Pewilayahan Komoditas Kakao dan Udang Berdasarkan Konsep Sewa Lahan (Land Rent) Pada Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu di Propinsi Sulawesi Tenggara

RINGKASAN
YANI TAUFIK. Pewilayahan Komoditas Kakao dan Udang Berdasarkan Konsep
Sewa Lahan (land Rent) Pada Kawasan Pengembangan Ekonorni Terpadu

di

Propinsi Sulawesi Tenggara (Di bawah bimbingan SYAFRI MANGKUPRAWIRA
sebagai Ketua, BONAR M. SINAGA dan ACHMAD SURYANA sebagai
Anggota).
Disparsitas pertumbuhan ekonomi regional masih merupakan pennasalahan
dalam pertumbuhan ekonomi nasional selana ini. Jika diperhatikan secara lebih
seksama bahwa pertumbuhan ekonomi maupun tingkat kesejahteraan masyarakat di
Kawasan Timur Indonesia masih tertinggal dibanding di Kawasan Barat Indonesia.
Untuk mengurangi disparsitas pertumbuhan ekonomi maupun tingkat kesejahteraan
tersebut maka Pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan melalui Kepres Nomor 89
tahun 1996

yang menetapkan agar

Propinsi di Kawasan Timur Indonesia


menetapkan suatu kawasan pengembangan ekonomi terpadu atau kawasan andalan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis (1) nilai sewa lahan pengusahaan
kakao dan udang pada kawasan pengembangan ekonomi terpadu di Propinsi
Sulawesi Tenggara;

(2)

faktor-faktor yang me~npengaruhinilai sewa lahan

pengusahaan kakao dan udang

(3) dampak perubahan dari faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai sewa lahan bad pengusahaan komoditas kakao dan udang..
Melalui model persamaan simultan dibangun model sewa lahan dengan
menggunakan data yang dikumpulkan dari hasil wawancara dengan petani kakao dan

udang pada lokasi penelitian. Metode pendugaan parameter menggunakan metode 2
SLS dengan prosedur SYSLIN. Sedangkan darnpak perubahan faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai s e w lahan dilakukan dengan berbagai skenario simulasi, yaitu

meningkatkan harga komoditas kakao dan udang, meningkatkan biaya pupuk,
meningkatkan biaya tenaga kerja, meningkatkan biaya panen, meningkatkan ongkos
angkutan, meningkatkan biaya bibit, dan meningkatkan harga komoditi kompetitif
Penelitian dilakukan pada kawasan Bukari yang merupakan

kawasan

pengembangan ekonomi terpadu di Sulawesi Tenggara. Penelitian dilakukan pada
empat kecamatan untuk pengusahaan kakao yaitu, kecamatan Rumbia, Poleang,
Poleang Timur, dan Watubangga, yang masing-masing di wakili oleh satu desa.

-

.

Sedangkan untuk pengusahaan udang dilakukan pada dua kecamatan yaitu,
kecamatan PoIeang dan Poleang Timur, yang juga masing-masing diwakili oleh satu
desa. Penentuan kecamatan dan desa dilakukan dengan metode purposive
berdasarkan pertimbangan sebagai daerah pengahasil utama kakao dan udang di
kawasan Bukari. Pengambilan contoh dilakukan secara acak sederhana pada setiap

desa. Jumlah responden yang dijadikan sampel masing-masing 20 orang petani yang
mengusahakan kakao disetiap desa dan 20 orang petani yang mengusahakan udang
di setiap desa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sewa lahan tertinggi untuk
pengusahaan kakao adalah di kecamatan Poleang, sedangkan untuk pengusahaan
udang di kecamatan Poleang Timur. Kondisi tersebut di tunjang oleh tingkat

produktivitas dan harga jual produk yang rata-rata lebih tinggi pada ke dua
kecamatan tersebut dibanding kecamatan lainnya.
Hasil pendugaan model sewa lahan menunjukkan bahwa dalam persamaan
luas areal kakao dan udang, pengaruh peubah harga tahun sebelumnya, luas areal
tahun sebelumnya dan produktivitas berpengaruh positif terhadap luas areal,
sedangkan harga komoditi kompetitif berpengaruh negatif terhadap luas areal. Luas
areal tahun sebelumnya berpengaruh sangat nyata

terhadap luas areal untuk

pengusahaan kedua jenis komoditas. Persamaan produktivitas menunjukkan bahwa
harga komoditas, harga tahun yang laly dan produMivitas t a b yang lalu
berpengaruh positif terhadap produktivitas kakao maupun udang, sedangkan biaya

produksi, biaya pupuk, dan biaya panen berpengaruh negatif terhadap produktivitas.
Persamaan biaya produksi menunjukkan bahwa, biaya tenaga kerja, biaya pupuk,
biaya panen, dan biaya bibit berpengaruh positif terhadap biaya produksi, sedangkan
luas areal umumnya berpengaruh negatif terhadap biaya produksi. Persamaan biaya
transportasi menunjukkan bahwa, jarak dan ongkos angkutan berpengaruh positif
terhadap biaya transportasi, sedangkan produksi total umumnya berpengaruh negatif
terhadap biaya transportasi.
Hasil analisis simulasi menunjukkan bahwa peningkatan harga kakao
maupun udang akan cukup besar meningkatkan nilai sewa lahan, yaitu rata-rata

11.24 persen untuk pengusahaan kakao dan 13.09 persen untuk pengusahaan udang.
Sedangkan peningkatan ongkos angkutan akan cukup besar menurunkan nilai sewa

lahan pengusahaan kakao maupun udang, yaitu rata-rata 4.92 persen untuk
peng~sahaankakao dan 4.68 persen untuk pengusahaan udang. Peningkatan biaya
pupuk dan biaya bibit akan cukup besar menurunkan nilai sewa lahan pengusahaan
udang, yaitu masing-masing 1.96 persen dan 4.62 persen.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk segera dilakukan perbaikan
sarana transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah, guna menunjang
penyaluran produksi dan sarana produksi petani. Khusus untuk menunjang

pengembangan komoditi udang, disarankan agar sedapat mungkin segera dibuat
pembibitan udang (hatchery) pada

kawasan pengembangan budidaya udang.

Mengingat bibit udang merupakan salah satu komponen penting dalam proses
produksi udang dan sangat menentukan kualitas udang yang dihasilkan petambak.