BIDANG JAMSARKES Permasalahan

IV. BIDANG JAMSARKES Permasalahan

1. Belum semua bangunan puskesmas/pustu yang rusak pasca gempa

30 September 2009 diperbaiki. Hal ini disebabkan belum ada anggaran untuk membangun/merehabilitasi semua bangunan-bangunan yang rusak. Hanya beberapa bangunan yang telah dibantu pembangunan baru/rehabilitasi baik oleh Bank Mandiri, Batamindo, PNPM, Pemerintah AS maupun dari dana DAK Tahun anggaran 2009 dan 2010.

2. Dari Kegiatan Program Pengawasan Obat dan Makanan pada Seksi Kefarmasia tahun 2011, ditemukan beberapa kendala dilapangan, antara lain:

 Pengelolaan obat di apotek swasta masih belum memenuhi ketentuan Kepmenkes No. 1332 Tahun 2002 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

 Belum berjalannya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 di Apotek serta pada jam buka apotek masih ada yang tidak mempunyai tenaga teknis farmasi dalam memberikan pelayanan obat kepada pasien.

 Masih ditemukan toko obat yang melanggar Kepmenkes No. 1331 Tahun 2002 Tentang Pedagang Eceran Obat, misalnya tidak mempunyai Asisten

Apoteker sebagai penanggung jawab, menjual obat keras dan tidak mempunyai izin.

 Manajemen pengelolaan obat di puskesmas masih ada yang perlu

ditertibkan dan penggunaan obat generik belum mencapai 100%.  Masih ada makanan minuman yang tidak mempunyai label Sertifikat

Pangan Industri Rumah Tangga ( P-IRT) yang beredar di masyarakat.  Masih ditemukan Sertifikat Industri Rumah Tangga Pangan dengan kode

SP-IRT belum ditukar/diganti dengan (P-IRT).  Masih ditemukan toko makanan-minuman / swalayan /distributor menjual

makanan-minuman yang kurang memperhatikan tanggal kadaluarsa dan rusak / tidak layak dikomsumsi ataupun makanan-minuman yang tidak memenuhi syarat / tidak ada izin edar.

3. Pada tahun 2011 pemanfaatan dana Jamkesmas dan Jampersal belum optimal, hal ini dikarenakan keterlambatan keluarnya Perwako yang mengatur tentang pencairan dana Jamkesmas dan Jampersal serta tidak tercatat dengan baik kunjungan peserta Jamkesmas di wilayah puskesmas.

4. Untuk akses dan mutu pelayanan yang telah diberikan di puskesmas masih kurang dari target yaitu 15% yang telah ditetapkan berdasarkan cakupan pelayanan yang telah diberikan dengan jumlah kunjungan selama 1 tahun = 146.805 jiwa (11,26%).

5. Untuk cakupan rujukan di puskesmas tahun 2011 sebanyak 52.900 kasus (36,03%) ini dapat disimpulkan bahwa angka rujukan di Strata I masih sangat tinggi.

6. Masih kurang optimalnya pencatatan dan pelaporan Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Padang serta laporan bulanan yang masih tidak tepat waktu setiap tanggal 5 sehingga terganggunya administrasi pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota Padang.

Pemecahan Masalah :

1. Dinas Kesehatan Kota Padang sudah melakukan usaha perbaikan terhadap bangunan rusak pasca gempa bumi 30 September 2009 baik melalui dana APBD, APBN, DAK maupun bantuan donatur. Proposal untuk minta bantuan perbaikan juga sudah dibuat dan dikirimkan ke Kepmenkes dan lembaga donatur lainnya.

2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelola obat di apotek swasta (APA) yang masih belum memenuhi ketentuan Kepmenkes No. 1332 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Perizinan Apotek, serta melakukan sosialisasai PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Apotek sebagai tempat melakukan pekerjaan kefarmasian terus diupayakan pengelolaan obatnya dilakukan oleh apoteker sebagai penaggung jawab penuh. Setiap mutasi obat harus selalu dipantau oleh apoteker. Pemesanan obat harus menggunakan surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker,untuk menghindari pemesanan obat palsu ( obat yang tidak punya izin edar ). Dari hasil supervisi Seksi Kefarmasian, kurangnya kehadiran apoteker dan asisten apoteker sebagai pelaksana teknis di apotek menyebabkan pengelolaan Apotek sebagai tempat melakukan pekerjaan kefarmasian terus diupayakan pengelolaan obatnya dilakukan oleh apoteker sebagai penaggung jawab penuh. Setiap mutasi obat harus selalu dipantau oleh apoteker. Pemesanan obat harus menggunakan surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker,untuk menghindari pemesanan obat palsu ( obat yang tidak punya izin edar ). Dari hasil supervisi Seksi Kefarmasian, kurangnya kehadiran apoteker dan asisten apoteker sebagai pelaksana teknis di apotek menyebabkan pengelolaan

3. Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab toko obat tidak ada pada jam buka toko obat sehingga pengelolaan toko obat diambil alih oleh pemilik toko obat. Hal ini menyebabkan terjadinya pelanggaran yang tidak sesuai dengan Kepmenkes No. 1331 Tahun 2002 tentang Pedagang Eceran Obat, yaitu pemilik toko obat melayani penjualan obat keras (Obat Daftar G).

Pembinaan dan pengawasan dari Seksi Kefarmasian terutama mendata toko obat yang tidak mempunyai izin operasional dan memberikan peringatan/ teguran pada toko obat yang belum mempunyai izin serta melakukan pelanggaran dalam pengelolaan obat, termasuk menegur Asisten Apoteker penanggung jawabnya, supaya hadir ke toko obat untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian.

4. Upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap & motivasi serta upaya manajerial dengan memberikan tuntunan kepada pemberi pelayanan dalam melakukan praktek pengobatan. Misalnya dengan memberlakukan pedoman pengobatan dasar, daftar obat esensial untuk pemilihan obat, 4. Upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap & motivasi serta upaya manajerial dengan memberikan tuntunan kepada pemberi pelayanan dalam melakukan praktek pengobatan. Misalnya dengan memberlakukan pedoman pengobatan dasar, daftar obat esensial untuk pemilihan obat,

5. Melakukan penyuluhan dan menerbitan Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), bagi industri rumah tangga yang belum mempunyai label tetapi telah memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat & Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.5.1.1640 tanggal 30 April 2003 tentang Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT).

 Melakukan pembinaan dan pengawasan serta menyarankan kepada pengelola industri rumah tangga yang masih memiliki Sertifikat Industri Rumah Tangga Pangan dengan kode SP-IRT agar ditukar/diganti dengan (P- IRT), sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat & Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.5.1.1640 tanggal 30 April 2003 tentang Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT).

 Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana distributor

makanan-minuman yang masih mengedarkan makanan-minuman yang telah kadaluarsa, rusak/tidak layak dikomsumsi ataupun makanan-minuman yang tidak memenuhi syarat / tidak ada izin edar.

 Agar program Jamkesmas dan Jampersal ditingkatkan sosialisasinya bagi lintas program dan lintas sector demi lancar dan validnya pencatatan dan pelaporannya untuk perencanaan dan pemecahan masalah ditahun berikutnya.

 Agar pengelola Jamkesmas dan Jampersal dapat diberikan pelatihan dalam

sistem pelaporan dan pendanaan dengan menggunakan sistem Klaim.

 Agar pengelola program Askes Kemitraan/Jamkesda meningkatkan sosialisasinya bagi lintas program dan lintas sektor demi lancar dan validnya pencatatan dan pelaporannya untuk perencanaan dan pemecahan masalah ditahun berikutnya.

 Agar pelaporan laporan bulanan dan pencairan Klaim tepat waktu setiap bulannya sampai di Dinas Kesehatan Kota Padang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.