2.3 Pembiayaan Perumahan Masyarakat Miskin
2.3.1 Masyarakat Miskin
Pada umumnya kemiskinan diukur dengan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara layak Ridlo, 2001:5.
Lebih lanjut, Ridlo 2001:21 menggambarkan bahwa penduduk miskin memiliki kondisi sosial ekonomi yang rendah, termasuk
penyediaan air dan listrik beserta prasarana yang minim bahkan cenderung tidak tersedia. Tingkat pendidikan rendah, berstatus rendah dan
mempunyai struktur keluarga yang tidak menguntungkan. Sar A. Levitan dalam Ridlo 2001:5 mendefinisikan kemiskinan
adalah kekurangan barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak. Karena standar hidup itu berbeda-
beda, maka tidak ada definisi kemiskinan yang diterima secara universal. Secara syar’i kemiskinan dipandang dalam dua bentuk, yakni fakir
dan miskin. Fakir yaitu orang-orang yang sangat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Miskin yaitu orang yang tidak mempunyai penghasilan yang cukup untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari BAZ Kota Padang.
Di Kota Padang, penentuan kriteria masyarakat miskin didasarkan kepada standar BPS Badan Pusat Statistik yang dikeluarkan dalam
rangka pendistribusian dana BLT Bantuan Langsung Tunai. Berikut kriteria rumah tangga miskin versi BPS berupa indikator-indikator yang di
adopsi Pemerintah kota Padang dalam menentukan masyarakat miskin di Kota Padang www.padangkini.com:
1. Lantai rumah dari tanah, bambu atau kayu murahan.
2. Dinding rumah dari bambu, rumbia, kayu kualitas rendah, tembok
tanpa plester.
3. Rumah tidak memiliki fasilitas jamban atau menggunakan jamban
bersama. 4.
Rumah tidak dialiri listrik. 5.
Sumber air minum dari sumur atau mata air tak terlindungi, sungai, air hujan.
6. Bahan bakar memasak dari kayu bakar, batu bara atau minyak tanah.
7. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas.
8. Sumber penghasilan kepala rumah tangga petani dengan luas lahan
0,5 hektar, buruh tani, nelayan, buruh bangunan dan lain-lain dengan penghasilan kurang dari Rp. 600 ribu per bulan.
9. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah, tidak tamat
SD atau hanya SD. 10.
Tidak punya tabungan atau barang dengan nilai jual diatas Rp.500 Ribu seperti ternak, motor, televisi dan lain-lain.
Dalam penggunaan indikator diatas, sebuah rumah tangga termasuk kategori sangat miskin bila memiliki 9-10 kriteria. Kategori
miskin bila memenuhi 6-8 kriteria dan kategori mendekati miskin bila memenuhi 5-6 kriteria.
2.3.2 Pembiayaan Perumahan Masyarakat Miskin di Negara-