Studi Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Melalui Pemetaan Penyebaran Klorofil-a dan Hasil Tangkapan di Palabuhanratu, Jawa Barat.

STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
TONGKOL MELALUI PEMETAAN PENYEBARAN KLOROFILA DAN HASIL TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA
BARAT

HARRY SATRIYANSON GIRSANG

SKRIPSI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL
MELALUI PEMETAAN PENYEBARAN KLOROFIL-A DAN HASIL
TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan sebelumnya maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2008

Harry S. Girsang
C54103061

ABSTRACT
HARRY SATRIYANSON GIRSANG. A Study of Determining Auxis Sp.
Fishing Ground By Mapping Chlorophyll-a Concentrations Spreading and
Auxis sp. Catches in Palabuhanratu, West Java. Guided by Domu Simbolon

Palabuhanratu waters is the central of potential fish catching activities in West
Java, one of it’s product which has an important value of economic is auxis fisheries.
Chlorophyll-a hold an important role as the primary producer in sea ecosystem and
become one of indicator in estimating fish locations. The purpose of this study are: to
determine chlorophyll-a spreading profile in Palabuhanratu waters, to determine the

composition of auxis catches by payang, to determine the correlation between
chlorophyll-a ingredients with auxis sp catches and to determine auxis sp. Fishing
ground in Palabuhanratu waters. The method used in this research is survey method.
Chlorophyll-a profile in March until May 2007 range from 0,240 mg m-3 to
0,600 mg m-3, with 0,375 mg m-3 in average. Chlorophyll-a ingredients dispose to
high in March, decline in April and getting higher in the middle of May.
The amount of catches in March reach 15.345 kg with 272,27 kg/setting in
CPUE’s value. The amount of auxis sp. catches in April had increase to 62.638 kg
with CPUE’s value about 701,04 kg/setting. Next in May 2007, the amount of auxis
sp catches remain 8.258 kg with CPUE’s value in 401,55 kg/setting. The percentage
value of auxis sp. sizes catched in March until May 2007 was about 27% (23.285 kg)
from 82.641 kg in totals.
Chlorophyll-a concentration in Palabuhanratu waters influenced the auxis sp.
catches after 30 days. The potential fishing ground in Palabuhanratu waters in March
until May 2007 include West of Guhagede, Karang Payung waters, Cimaja waters,
Karang Bentang, Cikepuh, Sondong Parat waters, TI Amuran waters, and Ug.
Panarikan.
Keywords : Chlorophyll-a, Auxis Sp., Palabuhanratu

ABSTRAK

HARRY S. GIRSANG. C54103061. Studi Penentuan Daerah Penangkapan Ikan
Tongkol Melalui Pemetaan Penyebaran Klorofil-a dan Hasil Tangkapan di
Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON.
Perairan Palabuhanratu merupakan sentra atau basis kegiatan penangkapan
ikan yang potensial di Jawa Barat, salah satu hasil perikanan yang memiliki nilai
ekonomis penting adalah perikanan tongkol. Klorofil-a memegang peranan penting
sebagai primary produsen dalam ekosisten bahari dan menjadi salah satu indikator
dalam estimasi keberadaan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil
penyebaran klorofil-a di perairan Palabuhanratu, menentukan komposisi hasil
tangkapan ikan tongkol oleh payang, menentukan hubungan antara kandungan
klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan tongkol dan menentukan zonasi penangkapan
ikan tongkol di perairan Palabuhanratu. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode survei.
Profil klorofil-a pada bulan Maret - Mei 2007 berkisar antara 0,240 mg m-3 –
0,600 mg m-3, dengan nilai rata-rata 0,375 mg m-3. Kandungan klorofil-a cenderung
tinggi pada bulan Maret, menurun pada bulan April dan tinggi pada pertengahan
bulan Mei.
Jumlah tangkapan untuk bulan Maret mencapai 15.345 kg dengan CPUE
sebesar 272,27 kg/setting. Jumlah hasil tangkapan ikan tongkol untuk bulan April
meningkat menjadi 62.638 kg dengan CPUE sebesar 701,04 kg/setting. Selanjutnya

pada bulan Mei 2007, jumlah tangkapan ikan tongkol hanya sebesar 8.258 kg dengan
CPUE sebesar 401,55 kg/setting. Nilai persentase ukuran ikan layak tangkap yang
didapat pada trip penangkapan nelayan payang periode bulan Maret - Mei 2007 untuk
ikan tongkol hanya sebesar 27% (23.285 kg) dari total tangkapan 82.641 kg.
Konsentrasi klorofil-a yang berada pada perairan Palabuhanratu
mempengaruhi hasil tangkapan setelah 30 hari. Zonasi atau fishing ground potensial
di perairan Palabuhanratu pada bulan Maret-Mei 2007 meliputi daerah Guhagede
bagian barat, perairan Karang Payung, perairan Cimaja, Karangbentang, Cikepuh,
perairan Sodongparat, perairan Tl. Amuran, serta Ug. Penarikan.
Kata kunci : Klorofil-a, Tongkol, Palabuhanratu

@ Hak cipta milik Harry S. Girsang, 2008
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis
dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun,
baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya

STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
TONGKOL MELALUI PEMETAAN PENYEBARAN KLOROFILA DAN HASIL TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA
BARAT


Oleh:

HARRY SATRIYANSON GIRSANG
C54103061

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

SKRIPSI

Judul Skripsi


: Studi Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol
Melalui Pemetaan Penyebaran Klorofil-a dan Hasil
Tangkapan di Palabuhanratu, Jawa Barat.

Nama Mahasiswa

: Harry Satriyanson Girsang

NRP

: C54103061

Disetujui;
I. Pembimbing,

Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si
NIP. 131 879 352

Mengetahui:
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Dr. Ir. Indra Jaya M.Sc.
NIP. 131 578 799

Tanggal lulus: 16 Januari 2008

KATA PENGANTAR

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah
”STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL
MELALUI

PEMETAAN

PENYEBARAN

KLOROFIL-A


DAN

HASIL

TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT.”
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Dr. Ir. Domu Simbolon M.Si. sebagai komisi pembimbing, atas segala saran dan
bimbingannya;

2.

Para Penguji Tamu: Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc dan Dr. Ir. Sugeng Heri
Wisudo, M.Si yang telah banyak memberi saran serta perbaikan;

3.

Bapak dan Mamak, Thanks for the life..


4.

Kak ”tetot’ Ima, B’Peb dan Big ”D”;

5.

Teman-teman atas dukungan yang diberikan;

6.

Kang ”Best guidance” Wahyu, Bp. Hendrajat, Bp. Jajat, Mang Ijat, Bp. Dadang,
Bp. Uding, Bp. Hada, Bp. Ojak, Bp. Ibrahim, Bp. Edin, Bp. Rahman.

7.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandar Lampung pada
tanggal 12 April 1985 dari pasangan Drs. S. Girsang dan
Dra. S. Ginting. Penulis adalah anak ke tiga dari empat
bersaudara. Tahun 1990 penulis mengawali pendidikan di
TK Xaverius Bandar lampung dan pada tahun 1991 penulis
melanjutkan pendidikan di SD Xaverius Bandar lampung.
Tahun 1997 penulis

melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Negeri 25 Bandar lampung dan pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikannya
di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bandar lampung.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Pengembangan
Minat dan Bakat HIMAFARIN periode 2005-2006, Anggota Club Musik Rawai
binaan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan tahun 2004 hingga sekarang,
Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa MAX!! IPB (UKM Musik IPB) tahun 2004-2007,
serta anggota Unit Kegiatan Mahasiswa PMK tahun 2003 hingga sekarang. Selain itu,
penulis juga menjadi asisten Mata kuliah Daerah Penangkapan Ikan pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis melakukan penelitian dengan judul Studi Penentuan
Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Melalui Pemetaan Sebaran Klorofil-A dan Hasil
Tangkapan di Perairan Pelabuhanratu, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan.

 

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... v
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................

1

1.2 Tujuan ............................................................................................................

3

1.3 Manfaat ...........................................................................................................

4

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penginderaan Jarak Jauh (Remote Sensing)....................................................

5

2.2 Aplikasi Citra Satelit untuk Pendeteksian Parameter Oseanografi ................

8

2.2.1 Sifat-Sifat Optik Permukaan Laut ........................................................

9

2.2.2 Aplikasi Sensor Modis untuk Pendeteksian Klorofil-a ........................ 11
2.3 Klorofil-a ........................................................................................................ 14
2.4 Deskripsi Sumberdaya Ikan Tongkol dan Penyebarannya ............................. 19
2.4.1 Klasifikasi dan Identifikasi Ikan Tongkol ............................................ 19
2.4.2 Daerah Penangkapan dan Penyebaran Ikan Tongkol ........................... 21
2.5 Unit Penangkapan Payang .............................................................................. 23
2.5.1 Metode Pengoperasian Payang ............................................................ 25
2.6 Keadaan Umum Teluk Palabuhanratu ............................................................ 25
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................... 28
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................................... 28
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 28
3.3.1 Posisi dan Waktu Penangkapan serta Hasil Penangkapan ................... 29
Halaman

STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
TONGKOL MELALUI PEMETAAN PENYEBARAN KLOROFILA DAN HASIL TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA
BARAT

HARRY SATRIYANSON GIRSANG

SKRIPSI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL
MELALUI PEMETAAN PENYEBARAN KLOROFIL-A DAN HASIL
TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan sebelumnya maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2008

Harry S. Girsang
C54103061

ABSTRACT
HARRY SATRIYANSON GIRSANG. A Study of Determining Auxis Sp.
Fishing Ground By Mapping Chlorophyll-a Concentrations Spreading and
Auxis sp. Catches in Palabuhanratu, West Java. Guided by Domu Simbolon

Palabuhanratu waters is the central of potential fish catching activities in West
Java, one of it’s product which has an important value of economic is auxis fisheries.
Chlorophyll-a hold an important role as the primary producer in sea ecosystem and
become one of indicator in estimating fish locations. The purpose of this study are: to
determine chlorophyll-a spreading profile in Palabuhanratu waters, to determine the
composition of auxis catches by payang, to determine the correlation between
chlorophyll-a ingredients with auxis sp catches and to determine auxis sp. Fishing
ground in Palabuhanratu waters. The method used in this research is survey method.
Chlorophyll-a profile in March until May 2007 range from 0,240 mg m-3 to
0,600 mg m-3, with 0,375 mg m-3 in average. Chlorophyll-a ingredients dispose to
high in March, decline in April and getting higher in the middle of May.
The amount of catches in March reach 15.345 kg with 272,27 kg/setting in
CPUE’s value. The amount of auxis sp. catches in April had increase to 62.638 kg
with CPUE’s value about 701,04 kg/setting. Next in May 2007, the amount of auxis
sp catches remain 8.258 kg with CPUE’s value in 401,55 kg/setting. The percentage
value of auxis sp. sizes catched in March until May 2007 was about 27% (23.285 kg)
from 82.641 kg in totals.
Chlorophyll-a concentration in Palabuhanratu waters influenced the auxis sp.
catches after 30 days. The potential fishing ground in Palabuhanratu waters in March
until May 2007 include West of Guhagede, Karang Payung waters, Cimaja waters,
Karang Bentang, Cikepuh, Sondong Parat waters, TI Amuran waters, and Ug.
Panarikan.
Keywords : Chlorophyll-a, Auxis Sp., Palabuhanratu

ABSTRAK
HARRY S. GIRSANG. C54103061. Studi Penentuan Daerah Penangkapan Ikan
Tongkol Melalui Pemetaan Penyebaran Klorofil-a dan Hasil Tangkapan di
Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON.
Perairan Palabuhanratu merupakan sentra atau basis kegiatan penangkapan
ikan yang potensial di Jawa Barat, salah satu hasil perikanan yang memiliki nilai
ekonomis penting adalah perikanan tongkol. Klorofil-a memegang peranan penting
sebagai primary produsen dalam ekosisten bahari dan menjadi salah satu indikator
dalam estimasi keberadaan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil
penyebaran klorofil-a di perairan Palabuhanratu, menentukan komposisi hasil
tangkapan ikan tongkol oleh payang, menentukan hubungan antara kandungan
klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan tongkol dan menentukan zonasi penangkapan
ikan tongkol di perairan Palabuhanratu. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode survei.
Profil klorofil-a pada bulan Maret - Mei 2007 berkisar antara 0,240 mg m-3 –
0,600 mg m-3, dengan nilai rata-rata 0,375 mg m-3. Kandungan klorofil-a cenderung
tinggi pada bulan Maret, menurun pada bulan April dan tinggi pada pertengahan
bulan Mei.
Jumlah tangkapan untuk bulan Maret mencapai 15.345 kg dengan CPUE
sebesar 272,27 kg/setting. Jumlah hasil tangkapan ikan tongkol untuk bulan April
meningkat menjadi 62.638 kg dengan CPUE sebesar 701,04 kg/setting. Selanjutnya
pada bulan Mei 2007, jumlah tangkapan ikan tongkol hanya sebesar 8.258 kg dengan
CPUE sebesar 401,55 kg/setting. Nilai persentase ukuran ikan layak tangkap yang
didapat pada trip penangkapan nelayan payang periode bulan Maret - Mei 2007 untuk
ikan tongkol hanya sebesar 27% (23.285 kg) dari total tangkapan 82.641 kg.
Konsentrasi klorofil-a yang berada pada perairan Palabuhanratu
mempengaruhi hasil tangkapan setelah 30 hari. Zonasi atau fishing ground potensial
di perairan Palabuhanratu pada bulan Maret-Mei 2007 meliputi daerah Guhagede
bagian barat, perairan Karang Payung, perairan Cimaja, Karangbentang, Cikepuh,
perairan Sodongparat, perairan Tl. Amuran, serta Ug. Penarikan.
Kata kunci : Klorofil-a, Tongkol, Palabuhanratu

@ Hak cipta milik Harry S. Girsang, 2008
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis
dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun,
baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya

STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
TONGKOL MELALUI PEMETAAN PENYEBARAN KLOROFILA DAN HASIL TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA
BARAT

Oleh:

HARRY SATRIYANSON GIRSANG
C54103061

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

SKRIPSI

Judul Skripsi

: Studi Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol
Melalui Pemetaan Penyebaran Klorofil-a dan Hasil
Tangkapan di Palabuhanratu, Jawa Barat.

Nama Mahasiswa

: Harry Satriyanson Girsang

NRP

: C54103061

Disetujui;
I. Pembimbing,

Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si
NIP. 131 879 352

Mengetahui:
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Indra Jaya M.Sc.
NIP. 131 578 799

Tanggal lulus: 16 Januari 2008

KATA PENGANTAR

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah
”STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL
MELALUI

PEMETAAN

PENYEBARAN

KLOROFIL-A

DAN

HASIL

TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT.”
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Dr. Ir. Domu Simbolon M.Si. sebagai komisi pembimbing, atas segala saran dan
bimbingannya;

2.

Para Penguji Tamu: Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc dan Dr. Ir. Sugeng Heri
Wisudo, M.Si yang telah banyak memberi saran serta perbaikan;

3.

Bapak dan Mamak, Thanks for the life..

4.

Kak ”tetot’ Ima, B’Peb dan Big ”D”;

5.

Teman-teman atas dukungan yang diberikan;

6.

Kang ”Best guidance” Wahyu, Bp. Hendrajat, Bp. Jajat, Mang Ijat, Bp. Dadang,
Bp. Uding, Bp. Hada, Bp. Ojak, Bp. Ibrahim, Bp. Edin, Bp. Rahman.

7.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandar Lampung pada
tanggal 12 April 1985 dari pasangan Drs. S. Girsang dan
Dra. S. Ginting. Penulis adalah anak ke tiga dari empat
bersaudara. Tahun 1990 penulis mengawali pendidikan di
TK Xaverius Bandar lampung dan pada tahun 1991 penulis
melanjutkan pendidikan di SD Xaverius Bandar lampung.
Tahun 1997 penulis

melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Negeri 25 Bandar lampung dan pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikannya
di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bandar lampung.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Pengembangan
Minat dan Bakat HIMAFARIN periode 2005-2006, Anggota Club Musik Rawai
binaan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan tahun 2004 hingga sekarang,
Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa MAX!! IPB (UKM Musik IPB) tahun 2004-2007,
serta anggota Unit Kegiatan Mahasiswa PMK tahun 2003 hingga sekarang. Selain itu,
penulis juga menjadi asisten Mata kuliah Daerah Penangkapan Ikan pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis melakukan penelitian dengan judul Studi Penentuan
Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Melalui Pemetaan Sebaran Klorofil-A dan Hasil
Tangkapan di Perairan Pelabuhanratu, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan.

 

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... v
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................

1

1.2 Tujuan ............................................................................................................

3

1.3 Manfaat ...........................................................................................................

4

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penginderaan Jarak Jauh (Remote Sensing)....................................................

5

2.2 Aplikasi Citra Satelit untuk Pendeteksian Parameter Oseanografi ................

8

2.2.1 Sifat-Sifat Optik Permukaan Laut ........................................................

9

2.2.2 Aplikasi Sensor Modis untuk Pendeteksian Klorofil-a ........................ 11
2.3 Klorofil-a ........................................................................................................ 14
2.4 Deskripsi Sumberdaya Ikan Tongkol dan Penyebarannya ............................. 19
2.4.1 Klasifikasi dan Identifikasi Ikan Tongkol ............................................ 19
2.4.2 Daerah Penangkapan dan Penyebaran Ikan Tongkol ........................... 21
2.5 Unit Penangkapan Payang .............................................................................. 23
2.5.1 Metode Pengoperasian Payang ............................................................ 25
2.6 Keadaan Umum Teluk Palabuhanratu ............................................................ 25
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................... 28
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................................... 28
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 28
3.3.1 Posisi dan Waktu Penangkapan serta Hasil Penangkapan ................... 29
Halaman

3.3.2 Klorofil-a .............................................................................................. 29
3.4 Analisis Data................................................................................................... 30
3.4.1 Analisis Klorofil-a................................................................................ 30
3.4.2 Analisis Data Hasil Tangkapan ............................................................ 31
3.4.3 Analsis Hubungan Hasil Tangkapan dengan Klorofil-a ...................... 31
3.4.4 Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Potensial .................................. 32
4. HASIL
4.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Palabuhanratu .......................................... 35
4.2 Hasil Tangkapan Ikan Tongkol ...................................................................... 40
4.2.1 Jumlah Hasil Tangkapan ...................................................................... 40
4.2.2 Ukuran (size) Hasil Tangkapan ............................................................ 42
4.3 Hubungan Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan .............................................. 45
4.4 Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Potensial ............................................. 46
5. PEMBAHASAN
5.1 Penyebaran Klorofil-a Secara Temporal dan Spasial ..................................... 51
5.2 Variabilitas Hasil Tangkapan ........................................................................ 52
5.3 Pengaruh Klorofil-a Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol  .................... 54
5.4 Penyebaran Daerah Penangkapan  .................................................................. 56
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 57
6.2 Saran ............................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 58
LAMPIRAN ............................................................................................................ 61

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kanal dan panjang gelombang yang digunakan dalam pengukuran ocean
color, klorofil-a dan biogeokimia ........................................................................ 12
2. Daerah penyebaran ikan tongkol di Indonesia ...................................................... 22
3. Kriteria kelayakan hasil tangkapan berdasarkan ukuran panjang ikan ................. 32
4. Pengklasifikasian Konsentrasi klorofil-a .............................................................. 32
5. Penilaian jumlah hasil tangkapan .......................................................................... 33
6. Penilaian Indikator DPI ........................................................................................ 34
7. Akusisi citra klorofil-a ......................................................................................... 35
8. Evaluasi daerah penangkapan ikan berdasarkan jumlah ikan, ukuran dan
sebaran klorofil-a .................................................................................................. 46
9. Perubahan daerah penangkapan ikan periode Maret sampai Mei 2007 ............... 49

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Sistem Penginderaan jauh .................................................................................... 5
2. Tipe jaring makanan di lautan yang dimulai dari fitoplankton ............................ 14
3. Piramida makanan dengan fitoplankton sebagai produsen primer ...................... 15
4. Rantai makanan di lautan ..................................................................................... 16
5. Bentuk morfologi ikan tongkol (Euthynnus)........................................................ 16
6. Grafik CPUE dan persentase hasil tangkapan bulan Maret-Mei 2007 ................ 40
7. CPUE perhari pada bulan Maret 2007 ................................................................. 41
8. CPUE perhari pada bulan April 2007 .................................................................. 42
9. CPUE perhari pada bulan Mei 2007 .................................................................... 42
10. Persentase total ikan layak tangkap periode Maret - Mei 2007 ......................... 43
11. Persentase ukuran ikan layak tangkap................................................................ 43
12. Rata-rata ukuran panjang ikan pada bulan Maret 2007 ...................................... 44
13. Rata-rata ukuran panjang ikan pada bulan April 2007........................................ 44
14. Rata-rata ukuran panjang ikan pada bulan Mei 2007.......................................... 45
15. Grafik korelasi silang antara klorofil-a dengan hasil tangkapan ........................ 46
16. Daerah penangkapan potensial pada bulan Maret sampai Mei 2007 .................. 48
17. Perubahan daerah penangkapan ikan selama periode Maret sampai Mei ........... 50
18. Rantai makanan yang dimulai dari fitoplankton sampai ikan tongkol ............... 54
19. Grafik perubahan kandungan klorofil-a dan hasil tangkapan ............................ 55

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Teluk Palabuhanratu ..................................................................................... 61
2. Sebaran klorofil-a tanggal 13 Maret sampai 21 Mei 2007.................................... 62
3. Perhitungan korelasi silang antara klorofil-a dan hasil tangkapan ....................... 70
4. Grafik korelasi silang antara klorofil-a dengan hasil tangkapan........................... 72

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Wilayah perairan laut Indonesia memiliki potensi sumberdaya hayati (ikan)
yang berlimpah dan beraneka ragam. Potensi perikanan tersebut terdiri atas potensi
ikan pelagis dan demersal yang tersebar pada hampir semua bagian perairan laut
Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara dan
perairan laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Salah satu daerah yang memiliki
potensi perikanan yang cukup besar di Jawa Barat adalah Palabuhanratu. Perairan
Palabuhanratu memiliki berbagai potensi hasil laut yang melimpah diantaranya ikan
pelagis seperti ikan tongkol, layur, dan tembang.
Namun pada kenyataannya, pemanfaatan potensi perikanan tersebut belum
dapat memberikan peranan yang signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian.
Salah satu faktor yang melatarbelakangi hal ini adalah karena kurangnya pengelolaan
potensi wilayah penangkapan akibat kurangnya informasi. Bahkan untuk saat ini, data
atau informasi tentang daerah penangkapan ikan potensial, termasuk Palabuhanratu
masih belum dapat terealisasi secara detail. Ini mengakibatkan sulitnya pelaku-pelaku
perikanan untuk meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan melalui
penghematan biaya operasional.
Dalam penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground), nelayan
cenderung menggunakan intuisi atau naluri alamiah yang didapat secara turun
temurun dari nenek moyang. Mereka belum mampu membuat rencana operasi
penangkapan ikan akibat perubahan oseanografi atau cuaca yang sangat
mempengaruhi perubahan potensi penangkapan ikan yang dapat berubah-ubah.
Disamping itu pemakaian teknologi maju, sekalipun sudah baku seperti GPS (Global
Positioning System) sebagai alat bantu navigasi yang dapat memandu mereka mencari
lokasi yang ditunjukkan citra satelit oseanografi, sampai saat ini masih langka
dimiliki nelayan tradisionil Indonesia. Sebagai konsekuensi logisnya, seringkali
nelayan pulang membawa hasil tangkapan yang sedikit bahkan terkadang kosong
yang berpengaruh terhadap rendahnya tingkat kesejahteraan nelayan.

Keberadaan daerah ikan di perairan bersifat dinamis, selalu berubah atau
berpindah mengikuti pergerakan kondisi lingkungan, yang secara alamiah ikan akan
memilih habitat yang lebih sesuai. Sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi
oleh kondisi atau parameter oseonografi perairan seperti suhu permukaan laut,
salinitas, konsentrasi klorofil laut, cuaca dan sebagainya, yang berpengaruh pada
dinamika atau pergerakan air laut baik secara horizontal maupun vertikal. Seperti
peristiwa naiknya air dari dasar laut ke permukaan sebagai perbedaan gradien suhu
yang yang dinamakan Upwelling. Maka daerah Upwelling tersebut biasanya terdapat
klorofil yang merupakan makanan ikan dan diduga daerah tersebut terdapat banyak
ikan yang disebut daerah fishing ground.
Parameter-parameter laut tersebut dapat diperoleh dengan pengukuran
langsung atau survey lapangan atau dengan menggunakan satelit penginderaan jauh.
Dengan mengetahui parameter tersebut, maka ketika satelit melewati perairan
Indonesia, informasi daerah-daerah yang diduga terdapat ikan dapat diketahui.
Informasi tersebut dapat digunakan oleh nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan,
sehingga penangkapan ikan menjadi lebih efesien dan efektif apabila daerah
gerombolan ikan dapat diduga terlebih dahulu.
Klorofil-a merupakan salah satu pigmen yang paling dominan terdapat pada
fitoplankton dan berperan dalam proses fotosintesis. Ekosistem bahari di bumi
hampir seluruhnya bergantung pada aktivitas fotosintesis tumbuhan bahari
(Nybakken, 1992). Diantara tumbuhan bahari, fitoplankton mengikat bagian terbesar
dari energi, walaupun hanya menghuni lapisan tertentu dimana penetrasi cahaya
matahari masih memungkinkan. Menurut Effendie (2002), pada saat proses
fotosintesis, fitoplankton menghasilkan zat asam yang berguna bagi ikan.
Fitoplankton berperan sebagai primary producer atau penghasil awal dalam rantai
makanan di perairan. Selanjutnya fitoplankton akan dimakan oleh pemakan awal
(primary consumer) dan pemakan selanjutnya. Pada umumnya ikan-ikan pelagis kecil
berada pada tingkat primary consumer, yaitu pemakan plankton. Tingkat kesuburan
perairan (produktivitas perairan) juga dapat ditunjukkan dengan konsentrasi klorofil

yang terdapat di perairan tersebut, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi ikan-ikan
pelagis yang bersifat plankton feeder.
Dewasa ini, distribusi kandungan klorofil-a dapat dideteksi dengan
menggunakan satelit Terra (EOS AM) dan Aqua (EOS PM) dengan sensor Moderate
Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS). Distribusi kandungan klorofil
tersebut kemudian dapat diimplementasikan guna menentukan daerah penangkapan
ikan. Data tersebut juga dapat diperoleh dengan mudah melalui internet atau instansiinstansi terkait. Sehingga dengan adanya data tersebut, nelayan dapat terbantu dalam
menentukan daerah penangkapan yang potensial. Hal ini tentunya dapat menghemat
biaya operasional serta meningkatkan hasil tangkapan nelayan.
Melihat

besarnya

potensi

perikanan

Palabuhanratu

serta

dukungan

perkembangan teknologi pada bidang penginderaan jauh (Inderaja), maka potensi
tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal melalui penyediaan informasi daerah
penangkapan ikan yang potensial. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepastian
hasil tangkapan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Oleh
karena itu penelitian mengenai Studi Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol
Melalui Pemetaan Penyebaran Klorofil-A dan

Hasil Tangkapan di Perairan

Palabuhanratu, Jawa Barat sangat perlu dilakukan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menentukan profil penyebaran klorofil-a di perairan Palabuhanratu
pada bulan Maret sampai bulan Mei 2007.
2. Untuk menentukan komposisi hasil tangkapan ikan tongkol oleh payang di
perairan Palabuhanratu pada bulan Maret sampai bulan Mei 2007.
3. Untuk menentukan hubungan antara kandungan klorofil-a dengan hasil
tangkapan ikan tongkol oleh payang di perairan Palabuhanratu pada bulan
Maret sampai bulan Mei 2007.
4. Untuk

menentukan

Palabuhanratu.

zonasi

penangkapan

ikan

tongkol

di

perairan

1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Informasi bagi para pelaku perikanan tangkap di Palabuhanratu untuk
mengetahui fishing ground dan selanjutnya dapat dipergunakan untuk
meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan.
2. Memperkaya pengetahuan pada bidang ilmu daerah penangkapan ikan.

2. TIN
NJAUAN PU
USTAKA

2 Pengind
2.1
deraan Jaraak Jauh (Rem
mote Sensin
ng)
Remo
ote sensingg dapat diarrtikan sebaggai bidang ilmu pengeetahuan unttuk
m
mengetahui
suatu obyekk dari jarakk tertentu tannpa kontak atau menyentuh langsuung
o
obyek
terseb
but (Dimyatti R.D & Dimyati
D
M 1998).
1
Istilaah tersebut terbatas
t
unttuk
p
perekaman
informasi,
i
b
biasanya
dallam bentuk citra, tentanng muka bum
mi, baik darrat
m
maupun
lautt, dan atmossfer di atasnyya, menggunnakan wahanna sensor peesawat terbaang
(
(airborne)
atau
a
wahanaa satelit (sppaceborne). Purbowasesso (1995) mendefinisik
m
kan
p
penginderaa
an jarak jauuh sebagai suatu teknnik untuk mengumpulk
m
kan informaasi
m
mengenai
ob
bjek dan linngkungannyaa dari jarakk jauh tanpaa sentuhan fisik.
f
Biasannya
t
tekhnik
ini menghasilkkan beberappa bentuk citra
c
yang selanjutnya diproses dan
d
d
diinterpretas
sikan guna menghasilka
m
an data yangg bermanfaatt untuk aplikkasi di bidaang
p
pertanian,
peerikanan, kelautan, arkeoologi dan biddang-bidangg lainnya.
Menu
urut Sutantoo (1994), sisttem pengindderaan jauh memiliki
m
em
mpat komponnen
p
penting;
(1) sumber tenaaga elektrom
magnetik, (2) atmosfer, (3)
( interaksii antara tenaaga
d objek, (4
dan
4) sensor.

Gambarr 1 Sistem Peenginderaann Jauh (Sutannto, 1994).
Konssep dasar tekknologi pengginderaan jarrak jauh adaalah berdasarrkan pada teoori
d
dasar
radiassi dari Plannck yang menyatakan
m
bahwa sem
mua obyek di
d bumi yaang
m
memiliki

suhu
s

mutlaak

diatas

00 K

(-27730C)

akann

memancarkan

enerrgi

elektromagnetik. Sebuah obyek akan memantulkan sinar matahari atau mengemisinya
sebagai energi internal sesuai dengan vibrasi atom dan molekul obyek itu sendiri.
Radiasi dari obyek ini memberikan ciri-ciri khas sebagai identitas dari obyek tersebut.
Rambatan energi yang merupakan gelombang elektromagnetik mempunyai kecepatan
sebesar kecepatan cahaya (2,997924562 x 108 m/detik). Energi ini akan ditangkap
oleh sensor yang dibawa oleh wahana satelit ataupun wahana pesawat. Hasil
tangkapan sensor akan diterima dan dicatat pada suatu alat perekam yang selanjutnya
(khususnya pada wahana sateli) akan ditransmisikan ke stasiun penerima di bumi
(Ground Receiving Station) (La Violette, 1994).
Tenaga panas yang dipancarkan dari obyek dapat direkam dengan sensor yang
dipasang jauh dari obyeknya. Penginderaan obyek tersebut menggunakan spektrum
inframerah termal. Dengan menggunakan satelit maka akan memungkinkan untuk
memonitor daerah yang sulit dijangkau dengan metode dan wahana yang lain. Satelit
dengan orbit tertentu dapat memonitor seluruh permukaan bumi. Satelit-satelit yang
digunakan dalam penginderaan jarak jauh terdiri dari satelit lingkungan, cuaca dan
sumberdaya alam.
Widodo (1999) menjelaskan sensor adalah suatu alat yang mendeteksi dan
mengukur suatu parameter fisik, seperti radiasi, dan mengkonversikannya ke dalam
suatu bentuk yang dapat disimpan atau ditransmisikan. Dimyati (1998) membedakan
sistem sensor yang digunakan dalam remote sensing menjadi dua kelompok. Pertama,
yang menggunakan sistem pasif, yaitu yang merekam pantulan atau pancaran radiasi
elektromagnetik dari suatu obyek yang biasanya bersumber dari matahari. Contoh
yang termasuk dalam sistem ini adalah sistem fotografi analog dan sistem skener
digital. Kedua, sistem aktif yaitu perekaman dengan menggunakan sumber tenaga
dari diri sendiri, seperti sistem RADAR dan LIDAR (laser).
Sensor-sensor satelit dibatasi oleh kapabilitas dari radiasi elektromagnetik
menembus atmosfer bumi dan pengembalian data yang berguna pada ketinggian
orbit. Sensor tidak dapat memenuhi nilai aplikasi untuk karakteristik lapisan bawah
permukaan seperti salinitas. Namun demikian untuk berbagai sifat dasar yang dapat
diindera dari jauh, terutama dengan menggunakan microwaves untuk menembus

awan dan memberikan hasil-hasil yang diperlukan pada malam maupun siang hari.
Teknik ini memberikan peliputan yang bersifat global atas berbagai skala waktu
secara berulang-ulang. Sifat-sifat umum sensor satelit dapat dilihat sebagai berikut
(Widodo, 1999):
1.

Bidang pandang
Keunggulan satelit yang utama bagi oceanografi adalah sifat bidang
pandangnya yang luas. Sebagai contohnya adalah satelit Aqua dengan sensor
Modis yang memiliki lebar sapuan 2.330 km pada pola scanning 550.

2. Keterbatasan meliput lingkungan
Liputan merupakan limitasi yang paling utama bagi penginderaan dengan
sinar visible maupun infra merah. Semakin panjang gelombang infra merah
semakin kurang terpencar, tetapi awan akan menghalangi radiasi sinar kasat
mata dan radiasi sinar infra merah. Oleh sebab itu, awan sangat membatasi
citra dari suhu permukaan laut dan pigmen fitoplankton.
3. Strategi penggunaan data satelit
Keuntungan yang diperoleh adalah dengan adanya satelit maka observasi
kontinen menjadi jelas, yakni cakupan area yang luas serta secara potensial
mampu melakukan peliputan secara global. Untuk pemahaman sejumlah
proses-proses fisik dan biologi kelautan dengan menggunakan metode klasik
yaitu pengumpulan data secara okasional dari kapal penelitian atau sensor
yang ditambat di suatu posisi tertentu untuk saat ini dirasakan kurang
memadai.
4. Observasi permukaan
Karena satelit hanya dapat mengukur sifat-sifat permukaan laut atau dekat
permukaan laut, tambahan pengukuran in-situ dari berbagai distribusi densitas
lapisan dalam dan berbagai paras arus laut jelas diperlukan untuk mendekati
kebanyakan masalah oseanografi fisik. Pengukuran dengan penginderaan
jarak

jauh

biasanya

konvensional in-situ.

juga

bertumpu

pada

pengukuran-pengukuran

Strategi optimal bagi pengembangan instrumentasi oseanografi konvensional
dalam kaitannya dengan satelit tergantung pada fenomena-fenomena yang
dipelajari. Karena kapabilitas dalam hal sampling yang bersifat global dan
kontinyu, satelit mungkin diharapkan menjadi paling berharga bagi studi
sirkulasi lautan secara global dan produktivitas.
Data satelit hasil penginderaan jarak jauh diperoleh berdasarkan konsep
interaksi antara radiasi elektromagnetik dan objek dengan kisaran spektrum yang
bervariasi tergantung dari sensor yang digunakan. Tiap sensor memiliki kepekaan
tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik yang menerima dan merekam
tenaga dari obyek di muka bumi. Selanjutnya Aboet (1985) menjelaskan bahwa
keberhasilan teknik penginderaan jauh sangat ditentukan oleh dua faktor, yaitu
ketelitian suatu sensor dan kemampuan untuk menginterpretasikan data secara tepat.
Penginderaan jarak jauh (inderaja) dapat diaplikasikan pada bidang
penangkapan dalam menentukan daerah penangkapan ikan pada wilayah perairan
tertentu. Dalam hal ini, yang terlihat bukanlah keberadaan ikan secara langsung,
tetapi berkaitan dengan parameter atau fenomena alam yang menandakan
kemungkinan adanya ikan di suatu tempat. Sebagai contohnya adalah banyaknya
tersedia makanan, suhu yang sesuai dengan jenis ikan tertentu. Citra satelit akan
menghasilkan informasi kondisi lingkungan laut yang dapat teramati diantaranya
kandungan klorofil-a, suhu permukaan laut, kondisi cuaca, dan pola arus permukaan
(Nikyuluw, 2005).
2.2 Aplikasi Citra Satelit untuk Pendeteksian Parameter Oseanografi
Sebelum awal tahun 70-an, pendeteksian parameter oseanografi pada
umumnya dilakukan melalui survei lapangan secara langsung (insitu) dengan
menggunakan kapal atau buoy di laut (Gaol, 2003). Namun setelah tahun 70-an,
sejalan dengan kemajuan teknologi penginderaan jarak jauh (inderaja) di bidang
kelautan, penelitian parameter oseanografi khususnya untuk yang berskala global
menjadi lebih mudah. Hal ini disebabkan kemampuan teknik inderaja yang bersifat
sinoptik atau mencakup daerah yang luas dalam waktu yang bersamaan.

Beberapa satelit telah dilengkapi sensor yang dapat mendapatkan data-data
mengenai parameter oseanografi di permukaan laut. Sebagai contohnya data
parameter SPL yang dapat dihasilkan dari berbagai sensor termal yang dibawa oleh
berbagai satelit penginderaan jauh, seperti NOAA-AVHRR, Landsat, Feng yun, dan
MODIS. Citra suhu permukaan laut dari suatu perairan yang luas dapat digunakan
untuk mengetahui pola distribusi SPL, arus di suatu perairan, dan interaksinya dengan
perairan lain serta fenomena upwelling dan front di perairan tersebut yang merupakan
daerah potensi penangkapan ikan (Hasyim dan Priyanti, 1999).
Contoh lainnya adalah untuk pendeteksian sebaran klorofil-a di permukaan
laut. Dengan menggunakan sensor MODIS dan citra satelit SeaWifs (SeadViewing
Wide Field of View Sensor).
2.2.1 Sifat-sifat Optik Permukaan Laut
Sifat-sifat optik lapisan permukaan laut ditentukan oleh kehadiran bahan
tersuspensi dan terlarut. Dibawah kondisi normal, sinar kasat-mata memasuki
perairan laut sampai kedalaman puluhan meter. Karena konsentrasi dari sejumlah
konstituen (unsur pokok) air meningkat, air menjadi keruh, sehingga kemampuan
penetrasi dari sinar matahari menurun sebagai suatu akibat dari proses absorbsi dan
penyebaran tergantung dari karakteristik-karakteristik dari bahan (material) yang
terdapat dalam air. Proses absorbsi dan penyebaran akan bervariasi dengan panjang
gelombang dari radiasi yang datang dan membenturnya. Oleh karena itu, observasi
yang bersifat multi spektral dapat dilaksanakan untuk mengestimasi sifat alamiah dan
konsentrasi konstituen dalam air. Sejumlah sensor pasif yang bekerja dalam sejumlah
panjang gelombang yang kasat mata biasanya digunakan untuk membuat citra warna
air. Sensor aktif menghasilkan sumber iluminasi mereka sendiri, misalnya lidar, dapat
juga digunakan tetapi hanya dari pesawat udara dan untuk melakukan sampling, dari
pada digunakan untuk keperluan pembuatan citra satelit. Parameter utama yang dapat
diperoleh melalui pantulan radiasi yang keluar dari permukaan air laut adalah sebagai
berikut (Widodo, 1999):

1.

Diffuse attenuation coefficient
Merupakan koefisien penipisan karena proses penyebaran pada suatu panjang
gelombang tertentu merupakan suatu sifat optik yang menonjol. Besarannya
tergantung dari distribusi sinar sebagai hasil dari penyebaran (spreading),
pemencaran (scattering), dan absorbsi yang tejadi pada titik in-situ dari
pengukuran. Parameter ini menyajikan sarana penentuan kategori air secara
fisik menurut warnanya. Nilainya dapat diinterpretasikan sebagai suatu ukuran
turbiditas (kekeruhan) air dan merupakan suatu alat yang berharga dalam
berbagai studi perikanan.

2.

Bahan tersuspensi total
Sebagai tambahan terhadap parameter-parameter optik, konsentrasi total dari
bahan yang terabsorbsi dan terpencar dapat digunakan untuk membuat
klasifikasi permukaan perairan berdasarkan warnanya. Manfaat dari parameter
ini sangat cocok untuk membuat klasifikasi perairan dimana sedimen
anorganik, organik atau keduanya membuat suatu kontribusi yang sangat
penting terhadap sifat optik dari lapisan permukaan.

3.

Yellow substance
Istilah ini dapat didefinisikan sebagai material yang diperoleh dari degradasi
tanah atau lahan dan bahan organik marine. Bahan ini merupakan parameter
penting untuk memonitor dalam konteks dari perairan yang tercemar.

4.

Pigmen klorofil
Konsentrasi dari pigmen klorofil sering ditetapkan sebagai suatu indeks dari
produktivitas biologi dan didalam lingkungan oseanik dapat dikaitkan dengan
produksi ikan. Konsentrasi klorofil diatas 0,2 mg/m3 menunjukkan nilai yang
memadai untuk menopang kelangsungan rantai makanan (Gower, 1972 dalam
Widodo, 1999). Pigmen-pigmen klorofil mempunyai karakteristik spektral
yang spesifik dan distingtif (khusus) karena mengabsorbsi sinar biru (dan
merah) serta secara kuat merefleksikan sinar hijau, dengan demikian
mempengaruhi warna perairan laut. Oleh sebab itu, observasi-observasi

multispektral dari sensor satelit dapat menarik deduksi terhadap konsentrasi
fitoplankton.
5.

Makrofita
Di kawasan pantai mudah untuk mendapatkan vegetasi makrofita (rumput
laut). Hanya beberapa spesies saja yang memiliki nilai ekonomis yang
penting, tetapi hampir semua spesies memainkan peranan penting dalam
menopang kehidupan marine. Rumput laut yang bebeda memiliki sifat-sifat
merefleksikan sinar yang berbeda pula, misalnya merefleksikan lebih banyak
sinar radiasi hijau atau merah. Distingsi ini yang memungkinkan diferensiasi
beberapa spesies rumput laut dapat dideteksi dari visible sensor pasif dari
satelit.

2.2.2 Aplikasi Sensor Modis untuk Pendeteksian Klorofil-a
Penginderaan jauh cahaya tampak menggunakan sensor pada panjang
gelombang cahaya tampak, yaitu 400-700 nm (Gaol, 2003), dapat digunakan untuk
mendeteksi material terlarut dan kandungan klorofil dari fitoplankton yang ada di
permukaan perairan hingga kedalaman tertentu. Salah satu cara untuk mendeteksi
kandungan klorofil dalam perairan adalah dengan menggunakan Moderate Resolution
Imaging Spectroradiometer (MODIS) (http://modis.gsfc.nasa.gov/about/index.html).
Modis merupakan instrumen kunci pada satelit Terra (EOS AM) dan Aqua
(EOS PM). Kedua satelit ini memiliki orbit sun-synchronus. Satelit Terra pertama
kali diluncurkan pada 18 desember 1999 dan Aqua pada 4 mei 2002. Satelit Terra
melintasi bumi dari utara ke selatan pada pukul 10.30 pagi (melintas garis ekuator).
Sedangkan satelit Aqua melintasi bumi dari arah selatan ke arah utara dan melintasi
ekuator pada pukul 01.30 siang. Instrumen Modis memiliki lebar sapuan sebesar 2330
km dan dapat meliput seluruh permukaan bumi dalam waktu satu sampai dua hari.
Terra dan Aqua Modis memiliki 36 kanal (0,405 sampai 14,385µm) dengan
resolusi spasial 250 m (kanal1-2), 500 m (kanal 3-7) dan 1000 m (kanal 8-36) dengan
kuantitasi 12 bit. Produk Modis untuk perairan termasuk warna perairan (Ocean
color), suhu permukaan laut dan produksi primer perairan. Produk-produk ini dapat

digunakan untuk keperluan penelitian sirkulasi lautan, biologi laut, dan kimia laut
termasuk siklus karbon di perairan. Panjang gelombang yang digunakan untuk
mengukur klorofil-a dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kanal dan panjang gelombang yang digunakan dalam pengukuran ocean
color, klorofil-a dan biogeokimia
Band

Bandwidth1

Spectral
Radiance2

Required
SNR3

1

620 - 670

21.8

128

2

841 - 876

24.7

201

3

459 - 479

35.3

243

4

545 - 565

29.0

228

5

1230 - 1250

5.4

74

6

1628 - 1652

7.3

275

7

2105 - 2155

1.0

110

8

405 - 420

44.9

880

9

438 - 448

41.9

838

10

483 - 493

32.1

802

11

526 - 536

27.9

754

12

546 - 556

21.0

750

13

662 - 672

9.5

910

14

673 - 683

8.7

1087

15

743 - 753

10.2

586

16

862 - 877

6.2

516

17

890 - 920

10.0

167

18

931 - 941

3.6

57

19

915 - 965

15.0

250

Band

Bandwidth1

Spectral
Radiance2

Required
NE[delta]T(K)4

20

3.660 - 3.840

0.45(300K)

0.05

21

3.929 - 3.989

2.38(335K)

2.00

22

3.929 - 3.989

0.67(300K)

0.07

23

4.020 - 4.080

0.79(300K)

0.07

Atmospheric
Temperature

24

4.433 - 4.498

0.17(250K)

0.25

25

4.482 - 4.549

0.59(275K)

0.25

Cirrus Clouds
Water Vapor

26

1.360 - 1.390

6.00

150(SNR)

27

6.535 - 6.895

1.16(240K)

0.25

Primary

Dokumen yang terkait

Analisa daerah penangkapan ikan tongkol di Laut Jawa dengan pemanfaatan data satelit NOAA-AVHRR/2 melalui pola penyebaran suhu permukaan laut

0 8 176

Kecenderungan Hasil Tangkapan Per Satuan Upaya Penangkapan dan Musim Penangkapan Ikan Tongkol (Eutltynnus affinis) di Perairan Utara Jawa dengan Pendekatan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan.

0 11 65

Ketajaman penglihatan ikan layur, Trichiurus spp hasil tangkapan pancing rawai di teluk Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat

0 16 57

Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Berdasarkan Pendekatan Suhu Permukaan Laut dan Hasil Tangkapan di Perairan Binuangeun, Banten.

8 81 77

KOMPOSISI JUMLAH DAN UKURAN PANJANG IKAN CAKALANG DAN TONGKOL HASIL TANGKAPAN PAYANG DI PERAIRAN PALABUHANRATU DAN BINUANGEUN

0 5 13

Eksplorasi Daerah Penangkapan Ikan Cakalang Melalui Analisis Suhu Permukaan Laut dan Hasil Tangkapan di Perairan Teluk Palabuhanratu

0 4 10

Analisis Kandungan Klorofil-a dan Hasil Tangkapan Ikan Bawal Putih (Pampus argenteus) di Perairan Pangandaran Jawa Barat

6 23 146

Analisis Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPP Muncar Banyuwangi.

1 9 36

Evaluasi Daerah Penangkapan Ikan Melalui Analisis Hasil Tangkapan di Perairan Sibolga, Sumatera Utara

1 5 39

Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan Kandungan Klorofil-A Dan Komposisi Hasil Tangkapan Yang Didaratkan Di Ppn Pengambengan

2 13 36