Keragaan dan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat di Pulau Jawa

1.1. Latar Bdakang

Sektur pertmian rnenrpakm sekor yang melibatkan Eenaga kerja paling banyak

di Indonesia, baik bagi penduduk di Jawa m a u p luar Jawa. Di Jawa jumlah
penduduk yang bekerja di bidang pertanian semakin berkurang seiring dengan
bertmbahnyrt fapangan kerja di perkotaan ddam berbagai sektor, sehingga pada

beberapa t m p a t telah terjadi kelangkaan tenaga kerja perhian (Collier et al. 1996).

Sektor pertanian (termasuk: kekutanan) menymbang 18,84 % pendapatan nasional
brut0 (PNB)dan menyerap 45% tenaga kerja nasional pada tahun I 998. Pangsa PNB
dm peneyerapan tenaga kerja sehtaar perhian ini menunjukkan bahwa selaor

pertanian cukup penting dm strategis. Namun demikian sektor p e r h i a n rnasih

mempakan sektor yang memiliki pendapatan dan prduktivitas tenaga kmja ymg
rnasih rendah hens 45% tenstga kerja hanya memperoieh 18.84% PNB (Jusuf, X 9991,
Karena sangat pentingnya sektur ini, m&a setiap Replita selalu mernberi
prioritas pada pembangunan sektor pertmian, bususnya dalam rangka upaya


mencapai dm mempertahmkm swsembada pangan. Tetapi seperti apa yang terjadi

di banyak ncgara berkembang lain, pemberian prioritas pada sektor pertmian dalam
kebijrtksanaan pcrnbangunan ekonomi *id& seIdu rnenghasilkan pertumbuhan
produksi yang tinggi, b c l m lagi dalam haI peningkatan pendapatttan petaninya. Hal

ini disebabkan karma sektor pertmian selaXu ditandai oleh

sehingga darongm pertumbuhan dari Iuar tidak selalu mendapat " tanggapan " pusitif
dari petani benrpa kegiatan investasi (Mubyma, 1991).

Pada umumnya eiconomi pedesaan berhubungan erat dengan pemilikan fahan
yang meliputi pekarangan, tegalan, kebun, talun, sawah, dm sebagainya.

Di Jawa,

ekonomi pedesaan yang lebih maju biasanya bila sebagian bsar pemilikan Iahannya
berupa sawah kwena pruduktivitm sawah lebih tinggi dm s e m a t e k s sawah

rnemiiiki kesuburan dan ketersediaan air yang lebih baik dibanding bentuk:

penggunaan lahan Iainnya. Dengan kata lain wilayah pdesaan ymg xbagian besar
berupa lahm kering, tingkat pexekanomiannya Iebih rendah. Hal ini sesuai dengm

pendapat Gourou f 1969) diacu dalam Shrjito (2002).

H a e m a n (2003) rnenyatakm bahwa penduduk Indonesia mmih tergalang

miskin (38 jutrt orang pada tahun 2000) yang tersebar di semua kabupaten, di
pedesm dm di seputar hutan, dengm pemilikan lahan sempit dm kernampurn
telcnalogi yang rnasih rendah disertai cfengm kelangkaan modal dm akses playanan
yang langka membuat pendud&

miskin tidrtk: mmpu bangkit dari kerniskinannya.

Gum meningkatican pendapatm masyardat padst d m & dengan mayoritas
lahm kering, salah satunya adalah dengan melakukm intensifikmi pemanfststtan Iahan

dengan cara menman berbagai komoditi.

Kambinasi berbagai jenis taxraman


tersebut pada umumnya meliputi tanaman pmgm,tanaman tatrunan serta tanaman
kehutman yang kemudian disebut dengm agroforestry. Beniuk-bent& intensifikasi

pernanfafaatstn lahm tersebut tergmturrg kepada kebiasmn masyarakttt setempat baik
dzliam jenis, aknik penanaman maupun kclembagaannya. Prakkk penggunaan Iahan

daIam bentuk agroforestry ini dianggap mempunyai kemmpuan untrrlc rnewujudkan

fungsi ekonomi, ekdogi dm sosiaI ( Nair, 1993; Raintre, 1987).

Bent&-bent& agroforestry telah banyak diterapkan di berbagai wilayalz di
hdonesia, hrbagai penelitian telah dilakukan seperti yang dilakukan aleh
Tarquebiau (1984) di Krui Lampung yang menunjukkan bahwa stnxktur dan
mitektur serka keanekaragman genetik agoforest dmar mata kucing rnenyempai
hutm alam. Agrororest di Maninjau, Swnatem Baat menurut Michon et al, (1 986)

mernifiki keanekaragaman jenis ymg tinggi, serta keberlanjutm ekonomi dm biufogi
y m g tinggi pula.


Agroforestry pada masyaakat di Jawa diterapkm hampir pada setiap lahm
kering miliknya mulai d x i pekarangan, kebun, Iadmg, talun dm sebagainya. Di

Jawa Barat rnisalnya bentuk kebun-talun memiliki keanekaragman tanaman y m g

tinggi (Christanty ef a!. 1986). Dari sma1a.hantam lain kayu rakyat dihasilkm, ymg

semula untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dm pada saat ini perkernbangannya
menunjukkan bahwa kayu rakyat justru ditanam dengan orientmi untuk dijual.

Praktek agmforestry s e e m perorangan banyak tersebar di Jawa

- Madwa

dengan perbedaan kornbinasi jenis yang ditmam serta pilihm jenis kaydpohon

sebagai jenis dominan.

Sebagai contoh jenis sengodjeunjing (Paraseriarzthes


faicuturia) banyak diusahakan pada hutan rakyat di wilayah Jawa Barat pada

umumnya, dm sebztgian di Jawa Tengah (Haeruman er al, 1986 ;Haemman et al.
1990 ; Soewiatmoko 1988 ; Wahyuningsih 1993). knis Jati (Tectonn grandis)

bmyak diusahakan di wilayah Kab, Gunungkidul d m Kab. Kulonprogo (Hardjmto

2001). Sedmg jenis Acacia auricul@iormisbanyak diusahalcan di Kab. Bm&k.dan

(Widjayanto f 992). Selunxh bentuk: agrofo~strydi Jawa lazim disebut hutan rakyat
karena antara lain menghasilktn kayu.
Hutan rakyat dengan hasiI utamEl berupa kayu mk~at,ymg sefanjutnya menjadi

obyek ddam penelitim ini, rnemiiiki sejarah usaha yang telah berlangsung pduhm
tahun. Usaha kayu rakyat tersebut berjdan mengikuti paar secara alamiah datam arti

tidak: ada intervensi dari pihak: manapun.

Di Jawa sampai saat ini kayu rakyat belum banyak: diperhatikan dm dipahmi
kens kayu rakyat dihasilkan dari hutan d y a t ymg s l m a ini dianggap merupakan


bagian ymg scmpit dibanding hutan negaa (tidak Iebih dari 5 %). Dengan
demikian dinamika kayu rakyat tidak banyak dikendi oleh orang awam rnaupun
pwisi-pmktisi di bidang kehutmm sekalipm. Penelitim pad& tahun 1979 aleh
F&uita K e h u t m EPB (1976) d m juga FaXcuItas Kehutanan UGM f1977),
rnemberikm hasil yang kurang lebih

samct

yaitu bahwa 70 % konsumsi kayu

pertukmgan di Jawa dm 90 % kunsumsi h y u b&ar dipmuhi dari kayu mkyat. H a i l

penelitian tersebut ternyata mengejutkan banyak pihak. yang berkecimpung di dunirt

kehuman. Sejak itu kayu rakyat tersebut menjadi bahan yang tidak ditinggalkm
dalam berbagai macam pembicwaan mengenai kunsumsi kayu.

Dalm pekembangannya program pengembangan hutan rakyat untuk.
rnenghasilkm kayu rakyat telah mengalami beberapa perbaikan dalam ha1 piranti

pelakmamya.

Misalnya terdapat program sengonisasi, program pcnghijauan,

program hutan rakyat daerah tmmmigrasi dm sebagainya, bahkan sejak tahun I994

di beberapa Pemerintahan Daerah Tingkat: 11 teferh terdapat instmsi ymg mengurus
hutan rakyat yaitu Dinas Perhutanan dm Kunservasi Tanah. Pembentukan institusi
tersebut rnenunjukkm bahwa urusan hutan rakyat semakin pnting. Hd ini berarti

sekaligus memberikan keyakinm bahwa r n d a a t ganda h u b ralcyat telah dirasakan
oleh masymakat luas, yaitu sel&nm e m b e h manfaat susial ekonomi seperti dalam
menciptakm kesempatan kerja dan menlngkatkan pendapatan masyarakat melalui

perdagmgm kayu ymg ditimbukm d m damp& gmda lainnya juga manfaat

lingkungm seperti pencegahan erosi dm banjir, peningkatan kesuburan tahan dan
sebagainya,
Program penghijauan sejak taExun 1976 salah satu t u j m y a add& untuk
mewujudkan h u m rakyat, namun demikim program ini lebih banyak: kegagalstnnya

karena berbagai sebab, sehingga hutan rakyat yang diharapkan &mya

tidak

terwujud. Pada tahun 1980 muncul irrgres untuk h u m rakyat, sehingga pada smt itu
tcrdapat dua maam hutan rakyat yaitu hutan rakyystt swadaya dm hutan mkyat inpres

(IPB, 1983)
Semula orang menanam pohon pada hutan ralcyatnya Iebih ditujukan untuk
konsurnsi sendiri baik untuk kebukihan kayu enersi maupun kayu pertukmgan.

Selmjutnya dengm adanya industri pengoldan k a p berbagai skala, sampai hadirnya
industri skala kecil di pedesaan, pohon-pohon tersebut, mulai menjadi kumoditi
kornersictl.

Walaupun demikian, tampslknya laju intensifihi usaha penanaman

hutan rakyat, oleh para petani lebih kecil dibanding dcngm laju "kkornersialisasi "

kayu rakyrtt sebagai hasil dari hutan mkyltt. Lambatnyst perkembangan usha kayu


rakyat ini salah satunya karena kayu rakyat b l u m mendapat perhatian Mxusus dalam
pengmbilrtn keputusan di bidang hutan dm kehutamn b&k dalam kebijakan nasional

selama ini, maupm pada era otanomi d m & saat ini. Dengan demikim beberqa
pertanyam besw addah : Mengapa usaha kayu mkyat illi dapat hrlangsung sampai
saat ini ?

Faktar-f&or apa yang mempmgaruhi kinerja usaha kayu rakyat ?

Bag,aimma damp& usaha kayu xakyat terhadap pendapatan masing-masing pilxak:

yang terlibat serta dampak terhadap pndapatan daerah ? Bagaimma ke1es:starian hail

d m kelestarian usahmya ? D a l m sistem kelembagaztn ekunumi sepefti apa usaha
kayu &yat selma ini berlangmg ? Disamging pwtmyaan-pertanyaan tersebut,

mas& banyak pertmyam lain, ymg kesemuanya perlu digdi untuk dam d i g m a h
sebagai baE.lan pengembangan usaha kayu mkyat.
Usaha kayu rakyat juga rnempaHran bagian dari, obyek kajim ekunumi pertanian

swara mum, karemya perilakmya serta m a pmdmg di dalam mdisisnya dalam

bmyak ha1 juga &an

mirip dengan abyek lainnya ddam rmah kajian ekonomi

pertmian. Dipandang dari Iokasi usabanya, us&a kayu rakyat jelas tsmerupakan

bagian dari sistem ekonomi pedesaan ymg melibatkan sebagian ksar ppedduuk

Indonesia. 3 i h dipandmg darj, skala usahanya, usaha kayu rakyat di Jawa mempakan
usaha kecil dan menengah. Selanjuhya kegiah usaha kayu rakyat ini diduga dapat

memberikm dampak positif bagi rumah tangga petani, tenaga kerja, industri, lembaga

keumgan, sektur angkutan, pemeliharaan iingkungan Ridup serta bagi pemerintctE.1
daerah.

Atas dasar Iokasi usaha, skda usaha, manfaat atau dmpak yang


ditirnbullcannya serta ksarnya pihak: yang terlibat didalamnya, maka penelititian
tentang pengembangan usaha Irayu rakyat ini sangat pentiixg untuk d i l d d m , h e m
sangat relevan dengan upaya pengembangan ekonomi pedestdekonomi rakyat yang

menjadi prioritas saat ini dan masa mendatang.
1.2. Perurnusan Masalalr

Penelitian ini bermaksud untuk membuat rumusan strategi dm program
pengembangan sistem usaha kayu rakyat. Karena usatra kayu rakyat merup&an suatu

sistem, m&a untuk membuat m u s m tersebut: penelitim ini terlebih dahulu
difukuskan untuk menggali perilah dm dinamilca sistemnya, dimma sistern us&&
kayu rakyat terdiri, dari empat sub sistem yaitu sub sistem produksi, sub sistem

pengulahan, sub sistern p e m m a n dm sub sistem kelembagaan.
Sccara detail, pernasalahan pada keempat sub sistem tersebut adstlah sebagai

berikut : (1) Sub sistern produksi. Sdah satu ciri khas pemi di Jawa adalah
pemilikan l&an yang sempit, karenanya skala usaha tani setiap rumah tangga juga

kecil.

Kayu rakyat sebagai salah satu komoditi ymg dirnililci dapat diprtstilcan

jumlahnya juga sedikit, sehingga pada banyak daerah kayu rakyat ini merupakan

"

tabungan " bagi para perniliknya (Haeman et aI. 1990). Dengm jumlah p e m l l i h
yang sedikit ini ditmbah belum adanya persaturn antar pernilik, sehingga sulit

diidentifikasi perilaku kontinuitas produksinya dm sekdigus memperlemah posisi
tawarnya.

Pernasalahan lain daim sub sistcrn ini ndaiah bahwa petani pada

umumnya belum meiakukan " intensifikasi

"

dalarn us&mya d a l m arti belum

menggunakan bibit unggul dalam penanammya, ti&

dilalruh pmeliharaan

tanaman secara khusus, bahkan beXum memperhatikm jar&

tanm sehingga

perhmbuhtffl phon dm mutu batrrng yang dihasilkan kurmg baik. UszlXln k a p

rakyat $el& dibdctikan memiliki nilai BCR dm IRR Iebih ksar dari usaha pdawija,

namun demikian toh setiap petmi tidak serta merta memindahkan usahanya menjack
usrtha kayu rakyat seluruhnya (Damsman, 2002). Hal ini diduga selain palawija dapt

membrikan manfaat langsung yang cept dalam jztngka pendek, juga diduga terdapat
faktor-faktor sosial yang rnembedah mtara usaha pdawija dm kayu rakyat. Era

industrialimi tefah rnenyebstbkan migmi tenaga kerja di pdesaan, yang pada
gilirannya lmgsung atau tidak akan mendorung untuk mefirik usaha mi yang tidak

intensif, salafx satunya adalah usaha kayu rakyat. Dengan demikian diduga semakin
berkurang tenaga kerja pertmian di pedesm, maka hutan rakyat semakin
berkembang (2) Sub sistem pengolahim.

Pemintaan kayu rakyat dewasa ini

setidaknym terdiri dari tiga macam yaitu pertama pasar low ; kedua, industri
menengah dimma p r o d h y a ditujukan untuk pasax yang lebih lw,maupun orientmi
ekspor ; ketiga, industri besar y m g lebih padat modal seperti PT. Kertas Bekasi
Teguh.
Pada industri jenis pertama dm Iredua, umumnya masih menggmakan alat-alat

sederhana, sehingga mutu kayu alahan yang d i h a s i l h rnasih rendah serta banyak
menghasilh limbah. Belurn dikenalnya sbndar prod& serta input bahm b&u ymg

kurang baik tidak jarang prod& kayu olahan tidak atau kurmg sesuai dengan syaratsyarat yang diminta oleh pasar.

Pada sub sistem inipun belum ada upaya pengelompoh industri, sehingga

beium terjadi kerjasama menuju spesialisasi industri, karenanya terj adi industriindustri yang bekerja dibawah sbla usaha, yang pada gilirarrnya mengakiiratkan

hubungan mma sub sistern produksi d m sub sistem pengolahan h i 1 yang ti&
Ianggeng, h e n a kecenderungan penekanan terhadap sumkr bahan baku dalm

bentuk semacam eksploitasi berlebih. Secara Iogis semestinya antara petani (lay
rakyat) dengan pl&u industri memiliki "ikatan" yang saling rnernbutuhkm karena
adanya ketergantungm usaha, namun demikim kenyataannya terjadi kecenderungan
p e n m a n sediaan dari daerah-daerah sumber h y u rakyat. Hal ini merupakan

indikator admya pernasalahan &lam kelestaim usaha.
Masing-masing industri, telah memiliki pasar produknyn mstsing-masing,

Industri pengolahan kayu skala kecil dm menengah seperti pernbuat papan, k s o ,
peti-peti kernasan sayuran d m buah, palet ssampai bahm-bhan kerajinan, mereka

telah memiliki ppasar nasional maupun ekspor. Mengingat kuatnya pas= produk
olahm tersebut sem kerasnya prsaingan untuk rnendapatkan b&m baku, sertrt
kepentingan bisnisnya, maka tidak mustahil bahwa pel& industri tidak memiliki visi

dm misi tentang bentuk kelanggengan hubungm industri dm pasokan bahan bakunya
yang berasal d a i hutan rakyat.

(3) Sub sistem pemasaran. Sebagaimana ciri umum dalam pemasarm hasifhasil pertanian, biasmya pihak produsen (petmi) selalu pada posisi tawar ymg

rendah.

Mengapa dernikian, karena umumnya produsen mmpakan produsen-

produsen kecil d m tidak memiliki organisasi, sementrura pihak kansumen (pedagmg,

tengkulak, pnebas, industri kwil, dsb) menrpakan suatu usaha yang lebih
terorganisir sehingga biasanya memiliki posisi tstwar yang lebih h a t . Dalm kasus
kayu rakyat ini terdapat tiga ha1 yang memperlemah posisi tawar produsen (petmi)
yaitu pefima masing-masing individu tidak memiliki pengetahw dm atau

infomasi pasar dengan baik ; kedua, kayu mkyat maih diposisikan sebagai bbungan

oleh prniliknya ; dm ketiga, beium adanya k e r j m a mtar produsen (petani).
Dilain pihak, konsumen memiliki bahkan mengwai informasi paaf s e m h t .
Dengm demikian dalm pemasaran ini selalu saja produsen @etanil mendapat

manfaat paling kwil dibanding lernbaga-lembaga pernasaran lainnya walaupun Mam
berbagai kntuk: d w m distribusi seperti yang difaparkm oleh Soerwiatmaka (1988)
;Haeruman et 01. (1990) ; Priyoadi (1992) ;Kurniadi (1993).

Pada kondisi pttsar seperti itu, petani hanya berperan sebagai pengmbii harga,
(price ta8tr)sementara konsumen sebagai penentu hags dapat mengendalikan paar.

Sebenamya petmi mernpasisikm kaymya sebagai tabungan, merupakm putensi
dalam posisi tawamya. Akm tetapi karma padst umumnya petmi itu miskin, &a

kayu rak-yat bergeser b W la@ sebagai tabungan, tetapi sebagai " wet rutin ",
sehingga posisi tawmya tetap saja lernah. Hal tersebut difaprkm oleh Hwdjctntu
(2001) bahwa jumiah kayu rakyat yang diabang ternyata cenderung meningkat
dengm admya krisis ekonomi. Sung&pun

mtar

industri terjadi prsaingan kuat

clalam rnendapatkan b h a n b&u, namun kundisi ini kfum memtrerikan keutungan

bagi petani, Hal ini diduga karena masing-masing industri mencari b&an baku

secara aktif melalui jaringan yang dikembmgkannya, sehingga terbentuklah semacam

rnonapsani-monopsoni Iokal terhadap bahan b&u.

Daxi sisi petmi, penjdan pafran y m g mereka I&ukan lebih bmyak berkajtan
dengan kebuttuhannya rnisalnya untuk biaya menyekolahkan an&, biaya hajadan yang
merupakan tradisi srta kewajiban yang harus dilakukan, sehingga kbexapa

pnelitian menyebutkan sebagai "daur butuh" dalam menentrrkan kapm pohon hams
ditebang/dijual. Pada posisf butuX1, maka petmi cendrung A m berlstku sebagai
pengmbil harga.

Pennasalahan terairhir yaitu pa& (4) Sub sistem kelembagm. Kelernbagam
yang dimdsud meliputi kelembagaan pengumsan hutan rakyat, kelernbagtan sosial
dm kelembagaan ekonorni yang dapat mempengaruhi kinerja usaha kayu rakyat.
Kelembagaan yang mengums hutan rakyat secara teknis, baik iembaga bentukan

pemerintah maupun masyarakat be1m ada. Satu-satunya instmsi yang rnemiliki
urusm hutan rakyat adalah

Dinas Perhutanan dan Konsewasi Tanah, dengan

berkaicunya SK Menteri Kchutanan Nu. 86Kpts-11/94 tentang penyerahm bebrapa

urusan kepada Dati XI. Namun demikim lernbaga ini sampai sekamg aktivitasnya
b m smpai kepada pnycdiaan bibit kepada para petmi. Kelembstgmn sasial pada
usaha kayu rakyat di Jawa juga tidak nampak adst, hanya pada beberapa tempat saja

dijurnpai adanya kerjasama dztiarn penyedim bibit, penyebarluasan informasi dalm
telcni k budidaya dm sebagainya, yang kesernuanya masih bersifat, sangat terbatas.

Kelembagartn ekonomi IebiR rneaonjoi perannya ddam usaha kayu rakyat ini
khususnya dalam kegiatan pcmasaran. Lernbaga ini tumbuh dengan sendirinya pada

masyardcat hingga saat ini, m u n seperti dikemukakan bahwa dalam pemasaran ini
petani masih pada pusisi yang lemah, Lembaga keuangan nun bank lebih mempmyai

perman, sedang lembaga keuangan benrpa bank belum memberikan peran apapun

khususnya bagi petmi produsm ddm rangka penguatan usaha s e a penguatan posisi
&war terhdap konsumen,

Kelompak-kelampak petmi untwk membentuk

permodaimjuga praktis belum d i k e d &lam usaha kayu rakyat ini.
Atas d m informasi tersebut mak.8 jelas b&wa setiap petani dalam usaha kayu
d y a t pmktis harus berusaha berdmarkm kernampurn sendiri,

Karenanya

pengembangan usdm kayu rakyat ini &an sangat lambat b&m sdit karena setiap

individu hams melakukmya sendiri dengm kemmpuan yang sangat terbam. Atas
dasar b e k a p a pernasalahan ddam kelembagaan usaha kayu rakyat tersebut, m&a
dirasakan perlunya penafaan ketembagman untuk dapat mewujudkan usaha ymg
lestari d m d i m i s yang berkeadilan secma sosial dm ekanomi baik melafui inavasiinovasi maupun intervensi kelembagm,

D k seluruh permasdahm tersebut jelas bahwa kinerja usaha kayu rdcyat
be1um optimal sehingga perlu dikembmgkm.

Selanjutnya untuk: m e w ju d h

maksud penelitian yaitu pengembangan usaha kayu rakyat, terlebih dahulu harus

diternukan faktor-faktor yang bqngarutr terhadap sistem, s t n r h r sistem u s a h
kayu rakyat seda kelembagaan ymg berl&u selama ini. Temuan-temuan t s e b u t

selanjutnya akm digunakm sebagai acuan dstlam memrnuskan strategi dm program
pengembangan usaha kayu rakyat,

2,

Dari sucfut implikasi praktis, hasil penelitian inj, d i h a p k m bergma bagi upaya

pengembangan usaha kayu rakyat s e a peminat pembmgunan pedesaan d d m
menin&a&an ekonomi kerakyatan khususnya meldui usaha kayu rakyat.
Dimping itu diharapkm clapat dimmf~atkanbagi penentu kebijakan dalam

mgka pemi1ihan prioritas strategi pengembangan gunti meningkatksan kinerja
usaha h y u rakyat secara keseluruhm,

1.6, Ruang Lingkup Penelitian
(1) Penelitian usaha kayu rakyat ini dititikhtkan untuk memuskm strategi

dm program pengembangan usaha b y u rakyat. Dengm demikian analisis

untuk mengetahui keragaan usaha menjadi prasyarat, sementara itu keragaan
usstha diperoleh dengan menganalisis struktur sistm us&a serh pub&peutrah yang berpengaruh terhadap sistein usaha kayu rakyat dm
kelembagam yang berlaku.

(2) Untuk mendapatkm gambaran utuh usaha kayu ralcyat m&a penelitim itli

juga menggunakan "soft. system metodhology" guna mendapatkan infarmasi
yang bersifat kualitatif terhadap faktor-f&ar internal dm eksternal dalam

sistern usrtha, yang akan menjadi pertimetangan ddam strategi dm program
kebijakan pengembangan usaha kayu rakyat. Untuk itu malca dilakukan :
(a) Analisis strategis unsur internal (kekuatan dm kelemahan) dm eksternal

(peiuang dm ancaman) usaha kayu rakyat. Andisis ini berarti rnengkaji

pubah-peubzth strategis dalam usaha kayu rakyat, yang selartjutnya

disusun ddam kfltuk hierarki, sesuai dengm pengaruhnya terhadap

sistem usah kayu rakyat.
(b) Analisis stdctural elemen program b e r d a a r h hubmgm kontekstustl.

dm tingkat ketergantungm antar sub elemen dalm sedap elemen
program, untuk: dapat mengidentifkasi s t n h u sistem usaha kayu
rakyat, Dari analisis tersebut a k a digunakan untulr menyusun hiermki

dm klasifikasi sub elemen dari elemen program guna menjelaskm
p e m b a n tentang sistem usaha kayu rakyat.
(3) Pengkajim krhadap f&or kelembagaan usaha kayu rakyat yang dapat

rnenin&tk:an manfaat us&

ichususnya bagi petmi kayu rakyat.

(4) Analisis strategi dm program pengembangan sistem usaha kayu mkyat

krdasitrkan hasif analisis strategis, analisis stwktural dm

axlalisis

kelembagaan. Dengan demikian dapat disusun suatu acuan pengembangan

sistem usaha kayu rakyat,

IS. TIIYJAUAN PUSTAKA

Dalam bat, ini diuraikan s e w a ringkas tentang berbagai twri yang digmakan
sebztgsti dasar ddam penefitian ini serta hrbagai hmi1 penelitian yang relevan dengan

rnasdah ymg sedang diteliti. Uraim ymg dimaksud mulai dari (1) hutan rakyyat dm
penguszthaannya, (2) ekonomi pedesaan dm ekonomi nxmstRtanggh (3) sistem
pemasaan, (4) pendekatm sistem, (5) analisis SWOT, (6)proses hierarki analisis dm
(7) pernodefan stnrlctural.

Uraim-uraim tersebut: baik kmpa penjelsrsan dari buku teks maupurz sajian

dari bebempa studi ymg telah dilakukan para peneliti terdahulu, baik yang berupa
smdi psusistl maupurr komprehensif, penerapan

teori dm metode tersebut

di atas

terhadap berbagai obyek atau bidang,
Uraian dalm bab ini akan rnenjadi dasar datam pengembangan kerangka

pemikiran dm metode pendekatan ddam penelltian ini.

2.1, Hutan Rakyat dan Pengusahaannya
2. 1. 1. Perrgertian

Xstilah

hutan rakyat

banyak

dikemukakan

berbagai

pihak,

mereka

mengungkapkan dengan nama hutan kemasyarakatan atau kebun rakyat atau hutan
mi tik. Menurut Undang-undang No. 4 1 tahun 1999, hutan berdasarkan pernilikannya
dibagi menjadi hutan negara dan hutan milik. Hutan negara merupakan kawasan
hutan yang tumbuh di atas tanah y m g tidak dibebmi hak milik, sedangkan hutan

milik addah hutan yang turnbuh di

atas tanah yang dibebztni

hak. miĀ£&dm lazim

disebut hutan rak-yat.
Menurut Mergen (1 987) diacu &lam Anomim (1 989) kebun rakyat menrpakan

sistem pengelolaan atau perrggwm lahm Eradisiod ymg sebagian besar sesing
diternuh di drteratr tropika Iembab meskipun berada pa& Iereng-lereng yang curam.
Selmjutnya ia mengemukdzm bahwa kebun-kebun d y a t tersebut dicirikan oleh
suatu struktur lapisan tegkan ganda,

2. 1.2. Bentuk dan Manfaat
Menurut IPB (1 983) pula pernbangunan hutan rakyat terdiri dari dua, y h i :
a.

Hutan rakyat tradisional : merupakm cara penanaman tanman hutan pada tanah

milik ( l d m Hrering) yang d i u s & h oleh m a s y h t itu sendiri tanpa utmpur
tangan pemerintah. Bentuk pertanammya yaitu campuran mtar buah-buatran,

misalnya : Durian (Durio zibefhinus), Melinjo (Gnetum g~emonf,dm lain-lain.

Bent& tersebut lebih dikenal dengan pola usatra tani lahan kering atau lhan
darat.

b. Hutm rakyat inptes : yaitu hutan mkyat yang pnmamannya m m i difakukan di

tanah terlmtar, Pernbangunm hutm rakyat ini diprakarsai oleh proyek bantwn
penghijauan.
Sedang hutan rakyat menurut pola tanmnya terdiri dari :
a. Hutan Rakyrtt Mumi

Pada hutan rakyat murni hmya ditmmi satu jenis pohon kayu-kayuan saja.
b. Hutan Rakyat Campwan

Pada hutan ini biasanya ditanam lebih dari satu jenis tanaman keras.

c. Hutan Rakyat dengan Sistem Agoforestry
Sistem yang cukup baik untuk dikernbangkan dafam pengelolam hutan ralcyat

addah sistem agrafurestry dengan cam turnpang sari.
Menurut Michon (1983) ada tiga tipe Rutan rakyat yaitu : tipe pekarmgm, Mun
dm kebun c m p m . PerWaan diantara ketigmya adalah sebagai krilcut :
a. P e h g m mempunyrni sistem pengabran tanaman yang termg dm baik serka

biamya berada di sekitar rumah. Luas minimum sekitar 0,l Ha, dipagari mulai
dari jenis sayur-sayuran hingga pohon yang berukuran sedan6 dimma tingginya
mencapai 20 meter.

b. Talun mempunyai ukuran yang lebih fum, penanaman paRon sedikit rapat, tinggi
pohun-pahonnya mencapai 35 meter dm terdapat bebrapa pohon yang m b u h
secara liar dari jenis herba atau liana.

c. Tipe ketiga kadang-kadmg dapat dditemui di kberapa desa. Jenis tumbuhan
cenderung lebih hamugen dengan satu jenis tanaman pokak Cengkeh atau Pepaya
dm berbztgai macam jenis tanaman herb. Kcbun tersebut sringkali diternui di

sekitar desa.

Dari segi pengelalaannya hutan rakyat: sama dengan kebun mkyat. &tau
agroforestry, dimana ha1 tersebut rnenrpakan sistem taia guna lahan permmen dengm

dicirlkm unsur tmaman semusirn dm tanaman tahunan. Sementara itu Nenzoma
(1987) diacu dstlstm Anonim (1989) mendeskripsikan benrpa penmaman tanaman
berkayu dengan tanaman pertmian atau bersama-ma pada Iahan yang sama sebagai
upaya memaddm kehutanan dengan pcrtanim. Sementara itu Haemman (2003)

menyebutkan bahwa terdapat tujuhbelas macam budidttya masyarakat dafam

mengusdmkan tanrunan jenis pobon-pahonan yang terbagi ddam tiga golongan yaitu:
(a) budidaya pohon-phonan be~ampwtmman p e r k e b w , tmman makmm dm

semak, (b) paRon-pohoxlan dm tamman malranan tern& dm tern& dm (c) pohonpohonm d m i k . Sementara itu Haemman (2001) menyaaan bahwa hutan milik
rnasyarakat yang memilfki banyak bent&, dapat berfungsi produksi material dm

penghasii jasa lingkungan. Selanjutnya dinyatakan bahwa hutan masyarakat dalam

kntuk: kebun crnmpumn merupakan produsen kayu yang m a t besar di daerah s e m i

di Jawa ymg padat penduduk, dm ddam ha1 ini hrunpir tidrrk ada lembaga

pmerintah yang membantu masyaakat mengurus "hutan"nya.
Berlcaitan dengm manfaat: hutsuz rak:yat, KEPAS (3 988) mengemukakan bahwa
upaya pewggulangan terhadap erusi dm konservasi tanah melalui penanaman
pohon-pohonan telah dilaks-

pemerintah sejak tcthun 1950 melalui berbagai

bentuk yang secam tents menems dikernbangkan dm diperbaiki seperti Upaya
Komando Operasi Gerakan Makmw khun 1950, Gerakan Pekm Penghijaum

Nasional tahw 1961, Prayek Departemen Pertmian 001-037 khun 1967, Proyek
B a n W Tehis FAO-UNDP tahun 1973-1976, Proyek Pengembangan dm
Pengelalaan Daerah Alirstn Sungai khun 1979, Pruyek Pengembangan Wilayah DAS
Citanduy t&un 1981 dm Prayek Permian L&an Kering tahun 1984.
Menurut Bashar (1964) umha hutan rakyztt yang u m a n y a bertujuan untuk

rneningkatkan kcsejahtcraan para petani, disamping itu beberap mrtrrfaat lain juga

diperuleh dalarn pengusahztan hutan rakyat ini yaitu :
a. Kayu dm hasil hutan lainnya

b. Pengawctan tanah d m air

c. Perlinclungm tanman-tanman pertmian

d. ~erlinddganbinatang liar
Disamping itu hutan rakyat berhngsi untuk menmbah pendapatan pnduduk,
memenuhi kebutuhan kayu bakar dm pertukangan, sebagai hidro-urologis Iahan dm
men-ngi

terjadinya kwu&an hutan,

Secara garis besar manfaat Rutan rakyat terdiri dwi manfaat hutan secwa
langsung (sosial ekanami) dm manfaat secara tidak: langsung (terhadap Ridra-

arologis, klimatolagis, strategis dm estetik). Hutan rakyat:dalam bent& agroforestry
dapat memenuhi pengawetan tanah dm air, ppohonm dapat melindmgi tm& dari
butiran air hujan, jug8 sinar matahxi dapat dirnanfmtk.an secara optimal dengan
strata tajuk yang beriapis.
2,1.3. Luas PemiXikan, dan Potensi Hutan Rakyat

Hutan rakyat dirniliki oleh banyak: petani, baik golongan ptstni kecil,
menengah rnaupun besar, dari sebagim k s a r luasannya reiatif sempit f< I hekar).

Dari hasii studi Haemman el 01. f 1986) meliputi enam Kabupaten di 3awa Barat, yaitu
: Kabupatcn Rogar, Pandeglang, MajaIengka, Tasihalaya, Subang dm Sukstbumi

menunjukkan bahwlt luas rata-rata hutan rakyat setiap kabupaten yaitu 0,66 ha,
dengan selang iuasan mta-rata terbesar 1,07 ha di Kabupaten Pandeglang dm terkecil
0,34 ha di Kabupatcn Tasikrnalaya. Nutan rakyat yang cukup lum (> 1 hektar)

terutarna dimiliki aleh petani goiangan menengah dm besar. Pernilikan hutan rayat
yang cukup Iuas per satwan pemilik terutztma dijumpai di daerah-dacrah yang masih

jarang penduduknya serta kondisi tanahnya yang kering. Pengelolaan hutan r&yat
dalam skaIa usaha yang kecif urnumnya dikerjakan langsung oleh perniiiknya.

Sedangkm dalam skala usaha yang besar, pmilik jugt rnempekerjakan para
penggarap sebagai bunrh di l&m rnilihya.
Sementara itu peneiitian H a e m a n et al. (1 991) terhadap 6 desa contoh di tiga
kecamatan di Kabupaten Bandung rnenunjukkan bahwa tuas p m i l i b n hutan rakyat

rata-rata adalah 1,08 ha. Dari berbagai m a a m p n g g u m I&m di wilayah studi
tersebut, yang menjadi arcal potentid penghasii kayu rakyat adalah yang berupa

I&an kering (kebun, tegalan dm pekarangan), sdmg sawah, jumlah kayu rakyat
yang ada sangat terbatas. Dengan demikian kmena lahm potential pnghasil kayu
rakyat adalah lahm kering maka putensi kayu rakyat di suatu damah dapat didekati

dari Iuas l h n kering.

Lahsi hutm d y a t terpencar-pencar dari satu pemilik ke pemilik lainnya
dengan luasan relatif sempit. Usahatmi kayu rakyat ini terdapat pada berbagai pola

penggunaan lahstn, seperti : di pekarmgctn, kebun czunpuran, talun/tegalan dm hutan.
Penyebaran hutan rakyat dapat diproyeksikm dari jumlah puhon ymg terdapat di
krbagai pola penggunaan lahan. HasiI studi Haemman er al. (1990)terhadap desa-

desa contoh di Jawa Barat. menunjukkan bahwa jumlah pohon per hektar yang paling
banyak ditanami kayu rakyat yaitu pada pola penggurzaan lal-~ansebagai "hutan"
sebanyak 422 pohodha atau 50% d a i total pohon untuk seiuruh pola penggunam

lahm. Lalu diikuti kebun carnpuran sebanyak 226 pohodha (27% d a i total), talun
sebanyak I09 pohodha (1 3% dari totaf) dan terkecil pckarangm 9 I pohon/ha (1 0%

dari total).

Potensi kayu rakyat yang berasai dari hutan rakyat culcup ksrtr, hanya karena
belum adanya pola pernantauan yang baik sehirigga perannya belum terlihat d a i m

statistik ygng terpublikasikan. Menurut Suyana ( I 976), ratrt-rata putensi produksi hutan rakyat di Sukabumi sebesar 2,9447 m3&a/th. Potensi kayu rakyat dorninan di

Jaws Barat yaitu jenis jeunjing, dwi total potensi praduksi kayu r&yat sebanyak

2,2954 rn3/halth atau 77% dari total praduksi berasd dari kayu jeunjing, lalu 0,5109

m3ihaltth atau 17% dari total pmduksi berasal dari kayu kampung (duren, nangka,
kuprt, teureup, sawo, rambutan, kernlandingan, gempal dm sebagainya) d m 0,1384

m3/hdth atau 4% berasal dari kayu-kayu kehutman (bayur, huru, manili, gelam,

suren, cangcaram, vitex, kernpas dm sebagainya) sisanya 0,0589 atau 2% dari total
berasal dari kayu-kayu iaimya. Di Kabupaten Sukabumi, dari jumlah volume kayu
yang dikunsumsi rnasyarakat tahun X. 976 sebanydc 87,6% krasal dcui b y u rakyat,

H a i l studi Haemman ei al. (1986) dengrtn contoh 6 kabupaten (Bogor,
Pandeglang, Majalengka, "I'asikmalstya,Subang dm Sukabumi) rnenunjukkrtn bahwa

potensi rata-rata per lrektar sebesar 144 batmg, dengm selang jumlah pohon rata-rara
terbesar 364 batangha di Mupaten Sukabumi dm terkecil 60 batangha di
Kabupaten Pandeglang,

Dari h a i l studi terhadap enam desa contoh di tiga

kecamatan di Kabupaten Bandung rnenunjukkan bahwa potensi rata-rata puhon per
hektar sebesar 156 batang. Potensi rata-rata terbesar di Kecamatan Padalarang 181
batandha, lalu cfiikuti Kecamatan Cipatat 165 batangha dm terkecil Kecamatan
Cipeundeuy I22 batanglha.

Pula sebaran diameter pohon yang terdapat di hutan sangat bbewariasi antar

jenis, pemilik dan lokasi. Studi terhadap pohon-pohon yang terdapat di hutan rakyat
Jawa Barat yang dilalcukan aleh Haeruman er al. ( I 990) rnenunjukkan bahwzt s e b m

diameter pohon yang terbesar yaitu antara kelas umur 1

-

5 tahun dengan kelas

diameter rata-rata antara X

- SO cm. Dari data ymg

diperoleh menunjukh b&wa

-

s e b m diameter terbesar yaitu pada umur 1 tahun dewan selmg diameter 1 10 cm
sebanyak 1.237 batang atau 33 % dari total jumlah pohon sampel, lalu diikuti umur 2

-

tahun dengan selang diameter I 1 20 cm sebmyak 1.212 batang atau 32% dari total,

-

umur 3 tahun dengan selang diameter 2 1 30 cm sebmyak 7 t 9 batang atau 20% dari

-

total, umur 4 tahun dengan ~ l m diameter
g
3 1 40 crn =banyak 290 batang m u 8 %

dari total, umw: 5 tahun dengan slang diameter 4 1 - 50 cm sebanyak: 134 htang atau
3 O/o dmi total dm umur diam 5 tatrun dengan diameter 50 cm keatas sebanyak 175

bamg atau hanya 4 % drtri total puhun sampel. Ben& sebaran diameter pohon yang
sangat beragam ini menyebabkm kesulitan pengaturan kelestmim hasil hutan M a t .

2.1.4. Sistem Produksi, Pengolaham dan Pemasaran

Unit p r o d h i usaha kayu rakyat umurnnya berskala kecil dm bersifat
individudperomgan.

Pola usaha tani

krtyu

rakyat ini rnasih dilakukan secara

tradisional dm belum sepnuhnya memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi kmsaha
ymg lebih menguntungkan. Pemilik kayu rakyat umumnya beium menggmtungh

kehidupruurya pada pahan-pohon yang dimiiikinya. U m m y a bagi mereka us&
tani kayu rakyat ini masih rnerupakm sumber pendapatan w b i l a n , dimping hasil

dai sawah dm hmil pertmian lainnya. Usaha h i in4 merup-

tabungm yang

sewaktu-waktu dapac dimmfaatkan bila diperlukan (Haeman et al. 1990). Di
kberapa damah, usaha tani kayu rakyat rnempakan traaisi turn-ternurun sebagai

wrtrisan dmi leluhur mereka (misalnya penanaman pohan jati di Yogyakarta dm Jawa
Timur). B e l W g a n ini usstha kayu rakyat berkembang pesat terukma karena adanya
pas=

terhadap kayu-kayu rakyat ini.

Pengetahurn masyarakat dalam menanam pahon-pohonan belum diwujudkan
dengm baik. Upaya maksimd dalm budidaya befum diterapkan, seperti pengwaan
bibit unggd, pengaturan jarak tanam, pmeliharm dm sebagainya sehingga
pertumbuhan pohon dm mutu yang dihasiikan kumg baik Umumnya ptani h y a
menggwdm bibit dari permudaan alm yang mutunya k m g baik, h e m biasanya

pohan induknya masih muda dm bibit tidak dipifih khusus dari pahon induk yang

bermutu baik, sehingga anakan yang dihasilkan juga h a n g baik. Dari beberap
studi yang telah dilakukan menunjukkm bahwa sebagian besar bibit diadakan sendiri

aleh rakyat, sedangkan peran pemerintah ddam p g a h bibit. hanya sebagian ksiX
dari jumlah total bibit yang ditanam di hutan mkyat. Dalam penmaman, umumnya
jar& tanam kurang diperhatih, pada iokasi sekitar pohon irrduk jarak; tanamnya

terlalu rapat, sementara di fokasi lain terldu j m g . Pemangkasan cabmg hanya

dil&&an pada mat pohon masih kecil, setelah b a r pemangkasan sama sekali tidak
dilakukan. F e r n b a r n dm penjarangm dil&&an menurut pengetahurn masing
masing pemiliknya, pada umumnya mutu kayu ymg dihasilkan masih lnrrang baik,

Masalah lain yang cukup menanjol dalam membangun hutan rakyat yaitu k l u m
adanya kerjmama antar pemitik hutan rakyat, sehinggst keprrtusan pengelalaan

tergmtung pada masing-masing pemilik yang jumlahnya banyak.

Kelestarian hutan rakyat ditentukan aleh stnrktur tegakan hutan, yang
digambarkan oleh sebaran diameter dm jumlah pohon pada setiap petmi p i l i k dm
pola pemanenmya. Struktur tegakan hutan yang diharapkan memenuhi syarat bagi

tercapainya kelesmim, yaitu lebih kurang menyerupai hutan normal.

Berdasarkan penelitian Haemman et al, (19901, s e a m m
u
m bahwa strulctur
tegakm yang ada belum menunjukkan h u m normal. Hal tersebut memperkihatkan
bahwa kelestarian kayu rakyat dmgm pola pengeialaan yang berlaku s a t ini belurn
dapat menjamin kelestarim, baik untuk kesinambungan pendapatan petmi rnaupun

keberadaan kayu rakyat itu sendiri.

Hal tersebut terjadi karma keputusan

pengelolaan kayu rakyat tergantung kepada petani pemilik secara individual. Setelah

penebangm tidak semua petmi selalu melakukm penmaman kernbdi, tetapi ada pula

yang ditanami dengan kumoditi lain atau bahkan terjadi perubahan penggunm lahm.
Selain itu pola pemanenan yang dilakukan atas dasar kebutuhm uang y m g tidak
terencana seringkali rnernpercepat habisnya sediaan pohon-phan ymg dimilikinya,

Walaupun terjadi perkembangan permintaan dari industri yang menginginkan syaratsyarat diameter p h o n , tetapi tnmpaknya belurn

bisa merubah pola panen sebagim

besar petmi. Selain itu ketidakteraturan siklus pengelolam kayu mkyat berkaitan
pula dengm belum adanya pengaturan pengeloiaan kayu rakyat yang direncanalcan

secara bersarna-ma dan atau di bawah birnbingan pernerintah. Sehingga seluruh
keputusan dalam pengelolam berdda sepenuhnya pada masing-masing petani, dimma
petani sendiri urnumnya lebih mendasarkan keputusannya kepada kebutuhan dirinya

sendiri. Dengan demikinn pengelolaan dengan rotasi penmaman dan pemancnan
yang teratur belum bisa diharapkan dilakukan oleh petani. Hal lain yang perlu
rnendapat perhatian dalam masalah kefestaristn ini adrtlzth sernpitnya pernilikan lahan
dm pola ranam campuran rnenjadikan jurnlah anrtkan untuk penggmti pohon ymg

ditebang terbapasi oleh kepentingan penanaman tanaman scmusim. Dalam kaitan ini

Brokensha dan Riley (1 987: 188- 1 9 1) melaporkan bahwzt k a u s di Mbeere-Kenya,

ddam penanaman polrun, jumiah keluarga miskin tebih sedikit dibanding jurnlak
keluarga kaya, demikian pula jumiah p h o n yang ditanam rumahtangga miskin Iebih
sedikit dari rumahtangga kztya.

PengoXahm hasil kayu rakyat oleh petani rnasih menggunakm alat-alat yang
sederhana (seperti : gergaji tangan, guiok dm sebagainya) serta masih kurangnya

pengetahuan petani dalam rnengolah kayu menyebabkan mutu kayu olahan ymg

dihasilkm seringkdi masih rendah dm banyak menghasilkan limbah, Jenis-jenis
kornoditi hasil pengoI&an kayu rakyat ini terntarria berupa kayu gergajiadkayu
bangman fdalam bentuk papan, bdok, reng, kaso dm sebagainya).

Pernasaran kayu rakyat: biasanya dilakukan seperti p m a m hasil-hasil pertanian lainnya, Pernilik langswg menjual kayu yang masih berdiri kepada para pem-

beli. J m g sekali pmilik rnengolah sendiri kayu-kayunya d m menjual lmgsung ke

kunsumen, Sebagim ksar petmi masih s w a t kurang pengetahuannya dalam memasarkan hasil-hail kayunya, beiwn adanya infumasi pasar dm ditambah kurangnya modal menyebabkan masilr dominannya pem tenglculak ymg membeti b y u -

kayu dwi rakyat dengan harga yang relatif rendah. Dari hasil studi terhadap cara
pernasctran kayu ymg biasa d i l a k h oleh petani di Jawa Barat (Haemman et a!.

1990) rnenunjukkan bahwa cara pemasaran Brayu yang paling banyak dilakukan aleh
petmi yaitu menjual dalarn bentuk pohon (berdiri) yaitu sebesar 3 1 % dari total cara

pemasaran, kernudian menjual produk dalam bentuk kayu gergajian sebesar 27 7,

laiu kayu bakar 23 %, kayu bulat 13 % dm terkecil dalam bentuk papan 6 90' dari total
cara pemasaran. Cara pernasaran yang diiakukan oleh petani adalah dengan menjual
pohon masih berdiri atau menjual kayu gelondongan stau kayu bakar atau kayu

gergajim, rata-rata memberikm pendapatan bagi petani pemilik berkistu an-

Rp

4.000 - Rp 165.0001haIth. Sementara itu Andayani (2003) juga melaporkan bahwa
penjdan pohon oleh petani di beberapa kecamatan di wilayah kabupaten Wanosobo

ddm bentuk p h o n berdiri. Lebih lmjut petmi memperoleh rnarjin pemasaran
paling kecil dibmding penebas maupun p&gang pengumpul.

Daer& tujum pemrpsaran temtama untuk: memenuhi kebutuhan permintam
bahm b&u industri ymg terdapat Lraik di pedesaan maupun di daerah. perkotaan.

Dari hasil pneiitian H a e m a n ef a/. (1 990) menunjukkm bahwa d a e d tujuan
pemasaran kayu mkyat sebagian ksar y&tu untuk memenuhi kebutuhan di dalam

desa sebesar 74,78 %, sedangkan sisanya untuk tujurtn pmasaran ke luar desa
sebesar 25,22 %. Unhk Iokasi tujuan pemasaran ke luar desa sebagian bsar mtuk

memenuhi kebutuhan bahan b&u industri di d a d perkotaan. H a i l pnelitian
tersebut memjukkm b h w a dari total, tujuan p x n a s m kayu ke I w desa tersebut,

sebmyak 60,92 % dijual ke lmr kecamatm dm h y a 39,09 % untrak: tujuan
pemasam ke dalm k e c m a h ,
2.1.5. Kclembagaan Dafam Usaha Pertanirmn
a, Organisasi

Suatu organisasi pengelolaan h u h rakyat umwnnya berkujum agar pola kerja

pengelolaan lebih baik dm teratur, Menurut Merker (1985) dafam Anonim (I 989)

hd tersebut dapat mengefektifkm sistem perencanam dm evaluasi perkembmgannya
dalam melihat apakah program dm tujuan dilakmakan secara efektif dm efisien.
Untwk menigkakan hasil yang optimum dalam pengefolstan hutan-Rutan rakyat prlu

admya suatu pmtuan mtar petmi ( H a e m a n ef al. 1990). AIternatif lembaga

sebagai wadah bagi para ptani bisa berupa Koperasi atau lembaga kelompok tani
jenis lainnya.

Brudjosaputro ( I 989) mendefinisikan bahwa koperasi Unit Desa adalah
organisasi ekonomi d y a t yang berwatak sosial, t d i r i dari kumpulan orang-orang

dalam kesamam dm k e b e m a a n keptingm ekonomi serta bekerja sama lrntuk

meningkatkan kesejahkraan hidupnya. Suatu orgmisasi kemasy&tm

bertujustn

unruk: memenuhi kebututxan p k u k mwymkatnya (Smkanto 1990).

b. Kecenderungan Petani

Sundoro dm Sumaryati (1989) diacu dalam Kumiadi (1 993) menyatakan bahwa
kecenderungm pmi ymg dapat mernpengaruhi keberhasilmya, etdalah karma:
a. Berorientasi ke arah selaras dengm dam; masyarakat menyatakm bahwa

lingkungan di sekihmya perlu dipelihara dan yang mak perlu diperbaiki.
b, Berorientasi ke ar&

gotong royong; artinya gotang rayang yang hidup di

masyardcat:m e m p h kewajibm yang hams difaksanakan oleh warp desa.
c. Berurientasi ke arah vertikd; artinya amg-ormg ymg

mempunyai

kedudukan tinggi ahu lebih senior di lingkungamya, merekdah yang

dianggap paling dihurmati dm dijadikan sebagai teladan serta dapat
memotivasi m a s y h t n y a .

Hasii penelitian di Pantai Utam Jawa Barat, Ari-ief (1990) rnengemukakan bahwa
petani di daerah diversifikasi mempwtyai kernampurn memperkirakan kemungkinan

yang relatif tinggi terhadap keberhasilan tanaman, dukungan iklim, serangan hama

dm un-g

rugi dalam mengelola pertmian. Dikernukakan bahwa keberhailan usaha

tani tersebut secara komersial ditent-ukan aleh mionditas petani dalam bemaha tmi.

2.1.6. Keberhwflan dan Kendala Pengusahaan Hutan Rabat

Usaha kayu rakyat yang terjadi di Jam temyata suaah cukup lam diialrukan

oleh para petmi pemilik. Sejauh ini usaha knyu rakyat memiliki keragman antar
dxrah tetapi cenderung seragam ddam daerah, Aspek-aspek y m g menyebabkm

terjdnya keragaman yaitu : tingkat perhatian terhadap kayu rakyat, pendapatan,

penyerapan tenaga kerja, keleshan fisik, intensitas penutupm lahan dm pemntase

pernenuhan kayu b

h dari kayu rakyat.

Ddam mpek tingkat perhatian texhadap by"dcyat sampai saat ini masyardcat

di beberapa daerah mwih rnemdmg b&wa usaha ini mwih menxpakm u d a
sampingan sehingga prioritas perhatimnya menjadi rendah (Priyoadi, 1992;

Suhardana,2003). Oleh kwemya perlu dila'kukm upaya menibah pandangan
tersebut kemh yang lebih positif yang berupa contoh-contoh nyata di Inpangan.
Persentase pndapatan dari. kayu terhadap pendapatan total di beberap damah

tersebut relatif masih rend& (