ANALISIS IMPLEMENTASI SUISTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG`S) DI KABUPATEN KULON PROGO
AN ANALYSIS ON THE IMPLEMENTATION OF SUISTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG`S) IN KULON PROGO DISTRICT
Disusun Oleh `Azizah Rahmalia Sari
20130430270
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(2)
DISTRIC KULON PROGO SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh `Azizah Rahmalia Sari
20130430270
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(3)
PERNYATAAN
Dengan ini saya ,Nama : `Azizah Rahmalia Sari
Nomor Mahasiswa : 20130430270
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul :” Analisis Imlpementasi Suistainable Development Goals (SDG`S) di Kabupaten Kulon Progo tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 22 Januari 2017
(4)
(untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8)
Berangkat dengan penuh keyakinan Berjalan dengan penuh keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi cobaan
(5)
tercinta.
Untuk almamterku Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Semua pihak yang memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dalam
(6)
Muhammad SAW sehingga penelitidapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Implementasi Suitainable Development Goals (SDGS) Di Kabupaten Kulon Progo”
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik secara moril maupun spiritual maka dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama peneliti menyelesaikan studi.
2. Bapak Ahmad Ma`ruf, SE., Msi. Yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.
3. Umi dan Abi dan saudara-saudaraku yang telah memberikan dorongan dan perhatian.
4. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo beserta masyarakat yang telah memberikan kemudahan bagi peneliti.
5. Semua pihak yang telah memberi dukungan, bantuan, kemudahan serta semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.
(7)
akan menyempurnakan penulisan skripsi ini serta bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan bagi peneliti
Yogyakarta, 22 Januari 2016
(8)
HALAMAN PERNYATAAN...iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...v
INTISARI...vi
ABSTRAK...vii
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR GAMBAR...xiv BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. 1. Pembangunan Ekonomi ... Error! Bookmark not defined. 2. Teori Pembangunan ... Error! Bookmark not defined. 3. Kemiskinan ... Error! Bookmark not defined. 4. Pembangunan Berkelajutan ... Error! Bookmark not defined. 5. SDGS (Suistainable Development Goals) .... Error! Bookmark not defined.
B. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. C. Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Objek dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined.
(9)
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... Error! Bookmark not defined. G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. Error! Bookmark not defined.
A. Kondisi Umum Daerah ... Error! Bookmark not defined. 1. Kondisi Geografis ... Error! Bookmark not defined. 2. Kependudukan ... Error! Bookmark not defined. 3. Struktur Perekonomian Daerah ... Error! Bookmark not defined. BAB V PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... Error! Bookmark not defined. B. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Pembahasan (Intepretasi) ... Error! Bookmark not defined. BAB VI PENUTUP ... Error! Bookmark not defined. A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. C. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
(10)
Tabel 1. 3.Jumlah Penduduk dan Garis Kemiskinan/Kota DI
Yogyakarta Tahun 2014-2015... 13
Tabel 1. 4. Garis Kemiskinan dan penduduk Miskin Kabupaten Kulon Progo Tahun 2002-2014...
14
Tabel 4. 1. Daftar Kecamatan Dalam Kabupaten Kulon Progo... 55
Tabel 4. 2. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Kulon Progo... 58 Tabel 4 .3. Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Kulon Progo Tahun 20112-2014 (%)... 58 Tabel 4. 4. Statistik Responden... 60
Tabel 4. 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Gender... 60
Tabel 4. 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Anggota Keluarga. 61 Tabel 4. 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 61
Tabel 4. 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 62 Tabel 5 .1. Uji Realibilitas... 63
Tabel 5. 2. Uji Validitas Program OVOC... 64
Tabel 5 .3. Uji Validitas Program UC... 65
Tabel 5 .4. Uji Validitas Program KAKB... 67
Tabel 5. 5. Uji Validitas Program Bela Beli Kulon Progo... 68
Tabel 5. 6. Uji Normalitas Program OVOC... 69
Tabel 5. 7. Uji Normalitas Program UC... 70
Tabel 5. 8. Uji Normalitas Program KAKB... 70
(11)
Tabel 5 .12. Uji Heterokedastisitas Program KAKB... 73
Tabel 5 .13. Uji Heterokedastisitas Program Bela Beli Kulon Progo... 73 Tabel 5. 14. Uji Multikolonieritas Program OVOC... 74
Tabel 5 .15. Uji Multikolonieritas Program UC... 74
Tabel 5 .16. Uji Multikolonieritas Program KAKB... 75
Tabel 5. 17. Uji Multikolonieritas Program Bela Beli Kulon Progo... 75 Tabel 5 .18. Uji F Program OVOC... 77
Tabel 5. 19. Uji F Program UC... 77
Tabel 5 .20. Uji F Program KAKB... 78
Tabel 5 .21. Uji F Program Bela Beli Kulon Progo... 78 Tabel 5. 22.Uji T Program OVOC... 79
Tabel 5 .23. Uji T Program UC... 80
Tabel 5 .24. Uji T Program KAKB... 80
Tabel 5. 25. Uji T Program Bela Beli Kulon Progo... 81
Tabel 5. 26. Uji Koefisien Determinan Program OVOC... 82
Tabel 5 .27. Uji Koefisien Determinan Program UC... 82
Tabel 5 .28. Uji Koefisien Determinan Program KAKB... 82
Tabel 5 .29. Uji Koefisien Determinan Program Bela Beli Kulon Progo... 83 Tabel 5 .30. Hasil Uji Statistik Deskriptif... 84 Tabel 5 .31. Realisasi Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (TSP)
Tahun 2013-2015... 88
Tabel 5 .32. Perusahaan Yang Menyalurkan Dana TSP Melalui Rekening TSP...
(12)
Tabel 6. 1. Matriks Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan Kabupaten Kulon Progo...
(13)
Gambar 1. 1. Grafik Tingkat Kemiskinan, Ketimpangan, dan Product Domestic Bruto (PDB) di Indonesia Tahun 2010-2015...
2
Gambar 2. 1. Lingkaran Setan kemiskinan Versi Nurkse... 32
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir... 45
Gambar 4. 1. Batas Administrasi Kab Kulon Progo... 60
Gambar 5.1. Pelaksanaan TSP... 90
(14)
(15)
(16)
(17)
KABUPATEN KULON PROGO `Azizah Rahmalia Sari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Bantul, Yogyakarta 55183 Indonesia,
Phone: +62-274-387656
E-mail korespondensi: [email protected]
Menurut Todaro, pembangunan berkaitan dengan berbagai macam aspek ekonomi maupun non ekonomi.. Sumber daya alam seringkali menjadi jalan untuk meningkatkan pendapatan sebuah negara. Melihat hal ini PBB berinisiatif untuk membuat program MDG`S, yang kemudian dilanjutkan dengan SDG`S. Dalam pelaksanaannya Indonesia mengadopsi Nawacita. Indonesia yang merupakan negara kepulauan memberikan wewenang pemerintah daerah dalam penerapan SDG`S didaerahnya. Kabupaten Kulon Progo menjadi salah satu daerah yang menerapkan SDG`S dalam mengatasi kemiskinan di daerahnya. SDG`S yang diterapkan pemerintah Kabupaten Kulon Progo tujuan (1) pengentasan kemiskinan, (2) kesehatan dan kesejahteraan untuk semua, (10) mengurangi ketimpangan yang diaplikasikan ke dalam program pengentasan kemiskinan OVOC (One Village One Sister Company), Bela Beli Kulon Progo,UC (Universal Coverage,) KAKB.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penerapan SDG`S di Kabupaten Kulon Progo. Objek dari penelitian adalah rumah tangga miskin yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda dan analisis koding. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor yang mendukung penerapan SDG`S dalam program pengentasan kemiskinan antara lain adalah anggaran yang terbatas, faktor pendukung penerapan SDG`S antara lain adalah adanya komitmen pemerintah dalam penerapan berupa peraturan-perauran pendukung program SDG`S untuk mengatasi kemiskinan. Sedangkan strategi dalam pelaksanaan program salah satunya adalah integrasi antar SKPD Kabupaten Kulon Progo.
(18)
Economics and Business Faculty of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar, Bantul, Yogyakarta 55183 Indonesia,
Phone: +62-274-387656
Correspondence email : [email protected] Abstract :
According to Todaro , development correlates with kinds of economics and non economic factors.. Natural resources are one of the ways to enhance a country`s revenue. Therefore, United Nations initiated a program called MDG`S which then proceeded with SDG`S. In its implementation, Indonesia adopted Nawacita. Indonesia as an archipelago state gives authority for local governments in implementing SDG`S in their regions. Kulon Progo district SDG`S implemented by the government of Kulon Progo distict are : (1) poverty alleviation (3) health and welfare for all (10) reduce inequality. Implemented in poverty alleviation programs are OVOC (One Village One Sister Company), Defense purchase Kulon Progo (Bela Beli Kulon Progo), UC (Universal Coverrage), KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binangun).
This study aims to discover the factors that affect the implementation of SDG`S in Kulon Progo district. The objects of this study were poor households in Kulon Progo Distict. The methods used in this study were multiple linier regression analysis and coding analysis. The result of the study showed that the factors that resistor in the implementation of SDG`S in alleveting poverty programs were limited budget, the factors tha supported SDG`S implementation was the government comitment in forms of regulations proponent for SDG`S progams to alleviate poverty. While on of the strategies in implementing the program was integration among SKPD Kulon Progo district.
(19)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMenurut Todaro, pembangunan berkaitan dengan berbagai macam aspek baik aspek ekonomi maupun non ekonomi. Pembangunan mampu merubah tatanan strukur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan kelembagaan pemerintah baik di daerah ataupun tingkat nasional. Pembangunan mampu dioptimalkan dengan syarat setiap stakeholder mampu berperan dalam proses pembangunan tersebut. Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan distribusi ketersedian bahan pokok masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan akses masyarakat baik dibidang ekonomi, bidang sosial dalam kehidupannya. Menurut BPS, pembangunan mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kapasitas perekonomian. (Frisdiantara & Mukhlis, 2016), (Arwati & Hadiati, 2016).
Pembangunan dalam sebuah negara dapat diukur dengan PDB (Product Domestic Bruto). PDB adalah nilai akhir dari produk (barang dan jasa) yang mampu diproduksi di sebuah negara dalam jangka waktu tertentu, termasuk produk yang diproduksi oleh warga asing di negara tersebut. Menurut Todaro, pembangunan yang hanya memandang mengenai sisi ekonomi saja, akan gagal dalam memperbaiki taraf hidup (kesejahteraan) masyarakatnya (Muchlas & Alamsyah, 2015), (Sulistiawati, 2012).
(20)
kesejahteraan masyarakat, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kondisi dasar yaitu : (1) pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, (2) penciptaan sektor ekonomi yang kokoh, (3) pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak serta pemberian tingkat upah yang layak diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Sulistiawati, 2012).
Sumber : (Bank Indonesia, 2015), (Data, 2016), (Indonesia Investments, 2015)
Gambar 1. 1.
Grafik Tingkat Kemiskinan, Tingkat Ketimpangan, dan Product Domestic Bruto (PDB) di Indonesia Tahun 2010-2015
2010 2011 2012 2013 2014
Tingkat Kemiskinan (%) 13,3 12,5 11,7 11,5 11 11,75 Tingkat Ketimpangan (%) 0,38 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 PDB (RP) 666413372876357727083815649885662718976932
0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 9000000 10000000
0 2 4 6 8 10 12 14
(21)
Berdasarkan gambar 1.1. menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun pendapatan nasional dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan PDB, dari tahun 2010-2015 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut direspon baik dengan tingkat kemiskinan yang juga mengalami penurunan dari tahun 2010-2015. Akan tetapi, ketimpangan merespon negatif terhadap kenaikan PDB dari tahun ke tahun. Ketimpangan terus mengalami kenaikan dari tahun ke 2010-2013 dan mengalami stagnan pada angka 0,41 hingga tahun 2015. Sehingga hal tersebut menunjukkan adanya ketimpangan pembangunan di Indonesia. Sumber daya dan demografis yang berbeda merupakan salah satu penyebab ketimpangan. Faktor-faktor tersebut menyebabkan kemampuan setiap daerah dalam mendorong pertumbuhan juga berbeda (Fitriyah & Rachmawati, 2013).
Ketimpangan pembangunan diduga sebagai faktor utama masalah kemiskinan yang masih tinggi di Indonesia. Kemiskinan menyebabkan masyarakat miskin mendapatkan banyak kesulitan akses publik yang terbatas, pendidikan yang kurang, ketersediaan lapangan pekerjaan yang masih sedikit, biaya kesehatan yang tinggi, investasi yang rendah, pemenuhan kebutuhan yang terbatas. Oleh karena itu, penyelesaian kemiskinan menyangkut berbagai aspek untuk menyelesaikannya, dan tidak hanya tertuju pada aspek ekonomi saja dan juga harus berkelanjutan (Sekretariat MDG`s, 2012).
Dari masalah kemiskinan tersebut PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) berinisiatif untuk embuat program MDG`s (Millenium Suistainable Goals) yaitu pembangunan yang dilaksanakan dengan
(22)
negara berkembang , yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, mengurangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya (TB), menghentikan perusakan lingkungan dan mendorong pembangunan berkesinambungan. Pemerintah Indonesia mengintegrasikan tujuan MDG`s dengan RPJPN (2005-2025) (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional), RPJPM (2005-2009) (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), RKP/Rencana Kerja Pemerintah (Rencana Pembangunan Tahunan Nasional) dan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara ) (Sekretariat MDG`s, 2012).
MDG`s merupakan program yang dicanangkan tahun 2000-2015. Dalam kesepakatan MDG`s bahwa program pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan, maka setelah program MDG`s berakhir di deklarasikan program SDG`s (Suistainable Development Goals). Meskipun MDG`s dan SDG`s saling berhubungan dan berkesinambungan, namun dalam pelaksanaanya SDG`s jauh lebih lama yaitu dari adanya kesepakatan pada september 2015 sampai tahun 2030. SDG`s didasarkan pada Hak Asasi Manusia dan kesetaraan dalam pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Prinsip yang diterapkan dalam SDG`s adalah universal, integrasi, dan inklusif untuk meyakinkan bahwa semua individu tidak ada yang tersingkirkan dalam
(23)
agenda pembangunan. SDG`s terdiri dari 17 tujuan dan 169 target dalam rangka membangun dari upaya MDG`s berakhir tahun 2015 (SDGs Indonesia).
Tabel 1. 1.
Perbedaan MDG`s dan SDG`s
MDGs 2000-2015 SDGs 2015-2030
50 Persen
Yang menjadi target dan sasaran MDG`s adalah setengah dari kemiskinan. Sedangkan banyak negara yang telah mencapai target tersebut.
100 persen
Yang menjadi target sasaran SDGs dalah kemiskinan sepenuhnya dan secara tuntas.
Mengakhiri kemiskinan
100 persen penduduk memiliki akta kelahiran
Memerlukan fokus untuk merangkul mereka yang terpiingr dan terjauh. Dari Negara Maju ke Negara
Berkembang
Dalam prosesnya yang memiliki tugas untuk mengentaskan kemiskinan adalah negara berkembang yang kemudian didukung oleh negara maju
Berlaku Universal
SDGs memiliki pandangan bahwa setiap negara ikut memiliki tugas dalam mencapai tujuan yang terkandung didalamnya. Dan setiap negara wajib mengatasinya, dan harus bekerjasama untuk menemukan sumber pembiayaan dan perubahan kebijakan yang diperlukan.
Bersifart dari Atas (Top Down) Dokumen MDGs langsung dirumuskan oleh elit PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)
Bersifat dari Bawah (Bottom Up) dan Partisipatif
SDG`s dirumuskan oleh tim bersama dengan pertemuan tatap muka di lebih dari 100 negara dan survei warga
Solusi Parsial atau Tambal Sulam 8 tujuan MDGs sebgaian besar hanya mengatasi gejala kemiskinan, dan belum memperdulikan masalah ekologi dan lingkungan hidup. Dalam sektor ekonomi misalnya ketimpangan, pajak dan pembiayaan pembangunan juga belum mendapatkan perhatian.
Solusi yang Menyeluruh
17 tujuan SDGs merupakan upaya untuk merubah sistem dan struktur
Kesetaraan gender Tata pemernthan
Perubahan model konsumsi dan produkdi
Perubahan sistem perpajakan Mengakui masalah ketimpangan Mengakui masalah perkotaan Sumber : (Hoelman, Parhusip, Eko, Bahgijo, & Santono, 2016)
(24)
Nawacita. Dalam Nawacita terdapat 9 prioritas pembangunan pada masa pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla yang menjadi visi dan misi dalam memimpin Indonesia. Tabel berikut berisi mengenai SDG`s yang telah diterjemahkan dan dintegrasikan dengan Nawacita masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (UNDP).
(25)
Tabel 1. 2.
Konvergasi antara Nawacita, dan SDG`s
Nawacita SDG`s
N1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara Maritim
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. G10 Mengurangi ketimpangan di dalam dan di antara negara-negara.
G16 Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses pada keadilan bagi semua dan membangun pranata- pranata yang efektif, akuntable, dan inklusif di semua tingkatan. G17 Memperkuat cara-cara penerapan dan mervitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. N2. Membuat pemerintah tidak absen
dengan membangun
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,
dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan
G16 Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses pada keadilan bagi semua dan membangun pranata- pranata yang efektif, akuntable, dan inklusif di semua tingkat
(26)
N3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan
G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya. G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia.
G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta
mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.
G6 Memastikan ketersediaan dan pangelolaan air dan sanitasi yang lestari bagi semua.
G7 Memastikan akses pada energi yang terjangkau, andal, berlanjut, dan
modern bagi semua.
G8 Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, pekerjaan penuh, produktif, dan laik bagi semua. G9 Membangun infrastruktur yang berdaya-tahan, mempromosikan industrialisasi yang inklusif dan berlanjut, serta mendorong inovasi. G10 Mengurangi ketimpangan di dalam dan di antara negara-negara. G11 Membuat kota dan permukiman yang inklusif, aman, berdaya tahan, dan berkelanjutan.
(27)
Lanjutan Tabel 1.2.
Nawacita SDG`S
N4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
G16 Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses pada keadilan bagi semua dan membangun pranata- pranata yang efektif, akuntable, dan inklusif di semua tingkatan.
N5.Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan
program Indonesia Pintar; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat.
G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya. G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.
G6 Memastikan ketersediaan dan pangelolaan air dan sanitasi yang lestari bagi semua.
(28)
N6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya.
G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan
memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua. G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.
G6 Memastikan ketersediaan dan pangelolaan air dan sanitasi yang lestari bagi semua.
G7 Memastikan akses pada energi yang terjangkau, andal, berlanjut, dan modern bagi semua.
G8 Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, pekerjaan penuh, produktif, dan laik bagi semua.
G9 Membangun infrastruktur yang berdaya-tahan, mempromosikan industrialisasi yang inklusif dan berlanjut, serta mendorong inovasi. G10 Mengurangi ketimpangan di dalam dan di antara negara-negara.
(29)
Lanjutan Tabel 1.2.
Nawacita SDG`S
N7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya. G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia.
G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta
mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
G8 Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, pekerjaan penuh, produktif, dan laik bagi semua. G9 Membangun infrastruktur yang berdaya-tahan, mempromosikan industrialisasi yang inklusif dan berlanjut, serta mendorong inovasi. G12 Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
(30)
N8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek
pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air,
semangat bela negara dan budi
pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan
mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia.
G4 Memastikan mutu
pendidikan yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
G11 Membuat kota dan permukiman yang inklusif, aman, berdaya tahan, dan berkelanjutan.
N9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat
pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.
G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.
G10 Mengurangi ketimpangan di dalam dan di antara negara-negara.
G16 Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses pada keadilan bagi semua dan membangun pranata- pranata yang efektif, akuntable, dan inklusif di semua tingkatan. G17 Memperkuat cara-cara penerapan dan mervitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. Sumber : (UNDP, 2015)
(31)
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari kepulauan, kondisi geografis tersebut dapat berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan. Daerah kepulauan yang luas menyebabkan pemrintah sulit untuk melakukan koordinasi pemerintahan yang terdapat di daerah. Untuk itu diperlukan adanya penataan sistem pemerintah yang dapat berjalan secara efesien serta mandiri yang tetap berada dalam pengawasan pemerintah pusat. Hal tersebut didukung dengan perbedaan sumber daya antar daerah, maka diperlukan suatu sistem yang mampu memudahkan pengelolaan sumber daya yang dapat menjadi sumber pendapatan setiap daerah sekaligus bisa menjadi pendapatan nasional. Sehingga pemerintah menganut sistem desentralisasi (Yapan`s, 2014).
Sistem desentralisasi yang telah dilaksanakan di Indonesia, membuat sebagian besar nasib masyarakat bergantung pada kinerja pemerintah daerah tersebut. Desentralisasi dalam ilmu administrasi adalah sebuah pendekatan dan teknik manajemen yang berkenaan dengan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari sebuah tingkat pemerintah kepada tingkat yang lebih rendah. Sehingga diharapakan pemerintah daerah juga ikut berperan aktif dalam pelaksanaan pencapaian SDG`s. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah lebih dekat dengan warga, sehingga mereka lebih mengenal masalah yang dihadapi dan mampu lebih berinovasi dibandingkan dengan pemerintah pusat. Inovasi yang dimiliki menjadikan pemerintah daerah menjadi ujung tombak dalam penyediaan layanan publik dan berbagai kebijakan program pemerintah (Setiawan & Hakim, 2013)., (Hoelman et.al, 2015).
(32)
Kabupaten/Kota Garis Kemiskinan
Penduduk Miskin Jumlah
Total %
Kulon Progo 265.575 84,67 20,64
Bantul 301.986 153,49 15,89
Gunung Kidul 243.847 148,39 20,83
Sleman 306.961 110,44 9,5
Yogyakarta 366.520 36,6 14,55
Sumber : (BPS, 2015)
Kebebasan otonomi daerah, memberikan wewenang pemerintah dalam penerapan SDG`s di daerahnya. Sesuai dengan tujuan SDG`s yakni untuk mengurangi ketimpangan dan pengentasan kemiskinan, Kabupaten Kulon Progo yang dikenal sebagai Kabupaten termiskin kedua di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta setelah Kabupaten Gunung Kidul berinovasi untuk mengentaskan kemiskinan di daerahnya.
Pemerintah Kulon Progo mengadapatasi tujuan SDG`s (1) mengentaskan kemiskinan, (3) kesehatan dan kesejahteraan untuk semua, (10) mengurangi ketimpangan. SDG`s tersebut diterapkan dalam program-program pengetasan kemiskinan antara lain, One Village One Sister Company(Satu desa satu dibina oleh perusahaan), KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binangun), Bela dan Beli Kulon Progo, Universal Coverage. Semua program tersebut ditujukan untuk mengurangi ketimpanagan di daerah Kulon Progo (Ni`mah, et al., 2016).
(33)
Tabel 1. 4.
Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin Kabupaten Kulon Progo tahun 2002-2014 Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin
Jumlah (000) Persen
2002 105.404 93,00 25,10
2003 119.538 91,40 24,35
2004 129.057 94,60 25,11
2005 144.076 104,30 26,80
2006 162.158 106,10 28,39
2007 173.738 103,80 28,61
2008 197.507 97,92 26,85
2009 205.585 89,91 24,65
2010 225.059 90,06 23,15
2011 240.301 92,76 23,62
2012 250.854 93,21 23,31
2013 259.945 86,50 21,39
2014 265.575 84,67 20,64
Sumber: (Susenas 2002-2013)
Dengan adanya program-program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Kulon progo, maka garis kemiskinan di daerah tersebut mengalami penurunan. Pada tahun 2012, garis kemiskinan menurun sebesar 0,31 dari tahun 2011. Tahun 2013, kemiskinan bertambah menurun sebesar 1,92 dibandingkan dengan tahun 2012. Dan pada tahun 2014 garis kemiskinan mengecil sebesar 0,75 dibandingkan tahun 2013.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan tersebut maka, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul : Analisis Implementasi SDG`s Di Kabupaten Kulon Progo.
(34)
penelitian ini dibatasi pada analisis program-program yang merupakan implementasi SDG`s pemerintah Kabupaten Kulon Progo yaitu KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binaan), Bela dan Beli Kulon Progo dalam studi ini adalah batik, program One Village One Sister Company (Satu desa dibina satu perusahaan), Universal Coverage (Jaminan Kesehatan Semesta). Dalam penelitian ini program pengentasan kemiskinan di katakan berhasil apabila terdapat kenaikan pendapat penerima program.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini akan dibatasi dalam bentuk pertanyaan dasar yang perlu memperoleh jawaban dari penelitian tersebut, yaitu antara lain:
1. Apa yang menjadi faktor pendukung implementasi program SDG`s di Kabupaten Kulon Progo ?
2. Apa yang menjadi faktor penghambat implementasi program SDG`s di Kabupaten Kulon progo?
3. Bagaimana strategi pemerintah daerah dalam implementasi SDG`s di Kabupaten Kulon Progo ?
(35)
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam penerapan SDG`s di Kabupaten Kulon Progo adalah :
1. Mengetahui faktor pendorong implementasi SDG`s di Kabupaten Kulon Progo
2. Mengetahui faktor penghambat dalam implementasi SDG`s di Kabupaten Kuln Progo
3. Mengetahui strategi pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo dalam melaksanakan program implementasi SDG`s untuk mengurangi kemiskinan di daerahnya
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain adalah :
1. Bagi Peneliti, Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti mengenai materi yang dibahas maupun metode yang digunakan dalam meneliti khususnya yang terkait dengan pembangunan dan penerapan SDG`suntuk mengurangi ketimpangan di masyarakat daerah.. 2. Bagi Pemerintah, Mengetahui pelaksanaan SDG`s di tingkat
bawah, serta mampu mengidentitifikasi permasalahan yang terjadi di masyarakat. Selain itu untuk pemerintah daerah lain bisa menjadi salah satu masukan untuk menerapkan program pengentasan kemiskinan.
(36)
diharapkan mampu berperan serta dalam pelaksanaan SDG`s untuk mencapai kesejahteraan.
4. Bagi Peneliti Lain. Dapat memberikan gambaran atau pengetahuan bagaimana proses pengembangan masyarakat terkait masalah penerapan SDG`s sehingga nantinya mampu dikembangkan menjadi penelitian yang lebih luas
(37)
18
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi negara sedang berkembang awalnya lebih diidentikkan dengan upaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Konsep tersebut kemudian dikoreksi oleh Michael Todaro dalam bukunya yang berjudul Development in Third Word. Pembangunan tidak hanya membahas mengenai indikator kuantitatif yang berkaitan dengan stabilitas ekonomi makro melainkan juga berkaitan dengan indikator kualitatif yang membahas tentang tingginya kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang secara terus menerus dan berkesinambungan dilakukan untuk meningkatkan GNP per kapita atau pendapatan masyarakat. GNP adalah jumlah barang dan jasa yang mampu diproduksi oleh warga negara suatu negara baik di dalam negara tersebut ataupun di luar negeri (Arsyad, 1999) (Damanhuri, 2014) , (Prayitno & Santosa, 1987).
Menurut Todaro, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila memenuhi tiga nilai pokok yaitu , (1) kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya semakin berkembang (basic needs), (2) masyarakat semakin memiliki rasa harga diri (self-esteem) yang meningkat, (3) hak asasi manusia untuk memilih (freedom from servitude) dalam masyarakat semakin meningkat. Dengan indikator
(38)
didefinisikan suatu proses yang secara berkelanjutan mengakibatkan kenaikan pendapatan riil masyarakat dan perbaikan sistem kelembagaan dalam segala bidang (Arsyad, 1999).
“Menurut Lewis, pembangunan ekonomi berarti peningkatan dalam output per kapita. Sedangkan menuru Michael Todaro, pembangunan ekonomi adalah suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan besar dalam struktur sosial, sikap orang, lembaga-lembaga nasional, percepatan pertumbuhan ekonomi, dan berkurangnya ketimpangan. Kindleberger memiliki perbedaan ddalam definisi pembangunan ekonomi, yaitu peningkatan dalam output barang dan jasa dalam perekonomian (Damanhuri, 2014). “
2. Teori Pembangunan
Teori-teori dasar pertumbuhan dan pembangunan yang telah dikelompokkan menjadi beberapa kelompok (Arsyad, 1999) :
(39)
2.1. Mazhab Historis
Mazhab historis melihat proses pembangunan lebih pada aspek empiris (historis), atau lebih melihat dari aspek sejarahnya (Arsyad, 1999).
2.1.1.Friedrich List
List merupakan salah satu penganut dari paham Laissez faire. Perkembangan ekonomi dapat terjadi apabila masyarakat memiliki kebebasan dalam organisasi politik fase perkembangan kebebasan manusia adalah primitif, beternak, pertanian, industri pengolahan (manufacturing), dan yang terakhir dalah pertanian, industri pengolahan (manufacturing), perdagangan (Arsyad, 1999).
2.1.2 Karl Bucher
Menurut Bucher, tahapan ekonomi adalah (Arsyad, 1999) : Produksi untuk kebutuhan sendiri
Perekonomian kota dimana petukaran sudah meluas Perekonomian nasional dimana peran pedagang menjadi
semakin penting.
2.1.3. Walt Whitman Rostow
Proses pembangunan menurut Rostow adalah : a) Masyarakat tradisional (the traditional society) b) Tahap Prasyarat Tinggal Landas
(40)
2.2. Teori Klasik
Menurut kaum klasik mekanisme pasar akan secara otomatis menjadikan perekonomian berjalan secara efisien. Teori kaum klasik muncul pada saat yang sama ketika Revolusi Industri muncul dan sistem ekonomi liberal berlaku. Ekonomi liberal menurut kaum klasik terjadi akibat adanya peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi yang bersamaan. Pada awalnya kemajuan teknologi terjadi lebih dahulu dan pada akhirnya terjadi sebaliknya yaitu peningkatan jumlah penduduk yang lebih besar dibandingkan dengan penigkatan tekonologi. (Prayitno & Santosa, 1987).
2.2.1.Adam Smith (1723-1790)
Menurut Adam Smith spesialisasi atau pembagian kerja diperlukan untuk mendukung perkembangan ekonomi agar produktivitas tenaga kerja dapat bertambah. Akan tetapi akumulasi modal harus ada terlebih dahulu sebelum pembagian kerja. Akumulasi modal diperoleh dari tabungan dan investasi, selain itu pasar harus seluas mungkin untuk menampung hasil produksi. Pasar terdiri dari pasar dalam negeri dan luar negeri. Apabila ada pasar yang cukup serta akumulasi modal yang dibutuhkan terpenuhi maka akan menghasilkan pembagian kerja dan produktivitas kerja yang meningkat. Kenaikan tersebut mengakibatkan penghasilan nasional naik sehingga bertambahnya jumlah penduduk dan akan memperluas pasar.
(41)
Keterbatasan sumber daya alam dan hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang akan menyebabkan perkembangan tersebut berhenti (Prayitno & Santosa, 1987).
2.2.2.David Ricardo (1772-1823)
Ciri-ciri pertumbuhan menurut David Ricardo dimulai dengan adanya keterbatasan tanah. Bertambah atau berkurangnya jumlah Tenaga kerja (penduduk) tergantung pada tingkat upah yang ditetapkan. Apabila tingkat upah diatas tingkat upah alamiah maka tenaga kerja (penduduk) akan terus bertambah. Pertambahan tenaga kerja (penduduk) menyebabkan berlakunya hukum diminishing return yang akan berakibat pada penurunan upah tenaga kerja (penduduk) (Prayitno & Santosa, 1987).
Proses tersebut akan berhenti ketika tingkat upah telah turun dibawa tingkat upah alamiah yang akan menyebabkan penurunan jumlah tenaga kerja (penduduk). Dan tingkat upah akan kembali naik sampai pada tingkat upah alamiah, pada tahap ini jumlah tenaga kerja (penduduk) akan konstan. Menurut David Ricardo adanya akumulasi modal dan perkembangan teknologi cenderung meningkatkan produktivitas dan dapat memperlambat bekerjanya the law diminishing returns yang akan menurunkan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal. The law diminishing returns merupakan suatu kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian menuju tingkat upah minimun (Prayitno & Santosa, 1987).
(42)
M.Solow dan Trevor W Swan, sehingga nama dari teori mereka adalah Teori Solow-Swan. Teori ini berasumsi bahwa teknologi tetap, tidak ada perdagangan luar negeri serta arus modal masuk atau keluar negara, tingkat penduduk atau tenaga kerja dianggap konstan serta tercapaianya prinsip full employment, dimana seluruh penduduk bekerja dan faktor produksi lainnya dipergunakan secara penuh. Dalam teori ini campur tangan pemerintah tidak diperlukan karena mekanisme pasar mampu menciptakan keseimbangannya sendiri (Arifin & W, 2007).
2.4. Teori Keynesian
Teori ini dikemukakan oleh John Maynard Keynes, Keynes mengungkapkan bahwa untuk mnghadapi masalah-masalah yang dihadapi maka diperlukan campur tangan pemerintah untuk menyelesaikannya variabel yang ditambahkan dalam teori ini adalah pengeluaran pemerintah. Menurut Keynes pasar tidak mampu menyelesaikan masalahnya sehingga diharapkan dengan adanya variabel pengeluaran pemerintah mampu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi pasar (Rahman, 2016).
2.5. Teori Harrod –Domar
Teori Harod-Domar dikemukakan oleh Sir Roy F Harrod dan Evsey Domar. Teori ini merupakan teori yang dikembangkan dari teori Keynesian. Dalam teori ini yang penting dalam pertumbuhan
(43)
pembentukan modal adalah hal yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal dapat diperoleh dari tabungan dan investasi. Secara matematis dapat ditulis dengan
� = � �⁄
Notasi g merupakan pertumbuhan ekonomi, s marginal propensity to save, v rasio antara modal dengan output (capital output ratio). Pertumbuhan dalam kapasitas output akan sesuai dengan pertumbuhan permintaanya apabila g-s/v. Apabila pertumbuhan tidak sesuai dengan jalurnya makan akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian. Keseimbangan tidak dengan sendirinya menyesuaikan dengan keadaan ini, sehingga membutuhkan campur tangan pemerintah yang diharapkan mampu mencapai keseimbangan antara pertumbuhan permintaan dengan perekonomian (Frisdiantara & Mukhlis, 2016).
Asumsi teori Harrod Domar adalah (1) perekonomian mengalami keadaan full employment (semua warga negara memiliki pekerjaan) serta barang modal yang diproduksi masyarakat digunakan secara penuh, (2) perekonomian terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan, (3) besarnya tabungan proporsional dengan pendapatan nasioanal yang berarti bahwa tabungan dimulai dari titik nol, (3) terdapat hubungan langsung antara banyaknya stok kapital (K) dengan GNP (Y), ini berarti bahwa semakin banyak bagian dari GNP yang ditabung atau diinvestasikan maka pertumbuhan GNP akan menjadi lebih besar (Prayitno & Santosa, 1987).
(44)
ditentukan oleh adanya proses inovasi (penemuan baru dalam bidang teknologi produksi ) yang dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya inovasi maka pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi. Proses ini terdiri dari tiga tahap yaitu (Prayitno & Santosa, 1987) :
Teknologi baru diperkenalkan
Inovasi menimbulkan keuntungan yang lebih
Proses imitasi inovasi, yaitu penemuan baru tersebut akan
ditiru oleh pengusaha lain, sehingga seluruh pengusaha akan dapat meningkatkan hasil produksi baik secara kuantitatif ataupun kualitatif.
2.7. Teori Kuznets
Dalam teori Kuznets pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang akan mampu memenuhi kebutuhan benda-benda ekonomi kepada rakyat apabila terdapat kemajuan dalam bidang teknologi, kelembagaan serta penyesuaian ideologi. Untuk mencapai kematangan ekonomi maka dibutuhkan adanya peningkatan output secara terus menerus, diciptakannya pra kondisi yakni adanya kemajuan teknologi yang disertai dengan perubahan perilaku, presepsi sosial, serta adanya penyesuaian ideologi (Prayitno & Santosa, 1987).
Teori ini kemudian dijabarkan oleh Chenerry dan Syrquin (1975) mengenai perubahan yang berlaku dalam proses
(45)
pembangunan sebuah negara adalah perubahan struktur ekonomi yakni (1) perubahan proses alokasi sumber daya (resources) yang meliputi struktur permintaan domestik (pengeluaran masyarakat atas produksi dalam negeri), struktur produksi dan struktur perdagangan. (2) akumulasi modal yakni pembentukan modal atau investasi, serta pengumpulan pendapatan pemerintah, dan pengadaan kegiatan pendidikan untuk masyarakat. (3) perubahan dalam proses demografis yang meliputi perubahan alokasi tenaga kerja dalam berbagai sektor urbanisasi, tingkat kelahiran dan kematian, serta distribusi pendapatan (Prayitno & Santosa, 1987). 2.8. Teori Dependensia
Asumsi dasar teori ini adalah membagi negara di dunia menjadi negara maju dan negara sedang berkembang (NSB). Andre Gunder Frank mengelompokkan negara maju ke dalam negara-negara metropolis maju (developed metropolitan countries) dan NSB dikelompokkan ke dalam negeara satelit yang terbelakang (satellite underdeveloped countries). Salah satu ekonom penganut dependensia membagi perekonomian menjadi negara maju di pusat (core/ central) dan kelompok negara miskin (periphery) (Kuncoro, 2010).
Interaksi negara maju dengan negara miskin lebih bersifat eksploitasi negara maju terhadap negara miskin. Dominasi perekonomian negara maju menyebabkan ketergantungan negara periferi terhadap negara maju tersebut. Menurut Paul Baran,
(46)
peningkatan tersebut tidak mampu dirasakan oleh semua lapisan masyarakat karena kepincangan dalam distribusi pendapatan. Keuntungan tersebut hanya mampu dinikamti oleh sebagian anggota masyarakat tertentu karena eksploitasi sumber daya yang ada (Kuncoro, 2010).
Ekonom penganut Dependensia menuduh bahwa ketergantungan yang terjadi di NSB juga disebabkan oleh badan-badan dunia internasional, seperti Bank Indonesia dan IMF. Bantuan yang diberikan tidak bisa terlepas dari vested of interest dari negara donor yang mendukung dana lembaga tersebut. Pemberian bantuan dalam bentuk barang, yang biasanya berteknologi tinggi tidak sesuai dengan kondisi negara yang menerima bantuan, sehingga yang terjadi ketergantungan terhadap teknologi semakin meningkat, dan nilai bantuan yang kemudian sulit dikuantifikasi. Pengiriman bantuan tenaga ahli oleh negara pendonor, merupakan salah satu cara untuk membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga mereka. Dan yang lebih parah tenaga ahli tersebut, memiliki keahlian yang pas-pas an, dan digaji dengan gaji yang tinggi (Kuncoro, 2010).
2.9. Teori Neo-Klasik
Teori ini mengungkapkan bahwa keterbelakangan yang terjadi di NSB disebabkan oleh faktor internal negara tersebut. Misalnya besarnya derajat campur tangan pemerintah dalam aktivitas ekonomi,
(47)
meluasnya korupsi, dan kurangnya intensif ekonomi, pengalokasian sumber daya yang tidak sesuai. Ketidakefiesienan “mesin” perekonomian NSB disebabkan oleh alokasi sumberdaya yang slaah menyebabkan ketidakefektifan penetapan harga yang menyebabkan pembagian “kue pembangunan” tidak merata (Kuncoro, 2010). Semakin besar campur tangan pemerintah dalam perekonomian, semakin lambat laju pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh suatu negara. Dalam teori ini, pasar bebas perekonomian laissez faire menjadi kata kunci keberhasilan dalam pembangunan menurut teori neoklasik. Namun, teori ini tepat diterapkan di negara maju dibandingkn negara NSB (Kuncoro, 2010).
3. Kemiskinan
3.1. Pengertian Kemiskinan
Menurut Bank Dunia kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memperoleh standar hidup yag layak. Akibat dari ketidak mampuan tersebut, maka seseorang harus mengakui keunggulan orang atau kelompok lain dalam persaingan untuk memperoleh pendapatan dan memiliki aset produktif, hal ini pada akhirnya akan menyebabkan ketertinggalan (Mikkelsen, 2003) (Prayitno & Santosa, 1987).
Menurut Bank Dunia dimensi kemiskinan meliputi :Pertama, kemiskinan bersifat multidimensional, kebutuhan manusia terkait dengan berbagai macam aspek, oleh karena itu kemiskinan berkaitan dengan banyak aspek. Apabila ditinjau dari kebijakan umum
(48)
serta ketrampilan. Aspek sekunder terdiri dari miskin jaringan sosial sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi tersebut memanifestasikan dirinya ke dalam bentuk kekurangan gizi, air, rumah tidak sehat, akses kesehatan dan pendidikan yang kurang (Prayitno & Santosa, 1987).
Kedua, Dimensi kemiskinan memiliki pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Ini berarti apabila terjadi perubahan dalam satu aspek baik itu kemajuan atau pun kemunduran maka dapat mempengaruhi aspek lainnya. Ketiga, hakekat yang miskin sebenernya adalah manusia, baik secara individu maupun kelompok. Kemiskinan muncul akibat adanya masalah yang berkaitan dengan pemilikan faktor produksi, produktivitas, dan tingkat perkembangan masyarakat, kebijakan pembangunan nasional (Arsyad, 1999) (Prayitno & Santosa, 1987).
3.2. Ukuran Kemiskinan 3.2.1.Kemiskinan Absolut
Kemiskinan dapat diketahui dari dihitung dengan satuan angka ataupun per kepala. Penghitungan ini menghitung orang yang memiliki penghasilan dibawah garis kemiskinan absolut.Kesulitan dalam mengukur kemiskinan absolut disebabkan karena kebutuhan dasar minimum sesorang dipengaruhi oleh adat kebiasaan, iklim, kemajuan teknologi, dan faktot ekonomi lainnya. Menurut ILO
(49)
(International Labor Organization) kebutuhan dasar tidak hanya kebutuhan orang ataupun keluarga akan tetapi termasuk dengan kebutuhan lingkungan fisik (Arsyad, 1999) .
“Kebutuhan dasar meliputi 2 unsur : pertama, kebutuhan yang meliputi tuntutan minimal tertentu dari suatu keluarga sebgai konsumsi pribadi seperti makan makanan yang cukup, tempat tinggal, pakaian, juga peralatan dan perlengakpan rumah tangga yang dilaksanakan. Kedua kebutuhan meliputi pelayanan sosial yang diberikan oleh dan untuk masyarakat seperti meminum air minum yang bersih, pendidikan dan kultural.”
3.2.2. Kemiskinan Relatif
Dalam menentukan kemiskinan dengan ukuran kemiskinan relatif, tidak hanya melihat aspek terpenuhinya kebutuhan dasar. Tidak setiap orang yang terpenuhi kebutuhan dasarnya tidak dikategorikan miskin, hal ini terjadi karena kebutuhan dasar yang telah dicapai lebih rendah dibandingkan lingkungan sekitarnya.berdasarkan hal tersebut maka kemiskinan relatif dapat mengalami perubahan sesuai dengan tingkat hidup masyarakat yang berubah. Kincaid (1975) melihat kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial. Menurutnya kemiskinan dan ketimpangan akan berhubungan positif. Artinya bahwa semakin besar ketimpangan yang ada antara masyarakat golongan atas dengan masyarakat golongan bawah dalam suatu masyarakat maka, semakin besar pula jumlah penduduk suatu negara yang dikatakan miskin (Arsyad, 1999).
(50)
Kamaluddin (1993), berpendapat bahwa faktor penyebab kemiskinan antara lain adalah etos kerja yang rendah, sehingga tidak mendukung peningkatan produktivitas, produksi yang berakibat pada penghasilan seseorang yang tidak mengalami peningkatan (Kasim, 2006) .
Menurut Hadiwigeno dan Pakphan (1993) penyebab kemiskinan bisa dilihat dari sudut keluarga, penduduk dan wilayah. Dari sudut keluarga, keluarga miskin memiliki ciri yang bisa dilihat dari pendapatan per kapita keluarga, status gizi, dan umur harapan hidup. Ciri-ciri tersebut sebagai akibat dari tingkat pendidikan, ketrampilan, jumlah anggota keluarga, nila atau sikap, pekerjaan utama, modal kerja dan tingkat penggunaan input. Penyebab dari sudut wilayah adalah kondisi alam, sarana dan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, lembaga keuangan, jalan , dan sebagainya (Kasim, 2006).
Dari pendapat tersebut penyebab dari kemiskinan sangat bermacam-macam. Wilayah yang berbeda antar daerah menyebabkan setiap penanganan kemiskinan di satu daerah dengan daerah lain harus disesuaiakan dengan faktor penyebab yang ada serta tidak bisa disama ratakan antar daerah. Karakteristik penanggulangan kemiskinan juga tidak bisa hanya dengan waktu yang singkat. Selain itu, diperlukannya integrasi antar sektor mengingat penyebab kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi saja akan tetapi faktor-faktor lain juga saling berpengaruh.
(51)
3.4.Indikator Kemiskinan
Menurut BPS, kemiskinan adalah ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar baik pangan maupun non pangan. Dalam menghitung angka kemiskinan BPS menggunakan tingkat konsumsi kebutuhan dasar (basic needs). Artinya kemiskinan bisa diartikan sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhn dasar. Indikator yang digunakan BPS adalah Head Count Indec (HDI), yaitu jumlah persentase penduduk miskin yag berada di bawah garis kemiskinan (Khomsan, et al., 2015).
Garis kemiskinan didapatkan dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum baik pangan maupun non pangan. Besarnya kebutuhan pangan yang telah ditetapkan adalah sebesar 2.100 kkal/kapita/hari. Sedangkan kebutuhan non pangan yang harus dipenuhi adalah kesehatan, pendidikan, transportasi, perumahan, bahan bakar, sandang (Khomsan, et al., 2015).
Dalam menghitung jumlah penduduk miskin, selain menggunakan analisis tentang penduduk miskin, BPS juga menggunakan karakteristik rumah tangga miskin. Karakteristik tersebut adalah kepala rumah tangga berstatus janda, pendidikan kepala rumah tangga rendah atau buta huruf, perbedaan geografis antar kota dan desa, lapangan usaha dan status pekerjaan, penguasaan luas lantai per kapita, akses terhadap air bersih, fasilitas bung air besar, pemanfaatn listrik dan sebagainya (Khomsan, et al., 2015)
(52)
Gambar 2. 1.
Lingkaran Setan Kemiskinan Versi Nurkse Sumber : Kuncoro, 2010
Lingkaran setan kemiskinan ini disebabkan oleh adanya hambatan pada tingkat pembentukan modal. Pembentukan modal diperoleh dari tingkat tabungan. Lingkaran kemiskinan bisa terjadi dari sisi penawaran ataupun sisi permintaan modal. Pertama, penawaran modal Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah menyebabkan tingkat produktivtas mereka rendah. Hal ini membuat kemampuan masyarakat untuk menabung rendah. Karena pembentukan moda diperoleh dari tingkat tabungan, akibat dari kemampuan menabung masyarakat yang rendah mengakibatkan pembetukan modal juga rendah. Efek pembentukan modal yang rendah menyebabkan negara menghadapi kekurangan
Ketidaksempurnaan Pasar, Keterbelakangan,
Ketertinggalan
Produktivitas Rendah
Pendapatan Rendah Investasi
Rendah
Kekurangan Modal
(53)
modal yang juga berimplikasi pada tingkat produktivitas yang rendah (Suman dalam (Apriyanti, 2011), (Kuncoro, 2010).
Kedua, adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya (Agus Suman, 2006 (Apriyanti, 2011), (Kuncoro, 2010).
4. Pembangunan Berkelajutan
Pembangunan berkelanjutan menjadi konsep atas pembentukan Suistainabel Development Goals (SDG`S) . Konsep pembangunan berkelanjutan akan memberikan wacana baru pentingnya menjaga lingkungan untuk generasi yang akan datang. Menurut Brundtland Report dari PBB 1987, pembangunan yang berkelanjutan adalah mengenai bagaiamana kita memeperbaiki lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan dan melupakan keadilan sosial. Menurut Emil Salim (dalam Askar Jaya, 2004) pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memenuhi aspirasi dan kebutuhan manusia (Dewi, 2011), (Jaya, 2004) .
Konsep pembangunan berkelanjutan memiliki 3 konsep yakni, (1) keberlanjutan ekonomi berarti pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara terus menerus, namun tidak menimbulkan ketidakseimbangan pertanian dan industri. (2) keberlanjutan lingkungan diartikan sebagai memelihara sumber daya
(54)
mencapai kesetaraan layanan sosial, baik kesehatan, pendidikan, gender dan akuntabilitas politik ((menurut Prof. Dr. Emil Salim, 2010)(dalam (Dewi, 2011), (Haris, 2000)(dalam (Jaya, 2004).
Agar pembangunan berkelanjutan dapat dicapai, penting untuk menyelaraskan tiga elemen inti: pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial dan perlindungan lingkungan hidup. Elemen-elemen ini saling terkait dan semuanya amat penting untuk kesejahteraan diri individu dan masyarakat. Pengentasan kemiskinan dalam semua bentuk dan dimensinya adalah sebuah persyaratan yang sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini, haruslah dilakukan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif dan adil yang menciptakan peluang yang lebih besar untuk semua, mengurangi ketidaksetaraan, meningkatkan standar kehidupan dasar, mendorong pembangunan dan inklusi sosial yang adil, serta mendorong pengelolaan sumber daya alam dan ekosistem yang berkelanjutan dan terpadu ((ILO), 2016).
4.1.Strategi Pembangunan Berkelanjutan
Dalam pembangunan berkelanjutan, terdapat 4 kompenen yang harus diperhatikan, yaitu pemerataan, partisipasi, kanekaragamaan, integrasi, dan prespektif jangka panjang (Jaya, 2004).
(55)
Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Hal ini harus dilandasi meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, meratanya kesempatan dan peran perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak negera sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam memenuhi kebutuhannya (Jaya, 2004).
Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragamaan hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa mendatang. Pemeliharaan keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih mengerti (Jaya, 2004).
(56)
bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang kompleknya keterkaitan antar sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini tantangan utama dalam kelembagaan (Jaya, 2004).
Pembangunan yang Meminta Prespektif Jangka Panjang
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksankan penilaian yang berbeda dengan asumsi normal dan prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan (Jaya, 2004).
5. SDGS (Suistainable Development Goals) 5.1.Konsep SDGs
SDG`s merupakan lanjutan dari MDG`s (Millenium Development Goals) yang berakhir tahun 2015. SDG`S didiskusikan untuk pertama kali pada United Nations Conference on Suistainable Development yang diadakan di Rio de Janeiro tahun 2012. Kemudian disahkan pada KTT Pembanguan Berkelanjutan PBB di Newyork taggal 25-27 Septeber 2015. KTT tersebut menetapkan bahwa pelaksanaan SDG`s
(57)
akan dimulai setelah tahun 2015 hingga tahun 2030 dan akan berlaku untuk semua negara baik negara berkembang ataupun negara maju. Sehingga dapat diartikan bahwa SDG`s adalah sebuah dokumen yang akan dijadikan panduan atau acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia. Kerangka kerja ini berlaku selama 15 tahun hingga tahun 2030. SDGs diharapkan untuk dimulai pada tanggal 1 Januari 2016 dan dicapai pada tanggal 31 Desember 2030 (Risanda, 2015), ((ILO), 2016).
5.2. Konsep SDG`s
Terdapat 3 pilar dalam konsep pengembangan SDG`s yang merupakan lanjutan dari MDG`s adalah indikator pertama pembangunan manusia (Human Development), diantaranya dalah pendidikan dan kesehatan. Indikator kedua adalah lingkungan kecilnya ( Social Economic Development), seperti ketersedian sarana dan prasarana lingkungan. Indikator ketiga lingkungan yang lebih besar (Environmental Development) yaitu ketersediaan sumberdaya dan kualitas lingkungan yang baik (Risanda, 2015).
5.3. Tujuan SDG`s
SDG`s terdiri dalam 17 tujuan untuk tahun 2016-2030 yaitu (Madolan, 2016) :
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun.
2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan.
(58)
4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan.
6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang.
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan dan modern bagi semua orang.
8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang. 9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi.
10.Mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara.
11.Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan.
12.Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. 13.Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan
(59)
14.Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan.
15.Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16.Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
17.Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
B. Penelitian Terdahulu
(60)
Implementasi Corporate Responsibility Terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat (Studi Kasus pada PT. APAC INTI
CORPORA, Bawen).
meliputi Corporate Social
Responsibility Goal,
Corporate Social Issue, dan Corporate Relation Program. Serta variabel dependennya adalah Kesejahteraan hidup masyarakat. Hasil penelitian adalah semua variabel yang digunakan berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
kuantitatif. Selain itu program apabila dalam penelitian (Dyah, 2011), menggunakan perusahaan swasta. Program CSR dalam penelitian ini merupakan program pemerintah dan tidak hanya ilaksanakan oleh satu perasaan, namun beberapa bebrapa perusahaan yang menjadi anggota Forum Pelaksana TSP (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan). 2 (Liyana
Apriyanti, Analisis Program Pembrerdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang, 2011)
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yaitu uji pangkat tanda Wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang persepsi anggota KSM terhadap pinjaman bergulir menunjukkan
bahwa Adanya
peningkatan ini menunjukkan bahwa apabila program pinjaman bergulir dilaksanakan secara baik akan dapat memutus lingkaran setan kemiskinan.
Analisis ini
menggunakan
deskriptif kualititatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan metode coding dan naalissi kuantitatif
menggunakan regresi berganda.
(61)
3 Pramono
Hariadi (2010) “Dampak Pelaksanaan Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Propinsi Jawa Tengah)”
Hasil dari penelitian ini
adalah adanya
pelaksanaan otonomi daerah telah mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahu faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan SDG`s di Kabupaten Kulon Progo.
4 (Sutikno, Soedjono, Rumiati, & Trisunarno, 2010) Pemilihan Program Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat Dengan Model Pendekatan Sistem
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT dan scoring. Hasil
penelitiannya adalah program terpilih di antaranya pelatihan dan pendampingan wirausaha, pendirian koperasi simpan pinjam, pengadaan air bersih untuk RTM, pengembangan desa dengan pendayagunaan air bersih, penanganan sampah rumahtangga, dan program pendidikan paket A, B, dan C.
Penilitian ini, meneliti penerapan program meneliti penerapan program pengentasan kemiskinan, yang merupakan penerapan dari tujuan SDG`S (1) penegntasan
kemiskinan, (3) kesehatan untuk
semua, (10)
mengurangi
kesenjangan. Program-program tersebut adalah OVOC (One Village One Sister Company), Bela dan Beli Kulon Progom, KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binangun), UC (Universal Coverage).
(62)
“Implementasi Corporate Social
Responsibility Perusahaan Daerah (PD) Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Pasar Kulon Progo Melalui Program One Village One Sister Company (OVOC) Di Desa Sidoharjo, Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta
deskriptif-kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini
menunjukkan bahwa: Dampak dari adanya program OVOC dapat dilihat dari beberapa bidang yaitu: Dampak ekonomi, adanya bantuan alat industri bisa meningkatkan produksi yang lebih berkualitas, dengan anakan kambing masyarakat memiliki tabungan untuk masa depan, pasar murah bisa memberikan pelayanan yang terjangkau oleh keadaan ekonomi masyarakat Sidoharjo.
Dampak sosial,
perusahaan ikut turut serta memajukan kegiatan penduduk yaitu membantu untuk melengkapi peralatan ibadah, membantu memudahkan akses jalan untuk masyarakat dengan program pengerasan jalan.
tertuju pada satu perusahaan saja , melainkan lebih secara umum
(63)
C.Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dibahas, yang kebenarannya masih harus diuji. Hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulankesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Dengan mendasarkan pada identifikasi masalah serta kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 = Input berpengaruh positif terhadap hasil program pengentasan kemiskinan.
H2 = Implementasi berpengaruh positif terhadap hasil program pengentasan kemiskinan.
D. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan SDG`s diharapkan mampu menjadi panduan pemerintah baik nasioanal maupun daerah. Dalam penelitian ini peneliti menjadikan keangka berpikir sebagai acuan dalam meneliti pelaksanaan SDG`s oleh pemerintah daerah dalam pengentasan kemiskinan di daerah Kulon Progo.
(64)
Sumber : (Firdausi , 2010) modifikasi
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir
Peningkatan Pendapatan KAKB (Keluarga
Asuh Keluarga BINANGUN UC (Universal
Coverage)
BB (Bela Beli Kulon Progo
Kuantitatif Faktor
Penghambat
Strategi
Kualitatif
Pengentasan Kemiskinan
(65)
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek dan Subjek PenelitianObjek penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo di Provinsi Yogyakarta. Alasan penetapan Kabupaten Kulon Progo menjadi objek penelitian adalah pemerintah daerah Kulon Progo telah melaksanakan SDG`s dalam pengentasan kemiskinan yaitu tujuan no (1) Menghapus Kemiskinan, (3) Kesehatan yang baik dan kesejahteraan, (10) Mengurangi Ketimpangan. Untuk penyebaran data kuesioner yang menjadi subjek penelitian adalah rumah tangga miskin yang bertempat tinggal di Kabupaten Kulon Progo serta menndapatkan program pengentasan kemiskinan dari pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Subyek data kualitatif dalam penelitian ini adalah SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) Kulon Progo yang terkait yaitu Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), Bagian Perekonomian, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas BKKBN bagian Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Kesehatan bagian Jaminan Kesehatan.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang secara langsung diperoleh peneliti. data sekunder ialah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data tertulis dari instansi dan pihak-pihak yang
(66)
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel merupakan contoh dari suatu populasi yang cukup besar, sampel mampu menggambarkan sifat secara keseluruhan dari sebuh populasi. Populasi dalam studi ini adalah seluruh Rumah tangga miskin (RTM) di Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 18.834 Kepala keluarga (LP2KD, 2016). Untuk menentukan jumlah subjek yang diteliti maka akan ditentukan dengan tenik sampling . Teknik Sampling adalah bagaimana seorang peneliti menentukan sampel dari populasi. Dalam menentukan berapa banyak sampel yang akan diambil dalam penelitian ini menggunakan metode Slovin (Soewadji, 2012).
� = + ��� 2 = + , 2 = , = ,
Dimana :
n : Ukuran Sampel N : Ukuran Populasi
e2 : persen ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolelir atau diinginkan
(Alasan ditetapkan 6% karena secara umum persen ketidaktelitian dipilih kurang dari 10%. Selain itu 6% adalah yang mendekati 5% dan karena responden dinilai mampu menjawab dengan benar)
(67)
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling. Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampling secara acak. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian ini setiap individu yang ada dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk digunakan sebagai sampel. Teknik probabilty sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Simple random sampling merupakan teknik penentuan sampel secara acak yang paling sederhana dibandingkan teknil sampling yang lain. (Soewadji, 2012).
Disaat pengambilan data, data yang sudah dikumpulkan mengalami beberapa masalah sehingga data dinaikkan menjadi 280.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode angket (quesioner), data yang dikumpulkan oleh peneliti didapatkan dengan memberikan pertanyaan kepada responden untuk diisi. Teknik lain yang digunakan adalah teknik library research digunakan untuk mengumpulkan teori yang bisa didapatkan dalam buku, jurnal, artikel ilmiah, internet, dan data yang lain yang berhubungan dengan penelitian.
Data Kualitatif sebagai data pendukung diperoleh dengan wawancara SKPD Kabupaten Kulon Progo. Peneliti menayakan SKPD yang terkait dengan program pengentasan kemiskinan yang dalam hal ini adalah KAKB (Keluarga Asuh keluarga Binangun), UC (Universal Coverage), OVOC (One Village One Sister Company),
(68)
kepada SKPD yang sebelumnya telah diarahkan oleh TKPK dengan wawancara terbuka yaitu wawancara yag menghendaki penjelasan.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Input dapat berupa pengetahuan masyarakat mengenai program pengentasan kemiskinan, baik pengetahuan mengenai program itu ataupun tujuan. Implementasi merupakan proses bagaimana program dijalankan, dapat berupa peran pemerintah, pelaksanan kegiatan oleh masyarakat. Hasil adalah adanya kepuasan, harapan dan adanya peningkatan masyarakat oleh program pengentasan kemiskinan.
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahuai kebenaran suatu alat ukur dalam mengukur apa yang harus diukur. Data dikatakan valid apabila mampu menggambarkan tujuan dari pengukuran secara nyata dan benar (Jogiyanto, 2008). Uji validitas dilakukan dalam program SPSS for windows. Analisis ini mampu menggambarkan hubungan antar inter yang terdapat dalam setiap faktor dalam setiap variabel (Apriyanti, 2011).
Valid nya suatu alat ukur, apabila alat ukur tersebut melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Standar penilaian validitas suatu alat ukur adalah : (1) 0,50 (Good), (2) Acceptable (0,30), (3) Marginal (0,20), (4) Poor (0,10).
(69)
Kriteria validitas instrumen dikatakan valid apabila koefisiennya diatas 0,30 (Apriyanti, 2011).
2. Uji Reabilitas
Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui bahwa suatu alat ukur memiliki konsistensi dalam memberikan informasi. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila, alat ukur ini mampu memberikan informasi yang sama apabila digunakan oleh peneliti yang sama ataupun berbeda dan dalam waktu yang berbeda. Pengujian reablitas dilakukan dengan menggunakan nilai korelasi Cronbach Alpha. Kriteria ini menggunakan kriteria dari Sekaran (2000) dengan membagi tingkatan reabilitas. Kriteria ini di tetapkan berdasarkan alpha atau r hitung apabila (Apriyanti, 2011), (Soewadji, 2012) :
Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan deskriptif kuantitatif adalah mendeskripsikan data kuantitatif yang telah diolah dengan model regresi linear berganda. Analisis regresi digunakan mengkuantitatifkan skala Likert terhadap
(70)
Likert dimulai dari skala 1 yang berarti sangat tidak setuju, skala 2 yang berarti tidak setuju, skala 3 menunjukkan tidak tahu atau netral, 4 menunjukkan setuju, skala 5 berarti sangat setuju.
Analisis data kualitatif sebagai data pendukung menggunakan analisi koding. Analisis koding digunakan untuk mengorganisasikan dan mensitemasi data secara lengkap gambaran mengenai topik yang dipelajari. Menurut paa peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai bahan yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain tidak sepnuhnya memberikan usulan prodesur. Pada akhirnya, peneliti yang berhak (dan bertanggung jawab) memilih cara koding yang dianggapnya paling efektif bagai data yang diperolehnya (Poerwandari, 2007).
Model Regresi Linear Berganda
Setelah kuesioner diuji Reabilitas dan Uji Validitas maka di gunakan analisis korelasi sederhana. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen baik untuk data kualitatif maupun data kuantitatif. Penelitian ini memiliki beberapa pengujian, yaitu :
a) Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model regresi suatu penelitian layak digunakan. Uji asumsi klasik juga digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah
(71)
terdistibusi dengan normal, bebas dari autokorelasi, multikolonieritas, dan heterokedistisitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran variabel yang telah digunakan terdistribusi dengan normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah variabel memiliki dstribusi normal ataupun mendekati normal. Uji normalitas dapat menggunakan grafik normal probability plot dasar pengambilan keputusan dari tampilan gambar normal probability plot (Analisa, 2011).
Uji normalitas juga dapat menggunakan analisis statistik. Pengujian ini digunakan untuk menguji normitas residual suatu model regresi dengan menggunakan Kolmogrov-Smirov. Data dapat dikatakan normal apabila nilai Asympotic Significant lebih dari 0,05 (Hair et.al 1998). Dasar pengambilan uji K-S adalah (Analisa, 2011) :
Apabila probabilitas nilai 2 uji K-S tidak signifikan <0,05
maka secara statistik H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti data tidak terdistribusi dengan normal.
Apabila probabilitas nilai 2 uji K-S signifkan >0,05 maka
scara statistik H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti data terdistribusi dengan normal.
(1)
PENDAHULUAN
Menurut Todaro, pembangunan berkaitan dengan berbagai macam aspek baik aspek ekonomi maupun non ekonomi. Pembangunan mampu merubah tatanan strukur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan kelembagaan pemerintah baik di daerah ataupun tingkat nasional. Pembangunan mampu dioptimalkan dengan syarat setiap stakeholder mampu berperan dalam proses pembangunan tersebut. Terlalu seringnya pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi menyebabkan setiap daerah baik skala nasional maupun internasional berlomba untuk meningkatkan pendapatan. Dengan adanya perbedaan sumber daya, maka sektor yang selalu diandalakan untuk menaikkan pendapatan adalah sumber daya alam daerah tersebut. Sehingga sering kali eksploitasi sumber daya terjadi, tanpa mempertimbangkan ketersediaan sumber daya untuk masa yang akan datang dan kerusakan yang terjadi akibat eksploitasi tersebut (Frisdiantara & Mukhlis, 2016).
Hal ini menginisiasi PBB untuk membuat program MDG`S (Millenium Suistainable Development Goals) dan SDG`S (Suistainable Development Goals) . Kebebasan otonomi daerah, memberikan wewenang pemerintah dalam penerapan SDG`s di daerahnya. Sesuai dengan tujuan SDG`s yakni untuk mengurangi ketimpangan dan pengentasan kemiskinan, Kabupaten Kulon Progo yang dikenal sebagai Kabupaten termiskin kedua di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta setelah Kabupaten Gunung Kidul. Pemerintah Kulon Progo mengadapatasi tujuan SDG`s (1) mengentaskan kemiskinan, (3) kesehatan dan kesejahteraan untuk semua, (10) mengurangi ketimpangan. SDG`s tersebut diterapkan dalam program-program pengetasan kemiskinan antara lain, One Village One Sister Company(Satu desa satu dibina oleh perusahaan), KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binangun), Bela dan Beli Kulon Progo, Universal Coverage. Semua program tersebut ditujukan untuk mengurangi ketimpangan di daerah Kulon Progo (Ni`mah, et al., 2016).
(2)
Menurut Bank Dunia kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memperoleh standar hidup yag layak. Menurut Hadiwigeno dan Pakphan (1993) penyebab kemiskinan bisa dilihat dari sudut keluarga, penduduk dan wilayah. Dari sudut keluarga, keluarga miskin memiliki ciri yang bisa dilihat dari pendapatan per kapita keluarga, status gizi, dan umur harapan hidup. Ciri-ciri tersebut sebagai akibat dari tingkat pendidikan, ketrampilan, jumlah anggota keluarga, nila atau sikap, pekerjaan utama, modal kerja dan tingkat penggunaan input. Penyebab dari sudut wilayah adalah kondisi alam, sarana dan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, lembaga keuangan, jalan , dan sebagainya (Kasim, 2006).
Wilayah yang berbeda antar daerah menyebabkan setiap penanganan kemiskinan di satu daerah dengan daerah lain harus disesuaiakan dengan faktor penyebab yang ada serta tidak bisa disam ratakan antar daerah. Karakteristik penanggulangan kemiskinan juga tidak bisa hanya dengan waktu yang singkat. Selain itu, diperlukannya integrasi antar sektor mengingat penyebab kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi saja akan tetapi faktor-faktor lain juga saling berpengaruh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penerapan SDG`S dalam penegtasan kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo.
METODE PENELITIAN
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif kantitatif. Analisis koding digunakan untuk menganalisis data kualitatif yang merupakan data utama dalam penelitian ini. Data kualiatif di kumpulkan dengan wawancara SKPD terkait untuk mengetahui faktor yng mempengaruhi penerapan SDG`S. Data kauntiatatif digunakan untuk mendukung data kualitatif, dimana data kuantitatif menggunakan analisis regresi linear berganda dengan meregresi data kuesioner yang di isi oleh Rumah Tangga Miskin. Sampel dalam penelitian dihitung dengan Metode Slovin dengan dengan persen
(3)
ketidaktelitian sebesr 6 % (0,06) dari jumlah populasi sebesar 18834 maka sampel yang terpilih adalah sebanyak 280 yang dipilih secara random.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian tujuan SDG`S yang diterapkan di Kabupaten Kulon Progo, yang kemudian diterapkan dalam program pengentasan kemiskinan menunjukkan bahwa program pengentasan kemiskinan mampu menigkatkan pendapatan masyarakat miskin. Program yang diterapkan pemerintah Kabupaten Kulon Progo adalah OVOC (One Village One Sister Company), UC (Universal Coverage), KAKB, Bela Beli Kulon Progo.
Tabel 1.
Matriks Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan Kabupaten Kulon Progo
Faktor Pendukung
OVOC Bela dan Beli KP Universal Coverage KAKB Perda Kabupaten Kulon Progo No 22 Tahun 2012 dan Perbup Kabupaten Kulon Progo No 33 Tahun 2013
Surat Edaran Bupati No 025/2171
Perda Kab Kulon Progo No 6 Tahun 2009 Tentang JAMKESDA Perbup Kab Kulon Progo No 21 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem JAMKESDA
Keputusan Bupati No 49/A/2015 tertanggal 15 Januari 2015 mengenai Tim Pembinaan Pemberdayaan Keluarga di tingkat kabupaten, (2) Keputusan No 325 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangn Kemiskinan (TKPK ) Kabupaten Kulon Progo, (3) Peraturan Bupati No 80 Tahun 2011 tentang Pedoman Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di Tingkat
Kecamatan dan Desa / Kelurahan Komitmen Pemerintah daerah dan provinsi dalam menyediakan jaminan kesehatan
Anggaran APBD 2013
Komitmen untuk menegakkan regulasi yang telah ditetapkan
Kader-kader yang peduli dengan KAKB
(4)
Faktor Penghambat
Keterbatasan dana
Belum optimalnya proses internalisasi dan spirit
kepedulian serta kecintaan terhadap produk lokal
Penggalan potensi sumber pendanaan JAMKESDA yang belum optimal
Terbatasnya modal dan anggaran bantuan APBD /swasta yang belum memadai Kurangnya
koordinasi anatar pemerintah dengan perusahaan
Pengusaha batik yang belum melebarkan sayap usahanya
Kurangnya koordinasi dan pemahaman tentang jaminan kesehatan
Terbatasnya anggaran operasional
Penerapan regeulasi yang belum optimal
Terbatasnya personil untuk membimbing, membina dan memonitoring KAKB Sistem pembayaran
JAMKESDA yang belum mendukung sistem kendali mutu dan kendali baiaya
Terbatasnya kemampuan berwirausaha masyarakat Sistem pelayanan
rujukan yang belum optimal
Mindset
masyarakat yang masih topdown
(5)
Strategi Pemerintah aktif untuk mengajak perusahaan yang mengkuti Forum TSP Melakukan pendekatan formal maupun informal Penyusunan regulasi pendukung pelaksananaan jaminan kesehatan Mengadakan pelatihan Integrasi antar SKPD yang dijaga dan ditingkatkan Peningkatan promosi secara langsung maupun tidak langsung Meningkatkan sosialisasi dan
mendorong untuk ikut berpastisipasi menjadi peserta Jaminana Kesehatan
Melaksanakan kegiatan dengan lebih efektif dan efisien Mendorong terciptanya inovasi dan penigkatan mutu Menyiapkan SDM yang berkompeten Memberikan kebebasan masyarakat dalam memilih usahanya Misalnya: apabila barang yang dijual di Senkudaya (Sentral Kulakan Pos daya ) lebih mahal maka masyarakat boleh kulakan ditempat lain Koordinasi dan
kerjasama lintas sektor dan linstas program
Menerapkan pelayanan yang sesuai dengan standar Meningkatkan solidariats dan partisipasi menjadi pesert mandiri Sumber : Data Primer Diolah
PENUTUP
Saran untuk peneliti selanjutnya adalah untuk bisa menambah sampel menjadi lebih banyak sehingga lebih bisa mempresentasikan populasi. Selain itu penambahan program yang diteliti sehingga dapat menjelaskan program pengentasan kemiskinan secara menyeluruh.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Frisdiantara, C., & Mukhlis, I. (2016). Ekonomi Pembangunan : Sebuah Kajian Teoritis dan Empiris. Malang: Deepublish.
Kasim, M. (2006). Karakteristik Kemiskinan di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya : Stud Kasus Padang Pariaman. Jakarta: Indomedia.
Ni`mah, S. K., Bahagijo , S., Santono, H., Primaldhi, A., Walandauw, P. C., Hendrastiti, T. K., & Sari, D. K. (2016). Penurunan Ketimpangan Panduan Teknis Goal 10 SDGs Untuk Pemerintah Daerah dan Pemangku Kepentingan Daerah . Retrieved from infid.org: