PENGARUH RASIO KESEHATAN BANK TERHADAP KINERJA BANK UMUM SYARI’AH DI INDONESIA (Pendekatan POJK 03 Nomor 08 Tahun 2014)

(1)

PENGARUH RASIO KESEHATAN BANK TERHADAP KINERJA BANK UMUM SYARI’AH DI INDONESIA

(Pendekatan POJK 03 Nomor 08 Tahun 2014)

THE INFLUENCE OF BANK SOUNDNESS RATIO ON ISLAMIC BANKS PERFORMANCE IN INDONESIA

(POJK 03 No. 08 of 2014 Approach)

Oleh

RIVALDI YANUAR 20130410045

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

(Pendekatan POJK 03 Nomor 08 Tahun 2014)

THE INFLUENCE OF BANK SOUNDNESS RATIO ON ISLAMIC BANKS PERFORMANCE IN INDONESIA

(POJK 03 No. 08 of 2014 Approach)

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

RIVALDI YANUAR 20130410045

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

v

Moto

Maka sesungguhnya bersama kesulitan

itu ada kemudahan. Sesungguhnya

bersama kesulitan itu ada kemudahan

.

(Q.S Al-Insyirah: 5-6)

Menyerah hanya ada pada orang yang tidak bersyukur

Dalam menggapai target yang diinginkan masalah dan

hambatan itu sebuah hal yang wajar, cukup hadapi

dengan banyak solusi dan jangan mengeluh, karena

Allah SWT pun tak pernah membatasi manusia dalam


(5)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk Ibu dan Bapak saya sebagai sosok malaikat tak bersayap Mamah Wastimah dan Jauhar Nurhikmat Waluyadi

yang telah mendoakan, mendidik dan mendukung saya hingga saya sampai pada tahap menyelesaikan studi di jenjang S1.

Selanjutnya skripsi saya persembahkan untuk Kakak saya Riandasa Anugerah Febrian dan Dyah Galuh.P yang telah mendidik saya menjadi pribadi yang kuat dan berusaha keras serta untuk seluruh keluarga besar Abu Cher yang telah mendoakan saya selama ini

Skripsi ini juga saya persembahkan kepada

Sahabat seperjuangan BPH HIMAMA FE UMY 2015-2016 Keluarga Besar Alumni OSIS 45 SMAN 1 Jatiwangi

Keluarga Himpunan Mahasiswa Manajemen (HIMAMA) FEB UMY Keluarga Besar Mahasiswa Program Studi Manajemen Angkatan 2013

Teman – Teman Manajemen B 2013

Teman – teman seperjuangan saya dalam pengerjaan skripsi

yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini

Ibu Lela Hindasah., SE., M.Si., Taufik Akhbar, SE., MBA., Ferry Rahmadani, Lailatul Rochmah, Ellen. D. Octanti dan Yoga Murti Istianto.

Yang terakhir skripsi ini saya persembahkan untuk Civitas Akademika Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(6)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

MOTO ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktik ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori ... 11


(7)

xii

2. Lembaga Keuangan ... 12

3. Bank ... 14

4. Kinerja Keuangan ... 20

5. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 21

B. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Perumusan Hipotesis ... 41

C. Model Penelitian ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian ... 51

B. Populasi dan Sampel ... 51

C. Teknik Sampling ... 51

D. Jenis Data ... 52

E. Pengumpulan data ... 52

F. Definisi Operasional Variabel ... 53

G. Teknik Analisis Data ... 60

1. Alat Analisis ... 61

2. Analisis Regresi Berganda... 61

3. Uji Asumsi Klasik ... 62

4. Pengujian Hipotesis ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 67

B. Hasil Uji Kualitas Data ... 68


(8)

xiii

E. Pembahasan (Interpretasi) ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 95

C. Keterbatasan Penelitian ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Perbankan Syari’ah di Indonesia ... 3

Tabel 2.1. Perbandingan LKBB dan LKB ... 14

Tabel 2.2. Perbedaan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syari’ah ... 20

Tabel 2.3. Parameter Penilaian GCG ... 36

Tabel 3.1. Parameter Peringkat Penilaian GCG ... 57

Tabel 3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 60

Tabel 4.1. Prosedur Pemilihan Sampel (Purposive Sampling) ... 68

Tabel 4.2. Statistik Deskriptif ... 69

Tabel 4.3. Uji Normalitas ... 72

Tabel 4.4. Uji Multikolinearitas ... 73

Tabel 4.5. Uji Autokorelasi ... 74

Tabel 4.6. Uji Heterokedestisitas (Glejser) ... 75

Tabel 4.7. Pengujian Analisis Regresi Berganda ... 76

Tabel 4.8. Pengujian Analisis Regresi Berganda ... 78


(10)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Intermediasi Perbankan ... 15 Gambar 2.2. Model Penelitian ... 50


(11)

(12)

(13)

viii ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of bank soundness ratio on Islamic banks performance in Indonesia using valuation methods based on POJK 03 no.08 of 2014. In this study, the sample used is islamic banking which included national private banks with total 11 national private Islamic banks with provision has published the annual report in 2011 – 2015 and which published GCG self assessment report . The analysis used in this study were operated multiple regression analysis using Eviews 7.0.

Based on the study, indicated that the ratio of liquidity risk is measured using the FDR significant negative effect on the performance of Islamic banks as measured by ROA, the risk ratio financing / credit use NPF significant negative effect on ROA, the value of reverse GCG has no effect on ROA, the profitability ratio measured by BOPO significant negative effect on ROA and capital ratios measured by CAR does not have an influence on ROA.


(14)

vii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh rasio kesehatan bank terhadap kinerja bank umum syariah di Indonesia menggunakan metode penilaian berdasarkan pada POJK 03 nomor 08 tahun 2014 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum syari’ah. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah perbankan syari’ah yang termasuk bank swasta nasional berjumlah 11 bank umum syariah swasta nasional dengan ketentuan telah menerbitkan annual report tahun 2011 – 2015 dan laporan good corporate governance. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda dioperasikan menggunakan Eviews 7.0.

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, ditunjukan bahwa Rasio Risiko Likuiditas yang diukur menggunakan FDR berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja bank umum syariah yang diukur dengan ROA, rasio risiko pembiayaan/kredit menggunakan NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, nilai reverse GCG tidak berpengaruh terhadap ROA, rasio rentabilitas yang diukur dengan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan rasio permodalan yang diukur dengan CAR tidak memiliki pengaruh terhadap ROA.


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang menjadi pilar ekonomi bagi sebuah negara. Prinsipnya bank di Negara Indonesia berdiri untuk memenuhi amanah undang - undang no. 10 tahun 1998, bank adalah lembaga keuangan yang turut membangun kesejahteraan masyarakat Indonesia. Bank memegang peranan yang strategis dalam pembentukan kekuatan perekonomian Negara. Peran strategis tersebut karena bank memiliki fungsi intermediasi keuangan yang mana kegiatan bank adalah menghimpun dana masyarakat kemudian menyalurkannya dalam bentuk pinjaman atau pendanaan serta pembiayaan secara efektif dan efisien. Fungsi funding dan landing pada akhirnya akan mendukung pada pelaksanaan pembangunan nasional, yaitu dalam usaha meningkatkan pemerataan pembangunan dan kemudian dampak jangka panjang akan timbul pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup masyarakat indonesia. Dalam upaya pemenuhan tujuan jangka panjang tersebut maka bank dituntut untuk terus berinovasi dan melakukan continue improvement guna mencapai perbankan yang ideal serta dapat meningkatkan kemampuan bank yang diukur dengan kinerja yang semakin baik.

Dalam perkembangan sistem perbankan di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual banking system sebagai mana yang ditentukan pada Arsitektur


(16)

Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan sistem jasa perbankan yang semakin lengkap untuk memenuhi konsep intermediasi yang ideal. Di Indonesia terdapat bank umum konvensional dan bank umum syariah yang bersinergi mendukung penyaluran dana masyarakat secara lebih luas dan menyeluruh dengan variasi pelayanan yang di sediakan, sehingga dapat menimbulkan peningkatan kemampuan pembiayaan bagi perekonomian nasional. Produk perbankan yang menjadi tolak ukur pada pertumbuhan perekonomian Indonesia seperti kredit produktif atau konsumtif, tabungan, deposito, investasi lain – lain, pembiayaan, pendanaan dll.

Pertumbuhan perbankan syariah mengalami perlambatan secara drastis. Hal ini diungkapkan oleh lembaga pengawasan perbankan Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan bahwa bank syariah mengalami perlambatan pada tahun 2015. Pada tahun 2013 bank syariah dinilai memiliki pertumbuhan positif dengan ciri pada pertumbuhan aset yang siginifikan. Prestasi tersebut tidak mampu terulang lagi pada tahun 2015, yang mana pertumbuhan asset pada tahun tersebut hanya sebesar 7,9% pada juli 2015. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai bahwa bukan hanya pada sisi asset yang mengalami perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada sisi pembiayaan sebesar 5,5% dan memiliki kualitas pendanaan yang buruk yang di ukur dengan rasio NPF (Non Performing Financing) sebesar 4,89%. Perlambatan tersebut menurut OJK memiliki faktor penyebabnya yaitu permodalan yang kecil, biaya dana yang


(17)

3

mahal, biaya operasional yang tidak efisien, layanan yang belum memadai dan kualitas SDM dan tekhnologi yang masih tertinggal jauh

Tabel 1.1 Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia

Tahun Jumlah Aset

2010 Rp 100 Triliun

2011 Rp 123 Triliun

2012 Rp 179 Triliun

2013 Rp 228 Triliun

2014 Rp 234 Triliun

2015 Rp 273 Triliun

Sumber: data statistik proyeksi pertumbuhan bank syariah di Indonesia

Secara langsung bank syariah tidak terpengaruh oleh tinggi rendahnya suku bunga di Indonesia. Sehingga suku bunga tidak mempengaruhi minat nasabah untuk melakukan permohonan pembiayaan atau pendanaan. Pada dasarnya bank syariah menjadikan imbal hasil sebagai subtitusi dari bunga yang diterapkan bank, sehingga bank syariah dalam pengembalian pokok pinjaman dan penambahan dari pengembalian sebagai imbalhasil yang telah ditentukan sangat tergantung pada kinerja debitur. Ketergantungan ini menyebabkan risiko tersendiri yang harus diantisipasi oleh bank.

Kompleksitas industri perbankan dalam kegiatan operasionalnya menjadi salah satu alasan bagi lembaga pengawasan untuk menetapkan standar penilaian kinerja perbankan atau tingkat kesehatan perbankan. Perbankan sebagai industri intermediasi yang sarat akan risiko menyebabkan penilaian kinerja haruslah berorientasi pada risiko inhern perbankan. Kesadaran mengenai tatakelola yang baik dapat mempengaruhi kredibilitas


(18)

bank dan secara langsung maupun tidak langsung serta berdampak pada rentabilitas karena sumber pendapatan pokok bank adalah pihak ketiga yang menggunakan layanan perbankan. Selain itu penilaian pada aspek profit atau rentabilitas perbankan dipandang sangat penting dan berpengaruh pada kinerja keuangan bank. Dalam pemenuhan kegiatan operasionalnya bank menggunakan modal, sehingga permodalan dianggap sebagai salah satu aspek yang dapat menggambarkan tingkat kesehatan bank.

Penilaian kinerja bank umum syariah pada PBI no 9 tahun 2007 tentang sistem penilaian kesehatan pada bank umum syariah menitik beratkan penilaian pada faktor permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen, profitabilitas, likuiditas dan sensitfitas terhadap risiko pasar bank umum syariah. Bank Indonesia menimbang pada peraturan tersebut bahwa pemeliharaan kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah adalah kepentingan seluruh pihak yang terkait pada bank. Dinamisnya pergerakan perbankan syariah yang ditandai dengan semakin banyak jenis layanan perbankan syariah menimbulkan peningkatan kompleksitas usaha dan sejalan dengan timbulnya risiko pada perbankan sendiri.

Pada PBI no 13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum mulai menerapkan metode baru dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Hal yang mendasari pengkinian kerangka penilaian bank oleh bank Indonesia yaitu mengikuti pada standar bank dunia tentang penilaian kesehatan bank. Selain itu peningkatan kompleksitas usaha bank serta profil risiko yang muncul pun menjadi salah satu alasan yang mendasari bank


(19)

5

Indonesia merubah metode penilaian kinerja tersebut. Selain peraturan diatas, bank Indonesia pun mengeluarkan Surat Edaran no.13/24/DPNP yang menjelaskan tentang struktur dan tatacara penilaian kesehatan bank, yang kemudian menjadi Manual book bagi bank di Indonesia.

Kerangka penilaian yang terdapat pada PBI no.13 tersebut berorientasikan pada profil risiko yang ditimbulkan, tata kelola bank, kemampuan bank menghasilkan laba serta kemampuan modal bank menangani setiap asset yang memiliki risiko. Pada awalnya penerapan kerangka tersebut diaplikasikan hanya pada bank umum konvensional, karena pada bank umum syariah masih menggunakan penilaian sesuai pada PBI no 9 tahun 2007. Pada Januari 2014 perpindahan fungsi pengawasan bank berpindah dari bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebabkan segala bentuk pengawasan pada lembaga keuangan di tangani oleh OJK. Dalam penilaian kesehatan bank umum syariah OJK mengeluarkan POJK no. 8/ POJK.3/2014 tentang penilaian kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah yang berdasarkan pada penilaian aspek profil risiko, tata kelola, kemampuan menghasilkan laba, serta kecukupan modal.

Pada dasarnya penilaian bank pada setiap kerangka yang ditetapkan bank Indonesia maupun OJK dalam pelaksanaannya dilakukan secara mandiri oleh lembaga keuangan yang bersangkutan yang kemudian melakukan self assessment terhadap seluruh aspek yang dinilai berdasarkan peraturan yang ditetapkan. Setelah itu pihak internal bank menyerahkan laporan tingkat kesehatan kepada lembaga pengawas selambat – lambatnya setiap semester


(20)

pada akhir juli dan akhir desember. Laporan tersebut akan di validasi oleh lembaga pengawas sehingga dapat membuktikan bahwa laporan yang diberikan adalah laporan yang objektif dan dapat merepresntasi kan kondisi bank, sehingga laporan tersebut dapat digunakan oleh pihak luar perusahaan dalam mengambil keputusan investasi dll. atau pihak internal untuk kebijakan strategis.

Dalam penilaian kesehatan bank umum syariah menggunakan prinsip – prinsip yang telah ditetapkan oleh POJK no.8 tersebut. Prinsip – prinsip penilaian tersebut dideskripsikan pada surat edaran OJK no. 10 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah. Prinsip Berorientasi pada risiko yang artinya pada kerangka penilaian perbankan, kerangka penilaian tersebut berorientasikan pada risiko – risiko bank dan dampak yang akan ditimbulkan pada kinerja bank secara komperhensif. Prinsip proporsionalitas yaitu pada setiap indicator penilaian memperhatikan pada kompleksitas usaha bank. Prinsip matrealitas dan signifikansi pada setiap indicator yang dinilai baik dari memperhitungkan dan menetapkan peringkat, Analisis ini didukung oleh data yang memadai tentang risiko dan kinerja keuangan bank. Prinsip komperhensif dan terstruktur yaitu prinsip penilaian yang menyeluruh dan tersistematis terhadap indicator tingkat kesehatan bank.

Pada penilaian bank umum syariah sesuai POJK no 8 tahun 2014 bahwa aspek yang dinilai adalah aspek profil risiko, tata kelola bank, rentabilitas, dan permodalan. Pada profil risiko terdapat 10 aspek risiko yang timbul dari


(21)

7

kegiatan usaha bank baik yang bersifat pendanaan, pembiayaan, dll., risiko reputasi, risiko hukum, risiko strategis dll. Tata kelola bank mencakup pada penilaian terhadap pemenuhan prinsip – prinsip good corporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kewajaran dan kemandirian. Dalam fokus penilaian good corporate governance tersebut berpedoman pada ketentuan good corporate governance yang berlaku serta memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Penilaian pada aspek rentabilitas menurut surat edaran OJK no. 10 adalah evaluasi pada kinerja rentabilitas, sumber – sumber rentabilitas, manajemen rentabilitas dan pelaksanaan fungsi social. Penilaian dilakukan dengan memperhitungkan trend, kompleksitas usaha bank, struktur, stabilitas dan perbandingan kinerja bank umum syariah dengan kinerja peer group dengan analisis kuantitatif maupun kualitatif. Pada penilaian permodalan mencakup pada evaluasi kecukupan modal dan kecukupan pengelolaan permodalan. Menurut surat edaran OJK bank umum syariah melakukan perhitungan permodalannya mengacu pada ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank umum syariah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penilaian kesehatan bank umum syariah yang telah ditetapkan oleh OJK pada POJK no. 8 tahun 2014 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah yaitu Risk Based Bank Rating (RBBR) yang mana melakukan penilaian kesehatan bank umum syariah berorientasikan pada risiko. Dalam dunia akademis dikenal dengan istilah RGEC (Risk, Good corporate


(22)

Governance, Earning, Capital) yang secara teknis penilaian sama dengan RBBR.

Pada penelitian muh. sabir dkk. (2012) dengan pembahasan pengaruh rasio kesehatan bank terhadap bank umum syariah dan bank umum konvensional di indonesia ditemukan bahwa capital adequacy ratio (CAR) sebagai proksi pengukuran kecukupan modal tidak berpengaruh terhadap return on asset (ROA) sebagai proksi kinerja keuangan bank. Rasio biaya operasional dan beban operasional (BOPO) sebagai rasio rentabilitas memiliki hubungan negative dengan ROA. Net operating margin (NOM) sebagai rasio rentabilitas berpengaruh positif terhadap ROA. Non perfoming financing (NPF) Sebagai rasio dari risiko Pembiayaan tidak berpengaruh terhadap ROA. Financing to deposit ratio (FDR) yang merupakan rasio likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap ROA. Pada penelitian M. Shalahuddin Fahmy (2013) menunjukan bahwa CAR memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA, NPF dan FDR memiliki pengaruh negative tidak signifikan terhadap ROA. Pada penelitian Pratiwi (2012) menunjukan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA, BOPO dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan FDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Pada penelitian Tjandro (2011) mendapati bahwa GCG berpengaruh positif terhadap ROA. Dari penelitian penelitian diatas tersebut terdapat research gap atau perbedaan hasil pada setiap penelitian. Selain itu peraturan penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah yang ditetapkan OJK mengharuskan penilaian secara


(23)

9

komperhensif menjadi ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk melakukan analisis pengaruh rasio kesehatan bank terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengaruh rasio risiko likuiditas terhadap kinerja bank umum

syari’ah?

2. Apakah pengaruh rasio risiko pembiayaan terhadap kinerja bank umum

syari’ah?

3. Apakah pengaruh Good Corporates Governance terhadap kinerja bank

umum syari’ah?

4. Apakah pengaruh rasio rentabilitas (Earning) terhadap kinerja bank

umum syari’ah?

5. Apakah pengaruh rasio permodalan (Capital) terhadap kinerja bank

umum syari’ah ? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah maka tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Mengetahui pengaruh rasio risiko likuiditas terhadap kinerja keuangan


(24)

2. Mengetahui Pengaruh Rasio risiko Pembiayaan terhadap kinerja

keuangan bank umum syari’ah.

3. Mengetahui Pengaruh Rasio Good Corporates Governance terhadap

kinerja keuangan bank umum syari’ah.

4. Mengetahui pengaruh rasio Rentabilitas (Earning) terhadap kinerja

keuangan bank umum syari’ah.

5. Mengetahui Pengaruh rasio Permodalan (Capital) terhadap kinerja bank

umum syari’ah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi penelitian selanjutnya terkait analisis pengaruh rasio kesehatan terhadap kinerja keuangan bank umum syari’ah di Indonesia.

2. Manfaat praktis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan Perbankan syari’ah terkait pengawasan terhadap

kinerja keuangan bank umum syari’ah yang dipengaruhi rasio kesehatan.


(25)

(26)

11

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIOTESIS

A. Landasan Teori

1. Financial Intermediation Theory

Menurut Petter S. Rose dan Sylvia C. Hudgin (2010) dalam bukunya bank management and financial services berpendapat bahwa perusahaan yang bersifat intermediasi keuangan adalah “bussines interact with two types of individual and institution in the economy: (1) deficit-spending individuals and institutions. Whose current expendintures for consumption and investment exceed their current recipt of income and who therefore, need to raise funds externally through borrowing or issuing stock, and (2) surplus-spending individuals and institutions whose current receipts of income exceed their current expenditures on good and services so they have surplus funds to save and investment.” . Intermediasi keuangan merupakan kegiatan dimana pihak perusahaan menyalurkan dana dari pihak surplus yang memiliki pendapatan melebihi kewajiban/beban sehingga dia dapat menyimpan dana dan melakukan investasi kepada pihak deficit yang memiliki nilai kewajiban/beban lebih besar daripada pendapatannya atau yang membutuhkan peningkatan dana yang bersumber dari eksternal dengan berbagai tujuan seperti ekspansi, penghematan pajak dan menjaga likuiditas sehingga dia memutuskan


(27)

12

untuk melakukan pinjaman atau menyebarkan isu positif kondisi perusahaannya.

2. Lembaga keuangan.

Pada pasal 1 UU no.14 tahun 1967 yang telah terganti dengan UU no.7 tahun 1992, Menyatakan bahwa lembaga keuangan merupakan suatu badan yang kegiatannya menarik hasil-hasil dana dari nasabah atau masyarakat yang kemudian disalurkan kembali pada masyarakat.

a. Bentuk lembaga keuangan.

Menurut SK Menkeu RI no. 792 tahun 1990 tentang “lembaga keuangan”, lembaga keuangan diberi batasan sebagai sebuah badan

yang kegiatannya dibidang keuangan, melakukan penghimpunan dan menyalurkan dana kepada masyarakat terutama pembiayaan investasi pada perusahaan. Dalam kenyataannya kegiatan lembaga keuangan bukan hanya dalam pembiayaan investasi namun bersifat kredit konsumtif, distribusi barang dan jasa. Lembaga keuangan terbagi menjadi dua bentuk;

1) Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

Pada surat keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No. KEP-38/MK/IV/1972 lembaga keuangan bukan bank adalah semua lembaga yang melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung menghimpun dana


(28)

dengan cara mengeluarkannya dalam bentuk surat berharga, kemudian menyalurkannya kepada masyarakat. Secara garis besar lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola keuangan bukan dalam bentuk, giro, tabungan atau deposit melainkan dalam bentuk surat berharga, gadai, asuransi.

2) Lembaga Keuangan Bank (LKB)

Menurut undang - undang no. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU no. 7 tahun 1992 tentang perbankan pada bab 1 dan pasal 1 serta ayat 2 menjelaskan bahwa, Bank adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan pada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit dan atau bentuk lainnya dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan memiliki jasa dan fungsi yang telah jelas. Masyarakat luas telah mengenal cukup baik mengenai jasa dan fungsi perbankan di Indonesia. Jasa pemindahan uang, jasa penagihan, jasa kliring, jasa valas, jasa deposito, debit.dll. Fungsi bank pada dasarnya sebagai intermediasi pada pihak yang surplus dana dan defisit dana yang kemudian bank mendapat komisi dari kegiatan tersebut baik berupa bunga maupun bagi hasil.


(29)

14

Tabel 2.1 Perbandingan LKBB dan LKB Kegiatan Bentuk Lembaga Keuangan

Bukan Bank Bank

Penghimpunan

Dana 

Tidak langsung: berbentuk kertas berharga, penyertaan, asuransi, surat hutang.

 Langsung: berupa tabungan maupun deposito.

 Tidak langsung: kertas berharga, penyertaan, kredit dari lembaga lain. Penyaluran

Dana 

Fokus pada tujuan

investasi  Pada badan

usaha  Jangka

menengah dan jangka panjang

 Tujuan investasi  Tujuan konsumtif  Tujuan modal

kerja

 Kepada badan usaha ataupun individu

 Untuk jangka pendek dan menengah

Sumber: Buku Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (kasmir, 2007)

3. Bank

Menurut undang – undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan menjelaskan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pada undang – undang yang sama asas, fungsi dan tujuan bank adalah bank di Negara Indonesia dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati – hatian dengan fungsi utama perbankan


(30)

sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat dengan tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional serta pemerataan sosial, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Tertera pada pasal dan perundang – undangan perbankan di Indonesia, secara umum tugas dan fungsi bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat untuk berbagai tujuan atau disebut dengan istilah financial intermediary. Secara spesifik bank memiliki fungsi agent of trust yaitu agen kepercayaan, karena kegiatan operasional didasari oleh kepercayaan satu sama lain antara nasabah dan bank. Selain itu fungsi perbankan adalah agent of development artinya peran perbankan adalah membangun dan mengembangkan perekonomian Indonesia disektor moneter dan sector rill. Agent of services artinya bank juga memiliki penawaran jasa lain selain penyimpanan dana serta penyaluran dana, dengan demikian bank akan mendapatkan profit yang menjaga kestabilan bank.

Gambar 2.1 Skema intermediasi perbankan

Menghimpun dana dari nasabah berupa tabungan,

deposito berjangka Bank sebagai lembaga Intermediasi keuangan Surplus Unit Defisit Unit Menerima pembayaan pokok pinjaman dengan

bunga yang telah ditentukan pada periode

tertentu Menyalurkan dana

berupa pinjaman berjangka pendek dan

menengah Menyediakan likuiditas yang

baik dan membayarkan bunga deposito maupun


(31)

16

Indonesia memiliki dual banking systems yang menjadi alternatif bagi nasabah dan membantu dalam pencapaian fungsi perbankan yang mana tercantum pada perundang – undangan. Jenis sistem bank di Indonesia yaitu

a. Bank konvensional.

Dilihat dari segi imbalannya, bank umum konvensional merupakan bank yang dalam kegiatannya, menghimpun dana maupun menyalurkan dananya, memberikan dan mendapatkan imbalan berupa bunga atau imbalan lainnya dalam periode tertentu dengan dibatasi oleh BI Rates sebagai batas minimum bunga. Secara umum bank umum konvensional memiliki fungsi sebagai financial intermediary yang mana menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat kepada masyarakat.

Sebagai lembaga intermediasi keuangan bank konvensional sangat bergantung pada kinerja pihak lain atau counterparty. Jika pihak peminjam memiliki kinerja yang buruk, baik pembayaran kredit jatuh tempo beserta bunga atau utang lainnya, maka keadaan bank dikatakan memiliki non perfoming loan yang tinggi. Hal ini menjadi alasan bank menggunakan prinsip kehati – hatian dalam menghimpun maupun menyalurkan dana berupa tabungan , deposito atau kredit.


(32)

BI rates sebagai kebijakan suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia memiliki pengaruh terhadap jumlah permohonan kredit ataupun peningkatan DPK pada bank konvensional. Ketika BI rates tinggi nasabah akan memilih untuk menabung atau mendepositkan dananya, namun di lain sisi permohonan kredit akan menurun dikarenakan beban bunga yang tinggi. Ketika BI rates dalam kondisi rendah secara logika sederhana permohonan untuk kredit akan meningkat karena dinilai memiliki beban bunga yang rendah. Seringkali BI rates digunakan untuk menarik investor asing untuk menanamkan dana nya di Indonesia, BI rates juga digunakan sebagai alat pengendalian inflasi di Indonesia.

Pola hubungan dalam bank konvensional adalah debitur – kreditur. Debitur yaitu pihak yang berhutang kepada pihak lain memiliki hak atas pengelolaan dana yang dipinjam dari kreditur. Kreditur yaitu pihak yang memberikan pinjaman kepada debitur, memiliki hak atas dana yang dipinjamkannya kepada pihak debitur yaitu berupa pengembalian pokok pinjaman sesuai pada tempo yang ditentukan dan penambahan berupa bunga dari pokok dana yang dipinjamkan.

Pada bank konvensional, pihak debitur bebas mengelola dananya pada bentuk produktif maupun konsumtif. Ketika pihak debitur tidak mampu membayarkan pokok pinjaman dan bunga,


(33)

18

biasanya bank akan menjatuhkan sanksi berupa denda sampai penyitaan atas aset yang debitur miliki untuk membayar utang tersebut tanpa mempertimbangkan kinerja debitur tersebut.

b. Bank umum syari’ah

Menurut UU RI no 21 tahun 2008 tentang perbankan

syariah di Bab 1 pasal 1 ayat 7 menyebutkan bahwa bank syari’ah

adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syari’ah dan menurut jenisnya terdiri dari bank umum syari’ah dan bank perkreditan rakyat syariah.

Dalam penyaluran dana nasabah, bank syariah mempertimbangkannya berdasarkan prinsip syariat. Sebagai bank yang memiliki sistem islam sudah sewajarnya bank syariah berorientasikan pada aspek halal dan bebas riba. Dalam penghimpunan dana masyarakat baik berbentuk tabungan maupun investasi sangat berbeda dengan bank konvensional. Tabungan pada bank syariah memiliki konsep titipan yang mana dapat diambil sewaktu – waktu dan tidak mendapatkan tambahan bunga, tambahan pada jumlah dana yang dititipkan dapat terjadi dan bersifat bonus serta waktunya tidak tetap. Bonus terjadi ketika bank mendapatkan keuntungan lebih dari dana titipan yang dikelola untuk diinvestasikan pada pembiayaan produktif, jumlahnya tidak tetap dan bank tidak harus selalu memberikan bonus.


(34)

Pola hubungan bank syariah yaitu berbentuk kemitraan. Penyaluran dana berupa pembiayaan produktif kepada nasabah didasari oleh prinsip kehati – hatian, mempertimbangkan aspek keberlanjutan usaha, kehalalan serta manfaat bagi umat. Pengembalian atas pokok pinjaman tersebut sangat bergantung pada kinerja peminjam, karena besarnya bagi hasil yang ditetapkan bank syariah sangat tergantung pada baik buruknya kinerja nasabah.

Sebagai mitra, bank syari’ah biasanya memantau secara rutin dana

yang dipinjamkan tersebut. Bank syariah sangat beresiko memiliki risiko kredit yang besar, karena pengembalian pokok pinjaman sangat tergantung pada kinerja nasabah. Ketika nasabah sudah menggunakan dana tersebut dengan baik, sesuai dengan prosedur yang berlaku pada bank syariah, namun nasabah tersebut tetap mengalami kebangkrutan maka dana yang dipinjamkan tidak harus dikembalikan kepada bank karena sistem bank syariah yaitu risk & return sharing. Dalam menghindari risiko tersebut bank syariah perlu menerapkan manajemen risiko dan prinsip kehati – hatian secara maksimal agar terhindar dari risiko tersebut.

Dalam kegiatan menghimpun dana masyarakat, bank melakukan beberapa kegiatan usaha berbentuk jasa simpanan, titipan dan investasi. Bank syariah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk giro yang berdasarkan pada prinsip syariah dalam


(35)

20

mengelolanya. Tabungan pada bank syariah menggunakan prinsip

wadi’ah (akad penitipan) atau mudharabah (akad investasi).

Tabel 2.2 Perbendaan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah

No Bank Umum Konvensional

Bank Umum Syariah 1 Berlandaskan pada

prinsip perbankan dunia yang telah digunakan dan berbasis konvensional.

Berlandaskan pada hukum syariat islam, sehingga berpedoman pada Al- Qur’an dan Al-Hadist.

2 Terdapat unsur bunga yang menjadi salah satu sumber pendapatan dan menjadi beban biaya pinjaman.

Terdapat unsur jasa penyimpanan yang dibayarkan nasabah, sistem bagi hasil pada pembiayaan produktif dan profit

margin pada pembiayaan

konsumtif.

3 Profit oriented Risk & return sharing

4 Pola hubungan Debitur – kreditur

Pola hubungan kemitraan. 5 Pemilihan penyaluran

dana nasabah terorientasi pada prospek usaha

Pemilihan penyaluran dana nasabah terorientasi pada prospek usaha dan manfaat serta bebas unsur MAGHRIB (Maisir, gharar, haram, riba)

4. Kinerja keuangan

Kinerja Keuangan merupakan hasil yang dicapai bank dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuannyaa. Faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan (Muh. Sabir, dkk., 2012). Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek peng himpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian terhadap kinerja suatu bank


(36)

dapat di lakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangnya (Adyani, 2011 : 2 dalam Yunia Putri dan Andi Kartika, 2014)

Dalam menilai kinerja keuangan menurut kasmir (2004) dalam Yunia Putri dan Andi Kartika (2014) adalah menggunakan rasio – rasio sebagai berikut:

(a)Rasio likuiditas

(b)Rasio solvabilitas

(c)Rasio rentabilitas

(d)Rasio profitabilitas

5. Penilaian tingkat kesehatan bank

Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian dari banyak aspek yang menjadi faktor – faktor yang berpengaruh pada kinerja suatu bank. Ikatan Bank Indonesia (IBI) menyatakan bahwa penilaian terhadap faktor – faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan/atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas matrelialitas dari faktor – faktor penilaian, serta pengaruh dari faktor lain seperti industri perbankan dan kondisi perekonomian. Menurut peraturan Bank Indonesia (BI) No.13/01/PBI/2011 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Bank (TKB)


(37)

22

dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 8/POJK.03/2014 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) bahwa tingkat kesehatan bank (TKB) adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap kinerja bank dan risiko baik risiko konvensional maupun risiko penerapan prinsip syariah yang biasa disebut dengan Risk Based Ranking. Dapat disimpulkan bahwa Penilaian Kesehatan Bank adalah suatu kegiatan penilaian terhadap aspek aspek perbankan yang meliputi aspek risiko, kondisi internal perbankan serta kondisi perekonomian yang dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan/atau kualitatif yang mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas matrealitas dari faktor – faktor penilaian.

Risk based bank rating (RBBR) atau yang sering disebut RGEC (Risk, Good Corporate Governance, Earning, Capital) di Indonesia telah digunakan sejak 2012 dengan didasarkan pada PBI No. 13/01/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Pada tahun 2014 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengawas perbankan mengeluarkan peraturan No. 8/POJK.03/2014 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah. Dasar yang menjadi pembentukan seperangkat aturan atau prosedur penilaian tingkat kesehatan bank baik untuk bank umum, bank umum syariah maupun unit usaha syariah adalah sebagai berikut (IBI, 2016);


(38)

1) Meningkatnya inovasi dalam produk, jasa dan aktivitas perbankan berpengaruh pada peningkatan kompleksitas usaha dan profil risikobank yang apabila tidak diimbangi dengan penerapan manajemen risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan.

2) Pada prinsipnya, tingkat kesehatan, pengelolaan bank, dan kelangsungan usaha bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari manajemen bank. Oleh karena itu, bank wajib memelihara, memperbaiki dan meningkatkan tiingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk melakukan self assesment secara berkala terhadap tingkat kesehatannya mengambil langkah – langkah perbaikan secara efektif.

3) Pengawas akan melakukan evaluasi; menilai tingkat kesehatan bank; dan melakukan tindakan pengawasan yang diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas sistem perbankan dan keuangan. 4) Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan secara konsolidasian

bagi bank yang memiliki anak usaha.

5) Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan secara konsolidasi, mekanismer penetapan peringkat setiap faktor penilaian dan penetapan peringkat komposit, serta pengkategorian peringkat setiap faktor penilaian dan peringkat komposit mengacu pada


(39)

24

mekanisme penetapan dan pengategorian peringkat bank secara individual.

a. Prinsip – Prinsip Umum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 1) Berorientasi Risiko dan Forward Looking

Pengidentifikasian faktor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan risiko atau faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan harus berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Pengukuran pada risiko – risiko yang mungkin terjadi akan menjadikan bank dapat mendeteksi lebih cepat permasalahan yang akan terjadi pada bank dan mengambil langkah – langkah antisipasi dan dapat meminimalisir kerugian serta perbaikan secara efektif dan efisien.

2) Proporsionalitas

Kompleksitas dan karakter usaha bank perlu diperhatikan ketika penggunaan indikator dalam setiap faktor penilaian tingkat kesehatan bank.

3) Materialitas dan Signifikansi

Materialitas dan signifikansi faktor penilaian TKB perlu diperhatikan seperti, profil risiko, tata kelola perusahaan (Good

Corporate governance), rentabilitas, permodalan dan


(40)

dalam menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan peringkat tiap faktor penilaian.

b. Faktor – Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Faktor – faktor penilaian tingkat kesehatan bank menurut POJK no.8 tahun 2014 bab 3 tentang mekanisme penilaian kesehatan pasal 6 terdiri dari pengukuran terhadap aspek:

1) Profil Risiko

2) Tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

3) Rentabilitas 4) Permodalan

Perangkat setiap faktor risiko dan komposit ditetapkan berdasarkan pada framework yang menyeluruh dan terstruktur terhadap peringkat pada setiap faktor. Setiap faktor dilakukan penilaian secara partial antara faktornya yang memperhatikan materialitas setiap faktor dan mempertimbangkan kemampuan bank dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal yang signfikan.

1) Penilaian Profil Risiko (Risk Profile)

Penilaian profil risiko menurut surat edaran OJK no.10 tahun 2014 merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas manajemen risiko dalam kegiatan operasional bank.


(41)

26

Risiko yang dinilai adalah risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko operasional, risiko hokum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Pada bank umum syariah, ditambahkan risiko Investasi dan risiko imbal hasil. Pada bank yang bersifat konglomerasi keuangan, risiko bertambah menjadi risiko transaksi antar grup perusahaan dan risiko asuransi.

Penilaian risiko inheren artinya penilaian risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, yang dapat dikuantitatifkan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan bank. Pengukuran risiko inheren dilakukan dengan mengukur kemungkinan terjadinya event dan estimasi kerugian yang ditimbulkan. Profil risiko yang merupakan profil risiko inheren adalah sebagai berikut

a) Risiko kredit

Risiko kredit menurut SE OJK no. 10 tahun 2014 adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada bank sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Risiko kredit biasanya muncul diseluruh aktivitas bank yang berhubungan dengan kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit (Issuers) atau kinerja debitur (Borrower). Risiko ini akan muncul ketika bank melakukan konsentrasi kredit


(42)

pada industry tertentu, grup debitur tertentu, geografis tertentu, risiko ini disebut sebagai risiko konsentrasi kredit.

Pada SE OJK no. 10 tahun 2014 lampiran 3 penilaian pada penentuan peringkat risiko kredit memperhatikan atas portofolio penyediaan dana didominasi eksposur kredit/pembiayaan dan penyediaan dana.

b) Risiko pasar

Menurut SE OJK nomor 10 tahun 2014 Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain Risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.

Dalam menentukan peringkat risiko pasar menurut SE OJK nomor 10 tahun 2014 pada lampiran 3 menjelaskan bahwa, dalam menilai tingkat risiko pasar harus memperhatikan berbagai aspek yang terkait dengan risiko pasar. Penilaian terhadap volume dan komposisi portofolio dan potensi kerugian.

c) Risiko likuiditas

Menurut SE OJK nomor 10 tahun 2014 Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan ketidak mampuan


(43)

28

dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau asset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

Pada dasarnya bank tidak akan mengetahui kapan dan berapa banyak nasabah akan melakukan penarikan dana pada suatu bank, secara langsung bank berhadapan dengan dua kemungkinan kondisi likuiditas yang dapat menujukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo sehingga dapat mereprentasikan risiko likuiditas:

(1) Overliquid dimana bank dalam kondisi yang sangat likuid, dalam kondisi ini dana likuid bank dalam kondisi idle atau tidak berputar. Kondisi ini menggambarkan risiko likuiditas yang kecil sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan pengambilan dana nasabah secara besar – besaran. Menurut Frianto Pandia SE., MM. (2012) dalam bukunya manajemen dana dan kesehatan bank posisi overliquid yaitu posisi dimana dana bank dalam keadaan idle, dalam posisi ini bank seharusnya melakukan placement.


(44)

(2) Underliquid adalah kondisi dimana bank dalam kondisi yang tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kondisi ini bisa terjadi ketika rasio pembiayaan/kredit bermasalah tinggi sehingga bank tidak mendapatkan pokok pinjaman dari peminjam sehingga bank mengalami kesulitan likuiditas dalam memenuhi kewajiban jangka pendek seperti pelunasan deposito yang jatuh tempo, penarikan dana nasabah dan kegiatan operasional.

Bank perlu menyediakan likuiditas yang cukup untuk memenuhi dan melayani nasabah serta dapat beroperasi secara efisien. Bank yang memiliki likuiditas yang memadai dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada kreditur yang sudah jatuh tempo, dapat membayar jika secara tiba – tiba nasabah melakukan penarikan dalam jumlah yang besar serta pelayanan pinjaman diluar kebiasaan nasabah bank.

Sumber likuiditas salah satunya adalah penjualan aset, pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang atau meninngkatkan limit pinjaman dari pihak ketiga (IBI: 2016). Aset likuid merupakan aset yang dapat dijual dan menjadi uang tunai dengan cepat tanpa menyebabkan harga pasar dari aset tersebut turun signifikan.


(45)

30

Kondisi likuiditas bank yang terjaga dengan baik menimbulkan dampak jangka panjang bagi pertumbuhan tingkat pengembalian bank. Menurut Werdaningtyas (2002) peningkatan pembiayaan atau kredit yang dilakukan bank akan menyebabkan kesulitan likuiditas karena terancam risiko likuiditas yang menimbulkan sinyal buruk pada nasabah bahwa bank sedang mengalami kondisi kesulitan keuangan, dalam kondisi ekstrem akan terjadi pencabutan izin usaha bank tersebut.

Menurut SE OJK nomor 10 tahun 2014 lampiran 3 indikator penilaian risiko likuiditas, hal yang diperhatikan dalam penilaian manajemen risiko likuiditas yaitu bank memiliki asset likuid yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo, memperhatikan pada volume administrative dan/atau komitmen pendanaan intra grup, tingkat konsentrasi pada sumber pendanaan, kemampuan bank menangani kondisi krisis, kondisi arus kas yang berasal dari asset dan kewajiban, kemudahan dalam mengakses pendanaan.

d) Risiko operasional

Risiko operasional adalah risiko akibat ketidak cukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal,


(46)

kesalahan manusia, kegagalan sistem dan/atau kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank (IBI : 2016). Sumber – sumber yang mempengaruhi risiko operasional adalah SDM, proses, sistem dan kejadian eksternal yang secara langsung maupun tidak langsung pada operasional perbankan.

Dalam menilai peringkat risiko operasional menurut SE OJK nomor 10 tahun 2014 lampiran 3 memperhatikan pada risiko yang terkait pada kegiatan operasional bank. Karakteristik dan kompleksitas bisnis, sumber daya manusia, teknologi informasi dan infrastruktur yang mendukung, fraud dan kejadian eksternal adalah hal yang diperhatikan dalam menilai manajemen risiko operasional.

e) Risiko hukum

Risiko Hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau lemahnya aspek yuridis (IBI, 2016). Risiko ini akan muncul ketika tidak adanya peraturan perundang undangan yang mendukung atau lemahnya perjanjian kesepakatan, seperti tidak terpenuhinya persyaratan kontrak atau jaminan yang tidak memadai.


(47)

32

f) Risiko stratejik

Risiko stratejik adalah risiko yang timbul akibat salah dalam mengambil keputusan stratejik serta gagal dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis (IBI, 2016). Sumber risiko stratejik antaralain lemahnya dalam proses forrmulasi stratejik dan ketidak tepatan perumusan stratejik, ketidak tepatan implementasi strategi, dan kegagal mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

g) Risiko kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang – perundangan dan ketentuan yang berlaku (IBI, 2016). Sumber risiko kepatuhan dapat muncul karena perilaku hukum maupun perilaku organisasi terhadap suatu aturan ataupun etika bisnis.

h) Risiko reputasi

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan dari pemangku kepentingan yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank (IBI, 2016).


(48)

i) Risiko investasi (khusus Bank Umum Syariah)

Pada dasarnya risiko imbal hasil adalah sama seperti risiko kredit. Tingkat risiko imbal hasil dapat menginterpretasikan kualitas aset bank umum syariah. Risiko imbal hasil dapat menunjukan aset likuid yang telah disalurkan sebagai pembiayaan kepada pemohon dalam kegiatan produktif pemohon. Sehingga bank umum syariah sangat tergantung pada kinerja pemohon yang secara langsung dapat mempengaruhi kemampuan pengembalian pokok pembiayaan disertai bagi hasil yang telah disepakati sebelumnya.

Pengukuran risiko imbal hasil dilakukan untuk melihat risiko yang timbul dan menciptakan langkah prefentif sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari risiko tersebut. Penilaian risiko imbal hasil dilakukan dengan membandingkan pembiayaan bermasalah yaitu pembiayaan pada pihak ketiga bukan bank yang memiliki kualitas kurang lancar, diragukan dan macet , dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah.


(49)

34

j) Risiko imbal hasil (khusus Bank Umum Syariah)

Menurut SE nomor 10 tahun 2014 risiko imbal hasil adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayar bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dan yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga.

Dalam menilai peringkat risiko imbal hasil, bank harus mempertimbangkan aspek yang berhubungan dengan imbal hasil dan faktor yang mempengaruhinya. Menurut SE OJK nomor 10 tahun 2014 lampiran 3 dalam menilai risiko imbal hasil harus memperhatikan aspek komposisi dana pihak ketiga, strategi dan kinerja bank dalam menghasilkan laba dan perilaku nasabah.

2) Good Corporates Governance (GCG)

Sistem tata kelola yang baik atau sering disebut juga

Good corporate governance (GCG) menggunakan prinsip –

prinsip yang telah dijadikan acuan negara – negara didunia termasuk di indonesia. Menurut POJK. 03 nomor 8 tahun 2014 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah bab 3 pasal 7 poin b menyebutkan bahwa prinsip – prinsip GCG adalah sebagai berikut:


(50)

a) Akuntabilitas b) Transparansi c) Kewajaran d) Kemandirian

e) Produk bank dan informasi nasabah

Menurut Totok Dewanto (2010) esensi good corporate governance adalah untuk memastikan bahwa pemegang saham utama – kekayaan manajemen diimplementasikan. Bank secara universal merupakan sebagai industri regulator yang memiliki akses pada sistem pengamanan pemerintah, oleh karena itu bank merupakan lembaga yang harus memiliki sistem tata kelola yang sangat kuat.

Penilaian pelaksanaan GCG mencakup pada 3 penilaian yaitu structure, process dan outcomes. Governance structures memiliki tujuan untuk menilai kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola bank yang mendukung proses terlaksananya prinsip – prinsip tata kelola yang baik sehingga menghasilkan luaran yang sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (IBI, 2016). Struktur tatakelola bank mencakup pada komisaris, direksi, komite, dan satuan kerja pada bank. Infrastruktur pada tata kelola bank mencakup pada


(51)

36

prosedur dan kebijakan bank, sistem informasi manajemen bank, tugas pokok serta fungsi dari setiap strutur organisasi bank.

Penilaian terhadap governance process menurut ikatan banker Indonesia (IBI) bertujuan untuk menilai efektifitas pelaksanaan proses tata kelola yang sesuai dengan prinsip GCG didukung oleh struktur dan infrastruktur yang mencukupi sehingga dapat menghasilkan luaran yang sesuai harapan.

Governance outcomes adalah luaran yang dihasilkan dari proses tata kelola. Bentuk dari luaran tersebut adalah laporan yang cukup transparan, mematuhi peraturan perundang – undangan yang ditetapkan lembaga pengawas perbankan, perlindungan konsumen, objektifitas pada pelaksanaan penilaian internal, kinerja bank rentabilitas, efisiensi dan permodalan.

Penilaian GCG ditentukan oleh 11 parameter yang telah ditetapkan OJK digunakan sebagai penilaian internal serta ditentukan dengan system rating GCG. Parameter GCG sebagai berikut:

Tabel 2.3

Parameter penilaian GCG

Bobot Peringkat Nilai

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris

10%

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan direksi


(52)

Kelengkapan dan pelaksana tugas komite dewan komisaris

10%

Penanganan benturan kepentingan 10% Penerapan fungsi kepatuhan bank 5% Penerapan fungsi audit internal 5% Penerapan fungsi audit eksternal 5% Penerapan fungsi manajemen risiko

termasuk pengendalian internal

7.5%

Penyediaan dana kepada pihak terkait dan debitur besar

7.5%

Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank, laporan pelaksanaan tatakelola dan pelaporan internal

15%

Rencana stratejik 5%

Nilai Komposit (NK) 100%

Sumber: tabel parameter self-assessment buku supervise manajemen risiko bank

Setelah melakukan penilaian terhadap 11 parameter tersebut maka ditetapkan peringkat GCG yang didasarkan pada total nilai yang didapat dari self-assessment GCG. Nilai komposit (NK) < 1.5 memiliki predikat sangat baik, 1.5 < NK < 2.5 menandakan bahwa bank memiliki predikat baik, 2.5 < NK < 3.5 memiliki predikat cukup baik, 3.5< NK < 4.5 menandakan predikat kurang baik dan 4.5 < NK < 5 menandakan bank pada kondisi yang buruk pada aspek GCG.


(53)

38

Pada bank umum syariah self – assessment GCG dilakukan dengan parameter sebagai berikut menurut SEOJK nomor 10 tahun 2014:

a) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris b) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi

c) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite

d) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah

e) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa

f) Penanganan benturan kepentingan g) Penerapan fungsi kepatuhan h) Penerapan fungsi audit intern i) Penerapan fungsi audit ekstern

j) Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD)

k) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan pelaksanaan Good Corporate Governance serta pelaporan internal.

3) Rentabilitas (Earning)

Penilaian pada faktor rentabilitas yang meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber – sumber rentabilitas dan

sustainability rentabilitas bank dengan mempertimbangkan


(54)

memperhatikan kinerja peer grup serta manajemen rentabilitas bank, baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif (IBI, 2016). Menurut surat edaran OJK no. 10 tahun 2014 Indikator dalam menilai faktor rentabilitas meliputi :

a) Kinerja rentabilitas b) Sumber – sumber

c) Sustainability rentabilitas dan d) Manajemen rentabilitas.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif aspek rentabilitas, antara lain dilakukan melalui penilaian pada komponen;

a) Return on Assets (ROA)

b) Return on Equity (ROE)

c) Biaya operasional dibandingkan dengan pendatan operasional (BOPO)

d) Perkembangan laba operasional

e) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi sumber pendapatan

f) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya


(55)

40

4) Permodalan (Capital)

Penilaian atas permodalan mencakup tingkat kecukupan permodalan termasuk yang dikaitkan dengan profil risiko bank dan pengelolaan permodalan (IBI, 2016). Penilaian permodalan mencakup analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan peer grup, bank perlu memperhatikan skala, karakteristik dan/atau usaha bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki. Bank wajib mengacu pada ketentuan bank indonesia yang berlaku mengenai Kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) bagi bank umum:

Indikator dalam menilai permodalan meliputi:

a) Kecukupan modal bank

Penilaian kecukupan modal bank dilakukan secar komperhensif mencakup;

(1) Level, arah(tren), dan komposisi modal bank;

(2) Rasio KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional untuk menilai akurasi dalam pendefinisian komponen modal, perhitungan aset tertimbang menurut risiko, pembentukan cadangan, dan pencatatan menurut standar akuntansi.


(56)

b) Pengelolaan permodalan bank

Analisis terhadap pengelolaan permodalan bank mempertimbangkan manajemen permodalan dan kemampuan akses permodalan.

Fungsi permodalan pada bank adalah untuk mengantisipasi terjadinya risiko yang diakibatkan dari penyaluran dana pada masyarakat. Pengukuran terhadap risiko tersebut ditindak lanjuti dengan penyediaan permodalan yang cukup untuk mengantisipasi aset berisiko seperti piutang

mudharabah, musyarakah, ijarah dan murabahah untuk

perbankan syari’ah. Pemenuhan modal minimum tersebut di

wajibkan karena dicantumkan pada POJK tentang penilaian tingkat kesehatan bank, bank wajib menyediakan modal yang cukup untuk memitigasi terjadinya kredit/pembiayaan macet, kesulitan likuiditas, kondisi perekonomian yang dinamis serta menghadapi kondisi ekstrim seperti penarikan dana nasabah secara besar – besaran yang dapat menguras seluruh likuiditas bank.

B. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh rasio risiko likuiditas dengan kinerja bank umum syrai’ah

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang harus dibayar (Taswan, 2010). Permasalahan yang


(57)

42

cukup sering dihadapi bisnis perbankan adalah adanya persaingan yang sangat ketat tidak seimbang sehingga dapat menimbulkan ketidak efektifan manajemen yang mengakibatkan pada profit atau kinerja keuangan dan munculnya kredit bermasalah yang dapat menimbulkan penurunan laba (Rachmawati dan Herawati, 2013). Apabila terjadi masalah pada kredit maka akan mempengaruhi permodalan dan akan menimbulkan masalah pada likuiditas (Falentina, 2015). Sehingga pada

bank umum syari’ah jika bank memiliki Pinjaman macet maka

profitabilitasnya akan terganggu.

Risiko likuiditas akan muncul ketika kualitas pembiayaan yang ada buruk atau tidak seimbang antara pembiayaan dan pengembalian dari nasabah yang disertai dengan margin atau bagihasil yang telah disepakati. Pembiayaan macet yang sering terjadi dapat menyebabkan modal yang bersumber dari dana pihak ketiga (DPK), modal operasional/ usaha, serta modal cadangan yang digunakan untuk melakukan pembiayaan tersebut akan tertahan pada nasabah yang mengalami pembiayaan macet. Ketika terjadi pembiayaan macet maka kinerja bank akan menurun karena bank tak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Bank merupakan bisnis yang berbasis kepercayaan, ketika bank memiliki likuiditas yang buruk maka kepercayaan nasabah sebagai sumber modal DPK akan berkurang dan bank tak kan beroperasi dengan baik kemudian akan timbul financial distress bahkan kebangkrutan yang disebabkan oleh kinerja yang buruk.


(58)

Lebih banyak penelitian menggunakan obyek bank konvensional, sehingga dalam menghitung rasio yang sering digunakan dengan istilah Loan yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR). Dalam perbankan syariah istilah kredit (loan) digantikan dengan pembiayaan atau financing

(Syafi’i Antonio, 2001 : 170). Pada umunya konsep yang sama ditunjukkan pada bank syariah dalam mengukur likuiditas yaitu dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio (Muhamad, 2009)

Pada penelitian Barus dkk (2011), Aremu dkk (2013) dan ayaydin dkk (2014) menemukan bahwa LDR memiliki hubungan positif namun tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. Semakin besarnya rasio risiko likuiditas yang diukur dengan FDR (financing to debt rasio) maka bank mengeluarkan semakin banyak dana likuid yang bersumber dari pihak ketiga maupun pihak lain. Dalam proses pembiayaan atau pendanaan bank sangat tergantung pada kinerja dan kemampuan peminjam dalam pengembalian pokok pinjaman beserta imbal hasil. Ketergantungan tersebut menimbulkan risiko likuiditas pada bank pemberi pinjaman, jika bank mengalami kredit macet maka bank akan mengalami kesulitan keuangan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Konsep high risk high return terbukti, karena semakin besar dana yang disalurkan sebagai pinjaman memunculkan return dan meinimbulkan risiko. pada penelitian muh. Sabir dkk. (2012) Financing to deposit ratio (FDR)


(59)

44

yang merupakan rasio likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap ROA.. Sehingga hipotesis satu pada penelitian ini adalah:

H1 = Rasio risiko likuiditas berpengaruh positif terhadap kinerja bank umum syari’ah

2. Pengaruh Rasio Risiko Pembiayaan terhadap kinerja bank umum syari’ah

Pengukuran profile risk pada aspek risiko pembiayaan pada

bank umum syari’ah dapat menggunakan pendekatan Non Perfoming Financing (NPF) yang mana dapat memunculkan seberapa besar tingkat pembiayaan yang macet dalam bentuk Rasio.

NPF mencerminkan risiko imbal hasil, Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali cicilan pokok dan bagi hasil dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh pihak bank (Muhammad, 2005: 358). Selain mengukur risiko pembiayaan, NPF juga digunakan untuk

mengukur kualitas asset perbankan syari’ah. Ketika rasio NPF kecil

maka dapat di artikan bahwa pendanaan yang telah dilakukan memiliki kualitas yang baik, begitupun sebaliknya.

Tingkat kesehatan imbal hasil (NPF) ikut mempengaruhi pencapaian laba bank (Suhada, 2009). Ketika munculnya


(60)

pembiayaan yang bermasalah dalam rasio cukup besar dapat mengakibatkan bank kehilangan kesempatan mendapatkan profit dari pembiayaan yang telah dikeluarkan sehingga mempengaruhi pendapatan dan berpengaruh buruk pada ROA. Dengan demikian semakin besar NPF akan mengakibatkan menurunnya ROA, begitupun sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian M.sabir .dkk (2012) menyatakan bahwa rasio kualitas asset yang diukur dengan NPF berpengaruh negative terhadap ROA sebagai

rasio kinerja keuangan pada bank umum syari’ah. Selain itu sesuai

pula dengan penelitian Adi Stiawan (2009), dan Budi Ponco (2008) menunjukan NPF berpengaruh negative terhadap ROA. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H2 = Rasio risiko kredit/pembiayaan negatif terhadap Kinerja Bank Umum Syari’ah

3. Pengaruh Nilai Komposit Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja bank umum syari’ah.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan sebuah kegiatan perusahaan yang mana perusahaan tersebut menggambarkan kepatuhannya kepada peraturan yang berlaku. Pelaksanaan GCG terdiri dari 3 aspek governance; governance structure, governance process, governance outcome. governance


(61)

46

infrastruktur tata kelola bank agar proses GCG berjalan dengan baik, governance process untuk menilai efektifitas pelaksanaan GCG, governance outcome merupakan hasil dari pelaksanaan GCG yang akan memunculkan jumlah penyimpangan internal (ilham akbar : 2014).

Setelah dapat menjalankan 3 tahap GCG maka akan didapat hasil penyimpangan yang muncul pada internal perusahaan. Permasalahan internal tersebut akan menggambarkan kualitas manajemen bank tersebut secara tersirat. Ketika bank memiliki kualitas manajemen yang buruk maka pemenuhan kegiatan GCG sebagai penunjang kredibilitas bank juga akan buruk, sehingga akan berpengaruh pada laba atau profit margin pada bank tersebut.

Bank yang memiliki kualitas manajemen yang baik maka bank tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik pula. Menurut Gorge R. Terry cakupan tugas dan fungsi manajemen meliputi Planing, organizing, actuating dan Controling. Dalam cakupannya, pengawasan risiko – risiko yang akan terjadi pada perbankan menjadi tugas dan fungsi manajemen. Pendekatan Good Coorporate Governance juga dapat menunjukan penilaian secara objektif pada kinerja manajemen suatu perusahaan. Ketika manajemen perusahaan dapat mengelola risiko dengan baik serta dapat mengelola tingkat keuntungan perusahaan maka, segala aspek yang dikelola


(62)

manajemen pada dasarnya akan kembali pada tingkat keuntungan / profit (Paymata dan Mahfoed, 1999).

Semakin baik GCG pada indikator yang telah ditentukan, diasumsikan dapat mereprentasikan kinerja perusahaan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor atau nasabah untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. penilaian ini menunjukkan berapa besar bank memenuhi prinsip good corporates governance yaitu akuntabilitas, transparansi, kemandirian, pertanggungjawaban, kewajaran dan produk perbankan. Sehingga pemanfaatan asset yang ada menjadi pengaruh yang sangat besar, ketika perusahaan dapat memanfaatkan asetnya dengan baik maka return atau profit yang didapat akan semakin tinggi. Sejalan dengan hasil penelitian Tjandro (2011) GCG berpengaruh positif terhadap ROA. Berdasarkan penjelasan tersebut maka :

H3 = Good Corporate Governance Berpengaruh positif terhadap kinerja bank umum syari’ah.

4. Pengaruh Rasio Rentabilitas Terhadap kinerja keuangan bank umum syrai’ah

Menurut Mamduh dan Abdul halim (2014) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba. POJK no. 8 tahun 2014 ditetapkan bahwa proksi pengukur rentabilitas salah satunya adalah menggunakan rasio BOPO. Rasio tersebut


(63)

48

menggambarkan efisiensifitas beban yang digunakan dalam menghasilkan laba bank.

Pada penelitian Muh. Sabir.dkk (2012) ditemukan bahwa rentabilitas dengan menggunakan rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini didukung oleh penelitian Pratiwi (2012) menunjukan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

Ketika rasio BOPO semakin kecil maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank dalam menghasilkan laba. Ketika bank efisien menunjukan bahwa bank memiliki kinerja keuangan yang baik pada aspek rentabilitas bank. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

H4 = Rasio rentabilitas berpengaruh negatif terhadap kinerja bank umum syari’ah

5. Pengaruh Rasio Permodalan dengan kinerja bank umum syari’ah

Permodalan dalam penelitian ini menggunakan pengukuran

Capital adequacy ratio (CAR). Variabel permodalan sebagai

variabel independen yang mempengaruhi kinerja peusahaan yang hubungannya dengan tingkat risiko bank. Penetapan CAR pada titik tertentu dimaksudkan agar bank memiliki kemampuan modal yang cukup untuk meredam kemungkinan timbulnya risiko sebagai akibat


(64)

berkembangnya ekspansi asset terutama asset yang dapat menimbulkan profit sekaligus risiko. Menurut penelitian Hesti Werdaningtiyas (2002) Rendahnya CAR dikarenakan peningkatan ekspansi aset beresiko yang tidak diimbangi dengan penambahan modal menurunkan kesempatan bank untuk berinvestasi dan menurunkan kepercayaan masyarakat sehingga berpengaruh pada penurunan profitabilitas.

Namun pada penelitian muh.sabir.dkk (2012) Berdasarkan pada uji t diperoleh bahwa rasio permodalan yang diukur dengan

CAR pada bank umum syari’ah tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perbankan syariah di Indonesia. Pada penelitian Mitasari dan Djumahir (2014) serta Eng (2013) menemukan bahwa CAR positif namun tidak berpengaruh pada kinerja atau profitabilitas bank umum konvensional, besarnya CAR tidak selalu menentukan jumlah ROA yang besar. Pada penelitian Pratiwi (2012) menunjukan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA.. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya maka hipotesis pada penelitian ini ;

H5 = Rasio permodalan berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan syari’ah


(65)

50

C. Model Penelitian

Pada penelitian ini terdapat 2 jenis variabel yaitu, variabel independen dan variabel dependen. Pada variabel independen peneliti menggunakan rasio pada penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah berdasarakan pada POJK no. 8 tahun 2014 yaitu Rasio risiko likuiditas, rasio risiko imbal hasil, peringkat GCG, Rasio Likuiditas, Rasio permodalan, sedangkan kinerja keuangan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh 5 variabel independen lainnya. Sehingga model penelitiannya sebagai berikut :

Gambar 2. 2

Model Penelitian

H2 (-)

H5 (+) Risiko Likuiditas (X1)

Risiko Pembiayaan (X2)

GCG (X3)

Rentabilitas (X4)

Permodalan (X5)

Kinerja Keuangan H1(+)

H3 (+)


(66)

(67)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah Bank Umum Syari’ah yang telah

menerbitkan laporan keuangan periode 2011 - 2015.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bank umum syari’ah di

Indonesia yang sampai 2015 masih berdiri sebagai bank umum syariah yang

berjumlah 11 bank umum syari’ah yang tercatat pada OJK dan Bank Indonesia.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah bank umum syariah swasta nasional yang telah menerbitkan laporan keuangan periode 2011-2015. Pengambilan interval sampel tersebut diasumsikan dapat merepresentasikan kondisi bank syariah di Indonesia dilihat dari asset yang terus tumbuh pada periode tersebut. Sehingga penulis berharap dengan menggunakan interval tersebut dapat merepresentasikan pengaruh yang terjadi dengan baik.

C. Teknik Sampling

Teknik pengumpulan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling, yaitu pengambilan sample berdasarkan kriteria tertentu. Kritteria – kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(68)

1. Bank umum syariah yang telah menerbitkan annual report setiap tahun dari 2011 – 2015.

2. Bank umum syariah yang telah mengeluarkan laporan good corporates governance tahun 2011 – 2015.

D. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini berdasarkan sifatnya adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka) (Mudrajad, 2013: 145). Berdasarkan cara memperolehnya adalah data sekunder, yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian melainkan diperoleh dari pihak lain. Data tersebut berupa laporan keuangan yang diterbitkan langsung maupun tidak langsung oleh lembaga bank umum syariah yang telah dijadikan sampel penelitian.

Penulis menggunakan data panel sebagai data yang akan dianalisis karena dengan menggunakan data panel maka dapat memberikan informasi lebih banyak, variabilitas, degree of freedom dan mengurangi kolinieritas antar variabel.

E. Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu mengambil data berupa dokumen-dokumen laporan keuangan.


(69)

53

F. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan upaya menterjemahkan sebuah konsep variabel ke dalam instrumen yang digunakan.

1. Variabel dependen.

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Adapun variabel dependen pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kinerja Keuangan.

Pada penelitian ini kinerja keuangan dijadikan sebagai variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen lainnya. Kinerja keuangan diproksikan dengan rasio ROA (Return On Asset) yang merupakan rasio dari return dengan total asset. ROA sebagai rasio rentabilitas pada POJK no.8 tahun 2014 merupakan salah satu indicator dalam penilaian kemampuan bank menciptakan laba. Adapun rumus ROA adalah sebagai berikut :

2. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebeagai berikut:

ROA =


(70)

a. Rasio Risiko Likuiditas

Menurut POJK no. 8 tahun 2014 risiko likuiditas merupakan risiko akibat ketidak mampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari sumber pendanaan arus kas atau asset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan tanpa mengganggu aktivitas kondisi keuangan bank. Risiko Likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan Bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah.

Pada penelitian ini digunakan risiko likuiditas sebagai variabel independen yang diproksikan dengan FDR (Financing to Deposit Ratio) yang dapat memproyeksikan kemampuan bank umum syariah memenuhi kewajiban jangka pendek. Pada POJK no.8 tahun 2014 penilaian terhadap likuiditas bank sangat penting. Dengan menggunakan FDR maka akan terlihat tingkat risiko yang timbul dari dana likuid yang disalurkan sebagai pinjaman atau pendanaan atau dana likuid yang mengendap sebagai kas, sehingga dapat mempengaruhi kinerja keuangan bank, Menurut Denda Wijaya (2005) rasio risiko likuiditas yang diukur dengan LDR mencerminkan bank seberapa besar kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Penelitian Pratiwi (2012) Muh.sabir dkk. (2010) dll. menggunakan FDR


(71)

55

sebagai indikator pada tingkat likuiditas bank umum syariah. Adapun rumus untuk FDR adalah sebagai berikut :

b. Rasio Risiko Pembiayaan

Menurut POJK no. 8 tahun 2014 dan dijelaskan oleh SE OJK no. 10 tahun 2014 risiko Pembiayaan adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada bank sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

Dalam penelitian ini menggunakan Risiko Pembiayaan sebagai variabel independen. Risiko Pembiayaan dapat mempengaruhi kinerja keuangan. Risiko imbal hasil pada penelitan ini di ukur dengan menggunakan rasio NPF (Non Performing Financing) yaitu rasio antara total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan. NPF dapat memproyeksikan kondisi keuangan bank umum syariah dari sudut pandang kualitas pembiayaan sesuai dengan POJK no.8 tahun 2014 dan SE OJK no. 10 tahun 2014 yang menyebutkan tentang penilaian pada risiko inheren imbal hasil. Semakin besar rasio NPF maka semakin besar

risiko pembiayaan bank umum syari’ah dan akan memperburuk kinerja

keuangan. Adapun rumus untuk NPF : FDR = T e y

� � �ℎ � x 100%

NPF = T Pe y Be ,D,


(72)

c. Good Corporate Governance

Berdasarkan pada POJK no.8 tahun 2014 penilaian pada tata kelola perbankan berorientasi pada pemenuhan prinsip corporate governance serta mekanismenya yaitu corporate governance structure, process, dan output. Semuanya dinilai secara komperhensif dan tersistematis.

Terdapat 11 aspek yang dinilai sebagai pengukur peringkat tata kelola yang baik dengan ketentuan bobot yang sudah ditetapkan Bank Indonesia dan diperjelas oleh peraturan OJK. 11 aspek itu teridiri dari; pelaksanaan tugas dewan komisaris, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan direksi, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab komite dewan komisaris, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan pengawas syariah, pelaksanaan prinsip – prinsip syariah dalam penghimpunan dana, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi kepatuhan bank, penerapan fungsi audit intern, penerapan fungsi audit extern, batas penyaluran maksimum, transparansi laporan keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG, dan pelaporan internal.

Penilaian dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan bobot yang telah di tetapkan, kemudian diakumulasikan seluruh aspek tersebut untuk mendapatkan peringkat GCG secara komperhensif dan valid. Nilai predikat tersebut merepresentasikan tata kelola bank yang sebenarnya, dan kemudian dapat mempengaruhi kinerja bank.


(1)

Lampiran 6

Uji Heterokedestisitas Glejser sebelum dan sesudah

1. Uji Glejser sebelum pembobotan

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 1.207968 Prob. F(5,44) 0.3213

Obs*R-squared 6.035030 Prob. Chi-Square(5) 0.3028

Scaled explained SS 5.517132 Prob. Chi-Square(5) 0.3561

Test Equation:

Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 02/22/17 Time: 16:11 Sample: 1 55

Included observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.433980 1.764328 1.946339 0.0580

C_RLKD -0.608987 0.346068 -1.759733 0.0854

D_RK 0.139353 0.079073 1.762336 0.0850

E_GCG -0.015200 0.451893 -0.033636 0.9733

F_RTB -0.989525 0.659492 -1.500436 0.1406

G_PMD -0.081984 0.175534 -0.467052 0.6428

R-squared 0.120701 Mean dependent var 0.247865

Adjusted R-squared 0.020780 S.D. dependent var 0.194979

S.E. of regression 0.192943 Akaike info criterion -0.340681

Sum squared resid 1.637981 Schwarz criterion -0.111239

Log likelihood 14.51704 Hannan-Quinn criter. -0.253308

F-statistic 1.207968 Durbin-Watson stat 1.642167


(2)

2. Uji Glejser setelah pembobotan

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 0.322989 Prob. F(4,34) 0.8606

Obs*R-squared 1.427698 Prob. Chi-Square(4) 0.8394

Scaled explained SS 1.204894 Prob. Chi-Square(4) 0.8773

Test Equation:

Dependent Variable: AWRESID Method: Least Squares

Date: 02/22/17 Time: 16:13 Sample: 1 55

Included observations: 39

Collinear test regressors dropped from specification

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.056815 0.009191 6.181652 0.0000

C_RLKD*WGT 0.058281 0.145418 0.400781 0.6911

E_GCG*WGT 0.107297 0.175656 0.610834 0.5454

F_RTB*WGT -0.037398 0.097260 -0.384519 0.7030

G_PMD*WGT -0.074281 0.110670 -0.671191 0.5066

R-squared 0.036608 Mean dependent var 0.058400

Adjusted R-squared -0.076733 S.D. dependent var 0.044607 S.E. of regression 0.046286 Akaike info criterion -3.188728 Sum squared resid 0.072843 Schwarz criterion -2.975451 Log likelihood 67.18019 Hannan-Quinn criter. -3.112206

F-statistic 0.322989 Durbin-Watson stat 1.594018

Prob(F-statistic) 0.860585


(3)

Uji Multikolinearitas sebelum dan sesudah pembobotan

1. Uji Multikolinearitas sebelum pembobotan Variance Inflation Factors

Date: 02/22/17 Time: 23:17 Sample: 1 55

Included observations: 50

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 9.377979 4180.925 NA

C_RLKD 0.360805 630.1124 2.040290

D_RK 0.018837 2.269784 1.861846

E_GCG 0.615208 72.86045 1.073356

F_RTB 1.310295 2155.524 2.522382

G_PMD 0.092827 71.06667 1.877908


(4)

Date: 02/22/17 Time: 23:20 Sample: 1 55

Included observations: 39

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 3.015089 18600.33 NA

C_RLKD 0.207099 5014.721 4.333138

D_RK 0.024441 1.538091 1.133953

E_GCG 0.092406 124.4437 1.307731

F_RTB 0.325005 7389.854 2.804233

G_PMD 0.037476 372.2569 2.553037


(5)

Uji t Statistik sebelum pembobotan 1. Uji t statistik sebelum pembobotan

Dependent Variable: B_KNB Method: Least Squares Date: 02/22/17 Time: 23:25 Sample: 1 55

Included observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 11.26916 3.062349 3.679908 0.0006

C_RLKD -1.203323 0.600670 -2.003299 0.0513

D_RK 0.130659 0.137247 0.951999 0.3463

E_GCG 0.778724 0.784352 0.992825 0.3262

F_RTB -5.117369 1.144681 -4.470562 0.0001

G_PMD 0.347978 0.304676 1.142127 0.2596

R-squared 0.471651 Mean dependent var -0.055800

Adjusted R-squared 0.411611 S.D. dependent var 0.436587 S.E. of regression 0.334891 Akaike info criterion 0.762143 Sum squared resid 4.934687 Schwarz criterion 0.991586 Log likelihood -13.05358 Hannan-Quinn criter. 0.849516

F-statistic 7.855647 Durbin-Watson stat 1.448066

Prob(F-statistic) 0.000024


(6)

Dependent Variable: B_KNB Method: Least Squares Date: 02/22/17 Time: 23:27 Sample: 1 55

Included observations: 39 Weighting series: D_RK

Weight type: Standard deviation (average scaling)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.85305 1.736401 7.402121 0.0000

C_RLKD -2.105819 0.455082 -4.627344 0.0001

D_RK -0.390458 0.156336 -2.497546 0.0177

E_GCG 0.314786 0.303984 1.035537 0.3079

F_RTB -4.738832 0.570092 -8.312396 0.0000

G_PMD 0.319524 0.193588 1.650532 0.1083

Weighted Statistics

R-squared 0.726778 Mean dependent var 0.033853

Adjusted R-squared 0.685381 S.D. dependent var 0.181547 S.E. of regression 0.079510 Akaike info criterion -2.085228

Sum squared resid 0.208621 Schwarz criterion -1.829296

Log likelihood 46.66195 Hannan-Quinn criter. -1.993402

F-statistic 17.55622 Durbin-Watson stat 1.707299

Prob(F-statistic) 0.000000 Weighted mean dep. 0.116969

Unweighted Statistics

R-squared 0.497449 Mean dependent var -0.102308

Adjusted R-squared 0.421305 S.D. dependent var 0.474466

S.E. of regression 0.360936 Sum squared resid 4.299068