Kesimpulan dan Rekomendasi

7. Kesimpulan dan Rekomendasi

Metode yang diterapkan merupakan perpaduan antara metode inventarisasi tegakan hutan, yaitu IHMB, dengan metode pengukuran karbon yang dikembangkan sebelumnya oleh GIZ MRPP. Metode tersebut relatif mudah walaupun memerlukan pelatihan sebelumnya, khususnya mengenai pengukuran sumber karbon selain pohon. Sebagian besar kendala yang dihadapi regu inventarisasi selama di lapangan adalah akses yang cukup sulit karena plot yang cukup jauh dan medan yang berat. Hal ini memperkuat usulan penerapan metode cluster untuk efisiensi selama inventarisasi di areal yang cukup luas seperti tingkat KPH atau kabupaten.

Kegiatan inventarisasi karbon dan hutan yang dilakukan di KPH Kapuas Hulu direncanakan untuk seluruh kawasan KPH. Namun karena keterbatasan waktu, pengukuran plot lainnya akan dilakukan pada tahun depan. Disain awal kegiatan inventarisasi adalah untuk mencapai tingkat kesalahan atau uncertainty sebesar 10% dengan jumlah total 177 plot yang tersebar di seluruh tipe tutupan lahan (strata). Jumlah total plot yang telah diukur adalah sebanyak 58 plot, karena itu tingkat kesalahan yang diinginkan dalam pendugaan total cadangan karbon di kawasan KPH masih belum sesuai yang direncanakan yaitu sampling error sebesar 10%, tetapi baru mencapai 17%. Walaupun sampling error tersebut masih lebih rendah dibandingkan standar minimal yang ditetapkan dalam SNI pengukuran karbon, yaitu sebesar 20%.

Dari hasil sementara, nilai rata-rata pendugaan cadangan karbon di KPH Kapuas Hulu adalah 170,2 + 29.7 ton karbon per hektar. Rata-rata cadangan karbon tertinggi berada di stratum Hutan Dataran Rendah dengan 213,2 + 47,5ton karbon per hektarnya. Sedangkan tipe tutupan lahan Non Hutan memiliki rata-rata cadangan karbon yang paling rendah dan sampling error paling besar yaitu sebesar 74,6 + 52,9 ton karbon per hektar.

Karena itu disarankan untuk melaksanakan inventarsiasi karbon dan hutan tahap 3 untuk menyelesaikan kegiatan pengukuran cadangan karbon dan potensi tegakan hutan di KPH Kapuas Hulu. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, waktu yang diperlukan untuk persiapan administrasi dan sosialisasi memerlukan waktu antara 1-2 minggu untuk setiap tahap. Karena itu disarankan agar pelaksanaan tahap 3 dapat dilaksanakan selama 2-3 bulan secara simultan sehingga lebih banyak waktu untuk kegiatan pengukuran.

Selain itu, hasil sementara tersebut juga masih dihitung menggunakan persamaan generik yang dikembangkan oleh Brown (1997), belum berdasarkan persamaan alomerik lokal. Diharapkan pada saat implementasi inventarisasi tahap 3 dilaksanakan, persamaan alomerik lokal yang saat ini sedang dikembangkan (menunggu hasil analisa laboratorium) sudah dapat digunakan.

Selain itu beberapa tipe tutupan lahan yang berada di luar kawasan KPH juga perlu dipertimbangkan untuk diukur (table 10). Dengan demikian, setiap tipe tutupan lahan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu diukur dan diketahui nilai rata-rata cadangan karbonnya. Sehingga penghitungan emisi dan penetapan REL di tingkat kabupaten berdasarkan dari hasil pengukuran langsung di lapangan atau sesuai dengan Tier 3.

Asumsi tingkat keragaman (koefisien variasi) dari beberapa strata yang dilakukan sebelum inventarisasi dilaksanakan, cenderung dibawah perkiraan atau underestimate. Hal ini disebabkan karena metode klasifikasi yang dilaksanakan masih belum mampu mengurangi keragaman sesuai Asumsi tingkat keragaman (koefisien variasi) dari beberapa strata yang dilakukan sebelum inventarisasi dilaksanakan, cenderung dibawah perkiraan atau underestimate. Hal ini disebabkan karena metode klasifikasi yang dilaksanakan masih belum mampu mengurangi keragaman sesuai

Tipe Tutupan Lahan Luas (ha)

Bare areas 3833 Wetland

141 Secondary Hill and submontane forest

3853 Lower montane forest

279 Riparian forest

4794 Secondary Riparian forest

620 Tabel 12. Tipe tutupan lahan yang berada di luar kawasan KPH