Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung)

(1)

KERAGAAN USAHA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU

RAKYAT DI KABUPATEN CIANJUR

(Studi Kasus di Kecamatan Cibinong Dan Kecamatan Tanggeung)

ANITA HAFSARI RUFAIDAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung). Dibimbing oleh HARDJANTO.

Kabupaten Cianjur khususnya daerah selatan memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai industri kayu rakyat. Akan tetapi keberadaan potensi ini sedikit dilirik oleh sebagian kalangan masyarakat Cianjur. Masyarakat Cianjur lebih tertarik kepada industri agrowisata, kerajian rumah tangga dan perdagangan. Untuk mengembangkan industri kayu rakyat di daerah Cianjur perlu dilakukan suatu penelitian mengenai keragaan usaha industri pengolahan kayu rakyat di Kabupaten Cianjur, khususnya Kecamatan Cibinong dan Tanggeung yang dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik dan keadaan industri kayu rakyat di wilayah tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juli sampai dengan 13 Agustus 2009 dengan objek kajian pengusaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer didapat melalui wawancara, kuisioner dan pengamatan dilapangan kepada 18 responden yang tersebar pada 3 desa di Kecamatan Cibinong dan 5 desa di Kecamatan Tanggeung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pemerintah Kabupaten Cianjur, pemerintah Kecamatan Cibinong, pemerintah Kecamatan Tanggeng dan Dinas PKT (Perhutanan dan Konservasi Tanah) Kabupaten Cianjur wilayah selatan.

Industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung tergolong kedalam industri kecil, dengan jenis industri penggergajian, mebel, kusen, palet dan industri jasa penggergajian, yang hampir seluruhnya berbentuk usaha perseorangan. Bermodal kecil bersumber dari pribadi, memiliki jumlah tenaga kerja berkisar antara 3-19 orang dan belum memiliki manajemen perusahaan yang baik. Dalam menjalankan produksinya industri kayu rakyat menggunakan bahan baku kayu jenis albasia, afrika dan mahoni dalam bentuk papan, log dan timpleng. Industri kayu rakyat tersebut memiliki kontinuitas bahan baku yang cukup baik, karena para pengusaha tidak mengalami kesulitan dalam perolehan bahan baku. Akan tetapi memiliki kontinuitas produksi yang tidak kontinu, karena industri kayu rakyat memproduksi produk sesuai dengan pesanan. Produk yang dihasilkan oleh industri tersebut adalah bahan baku palet, papan, kaso, balok, kusen pintu, perabot rumah tangga dan palet untuk dudukan keramik dan batu bata.

Produk yang dihasilkan oleh setiap industri memberikan keuntungan yang berbeda, keuntungan tersebut diketahui dengan perhitungan margin keuntungan perproduk. Produk yang memberi keuntungan besar untuk wilayah Cibinong adalah balok ukuran (8x12)cm dan palet ukuran (10x12)cm. Produk yang memberikan keuntungan besar untuk wilayah Tanggeung adalah meja makan 8 kursi, 4 kursi dan meja makan 6 kursi, papan (20x3)cm, kusen pintu jati dan dudukan keramik.


(3)

SUMMARY

ANITA HAFSARI RUFAIDAH. Performance of Community Wood Industry Business in Cianjur Countie (Case Study in Cibinong and Tanggeung Sub-districts). Supervised by HARDJANTO.

Cianjur Countie, especially the southern regions have a huge enough potential to be developed as a community timber industry. However, the existence of these potential only noted by some people of Cianjur. Cianjur society is more interested in agro tourism sector, households craft and trade. To develop a community timber industry in Cianjur area is necessary to run a study in processing of community wood industry performance at Cianjur Countie, especially in Cibinong and Tanggeung Sub-districts which can give a representation of the characteristics and circumstances of the timber community industry in those regions.

This research was done on July 13 until August 13, 2009 with the object of study at the community timber industry entrepreneurs in Cibinong and Tanggeung Sub-districts. The data collected were primary and secondary data. The primary data obtained through interviews, questionnaires and field observations to the 18 respondents who scattered in 3 villages in Cibinong Sub-district and 5 villages in Tanggeung Sub-district. While secondary data obtained from governments of Cianjur District, Cibinong Sub-district, Tanggeung Sub-district, and the PKT (Forestry and Soil Conservation) Office area of southern Cianjur Countie.

Community timber industry in Cibinong and Tanggeung Sub-districts classified into small industries, with the sawmill industry, furniture, frames, pallets and industry of sawmill services, which is almost entirely in individual business. Small capital from private sources, has a number of workers about 3-19 persons and do not have good corporate management. In running its production community timber industry production using wood raw materials of albasia, africa and mahogany species in boards, logs and

timpleng forms. The community timber industry has good enough continuity of raw material, because the entrepreneurs do not have difficulty in obtaining raw materials. But it has the discontinue in production, because the community timber industry producing the product in accordance with the order. Products which produced by these industries are palette raw materials, boards, rafters, beams, door frames, furniture and pallets to holder of ceramics and bricks.

Products which produced by each industry provides different benefits, the benefits are known with profit margin per product calculations. Products that provide great benefits for Cibinong area are block size (8x12) cm and palette size (10x12) cm. Product that provides great benefits for Tanggeung area are 8 chair dining table, 4 chairs and 6 chairs dining table, board (20x3) cm, teakwood door frames and ceramic holder.


(4)

(Studi Kasus di Kecamatan Cibinong Dan Kecamatan Tanggeung)

ANITA HAFSARI RUFAIDAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2009

Anita Hafsari Rufaidah E14050716


(6)

Nama : Anita Hafsari Rufaidah

Nrp : E14050716

       

Menyetujui: Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS NIP. 19550606 198103 1 008

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001


(7)

Judul Skripsi : Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung)

Nama : Anita Hafsari Rufaidah

Nrp : E14050716

       

Menyetujui: Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS NIP. 19550606 198103 1 008

Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 19611126 198601 1 001


(8)

rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung). Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua, kakak, adik dan keluarga besar KH. A. Zuhro, atas air mata, harapan, semangat, motivasi, tenaga dan kasih sayang yang diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku dosen penguji atas bimbingan, doa dan nasehat yang selalu diberikan, selama penulis menyelesaikan skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS selaku dosen penguji dari Departemen Hasil

Hutan atas masukan yang telah diberikan.

4. Dr. Ir. Yanto Santosa DEA selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, atas masukan yang telah diberikan. 5. Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar M.Agr selaku dosen penguji dari Departemen

Silvikultur, atas masukan yang telah diberikan.

6. Dr. Ir. Bahruni, MS dan Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS atas masukan, arahan dan motivasi yang selalu diberikan.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakutas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, atas ilmu yang telah diberikan, semoga dapat menjadi berkah dan bermanfaat untuk kita semua.

8. Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) Kabupaten Cianjur atas segala bantuan dan bimbingannya dilapangan.

9. Pemerintah Kabupaten Cianjur terutama Pemerintah Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong atas kesempatan yang telah diberikan untuk melaksanakan penelitian.

10. Tim Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan (AJMP) dan Komisi Pendidikan Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor atas fasilitas dan pelayanan yang telah diberikan.

11. Azam Maulana atas perhatian, pegertian, motivasi dan kesabarannya sehingga semua dapat berjalan sesuai dengan harapan.


(9)

13. Keluarga besar Bapak Obar dan keluarga besar Bapak Kidi Nursidi atas bantuannya sehingga kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar.

14. Teman seperjuangan: Anne Ratnanigrum, Septi Widiyanti dan Achmad Rafiqul Umam atas kerjasama, bantuan dan dukungannya, semoga persahabatan kita akan tetap terjaga.

15. Keluarga besar Departemen Manajemen Hutan angkatan 42 atas persahabatan, bantuan dan dukungannya.

Serta para pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis haturkan banyak terimakasih. Akhir kata semoga Alloh SWT dapat membalasnya dengan pahala yang belipat ganda di kemudian hari.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana kehutanan di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Tulisan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada industri kayu rakyat, yang berada di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung selama satu bulan. Penelitian ini berjudul Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung), bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik industri kayu rakyat, ditinjau dari jenis dan bentuk, permodalan, ketenagakerjaan, kontinuitas bahan baku dan kontinuitas produksi serta margin keuntungan industri pengolahan kayu rakyat menurut sortimen dan waktu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, namun demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan industri kayu rakyat. Selain itu diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan tentang hutan rakyat.

Bogor, Oktober 2009 Penulis


(11)

ii

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 29 oktober 1986 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Asep Sunarsa Surya Prayoga, BA dan Siti Juariah. Kakak kandung bernama Fauziah Fitriyani Angesti dan adik kandung bernama Angie Rahmaliasari Fajrin.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Cimahi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Mayor Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan dan Program Studi Minor Komunikasi, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi dan kegiatan kemahasiswaan yakni sebagai bendahara Organisasi Mahasiswa Daerah Bandung (OMDA PAMAUNG) tahun 2005-2006, sekretaris Organisasi Mahasiswa Daerah Bandung (OMDA PAMAUNG) tahun 2006-2007, sekretaris Kelompok Studi Media Informasi Komunikasi dan Hubungan Luar Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2006-2007, bendahara Suksesi Ketua Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2006-2007, bendahara Suksesi Ketua Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2008-2009, anggota Lembaga Pemantau Pemilihan Raya Fakultas Kehutanan IPB 2008-2009, seksi acara Seminar Hutan Tanaman Rakyat tahun 2007, asisten praktikum Mata Kuliah Pemanenan Hutan tahun 2009 dan asisten pelatih Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tarung Derajat Satuan Latihan IPB sampai sekarang.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong Dan Kecamatan Tanggeung) di bawah bimbingan oleh Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. i

RIWAYAT HIDUP ………... ii

DAFTAR ISI ………. iii

DAFTAR TABEL ………. v

DAFTAR GAMBAR ……… vii

DAFTAR LAMPIRAN ………. viii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 2

1.3 Tujuan Penelitian ………. 5

1.4 Manfaat Penelitian ………... 5

1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian ………. 5

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi Hutan Rakyat ………. 7

2.1.2 Karakteristik Hutan Rakyat ………. 9

2.1.3 Peranan Hutan Rakyat ………. 11

2.2 Industri Kayu Rakyat 2.2.1 Pengertian Industri Kayu Rakyat ……… 12

2.2.2 Pengelompokan Industri ………. 12

2.2.3 Ekonomi Pengolahan Kayu Rakyat ……… 14

2.2.4 Manfaat Industri Kayu Rakyat ……… 19

III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ………. 20

3.2 Alat dan Objek Kajian ……… 20

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode Pengambilan Contoh ……….. 20

3.3.2 Metode Pegumpulan Data ………... 21


(13)

iv

 

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas ……… 23

4.2 Sarana dan Prasarana ………... 23

4.3 Kondisi Industri Kayu Rakyat ………. 24

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ……….. 24

V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Industri Kayu Rakyat 5.1.1 Jenis dan Bentuk Industri Kayu Rakyat ……….. 26

5.1.2 Modal dan Sumber Modal ……….. 33

5.1.3 Ketenagakerjaan dan Sistem Upah ………. 36

5.1.4 Kondisi dan Lokasi Tempat Usaha ………. 39

5.1.5 Kontinuitas Industri a. Kontinuitas Bahan Baku ………. 42

b. Kontinuitas Produksi ……….. 50

5.2 Margin Keuntungan Industri Kayu Rakyat ………. 60

VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan ……….. 64

6.2 Saran ……… 64

DAFTAR PUSTAKA ……… 65


(14)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Letak dan luas kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian …. 23

2. Komposisi dan jumlah penduduk di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ………. 24

3. Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ………. 24

4. Jenis dan bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong

dan Tanggeung ……….. 26

5. Modal rata-rata industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong

dan Tanggeung ……….. 34

6. Jumlah tenaga kerja industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……….. 37

7. Sistem upah industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ………. 38

8. Jenis bahan baku yang digunakan oleh industri kayu rakyat di

Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………... 42

9. Bentuk bahan baku yang digunakan pada industri kayu rakyat

di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………... 42

10. Cara pembelian dan pembayaran bahan baku industri kayu

rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……… 49

11. Kapasitas produksi industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……….. 51

12. Waktu produksi industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong

dan Tanggeung ……….. 52

13. Jenis produk yang dihasilkan oleh industri kayu rakyat di

Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………... 53

14. Harga jual rata-rata bahan baku palet ……… 55

15. Harga jual rat-rata perkakas kayu bangunan ………. 56

16. Harga jual produk mebel di Kecamatan Cibinong dan


(15)

vi

 

17. Harga jual produk palet di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ………. 58

18. Harga jual produk kusen di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ………. 58

19. Tujuan penjualan produk industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……….. 59

20. Keuntungan produk industri kayu rakyat di Kecamatan


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ……….. 31

2. Sumber perolehan modal industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……… 35

3. Kondisi tempat usaha industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……… 40

4. Skema pengadaan bahan baku industri kayu rakyat ………... 45

5. Asal bahan baku kayu industri kayu rakyat di Kecamatan


(17)

viii

 

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Nama dan alamat industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………... 69

2. Modal dan sumber modal industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……….. 70

3. Modal rata-rata untuk setiap industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………... 70

4. Kondisi dan lokasi tempat usaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……….. 72

5. Asal bahan baku baku industri kayu rakyat yang digunakan di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………...

73

6. Harga beli bahan baku ………... 74

7. Harga jual produk hasil olahan ………. 75

8. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk bahan baku palet di Kecamatan Cibinong ……… 77

9. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk bahan baku palet di Kecamatan Tanggeung …………. 78

10. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk balok di Kecamatan Cibinong ………... 79

11. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk balok di Kecamatan Tanggeug ………. 80

12. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk kaso di Kecamatan Cibinong ………... 81

13. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk kaso di Kecamatan Tanggeug ………. 82

14. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk papan di Kecamatan Tanggeug ………. 83

15. Contoh perhitungan keuntungan untuk produk palet di Kecamatan Pagelaran ………


(18)

16. Contoh perhitungan keuntungan untuk produk palet di

Kecamatan Tanggeung ……….. 85

17. Contoh perhitungan keuntungan untuk produk mebel ………. 86


(19)

 

 

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luasan hutan alam di Indonesia setiap tahun kini semakin berkurang. Pasokan kayu dari hutan alam untuk kebutuhan industri dan masyarakat mengalami penurunan dan tidak akan mampu lagi berfungsi sebagai pemasok utama kebutuhan industri. Kekurangan pasokan kayu dari hutan alam di masa depan, diharapkan berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Rakyat (HR) dan perkebunan.

Hutan rakyat sebagai salah satu alternatif pemasok kayu, memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan, guna memenuhi kebutuhan permintaan pasar lokal dan industri. Pengusahaan hutan rakyat, saat ini masih bersifat tradisional, sehingga pengusahaan hutan rakyat, mencakup kegiatan: produksi, industri, pemasaran dan kelembagaan belum dilaksanakan secara optimal. Untuk mengoptimalkan kebutuhan pasar akan kayu rakyat, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan sektor industri kayu rakyat.

Industri merupakan salah satu sektor sasaran pembangunan. Sektor industri dapat memberikan keuntungan yang besar bagi pembangunan. Hal ini terbukti dari proses industrialisasi, sejak dicanangkannya program Pembangunan Lima Tahun (PELITA) pada tahun 1969 di Indonesia, dimana produk industri berkontribusi besar pada pembentukan angka Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 20,96 persen dibandingkan dengan sektor pertanian. Selama masih ada keinginan manusia untuk merubah industri tradisional menjadi industri moderen, maka sektor industri akan tetap berkembang dan kontribusi industri akan terus dapat dipertahankan hingga masa yang akan datang (Departemen Perindustrian 1982). Begitu pun juga dengan industri di sektor kehutanan, khususnya industri kayu rakyat, diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi masyarakat.

Industri kayu rakyat memiliki peran penting dalam pengembangan ekonomi, terutama pengembangan ekonomi pedesaan. Industri kayu rakyat tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan nilai kayu, akan tetapi dapat menciptakan lapangan


(20)

 

pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Manfaat lain dengan adanya industri kayu rakyat diharapkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dalam perdagangan kayu rakyat, industri kayu rakyat memegang peran sebagai penyerap hasil kayu rakyat, yang dihasilkan oleh petani dan sebagai penyedia bahan baku yang dapat di konsumsi langsung oleh masyarakat.

Cianjur Selatan salah satu wilayah yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai industri kayu rakyat. Berdasarkan data dari dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) Cianjur Selatan tahun 2008, sedikitnya terdapat 5 kecamatan yang memiliki potensi kayu rakyat terbesar yaitu Kecamatan Cibinong, Tanggeung, Leles, Agrabinta dan Kecamatan Sukanagara. Akan tetapi keberadaan potensi ini sedikit di lirik oleh sebagian kalangan masyarakat Cianjur. Masyarakat Cianjur lebih tertarik kepada industri agrowisata, kerajian rumah tangga dan perdagangan. Hal ini dapat dimengerti mengingat penyebaran penduduk Cianjur lebih terpusat di daerah perkotaan yaitu daerah Cianjur Utara dan Cianjur Tegah. Sementara Cianjur Selatan memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit. Dengan demikian pengembangan potensi ekonomi kecamatan di wilayah selatan mengalami kendala untuk dikembangkan, antara lain karena penduduknya masih jarang dan terpencar sehingga secara ekonomis pengembangan industri kayu rakyat dianggap kurang menguntungkan. Terjadinya kesenjangan penyebaran peduduk secara geografis dimungkinkan berkaitan dengan faktor daya tarik wilayah dengan aspek ekonomi serta tempat tinggal yang memadai (http://cianjurkab.go.id/). Industri kayu rakyat di Cianjur Selatan perlu dikembangkan agar dapat meningkatkan perekonomian rakyat dan pendapatan daerah.

Mengingat sangat pentingnya peran industri kayu rakyat bagi masyarakat, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan industri kayu rakyat di suatu daerah, agar dapat tercipta suatu kondisi pengusahaan hutan rakyat yang berazaskan kelestarian.

1.2 Perumusan Masalah

Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rusmawan (1993) tentang Peta Industri Kayu Rakyat di Jalur Bogor-Jasinga, industri kayu rakyat tergolong


(21)

 

 

ke dalam industri kecil. Industri kecil ini pada umumnya memiliki ciri-ciri: (1) Pola kegiatan yang tidak teratur baik dari segi waktu, pemodalan dan penerimaan; (2) Kurang tersentuhnya peraturan pemerintah; (3) Modal peralatan, perlengkapan dan pendapatan umumnya kecil; (4) Umumnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang berpendapatan rendah; (5) Tidak membutuhkan keahlian atau keterampilan khusus; (6) Jumlah tenaga kerja yang sedikit dan umumnya berasal dari keluarga dan (7) Tidak mengenal sistem perbankkan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan.

Industri kayu rakyat memiliki beberapa masalah, masalah tersebut diantaranya adalah pemodalan, bahan baku, pemasaran dan persaingan pasar. Modal merupakan penghalang utama industri kecil khususnya industri kayu rakyat untuk mengembangkan usaha. Modal menentukan besar kecilnya dan jenis industri kayu rakyat yang diusahakan. Keterbatasan modal dapat berakibat pada tersendatnya proses produksi produk dan keberlangsungan usaha, mengingat mahalnya harga bahan baku yang harus dibeli. Industri kayu rakyat membutuhkan modal yang sangat besar dan sayangnya masih sedikit para pengusaha yang memanfaatkan fasilitas kredit dari bank. Dewasa ini jumlah industri kayu rakyat yang menggunakan modal sendiri lebih banyak dibandingkan dengan modal pinjaman, kondisi ini kurang menguntungkan bagi perkembangan industri. Masih ada sedikitnya pengusaha kayu rakyat yang memanfaatkan fasilitas kredit dari bank, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan para pengusaha, dalam hal syarat-syarat yang dibutuhkan dalam proses kredit. Modal menentukan jenis industri yang dikembangkan contohnya industri penggergajian membutuhkan modal lebih besar dibandingkan dengan industri mebel, karena pada industri penggergajian membutuhkan modal besar untuk pembelian mesin gergaji, yang harganya relatif mahal.

Permasalahan dari sisi bahan baku adalah mengenai kontinuitas sediaan bahan baku. Bahan baku merupakan faktor penting karena dengan tidak adanya bahan baku maka setiap perusahaan tidak dapat menjalankan produksinya. Ketersediaan bahan baku sangat bergantung kepada volume produksi, jenis bahan baku yang digunakan serta lokasi pembelian. Permintaan akan kayu hasil industri kayu rakyat semakin meningkat, sehingga diperlukan bahan baku yang lebih


(22)

 

banyak. Sementara luasan hutan rakyat masih sangat terbatas, mengingat lahan yang digunakan untuk areal hutan adalah lahan milik, akibatnya jika tidak dikelola secara lestari maka bahan baku pun menjadi sulit diperoleh. Kesulitan memperoleh bahan baku dapat meningkatkan harga jual bahan baku kayu sehingga pemilik usaha membutuhkan modal besar untuk memiliki bahan baku. Minimya pengetahuan petani tentang informasi mengenai potensi dan kualitas bahan baku menjadi kendala tersendiri bagi industri kayu rakyat, hal ini penting untuk memenuhi persyaratan mutu bahan baku. Jika persyaratan mutu bahan baku telah terpenuhi oleh suatu wilayah tertentu, berarti peluang untuk mengembangkan industri akan sangat besar. Lokasi pembelian bahan baku yang jauh dari lokasi industri dapat menimbulkan besarnya biaya angkut dan harga bahan baku. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku, membuat industri harus mematok harga jual tinggi. Faktor lain yang sangat penting terkait dengan bahan baku adalah kegiatan produksi, kegiatan ini sangat berpengaruh terhadap jenis sortimen dan rendemen yang dihasilkan. Untuk menghasilkan sortimen dengan rendemen besar, agar limbah yang terbuang sedikit, diperlukan keahlian khusus dalam pemotongan sortimen supaya dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi. Kendala yang dihadapi saat ini adalah keahlian dan pemahaman yang kurang tentang ini.

Banyaknya industri rakyat yang bermunculan menimbulkan semakin ketatnya persaingan. Persaingan tidak hanya terjadi antara sesama industri kayu rakyat, tetapi juga dengan industri besar. Persaingan dengan industri besar umumnya masih bisa diatasi karena biasanya berada jauh di luar kota. Persaingan besar terjadi antara sesama industri kayu rakyat, terlebih lagi dengan banyak munculnya pengusaha-pengusaha kayu rakyat “dadakan”. Persaingan tersebut dalam hal pengadaan bahan baku, kualitas produk yang dihasilkan dan persaingan dalam mencari peluang pasar.

Banyaknya masalah yang dihadapi oleh industri kayu rakyat tersebut dapat berakibat pada berkurangnya jumlah output yang dihasilkan, dengan kata lain pendapatan dan kesejahteraan masyarakat akan berkurang.


(23)

 

 

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memberikan gambaran mengenai karakteristik industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung.

2. Mengetahui margin keuntungan industri menurut sortimen dan waktu.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak-pihak yang terkait meliputi :

1. Instansi yang terkait dengan industri kayu rakyat dalam mengambil kebijakan-kebijakan perekonomian industri kayu rakyat.

2. Pengusaha kayu rakyat dalam mengembangkan usahanya. 3. Investor yang ingin berinvestasi pada sektor industri kayu rakyat.

4. Bagi penulis mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama ini.

5. Bagi peneliti dan pemerhati yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai industri kayu rakyat dan hal lain yang berhubungan dengan industri kayu rakyat.

1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah industri kayu rakyat di wilayah Cianjur Selatan, yaitu industri kayu rakyat meliputi: industri pengergajian, mebel, kusen, palet dan industri jasa penggergajian yang terdapat di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong.

Penelitian ini tidak memberikan gambaran semua faktor yang mempengaruhi industri kayu rakyat, akan tetapi hanya menggambarkan beberapa faktor yang dianggap dominan berdasarkan landasan teori, penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan dan ketersediaan data. Beberapa faktor yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah karakteristik industri kayu rakyat meliputi: jenis dan bentuk industri, permodalan, ketenagakerjaan, kontinuitas bahan baku industri (jenis, jumlah, bentuk, cara pembelian/penjualan, asal bahan baku), kontinuitas


(24)

 

produksi (kapasitas produksi, alat produksi, waktu produksi, jumlah produk, hasil produk, harga jual dan tujuan penjualan) dan margin keuntungan.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Rakyat

2.1.1 Definisi Hutan Rakyat

Hutan merupakan masyarakat tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon yang mempunyai keadaan lingkugan yang berbeda dengan kedaan di luar hutan dan membentuk suatu ekosistem. Undang-Undang Pokok kehutanan No.5 tahun 1967, membagi hutan menjadi dua yaitu hutan negara dan hutan milik. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani atas hak milik, sedangkan hutan milik adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani atas hak.

Pengertian hutan tersebut merupakan dasar bagi pendefinisian hutan rakyat selanjutnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.P.03/MENHUT-V/2004 dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.49/Kpts-II/1997, hutan rakyat dapat didefinisikan sebagai berikut : Menurut Peraturan Mentri Kehutanan No.P.03/MENHUT-V/2004 lampiran satu bagian lima tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, pengertian hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani atas hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 hektar, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50 % . Sedangkan Menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.49/Kpts-II/1997 tentang Pendanaan dan Usaha Hutan Rakyat, pengertian hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan atau jenis lainnya lebih dari 50 % serta tanaman sebanyak minimal 500 tanaman tiap hektar.

Pengertian hutan rakyat di atas, meskipun kuat secara hukum akan tetapi dalam kenyataannya, pengertian tentang hutan rakyat sendiri dapat berbeda-beda, hal ini tergantung kepada lawas yang diberikan terhadap batasan hutan rakyat. Secara umum hutan rakyat merupakan hutan yang tumbuh diatas lahan milik. Berhubungan dengan hal tersebut di atas Balai Informasi Pertanian (BIP) dalam Setiawan (1995), menyebutkan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat (dibebani hak), baik secara perseorangan, kelompok maupun suatu


(26)

badan hukum. Kemudian ditambahkan pula bahwa hutan rakyat adalah hutan buatan, bukan hutan alam dan berada di luar kawasan hutan negara.

Definisi lain pun mulai bermunculan, seiring dengan perkembangan hutan rakyat selama ini. Terdapat definisi yang menyebutkan bahwa, hutan rakyat adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat, hampir seluruhnya berada di atas tanah milikatau tanah adat, meskipun ada pula yang berada di atas tanah negara atau kawasan hutan negara. Ada beberapa macam hutan rakyat menurut status tanahnya, diantaranya: a). Hutan milik, yakni hutan rakyat yang dibangun di atas tanah-tanah milik. Merupakan model hutan rakyat yang paling umum, terutama di Pulau Jawa. Luasnya bervariasi mulai dari seperempat hektar atau kurang, sampai sedemikian luas sehingga bisa menutupi seluruh desa dan bahkan melebihinya. b). Hutan adat atau dalam bentuk lain hutan desa adalah hutan-hutan rakyat yang dibangun di atas tanah komunal, biasanya juga dikelola untuk tujuan-tujuan bersama atau untuk kepentingan komunitas setempat. c). Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan rakyat yang dibangun di atas lahan-lahan milik negara, khususnya di atas kawasan hutan negara. Hak pengelolaan atas bidang kawasan hutan diberikan kepada sekelompok warga masyarakat, biasanya berbentuk kelompok tani hutan atau koperasi. Model HKm jarang disebut sebagai hutan rakyat dan umumnya dianggap terpisah (Anonim 2009).

Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan, tidak ketinggalan untuk mendefinisikan hutan rakyat, seperti yang tertuang dalam Winarno (2008), pengertian hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungan yang kepemilikannya berada pada rakyat. Secara lebih spesifik, Winarno (2008) pun mendefinisikan pengertian hutan rakyat di luar jawa, menurut beliau hutan rakyat adalah lahan yang dimiliki rakyat dan di luar konsesi tersebut, dibebani hak milik atau hak lainnya, termasuk hutan produksi yang dapat dikonversi untuk dikelola secara intensif dan didominasi oleh tanaman kayu-kayuan yang dikerjakan secara perorangan, kelompok atau badan hukum.


(27)

9

 

Keragaman definisi hutan rakyat yang ada selama ini, tidak mempengaruhi tujuan utama dari hutan rakyat yaitu untuk menghasilkan kayu rakyat. Hasil utama dari hutan rakyat tersebut sering dijadikan kajian. Kayu rakyat sendiri merupakan komoditas ekonomi yang berasal dari hutan rakyat, berupa pepohonan berkayu yang ditanam penduduk. Kayu rakyat dibatasi pada bentuk pemanfaatan sebagai kayu berdiri, kayu bulat dan kayu gergajian (Setiadi 2002).

2.1.2 Karakteristik Hutan Rakyat

Penelitian mengenai karakteristik hutan rakyat, dewasa ini semakin berkembang hal ini sejalan degan kebutuhan akan konsumsi kayu yang semakin meningkat.

Menurut Winarno (2008), secara umum terdapat beberapa karakteristik hutan rakyat antara lain :

1) Luas lahan rata-rata yang dikuasai sempit.

2) Pada umumnya petani berlahan sempit menanam kayu-kayuan dengan tanaman lainnya dengan pola tumpangsari, campuran agroforestry, sedangkan petani berlahan luas yang komersil memungkinkan pengembangan hutan rakyat dengan sistem monokultur.

3) Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. 4) Skala usaha kecil

5) Kontinuitas dan mutu kayu kurang terjamin.

6) Beragamnya jenis tanaman dengan daur yang tidak menentu.

7) Kayu dalam hutan rakyat tidak diposisikan sebagai andalan pendapatan rumah tangga petani tetapi dilihat sebagai ”tabungan” yang segera dapat dijual pada saat dibutuhkan.

8) Teknik silvikultur sederhana dan memungkinkan pengembangan dengan biaya rendah, meskipun hasilnya kurang optimal. Namun kontinuitas hasil dalam horizon waktu dan penyebaran resiko menjadi pilihan petani.

9) Keputusan pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat seringkali merupakan pilihan terakhir apabila pilihan lainnya tidak memungkinkan.


(28)

10) Kayu tidak memberikan hasil cepat, bukan merupakan komoditi konsumsi sehari-hari, membutuhkan waktu lama sehingga pendapatan dari kayu rakyat merupakan pendapatan sampingan dalam pendapatan rumah tangga petani.

11) Usaha hutan rakyat merupakan usaha yang tidak pernah besar tetapi tidak pernah mati.

12) Instansi dan organisasi yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat cukup banyak tetapi tidak ada satupun yang bertanggung jawab penuh atas kelangsungan hutan rakyat.

13) Perundangan, kebijakan, tata nilai, tata prilaku dan sebagainya belum optimal mendukung pengembangan hutan rakyat.

Karakteristik hutan rakyat menurut Winarno merupakan karakteristik hutan rakyat yang umum digunakan untuk mengenal hutan rakyat. Karakteristik hutan rakyat juga dapat ditinjau dari cara pengelolaannya, hal ini dapat dilihat dari hasil kajian yang dilakukan oleh Martin et al (2003) dalam Winarno (2008) mengenai status perkembangan hutan rakyat di Propinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Martin mengungkapkan bahwa terdapat 3 (tiga) pola pengelolaan hutan rakyat yang berkembang di Sumatera Selatan yaitu : (a) Hutan rakyat tradisional yaitu hutan rakyat yang dikembangkan secara turun-temurun oleh beberapa kelompok masyarakat asli di Sumatera Selatan, seperti kebun bambang dan benuaran durian di Kabupaten Lahat, kebun duku di Kabupaten OKI, OKU, Lahat, Muara Enim dan MUBA. Ciri utama hutan rakyat tradisional adalah menggunakan jenis tanaman dan teknik budidaya yang diwariskan turun menurun; (b) Hutan rakyat komersial yaitu hutan rakyat yang berkembang karena adanya komersialisasi jenis atau termotivasi oleh gambaran keuntungan yang akan di dapat pada masa panen, misalnya hutan rakyat jati yang tersebar di Kabupaten OKI, Musi Rawas dan Lahat. Ciri utama hutan rakyat komersial adalah menggunakan jenis tanaman preferensi pemilik lahan dan dengan teknik budidaya yang intensif; (c) Hutan rakyat kemitraan merupakan pola hutan rakyat yang dikembangkan atau diinisiasi oleh suatu badan usaha kehutanan. Masyarakat pemilik lahan hanya menyediakan areal yang diperuntukkan untuk pembangunan hutan rakyat. Sementara perusahaan (mitra) menyiapkan pendanaan, jenis tanaman dan teknik budidaya.


(29)

11

 

Karakteristik hutan rakyat selain dapat ditinjau dari cara pengelolaannya juga dapat dilihat dari tipe pola tanamnya. Tipe hutan rakyat menurut Anonim (2009) terdiri dari tiga yaitu: a) Tipe Pekarangan, sistem pengaturan tanaman yang terang dan baik, serta biasanya berada di sekitar rumah; b) Talun, mempunyai ukuran yang sedikit luas, penanaman pohon sedikit rapat; c) Kebun campuran, cenderung lebih homogen dengan satu jenis tanaman pokok dan berbagai jenis tanaman herba.

Keberagaman karakteristik tersebut dapat lebih memperkaya kemajuan hutan rakyat. Dengan mengkaji karakter-karakter tersebut di atas, selanjutnya karakteristik hutan rakyat dapat disimpulkan sebagai berikut:

Hutan rakyat di Jawa mempunyai karakteristik yang berbeda baik dari segi budidaya maupun status kepemilikannya dibandingkan dengan di luar Jawa. Budidaya dan manajemen pengelolaan hutan rakyat di Jawa relatif lebih intensif dan lebih baik dibandingkan dengan luar Jawa. Disamping itu juga status kepemilikan lahan dengan tata-batas yang lebih jelas serta luas lahan yang sangat sempit dan kondisi-kondisi lain seperti pasar, informasi dan aksesibilitas yang relatif lebih baik (Darusman & Hardjanto 2006).

2.1.3 Peranan Hutan Rakyat

Hutan rakyat dikenal juga dengan istilah “Farm Forestry”. Huran rakyat ada yang bersifat substansi dan komersial, hal ini bergantung kepada tujuan yang ingin dicapai. Keberadaan hutan rakyat ini adalah untuk merangsang usaha tani kayu (Tree farming), di tengah masyarakat substansi dalam rangka meningkatkan manfaat bagi masyarakat (Awang 2004).

Dalam meningkatkan manfaat bagi masyarakat, hutan rakyat memiliki banyak peran. Peran tersebut sama halnya dengan peran hutan pada umumnya, yaitu: Penyediaan lapangan kerja, sumber kayu dan hasil hutan lainnya serta pelindung tanah dari bahaya erosi. Selanjutnya dalam Lembaga Penelitian IPB (1986) dijelaskan pula bahwa, peran hutan rakyat bagi masyarakat adalah :

1) Meningkatkan pendapatan masyarakat


(30)

3) Meningkatkan produksi kayu bakar

4) Menyediakan bahan baku industri dan bangunan 5) Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis

6) Menghasilkan hasil hutan lainnya (Buah-buahan, umbi-umbian, obat-obatan, sayuran dan pakan ternak)

2.2 Industri Kayu Rakyat

2.2.1 Pengertian Industri Kayu Rakyat

Industri merupakan suatu usaha yang melakukan kegiatan mengubah bahan mentah menjadi barang jadi/setengah jadi atau kegiatan mengubah barang yang kurang bernilai menjadi barang yang bernilai tinggi (Dewi 2008). Pengertian industri tersebut, merupakan pengertian industri secara sederhana. Secara lengkap Badan Pusat Statistik (1984), menyebutkan industri sebagai suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tetentu dan melakukan kegiatan untuk mengubah barang-barang, baik secara mekanis atau tidak, menjadi produk baru yang sifatnya lebih dekat dengan konsumen akhir.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, industri kayu rakyat dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang melakukan kegiatan mengubah kayu rakyat menjadi barang jadi/setengah jadi baik secara mekanis atau tidak, untuk menjadi suatu barang yang bernilai. Salah satu jenis industri kayu rakyat yang dapat diusahakan adalah industri penggergajian.

Penggergajian merupakan proses konversi paling primitive dibandingkan dengan konversi lain, yaitu industri plywood. Industri Penggergajian adalah suatu kegiatan yang merubah log kayu rakyat menjadi kayu gergajian seperti balok, papan dan kaso (Rusnawan 1993).

2.2.2 Pengelompokan Industri

Industri di Indonesia secara umum dapat dikelompokan berdasarkan jumlah tenaga kerja, cara pengolahan, modal dan hasil serta pemasaran produknya. Pengelompokan tersebut dapat dirincikan sebagai berikut :


(31)

13

 

Industri menurut Badan Pusat Statistik dalam Dewi (2008). Jika dilihat dari jumlah tenaga kerja yang aktif dapat dikelompokan menjadi empat kelompok yakni :

1) Industri Besar

Industri besar adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja berjumlah lebih dari 100 orang tenaga kerja.

2) Industri Sedang/Menengah

Industri sedang/menengah adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja berjumlah antara 20-100 orang tenaga kerja.

3) Industri Kecil

Industri kecil adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang tenaga kerja.

4) Industri Kerajinan

Industri kerajinan adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang tenaga kerja.

Badan Pusat Statistik dalam Dewi (2008), selanjutnya menambahkan bahwa jika dilihat dari cara pengolahannya, industri dapat dikelompokan ke dalam dua jenis industri, yaitu industri migas dan nonmigas. Industri migas terdiri dari industri pengilangan minyak dan gas bumi serta industri gas alam cair. Industri nonmigas teridiri dari :

1) Industri makanan, minuman dan tembakau 2) Industri tekstil, barang kulit dan alas kaki 3) Industri kayu dan hasil hutan lainnya 4) Industri kertas dan barang cetakan 5) Industri pupuk, kimia dan karet

6) Industri semen dan barang galian bukan logam 7) Industri logam dasar besi dan baja

8) Indutri alat angkutan, mesin dan peralatan

Industri berdasarkan modal dan hasil yang dimiliki, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 6 terdiri dari:


(32)

1) Usaha Mikro

a. Memiliki kekayaan paling banyak Rp.50.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,-. 2) Usaha Kecil

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000-Rp.500.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000-Rp.2.500.000.000.

3) Usaha Menengah

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000-Rp.10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp.2.500.000.000-Rp.50.000.000.000.

Berdasarkan pemasaran produk, industri terdiri dari (Departemen Perindustrian 1982) :

1) Industri penghasil produk bagi industri menengah dan besar 2) Industri penghasil barang-barang jadi untuk pasaran umum

3) Industri yang membuat barang-barang bercitra seni, umumnya di lingkungan pariwisata

4) Industri pedesaan yang memberi jasa dan membuat barang untuk pasaran terbatas di wilayah pedesaan

2.2.3 Ekonomi Pengolahan Kayu Rakyat

Industri kayu rakyat memegang peran penting dalam kegiatan perdagangan kayu rakyat. Hal ini dikarenakan industri kayu rakyat berfungsi sebagai pembeli kayu rakyat pada tingkat kedua dan juga sebagai penyedian bahan baku kayu rakyat atau bahan jadi yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen (Rusmawan 1993).

Kemajuan di bidang industri secara global menyebabkan peningkatan industri kayu rakyat. Permintaan akan produk kayu rakyat dari hari-kehari kian meningkat. Berdasarkan ekonomi mikro kayu rakyat telah memiliki daya guna


(33)

15

 

tinggi sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen (Sudarsono 1995). Adanya permintaan tesebut diiringi dengan adanya suatu penawaran. Penawaran dan permintaan akan produk kayu rakyat dapat membentuk harga produk kayu rakyat, yang selanjutnya dapat menciptakan pasar.

Menurut Hardjanto (2003), permintaan industri kayu rakyat dapat berasal dari pasar lokal, industri menengah dan industri besar.

Permintaan pasar akan kayu rakyat bagi industri, dapat digunakan sebagai acuan dalam merencanakan produksi atau penyediaan barang. Dalam perencanaan tersebut, seorang pengusaha harus dapat memprediksikan biaya-biaya yang dibutuhkan, untuk memenuhi permintaan konsumen agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal (Sudarsono 1995). Permintaan pasar ini dipengaruhi oleh struktur pasar yang berlaku. Untuk dapat memaksimalkan keuntungan, maka perlu diketahui struktur pasar dalam pembentukan harga, komponen-komponen biaya dan pendapatan, serta marginal keuntungan. Penjelasan mengenai komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :

1) Definisi Pasar dan Harga

Pasar adalah kelompok individual (perorangan maupun organisasi) yang memiliki permintaan terhadap barang tertentu, berdaya beli dan berniat merealisasikan pembelian tersebut (Budiarto 1993).

Menurut Hanafiah dan Saefudin dalam Setiadi (2002), secara umum pasar dapat dikatakan sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Pengertian ini mengandung arti bahwa yang dimaksudkan dengan pasar disini adalah suatu tempat atau daerah yang didalamnya terdapat kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang saling bertemu untuk menentukan suatu harga. Akan tetapi jika ditinjau dari segi barang, maka pasar merupakan “tempat” bertemunya permintaan dan penawaran. Pemberian tanda petik pada kata tempat dimaksudkan untuk menghilangkan penafsiran konsep pasar secara fisik, sebab yang terpenting bagi teori ekonomi mikro dan bahkan manfaat ekonomi pada umumnya adalah interaksi antara permintaan dan penawaran barang tersebut. Pasar disini merupakan kompenen perilaku individu-individu yang membutuhkan barang dan perilaku individu/perusahaan yang menyediakan barang (Sudarsono 1995).


(34)

Sedangkan menurut Nurrochmat (2008), pasar merupakan pembeli dan pembeli potensial, yakni orang atau sekelompok orang yang memiliki, keinginan, kemampuan, kewenangan, dan kemauan untuk membeli barang atau jasa tertentu.

Pasar memiliki kekuatan untuk menciptakan harga. Harga suatu barang dalam pasar adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Melalui harga, para konsumen menunjukan jenis, mutu barang, jumlah barang yang mereka kehendaki dan bersedia membayarnya degan memperhatikan jasa yang diterima. Produsen maupun perantara memberi perhatian pada harga, bukan karena harga menentukan volume penjualan dan marge saja, tetapi juga karena harga menentukan pengeluaran usahanya (Setiadi 2002). Harga merupakan pertukaran atas manfaat produk (baik bagi konsumen maupun produsen) yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter. Harga terbentuk dari kompetensi produk untuk memenuhi tujuan dua pihak produsen dan konsumen. Produsen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat keuntungan di atas biaya produksinya. Konsumen memandang harga sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhannya dan keinginannya (misal hemat, prestis, syarat pembayaran) (Budiarto 1993).

Menurut Kotler dalam Setiadi (2002), Harga adalah satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan. Dapat juga dikatakan bahwa harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh pelanggan yang diinginkan.

2) Struktur Pasar

Struktur pasar didefinisikan sebagai karakteristik organisasi suatu pasar yang menentukan hubungan saling keterkaitan antara penjual satu sama lain, hubungan antara pembeli dengan penjual, serta hubungan antara penjual di pasar dengan penjual potensial yang akan masuk pasar (Hasyim 1994).

Struktur pasar pun memiliki pengertian penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri (Anonim 2005). Struktur pasar dapat ditentukan oleh beberapa aspek yaitu: Number and


(35)

17

 

size of the buyers and sellers of the product (banyak atau tidaknya penjual dan pembeli suatu produk), the type of product bought and sold (homogeneous, differentiated) (jenis produk yang diperjualbelikan), the degree of mobility of resources (firms and input can enter or exit the market) (tingkat mobilitas sumber, akses keluar masuk pasar), the degree of knowledge that economic agents have prices and cost (tingkat pengetahuan agen ekonomi terhadap harga dan biaya), demand and supply conditions (kondisi permintaan dan penawaran) (Peterus 2008).

Struktur pasar dapat dikaji lebih lanjut dengan cara memahami jenis struktur pasar yang ada dilapangan. Secara umum struktur pasar dibagi menjadi dua yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna. Pasar persaingan tidak sempurna meliputi: pasar monopoli, pasar monopsoni, pasar monopolistik dan pasar oligopoli (Hasyim 1994). Jenis-jenis pasar tersebut memiliki ciri yang berbeda, seperti yang dijelaskan dala uraian di bawah ini.

Pasar persaingan sempurna memiliki ciri: Pembeli dan penjual banyak (Pembeli dan penjual tidak dapat menentukan harga), bebas keluar masuk bagi pengusaha, pengetahuan pembeli dan penjual mengenai pasar relatif sempurna (Putong 2003).

Pasar persaingan tidak sempurna memiliki banyak ciri-ciri yang berbeda tergantung jenis pasarnya. Pasar monopoli memiliki ciri: perusahaan memiliki sumber daya ekslusif (lain dari yang lain), terdiri dari satu penjual, adanya skala ekonomis, kebijakan pemerintah haya memperbolehkan monopoli pada barang-barang yang menguntungkan pemerintah. Pasar monopolistik memiliki ciri: terdapat banyak penjual dipasar, barang yang diproduksi dan diperjualkan berbeda corak, perusahaan tidak memiliki kekuatan penuh untuk menentukan harga, mudah keluar masuk pasar, kegiatan promosi merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha. Pasar oligopoli merupakan pasar yang terdiri atas beberapa penjual, dalam pasar ini biasanya terdapat dua kondisi usaha, yaitu adanya perbedaan penetapan harga dan jumlah produksi dari masing-masing perusahaan dapat berupa kesepakatan dan tanpa kesepakatan (Putong 2003).


(36)

3) Biaya

Biaya dalam pengertian ekonomi adalah suatu beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar siap digunakan oleh konsumen. Teori mengenai biaya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tradisional dan biaya kontemporer. Biaya tradisonal menganalisis biaya dalam kerangka waktu yang berbeda, yaitu waktu jangka panjang dan jangka pendek (Sudarsono 1995).

Biaya menurut waktu jangka pendek dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost = FC) adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan, bahkan jika produksi tidak berjalan biaya ini harus tetap dibayar dalam jumlah yang sama. Biaya variabel (variable cost = VC) adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yng dihasilkan. Semakin besar kuantitas produk, maka biaya variabel akan semakin besar, yaitu akan banyak membeli bahan baku dan menambah besar biaya eksploitasinya (Sudarsono 1995).

Biaya total (total cost = TC) merupakan segala biaya yaitu biaya tetap dan variabel yang harus dikeluarkan dalam rangka operasional perusahaan, jadi TC = FC + VC. Biaya tetap rata-rata (average fixed cost = AFC), yaitu rata-rata biaya tetap sehubungan dengan produksi per unit barang oleh perusahaan. Makin besar produksinya, maka makin kecil AFC-nya. Jadi AFC = FC/Q. Biaya variabel rata-rata (average variable cost = AVC), yaitu rata-rata biaya berubah sehubungan dengan hasil produksi dari faktor produksi yang digunakan. Jadi AVC = VC/Q. Biaya rata-rata (average cost = AC), yaitu rata-rata biaya total yang dikeluarkan baik yang bersifat tetap atau berubah (AC = AFC + AVC). Marginal cost (MC), merupakan tambahan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari bertambahnya faktor produksi dan dalam rangka untuk menambah unit produksi (MC = ∆TC/∆Q) (Putong 2003).

4) Pendapatan

Pendapatan adalah penerimaan total dari penjualan hasil produksi sebelum dikurangi dengan biaya produksi. Besarnya pendapatan yang diperoleh dari suatu proses produksi tergantung pada dua hal yaitu jumlah barang yng dihasilkan dan harga satuan barang yang di produksi (Indrawati 2009). Hal tersebut berbeda dengan pengertian pendapatan yang diutarakan oleh Rahim dan Hastuti (2009),


(37)

19

 

menurut mereka, pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai produksi komoditi pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi

Menurut Sumarta dalam Indrawati (2009), besarnya pendapatan dari pengusahaan hutan rakyat, belum merupakan indikator bagi besarnya keuntungan yang diperoleh karena masih tergantung kepada besar kecilnya ongkos produksi yang dikeluarkan. Besarnya keuntungan pendapatan tergantung kepada faktor lokasi (ekonomi), kesuburan tanah, cara pembinaan, jenis tanaman dan harga hasil produk.

5) Keuntungan

Secara teori keuntungan maksimum merupakan selisih antara penerimaan total (total revenue/TR) dengan biaya total (total cost/TC), yang terbesar. Keuntungan ini dapat tercapai pada saat biaya marginal sama dengan pendapatan marginal (Bilas 1984).

Menurut Kardiah dalan Indrawati (2009), pada perhitungan keuntungan, arus pendapatan dan biaya yang akan datang sebuah proyek perlu dirumuskan dengan menggunakan suatu ukuran yang sama, yaitu dengan cara mendiskontokannya dengan suku bunga.

2.2.4 Manfaat Industri Kayu Rakyat

Pembangunan industri kayu rakyat merupakan syarat mutlak, untuk meningkatkan nilai kayu rakyat, terutama log. Menurut Tandiono (1982) dalam Rusmawan (1993), kegiatan industri kayu rakyat memberikan manfaat yang sangat berarti diantaranya :

1) Meningkatkan penerimaan daerah dan devisa Negara. 2) Meningkatkan nilai tambah bahan baku log.

3) Meningkatkan pendapatan masyarakat. 4) Memungkinkan usaha dengan efisiensi tinggi.


(38)

 

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada tanggal 13 Juli sampai dengan 13 Agustus 2009, dengan daerah penelitian di Kabupaten Cianjur tepatnya di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong.

3.2 Alat dan Objek Kajian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat tulis, kamera, tape recorder, komputer, alat hitung dan softwaremicrosoft excel.

Penelitian dilakukan terhadap industri kayu rakyat meliputi industi mebel, penggergajian, palet, kusen dan industri jasa penggergajian, yang terdapat disepanjang jalur pemasaran kayu rakyat di daerah Cianjur Selatan khususnya Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pengambilan contoh lokasi dan tahap pengambilan contoh responden.

Pengambilan contoh lokasi dilakukan secara purposive sampling yaitu memilih daerah yang dinilai sesuai dengan kasus yang diteliti. Untuk Kecamatan Tanggeung dari 12 desa yang ada, diambil 5 desa, yaitu Desa Sirnajaya, Kertajaya, Bojongpetir, Margaluyu dan Desa Tanggeung. Sedangkan untuk wilayah Kecamatan Cibinong, dari 13 desa, diambil 3 desa, yaitu Desa Cikangkareng, Desa Pamoyanan dan Desa Sukamekar. Industri kayu rakyat yang dipilih adalah industri yang memiliki kriteria : letak dekat dari pasar, letak dekat dengan sumber bahan baku, ketersediaan fasilitas industri dan pengangkutan lengkap, memiliki tenaga kerja yang cukup, kontinuitas produk stabil, memiliki pangsa pasar luas dan volume industri besar.

Pengambilan contoh responden dilakukan secara menyeluruh pada semua responden di lokasi yang telah ditentukan. Responden adalah para pemilik industri atau para pihak yang kompeten dalam bidang industri kayu rakyat,


(39)

21

 

 

dengan jumlah responden yang diambil adalah seluruh industri kayu rakyat yang terdapat dilokasi penelitian.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. 1) Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara mengadakan wawancara terhadap responden terpilih, pengamatan dan pengukuran langsung dilapangan. Data-data yang termasuk ke dalam data primer, meliputi :

a. Jenis dan bentuk industri kayu rakyat.

b. Banyaknya kayu yang di beli oleh industri kayu rakyat, baik dari pedagang pengumpul maupun dari petani.

c. Jenis, bentuk dan lokasi industri kayu rakyat

d. Harga beli, cara pembelian dan cara pembayaran kayu oleh industri kayu rakyat.

e. Jenis, bentuk, ukuran dan jumlah kayu yang dijual oleh industri kayu rakyat serta tujuanya.

f. Harga jual, cara penjualan dan cara pembayaran yang diterima oleh industri kayu rakyat.

2) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, internet dan studi literatur. Instansi terkait dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, Pemerintah Daerah Kecamatan Tanggeung dan Cibinong serta Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) Kabupaten Cianjur wilayah selatan. Data yang diperlukan, yaitu :

a. Letak dan keadaan umum lokasi penelitian b. Data sosial ekonomi wilayah penelitian. c. Data statistik industri kayu rakyat d. Data Penunjang lainnya


(40)

 

3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif 1) Analisis Kualitatif

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan data-data yang tidak dapat dihitung, yakni data karakteristik industri kayu rakyat seperti: Jenis dan bentuk usaha, jenis dan bentuk produk, lokasi, cara pembeliaan, cara pembayaran, tujuan penjualan kayu, dan karakteristik industri lainnya yang tidak dapat dinyatakan dalam angka. Penjabaran data dilakukan secara deskriftif.

2) Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui margin keuntungan industri kayu rakyat. Margin keuntungan industri ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Astana 2005):

Dimana :

: Margin Keuntungan (Rp/m3)

: Harga penjualan kayu hasil olahan (Rp/m3)


(41)

 

 

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas

Kecamatan Cibinong dan Tanggeung, merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Cianjur bagian selatan. Letak dan luas kedua kecamatan tersebut dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Letak dan luas kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian

No Kecamatan Luas Ketinggian Jarak Pusat Pemerintahan (km)

(km2) mdpl 1 2 3

1 Cibinong 225.33 800 36 92 154

2 Tanggeung 114.15 1,200 11 84 146

Sumber : Data monografi kecamatan 2008 dan (http://cianjurkab.go.id/)

Keterangan :

1 : Jarak dari desa/kelurahan terjauh ke kecamatan 2 : Jarak kecamatan dari ibu kota kabupaten 3 : Jarak kecamatan dari ibu kota provinsi

4.2 Sarana dan Prasarana

Kecamatan lokasi penelitian dihubungkan dengan jalan darat. Jalan ini mempunyai arti penting bagi kelancaran perekonomian dan komunikasi masyarakat. Sarana jalan darat yang terdapat di lokasi penelitian ini adalah jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan desa.

Kondisi jalan yang ada pada setiap kecamatan berbeda. Kondisi jalan di Kecamatan Tanggeung sudah cukup memadai bagi pemasaran produk industri kayu rakyat. Sedangkan kondisi jalan di Kecamatan Cibinong masih kurang memadai bagi pemasaran produk industri kayu rakyat.

Sarana angkut yang biasa digunakan untuk pengangkutan bahan baku dan produk industri kayu rakyat adalah truk. Dengan kapasitas muat 10 m3 untuk bahan baku dan 12 m3 untuk produk hasil olahan.


(42)

 

4.3 Kodisi Industri Kayu Rakyat

Jenis industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong pada umumnya adalah industri kecil dan menengah yaitu industri penggergajian, mebel, palet dan industri bahan bangunan. Hingga saat ini industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong masih dalam tahap pengembangan dan untuk data statistik mengenai industri kayu rakyat masih belum tercatat secara rapih. Pendataan mengenai industri kayu rakyat ini diagendakan akhir tahun 2009.

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi

Komposisi dan jumlah penduduk yang berada di lokasi penelitian, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi dan jumlah penduduk di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung

Komposisi Jumlah penduduk (kk/orang)

Kecamatan Cibinong Kecamatan Tanggeung

Kepala Keluarga 19,012 13,909

Perempuan 30,049 24,164

Laki-Laki 31.161 13,911

Jumlah Penduduk 61.210 38,075

Sumber : Data monografi kecamatan 2008 dan (http://cianjurkab.go.id/)

Tingkat pendidikan penduduk yang berada di lokasi penelitian, dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

Kecamatan Cibinong Kecamatan Tanggeung

Tamatan :

Perguruan Tinggi 524 215

Akademisi/sederajat - 517

SLTA 2,610 793

SLTP 6,071 1332

SD 17,736 2115

Tidak Tamat SD 1,082 111

Tidak Sekolah - 121


(43)

25 

 

 

Jika dilihat dari komposisi penduduk, jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong masih tergolong cukup rendah, hal ini dapat di lihat pada Tabel 3. Sebagian besar penduduk adalah tamatan sekolah dasar (SD). Dengan tingkat pendidikan rendah, peluang penduduk yang menganggur akan lebih besar, maka perlu diciptakan lapangan pekerjaan yang dapat menampung masyarakat tanpa meperhatikan keahlian khusus. Dengan adanya industri kayu rakyat maka akan membantu masyarakat dalam penyediaan lapangan pekerjaan.

Sebagian besar penduduk di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong bermatapencaharian sebagai petani dan sisanya adalah pegawai negeri sipil (PNS), pedagang, pengrajin, buruh dan swasta. Pertanian memegang peranan yang penting dalam perekonomian masyarakat setempat, karena iklim dan tanah yang sangat mendukung untuk pertanian. Pertanian di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong dibagi kedalam dua jenis berdasarkan lahan yaitu pertanian lahan darat dan lahan basah. Pada pertanian lahan basah komoditi yang ditanam adalah padi, kacang tanah dan kacang kedelai. Sedangkan pada pertanian lahan kering komoditi yang ditanam adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, buah-buahan dan kayu-kayuan ( kayu rakyat).


(44)

5.1 Karakteristik Industri Kayu Rakyat 5.1.1 Jenis Dan Bentuk Industri

Jenis dan bentuk industri kayu rakyat dapat dipengaruhi oleh jenis produk yang dihasilkan, modal, kepemilikan dan perizinan. Berdasarkan survei industri kayu rakyat yang dilakukan di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung, dapat diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis dan bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung

No Kecamatan Nama Industri Jenis Industri Bentuk Industri

1

Cibinong

Apih Sadili Penggergajian Perseorangan

2 Sawargi Penggergajian Perseorangan

3 Sumber Karya Abadi Penggergajian Perseroan Terbatas

4 Tunggal Maju Mebel Perseorangan

5 Ukim Penggergajian Perseorangan

6 Sinar Mulya Jasa Penggergajian Perseorangan

7

Tanggeung

Mahoni Jaya Abadi Penggergajian Persekutuan Komanditer

8 H. Faridnudin Penggergajian Perseorangan

9 Tiga Berlian Penggergajian Persekutuan Komanditer

10 Saprudin Mebel Perseorangan

11 Surya Mebeul Mebel Perseorangan

12 Cipta Karya Mandiri Mebel Perseroan Terbatas

13 Sukawangi Penggergajian Perseorangan

14 Mumus Kusen Perseorangan

15 Karya Palet Palet Perseorangan

16 Ikbal Jaya Jasa Penggergajian Perseorangan

17 Sumpena Kusen Perseorangan

18 Hamid Penggergajian Perseorangan

 

Berdasarkan Tabel 4, secara umum jenis industri yang berada di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung terdiri dari lima jenis industri yaitu industri penggergajian, industri mebel, industri jasa penggergajian, industri palet dan


(45)

27 

   

industri kusen. Kecamatan Cibinong memiliki tiga jenis industri yang dikembangkan yaitu industri penggergajian, industri mebel dan industri jasa penggergajian. Dimana industri penggergajian terdiri dari empat buah, industri mebel satu buah dan industri jasa penggergajian satu buah. Industri-industri kayu rakyat yang diperoleh tersebar di tiga desa dari tigabelas desa yang ada yakni Desa Sukamekar, Cikangkareng dan Pamoyanan.

Sedangkan jenis industri kayu rakyat yang dikembangkan di Kecamatan Tanggeung, terdiri dari lima jenis yaitu industri penggergajian, industri mebel, industri palet, industri jasa penggergajian dan industri kusen. Dimana industri penggergajian terdapat lima buah, jasa penggergajian satu buah, mebel tiga buah, palet satu buah dan industri kusen dua buah. Industri ini tersebar di lima desa dari dua belas desa yang ada yakni Desa Sirnajaya, Margaluyu, Bojongpetir, Kertajaya dan Tanggeung. Penjelasan mengenai industri-industri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Industri Penggergajian

Industri penggergajian merupakan industri yang melakukan konversi kayu pertama dari log menjadi kayu gergajian, yang siap dikonsumsi oleh masyarakat. Industri penggergajian ini merupakan industri yang paling banyak terdapat di lokasi penelitian yaitu empat industri di Kecamatan Cibinong dan lima industri di Kecamatan Tanggeung. Hal ini dikarenakan gergajian merupakan kegiatan yang sangat sederhana, jika dibandingkan dengan mebel meskipun sebetulnya membutuhkan modal yang sangat besar dan keahlian khusus dalam menggergaji. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT), industri penggergajian yang terdapat di Kecamatan Cibinong lebih sedikit dibandingkan dengan di Kecamatan Tanggeung, hal ini terbukti dilapangan. Penyebab sedikitnya industri penggergajian yang terdapat di Kecamatan Cibinong adalah dikarenakan lokasi yang tidak strategis yaitu berada di dataran tinggi, akses menuju lokasi cukup sulit dengan sarana jalan angkut yang kurang memadai, sehingga menyebabkan ongkos angkut yang tinggi, padahal Kecamatan Cibinong memiliki potensi kayu rakyat yang sangat besar jika dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 1021.21 ha, sementara


(46)

Kecamatan Tanggeung hanya 428.9 ha, Kecamatan Tanggeung lebih mengembangkan pertanian basah dibandingkan kering (hutan rakyat). Kondisi Industri di Kecamatan Tanggeung sangat berbeda dari Kecamatan Cibinong. Kecamatan Tanggeung memiliki banyak industri kayu rakyat, hal ini dikarenakan Tanggeung merupakan tempat strategis untuk pengumpulan bahan baku kayu di wilayah selatan Cianjur. Kecamatan Tanggeung berada ditengah-tengah kabupaten, sehingga akses pemasaran kayu menjadi relatife mudah.

Kegiatan yang dilakukan pada industri penggergajian di dua lokasi penelitian, secara umum adalah pembelahan dan pemotongan. Secara sitematis proses pekerjaan tersebut meliputi merubah log menjadi balok, mengerat balok menjadi papan-papan dan memotong papan sehingga menjadi kayu gergajian dengan ukuran dan kualitas tertentu (sortimen). Akan tetapi kegiatan secara sistematis ini hanya dilakukan oleh industri-industri kayu rakyat yang besar dan benar-benar memperhatikan ukuran dan kualitas kayu. Sementara untuk industri kayu rakyat yang kecil mereka tidak memperhatikan hal tersebut, log langsung dipotong menjadi bentuk papan, tanpa dirubah menjadi balok terlebih dahulu. Industri penggergajian banyak memberikan manfaat yaitu dapat mengurangi ongkos-ogkos pengangkutan, meningkatkan kualitas dan nilai kayu, menyediakan lapangan kerja dan menambah keterampilan.

b. Industri Mebel

Industri mebel adalah industri yang melakukan perubahan bentuk dari kayu gergajian menjadi barang mebel seperti lemari, kursi, tempat tidur, meja dan lain-lain. Industri ini disebut juga sebagai industri sekunder, karena industri mebel adalah industri yang memanfaatkan hasil produk dari industri primer (penggergajian). Industri ini sangat sedikit sekali ditemukan di lapangan. Industri mebel yang ditemukan hanya empat buah yaitu satu buah di Kecamatan Cibinong dan tiga buah di Kecamatan Tanggeung. Sedikitnya industri mebel ini boleh jadi karena kelangkaan papan bahan baku mebel, mengingat hasil produk utama industri penggergajian yang berada di lokasi penelitian adalah papan bahan baku palet. Bahan baku mebel harus diperoleh dari luar kecamatan seperti Agrabinta dan Pagelaran.


(47)

29 

   

Secara umum kegiatan industri mebel ini adalah merubah bahan baku papan (sortimen kayu), menjadi produk-produk mebel, dimulai dengan pembuatan pola produk, pengukiran produk dan perakitan produk. Setelah produk selesai dirakit dilakukan finishing berupa dempul, amplas, pernis, plitur dan pemasangan asesoris mebel seperti engsel, kaca dan kunci hingga menjadi produk mebel yang utuh. Jika dilihat dari proses pembentukanya, industri ini lebih rumit dibandingkan dengan industri penggergajian.

c. Industri Jasa Penggergajian

Industri jasa penggergajian merupakan industri yang melakukan penyewaan alat penggergajian. Jika mengacu pada definisi industri, jasa penggergajian ini juga melakukan kegiatan industri, karena mereka melakukan konversi kayu dari log menjadi kayu gergajian yang siap pakai, hanya saja mereka tidak melakukan transaksi pembelian bahan baku dan penjualan bahan baku. Mereka hanya melakukan peminjaman/pemberian jasa penggergajian berupa alat dan tenaga kerja penggergaji, sementara bahan baku disediakan oleh konsumen. Industri ini hanya terdapat satu buah, di masing-masing kecamatan. Jasa penggergajian ini lebih diperuntukan bagi masyarakat sekitar, biasanya masyarakat yang memiliki potensi kayu rakyat, untuk memenuhi kebutuhan akan kayu gergajian, masyarakat lebih memilih jasa ini, daripada harus membeli kayu gergajian yang telah jadi, hal ini dikarenakan, biaya yang dikeluarkan akan sangat mahal. Keuntungan memiliki jasa penggergajian yaitu tidak terlalu membutuhkan modal yang besar dan resiko kerugian yang ditanggung akan kecil meskipun laba yang diperoleh tidak seberapa/kecil.

d. Industri Palet

Palet merupakan susunan dari papan-papan bahan baku palet, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan dan pengangkutan barang seperti peti buah, peti telur, dudukan keramik dan dudukan batu bata. Industri palet merupakan usaha yang melakukan pengolahan dari bahan baku palet menjai palet yang siap pakai. Industri palet yang ditemui dilapangan sebanyak dua buah yaitu di Kecamatan Tanggeung dan di Kecamatan Pagelaran.


(48)

Industri palet di Kecamatan Tanggeung berada di wilayah Desa Tanggeung, sedangkan untuk industri palet yang di Kecamatan Pagelaran terdapat di wilayah Desa Pagelaran. Sebetulnya Industri palet yang berada di daerah Pagelaran ini, tepat berada di perbatasan antara Kecamatan Tanggeung dan Pagelaran. Industri palet ini sendiri jarang ditemukan di lokasi penelitian mengingat, industri yang ada banyak bergerak dibidang pembuatan bahan baku palet. Bahan baku palet yang dihasilkan lansung dipasarkan ke wilayah yang berada di luar kabupaten, kota dan provinsi. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produknya, industri palet yang berada diwilayah penelitian, menggunakan bahan baku palet apkiran (tidak lulus pasar/reject). Alasan lain mengapa industri palet sedikit adalah karena pasar lebih menginginkan, membeli bahan baku dan mengolahnya sendiri, dibandingkan dengan membeli barang jadi.

e. Industri Kusen

Industri kusen merupakan industri yang bergerak dibidang bahan baku kayu bangunan. Industri kusen yang diperoleh terdiri dari dua industri dan kedua industri tersebut berada di wilayah Kecamatan Tangeung tepatnya di Desa Sirna Jaya dan Desa Bojongpetir. Dalam menjalankan kegiatannya industri kusen sangat bergantung kepada industri penggergajian. Industri kusen ini hampir mirip dengan industri mebel dan merupakan konsumen dari industri penggergajian, hanya saja industri kusen ini lebih bergerak pada bidang perkakas bangunan.

Pada lima jenis industri tersebut industri penggergajian umumnya mempunyai jumlah produksi yang relatife lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah produksi industri kayu rakyat lainnya, hal ini dikarenakan industri penggergajian memiliki kecepatan produksi yang yang lebih besar.

Jenis-jenis industri kayu rakyat pada Tabel 4, memiliki bentuk usaha yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bergantung kepada motif masing-masing pengusaha dalam melakukan kegiatan usahanya. Pada lokasi penelitian terdapat tiga bentuk industri kayu rakyat yang ditemukan, yaitu Perseorangan, Perseroaan Terbatas (PT) dan Persekutuan Komanditer (CV). Jumlah bentuk industri tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.


(49)

31 

   

Gambar 1 Bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung.

Berdasarkan Gambar 1, dari kedelapan belas industri yang ditemukan, dua industri berbentuk perseroan terbatas (PT), dua industri berbentuk persekutuan komanditer (CV) dan empat belas industri berbentuk perseorangan. Untuk Kecamatan Cibinong dari enam industri yang ditemukan, satu industri berbentuk perseroan terbatas (PT) dan sisanya lima industri berbentuk perseorangan. Sementara untuk di Kecamatan Tanggeung, dari dua belas industri yang ditemukan, dua diantaranya berbentuk persekutuan komanditer (CV), satu berbentuk perseroan terbatas (PT) dan sembilan berbentuk perseorangan.

Bentuk industri yang paling banyak terdapat di kedua lokasi penelitian adalah perseorangan. Hal ini dapat dimengerti mengingat industri perseorangan merupakan badan usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Pembutannya pun tergolong gampang, individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tententu. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya. Memang pada umumnya industri yang berada di kedua lokasi ini bermodal kecil, memiliki keterbatasan jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi berteknologi sederhana. Selain karena alasan diatas, para pengusaha industri kayu rakyat di lokasi penelitian lebih memilih bentuk industri perseorangan karena, bentuk industri ini banyak memberikan keuntungan kepada para pengusaha, mereka bebas mengatur segala sesuatunya sesuai dengan kehendak sendiri. Industri perseorangan yang ditemukan di lokasi penelitian memiliki ciri-ciri sebagai berikut: relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan, tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi, tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi berupa biaya pembuatan usaha, seluruh


(50)

keuntungan dinikmati sendiri, sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri, keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan yang lebih besar, jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup, sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan (diwariskan).

Persekutuan komanditer (CV), bentuk usaha yang sedikit diminati oleh para pengusaha, karena dibutuhkan modal yang besar. Persekutuan komanditer merupakan suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda diantara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara aktif, yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja tanpa harus melibatkan harta pribadi. Yang aktif mengurus perusahaan CV disebut sekutu aktif, dan yang hanya menyetor modal disebut sekutu pasif. Ciri dan sifat perusahaan berbentuk CV, yang ditemukan dilapangan adalah sulit untuk menarik modal yang telah disetor, modal besar karena didirikan banyak pihak, mudah mendapatkan kredit pinjaman, ada anggota aktif yang memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada yang pasif tinggal menunggu keuntungan, relatif mudah untuk didirikan.

Berbeda dengan perseroan terbatas. Perseroan terbatas, merupakan organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada didalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya. Modal PT terdiri dari beberapa saham. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, maka perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan


(51)

33 

   

tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas. Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perusahaan tersebut.

Sedikitnya bentuk industri ini mengingat, pembentukannya membutuhkan birokrasi yang panjang dan para pengusaha berasumsi bahwa, semakin panjang birokrasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Industri yang berbentuk ini adalah industri yang memiliki modal besar dengan skala usaha yang besar.

Perbedaan mendasar dari ketiga bentuk tersebut adalah dari kepemilikan usaha, modal yang dimiliki dan proses perizinannya.

Dengan demikian jika dikaji berdasarkan jenis dan bentuknya, maka industri kayu rakyat yang terdapat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung umumnya adalah jenis industri penggergajian yang memiliki bentuk usaha perseorangan.

5.1.2 Modal Dan Sumber Modal

Modal dapat dikatakan sebagai korbanan sumberdaya ekonomi untuk melaksanakan suatu kegiatan usaha, yang diharapkan akan dapat mendatangkan manfaat dan keuntungan (Nugroho 2008). Modal tersebut dapat berupa benda-benda modal dan uang. Benda–benda-benda modal adalah semua alat-alat produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi sebagai contoh: bangunan, mesin, dan alat angkut. Modal berbentuk uang adalah uang yang dimiliki seseorang atau sebuah badan usaha, guna kelestarian produksi. Pada sub bab ini yang akan dibahas adalah modal dalam bentuk uang. Untuk mendirikan suatu industri kayu rakyat dibutuhkan modal seperti yang terdapat pada Tabel 5.


(52)

Tabel 5 Modal rata-rata industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung

No Jenis Industri Jumlah Modal Awal

Industri Rata-rata (Rp)

1 Penggergajian 9 67,000,000

2 Mebel 4 60,000,000

3 Kusen 2 15,000,000

4 Palet 1 20,000,000

5 Jasa Penggergajian 2 25,000,000

Modal merupakan pengahalang utama industri kayu rakyat untuk mengembangkan usahanya. Modal yang dimiliki dapat menentukan besar kecilnya jenis industri kayu rakyat yang diusahakan. Keterbatasan modal dapat berakibat pada tersendatnya proses produksi dan keberlangsungan usaha, mengingat mahalnya harga bahan baku yag harus dibeli. Berdasarkan hasil penelitian untuk membangun sebuah industri kayu rakyat di lokasi penelitian dibutuhkan modal awal kurang lebih sebagai berikut: industri penggergajian Rp.67.000.000; industri meubel Rp.60.000.000; industri kusen Rp.15.000.000; industri palet Rp.20.000.000 dan jasa penggergajian Rp.25.000.000. Dalam industri penggergajian besarnya modal tersebut adalah untuk pembelian band saw, bahan baku, pendirian bangunan untuk lokasi penggergajian dan izin usaha, begitupun dengan industri lain, besarnya modal tersebut dipergunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan industri.

Jika dikaji berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, pasal 6 tentang industri mikro, kecil dan menengah, maka kelima jenis industri yang terdapat di lokasi penelitian tidak memenuhi kriteria syarat industri sebagaimana mestinya. Menurut undang-undang tersebut industri kecil merupakan industri yang sedikitnya memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, sementara kekayaan/modal yang dimiliki industri tersebut diatas, sudah termasuk dengan tanah dan bangunan tempat usaha.

Besarnya modal yang dipergunakan dalam industri tersebut, dapat berasal dari modal pribadi, pinjaman melalui bank ataupun non-bank. Sumber modal yang


(1)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2009

Anita Hafsari Rufaidah E14050716


(2)

Judul Skripsi : Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung)

Nama : Anita Hafsari Rufaidah

Nrp : E14050716

       

Menyetujui: Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS NIP. 19550606 198103 1 008

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001


(3)

Judul Skripsi : Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung)

Nama : Anita Hafsari Rufaidah

Nrp : E14050716

       

Menyetujui: Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS NIP. 19550606 198103 1 008

Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 19611126 198601 1 001


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung). Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua, kakak, adik dan keluarga besar KH. A. Zuhro, atas air mata, harapan, semangat, motivasi, tenaga dan kasih sayang yang diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku dosen penguji atas bimbingan, doa dan nasehat yang selalu diberikan, selama penulis menyelesaikan skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS selaku dosen penguji dari Departemen Hasil

Hutan atas masukan yang telah diberikan.

4. Dr. Ir. Yanto Santosa DEA selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, atas masukan yang telah diberikan. 5. Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar M.Agr selaku dosen penguji dari Departemen

Silvikultur, atas masukan yang telah diberikan.

6. Dr. Ir. Bahruni, MS dan Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS atas masukan, arahan dan motivasi yang selalu diberikan.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakutas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, atas ilmu yang telah diberikan, semoga dapat menjadi berkah dan bermanfaat untuk kita semua.

8. Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) Kabupaten Cianjur atas segala bantuan dan bimbingannya dilapangan.

9. Pemerintah Kabupaten Cianjur terutama Pemerintah Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong atas kesempatan yang telah diberikan untuk melaksanakan penelitian.

10. Tim Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan (AJMP) dan Komisi Pendidikan Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor atas fasilitas dan pelayanan yang telah diberikan.

11. Azam Maulana atas perhatian, pegertian, motivasi dan kesabarannya sehingga semua dapat berjalan sesuai dengan harapan.


(5)

13. Keluarga besar Bapak Obar dan keluarga besar Bapak Kidi Nursidi atas bantuannya sehingga kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar.

14. Teman seperjuangan: Anne Ratnanigrum, Septi Widiyanti dan Achmad Rafiqul Umam atas kerjasama, bantuan dan dukungannya, semoga persahabatan kita akan tetap terjaga.

15. Keluarga besar Departemen Manajemen Hutan angkatan 42 atas persahabatan, bantuan dan dukungannya.

Serta para pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis haturkan banyak terimakasih. Akhir kata semoga Alloh SWT dapat membalasnya dengan pahala yang belipat ganda di kemudian hari.


(6)

i

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana kehutanan di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Tulisan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada industri kayu rakyat, yang berada di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung selama satu bulan. Penelitian ini berjudul Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung), bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik industri kayu rakyat, ditinjau dari jenis dan bentuk, permodalan, ketenagakerjaan, kontinuitas bahan baku dan kontinuitas produksi serta margin keuntungan industri pengolahan kayu rakyat menurut sortimen dan waktu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, namun demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan industri kayu rakyat. Selain itu diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan tentang hutan rakyat.

Bogor, Oktober 2009 Penulis