 1 1 1 93 1 0 0 0 0 1 3 2 1 1 2 0

2 Pencamp

uran 

unggas 

baru n 

lama Barang  kotor Jika  kontak   unggas  lain Sabung  ayam densifek

tan tp 

hari Kontak  

terinfeks i

Pemberia n vaksin

Frekw  kontak  unggas 

dipasar Tindaka n jk mati

Melapor kan  ternak  mati frekw   penyulu han Pensu ciham aan  48

0 0 0 0 0 0 3 0 3 1 3 1 94

1 0 0 0 1 0 3 2 1 1 3 1

3 0 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 49 0 0 0 0 1 0 2 2 2 1 4 1 95 1 0 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 4 0 1 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 50 0 0 0 0 1 0 2 1 2 1 4 1 96 1 1 1 1 0 0 3 2 1 0 3 1 5 0 1 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 51 0 0 0 0 0 0 3 0 1 1 2 1 97 0 0 0 0 1 1 3 2 1 0 4 1 6 0 0 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 52 0 0 0 0 0 0 2 0 2 1 1 1 98 0 0 0 0 1 0 3 2 2 0 3 1 7 0 1 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 53 0 0 0 0 0 1 2 2 2 0 2 1 99 1 1 1 0 1 1 3 2 2 1 2 1 8 0 1 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 54 0 0 0 0 0 1 2 2 2 0 2 1 100 1 1 1 0 0 0 3 1 1 0 2 1 9 0 1 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 55 0 1 0 0 0 1 2 2 1 0 1 1 101 0 0 0 0 0 0 3 1 2 0 2 0 10 0 1 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 56 0 1 0 0 0 1 2 2 2 0 2 1 102 1 0 1 0 0 1 2 2 1 1 2 1 11 0 1 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 57 0 1 0 0 0 1 2 2 1 0 2 1 103 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 1 0 12 0 1 0 0 0 0 4 1 3 1 4 1 58 0 1 0 0 0 1 2 2 2 0 2 1 104 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 1 1 13 0 1 0 0 0 0 4 1 2 1 4 1 59 0 0 0 0 0 1 2 2 2 0 2 1 105 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 1 0 14 0 1 0 0 0 0 4 2 2 1 4 1 60 0 1 0 0 0 1 2 2 2 0 2 1 106 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 1 0 15 0 1 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 61 0 1 0 0 0 1 2 2 2 0 2 1 107 1 1 1 1 1 1 4 1 3 1 3 1 16 0 1 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 62 0 1 0 0 0 1 2 2 2 0 2 1 108 0 0 0 0 0 0 3 0 1 0 1 0 17 0 1 0 0 0 0 4 2 1 1 4 1 63 0 1 0 0 0 1 2 2 2 0 2 1 109 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 1 0 18 0 1 1 0 0 0 4 2 2 1 4 1 64 0 0 0 0 0 1 2 0 1 0 2 1 110 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 19 0 1 0 0 0 0 4 1 3 0 3 1 65 1 0 0 0 0 1 3 0 1 0 2 1 111 1 1 1 1 1 1 4 1 3 1 3 1 20 1 1 0 0 0 0 4 1 3 0 3 1 66 0 0 0 0 0 1 2 2 1 0 2 1 112 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 1 0 21 1 1 0 0 0 0 4 1 3 0 3 1 67 1 1 0 0 0 1 3 2 2 1 2 1 113 1 1 1 1 1 1 4 2 2 1 4 1 22 0 1 0 0 0 0 4 1 3 0 4 1 68 0 0 0 0 0 1 3 1 1 0 2 1 114 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 1 0 23 1 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 69 0 1 0 0 0 1 1 2 2 0 1 1 115 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 1 0 24 1 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 70 0 1 0 0 0 1 3 2 2 0 1 1 116 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 1 0 25 1 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 71 0 1 0 0 0 1 3 2 2 0 1 1 117 0 1 0 0 0 0 2 0 1 0 1 0 26 1 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 72 1 1 0 0 0 1 3 1 2 0 1 1 118 1 1 1 1 1 1 4 2 2 1 4 1 27 1 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 73 1 1 0 0 0 1 1 1 2 1 1 1 119 0 0 0 0 0 0 3 1 3 0 3 0 28 1 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 74 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 120 1 1 0 0 0 0 2 1 3 0 3 1 29 0 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 75 1 1 0 0 0 1 1 1 2 0 1 1 121 0 0 0 0 0 0 2 1 3 0 3 0 30 0 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 76 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 122 0 0 0 0 0 0 2 1 3 0 4 1 31 1 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 77 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 123 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 1 0 32 1 1 0 0 0 0 4 0 3 0 1 1 78 1 1 0 0 0 1 2 2 1 0 1 1 124 1 1 1 1 1 1 4 1 2 1 1 1 33 0 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 79 0 0 0 0 0 1 3 1 2 0 3 1 125 1 0 0 0 0 0 3 0 1 0 1 0 34 1 1 0 0 0 0 4 0 2 0 1 1 80 0 0 0 0 0 1 2 1 2 0 2 1 126 1 1 1 1 1 1 4 2 3 1 4 1 35 1 1 1 0 0 0 4 1 2 1 4 1 81 1 1 1 1 1 0 3 2 3 1 4 1 127 1 1 1 0 1 1 4 0 1 1 4 1 36 0 1 1 0 0 0 4 0 2 1 4 1 82 1 1 1 1 1 1 3 1 2 0 3 1 128 0 0 0 0 1 1 3 0 1 0 3 0 37 1 1 1 0 0 0 4 1 2 1 4 1 83 1 1 1 1 0 0 3 1 1 1 3 1 129 1 1 0 0 1 1 2 0 1 0 3 1 38 1 1 0 0 0 0 4 1 2 1 3 1 84 1 1 1 0 1 1 3 1 2 0 3 1 130 0 0 0 0 1 1 2 0 1 0 3 0 39 1 1 1 0 0 0 4 2 2 1 4 1 85 1 0 1 0 1 0 3 1 2 1 2 1 131 0 0 0 0 1 1 2 0 1 0 4 1 40 1 1 1 0 0 0 4 2 2 1 4 1 86 1 0 1 0 1 1 3 1 2 0 3 1 132 0 0 0 0 1 1 2 0 1 0 1 0 41 1 1 1 0 0 0 4 1 2 1 4 1 87 0 0 1 0 0 0 3 2 1 1 2 0 133 1 1 1 0 1 1 4 0 1 1 1 1 42 1 1 1 0 0 0 4 1 2 1 4 1 88 0 1 1 0 1 1 4 1 2 0 2 1 134 1 0 0 0 1 1 3 0 1 0 1 0 43 0 0 0 0 1 0 3 0 3 1 3 1 89 0 0 0 0 0 0 2 2 1 0 2 1 135 1 1 1 0 1 1 4 0 1 1 4 1 44 0 0 0 0 1 0 1 0 3 1 1 1 90 1 1 1 0 0 1 2 2 1 0 2 0

45 0 0 0 0 1 0 3 0 3 1 2 1 91 1 0 1 1 0 0 3 2 1 0 3 0 46 0 0 0 0 1 0 1 0 3 0 4 1 92 1 1 0 0 0 1 3 2 1 1 2 1