Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan Kandungan Klorofil-A Dan Komposisi Hasil Tangkapan Yang Didaratkan Di Ppn Pengambengan

PENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN LEMURU
BERDASARKAN KANDUNGAN KLOROFIL-A DAN
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN YANG DIDARATKAN
DI PPN PENGAMBENGAN

DANIEL JULIANTO TARIGAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan
Daerah Penangkapan Ikan Lemuru berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan
Komposisi Hasil Tangkapan yang didaratkan di PPN Pengambengan adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2016

Daniel Julianto Tarigan
NIM C44110039

ABSTRAK
DANIEL JULIANTO TARIGAN. Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Lemuru
Berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan yang
Didaratkan di PPN Pengambengan. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON dan
BUDY WIRYAWAN.
Ikan lemuru merupakan spesies yang dominan tertangkap di Perairan Selat
Bali. Daerah penangkapan ikan ini dipengaruhi oleh kandungan klorofil-a yang
merupakan indikator kesuburan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis komposisi jumlah tangkapan dan ukuran ikan lemuru, menentukan
kandungan klorofil-a secara spasial dan temporal, serta memprediksi daerah
penangkapan ikan. Daerah penangkapan ikan potensial diduga berdasarkan tiga
indikator yaitu CPUE, ukuran panjang ikan dan konsentrasi klorofil-a. CPUE ratarata adalah 5750 kg, ukuran ikan yang dominan tertangkap adalah jenis lemuru

protolan (11-15 cm). Daerah penangkapan lemuru di Perairan Selat Bali pada
bulan Februari 2015 termasuk dalam kategori tidak potensial.
Kata kunci: Daerah penangkapan ikan, hasil tangkapan, klorofil-a, Perairan Selat
Bali

ABSTRACT
DANIEL JULIANTO TARIGAN. Forecasting of Lemuru Fishing Ground Based
on Chlorophyll-a Concentration and Catch Composition which Landed in
Pengambengan Fishing Port. Supervised by DOMU SIMBOLON and BUDY
WIRYAWAN.
Lemuru is a species dominant catch in the Strait Bali, This fishing ground
influence of chlorophyll-a concentration which an indicator of fertility waters.
This research aim was to analyze the catch composition of number and size of the
fish catches, to determine the chlorophyll-a concentration spatially and temporaly,
and to forecast the lemuru fishing ground. The potential fishing ground have been
evaluated by using three indicators, which are catch per unit effort (CPUE), length
size of lemuru, and concentration of chlorophyll-a. The average of CPUE is 5750
kg and size of dominant fish is lemuru small size (11-15 cm). The potential
fishing ground of lemuru not found in Strait Bali on February 2015.
Keywords : Fishing ground, catch, chlorophyll-a, Strait Bali


PENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN LEMURU
BERDASARKAN KANDUNGAN KLOROFIL-A DAN
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN YANG DIDARATKAN
DI PPN PENGAMBENGAN

DANIEL JULIANTO TARIGAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 ini ialah daerah
penangkapan ikan, dengan judul Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Lemuru
Berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan yang
Didaratkan di PPN Pengambengan.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
sehingga kritikan serta saran akan sangat membantu saya dalam melakukan
penyempurnaan skripsi. Penulisan skripsi ini dapat terlaksana dan terselesaikan
berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini saya sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1) Bapak Kombespol (Purn) Dr Ir Tarsim Tarigan, MSi dan Ibu Ir Veronita
Gurusinga, MSi selaku Orangtua saya, yang telah mencurahkan seluruh
tenaganya demi menyelesaikan pendidikan sarjana saya, serta abang (Richard
Jandres Tarigan, ST) dan adik (Ribka Sionarel Tarigan) tercinta atas segala
kasih sayang, doa restu dan dorongannya selama ini.
2) Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi dan Dr Ir Budy Wiryawan, MSc selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya
untuk mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

3) Dr Iin Solihin, SPi MSi selaku dosen penguji dan Dr Mochammad Riyanto,
SPi MSi yang telah memberikan masukan dan saran.
4) Bapak dan Ibu dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor atas ilmunya
yang sangat berharga.
5) Kepala Pelabuhan, kak Devi, Mas Rival, Mbak Diah, Pak Budi dan staff
lainnya selaku pihak PPN Pengambengan atas kesempatan dan bimbingan nya
selama penelitian.
6) Komisi Kesenian dan Kelompok Pra Alumni PMK 48.
7) Teman-teman seperjuangan NO SPAM, PSP 48, Keluarga P20 TPB 2011,
Kakak-kakak, dan adik-adik Departemen PSP atas saran dan masukan serta
kebersamaannya.
Saya berharap skripsi ini dapat membawa manfaat, baik bagi saya sendiri
maupun bagi semua pihak, serta dapat memberikan informasi bagi perkembangan
perikanan di masa yang akan datang.

Bogor, Maret 2016

Daniel Julianto Tarigan


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Penelitian Terdahulu

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

METODE

3

Tempat dan Waktu Penelitian

3


Peralatan Penelitian

4

Pengumpulan Data

4

Analisis Data

5

Komposisi hasil tangkapan

5

Hubungan klorofil-a dengan hasil tangkapan

5


Pendugaan daerah penangkapan ikan

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Hasil Tangkapan Ikan Lemuru di PPN Pengambengan

9
9

Ukuran Panjang Ikan Lemuru yang Tertangkap

10

Hubungan Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan

14

Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Lemuru


15

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN


21

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1 Hasil penelitian sebelumnya di Selat Bali terkait dengan kandungan
klorofil-a dan pendugaan musim penangkapan
2 Hubungan klorofil-a dengan hasil tangkapan
3 Penilaian DPI melalui indikator CPUE
4 Penilaian DPI melalui indikator ukuran panjang ikan
5 Penilaian DPI melalui indikator klorofil-a
6 Penentuan kategori DPI berdasarkan kombinasi nilai bobot dan
indikator CPUE, klorofil-a, dan ukuran ikan
7 Sebaran ukuran ikan lemuru hasil penelitian
8 Perbedaan penelitian terdahulu dan saat ini terkait kelayakan tangkap
ikan lemuru

2
6
7
7
8
8
10
12

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian PPN Pengambengan, Bali
2 Jumlah Ikan lemuru yang didaratkan di PPN Pengambengan
secara spasial dari beberapa DPI pada bulan Februari 2015
3 Sebaran hasil tangkapan ikan lemuru secara temporal di Perairan
Selat Bali pada Bulan Februari 2015
4 Sebaran ukuran ikan lemuru berdasarkan kategori Wijaya
5 Komposisi Jumlah ikan kategori layak tangkap dan tidak layak
tangkap Sumber : (Olahan data penelitian)
6 Rata-rata kandungan klorofil-a data harian secara temporal di
Perairan Selat Bali
7 Sebaran kandungan klorofil-a secara spasial pada bulan Februari
2015 di Perairan Selat Bali
8 Hubungan antara klorofil-a dengan produksi ikan lemuru secara
temporal yang ditangkap di Perairan Selat Bali
9 Hubungan klorofil-a dengan produksi ikan lemuru secara spasial
yang ditangkap di Perairan Selat Bali
10 Peta daerah penangkapan ikan lemuru di Perairan Selat Bali

3
9
10
11
11
12
13
14
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
11 Ukuran ikan lemuru yang dominan tertangkap di PPN Pengambengan
bulan Februari 2015
12 Sebaran konsentrasi klorofil-a di Perairan Selat Bali
13 Perhitungan standar deviasi dan uji korelasi hubungan antara
kandungan klorofil-a dengan hasil tangkapan
14 Dokumentasi penelitan

22
23
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perairan Selat Bali merupakan lokasi utama penangkapan ikan untuk
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur khususnya daerah Muncar dan Kabupaten
Jembrana, Bali khususnya daerah Pengambengan. Kegiatan penangkapan ikan
pelagis di Perairan Selat Bali berpusat di Kabupaten Jembrana yang berfungsi
sebagai fishing base sekaligus tempat pendaratan ikan hasil tangkapan, dengan
jenis potensi sumberdaya ikan utama terdiri dari spesies lemuru, tongkol, layang,
kembung, dan ikan lainnya. (Ridha et al. 2013)
Keberhasilan operasi penangkapan ikan ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain alat penangkap ikan, kapal ikan dan perlengkapannya, metode
penangkapan ikan, tingkah laku ikan dan daerah penangkapan ikan. Karakteristik
penangkapan ikan sangat dipengaruhi kondisi oseanografi seperti salinitas, arus,
suhu, intensitas cahaya matahari, kondisi oseanografis, dinamika pergerakan air
dan tingkat produktivitas (kesuburan) perairan. Tingkat produktivitas perairan
sangat penting dalam daerah penangkapan ikan dimana produktivitas suatu
perairan dipengaruhi oleh kandungan. Klorofil-a merupakan pigmen penting yang
dibutuhkan fitoplankton dalam proses fotosintesis. Fitoplankton ini berperan
sebagai produsen primer dalam rantai kehidupan di laut, sehingga keberadaannya
sangat penting sebagai dasar kehidupan di laut (Susilo, 2000). Oleh karena itu,
konsentrasi klorofil-a di suatu perairan dapat menggambarkan besarnya
produktivitas primer yang selanjutnya mempengaruhi kelimpahan atau jumlah
ikan yang terdapat pada daerah penangkapan ikan di suatu perairan.
Keberadaan fitoplankton tersebar luas di perairan, namun penyebarannya
sangat tergantung ketersediaan nutrient dan intensitas cahaya matahari. Bila
nutrien dan intensitas cahaya matahari cukup tersedia, maka kosentrasi klorofil
akan tingggi dan sebaliknya bila nutrient dan intensitas cahaya matahari tidak
cukup tersedia, maka konsentrasi klorofil akan rendah (Tubalawony, 2007). Oleh
karena itu, setiap perairan memiliki sebaran fitoplankton yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat membentuk sebuah pola sebaran yang dapat diamati secara spasial
(tempat) dan temporal (waktu). Pengamatan pola sebaran dapat dilakukan dengan
menggunakan data citra satelit dan data posisi hasil tangkapan. Data klorofil-a
hasil citra satelit dapat menggambarkan penyebaran fitoplankton. Salah satu citra
yang dapat digunakan untuk mendeteksi penyebaran fitoplankton adalah citra
satelit dengan sensor MODerate resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS).
Pengamatan fitoplankton melalui satelit atau sering disebut dengan pengamatan
ex-situ (tidak langsung) tidak membutuhkan biaya terlalu besar untuk pengamatan,
tidak membutuhkan waktu yang lama dan hemat tenaga dibandingkan dengan
pengamatan in-situ (langsung).

2
Penelitian tentang sebaran klorofil-a dalam kaitannya dengan hasil
tangkapan ikan lemuru di Selat Bali sudah banyak dilakukan, diantaranya Inaya
(2004), Nababan (2009), dan Ridha et al. (2013). Namun penelitian yang fokus
mempelajari daerah penangkapan ikan lemuru belum dilakukan, meskipun sudah
ada beberapa penelitian yang menganalisis hubungan antara klorofil-a dengan
jumlah hasil tangkapan lemuru. Oleh karena itu, penelitian tentang pendugaan
daerah penangkapan ikan lemuru berdasarkan kandungan klorofil-a dan komposisi
hasil tangkapan perlu dilakukan agar informasi daerah penangkapan ikan di
perairan tersebut lebih kompeherensif.
Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengaruh kandungan klorofil-a terhadap tangkapan
lemuru telah dilakukan beberapa peneliti di Perairan Selat Bali. Hasil penelitian
Ridha et al. (2013) menunjukkan bahwa puncak ikan lemuru terjadi pada bulan
November-April dan puncak konsentrasi klorofil-a terjadi pada bulan JuniAgustus. Penelitian Inaya (2004) menunjukkan bahwa puncak ikan lemuru terjadi
pada bulan Agustus-November. Penelitian Nababan (2009) menunjukkan bahwa
puncak ikan lemuru terjadi pada bulan November-Maret dan puncak konsentrasi
klorofil-a pada bulan Juni-Agustus. Hasil penelitian sebelumnya disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Hasil penelitian sebelumnya di Selat Bali terkait dengan kandungan
klorofil-a dan pendugaan musim penangkapan.
No Peneliti
Hasil Penelitian
Puncak
musim Periode
puncak Hubungan klorofilpenangkapan ikan konsentrasi
a dengan hasil
lemuru
klorofil-a
tangkapan
1
Inaya
Agustus –
(2004)
November
2
Nababan November 2006 – Musim Timur
Hubungan positif
(2009)
Maret 2007
(Juni - Agustus)
signifikan dengan
interval 3 bulan
3
Ridha et (Januari - April)
Musim Timur
Hubungan positif
al.
dan November (Juni - Agustus)
dibandingkan
(2013)
Desember)
dengan suhu
permukaan laut
Pada Tabel 1 terlihat bahwa musim puncak penangkapan ikan lemuru di
kawasan Perairan Selat Bali berbeda setiap tahunnya. Pergerseran temporal
musim penangkapan ikan tentu saja berkaitan erat dengan dinamika sebaran
spasial daerah penangkapan ikan. Dinamika atau perubahan spasial yang terjadi
pada daerah penangkapan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan termasuk
konsentrasi klorofil-a yang mempresentasikan kesuburan perairan. Artinya,
meskipun penelitian sejenis pernah dilakukan sebelumnya, belum tentu hasilnya
akan sama, apalagi dilakukan pada periode waktu yang berbeda. Selain itu, pada
hasil penelitian (Tabel 1) juga belum membahas penggunaan informasi klorofil-a
dan hasil tangkapan dalam kaitannya dengan daerah penangkapan ikan.

3
Pendugaan daerah penangkapan ikan melalui analisis hasil tangkapan dan
kandungan klorofil-a telah dilakukan oleh Septiana (2013) dan Nurfaqih (2015).
Penelitian ini dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya karena metode
yang digunakan lebih mengutamakan kategori ukuran panjang ikan dibandingkan
dengan kelimpahan ikan atau produktivitas tangkapan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis komposisi hasil tangkapan dan ukuran ikan lemuru yang
tertangkap di Selat Bali.
2. Menentukan variabilitas kandungan klorofil-a di Selat Bali secara spasial dan
temporal selama bulan Februari 2015.
3. Memprediksi daerah penangkapan ikan potensial di Selat Bali berdasarkan
produksi hasil tangkapan ikan lemuru dan konsentrasi klorofil-a.

Manfaat Penelitian
Penelitian dapat memberikan informasi kepada nelayan mengenai daerah
penangkapan ikan lemuru potensial di Perairan Selat Bali dan memberikan
informasi terhadap pemerintahan khususnya daerah Bali untuk melakukan
pemetaan daerah penangkapan ikan potensial.

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perairan Selat Bali dengan mengamati spot-spot
penangkapan dimana kapal yang berbasis di PPN Pengambengan beroperasi
(Gambar 1). Penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai Maret 2015 dengan
dua tahap pengambilan data. Tahap pertama adalah pengambilan data di PPN
Pengambengan, Bali yang dilaksanakan pada bulan Februari. Tahap kedua adalah
mengunduh citra klorofil-a hasil deteksi AquaMODIS dari internet akuisisi
tanggal 8 sampai 28 Februari 2015 yang diunduh pada bulan Maret 2015.

4

Gambar 1. Peta lokasi penelitian PPN Pengambengan, Selat Bali
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah Software SeaDAS
berbasis Linux untuk menganalisis data klorofil-a hasil dari Citra satelit MODIS,
peta Perairan Selat Bali, penggaris untuk mengukur panjang ikan, kuesioner untuk
memperoleh data posisi daerah penangkapan ikan, waktu operasi dan jumlah
tangkapan kamera untuk mendokumentasikan data dan informasi penting di lokasi
penelitian.
Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus karena unit dan
lingkup penelitiannya kecil atau terbatas. Menurut Arikunto (1986) penelitian
metode studi kasus hanya meliputi daerah yang sangat sempit, namun dari sifat
penelitian lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan
masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasi dan
menginterpretasikannya.
Data primer dalam penelitian ini terdiri dari data komposisi hasil
tangkapan, posisi operasi penangkapan ikan dan waktu operasi penangkapan ikan.
Data komposisi hasil tangkapan meliputi jumlah hasil tangkapan ikan lemuru
bulan Februari 2015 dan ukuran panjang dengan 200 sampel ikan lemuru. Data
primer didapatkan dari sejumlah sampel armada penangkapan ikan lemuru yang
berbasis di PPN Pengambengan yaitu purse seine (slerek) yang merupakan

5
armada khusus untuk menangkap ikan lemuru. Sampel kapal diambil dengan
menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel armada kapal yang diamati
adalah 30 unit. Purposive sampling adalah metode sampling yang digunakan oleh
peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam
pengambilan sampelnya (Arikunto 2009). Pertimbangan dalam penggunaan
purposive sampling antara lain kapal yang dominan digunakan untuk menangkap
ikan lemuru, pemilik kapal memberi izin, dan kapal tersebut beroperasi di lokasi
penelitian. Data primer juga dilengkapi dengan memperoleh data dan informasi
dari 2 responden dari setiap sampel kapal yaitu pemilik kapal dan Anak Buah
Kapal (ABK) yang ditentukan secara purposive sampling. Kriteria responden
antara lain memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang operasi penangkapan
ikan lemuru dengan purse seine, dan bersedia menjadi responden untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan.
Kapal penangkapan ikan lemuru di PPN Pengambengan merupakan kapal
yang tidak menggunakan GPS (Global Positioning System), sehingga peneliti
meminta nahkoda untuk memberikan titik daerah penangkapan pada peta yang
telah disediakan. Peta yang disediakan merupakan peta darat yang bersumber dari
Badan Informasi Geospasial.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra klorofil-a.
Citra klorofil-a hasil deteksi MODIS ini diperoleh dengan cara mengunduh dari
alamat http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov. Selain itu data sekunder juga
diperoleh dengan cara penelusuran pustaka dan dokumentasi.

Analisis Data
Komposisi hasil tangkapan
Data jumlah dan ukuran hasil tangkapan yang telah diperoleh dianalisis
secara deskriptif melalui penyajian tabel atau grafik. Ukuran panjang ikan
dikelompokkan menjadi ikan layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap.
Ikan yang layak tangkap merupakan ikan-ikan yang ukurannya lebih besar dari
ukuran ikan yang pertama kali matang gonad atau length at first maturity (LM).
Ikan-ikan yang belum layak tangkap merupakan ikan-ikan yang ukurannya lebih
kecil dari length at first maturity (LM). Fishbase (Whitehead, P.J.P 1985)
menunjukkan bahwa ukuran ikan lemuru matang gonad 17,8 cm. Persentase dari
ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap disajikan dalam
bentuk diagram dan dianalisis secara deskriptif. Persentase ikan layak tangkap
atau tidak layak tangkap dihitung dengan rumus berikut (Septiana 2013):




% =



�ℎ � � ��� � �

�ℎ � �

� �

��� � � ��
ℎ�

Hubungan klorofil-a dengan hasil tangkapan
Data klorofil-a hasil deteksi Aqua MODIS yang diunduh dari situs
http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov dianalisis menggunakan software SeaDAS
(SeaWIFS Data Analysis Sistem) versi 6.4. Langkah yang dilakukan adalah
mengunduh data dari citra Aqua MODIS level 3 browser komposisi harian 8
Februari hingga 28 Februari 2015 resolusi spasial 4 km. Data MODIS level 3

6
merupakan produk data yang sudah diproses. Data tersebut sudah memiliki
informasi seperti lintang dan bujur, daratan, garis pantai dan nilai estimasi
konsentrasi klorofil fitoplankton perairan (Meliani, 2006). Kemudian dilakukan
croping hasil klorofil yang telah diunduh menggunakan SeaDAS sehingga
diperoleh hasil dalam format ASCII. Setelah diperoleh data dalam format ASCII
pengolahan data dilanjutkan dengan menggunakan Microsoft Excel 2010. Data
tersebut kemudian disajikan dalam bentuk grafik. Kemudian untuk mengetahui
data klorofil-a sejenis dapat menggunakan uji variabilitas. Varian atau keragaman
data merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menjelaskan homogenitas
kelompok data. Variabilitas atau keragaman data (sampel) dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono 2011):
s

2




n
i 1



( xi  x ) 2

n 1

s s
s
Kv  .100%
x
2

Keterangan :
s2 : ragam contoh
s : simpangan baku
xi : konsentrasi klorofil-a
x : rata-rata klorofil-a
Kv : koefisien variasi
Kriteria untuk menentukan homogenitas adalah semakin kecil nilai Kv
maka kelompok data semakin homogen, Kv=0 menandakan setiap elemen data
tepat sama (Siregar 2004).
Pengaruh kandungan klorofil-a terhadap hasil tangkapan lemuru diduga
tidak berpengaruh secara langsung, karena ikan lemuru tidak secara langsung
mengkonsumsi fitoplankton, akan tetapi melakukan proses rantai makanan.
Fitoplankton yang direpresentasikan oleh klorofil-a akan mempengaruhi
kelimpahan ikan lemuru setelah membutuhkan selang waktu beberapa lama (time
lag). Oleh karena itu, korelasi antara klorofil-a dengan tangkapan lemuru
dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Menurut Sugiyono (2007) rumus yang
digunakan dalam uji korelasi silang adalah:
1

2

1
Keterangan :
p : koefisien korelasi Spearman
∑bi2 : hubungan konsentrasi klorofil-a dan komposisi hasil tangkapan
n : jumlah responden
2

Kriteria yang digunakan untuk menentukan erat tidaknya korelasi antara
dua variabel disajikan pada Tabel 2.

7

Tabel 2 Kriteria keeratan antar variabel dependen dengan variabel independen
berdasarkan nilai koefisien korelasi silang
\Nilai koefisien korelasi
Korelasi
0,00 - 0,199
sangat rendah
0,20 - 0,399
rendah
0,40 - 0,599
sedang
0,60 - 0,799
kuat
0,80 - 1,000
sangat kuat
(Sumber: Sugiyono, 2007)
Pendugaan daerah penangkapan ikan lemuru
Penelitian mengenai daerah penangkapan ikan telah dilakukan oleh
Surbakti (2012). Indikator yang digunakan adalah konsentrasi klorofil-a dan catch
per unit effort (CPUE). Penelitian sejenis juga pernah dilakukan Zen et al. (2005).
Indikator yang digunakan untuk menduga daerah penangkapan ikan ada empat,
yaitu hasil tangkapan, panjang ikan, salinitas dan suhu permukaan laut.
Dalam penelitian ini digunakan tiga kriteria untuk menentukan daerah
penangkapan ikan yaitu, catch per unit effort (CPUE), ukuran panjang ikan dan
kandungan klorofil-a. Namun kriteria ukuran panjang ikan lebih besar bobotnya
dibandingkan dengan dua indikator lainnya. Hal ini didasari oleh pemikiran
bahwa komposisi ukuran ikan yang tertangkap sangat penting peranannya dalam
menjaga kelestarian sumberdaya ikan. Hasil tangkapan yang didominasi kategori
yang tidak layak tangkap berpeluang besar menimbulkan penurunan laju
rekruitmen sehingga kelimpahan stok ikan akan berkurang dalam jangka panjang.
1) Catch Per Unit Effort (CPUE)
Catch per unit effort ini menggambarkan produktivitas tangkapan, yaitu
jumlah tangkapan per satuan unit waktu. CPUE ini dapat dihitung dengan rumus
berikut (Purwaningtyas et al. 2006):


=



�ℎ ℎ� � � � ���

���� � � ���
��

Kategori daerah penangkapan ikan berdasarkan nilai CPUE dianalisis
dengan teknik scooring dengan pemberian bobot (Tabel 3). Apabila nilai CPUE
lebih besar dari nilai CPUE rata-rata maka diberi bobot 1 dan perairan tersebut
dikategorikan sebagai daerah penangkapan ikan potensial. Jika nilai CPUE lebih
kecil dari atau sama dengan nilai CPUE rata-rata, maka diberi bobot 0 dan
perairan tersebut dikategorikan sebagai daerah penangkapan ikan tidak potensial.
Tabel 3 Penilaian DPI melalui indikator CPUE
No Kategori CPUE Kriteria
Bobot
1 Tinggi
CPUE > CPUE rata-rata 1
2 Rendah
CPUE ≤ CPUE rata-rata 0
(Sumber : Simbolon dan Girsang 2009)

Kategori DPI
Potensial
Tidak Potensial

8

2. Ukuran panjang ikan
Data ukuran panjang ikan yang diperoleh dibandingkan dengan panjang
ikan pada saat ikan tersebut pertama kali matang gonad atau length at first
maturity (LM). Menurut Setyohadi (2010), nilai LM ikan lemuru pada ukuran
17,5 cm. Panjang ikan yang tertangkap lebih besar dari LM, maka diberi bobot 3
dan perairan tersebut dikategorikan sebagai daerah penangkapan ikan potensial.
Apabila panjang ikan yang tertangkap lebih kecil dari atau sama dengan LM,
maka diberi bobot 0 dan periran tersebut dikategorikan sebagai daerah
penangkapan ikan tidak potensial (Tabel 4).
Tabel 4 Penilaian DPI melalui indikator ukuran panjang ikan
No Kategori
Kriteria
Bobot
Kategori DPI
Ukuran panjang
1
Besar
Panjang ikan > LM 3
Potensial
2
Kecil
Pa ja g ika ≤ LM 0
Tidak
potensial
3. Klorofil-a
Penentuan kategori daerah penangkapan ikan berdasarkan pendekatan
kandungan klorofil-a dianalisis dengan teknik scooring (Tabel 5). Wudianto
(2008) menyebutkan bahwa suatu perairan dapat dikategorikan subur apabila
kandungan klorofil-a >0,2 mg/m3. Berdasarkan tingkat kesuburan tersebut, maka
karakteristik daerah penangkapan ikan potensial terpenuhi apabila kandungan
klorofil-a >0,2 mg/m3 diberi bobot 1 dan daerah penangkapan ikan tidak potensial
terpenuhi apabila kandungan klorofil-a 0,2 mg/m3
2
Sedikit
Klorofil-a ≤ 0,2 mg/m3

Bobot Kategori DPI
1
0

Potensial
Tidak
potensial

(Sumber : Simbolon dan Girsang 2009)
Kategori DPI potensial dan tidak potensial selanjutnya dianalisis
berdasarkan ketiga indikator yang telah diberi bobot atau skor, kemudian
diakumulasikan dan dianalisis secara deskriptif. Kriteria ukuran ikan harus lebih
diutamakan dalam rangka mewujudkan penangkapan yang berwawasan
lingkungan (Tabel 6). Daerah penangkapan dikatakan potensial apabila memenuhi
skor 4 dan 5. Daerah penangkapan dikatakan potensial sedang jika memenuhi skor
3. Daerah penangkapan dikatakan tidak potensial jika memenuhi skor 1 dan 2.

9
Tabel 6 Penentuan kategori DPI berdasarkan kombinasi nilai bobot
CPUE, klorofil-a, dan ukuran ikan
No
Kombinasi Indikator DPI
Kategori DPI
1 Ukuran ikan besar, CPUE tinggi, Potensial
Klorofil-a banyak
2 Ukuran ikan besar, CPUE tinggi, Potensial
tetapi Klorofil-a rendah
3 Ukuran ikan besar, Klorofil-a Potensial
banyak, tetapi CPUE rendah
4 CPUE tinggi, Klorofil-a banyak, Tidak Potensial
tetapi ukuran ikan kecil
5 Ukuran ikan besar, tetapi Potensial Sedang
klorofil-a rendah, CPUE rendah
6 CPUE tinggi, tetapi ukuran ikan Tidak Potensial
kecil, klorofil-a sedikit
7 Klorofil-a banyak, tetapi ukuran Tidak Potensial
ikan kecil, CPUE rendah

dari indikator
Skor
5
4
4
2
3
1
1

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Hasil Tangkapan Ikan Lemuru di PPN Pengambengan
Jumlah total hasil tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPN
Pengambengan pada saat penelitian adalah 229 ton yang berasal dari beberapa
DPI (Gambar 2). Pada Gambar 2 terlihat bahwa jumlah tangkapan terbanyak di
daerah Melaya yaitu 100 ton dan terendah terdapat di daerah Pulukan yaitu 8 ton.
Alat tangkap purse seine dapat beroperasi di daerah penangkapan ikan yang
terdapat di Selat Bali yang sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB)
Gubernur Jawa Timur dan Gubernur Bali, No. 238 Tahun 1992 dan No. 674
Tahun 1992 tanggal 14 November 1992, tentang pengaturan/pengendalian pukat
cincin (purse seine) di Selat Bali. Ukuran jaring pukat cincin maksimal memiliki
panjang jaring 300 meter, lebar jaring/kedalaman maksimum 60 meter dan ukuran
mata jaring kantong pukat cincin dengan mesh size 1 inchi (2,54 cm). Namun
dalam kenyataanya terdapat penyimpangan ukuran alat tangkap dengan peraturan
SKB Gubernur Jawa Timur dan Bali, yakni perbedaan ukuran mata jaring pukat
cincin. Pada saat penelitian mata jaring (mesh size) rata-rata jaring adalah 0,5
inchi (1,27 cm) untuk alat tangkap pukat cincin. Hal ini sangat memprihatinkan
karena dapat menangkap ikan yang berukuran kecil atau yang belum layak
tangkap sehingga dapat mengurangi ketersediaan stok sumberdaya ikan.

Jumlah Hasil Tangkapan (ton)

10
120
100
80
60
40
20
0

Daerah Penangkapan Ikan

Gambar 2 Jumlah Ikan lemuru yang didaratkan di PPN Pengambengan secara
spasial dari beberapa DPI pada bulan Februari 2015
Volume produksi ikan lemuru secara temporal selama penelitian yang
didaratkan di PPN Pengambengan disajikan pada Gambar 3. Hasil tangkapan ikan
lemuru selama penelitan berfluktuasi. Hasil tangkapan tertinggi pada tanggal 10
Februari (20 ton), 11 Februari (25 ton), 16 Februari (20 ton), dan 27 Februari (21
ton). Hasil tangkapan terendah terjadi pada tanggal 12 dan 13 Februari yang hanya
menangkap 1 ton. Peningkatan hasil tangkapan pada saat penelitian diduga karena
jumlah kapal yang beroperasi banyak, cuaca yang cukup baik dan ketepatan
nelayan dalam menemukan daerah penangkapan ikan. Penurunan hasil tangkapan
dapat disebabkan oleh keadaan perairan yang mengalami perubahan, baik suhu
maupun keadaan oseanografi lainnya (Merta 1992).

28-Feb-15

27-Feb-15

26-Feb-15

25-Feb-15

24-Feb-15

23-Feb-15

22-Feb-15

21-Feb-15

20-Feb-15

19-Feb-15

18-Feb-15

17-Feb-15

16-Feb-15

15-Feb-15

14-Feb-15

13-Feb-15

12-Feb-15

11-Feb-15

10-Feb-15

9-Feb-15

8-Feb-15

Jumlah Tangkapan
(ton)

30
25
20
15
10
5
0

Tanggal Operasi Penangkapan

Gambar 3 Sebaran hasil tangkapan ikan lemuru secara temporal di Perairan Selat
Bali pada Bulan Februari 2015
Ukuran Panjang Ikan Lemuru yang Tertangkap
Pada penelitian ini, ikan lemuru yang tertangkap dan didaratkan di PPN
Pengambengan memiliki ukuran yang beragam (Tabel 7). Ukuran ikan lemuru
yang tertangkap berkisar dari 11 cm sampai 26 cm. Ukuran ikan yang terbanyak
adalah 15 cm yaitu 26%. Ukuran ikan yang sedikit tertangkap adalah 11 cm yaitu
1%. Menurut Wijaya et al. (2009) menyatakan bahwa musim ikan lemuru di Selat
Bali menurut ukurannya dapat dibagi sebagai berikut: Sempenit (18cm) pada bulan Oktober sampai Desember.
Tabel 7 Sebaran ukuran ikan lemuru hasil penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Ukuran Ikan (cm)
11
13
15
16
18
19
21
23
24
26

Jumlah Ikan (ekor)
2
25
52
38
26
21
13
11
7
5

Presentase
1%
13%
26%
19%
13%
11%
7%
6%
4%
3%

Pengelompokan ukuran ikan lemuru di lokasi penelitian mengacu pada
kategori Wijaya et al. (2009) sebagaimana disajikan pada Gambar 4. Sempenit
yang berukuran kecil (18
cm). Namun demikian, kategori protolan dan lemuru yang belum bisa
dikategorikan dewasa masih cukup banyak tertangkap.
Jumlah (ekor)

100
77

80

64

60

57

40
20

2

0
Sempenit

Protolan

Lemuru

Lemuru Kucing

Gambar 4 Sebaran ukuran ikan lemuru berdasarkan kategori Wijaya
Nilai LM ikan lemuru pada ukuran 17,5 cm. Secara umum ikan lemuru
mengalami kematangan gonad yang pertama terjadi pada kisaran panjang antara
65-75% dari panjang maksimum (Setyohadi, 2010). Ikan lemuru yang berukuran
lebih dari 17,5 cm diasumsikan sudah layak tangkap sedangkan ikan lemuru yang
berukuran kurang dari 17,5 cm belum layak tangkap. Dengan demikian ikan
lemuru yang tertangkap saat penelitian ini didominasi oleh ikan tidak layak
tangkap yaitu 72 % (Gambar 5). Apabila ikan tidak layak tangkap mendominasi
hasil tangkapan, berarti bahwa usaha penangkapan mengurangi peluang
recruitmen dan akan berdampak negatif terhadap ketersediaan stok di perairan
(Simbolon, 2008).

12

layak
tangkap,
28%
tidak layak
tangkap,
72%

Gambar 5 Komposisi Jumlah ikan kategori layak tangkap dan tidak layak tangkap.
Sumber : (Olahan data penelitian)
Ginanjar (2006) menunjukkan bahwa ikan lemuru yang tertangkap dari
Perairan Siberut pada bulan Juni 2004 - Mei 2005 untuk kategori layak tangkap
hanya 40,70%. Namun, penelitian ini yang dilakukan pada bulan Februari 2015 di
Selat Bali menunjukkan bahwa kategori ikan yang tidak layak tangkap 72%. Hal
ini didukung penelitian Nurfaqih (2015) yang menunjukkan bahwa presentase
ikan yang tidak layak tangkap lebih dominan yaitu 88,40% dan Zakiah (2015)
juga menunjukkan bahwa ikan lemuru yang layak tidak layak tangkap lebih
dominan yaitu 91%. Hasil penelitian ini untuk mendapatkan informasi yang lebih
lengkap dan akurat, sedangkan perbedaan penelitian disebabkan karena lokasi
penelitian yang berbeda.
Tabel 8 Perbedaan penelitian terdahulu dan saat ini terkait kelayakan tangkap ikan
lemuru
Penulis
Waktu
Lokasi
Hasil Dominan Tertangkap
Penelitian
Penelitian
Layak Tangkap Tidak Layak
Tangkap
Ginanjar (2006)
Juni 2004Perairan
40,70 %
59,30 %
Mei 2005
P. Siberut
Nurfaqih (2015)
Februari
Muncar
11,60 %
88,40 %
Zakiah (2015)
Februari
Selat Bali
9%
91 %
Kandungan Klorofil-a di Perairan Selat Bali
Kandungan klorofil-a di Perairan Selat Bali pada bulan Februari 2015
relatif homogen. Hal ini terlihat dari nilai koefisien variasinya yaitu 0,003
(Lampiran 3). Koefisien variasi (Kv) menyatakan perbandingan standar deviasi
dengan rata-rata. Semakin kecil nilai Kv maka kelompok data semakin homogen,
Kv=0 menandakan setiap elemen data tepat sama (Siregar 2004). Kandungan
klorofil-a ini bisa saja berbeda jika diamati pada musim yang berbeda. Hal ini
sesuai dengan pendapat Realino et al. (2007) variasi konsentrasi klorofil-a di
perairan Indonesia bervariasi setiap musim (musim barat, musim peralihan dan
musim timur).

0.33
0.3
0.27
0.24
0.21
0.18
0.15
0.12
0.09
0.06
0.03
0

0.289

0.279
0.209

0.195
0.153

0.177
0.125 0.125

0.155

0.149

0.096

0.079

0.189
0.161
0.135
0.156
0.132

0.145

0.136

28-Feb-15

27-Feb-15

26-Feb-15

25-Feb-15

24-Feb-15

23-Feb-15

22-Feb-15

21-Feb-15

20-Feb-15

19-Feb-15

18-Feb-15

17-Feb-15

16-Feb-15

15-Feb-15

14-Feb-15

13-Feb-15

12-Feb-15

11-Feb-15

10-Feb-15

9-Feb-15

0.045
0.034
8-Feb-15

Konsentrasi Klorofil-a (mg/m3)

13

Tanggal Operasi Penangkapan

Gambar 6 Rata-rata kandungan klorofil-a data harian secara temporal di perairan
Selat Bali

Konsentrasi Klorofil-a
(mg/m3)

Kandungan klorofil-a saat penelitian pada tanggal 11 Februari 2015
memiliki konsentrasi terbesar di perairan Bali yaitu sebesar 0,289 mg/m3 dan
konsentrasi terendah yaitu pada tanggal 12 Februari 2015 yaitu sebesar 0,034
mg/m3 dengan rata-rata 0,150 mg/m3. Kandungan klorofil-a secara temporal
selama bulan Februari 2015 berkisar antara 0,034 – 0,289 (Gambar 6). Hal ini
mengindikasikan bahwa kandungan klorofil-a selama penelitian termasuk dalam
kategori rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nontji (1984) kandungan
klorofil-a bernilai rendah 18 cm)
terjadi pada bulan Oktober sampai Desember.
3. Pemetaan daerah penangkapan ikan potensial pada bulan dan musim
berikutnya perlu dieksplorasi lebih lanjut.

Gambar 10 Peta daerah penangkapan ikan lemuru di Perairan Selat Bali

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan di Perairan
Selat Bali adalah:
1. Jumlah hasil tangkapan ikan lemuru terbanyak di daerah penangkapan ikan
Melaya yaitu sebesar 100 ton dan ikan lemuru yang dominan tertangkap
adalah berukuran 11-15 cm atau jenis protolan.
2. Kandungan klorofil-a di Perairan Selat Bali pada bulan Februari 2015
termasuk kategori rendah. Kandungan klorofil-a secara temporal relatif
homogen, berkisar antara 0,034-0,289 mg/m3. Kandungan klorofil-a secara
spasial di Melaya, Tanah Lot, Kuta dan Rening relatif homogen
dibandingkan dengan daerah perairan Pengambengan, Rambutsiwi, Pulukan
dan Selemadeg.
3. Daerah penangkapan ikan lemuru di Perairan Selat Bali ada bulan Februari
2015 termasuk dalam kategori tidak potensial.

18

Saran
Saran yang yang diusulkan dari penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan penelitan lanjutan terkait mengenai daerah penangkapan
ikan di waktu yang berbeda sehingga mendapatkan informasi yang lebih
lengkap dan akurat.
2. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi terkait ukuran mata jaring yang
digunakan oleh nelayan agar keberlanjutan sumberdaya ikan lemuru tetap
terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Ocean Color Web. http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov
[diunduh: 16 Maret 2015]
Arikunto S. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta bina
aksara.
Darmajati D. 2001. Analisis Hasil Tangkapan per Upaya Penangkapan dan Pola
Musim Penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Teluk Prigi [Skripsi]. Bogor
(ID) : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB.
Ginanjar M. 2006. Kajian Reproduksi Ikan Lemuru Berdasarkan Perkembangan
Gonad dan Ukuruan Ikan dalam Penentuan Musim Pemijahan di Perairan
Pantai Timur Pulau Siberut [Thesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana
IPB.
Inaya I. 2004. Pendugaan Hasil Tangkapan Ikan LemuruYang Didaratkan Di PPI
Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur [Skripsi]. Bogor (ID);
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Indrayani A, Mallawa, Zainuddin M. 2012. Penentuan Karakteristik Habitat
Daerah Potensial Ikan Pelagis Kecil dengan Pendekatan Spasial di
Perairan Sinjai. [Jurnal Penelitian]. Fakultas Ilmu Kelautan, Universitas
Hasanuddin, Makassar, 10 hlm.
Meliani F. 2006. Kajian Konsentrasi Dan Sebaran Spasial Klorofil-a di Perairan
Teluk Jakarta Menggunakan Citra Satelit Aqua MODIS. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nababan NMCM. 2009. Hubungan Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Selat Bali
dengan Produksi Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) yang Didaratkan di TPI
Muncar Banyuwangi [Skripsi]. Bogor (ID): Ilmu dan Teknologi Kelautan
FPIK IPB.
Nontji A. 1984. Biomassa dan produktivitas fitoplankton di perairan Teluk Jakarta
serta kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan. Bogor (ID): Fakultas
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Nurfaqih L. 2015. Analisis Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan
Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di
PPI Muncar Banyuwangi [Skripsi]. Bogor (ID); Departemen Pemanfaatan

19
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Purwaningtyas SE, Sugianti Y, Hartati ST. 2006. Hasil Tangkapan Ikan dengan
Menggunakan Bubu di Teluk Saleh. Nusa Tenggara Barat. Prosiding
Seminar Nasional Ikan IV. Jatiluhur (ID): PDII LIPI.
Realino TA, Wibawa D, Zahrudin A, Napitu AM. 2007. Pola Spasial dan
Temporal. Kesuburan Perairan Permukaan Laut di Indonesia. Balai Riset
dan Observasi. Kelautan Departemen Kelautan dan Perikanan. Bali.
Ridha U, Muskananfola MR, Hartoko A. 2013. Analisa Sebaran Tangkapan Ikan
Lemuru (Sardinella lemuru) Berdasarkan Data Satelit Suhu Permukaan
Laut dan Klorofil-A di Perairan Selat Bali. Diponegoro Journal Of
Maquares. 2(4): 53-60.
Septiana E. 2013. Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Lemuru Berdasarkan
Kandungan Klorofil-a dan Komposisi Hasil Tangkapan di Perairan Teluk
Lampung [skripsi]. Bogor (ID): Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK
IPB.
Setyohadi D. 2010. Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Lemuru (Sardinella
lemuru) di Selat Bali: Analisis Simulasi Kebijakan Pengelolaan 20082020. Disertasi (tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana Fakultas
Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang (ID).
Simbolon D. 2008. Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Berdasarkan
Pendekatan Suhu Permukaan Laut Deteksi Satelit dan Hasil Tangkapan di
Perairan Teluk Palabuhanratu. Jurnal Litbangda NTT 4:23-30.
Simbolon D, Girsang HS. 2009. Hubungan antara Kandungan Klorofil-a dengan
Hasil Tangkapan Tongkol di Daerah Penangkapan Ikan Perairan
Pelabuhanratu. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 15(4):297-305.
Simbolon D, Irmawati R, Sitanggang LP, Ernaningsih D, Tadjuddah M, Manoppo
VEN, Karman, Mohammad. 2009. Pembentukan Daerah Penangkapan
Ikan. Penerbit Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Simbolon D. 2011. Bioekologi dan Daerah Penangkapan Ikan. Bogor (ID):
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB.
Simbolon D, Wiryawan B, Wahyuningrum PI, Wahyudi H. 2011. Tingkat
Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat
Bali. Buletin PSP IPB.19:295-309.
Siregar S. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian. Jakarta (ID): PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: ALFABETA
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.
Susilo SB. 2000. Penginderaan Jauh Kelautan Terapan. Penerbit Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Surbakti CN. 2012. Analisis Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Teri
Berdasarkan Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga, Sumatera Utara
[skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
FPIK IPB.

20
Tubalawony S. 2007. Kajian Klorofil A dan Nutrien serta Interelasinya dengan
Dinamika Mass Air