MODEL STRATEGI HARGA PENAWARAN UNTUK PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Di Surabaya
KONSTRUKSI DI INDONESIA
Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Di Surabaya
Disusun Oleh :
ADE OKTAVIA PUTRININGRUM NIM : 2011 011 0191
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
KONSTRUKSI DI INDONESIA
Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Di Surabaya
Disusun Oleh :
ADE OKTAVIA PUTRININGRUM NIM : 2011 011 0191
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
ii
KONSTRUKSI DI INDONESIA
Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), di Surabaya
Disusun oleh :
ADE OKTAVIA PUTRININGRUM 20110110191
Telah disetujui dan disahkan oleh :
Mandiyo Priyo, Ir,MT,H. Pembimbing I Yogyakarta, September 2016
Anita Widianti, Ir, MT, Hj.
Pembimbing II Yogyakarta, September 2016
Yoga Aprianto Harsoyo, S.T., M.Eng.
(4)
iii
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Mamah dan Papah Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Mamah dan Papah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Mamah dan Papah bahagia karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Mamah dan Papah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik.
Terima kasih Mamah dan Papah…
My Brother and Sister “Endah Hapsari Putraningrum dan Riski Afief Annuha
Untuk kakak dan adikku tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya tapi aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk kalian semua.
(5)
iv
menyelesaikan Tugas Akhir ini, semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan masa depanku. Terima kasih…
My Best Friend’s
Buat sahabatku Karina Purbasari, Caysie Sorea, dan Agista Fitriya terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran, ojekan, dan semangat yang kalian berikan selama aku kuliah, aku tak akan melupakan semua yang telah kalian semua berikan selama ini.
Dosen Pembimbing Tugas Akhirku
Ibu Anita Widianti, Ir, MT, Hj. dan Bapak Mandiyo Priyo, Ir, MT, H. selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terima kasih banyak pak…bu… saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari bapak dan ibu.
Terima kasih buat Bapak dan Ibu…
Serta semua pihak yang sudah membantu saya selama penyelesaian tugas akhir ini.
(6)
v
Alhamdulillah Hirobbil Alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Tidak lupa sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat. Setiap kemudahan dan kesabaran yang telah diberikan-Nya kepada saya akhirnya saya selaku penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek Konstruksi di Indonesia“ sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, Penyusun sangat membutuhkan kerjasama, bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saran-saran dari berbagai pihak, terima kasih penyusun haturkan kepada :
1. Bapak Jazaul Ikhsan, ST, M.Eng. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Bapak Ir. H. Mandiyo Priyo, MT. selaku dosen pembimbing I. Yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi tugas akhir ini.
4. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, MT selaku dosen pembimbing II. Yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap tugas akhir ini.
5. Bapak Yoga Aprianto Harsoyo, S.T., M.Eng. Sebagai dosen penguji. Terima kasih atas masukan, saran dan koreksi terhadap Tugas Akhir ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
.
(7)
vi
mencarikan data dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini.
9. Saudara Karina Purbasari, Agista Fitriya, Caysie Sorea yang juga memberikan dukungan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.
10.Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2011 dan yang lainnya. 11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikian semua yang disebut di muka yang telah banyak turut andil dalam kontribusi dan dorongan guna kelancaran penyusunan tugas akhir ini, semoga menjadikan amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT. Meskipun demikian dengan segala kerendahan hati penyusun memohon maaf bila terdapat kekurangan dalam Tugas Akhir ini, walaupun telah diusahakan bentuk penyusunan dan penulisan sebaik mungkin.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah kami serahkan segalanya, sebagai manusia biasa penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang dada dan keterbukaan akan penyusun terima segala saran dan kritik yang konstruktif demi baiknya penyusunan ini, sehingga sang Rahman masih berkenan mengulurkan petunjuk dan bimbingan-Nya.
Amien.
Yogyakarta, September 2016
Penyusun
(8)
vii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
INTISARI ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Batasan Masalah ... 6
F. Keaslian Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik ... 8
1. Registrasi Peserta ... 9
2. Penyedia Barang/Jasa ... 10
B. Pelelangan ... 10
1. Tata Cara Pelelangan ... 11
2. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang ... 13
C. Estimasi Biaya Konstruksi ... 14
1. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi ... 16
2. Resiko dalam Estimasi ... 19
3. Faktor yang Mempengaruhi Estimasi ... 21
4. Penyusunan Rencana Estimasi Biaya Proyek ... 22
(9)
viii
3. Penawaran Lebih Dari Satu Kompetitor ... 34
4. Average Competitor ... 36
B. Mark Up ... 37
E. Expected Profit ... 39
F. Pendekatan Metode Strategi Penawaran ... 41
1. Friedman Method ... 42
2. Gates Method ... 44
3. Ackoff & Sasieni Method ... 45
4. Metode Konvensional ... 46
5. Model-model yang Lain ... 50
G. Pendekatan Metode Statistik ... 51
1. Multi Distribusi Discrete ... 51
2. Multi Distribusi Normal ... 52
3. Single Distribusi Normal ... 53
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian ... 54
B. Populasi/Pengambilan Data Penawaran Konstruksi ... 55
C. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik ... 56
D. Pengolahan Data dengan Model Penawaran ... 57
E. Pengujian Model dengan Data Pilihan ... 57
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Lapangan ... 59
B. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik ... 59
1.Multi Distribusi Discrete ... 60
2.Multi Distribusi Normal ... 61
(10)
ix
3.Ackoff & Sasieni Method ... 89
D. Analisis Expected Profit ... 100
E. Pengujian Model dengan Data Pilihan ... 102
F. Pembahasan ... 104
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 107
B. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA
(11)
xviii
Apabila mengajukan harga penawaran terlalu tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang besar akan menyebabkan peluang untuk memenangkan tender menjadi sangat kecil. Sebaliknya apabila mengajukan harga penawaran sangat rendah dengan harapan memiliki peluang yang besar untuk memenangkan tender, akan menyebabkan keuntungan yang besar menjadi sangat sulit untuk diperoleh.Tujuan dari penelitian ini untuk menghitung nilai mark up menggunakan pendekatan strategi penawaran dan untuk mengetahui strategi harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu tender dengan nilai mark up optimum dan keuntungan optimum.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pelelangan yang sudah selesai dari tahun 2011-2015 di LPSE di Surabaya dengan menggunakan pendekatan statistik, yaitu muti distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal. Model strategi penawaran yang digunakan yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method.
Dengan menggunakan model Friedman menghasilkan mark up optimum sebesar -6 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit sebesar -0,0002, -5 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit sebesar -0,0003 dan -1 % untuk single distribusi normal dengan expected profit -0,0001. Dengan menggunakan model gates menghasilkan mark up optimum sebesar 22 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit 22,0000, 5 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit 0,0307 dan 9 % untuk single distribusi normal dengan expected profit sebesar 2,0124. Dengan menggunakan model ackoff & sasieni menghasilkan mark up optimum sebesar 8 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit -0,5333, 5 % untuk multi dan single distribusi normal dengan expected profit sebesar 0,1195.
Kata Kunci : Strategi penawaran, mark up, probabilitas menang, expected profit.
(12)
xix
the profits. The main problem of a contractor in order to propose an offer is to set up the offer price. If an offer was too high with an expectation of getting big profits, it will cause the opportunities to win the tender becomes extremely small. Vice versa if an offer was too low with an expectation of having big opportunities to winning the tender, it will cause the difficulties in gaining big profits. The aim of this research is to calculate the value of mark-up using offering strategy approach and to determine which one is the best offer strategy to win a tender by the optimum mark-up value and the maximum profits.
This research used data in the form of auctions data that has been completed since 2011-2015 in LPSE, Surabaya using statistic approach namely discrete multi distribution, normal multi distribution, and single normal distribution. The model of offering strategy that used is Friedman Methods, Gates Methods, and Ackoff & Sasieni Methods.
The Friedman Methods can generates the optimum mark-up of -6% for discrete multi-distribution with expected profit of -0,0002, -5% for multi-normal distribution with expected profit of 0,0003 and 1% for single normal distribution with expected profit -0,0001. The gates Methods can produce the optimum mark up of 22% for discrete multi distribution with expected profit of 22,0000, 5% for multi-normal distribution with expected profit 0,0307 and 9% for single normal distribution with expected profit 2,0124. While the Ackoff&Sasieni Methods can generates the optimum mark-up of 8% for discrete multi distribution with expected profit -0,5333, 5% for multi and single normal distribution with expected profit for 0,1195.
(13)
(14)
xviii
Apabila mengajukan harga penawaran terlalu tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang besar akan menyebabkan peluang untuk memenangkan tender menjadi sangat kecil. Sebaliknya apabila mengajukan harga penawaran sangat rendah dengan harapan memiliki peluang yang besar untuk memenangkan tender, akan menyebabkan keuntungan yang besar menjadi sangat sulit untuk diperoleh.Tujuan dari penelitian ini untuk menghitung nilai mark up menggunakan pendekatan strategi penawaran dan untuk mengetahui strategi harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu tender dengan nilai mark up optimum dan keuntungan optimum.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pelelangan yang sudah selesai dari tahun 2011-2015 di LPSE di Surabaya dengan menggunakan pendekatan statistik, yaitu muti distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal. Model strategi penawaran yang digunakan yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method.
Dengan menggunakan model Friedman menghasilkan mark up optimum sebesar -6 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit sebesar -0,0002, -5 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit sebesar -0,0003 dan -1 % untuk single distribusi normal dengan expected profit -0,0001. Dengan menggunakan model gates menghasilkan mark up optimum sebesar 22 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit 22,0000, 5 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit 0,0307 dan 9 % untuk single distribusi normal dengan expected profit sebesar 2,0124. Dengan menggunakan model ackoff & sasieni menghasilkan mark up optimum sebesar 8 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit -0,5333, 5 % untuk multi dan single distribusi normal dengan expected profit sebesar 0,1195.
Kata Kunci : Strategi penawaran, mark up, probabilitas menang, expected profit.
(15)
xix
the profits. The main problem of a contractor in order to propose an offer is to set up the offer price. If an offer was too high with an expectation of getting big profits, it will cause the opportunities to win the tender becomes extremely small. Vice versa if an offer was too low with an expectation of having big opportunities to winning the tender, it will cause the difficulties in gaining big profits. The aim of this research is to calculate the value of mark-up using offering strategy approach and to determine which one is the best offer strategy to win a tender by the optimum mark-up value and the maximum profits.
This research used data in the form of auctions data that has been completed since 2011-2015 in LPSE, Surabaya using statistic approach namely discrete multi distribution, normal multi distribution, and single normal distribution. The model of offering strategy that used is Friedman Methods, Gates Methods, and Ackoff & Sasieni Methods.
The Friedman Methods can generates the optimum mark-up of -6% for discrete multi-distribution with expected profit of -0,0002, -5% for multi-normal distribution with expected profit of 0,0003 and 1% for single normal distribution with expected profit -0,0001. The gates Methods can produce the optimum mark up of 22% for discrete multi distribution with expected profit of 22,0000, 5% for multi-normal distribution with expected profit 0,0307 and 9% for single normal distribution with expected profit 2,0124. While the Ackoff&Sasieni Methods can generates the optimum mark-up of 8% for discrete multi distribution with expected profit -0,5333, 5% for multi and single normal distribution with expected profit for 0,1195.
(16)
1
Kegiatan proyek telah dikenal sejak dahulu, baik membuat rumah tinggal sederhana maupun membuat suatu infrastruktur raksasa. Pada jaman dunia modern seperti saat ini, proyek semakin beraneka ragam, canggih dan lebih kompleks. Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu dan melaksanakan tugas dengan tujuan yang jelas.
Bila melihat hasil sebuah proyek berupa bangunan gedung pencakar langit ataupun instalasi industri besar yang menggunakan teknologi canggih, tentunya dalam proses pembangunan tersebut terdapat beberapa tahap yang harus dilewati hingga mencapai hasil yang diinginkan. Beberapa tahap penting yang terdapat didalam sebuah proyek adalah tahap perencanaan, pelelangan, pemilihan kontraktor, penjadwalan, pelaksanaan pembangunan dan tahap pemeliharaan.
Pelelangan atau tender adalah suatu penawaran pekerjaan kepada kontraktor atau konsultan untuk mendapatkan harga penawaran yang bersaing sesuai spesifikasi dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan mengandalkan kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi, proses pelelangan saat ini sudah mulai menggunakan sistem melalui jaringan internet yang diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Sejak tahun 2008 pengadaan barang/jasa mulai menggunakan sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Didalam sistem ini, setiap
(17)
kontraktor bisa mengikuti tender setelah paket lelang dan spesifikasi lelang diumumkan oleh lembaga terkait sebagai pemilik proyek. Tahapan pemilihan penyedia barang dan jasa pemerintah yang mutlak harus diikuti oleh setiap peserta lelang adalah tahapan pembukaan dokumen penawaran. Pembukaan dokumen penawaran dilakukan secara resmi dan disaksikan oleh semua peserta lelang. Pada acara ini panitia pengadaan barang dan jasa akan memberikan seluruh informasi lengkap mengenai data yang terdapat didalam setiap dokumen penawaran.
Dengan mengetahui setiap informasi yang terdapat didalam dokumen penawaran, maka secara tidak langsung seluruh peserta lelang dapat mengawasi panitia pengadaan barang/jasa dan melakukan proses evaluasi dokumen penawaran tersebut. Dengan demikan proses penentuan pemenang lelang tersebut menjadi terbuka dan bebas dari kecurangan. Semakin banyak peserta yang mengikuti lelang, maka peluang untuk memenangkan tender akan semakin kecil, sehingga bila tidak menggunakan strategi penawaran yang tepat, akan sangat sulit untuk memenangkan lelang.
Perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi khususnya kontraktor konstruksi atau pemborong bangunan, akan hidup dan berkembang dari keuntungan yang diperolehnya dengan mengerjakan sebuah proyek. Untuk mencapai keuntungan, perusahaan harus dapat bekerja secara profesional sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas pembangunan proyek.
Strategi penawaran bagi suatu perusahaan sangatlah bergantung pada tujuan perusahaan, diantaranya adalah dengan memaksimumkan keuntungan.
(18)
Karakteristik kontrak dalam industri konstruksi ditandai dengan persaingan yang terus meningkat, batas keuntungan yang tidak tinggi (low profit margin) dan nilai resiko gagal yang tinggi. Perkiraan harga sebuah proyek adalah hasil perhitungan yang dilakukan oleh estimator berdasarkan dokumen lelang berupa gambar rencana dan spesifikasinya. Dalam tahap ini, harga yang diperoleh adalah harga langsung (direct cost), sedangkan harga penawaran adalah biaya langsung ditambah dengan sejumlah nominal tertentu. Besarnya nominal penambahan biaya tersebut disebut nilai mark up. Tujuan menggunakan nilai mark up adalah agar setiap kontraktor memperoleh keuntungan dan menutupi biaya ovehead perusahaan.
Permasalahan utama kontraktor dalam mengajukan penawaran adalah menetapkan harga penawaran. Apabila mengajukan harga penawaran terlalu tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang besar akan menyebabkan peluang untuk memenangkan tender menjadi sangat kecil. Sebaliknya apabila mengajukan harga penawaran sangat rendah dengan harapan memiliki peluang yang besar untuk memenangkan tender, akan menyebabkan keuntungan yang besar menjadi sangat sulit untuk diperoleh. Kedua kondisi tersebut sangat menyulitkan kontraktor dalam menentukan harga penawaran yang tepat. Didalam penawaran pelelangan proyek, segala sesuatunya harus nampak jelas dan rasional, sehingga hal ini sangat penting dalam menentukan strategi penawaran yang tepat. Masalah lain yang timbul yaitu persaingan kontraktor semakin meningkat untuk memenangkan tender melalui penawaran bersaing.
(19)
Perkiraan nilai mark up yang diimplementasikan dalam penawaran proyek-proyek konstruksi dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengajuan harga penawaran, dimana nilai mark up yang didapat merupakan nilai mark up yang dihitung melalui data-data penawaran terdahulu disuatu wilayah dengan rentang waktu tertentu. Model pendekatan perhitungan mark up merupakan alat bantu bagi kontraktor dalam menyusun strateginya dalam menghadapi tender sistem penawaran bersaing, sehingga mengetahui kesempatan terbaik dalam mengikuti tender atau mendapatkan kesempatan optimum untuk memenangkan proyek dan mendapatkan keuntungan optimum.
Berbagai metode dengan pendekatan statistik dapat digunakan untuk menentukan strategi penawaran, dengan tujuan agar kontraktor dapat membuat harga penawaran yang lebih akurat dan efektif dalam sebuah pelelangan proyek. Di dalam penelitian Tugas Akhir ini akan digunakan tiga metode untuk menghitung nilai mark up, yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method dengan menggunakan tiga pendekatan metode statistik, yaitu multi distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal. Setiap metode akan menghasilkan tiga variasi mark up yang nantinya akan diuji dengan data pelelangan yang pernah dilakukan, sehingga dapat diketahui nilai mark up mana yang lebih tepat digunakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas timbul suatu masalah yang dirumuskan sebagai berikut:
(20)
1. Berapakah nilai mark up yang dihasilkan dari data pelelangan yang dianalisis?
2. Apakah strategi penawaran dengan Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method dapat menjadi alternatif pilihan dalam menentukan nilai mark up?
3. Pilihan pendekatan metode statistik mana yang tepat untuk menentukan probabilitas menang dalam pelelangan?
4. Metode apakah yang paling tepat dijadikan alternatif untuk menentukan nilai mark up?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung mark up dari tender proyek konstruksi di Surabaya menggunakan pendekatan strategi penawaran Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Saseni Method.
2. Membandingkan setiap metode dan pendekatan statistik yang digunakan, mana mark up yang paling tepat untuk dijadikan alternatif harga penawaran yang efektif.
3. Mengetahui strategi harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu tender dengan nilai mark up optimum dan keuntungan maksimum.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(21)
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan strategi yang paling tepat didalam menentukan harga penawaran tender konstruksi, sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum. Selain itu diharapkan sebagai masukan bagi perusahaan konstruksi untuk mencari dan mempelajari model strategi yang sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.
2. Pengembangan ilmu pengetahuan
Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi belajar mengenai strategi penawaran proyek konstruksi, khususnya pelelangan di wilayah Surabaya.
E. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas sehingga dapat menyimpang dari tujuan penelitian, maka lingkup pembahasannya hanya terbatas sebagai berikut:
1. Data penawaran yang dikumpulkan adalah data pelelangan pekerjaan konstruksi dari Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di Surabaya tahun 2011-2015.
2. Data yang digunakan adalah data lelang yang proses lelangnya sudah selesai dilaksanakan dengan jumlah kontraktor yang mengikuti lelang minimal lima kontraktor.
3. Data lelang yang digunakan adalah proyek pekerjaan konstruksi dengan harga minimal Rp. 200.000.000,-
4. Untuk pendekatan metode statistik digunakan tiga metode, yaitu multi distribusi discreate, multi distribusi normal dan single distribusi normal. 5. Pembahasan pada penelitian ini hanya pada lingkup strategi harga
(22)
expected profit maksimum yang diperoleh kontraktor apabila menggunakan setiap metode strategi penawaran.
6. Untuk pendekatan strategi penawaran digunakan tiga metode, yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoof & Sasieni Method.
F. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang model strategi penawaran untuk proyek konstruksi di Indonesia sebelumnya dilakukan oleh Marianti (2012) dengan studi kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kotamadya Yogyakarta, Prayuda (2013) dengan judul Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek Kontruksi Di Indonesia dengan studi kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kota Bandung, dan Nur Kiswan (2016) dengan judul Strategi Penawaran untuk Proyek Konstruksi Di Indonesia dengan studi kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kab. Musi Rawas (Sumatera Selatan) Friedman Method dan Gates Method.
Ketiga penelitian tersebut hanya menggunakan metode Expected Profit dan metode Friedman tanpa menggunakan pendekatan metode statistik apapun.
Penelitian dengan judul Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek Konstruksi di Indonesia dengan studi kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di Surabaya, sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan.
(23)
8
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) pada awalnya merupakan sistem e-procurement (pengadaan secara elektronik) yang dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dikembangkan dengan basis free license untuk diterapkan di seluruh instansi pemerintah di Indonesia. Hingga pertengahan tahun 2011, telah terdapat sekitar 40 instansi yang memiliki LPSE. Pada perkembangan selanjutnya, LPSE didefinisikan sebagai unit pelaksana yang memfasilitasi panitia/unit Layanan Pengadan (ULP) pada proses pengadaan barang/jasa secara elektronik. LPSE sendiri mengoperasikan sistem e-procurement bernama Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang dikembangkan oleh LKPP. Namun secara umum, LPSE diartikan sebagai sistem e-procurement termasuk di dalamnya aplikasi dan unit pelaksana.
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) adalah unit layanan penyelenggara sistem elektronik pengadaan barang/jasa yang didirikan oleh Kementerian/Lembaga/ Perguruan Tinggi/BUMN dan Pemerintah Daerah untuk memfasilitasi ULP/Pejabat pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik. Selain itu, LPSE perlu diadakan agar dapat melakukan proses pengadaan barang/jasa secara elektronik dari lokasi lain yang terhubung dengan internet. Selain sebagai unit layanan sebagaimana tersebut di atas, LPSE juga wajib memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan pasal 15,
(24)
16 dan 109 ayat 7 Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, dengan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaannya dilakukan oleh LKPP. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) akan menjalankan fungsi sebagai berikut :
a. Mengelola Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).
b. Menyediakan pelatihan kepada PPK/Panitia dan Penyedia barang/jasa. c. Menyediakan sarana akses internet bagi PPK/Panitia dan Penyedia
barang/jasa.
d. Menyediakan bantuan teknis untuk mengoperasikan SPSE kepada PPK/Panitia dan Penyedia barang/jasa.
e. Melakukan pendaftaran dan verifikasi terhadap PPK/Panitia dan Penyedia barang/jasa.
Adapun beberapa syarat dan ketentuan untuk bergabung dengan layanan pengadaan secara elektronik adalah sebagai berikut:
1. Registrasi Peserta
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), mengajukan permintaan sebagai pengguna SPSE kepada pengelola LPSE bagi PPK/Panitia/Pokja ULP Pengadaan suatu paket pekerjaan tertentu. Penyedia barang/jasa melakukan pendaftaran secara online pada website LPSE dan selanjutnya mengikuti proses verifikasi dokumen pendukung yang di persyaratkan oleh LPSE. Dengan membuat atau mendaftar sebagai peserta lelang pada paket pekerjaan dalam SPSE, maka PPK/Panitia/Pokja ULP Pengadaan dan penyedia barang/jasa telah memberikan persetujuannya pada fakta Integritas.
(25)
2. Penyedia barang / jasa
Adapun ketentuan untuk lembaha-lembaga atau perusahaan penyedia barang dan jasa sebagai berikut :
a. KTP Direktur/Pemilik perusahaan/Pejabat yang berwenang di perusahaan. b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
c. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)/Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) atau ijin usaha sesuai bidang masing-masing.
d. Akta pendirian perusahaan beserta akta perubahannya (jika ada perubahan). e. Penyedia barang/jasa wajib menandatangani dan menyerahkan formulir keikutsertaan dan formulir pendaftaran yang telah tersedia pada website LPSE.
f. Penyedia barang/jasa dapat melakukan registrasi sebagai Pengguna SPSE paling lambat 2 hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran suatu paket pekerjaan yang akan diikuti.
B. Pelelangan
Pelelangan adalah pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terbuka (untuk umum) dengan pengumuman secara luas melalui media cetak maupun elektronik sehingga masyarakat dunia usaha yang berminat dan memenuhi kretiria dapat mengikutinya. Tahap pengadaan pelaksanaan konstruksi ini dilakukan setelah tahap desain diselesaikan oleh konsultan perencana. Proses pengadaan perusahaan jasa konstruksi diatur oleh Keputusan Presiden RI terutama proyek dilingkungan pemerintah. Secara lengkap dasar-dasar pelelangan diatur dalam
(26)
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pelelangan dibedakan menjadi dua macam yaitu pelelangan umum dan pelelangan terbatas. Prinsipnya kedua macam pelelangan tersebut sama, hanya saja ada sedikit perbedaan dalam memenuhi syarat agar dapat mengikuti pelelangan. Dalam pelelangan terbatas yang diizinkan mengikuti lelang adalah penyedia barang/jasa yang hanya diundang oleh pengguna jasa. Pelelangan dilakukan pada umumnya tergantung pada besar atau kecilnya proyek, tingkat kompleksitas proyek, biaya proyek dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. 1. Tata Cara Pelelangan
Adapun tata cara pelelangan untuk penyedia barang/jasa secara umum sebagai berikut :
a. Penyedia barang/jasa harus memenuhi seluruh persyaratan peserta lelang. Peserta harus memenuhi kualifikasi, klasifikasi dan memiliki sumber daya sesuai dengan dokumen prakualifikasi yang dibuat oleh panitia lelang. b. Panitia akan mengumumkan secara luas tentang adanya pelelangan melalui
media cetak, papan pengunguman maupun media elektronik. Biasanya pengunguman ditujukan kepada penyedia berdasarkan jenis perusahaan, meliputi perusahaan kelas kecil, menengah, dan besar. Setiap penyedia barang/jasa boleh mendaftar dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh panitia.
c. Tahap prakualifikasi yaitu tahap untuk panitia pelelangan yang diwajibkan melakukan prakualifikasi bagi calon peserta lelang yang akan mengikuti
(27)
lelang sesuai dengan dokumen prakualifikasi yang telah diberikan kepada calon peserta lelang.
d. Penyusunan daftar calon peserta lelang, penyampaian undangan dan pengambilan dokumen lelang.
e. Penjelasan lelang (Aanwijzing) dilakukan pada tempat dan waktu yang ditentukan dan dihadiri oleh calon peserta lelang yang mendaftarkan diri untuk mengikuti pelelangan. Penjelasan lelang meliputi metode pengadaan, penyampaian penawaran, dan ketentuan penting lainnya. f. Penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran. Sistem
penyampaiannya harus mengikuti ketentuan yang disyaratkan didalam dokumen. Pembukaan dokumen penawaran terbagi tiga macam yaitu sistem satu sampul, sistem dua sampul dan sistem dua tahap.
g. Evaluasi penawaran. Dilakukan oleh panitia terhadap semua penawar yang dinyatakan lulus pada saat pembukaan penawaran. Evaluasi tersebut meliputi evaluasi administrasi, teknis dan harga berdasarkan kretiria, metode dan tata cara evaluasi yang telah ditetapkan dalam dokumen lelang.
h. Pembuatan berita acara hasil pelelangan. Panitia membuat kesimpulan dari hasil evaluasi pelaksanaan pelelangan termasuk tata cara penilaian hingga penetapan urutan pemenang.
i. Penetapan pemenang lelang. Penetapan dilakukan oleh panitia lelang berdasarkan penawaran yang secara administratif dan teknis dapat dipertanggungjawabkan.
(28)
j. Sanggahan peserta lelang. Seluruh peserta lelang diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan secara tertulis apabila keberatan atas penetapan pemenang.
k. Pemerintah surat keputusan penetapan penyedia Barang/jasa. Surat ini dikeluarkan setelah tidak ada sanggahan dari peserta lelang dan penerima surat wajib menerima keputusan tersebut.
2. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang
Pelelangan dinyatakan gagal dan harus dilakukan pepelangan ulang apabila sebagai berikut :
a. Penyedia barang/jasa tercantum dalam daftar calon peserta kurang dari tiga penyedia.
b. Penawaran yang masuk kurang dari tiga.
c. Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam dokumen lelang.
d. Tidak ada penawaran yang harga penawarannya dibawah atau sama dengan anggaran dana yang tersedia.
e. Sanggahan dari peserta lelang atas kesalahan prosedur yang tercantum dalam dokumen lelang ternyata besar.
f. Terjadinya praktik KKN dan disanggah oleh peserta lelang.
g. Calon pemenang lelang urutan 1,2 dan 3 mengundurkan diri dan tidak bersedia ditunjuk.
h. Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai dengan ketentuan dokumen lelang atau prosedur yang berlaku.
(29)
C. Estimasi Biaya Konstruksi
Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia industri konstruksi. Ketidakakuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Menurut Pratt (1995) dalam Priyo (1999) fungsi dari estimasi biaya dalam industri konstruksi adalah
a. Untuk melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan biaya yang ada.
b. Untuk mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan. c. Untuk kompetensi pada saat penawaran.
Estimasi biaya awal digunakan untuk studi kelayakan, alternatif desain yang mungkin, dan pemilihan desain yang optimal untuk sebuah proyek. Estimasi biaya berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan owner harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor dapat menerima keuntungan yang layak. Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen penawaran lainnya.
Proses analisis biaya konstruksi adalah suatu proses untuk mengistimasi biaya langsung yang secara umum digunakan sebagai dasar penawaran. Salah satu metode yang digunakan untuk melakukan estimasi biaya konstruksi adalah menghitung secara detail harga satuan pekerjaan berdasarkan nilai indeks atau koefisien untuk analisis biaya bahan dan upah kerja. Hal lain yang perlu dipelajari dalam kegiatan ini adalah pengaruh produktivitas kerja dari para tukang yang melakukan pekerjaan sama yang berulang. Secara umum dalam dokumen
(30)
penawaran biaya konstruksi antara pihak konsultan, owner dan kontraktor mempunyai hasil yang berbeda. Tetapi perincian biaya yang dicantumkan meliputi biaya langsung, biaya tak langsung, biaya tak terduga dan biaya overhead.
Dalam menentukan biaya estimasi sebaiknya mendekati biaya aktual, maka sangat dibutuhkan suatu data dari pengalaman-pengalaman penawar yang lalu dan membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun pengamatan (Patmadjaja,1999).
Biaya aktual merupakan biaya pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi yang tentu saja tidak dapat diketahui persis jika pekerjaan belum selesai, namun nilai ini dibutuhkan dalam menentukan Expected Profit Maximum. Asumsi yang umum dipakai adalah bahwa nilai c sama dengan estimasi dari kontraktor pada waktu mengajukan penawaran. Seberapa jauh nilai ini dapat digunakan tergantung dari record pengalaman-pengalaman yang telah lewat.
Biaya konstruksi adalah besarnya biaya aktual yang dikeluarkan untuk pekerjaan konstruksi tersebut. Biasanya besarnya biaya aktual ini baru dapat diketahui dengan pasti setelah pekerjaan konstruksi telah selesai. Namun estimasi biaya tidak mungkin menunggu biaya aktual dan estimasi biaya ini merupakan suatu elemen penting dalam strategi penawaran. Umumnya dalam strategi penawaran besarnya estimasi harus ditentukan dahulu sebelum dimulai sehingga pada umumnya dibuat suatu asusmsi bahwa estimasi biaya dianggap sama dengan biaya aktual dari pekerjaan tersebut.
(31)
Menurut Cook (1985) dalam Panjaitan (2010), Penawaran yang baik adalah penawaran yang berdasarkan perhitungan estimasi biaya yang tepat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Batas harga penawaran suatu tender (Cook,1985) Batas A pada Gambar 2.1 menunjukkan suatu penawaran ideal dimana batas A ini dapat diturunkan lagi sampai batas B dan batas B merupakan suatu batas penawaran yang paling kompetitif atau layak. Apabila biaya penawaran dinaikkan melebihi batas A maka harga penawaran akan menjadi batas tak layak. 1. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi
Ada beberapa metode dalam melakukan estimasi biaya konstruksi, yaitu: a. Estimasi harga pasti (Fixed-price)
Harga pasti dihitung menggunakan dua metode yaitu :
1) Metode Lumpsum (lumpsum estimate), umumnya dilakukan bila jenis pekerjaan dan jumlahnya telah diketahui dan dikenal benar. Kontraktor
(32)
berani mengambil resiko bila ketidakpastian terjadi dilapangan maka tingkat resiko yang dipikul kontraktor lebih besar. Keuntungan bagi owner adalah harga konstruksi diketahui dengan baik sehingga memudahkan untuk menentukan anggaran.
2) Metode harga satuan (unit price estimate), metode ini berdasarkan harga satuan setiap jenis pekerjaan. Dalam penawaran dicantumkan juga estimasi jumlah setiap jenis pekerjaan untuk mendapatkan total biaya yang mana volume jumlah hanya berdasarkan pada gambar rencana arsitektur yang belum tentu dijamin keakuratannya.
b. Estimasi harga perkiraan (approximate estimate)
Metode ini berdasarkan fakta perincian biaya dari proyek sebelumnya. Ada beberapa metode yang termasuk ketegori ini yaitu :
1) Harga per fungsi yaitu metode didasarkan pada estimasi biaya setiap jenis penggunaan.
2) Harga luas yaitu metode yang menggunakan harga tiap luas lantai. 3) Harga volume kubik yaitu metode didasarkan pada volume bangunan. 4) Modular take off yaitu metode yang mengacu pada konsep modul yang
kemudian dikalikan untuk seluruh proyek.
5) Partial take off yaitu metode jumlah dari gabungan jenis-jenis pekerjaan yang diperkirakan menggunakan harga satuan.
6) Harga satuan panel yaitu metode dengan mengasumsikan harga satuan per luas lantai, keliling dinding, atap dan sebagainya.
(33)
7) Harga parameter yaitu metode yang menggunakan harga satuan dari komponen bangunan yang berbeda seperti site work, pondasi, lantai, dinding dan sebagainya.
Berdasarkan tahapan proyek konstruksi, jenis-jenis estimasi biaya dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Estimasi kelayakan. Sebagaimana tujuan dari tahap studi kelayakan adalah untuk menentukan apakah bangunan tersebut layak dibangun, maka perkiraan biaya konstruksi dilakukan berdasarkan pengalaman dan dibandingkan dengan bangunan yang identik.
b. Estimasi konseptual. Biaya suatu bangunan diperkirakan berdasarkan volume bangunan atau faktor lain dengan patokan harga berdasarkan pada bangunan yang identik. Beberapa metode estimasi konseptual sebagai berikut:
1) Metode satuan luas, metode ini mengandalkan data dari proyek sejenis yang pernah dibangun dan bersifat garis besar dengan tingkat ketelitian sangat rendah.
2) Metode satuan isi, metode ini digunakan pada bangunan yang volumenya sangat dipentingkan, metode ini hanya dapat diandalkan pada fase awal perencanaan dan perancangan untuk bangunan yang kurang identik.
3) Metode harga satuan fungsional yaitu menggunakan fungsi dari fasilitas sebagai dasar penetapan biaya.
(34)
4) Metode faktorial yaitu metode yang digunakan pada proyek yang jenisnya sama, metode ini paling berguna untuk proyek yang mempunyai komponen utama sejenis.
5) Metode sistematis dimana proyek dibagi atas sistem fungsionalnya. Harga satuan ditentukan oleh jumlah tiap haga satuan elemen dalam setiap sistem atau mengalikan dengan data faktor pengali yang ada. c. Estimasi detail/terperinci yaitu memperkirakan biaya konstruksi secara
lebih terperinci dengan berpedoman pada gambar rencana, spesifikasi, gambar potongan dan gambar detail yang tersedia. Metode ini sering disebut metode harga satuan atau volume pekerjaan (Quantity Take off). d. Sistem estimasi sub kontraktor digunakan pada bagian konstruksi khusus
di sub kontraktor.
e. Estimasi pekerjaan tambah kurang digunakan karena kebutuhan pemilik proyek, kesalahan dalam dokumen kontrak atau perubahan kondisi lokasi proyek.
f. Estimasi kemajuan adalah sebagai dasar permintaan pembayaran dan sebagai pembanding terhadap keuntungan dan kerugian yang telah diramalkan sebelumnya.
2. Resiko dalam Estimasi
Seorang estimator harus berusaha mengidentifikasi sebanyak mungkin bagian-bagian yang mengandung resiko atau ketidakpastian dalam estimasinya. Beberapa cara untuk mengidentifikasi resiko dalam estimasi biaya konstruksi adalah sebagai berikut:
(35)
a. Mempelajari semua dokumen yang berhubungan dengan proyek termasuk dokumen yang direferensikan dalam dokumen kontrak.
b. Melakukan tinjauan ke lokasi proyek sebelum penawaran. c. Membuat jadwal konstruksi sebelum penawaran.
d. Menyelidiki kemampuan keuangan dan etika bisnis pemilik proyek. e. Memilih sub kontraktor dan suplyer yang tepat.
f. Mengikuti rapat penjelasan .
g. Mengidentifikasi reaksi masyarakat terhadap proyek.
h. Mendapatkan kepastian bahwa sumber daya tersedia untuk pembangunan proyek.
i. Membuat daftar hal-hal yang sesungguhnya tentang proyek. j. Membuat strategi untuk mendapatkan proyek.
k. Mengidentifikasi dan memahami klausa-klausa dalam spesifikasi yang memberikan resiko untuk kontraktor.
l. Mengidentifikasi kondisi khusus dalam spesifikasi yang memberikan resiko tambahan untuk kontraktor.
m. Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan pemerintah.
n. Mengidentifikasi gangguan lingkungan yang berhubungan dengan proyek. o. Mengkaji ulang pola musim daerah lokasi proyek.
p. Mengidentifikasi lokasi pembuangan.
q. Mengkaji ulang laporan penyelidikan tanah lokasi proyek. r. Mengkaji ulang proyek dan metode kontruksi.
(36)
s. Melakukan analisis pekerjaan yang disubkontraktorkan untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan telah tercakup.
3. Faktor yang Mempengaruhi Estimasi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkiraan biaya konstruksi, antara lain sebagai berikut :
a. Produktivitas tenaga kerja. Produktivitas adalah volume pekerjaan yang dapat dihasilkan oleh seseorang atau sekelompok pekerja dalam satuan waktu. Semakin besar produktivitas maka semakin cepat pekerjaan terselesaikan. Hal ini berkaitan dengan jumlah upah yang dibayarkan namun juga perlu analisis lebih mendalam karena dengan produktivitas makin besar maka harga satuan upah tenaga kerja akan semakin mahal. b. Ketersediaan material dan sumber daya proyek. Semakin langka material
dipasaran maka akan semakin mahal harga yang ditawarkan, atapun jika diperlukan waktu pemesanan yang lebih lama dengan biaya yang dibebankan kepada konsumen.
c. Cuaca sangat mempengaruhi proses pelaksanaan proyek konstruksi yang memungkinkan pelaksanaan dapat berlangsung dalam waktu yang relatif lebih lama akan sangat memepengaruhi biaya suatu pekerjaan.
d. Masalah konstruksibilitas yaitu kesulitan ataupun penggunaaan metode yang belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga akan menjadi faktor resiko yang tinggi dan mengakibatkan biaya akan semakin mahal.
e. Tipe kontrak, lokasi proyek, keterbatasan lokasi dan lain sebagainya dapat mempengaruhi perhitungan estimasi biaya.
(37)
4. Penyusunan Rencana Estimasi Biaya Proyek
Rencana anggaran biaya merupakan perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan proyek (Priyo,2012). Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda dimasing-masing daerah, hal ini disebabkan perbedaan harga satuan bahan dan upah tenaga kerja yang berbeda-beda. Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan anggaran biaya yaitu faktor teknis dan non teknis.
Faktor teknis antara lain berupa ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pembangunan serta gambar-gambar konstruksi bangunan. Faktor non teknis berupa harga-harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja. Contoh dari faktor teknis adalah ketentuan pada pedoman teknik bangunan gedung negara tahun 2002 yang menentukan biaya pekerjaan standar bangunan gedung dan koefisien atau faktor pengali bangunan gedung bertingkat yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Ada beberapa jenis anggaran biaya yang umum digunakan oleh kontraktor di Indonesia, antaran lain sebagai berikut :
a. Anggaran biaya kasar atau taksiran, penyusunannya hanya memerlukan gambar pra rencana dan keterangan singkat mengenai bahan bangunan yang digunakan.
b. Anggaran biaya teliti. Perhitungan ini menggunakan seluruh ornamen yang digunakan dalam pembangunan. Anggaran biaya teliti pada umumnya digunakan sebagai harga penawaran.
(38)
Tabel 2.1 Biaya pekerjaan standar bangunan gedung
KOMPONEN GEDUNG NEGARA
Pondasi 5 % - 10 %
Struktur 25 % - 35 %
Lantai 5 % - 10 %
Dinding 7 % - 10 %
Plafond 6 % - 8 %
Atap 8 % - 10 %
Utilitas 5 % - 8 %
Finishing 10 % - 15 %
Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Negara,2002
Tabel 2.2 Faktor pengali bangunan gedung bertingkat JUMLAH LANTAI HARGA SATUAN PER M2 TERTINGGI
2 Lantai 1,090 standar harga satuan gedung bertingkat 3 Lantai 1,120 standar harga satuan gedung bertingkat 4 Lantai 1,135 standar harga satuan gedung bertingkat 5 Lantai 1,162 standar harga satuan gedung bertingkat 6 Lantai 1,197 standar harga satuan gedung bertingkat 7 Lantai 1,236 standar harga satuan gedung bertingkat 8 Lantai 1,265 standar harga satuan gedung bertingkat Sumber : Pedoman Teknik Bangunan Gedung Negara,2002
Pada perancangan estimasi anggaran biaya konstruksi, tahap desain adalah sebagai berikut (Priyo,2012) :
a. Mengumpulkan data-data berupa data teknis dan data non teknis. b. Estimasi pendahuluan berdasarkan luas, klasifikasi dan jumlah lantai.
c. Mengelompokkan data kedalam daftar urutan pekerjaan untuk memudahkan proses pengolahan data dan agar lebih terstruktur.
(39)
d. Menghitung volume tiap jenis pekerjaan sesuai dengan gambar bestek. e. Mengelompokkan daftar harga material dan upah pekerjaan dalam suatu
tabel material, upah dan sewa alat.
f. Menganalisa harga satuanpekerjaan untuk tiap-tiap item pekerjaan. g. Menghitung rencana anggaran biaya proyek.
h. Merencanakan penjadwalan pelaksanaan pekerjaan pembangunan proyek.
D. Hasil Penelitian Terdahulu
Patmadjaja (1999) melakukan studi berbagai model strategi penawaran yang didasarkan pada expected profit maximum yang pernah muncul dan digunakan di negara maju, diantaranya dipilih model Friedman, model Gates dan Ackoff & Sasieni. Model-model didekati dengan bentuk distribusi diskrit berganda maupun distribusi normal tunggal danberganda. Hasil penelitian tersebut ditampilkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Hasil Mark Up dari Expected Profit Maximum
Jenis Distribusi Model
Mark Up Optimum (%)
1994-1998 Distribusi Diskrit
Berganda
Friedman 3
Gates 3
Ackoff & Sasieni 5
Distribusi Normal Berganda
Friedman 5
Gates 5
Ackoff & Sasieni 10 Distribusi Normal
Tunggal
Friedman 5
Gates 15
Ackoff & Sasieni 10 Sumber : Patmadjaja,1999
(40)
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bila kontraktor sangat membutuhkan pekerjaan demikian pula dengan para pesaing yang juga membutuhkan pekerjaan dan sama-sama menguasai teori model strategi penawaran, maka sebaiknya digunakan model Friedman dengan distribusi diskrit berganda untuk para pesaing yang dikenal identitasnya, namun apabila para pesaing tidak dikenal identitasnya maka gunakan model Friedman dengan distribusi normal tunggal. Bila para pesaing tidak terlalu membutuhkan pekerjaan atau permintaan pasar sedang tinggi maka sebaiknya menggunakan model penawaran Gates atau Ackoff & Sasieni yang akan menghasilkan Mark Up Optimum yang lebih besar. Model yang menghasilkan penawaran yang rendah adalah model Friedman dengan distribusi diskrit berganda, sebaliknya model Gates atau Ackoff & Sasieni menghasilkan mark up optimum yang lebih tinggi.
Sargianto (2008) melakukan studi model strategi penawaran dengan studi kasus di Dinas Pemukiman, Prasarana Wilayah dan Perhubungan Bidang Prasarana Wilayah Kabupaten Sleman, DIY. Dalam penelitiannya menggunakan data pelelangan tahun anggaran 2003-2007. Metode strategi penawaran yang digunakan yaitu Expected profit Method dan Friedman Method dengan analisis perhitungan pada pesaing yang dikenal saja. Hasil penelitian ini dengan menggunakan Expected Profit Method besarnya nilai Mark Up yang masih berpeluang untuk menang tender berkisar antara -4% sampai -20%, sedangkan untuk Friedman Method besarnya nilai mark up memberikan peluang untuk memenangkan tender berkisar antara -12% sampai -19%. Nilai mark upyang dihasilkan dari analisis perhitungan kedua metode berkisar negatif (-) dikarenakan
(41)
penawaran kontraktor lebih rendah dari biaya langsung (direct cost) yang ditentukan oleh Kimpraswilhub Kabupaten Sleman sebagai Owner Estimate terlalu tinggi. Expected Profit Method dan Friedman Method dapat menjadi alternatif pilihan dalam strategi penawaran proyek konstruksi yang digunakan untuk menentukan besarnya penawaran yang akan diajukan pada proyek-proyek berikutnya asalkan sudah diketahui Owner Estimate terlebih dahulu.
Zulianto(2008) melakukan penelitian berdasarkan data penawaran pada tahun anggaran 2007 dengan studi kasus di Dinas Permukiman, Prasarana Wilayah dan Perhubungan Kabupaten Bantul. Penelitian ini hanya menggunakan dua metode yaitu Expected Profit Method dan Friedman Method dengan analisis perhitungan pada pesaing yang dikenal saja. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan Expected Profit Method medapatkan nilai mark up4 % untuk mengalahkan 1 pesaing dengan probabilitas 0,71. Sedangkan untuk mengalahkan 7 pesaing digunakan mark up 0 % dengan probabilitas 1. Profit optimum sebesar 0,00456 dari biaya langsung dapat dicapai dengan menggunakan mark up sebesar 2 %. Dengan menggunakan Friedman Method menghasilkan nilai mark up 2 % untuk mengalahkan 1 pesaing dengan probabilitas 0,70. Sedangkan untuk mengalahkan 7 pesaing digunakan mark up 0 % dengan probabilitas 0,79. Friedman Method dapat menjadi alternatif pilihan dalam strategi penawaran proyek konstruksi yang digunakan untuk menentukan besarnya penawaran yang akan diajukan pada proyek-proyek berikutnya asalkan sudah diketahui Owner Estimate terlebih dahulu.
(42)
Panjaitan (2010) melakukan penelitian pada perusahaan yang membutuhkan jasa kontraktor akan melakukan tender untuk mendapatkan penawaran yang kompetitif, sehingga penyusunan penawaran tender adalah bagian pekerjaan yang penting bagi kontraktor untuk memeperoleh pekerjaan. Penelitian ini melakukan studi atas bebagai model strategi penawaran yang didasarkan pada expected profit maximum yang pernah muncul pada tender proyek pembangunan yang sejenis pasa satu perusahaan dengan waktu tertentu. Lingkup pembahasan hanya mentitik beratkan pada strategi harga penawaran tender pada proyek konstruksi dengan memperhitungkan faktor resiko. Penawaran dalam penelitian ini adalah tender dengan sistem terbuka yang digunakan sebagai studi model strategi penawaran untuk proyek konstruksi di Indonesia, khususnya pada pembangunan perumahan PT.PP London Sumatera Utara.Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penawaran model Friedman, Gates dan Ackoff & Sasieni. Model-model tersebut diterapkan dengan sejumlah data harga penawaran dari kontraktor-kontraktor yang mengikuti tender pada perusahaan tersebut mulai dari tahun 2005-2008. Kemudian hasil data diuji dengan data yang sengaja disisihkan untuk pengujian model tersebut. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa Multi Distribusi Discrete terhadap masing-masing pesaing dengan data dari semua tahun menghasilkan probabilitas menang terbesar pada tender pembangunan perumahan PT.PP Lonsum dengan nilai mark up 3 %. Model strategi harga penawaran pada tender proyek pembangunan PT.PP Lonsum selama tahun 2005 sampai tahun 2008 bahwa model Gates dengan Multi Distribusi Normal memperoleh nilai Mark up Optimum sebesar 5 %.
(43)
Marianti (2012), melakukan studi atas berbagai metode strategi penawaran yang didasarkan pada expected profit maksimum. Diantaranya dipilih Expected Profit Method dan Friedman Method. Metode tersebut diterapkan pada sejumlah data tender konstruksi di LPSE Kotamadya Yogyakarta untuk tahun anggaran 2009 sampai 2012. Jumlah data yang digunakan setelah melewati proses pemampatan adalah 15 penawaran proyek dengan 15 kontraktor. Hasil penelitian ini dengan menggunakan Expected Profit Method didapat nilai mark up yang dihasilkan adalah -12 % untuk mengalahkan 1 pesaing dengan probabilitas 0,75. Sedangkan mengalahkan 15 pesaing digunakan mark up sebesar -20 % dengan probabilitas menang 1 dan profit optimum sebesar 0,0000 untuk mengalahkan pesaing dari biaya langsung. Dengan menggunakan Friedman Method didapat nilai mark up yang masih memberikan peluang untuk mengalahkan pesaing dengan metode Friedman adalah -9 % untuk mengalahkan 1 pesaing dengan probabilitas menang 0,60 dan mark up -19 % untuk dapat mengalahkan 15 pesaing dengan probabilitas 0,74 dengan profit optimum sebesar 0,00000 dari biaya langsung.Dari analisa perhitungan kedua metode, terlihat bahwa kedua metode sama-sama tidak mendapatkan profit terhadap 15 pesaing dari 15 tender yang ada. Jika dilihat dari nilai mark up dan probabilitas untuk memenangkan tender, maka sebaiknya yang digunakan adalah Friedman Method karena metode ini memiliki mark up yang lebih kecil untuk mengalahkan 15 pesaing. semakin kecil nilai mark up yang digunakan, maka resiko kerugian terhadap nilai proyek akan semakin kecil, namun probabilitas untuk memenangkan tender juga akan semakin kecil.
(44)
29
Penawaran adalah suatu usulan oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu bagi kepentingan pihak yang lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati bersama (Nugraha,1985). Dalam melakukan penawaran, kontraktor akan menempatkan harga penawaran yang kompetitif, yang artinya harga penawaran tidak dapat diajukan terlalu tinggi dengan harapan mendapatkan profit yang besar. Sebaliknya kontraktor juga tidak dapat mengajukan harga penawaran terlalu rendah dengan harapan memenangkan tender semakin besar. Dua kondisi yang berlawanan ini berlangsung dalam waktu yang sama sehingga menyulitkan kontraktor untuk menentukan harga penawaran yang tepat.
Pada umumnya, terdapat empat jenis penawaran yang selau diaplikasikan oleh kontraktor, yaitu sebagai berikut:
a. Penawaran dilakukan secara negoisasi. Penawaran yang dilakukan pada proyek yang memerlukan keahlian khusus yang hanya dimiliki oleh satu atau dua kontraktor dan belum ada standar harga yang jelas, semua bentuk pekerjaan dilakukan secara tawar-menawar, seperti pembangunan bangunan militer, dll.
b. Penawaran dilakukan secara paket. Penawaran dimana pemilik proyek yang menetapkan anggaran dan tidak bisa diganggu gugat. Pada umumnya penawaran jenis paket ini pekerjaannya meliputi pekerjaan perencanaan dan sekaligus pekerjaan pembangunannya.
(45)
c. Penawaran dilakukan secara terbuka. Penawaran yang dilakukan secara terbuka dan harga penawaran bergantung hasil analisis dan diumumkan kepada semua peserta tender.
d. Penawaran dilakukan secara tertutup. Penawaran jenis ini dilakukan tertutup dan harga penawaran tidak diumumkan kepada peserta tender.
Dari keempat jenis penawaran tersebut, penawaran terbuka adalah penawaran yang adil dan kompetitif sehingga penawaran ini seringkali digunakan pada proyek-proyek pemerintah atau proyek melalui bantuan negara-negara luar. Di Indonesia khususnya untuk proyek-proyek pemerintah berskala besar dengan anggaran diatas 50 milyar rupiah diwajibkan menggunakan penawaran sistem terbuka.
Tahap awal dalam perkara penawaran adalah menentukan keputusan untuk ikut atau tidak ikut dalam sebuah pelelangan. Keputusan ini sangat bergantung dari empat aspek, yaitu:
a. Aspek dari proyek itu sendiri, meliputi jenis proyek, pemilik proyek, keuntungan yang mungkin dicapai, lokasi proyek, ukuran proyek dan tingkat resiko.
b. Aspek internal perusahaan, meliputi kebutuhan akan pekerjaan dan kemampuan perusahaan.
c. Aspek pasar, meliputi kondisi ekonomi dan kompetisi antar penawar. d. Aspek sumber daya yang dimiliki, meliputi estimator dan subkontraktor.
Banyak cara peserta lelang berusaha memenangkan lelang dengan menerapkan berbagai strategi. Strategi adalah suatu upaya yang dapat digunakan
(46)
oleh pemakai dalam mendekatkan permasalahan pada kondisi yang senyata-nyatanya. Beberapa strategi umum yang sering digunakan, yaitu :
a. Strategi kompetitif, merupakan strategi penawaran paling ideal dengan mengasumsikan seluruh pesaing menggunakan strategi yang jujur dalam kompetisi.
b. Strategi menurunkan harga, merupakan strategi yang digunakan oleh peserta lelang untuk memenangkan lelang dengan menurunkan harga dan rela mendapatkan keuntungan minimal.
c. Strategi merugi, merupakan strategi yang bertujuan untuk memeperoleh simpati dari owner dengan harapan untuk mendapatkan proyek berikutnya. d. Strategi pembayaran dengan kelonggaran, merupakan strategi yang
bertujuan untuk memberikan kelonggaran kepada owner dalam hal pembayaran terminim.
e. Strategi perundingan bawah meja, merupakan strategi yang bertujuan mendapatkan nilai Owner Estimate dalam suasana tidak formal.
1. Konsep Dasar Penawaran
Harga penawaran terendah dalam suatu proyek biasanya didasarkan atas biaya langsung (direct cost) dari proyek tersebut. Perbedaan antara harga penawaran dengan estimasi bergantung dari berbagai faktor, misalnya kebutuhan kontraktor untuk mendapatkan pekerjaan, menaikkan harga penawaran seminimum mungkin dan memaksimalkan profit yang ingin dicapai. Setiap kontraktor pada kenyataannya ingin memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan proyek dengan cara mengajukan harga penawaran yang akurat.
(47)
Mengajukan harga penawaran yang tinggi sangat memungkinkan pesaing yang mengajukan harga lebih rendah akan memenangkan lelang tersebut, jika menawar terlalu rendah, maka penawar yang mendekati owner estimate yang mempunyai kesempatan untuk menang, sehingga kontraktor harus menyatukan kondisi yang bertentangan tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Penawaran harus cukup rendah dengan keyakinan untuk memenangkan proyek walaupun tidak mendapatkan keuntungan.
b. Penawaran harus cukup tinggi untuk mendapatkan profit walaupun kesempatan untuk memenangkan proyek kecil.
Konsep dasar dalam menentukan strategi penawaran cukup sederhana yaitu hanya ada satu penawar terbaik dalam mengkombinasikan dua hal tersebut :
a. Memperoleh profit dari harga penawaran yang diajukan. b. Kemungkinan untuk mendapatkan proyek dapat dicapai. 2. Penawaran dengan Satu Kompetitor
Sebelum strategi penawaran ini dibicarakan lebih lanjut, perlu diketahui bagaimana menentukan probabilitas dari suksesnya penawaran. Langkah awal adalah menghitung nilai R dengan Persamaan 3.1.
R =
c bA
(3.1) dengan :
R : Rasio ( Mark Up + 1 ) bA : Penawaran Kompetitor A
(48)
Untuk penawaran dengan satu kompetitor dimisalkan seperti pada Tabel 3.1 dimana kompetitor yang dihadapi sebanyak 62 pesaing dalam jangka beberapa tahun.
Tabel 3.1 Data terhadap kontraktor A pada penawaran yang telah lewat
R = b/c Jumlah
R < 0,98 0
0,98 ≤ R < 1,00 1 1,00 ≤ R < 1,02 3 1,02 ≤ R < 1,04 5 1,04 ≤ R < 1,06 13 1,06 ≤ R < 1,08 18 1,08 ≤ R < 1,10 14 1,10 ≤ R < 1,12 5 1,12 ≤ R < 1,14 2 1,14 ≤ R < 1,16 1
1,16 ≤ R < 0
Total 62
Sumber : Anonim, 1990
Jika bid ratio (b/c) adalah 0,98 (2 % kurangnya dari biaya estimasi), probabilitas untuk memenangkan penawaran terhadap A adalah 1,00. Dalam Tabel 3.1 ditunjukkan kontraktor A mempunyai nilai bid ratio (b/c) kurang dari 1,02 sebanyak 4 kali. Dalam Tabel 3.2 ditunjukkan jika diajukan penawaran dengan mark up 2 % (bid ratio = 1,02) , maka probabilitas untuk menang adalah 58/62 atau 0,94. Nilai-nilai expected profit pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa penawaran sebesar 1,06 atau mark up sebesar 6 % adalah yang optimum jika hanya bersaing dengan kontraktor A. Jika estimasi c, sebesar Rp.100 juta, maka penawaran yang harus diajukan adalah sebesar Rp. 106 juta.
(49)
Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa optimum mark up adalah sebesar +6 %. Hal ini menunjukkan bahwa nilai optimum mark up tidak bergantung dari estimasi biaya pelaksanaan saat itu, dapat ditentukan mendahului perhitungan biaya berdasarkan record penawaran yang lewat. Jadi optimum mark up akan sama besar persentasenya baik untuk pekerjaan kecil maupun pekerjaan besar. Tentu saja tidak dalam keadaan sesungguhnya. Maka dari itu, harus mengklasifikasi pekerjaan yang akan diambil data-datanya.
Tabel 3.2 Probabilitas terhadap A dan Expected profit yang dihasilkan
b/c pA Expected Profit
pA(b-c) 0,98 62/62 = 1,00 1,0 (0,98c-c) = -0,02c 1,00 61/62 = 0,98 0,98 (1,00c-c) = 0 1,02 58/62 = 0,94 0,94 (1,02c-c) = 0,019c 1,04 53/62 = 0,85 0,85 (1,04c-c) = 0,034c 1,06 40/62 = 0,65 0,65 (1,06c-c) = 0,039c 1,08 22/62 = 0,36 0,36 (1,08c-c) = 0,029c 1,10 8/62 = 0,13 0,13(1,10c-c) = 0,013c 1,12 3/62 = 0,05 0,05(1,12c-c) = 0,006c 1,14 1/62 = 0,02 0,02 (1,14c-c) = 0,003c 1,16 0/62 = 0 0,00 (1,16c-c) = 0 Sumber : Anonim, 1990
3. Penawaran Lebih Dari satu Kompetitor
Misalkan kontraktor mendapatkan saingan 2 kompetitor (A dan B) dengan cara seperti di atas, analisisnya disimpulkan pada Tabel 3.3 mengenai probabilitas terhadap masing-masing kontraktor. Sedangkan pada Tabel 3.4 menyimpulkan bahwa jika diambil mark up sebesar 8 % maka probabilitas untuk menang terhadap A adalah 0,36 dan terhadap B adalah 0,52. Jika terhadap A dan B
(50)
sekaligus, maka probabilitasnya adalah 0,19. Probabilitas ini (PAB) adalah hasil
perkalian Pa dan Pb.
Tabel 3.3 Probabilitas terhadap kontraktor A , B dan AB
b/c pA pB pAB
0,98 1,00 1,00 1,00
1,00 0,98 0,99 0,97
1,02 0,94 0,96 0,90
1,04 0,85 0,90 0,77
1,06 0,65 0,84 0,55
1,08 0,36 0,52 0,19
1,10 0,13 0,31 0,04
1,12 0,05 0,14 0,01
1,14 0,02 0,03 0,00
1,16 0,00 0,00 0,00
Sumber : Anonim, 1990
Tabel 3.4 Expected Profit menghadapi kontraktor A dan B
b/c pAB Expected Profit
pAB(b-c)
0,98 1,00 -0,020
1,00 0,97 0,000
1,02 0,90 0,018
1,04 0,77 0,030
1,06 0,55 0,033
1,08 0,19 0,015
1,10 0,04 0,004
1,12 0,01 0,001
1,14 0,00 0,000
1,16 0,00 0,000
Sumber : Anonim, 1990
Pada Tabel 3.4 menunjukkan bahwa optimum mark up untuk mengalahkan kontraktor A dan B adalah 6 %. Kesimpulannya semakin banyak saingan yang dihadapi maka semakin kecil optimum mark up. Semakin banyak jumlah pesaing maka kesempatan menang semakin kecil.
(51)
4. Average Kompetitor
Penjelasan pada subbab sebelumnya adalah didasarkan pada pendapatan bahwa seluruh pesaing telah dikenal. Jika tidak mengenal pesaing secara menyeluruh, maka konsep average bidder dapat digunakan. Pola penawaran dari setiap pesaing dapat diperoleh dengan mengkombinasikan semua pesaing tersebut kedalam suatu pola distribusi probabilitas. Caranya sama dengan konsep satu kompetitor. Pada Tabel 3.5 ditunjukkan Pav sebagai probabilitas dimana akan diajukan penawaran yang lebih rendah dari setiap kompetitor yang tidak dikenal. Jika hanya satu kompetitor yang dihadapi, optimum mark up adalah 6 %. Jika ada tiga kompetitor, maka prosedur yang sama seperti ketika menghadapi lebih dari satu kompetitor dapat digunakan.
Tabel 3.5 Probabilitas terhadap kontraktor A dan B secara bersamaan
b/c pAV Expected profit
pAB(b-c)
0,98 1,00 -0,020
1,00 0,98 0,000
1,02 0,95 0,019
1,04 0,89 0,036
1,06 0,72 0,043
1,08 0,51 0,041
1,10 0,30 0,030
1,12 0,12 0,014
1,14 0,05 0,007
1,16 0,00 0,000
Sumber : Anonim, 1990
Pada Tabel 3.6 ditunjukkan bahwa jika tiga kompetitor yang dihadapi maka probabilitas rata-rata adalah pangkat 3 dari probabilitas ketika menghadapi 1 pesaing. Dalam Tabel 3.6 mark up yang dihasilkan berkisar 4 % sampai 5 % adalah optimum untuk menghadapi 3 kompetitor. Ini menunjukkan bahwa
(52)
optimum mark up bervariasi sesuai jumlah kompetitor yang dihadapi. Dalam hal ini ketepatan dalam memperkirakan banyaknya kompetitor yang akan mengikuti tender akan sangat menentukan.
Tabel 3.6 Probabilitas terhadap 3 kompetitor yang belum diketahui
b/c pAB Expected profit
pAB(b-c)
0,98 1,00 -0,020
1,00 0,94 0,000
1,02 0,86 0,017
1,04 0,70 0,028
1,06 0,37 0,022
1,08 0,13 0,010
1,10 0,03 0,003
1,12 0,00 0,000
1,14 0,00 0,000
1,16 0,00 0,000
Sumber : Anonim, 1990
B. Mark Up
Mark up adalah besaran dalam persen (%) yang dikalikan terhadap biaya estimasi proyek yang merupakan salah satu putusan akhir dengan menambahkan pada biaya estimasi. Umumnya kontraktor ingin menentukan nilai mark up yang sebesar-besarnya, namun dengan harapan ingin tetap menjadi penawar terendah. Didalam menentukan nilai mark up, kontraktor membutuhkan data-data penawaran yang telah lalu dalam kurun waktu tertentu (Historical data) sebagai acuan. Besarnya mark up umumnya termasuk biaya overhead, biaya tak terduga, bunga bank dan juga tergantung dari jenis dan besarnya nilai proyek, sehingga besarnya nilai mark up yang ditentukan pada suatu penawaran akan menentukan besarnya laba yang diperoleh perusahaan.
(53)
Nilai mark up memungkinkan negatif bila harga penawaran lebih rendah dari owner estimate. Rumus untuk mencari mark up adalah harga penawaran dibagi dengan biaya estimasi dalam besaran persen.
Mark Up =
C B
(3.2)
dengan :
B : Bid Ratio C: Estimate Cost
Sebagai gambaran dapat diperhatikan pada Gambar 3.1 berikut ini (Cook,1985):
Gambar 3.1 Hubungan antara over head, laba, dan garis pertumbuhan perusahaan (Cook,1985)
Dari Gambar 3.1 terlihat bahwa garis pertumbuhan perusahaan terus meningkat dan menunjukkan suatu perusahaan yang sehat dimana laba yang diperoleh lebih besar dari biaya overhead yang dikeluarkan perusahaan.
(54)
C. Keuntungan Diharapkan (Expected Profit)
Potensial profit adalah selisih antara harga penawaran dengan estimasi biaya sehingga harga penawaran adalah estimasi biaya proyek ditambah dengan mark up. Semakin besar harga penawaran maka semakin kecil kemungkinan untuk menjadi penawar terendah (the lowest bid) sehingga potential profit ini harus dijadikan optimum yang dikenal dengan expected profit maximum agar menjadi penawar terendah (Clough dan Sears,1994) dalam Patmadjaja (1999).
Untuk mendapatkan expected profitbisa menggunakan Persamaan 3.3:
E(P) = p.(b – c ) (3.3)
dengan :
E (P) : Expected Profit p : Probabilitas menang
b : Penawaran (bid : Estimasi biaya + Mark up) c : Estimasi Biaya (Cost)
Untuk menghitung probabilitas menang terhadap pesaing dibutuhkan data-data penawaran yang lalu dari para pesaing. Dengan mencoba-coba besaran mark up maka akan didapatkan nilai maksimum dari expected profit dimana besar mark up yang menghasilkan expected profit maximum disebut mark up optimum yang nantinya digunakan dalam penawaran. Prosedur tersebut dikenal sebagai strategi penawaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2.
(55)
Gambar 3.2 Hubungan Expected Profit Vs Mark Up
Kesempatan sebuah kontraktor untuk memenangkan tendernya bergantung dari nilai total penawarannya. Sebagai contoh, diambil probabilitas untuk memenangkan tender = 0 jika kemungkinan untuk memenangkan tender tidak ada. Sebaliknya diambil probabilitas =1 bila pasti akan memenangkan tendernamu potensial profitnya sangat minim dan resiko rugi sangat tinggi. Sehingga dari dua kasus diatas ada sebuah nilai optimum yang menguntungkan.
Untuk menggambarkan ide expected profit ini, diambil contoh sebagai berikut : Suatu pekerjaan dengan biaya aktual dihitung bernilai 100 juta. Dengan probabilitas 0,30 untuk menjadi pemenang kontraktor mengajukan penawaran dengan harga Rp.112 juta dan akan memiliki probabilitas 0,80 jika mengajukan Rp. 106 juta. Untuk menentukan pilihan yang tepat dengan konsep expected profit dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. b = Rp. 112 Juta E(P) = p ( b – c )
= 0,3 ( 112 juta – 100 juta ) = 3,6 Juta
(56)
b. b = Rp. 106 Juta E (P) = p ( b – c )
= 0,8 ( 106 juta – 100 juta ) = 4,8 Juta.
Dari kedua pilihan diatas yang menghasilkan Expected profit lebih tinggi adalah probabilitas 0,8 dengan penawaran sebesar Rp. 106 Juta. Seandainya ada 10 kali penawaran yang sama dan kontraktor mengajukan penawaran sebesar Rp.112 Juta setiap kali penawaran, maka kemungkinan menjadi pemenang sebanyak tiga kali dan total profit yang diperoleh sebesar 36 Juta.
Tentu saja dalam prakteknya tidak pernah dijumpai keadaan dimana tender pekerjaan akan sama dan nilai penawarannya sama, namun konsep ini menerangkan bahwa memperbesar actual profit dengan memaksimumkan expected profit masih tetap digunakan sepanjang kontraktor aktif melakukan banyak penawaran dalam jangka waktu tertentu.
D. Pendekatan Model Strategi Penawaran
Model-model strategi penawaran pada dasarnnya digunakan untuk menghitung probabilitas menang. Probabilitas menang ini digunakan untuk mencari besaran expected profit maximum dengan berbagai variasi besaran mark up. Setelah dilakukan perhitungan expected profit maka dengan menentukan besaran expected profit yang paling maksimum akan didapatkan mark up optimum yang akan digunakan dalam pengajuan harga penawaran. Secara umum, probabilitas untuk menang dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.4.
(57)
P = Bo – Us. C (3.4) dengan :
P : Probabilitas Menang Bo : Harga Penawaran Proyek
Us : Rasio biaya aktual terhadap estimasi biaya C : Estimasi Biaya Proyek.
1. Friedman Method
Pendekatan metode strategi penawaran dengan menghitung mark up optimum dan keuntungan maksimum yang mungkin pertama kali diperkenalkan oleh L.A Friedman pada tahun 1956. Metode ini merupakan metode yang sederhana dan banyak digunakan oleh kontraktor karena metode ini dikembangkan berdasarkan pekerjaan. Hubungan ini didasarkan atas argumentasi bahwa biaya pekerjaan yang tinggi akan lebih menarik banyak pesaing yang tertarik pada pekerjaan yang ditawarkan (Priyo, 1999).
Model Friedman menggunakan dua buah perumusan probabilitas untuk menang, yaitu :
a. Probabilitas menang untuk identitas pesaing dikenal (Known Bidders). Perumusan probabilitasnya adalah sebagai berikut :
P(Co Win / Bo) = P (Bo<Bi) x P (Bo<B1) x . . . x P ( Bo<Bn ) (3.5) dengan :
(58)
b. Probabilitas menang untuk identitas pesaing tak dikenal (unknown Bidders atau Average competitors). Perhitungan probabilitasnya dengan menggunakan Persamaan 3.6.
P ( Co Win / Bo ) = P ( Bo<Ba) n (3.6)
dengan :
P ( Co Win / Bo ) : Probabilitas menang pesaing tak dikenal Ba : Harga Penawaran rata-rata
n : Jumlah Pesaing
Untuk menghitung probabilitas menang (P (Co Win / Bo)) terhadap para pesaing digunakan pendekatan statistik dengan tiga jenis distribusi yaitu multi distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal (Patmadjaja,1999). Hasil perhitungan probabilitas menang dari ketiga jenis distribusi tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menghitung probabilitas menang dari model Friedman dan menghitung nilai Expected profit nya dengan Persamaan 3.7.
E ( P ) = (Bo – Us. C) x P (Co Win / Bo) (3.7) dengan :
E (P) : Expected Profit (%)
Us : Rasio biaya aktual estimasi biaya Bo : Harga Penawaran Kontraktor C : Estimasi biaya proyek.
(59)
Dari hasil besaran expected profit yang paling maksimum maka akan didapat besaran mark up yang optimum dimana hasil dari besaran mark up optimum merupakan mark up yang digunakan dalam penawaran suatu tender. 2. Gates Method
Gates (1967) dalam Patmadjaja (1999) mengusulkan suatu model penawaran yang mirip dengan model Friedman yaitu dengan memaksimalkan expected profit. Perbedaan terletak pada persamaan probabilitas untuk menang dimana Gates juga mengakui pendapat Friedman bahwa biaya aktual tidak sama dengan estimasi biaya. Namun untuk mempermudah dalam perhitungan, Gates mengasumsikan bahwa estimasi biaya adalah sama dengan biaya aktual, jadi dalam perhitungan probabilitas untuk menang model Gates tidak memasukkan nilai rasio biaya aktual terhadap estimasi biaya (Us) dan mengasumsikan bahwa nilai Us dari Friedman adalah sama dengan 1 (satu). Gates juga menggunakan dua buah perumusan dalam menghitung probabilitas untuk menang yaitu sebagai berikut :
a. Probabilitas menang untuk identitas pesaing dikenal (Known Bidders) :
∑
(3.8)
dengan :
P (Co Win / Bo) : Probabilitas menang pesaing dikenal P (Bo<Bi) : Probabilitas menang terhadap pesaing i
(60)
b. Probabilitas menang untuk identitas pesaing tak dikenal (Unknown Bidders dan Average Bidders) :
(3.9)
dengan :
P (Co Win / Bo ) : Probabilitas menang pesaing tak dikenal Bo : Harga Penawaran Kontraktor
Ba : Harga Penawaran Rata-Rata
Didalam menghitung probabilitas menang terhadap sejumlah pesaing n juga digunakan pendekatan statistik dengan tiga jenis metode yang sama seperti model Friedman. Selanjutnya dihitung probabilitas menang dan menghitung nilai expected profit dengan rumus sebagai berikut :
E ( P ) = ( Bo – C ) x P ( Co Win / Bo ) (3.10) dengan :
E ( P ) : Probabilitas Menang
Bo : Harga Penawaran Kontraktor C : Biaya Estimasi Proyek
P (CoWin/Bo) : Probabilitas menang terhadap pesaing n 3. Ackoff & Sasieni Method
Ackoff dan Sasieni (1968) dalam Patmadjaja (1999) menganggap bahwa biaya aktual proyek adalah sama dengan estimasi biaya proyek sama dengan Gates dan penentuan probabilitas menang sama dengan Friedman. Karena yang ditinjau hanya pesaing terendah saja (single distribusi). Ackoff dan sasieni dalam
(1)
107 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan model Friedman menghasilkan mark up optimum sebesar -6 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit sebesar -0,0002, -5 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit sebesar -0,0001 dan 2 % untuk single distribusi normal dengan expected profit -0,0024.
2. Dengan menggunakan model gates menghasilkan mark up optimum sebesar 2 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit 0,0308, 5 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit 0,0307 dan 9 % untuk singledistribusi normal dengan expected profit sebesar 2,0124. 3. Dengan menggunakan model ackoff & sasieni menghasilkan mark up
optimum sebesar 8 % untuk multi distribusidiscrete dengan expected profit 0,5333, 5 % untuk multi dan single distribusi normal dengan expected profit sebesar 0,1195.
4. Strategi harga penawaran yang terbaik untuk memenangkan suatu pelelangan adalah model yang menghasilkan mark up optimum paling rendah dengan nilai -5% yaitu model friedman dengan multi distribusi discrete, sedangkan untuk model gates atau Ackoff & Sasieni menghasilkan penawaran yang lebih tinggi.
(2)
5. Dari hasil analisa dan pembahasan pemilihan mark up sangat berpengaruh terhadap kebutuhan perusahaan kontraktor. Apabila kontraktor sangat membutuhkan pekerjaan demikian pula para pesaing yang lain membutuhkan pekerjaan dan sama-sama menguasai model-model strategi penawaran, sebaiknya menggunakan mark up terkecil yaitu model friedman dengan multi distribusi discrete atau multi distribusi normal. 6. Apabila para pesaing tidak terlalu membutuhkan pekerjaan atau sedang
banyak melakukan pekerjaan maka sebaiknya menggunakan model Gates atau model ackoff & sasieni dengan nilai mark up lebih besar.
B. Saran
1. Para kontraktor sebaiknya menggunakan strategi pendekatan dalam menentukan harga penawaran yang akan diajukan agar mendapatkan peluang optimum dan juga memperoleh profit dari harga penawaran yang diajukan.
2. Kontraktor sebaiknya memilih model yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan perusahaan, butuh atau tidaknya pekerjaan. Sehingga dapat menentukan nilai mark up yang tepat juga untuk memenangkan tender. 3. Untuk menambah pengetahuan pesaing, diusahakan mencari data-data
penawaran kontraktor dari tender-tender terbuka dan mendokumentasikan riwayat penawaran pesaingnya.
4. Sebaiknya diusahakan kecermatan dalam menghitung estimasi biaya proyek agar mendapatkan hasil yang mendekati biaya aktual proyek.
(3)
109
Penawaran harus optimum untuk mendapatkan profit dan tidak mengalami kerugian.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model strategi penawaran, penentuan harga penawaran dan estimasi biaya menggunakan model-model lain atau menggunakan stusi kasus yang berbeda untuk membandingkan prilaku kontraktor disetiap daerah.
6. Penelitian juga sebaiknya dilakukan dengan berdasarkan interval harga penawaran, karena setiap tingkat harga penawaran memiliki karakteristik distribusi yang berbeda.
(4)
110
Dagi, Sheilla, 2012, Tugas Akhir : The Evaluation Of The Investment Properness
Of Housing Project, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Ervianto, W.I., 2004, Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi . Penerbit Andi, Yogyakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum, 2002, Pedoman Teknis Bangunan Gedung Negara, Jakarta.
Kiswan, Nur, 2016, Tugas Akhir : Model Strategi Harga Penawaran untuk Proyek Konstruksi di Indonesia (studi kasus : LPSE Kabupaten Musi Rawas (Sumsel) ), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Marianti, Afriza, 2012, Tugas Akhir : Metode Strategi Penawaran Proyek
Kontruksi (studi kasus : LPSE Kotamadya Yogyakarta), Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Nugraha, P., Natan, I., dan Sutjipto, R., 1986, Manajemen Proyek Konstruksi, Jilid 1, Penerbit Kartika Yudha, Surabaya
Panjaitan, M.A, 2010, Tugas Akhir : Strategi Harga Penawaran dengan Memperhitungkan Faktor Resiko pada Proyek Pembangunan Perumahan PT.PP Lonsum di Muara Rupit Provinsi Sumatera Selatan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Patmadjaja, Harry, 1999, Thesis : Model Strategi Penawaran untuk Proyek Konstruksi di Indonesia, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
(5)
111
Peraturan Presiden Republik Indonesia, 2010, Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta.
Prayuda, Hakas, 2013, Tugas Akhir : Model Strategi Harga Penawaran untuk Proyek Konstruksi di Indonesia (studi kasus : LPSE Kota Bandung), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Priyo, Mandiyo, 1999, Strategi Penawaran Dalam Industri Konstruksi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Priyo, Mandiyo, 2012, Manajemen Konstruksi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Priyo, Mandiyo, 2012, Manajemen Rekayasa Infrastruktur, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Priyo, Mandiyo, 2013, Perancangan Penjadwalan dan Pengendalian Proyek, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Sargianto, 2008, Tugas Akhir : Metode Strategi Penawaran Proyek Konstruksi (studi kasus Dinas Kimpraswilhub Kabupaten Sleman Yogyakarta), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Soeharto, Imam, 1995, Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sidhi, P.F., 2011, Tugas Akhir : Strategi Penawaran Untuk Proyek Konstruksi dengan Model Gates dan Friedman, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Tang, W.I., Ang, A.H., 2007, Probability Concepts In Engineering (Emphasis on
Applications to Civil and Enviromental Engineering), Wiley, United States of America.
(6)
Zulianto, B.T., 2008, Tugas Akhir : Metode Strategi Penawaran Proyek Konstruksi (studi kasus : Dinas Pemukiman, Prasarana Wilayah dan
Perhubungan Kabupaten Bantul Yogyakarta), Universitas Muhammadiyah