UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS X SMA.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA
SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS X SMA
Oleh :
Indri Nani Anggrieni Sihaloho
NIM 4123311018
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA
SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS X SMA
Indri Nani Anggrieni Sihaloho
(NIM 4123311018)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui strategi penerapan model
pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematika siswa. (2) Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematika
siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Jenis penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan yang berjumlah 31
orang sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa
pada materi Bentuk Pangkat dan Akar tahun ajaran 2016/2017. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa kemampuan koneksi matematika siswa pada siklus I
belum memenuhi indikator keberhasilan karena persentase banyak siswa yang
memperoleh nilai minimal 70 adalah 19,35% sedangkan indikator keberhasilan
yang ingin dicapai adalah terdapat 80% siswa yang memiliki nilai minimal 70.
Pada siklus II kemampuan koneksi matematika siswa sudah mencapai indikator
keberhasilan yaitu 96,77% siswa sudah mencapai nilai minimal 70. Karena semua
indikator sudah dipenuhi maka kemampuan koneksi matematika siswa dalam
pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa.
Kata kunci : Koneksi, Pembelajaran Berbasis Masalah, Pangkat, Akar
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan rahmatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik sesuai waktu yang direncanakan.
Skripsi ini berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Pada Siswa Kelas X SMA, disusun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Mukhtar,
M.Pd dan Bapak Dr. KMS Amin Fauzi, M.Pd yang telah banyak memberikan
masukan dan saran-saran dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Humuntal
Banjarnahor, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh
Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA
UNIMED yang sudah mendidik dan membantu penulis selama menjalani proses
studi. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. D. Sirait selaku Kepala
Sekolah SMA Santa Maria Medan dan seluruh guru-guru di SMA Santa Maria
Medan yang penuh kasih telah membantu dan mendidik penulis selama
bersekolah hingga sampai tahap penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.
Teristimewa saya sampai terima kasih kepada ayahanda J.O.B Sihaloho (Alm)
dan ibunda R.L.Padang Batanghari, terima kasih yang tak terhingga atas Doa dan
limpahan kasih sayang yang diberikan serta selalu memberikan dukungan spiritual
dan material. Terima kasih juga kepada Abang saya Jadugul Makap Donner
Sihaloho, S.Pd, Aimitokona Epsony Kristian Sihaloho, SH, my the only sister
(edak) Donna Renatha Romauli br. Sihaaan, S.E dan my sweetboy adikku Welly
v
Itakido Nola Sihaloho yang senantiasa memberikan Doa, semangat dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Spesial thanks so much buat
serdadu Ade Yolanda Kaban dan Dicky Paradiba Manalu yang selalu hadir dalam
keadaan terpuruk dan terbahagia dalam hidup penulis. Rekan-rekan seperjuangan
dan terbaik MM’12 Eks A (Rita, Nirma, Wiliater, Martin, Lambok, Delvita,
Dhiena, Mutiara, Damayanti, Jihan, Afwanil, Eka, Husna, Ridho, Leni, Thoibah,
dan Yara). Rekan-rekan matematika angkatan 2010, 2011 dan 2012 atas segala
informasi, bantuan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Teman-teman NHKBP Gedung Johor dan PNR Weyk 4&9 yang selama ini
bersama membangun iman dan kasih dalam persekutuan, yang selalu mendoakan
demi selesainya skripsi ini. Rekan-rekan PPLT Trisakti Pakam‘fke posko’ (Abed,
Andrey, Atika, Ayu, Adel, Desi, Ery, Fika, Henok, Kiki, Maya, Lita, Sarma, Nita,
Mei, Trisna, dan Tami) atas motivasi dan penghiburannya selama 3 bulan
bersama. Rekan-rekan semua yang terkasih, yang mengenal, dan yang mendoakan
penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, rekan SMP dan SMA
yang selalu memberikan motivasi dan dukungan. Biarlah kiranya Tuhan yang
membalaskan segala hal yang telah dicurahkan kepada penulis.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Atas bantuan
dan bimbingan yang telah penulis terima selama ini, penulis berdoa semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan kasihNya bagi kita semua.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembacanya.
Medan,
Penulis
September 2016
Indri Nani Anggrieni Sihaloho
NIM. 4123311018
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN
i
RIWAYAT HIDUP
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Batasan Masalah
10
1.4. Rumusan Masalah
10
1.5. Tujuan Penelitian
10
1.6. Manfaat Penelitian
11
1.7. Defenisi Operasional
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
13
2.1 Kerangka Teoritis
13
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika
13
2.1.2 Model Pembelajaran
15
2.1.2.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah
16
2.1.2.2 Langkah-langkah Proses PBM
19
2.1.2.3 Keunggulan dan Kelemahan Model PBM
21
2.1.2.4 Teori Belajar Yang Melandasi Pendekatan PBM
23
2.1.3 Masalah Dalam Matematika
25
2.1.4 Koneksi Matematika
27
2.1.4.1 Pengertian Koneksi Matematika
27
vii
2.1.4.2 Tujuan dan Jenis Koneksi Matematika
29
2.1.5 Hubungan Model PBM Dengan Meningkatkan Kemampuan
Koneksi Matematika Siswa
31
2.1.6 Materi Pangkat dan Akar
32
2.2 Penelitian Yang Relevan
37
2.3 Kerangka Konseptual
39
2.4 Hipotesis Tindakan
40
BAB III METODE PENELITIAN
41
3.1 Jenis Penelitian
41
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
41
3.3 Subjek dan Objek Penelitian
41
3.3.1. Subjek Penelitian
41
3.3.2. Objek Penelitian
41
3.4 Prosedur Penelitian
42
3.5 Instrumen Penelitian
50
3.5.1 Tes Kemampuan Koneksi Matematika
50
3.5.2 Observasi Proses Pembelajaran
52
3.6 Teknik Analisis Data
53
3.6.1.Analisis Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika
53
3.6.2.Analisis Hasil Observasi
54
3.6.3.Kriteria Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika
54
3.7 Indikator Keberhasilan
55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
56
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
56
4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Siswa
56
4.1.2 Hasil dan Pembahasan Siklus I
62
4.1.2.1 Permasalahan I
62
4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan I
62
4.1.2.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I
64
viii
4.1.2.4 Tahap Observasi I
66
4.1.2.5 Analisis Data I
69
4.1.2.5.1 Analisis Data Tindakan Guru
69
4.1.2.5.2 Analisis Data Hasil Observasi Siswa
71
4.1.2.5.3 Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika I
72
4.1.2.6 Refleksi I
81
4.1.3 Hasil dan Pembahasan Siklus II
83
4.1.3.1 Permasalahan II
83
4.1.3.2 Tahap Perencanaan Tindakan II
84
4.1.3.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan II
86
4.1.3.4 Tahap Observasi II
89
4.1.3.5 Analisis Data II
91
4.1.3.5.1 Analisis Data Tindakan Guru
91
4.1.3.5.2 Analisis Data Hasil Observasi Siswa
93
4.1.3.5.3 Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika II
94
4.1.3.6 Refleksi II
100
4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian
101
4.3 Temuan Penelitian
105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
106
5.1 Kesimpulan
106
5.2 Saran
108
DAFTAR PUSTAKA
109
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal No.1
5
Gambar 1.2 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal No.3
6
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
42
Gambar 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi Matematika
57
Siswa pada Tes Awal
Gambar 4.2 Rata-rata Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Koneksi
matematika I pada Siklus I
Gambar 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi matematika I
75
76
pada Siklus I
Gambar 4.4 Rata-rata Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Koneksi
matematika II pada Siklus II
Gambar 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi matematika II
97
99
pada Siklus II
Gambar 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi matematika
Siswa Tiap Siklus
103
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Hasil Jawaban Siswa dan Kesalahan Siswa Dalam
5
Menjawab Soal
Tabel 1.2 Persentase Kemampuan Koneksi Matematika Siswa
7
Tiap Aspek
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
20
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematika
50
Tabel 3.2 Teknik Penskoran Kemampuan Koneksi Matematika
51
Tabel 3.3 Tingkat Penguasaan Koneksi Matematika Siswa
53
Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes Awal
56
Tabel 4.2 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1
58
Tabel 4.3 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2
59
Tabel 4.4 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3
59
Tabel 4.5 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 4
61
Tabel 4.6 Tingkat Penguasaan Koneksi matematika Siswa Kategori
72
koneksi antar topik matematika
Tabel 4.7 Tingkat Penguasaan Koneksi matematika Siswa Kategori
73
koneksi matematika dengan bidang studi lain
Tabel 4.8 Tingkat Penguasaan Koneksi matematika Siswa Kategori
74
Koneksi Matematika dengan Dunia Nyata
Tabel 4.9 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika I
76
Tabel 4.10 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1
78
Tabel 4.11 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2
79
Tabel 4.12 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3
80
Tabel 4.13 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika Siswa Kategori
94
Koneksi Antar Topik Matematika
Tabel 4.14 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika Siswa Kategori
95
Koneksi Matematika Dengan Bidang Studi Lain
Tabel 4.15 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika Siswa Kategori
Koneksi Matematika Dengan Dunia Nyata
96
xi
Tabel 4.16 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika I
Tabel 4.17 Tingkat Penguasaan Siswa di Setiap Siklus
98
103
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I
112
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II
120
Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa I
128
Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa II
131
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa III
134
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa IV
137
Lampiran 7 Alternatif Penyelesaian LAS
140
Lampiran 8 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi
147
Lampiran 9 Lembar Validitas Tes Kemampuan Awal
148
Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal Siswa
151
Lampiran 11 Tes Kemampuan Awal Siswa
152
Lampiran 12 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Awal Siswa
153
Lampiran 13 Lembar Validitas Tes Kemampuan Koneksi I
155
Lampiran 14 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Koneksi I
158
Lampiran 15 Tes Kemampuan Koneksi Matematika I
159
Lampiran 16 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Koneksi I
160
Lampiran 17 Lembar Validitas Tes Kemampuan Koneksi II
162
Lampiran 18 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi II
165
Lampiran 19 Tes Kemampuan Koneksi Matematika II
166
Lampiran 20 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Koneksi II
167
Lampiran 21 Lembar Observasi Strategi yang Dilakukan Guru Siklus I
169
Lampiran 21 Lembar Observasi Strategi yang Dilakukan Guru Siklus II 172
Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
175
Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
177
Lampiran 23 Hasil Analisis Tes Awal
179
Lampiran 24 Hasil Analisis TKKM I Kategori I
181
Lampiran 25 Hasil Analisis TKKM I Kategori II
183
Lampiran 26 Hasil Analisis TKKM I Kategori III
185
Lampiran 27 Hasil Analisis TKKM I Kategori I, II dan III
187
xiii
Lampiran 28 Hasil Analisis TKKM II Kategori I
189
Lampiran 29 Hasil Analisis TKKM II Kategori II
191
Lampiran 30 Hasil Analisis TKKM II Kategori III
193
Lampiran 31 Hasil Analisis TKKM II Kategori I, II dan III
195
Lampiran 32 Daftar Nama Kelompok Siswa Siklus I dan II
197
Lampiran 33 Jadwal Penelitian
199
Lampiran 34. Dokumentasi Penelitian
200
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya.
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu
kearah kedewasaan dan kematangan. Makna pendidikan memberikan kebebasan
kepada seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi
yang dimiliki.
Menurut Buchori (dalam Trianto, 2011) bahwa “pendidikan yang baik
adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu
profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.” Pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh
karena itu, perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
seharusnya terjadi dan sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan
dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus
dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang
memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas.
Matematika sebagai salah satu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu secara logis
dan sistematis. Seperti yang dikemukakan Abdurrahman (2012) bahwa :
Matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana
untuk memecahkan masalah sehari-hari, sarana mengenal pola
hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan
kreativitas, serta sarana untuk menghasilkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang struktur yang
terorganisasikan. Hal tersebut dimulai dari unsur-unsur yang tidak terdefenisikan,
kemudian pada unsur yang didefenisikan, ke aksioma/postulat, dan berakhir pada
teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarki, terstruktur, logis,
dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai konsep yang
2
paling kompleks. Ada beberapa alasan tentang perlunya belajar dan menguasai
matematika seperti yang dikemukakan oleh Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012)
bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: 1) selalu digunakan
dalam segi kehidupan; 2) semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; 3) merupakan komunikasi yang kuat, jelas dan
singkat; 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai
cara; 5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan; 6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah
yang menantang.
Mengingat pentingnya peranan matematika dalam dunia pendidikan sudah
seharusnya matematika menjadi pelajaran disekolah yang disukai dan diminati
oleh siswa. Tetapi pada kenyataannya banyak siswa yang kurang berminat dan
tidak menyukai pelajaran matematika. Banyak siswa beranggapan bahwa
matematika adalah mata pelajaran yang bergantung pada rumus-rumus, bila tidak
mengetahui rumus maka soal matematika tidak dapat diselesaikan, sehingga siswa
menganggap matematika sangat sulit dibandingkan dengan mata pelajaran lain,
seperti yang dikemukakan oleh Surya (2012), bahwa:
Kenyataan di sekolah hasil belajar matematika rendah karena sebagian
besar siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif,
enggan, takut atau malu untuk mengemukakan pendapat, tidak jarang
siswa merasa kurang mampu dalam mempelajari matematika sebab
matematika dianggap sulit, menakutkan, bahkan sebagian dari mereka ada
yang membencinya sehingga matematika dianggap momok oleh mereka.
Hal ini menyebabkan siswa menjadi takut atau fobia terhadap matematika.
Ketakutan yang muncul dari dalam diri siswa tidak hanya disebabkan oleh
siswa itu sendiri, tetapi juga didukung oleh ketidakmampuan guru
menciptakan situasi dan kondisi yang membawa siswa tertarik pada
matematika.
Mendukung pernyataan di atas, jika melihat kenyataan yang ada disekolah,
matematika masih menjadi hal yang menakutkan bagi siswa. Baik dilihat dari
pelajarannya maupun gurunya yang masih diberi julukan “killer”. Siswa masih
menganggap bahwa matematika itu sulit dan menjadi momok bagi siswa.
Ketakutan siswa tersebut disebabkan oleh banyak hal, salah satunya oleh
ketidakmampuan guru untuk menciptakan suasana belajar yang membuat siswa
tertarik mempelajari matematika.
3
Selain itu, penyebab utama dalam belajar juga dikemukakan oleh Abdurrahman
(2012), bahwa
Penyebab utama masalah belajar (learning problems) adalah faktor
eksternal yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru,
pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar
anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak
tepat.
Berkenaan dengan pendapat diatas, maka dari itu salah satu faktor yang
berpengaruh dalam proses pembelajaran adalah guru. Salah satu tugas guru adalah
mengajar. Mengajar bagi guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi tetapi
menjadi guru juga harus mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan
siswa. Seperti yang diungkapkan Sanjaya (2011) menyatakan bahwa:
Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan
tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mengajar terdapat kegiatan
membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas
perkembangannya, melatih keterampilan baik keterampilan intelektul
maupun keterampilan motorik, membentuk siswa yang memiliki
kemampuan inovatif dan kreatif dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang cocok
dengan minat dan bakat sesuai dengan taraf perkembangan siswa.
Selain guru, faktor lain yang mempengaruhi kualitas belajar siswa adalah
model atau metode yang digunakan guru. Sebagaimana diungkapkan Slameto
(2010) bahwa “metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi
belajar siswa yang tidak baik pula”. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi
kualitas proses pembelajaran diatas tidak mengherankan bahwa siswa dewasa ini
sangat sulit mempelajari matematika. Guru masih banyak yang tidak
memperhatikan bagaimana mengajar yang baik, metode apa yang cocok dipilih
untuk suatu materi tertentu. Banyak guru yang masih mengajarkan suatu pelajaran
khususnya matematika dengan cara konvensional.
Berdasarkan observasi peneliti pada tanggal 1 Februari 2016 mengenai
pembelajaran yang dilakukan guru dikelas dapat dilihat bahwa guru masih
cenderung dengan pembelajaran metode ceramah. Ketika masuk ke kelas, guru
4
melihat keadaan siswa seperti mengecek kehadiran dan tugas-tugas siswa.
Selanjutnya guru langsung memulai materi pelajaran, menjelaskan materi
pelajaran, memberi catatan, memberi contoh soal, dan langsung memberikan soal
latihan pada siswa. Tidak ada variasi dalam model atau metode yang dibawakan,
suasana belajar terlalu monoton, sehingga siswa menjadi bosan, pasif dan kurang
termotivasi untuk belajar khususnya belajar matematika. Hal yang diungkapkan di
atas, mendukung yang dikemukakan oleh Slameto (2010) bahwa:
Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan,
mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani
mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan
kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar
harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada 31 orang siswa
kelas X-1 SMA Swasta Santa Maria Medan pada tanggal 22 Juli 2016 melalui
pembagian angket, diperoleh 10 orang siswa tidak suka matematika, 15 orang
biasa saja, 4 orang siswa suka, dan 2 orang siswa sangat suka pelajaran
matematika. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa siswa kurang tertarik
pada mata pelajaran matematika. Siswa menganggap matematika sulit dan
membosankan. Siswa terpaksa menyukai pelajaran matematika hanya karena
matematika merupakan mata pelajaran wajib disekolah. Siswa rata-rata tidak
melakukan persiapan sebelum memulai pelajaran matematika, kecuali jika ada PR
(pekerjaan
rumah).
Jika
guru
menerangkan
siswa
cenderung
hanya
memperhatikan, mendengarkan dan mencatat apa yang diperintahkan guru. Jarang
siswa mempertanyakan apa yang mereka tidak ketahui dengan alasan takut, malu,
atau menganggap bahwa mereka bisa mempelajari nanti. Suasana belajar monoton
dan membosankan. Guru jarang mengaitkan materi matematika yang dijelaskan
dengan topik materi lain pada matematika. Guru juga jarang mengaitkan konsep
matematika dengan bidang studi lainnya dan dengan kehidupan sehari-hari. Model
pembelajaran yang dilakukan guru masih kurang bervariasi, bahkan konvensional.
Sehingga siswa menjadi pasif dan kurang temotivasi dalam belajar matematika.
5
Mengacu kepada tujuan pembelajaran matematika dalam Standar Isi
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) dan standar pembelajaran matematika
dari NCTM (2000), salah satu kemampuan matematika yang perlu dikuasai dan
dikembangkan adalah kemampuan koneksi matematika. Kemampuan koneksi
matematika penting untuk dikuasai siswa karena dapat mempermudah siswa
dalam belajar, bukan hanya belajar matematika tetapi juga belajar pada bidang
ilmu lain dan dalam kehidupan sehari-hari. Namun masalah yang terjadi adalah
kemampuan koneksi matematika siswa SMA Santa Maria Medan masih rendah.
Siswa belum mampu mengaitkan beberapa representasi yang berbeda dari suatu
konsep matematika serta menggunakan simbol dari konsep matematika untuk
menyelesaikan masalah dalam bidang ilmu lain atau masalah kehidupan seharihari.
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal yang diberikan kepada 31 siswa di
kelas X-1 SMA Santa Maria Medan, menunjukkan bahwa hasil kemampuan awal
siswa masih sangat rendah. Pemberian tes awal kemampuan koneksi matematika
berisi materi prasyarat Bentuk Pangkat dan Akar yaitu perpangkatan SMP. Hasil
jawaban siswa dan kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan koneksi
awal matematika disajikan dalam tabel berikut ini,
Tabel 1.1. Hasil Jawaban Siswa Dan Kesalahan Siswa Dalam Menjawab Soal
Soal
No.
Foto hasil kerja siswa
1
Gambar 1.1. Hasil Jawaban Siswa
Pada Soal No.1
Kesalahan siswa
Siswa tidak menuliskan
informasi yang
diketahui dan yang
ditanyakan dengan
benar.
Siswa tidak memahami
bagaimana
menggunakan kalimat
dan simbol matematika.
Siswa tidak membuat
kesimpulan di akhir
jawaban soal.
Siswa hanya melihat
6
Soal
No.
Foto hasil kerja siswa
Kesalahan siswa
3
Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa
Pada Soal No.3
hasil akhir tanpa
memperhatikan proses
mendapatkan hasil.
Siswa tidak menuliskan
informasi yang diketahui
dan yang ditanyakan
dengan benar.
Siswa kurang mampu
menerjemahkan kalimat
cerita sehari-hari menjadi
kalimat matematika yang
merupakan hasil
pemikirannya sendiri.
Siswa tidak memahami
apa yang diminta soal.
Siswa salah paham pada
maksud soal sehingga
siswa menjawab dengan
bunga tunggal.
Siswa tidak mampu
melihat hubungan antara
soal dengan bidang studi
lain.
Siswa tidak membuat
kesimpulan pada akhir
jawabannya.
Siswa sulit menuliskan
apa yang ada dipikirannya
menjadi model
matematika.
Siswa tidak menuliskan
langkah ketika menjawab
soal, siswa langsung
menuliskan tanda sama
dengan.
7
Tabel diatas adalah contoh dari jawaban siswa yang salah. Berdasarkan
penilaian masih banyak siswa yang membiarkan lembar jawabannya kosong,
dengan alasan tidak memahami soal, lupa rumus, dan soalnya sulit. Dari
penyelesaian tes pada materi prasyarat yang diberikan kepada siswa dapat dilihat
bahwa seluruh siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah nyata
dalam bentuk matematika. Selain itu siswa juga kesulitan menemukan konsep
matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.
Siswa cenderung melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada,
siswa hanya bergantung pada rumus-rumus untuk menyelesaikan soal-soal tanpa
memahami dan memikirkan apa yang dimaksudkan dalam soal. Siswa tidak
memahami apa yang diketahui dan ditanya pada soal dengan benar. Jika siswa
mampu mengkoneksikan masalah matematika dengan berbagai hal yang berkaitan
dengan penyelesaiannya maka pembelajaran akan lebih bermakna.
Soal tes yang diberikan adalah tes kemampuan koneksi matematika siswa
yang mengukur kemampuan siswa dalam melakukan koneksi antar topik
matematika, antara matematika dengan ilmu lain, dan antara matematika dengan
kehidupan sehari-hari. Soal tes terdiri atas 4 soal dimana soal pertama dan kedua
mengukur kemampuan siswa melakukan koneksi antar matematika, soal ketiga
mengukur kemampuan siswa melakukan koneksi antar matematika dengan ilmu
lain dan soal keempat mengukur kemampuan koneksi siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Hasil tes kemampuan koneksi awal 31 siswa di kelas X-1 SMA Santa
Maria Medan, disajikan dalam tabel 1.2. berikut ini :
Tabel 1.2. Persentase Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Tiap Aspek.
Indikator
Kemampuan koneksi
matematika siswa antar topik
matematika (soal no.1&2)
Kemampuan koneksi
matematika siswa antara
matematika dengan ilmu lain
diluar matematika (soal no.3)
Banyak siswa
yang menjawab
benar
Persentase
Keterangan
15 orang
48.39 %
Sangat
Rendah
0 Orang
0%
Sangat
Rendah
8
Indikator
Banyak siswa
yang menjawab
benar
Persentase
Keterangan
Kemampuan koneksi
matematika siswa dengan
kehidupan sehari-hari (soal
no.4)
21 Orang
67.74 %
Sedang
Dari tabel diatas, terlihat jelas bahwa kemampuan koneksi matematika
siswa masih sangat rendah. Kemampuan koneksi matematika siswa dengan
kehidupan sehari-hari lebih tinggi dari kemampuan koneksi lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa masih belajar secara parsial untuk tiap-tiap topik
matematika sehingga belum mampu melihat matematika sebagai sebuah disiplin
ilmu dimana antar topik yang satu dengan topik yang lain saling berkaitan. Belajar
matematika tidak hanya sekedar mengingat kemudian melupakan fakta dan
konsep, padahal yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa
mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan mengkoneksikan setiap
masalah dengan penyelesaiannya.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing
siswa adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham
terhadap materi yang diajarkan dan akhirnya dapat menurunkan motivasi siswa
dalam belajar. Dengan demikian diperlukan model pembelajaran yang efektif,
agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
yang digunakan untuk memunculkan dan meningkatkan kemampuan koneksi
matematika siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model
pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Model pembelajaran
berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi, yaitu koneksi matematika. Pembelajaran ini membantu
siswa memproses informasi sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
9
Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang
dirancang sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan penyajian
masalah yang dirancang dalam konteks yang relevan dengan materi yang akan
dipelajari untuk mendorong siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman
konsep, mencapai berfikir kritis, memiliki kemandirian belajar, keterampilan
berpatisipasi dalam kerja kelompok, dan kemampuan koneksi matematis.
Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas maka peneliti akan
melakukan penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan
Koneksi Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas X SMA.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan kurang berminat mempelajari
matematika. Siswa berpendapat bahwa matematika itu adalah mata
pelajaran yang sulit dan membosankan. Siswa tidak termotivasi.
2. Proses pembelajaran kurang mendukung siswa kelas X-1 SMA Santa
Maria Medan untuk aktif dalam mengembangkan ide-ide/gagasannya
sendiri.
3. Model pembelajaran yang digunakan dikelas X-1 SMA Santa Maria
Medan masih kurang bervariasi, pembelajaran masih berpusat pada guru,
sehingga siswa merasa jenuh dan monoton.
4. Siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan tidak mampu menyelesaikan
soal-soal koneksi matematika secara mandiri, siswa kurang percaya diri
mengemukakan pendapatnya.
5. Kemampuan koneksi matematika siswa kelas X-1 SMA Santa Maria
Medan masih rendah.
6. Hasil belajar matematika siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan masih
rendah.
10
1.3 Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi, maka peneliti
membatasi masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Proses pembelajaran kurang mendukung siswa kelas X-1 SMA Santa
Maria Medan untuk aktif dalam mengembangkan ide-ide/gagasannya
sendiri.
2. Model pembelajaran yang digunakan dikelas X-1 SMA Santa Maria
Medan masih kurang bervariasi, pembelajaran masih berpusat pada guru,
sehingga siswa merasa jenuh dan monoton.
3. Kemampuan koneksi matematika siswa SMA kelas X-1 SMA Santa Maria
Medan masih rendah.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk
dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa kelas X-1
SMA Santa Maria Medan?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa di kelas
X-1 SMA Santa Maria Medan ?
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran berbasis
masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa kelas
X-1 di SMA Santa Maria Medan
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa
kelas X-1 melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah di
SMA Santa Maria Medan.
11
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan
atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan,
terutama:
1. Bagi siswa, sebagai alat bantu siswa dalam memahami pelajaran
matematika, untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa,
memberi pengalaman baru dan mendorong siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.
2. Bagi guru, memberi alternatif atau variasi model pembelajaran matematika
untuk dikembangakan agar menjadi baik dalam pelaksanaannya dengan
cara memperbaiki kelemahan dan kekurangannya.
3. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajarn yang tepat dalam kegiatan mengajar di sekolah di masa yang
akan datang.
5. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan peneliti dan pembaca yang tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)
dan kemampuan koneksi matematika siswa SMA.
1.7 Defenisi Operasional
Untuk menyatukan berbagai pendapat tentang istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka berikut ini adalah defenisi dari setiap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Belajar matematika adalah suatu proses tahapan perubahan tingkah laku
yang disebabkan oleh latihan dan pengalaman-pengalaman untuk
mendapatkan hubungan-hubungan, konsep-konsep dan struktur-struktur
yang terdapat dalam bahasan yang akan dipelajari.
12
2. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang
menekankan pada presentasi ide-ide atau demonstrasi keterampilan siswa.
Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah menyajikan masalah,
sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar memecahkan
masalah oleh dirinya sendiri. Langkah-langkah model pembelajaran
berbasis masalah adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan
siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
3. Masalah matematika adalah suatu pernyataan matematika atau soal
matematika yang
tidak memiliki algoritma/rumus tertentu untuk
menyelesaikannya atau menjawabnya, dapat berupa teka-teki atau soal
cerita.
4. Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan siswa dalam
mengaitkan masalah matematika dengan topik matematika, mengaitkan
matematika dengan disiplin ilmu diluar matematika dan mengaitkan
matematika dengan kehidupan sehari-hari dalam proses pemecahan suatu
masalah.
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Strategi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematika adalah sebagai berikut:
a. Guru mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok menurut prosedur
pembelajaran berbasis masalah, 3 kelompok beranggotakan 5 orang siswa
dan 4 kelompok beranggotakan 4 orang siswa.
b. Guru dan siswa menyimpulkan masalah yang telah siswa diskusikan
dalam kelompoknya maupun hasil presentasi kelas.
c. Guru berkeliling mengamati proses pembelajaran dan memberikan
bantuan.
d. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan LAS.
e. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif bertanya,
memberikan pendapat dan mepresentasikan hasil diskusi ke depan kelas.
2. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
kemampuan koneksi matematika siswa. Hal ini dapat dilihat :
a. Dari hasil tes awal, diperoleh nilai rata-rata kelas X–1 yang berjumlah 31
orang siswa adalah 44.68 (sangat rendah). Dari 31 orang siswa, diperoleh
penyebaran tingkat penguasaan koneksi matematika siswa, yaitu tidak ada
siswa yang memiliki tingkat penguasaan sangat tinggi, 4 orang siswa atau
12.90% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika tinggi, 7
orang siswa atau 22.58% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi
matematika sedang, 4 orang siswa atau 12.90% memiliki tingkat
penguasaan koneksi matematika rendah dan 16 orang siswa atau 51.61%
yang memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika sangat rendah.
107
Banyak siswa yang memiliki nilai ≥ 70 adalah 11 orang siswa atau 35.48%
dan banyak siswa yang memiliki nilai ≤ 69 adalah 20 orang siswa atau
64.52%.
b. Dari hasil tes kemampuan koneksi matematika I pada siklus I, diperoleh
bahwa nilai rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa adalah 61.51
(rendah). Dari 31 orang siswa terdapat diperoleh tidak ada siswa yang
memiliki tingkat penguasaan sangat tinggi, 4 orang siswa atau 12.90% yang
memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika tinggi, 11 orang siswa
atau 35.48% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika
sedang, 10 orang siswa atau 32.26% yang memiliki tingkat penguasaan
koneksi matematika rendah dan 6 orang siswa atau 19.35% yang memiliki
tingkat penguasaan koneksi matematika sangat rendah. Dari hasil TKKM I
diperoleh bahwa siswa yang memiliki nilai ≥ 70 adalah 6 orang siswa atau
19.35% dan yang memiliki ≤ 69 adalah 25 orang siswa atau 80.65%.
c. Dari hasil tes kemampuan koneksi matematika II diperoleh nilai rata-rata
kemampuan koneksi matematika siswa adalah 86.77 (tinggi). Dari 31 orang
siswa terdapat 8 orang siswa atau 25.81% yang memiliki tingkat
penguasaan koneksi matematika sangat tinggi, 17 orang siswa atau 54.84%
memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika tinggi, 5 orang siswa atau
16.13% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika sedang, 1
orang siswa atau 3.23% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi
matematika rendah dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat penguasaan
koneksi matematika sangat rendah. Berdasarkan hasil TKKM II diperoleh
bahwa siswa yang memiliki nilai ≥ 70 sebanyak 30 orang siswa atau
96.77% dan siswa yang memiliki nilai ≤ 69 adalah 1 orang siswa atau
3.23%.
108
5.2.
Saran
Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Kepada guru matematika SMA Santa Maria Medan hendaknya mulai
menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, salah satunya
adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dan
diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi pada akhir
pembelajaran yang telah dilakukan sehingga dapat melakukan perbaikan
pada proses pembelajaran selanjutnya dan pengembangan perangkatperangkat pembelajaran yang sudah dimiliki sebelumnya.
2. Kepada guru hendaknya masalah
yang diberikan dalam model
pembelajaran berbasis masalah adalah masalah yang jelas, menarik minat
siswa unuk menyelesaikannya, masalah bersifat praktis dan ilmiah serta
diambil dari masalah yang dikenal siswa dalam dunia nyata untuk
menghindari kesalahpahaman siswa dalam menyelesaikan masalah
tersebut.
3. Kepada siswa diharapkan mempersiapakan diri dan memiliki pengetahuan
awal yang berkaitan dengan pelajaran baru sebelum memulai suatu
pelajaran, hal ini dimaksudkan untuk membuat siswa lebih memahami
pelajaran baru yang akan disampaikan. Selain itu, siswa juga harus
memiliki minat belajar yang tinggi untuk menimbulkan kepercayaan diri
dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga siswa tidak gampang
menyerah dan menganggap suatu masalah sulit diselesaikan.
4. Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis, disarankan
untuk memperhatikan penggunaan waktu dari tahap persiapan sampai
pelaksanaan tindakan untuk mencapai hasil yang maksimal.
109
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Penerbit Rineka
Cipta.
Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.
Jakarta : Penerbit Kencana.
Arends, Richard. (2012). Learning To Teach 9 th Edition. USA : Penerbit The Mc
Grow Hill Company.
Arikunto, S.,dkk. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
Asmin dan Abil Mansyur. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar
dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan : Penerbit Larispa Indonesia.
Cahya, Antonius. (2006). Pemahaman Dan Penyajian Konsep Matematika Secara
Benar dan Menarik. Jakarta : Penerbit Dirjen Dikti. Melalui
http://faizalnisbah. blogspot. com/masalah - dalam -matematika. {17
Februari 2016}.
Daulay, Leni Agustina. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Dan Koneksi Matematika Siswa SMP Dengan Menggunakan
Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis pada PPs UNIMED : tidak
diterbitkan.
FMIPA Unimed. (2012). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan FMIPA Medan. Medan : Unimed.
Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Surabaya : Penerbit UM PRESS.
Ismail. (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Apa, Bagaimana, dan Contoh pada Subpokok Bahasan Statistika.
Proseding Seminar Nasional Paradigma Baru Pembelajaran MIPA.
Kerja Sama Dirjen Dikti Depdiknas dengan (JICA-IMSTEP).
Istarani. (2014). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Penerbit Media
Persada.
Jhonson, Elaine B. (2009). Contextual Teaching and Learning Menjadikan
Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung :
Penerbit MLC.
110
Kentucky Department of Education. (1991). Open-Response Released Items and
Scoring Rubrics : Grade 12. Chicago Public Schools Bureau of Student
Assesment.
Marsigit,dkk. (2006). Matematika SMA Kelas X. Jakarta : Penerbit Quadra.
MacMath, Sherly, John Wallace,& Xiaohong Chi. (2009). Problem Based
Learning in Mathematics: A Tool for Developing Students Conceptual
Knowledge. Ontorio Institute.
National Council of Teachers Mathematics. (2003). Principles and Standards for
School Mathematics. NCTM : Reston VA.
Nungki, P. (2008). Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta : Penerbit
Tugu.
Padmavathy, R.D. (2013). Effectiveness of Problem Based Learning In
Mathematics. International Multidisciplinary e-Journal (45-5).
Priatno, Nanang dan Sukamto, Tito. (2012). Advancd Learning Mathematics 1B.
Bandung : Penerbit Grafindo Media Utama.
Ruspiani. (2000). Kemampuan dalam Melakukan Koneksi Matematika.Tesis pada
PPs UPI : tidak diterbitkan.
Rusman. (2014). Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit
PT.Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Penerbit Kencana Prenada Media.
Saragih, Donnaria. (2013). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Tesis
pada PPs UNIMED : tidak diterbitkan.
Sinaga, B, dkk. (2013). Matematika Kelas X Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Penerbit Rineke Cipta.
Sudjana. N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit
Rosda Karya.
111
Suherman, H.E. dkk. (2003). Common text book: Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung : Penerbit JICA-UPI.
Surya, E. (2012). Upaya Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Dengan
Strategi Konflik Kognitif. Jurnal Tematik: Universitas Negeri Medan, Vol
001 No 08, April 2012, ISSN: 1979-0633, hal 1-14.
Syaban,
M. (2009). Menumbuhkembangkan Daya Matematis
http://educare.e-fkipunla.net/index2. {6 Januari 2016 }.
Siswa.
T.Raka Joni. (1979). Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum dan Staf
Akademik. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Trianto. (2011). Mendesain model pembelajaran inovatif - progresif. Jakarta :
Penerbit Khrisma Putra Utama.
Winkel,W.S. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Jakarta :
Penerbit Media Abadi.
SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS X SMA
Oleh :
Indri Nani Anggrieni Sihaloho
NIM 4123311018
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA
SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS X SMA
Indri Nani Anggrieni Sihaloho
(NIM 4123311018)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui strategi penerapan model
pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematika siswa. (2) Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematika
siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Jenis penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan yang berjumlah 31
orang sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa
pada materi Bentuk Pangkat dan Akar tahun ajaran 2016/2017. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa kemampuan koneksi matematika siswa pada siklus I
belum memenuhi indikator keberhasilan karena persentase banyak siswa yang
memperoleh nilai minimal 70 adalah 19,35% sedangkan indikator keberhasilan
yang ingin dicapai adalah terdapat 80% siswa yang memiliki nilai minimal 70.
Pada siklus II kemampuan koneksi matematika siswa sudah mencapai indikator
keberhasilan yaitu 96,77% siswa sudah mencapai nilai minimal 70. Karena semua
indikator sudah dipenuhi maka kemampuan koneksi matematika siswa dalam
pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa.
Kata kunci : Koneksi, Pembelajaran Berbasis Masalah, Pangkat, Akar
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan rahmatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik sesuai waktu yang direncanakan.
Skripsi ini berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Pada Siswa Kelas X SMA, disusun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Mukhtar,
M.Pd dan Bapak Dr. KMS Amin Fauzi, M.Pd yang telah banyak memberikan
masukan dan saran-saran dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Humuntal
Banjarnahor, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh
Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA
UNIMED yang sudah mendidik dan membantu penulis selama menjalani proses
studi. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. D. Sirait selaku Kepala
Sekolah SMA Santa Maria Medan dan seluruh guru-guru di SMA Santa Maria
Medan yang penuh kasih telah membantu dan mendidik penulis selama
bersekolah hingga sampai tahap penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.
Teristimewa saya sampai terima kasih kepada ayahanda J.O.B Sihaloho (Alm)
dan ibunda R.L.Padang Batanghari, terima kasih yang tak terhingga atas Doa dan
limpahan kasih sayang yang diberikan serta selalu memberikan dukungan spiritual
dan material. Terima kasih juga kepada Abang saya Jadugul Makap Donner
Sihaloho, S.Pd, Aimitokona Epsony Kristian Sihaloho, SH, my the only sister
(edak) Donna Renatha Romauli br. Sihaaan, S.E dan my sweetboy adikku Welly
v
Itakido Nola Sihaloho yang senantiasa memberikan Doa, semangat dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Spesial thanks so much buat
serdadu Ade Yolanda Kaban dan Dicky Paradiba Manalu yang selalu hadir dalam
keadaan terpuruk dan terbahagia dalam hidup penulis. Rekan-rekan seperjuangan
dan terbaik MM’12 Eks A (Rita, Nirma, Wiliater, Martin, Lambok, Delvita,
Dhiena, Mutiara, Damayanti, Jihan, Afwanil, Eka, Husna, Ridho, Leni, Thoibah,
dan Yara). Rekan-rekan matematika angkatan 2010, 2011 dan 2012 atas segala
informasi, bantuan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Teman-teman NHKBP Gedung Johor dan PNR Weyk 4&9 yang selama ini
bersama membangun iman dan kasih dalam persekutuan, yang selalu mendoakan
demi selesainya skripsi ini. Rekan-rekan PPLT Trisakti Pakam‘fke posko’ (Abed,
Andrey, Atika, Ayu, Adel, Desi, Ery, Fika, Henok, Kiki, Maya, Lita, Sarma, Nita,
Mei, Trisna, dan Tami) atas motivasi dan penghiburannya selama 3 bulan
bersama. Rekan-rekan semua yang terkasih, yang mengenal, dan yang mendoakan
penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, rekan SMP dan SMA
yang selalu memberikan motivasi dan dukungan. Biarlah kiranya Tuhan yang
membalaskan segala hal yang telah dicurahkan kepada penulis.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Atas bantuan
dan bimbingan yang telah penulis terima selama ini, penulis berdoa semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan kasihNya bagi kita semua.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembacanya.
Medan,
Penulis
September 2016
Indri Nani Anggrieni Sihaloho
NIM. 4123311018
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN
i
RIWAYAT HIDUP
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Batasan Masalah
10
1.4. Rumusan Masalah
10
1.5. Tujuan Penelitian
10
1.6. Manfaat Penelitian
11
1.7. Defenisi Operasional
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
13
2.1 Kerangka Teoritis
13
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika
13
2.1.2 Model Pembelajaran
15
2.1.2.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah
16
2.1.2.2 Langkah-langkah Proses PBM
19
2.1.2.3 Keunggulan dan Kelemahan Model PBM
21
2.1.2.4 Teori Belajar Yang Melandasi Pendekatan PBM
23
2.1.3 Masalah Dalam Matematika
25
2.1.4 Koneksi Matematika
27
2.1.4.1 Pengertian Koneksi Matematika
27
vii
2.1.4.2 Tujuan dan Jenis Koneksi Matematika
29
2.1.5 Hubungan Model PBM Dengan Meningkatkan Kemampuan
Koneksi Matematika Siswa
31
2.1.6 Materi Pangkat dan Akar
32
2.2 Penelitian Yang Relevan
37
2.3 Kerangka Konseptual
39
2.4 Hipotesis Tindakan
40
BAB III METODE PENELITIAN
41
3.1 Jenis Penelitian
41
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
41
3.3 Subjek dan Objek Penelitian
41
3.3.1. Subjek Penelitian
41
3.3.2. Objek Penelitian
41
3.4 Prosedur Penelitian
42
3.5 Instrumen Penelitian
50
3.5.1 Tes Kemampuan Koneksi Matematika
50
3.5.2 Observasi Proses Pembelajaran
52
3.6 Teknik Analisis Data
53
3.6.1.Analisis Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika
53
3.6.2.Analisis Hasil Observasi
54
3.6.3.Kriteria Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika
54
3.7 Indikator Keberhasilan
55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
56
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
56
4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Siswa
56
4.1.2 Hasil dan Pembahasan Siklus I
62
4.1.2.1 Permasalahan I
62
4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan I
62
4.1.2.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I
64
viii
4.1.2.4 Tahap Observasi I
66
4.1.2.5 Analisis Data I
69
4.1.2.5.1 Analisis Data Tindakan Guru
69
4.1.2.5.2 Analisis Data Hasil Observasi Siswa
71
4.1.2.5.3 Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika I
72
4.1.2.6 Refleksi I
81
4.1.3 Hasil dan Pembahasan Siklus II
83
4.1.3.1 Permasalahan II
83
4.1.3.2 Tahap Perencanaan Tindakan II
84
4.1.3.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan II
86
4.1.3.4 Tahap Observasi II
89
4.1.3.5 Analisis Data II
91
4.1.3.5.1 Analisis Data Tindakan Guru
91
4.1.3.5.2 Analisis Data Hasil Observasi Siswa
93
4.1.3.5.3 Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika II
94
4.1.3.6 Refleksi II
100
4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian
101
4.3 Temuan Penelitian
105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
106
5.1 Kesimpulan
106
5.2 Saran
108
DAFTAR PUSTAKA
109
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal No.1
5
Gambar 1.2 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal No.3
6
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
42
Gambar 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi Matematika
57
Siswa pada Tes Awal
Gambar 4.2 Rata-rata Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Koneksi
matematika I pada Siklus I
Gambar 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi matematika I
75
76
pada Siklus I
Gambar 4.4 Rata-rata Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Koneksi
matematika II pada Siklus II
Gambar 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi matematika II
97
99
pada Siklus II
Gambar 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi matematika
Siswa Tiap Siklus
103
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Hasil Jawaban Siswa dan Kesalahan Siswa Dalam
5
Menjawab Soal
Tabel 1.2 Persentase Kemampuan Koneksi Matematika Siswa
7
Tiap Aspek
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
20
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematika
50
Tabel 3.2 Teknik Penskoran Kemampuan Koneksi Matematika
51
Tabel 3.3 Tingkat Penguasaan Koneksi Matematika Siswa
53
Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes Awal
56
Tabel 4.2 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1
58
Tabel 4.3 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2
59
Tabel 4.4 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3
59
Tabel 4.5 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 4
61
Tabel 4.6 Tingkat Penguasaan Koneksi matematika Siswa Kategori
72
koneksi antar topik matematika
Tabel 4.7 Tingkat Penguasaan Koneksi matematika Siswa Kategori
73
koneksi matematika dengan bidang studi lain
Tabel 4.8 Tingkat Penguasaan Koneksi matematika Siswa Kategori
74
Koneksi Matematika dengan Dunia Nyata
Tabel 4.9 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika I
76
Tabel 4.10 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1
78
Tabel 4.11 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2
79
Tabel 4.12 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3
80
Tabel 4.13 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika Siswa Kategori
94
Koneksi Antar Topik Matematika
Tabel 4.14 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika Siswa Kategori
95
Koneksi Matematika Dengan Bidang Studi Lain
Tabel 4.15 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika Siswa Kategori
Koneksi Matematika Dengan Dunia Nyata
96
xi
Tabel 4.16 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika I
Tabel 4.17 Tingkat Penguasaan Siswa di Setiap Siklus
98
103
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I
112
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II
120
Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa I
128
Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa II
131
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa III
134
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa IV
137
Lampiran 7 Alternatif Penyelesaian LAS
140
Lampiran 8 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi
147
Lampiran 9 Lembar Validitas Tes Kemampuan Awal
148
Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal Siswa
151
Lampiran 11 Tes Kemampuan Awal Siswa
152
Lampiran 12 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Awal Siswa
153
Lampiran 13 Lembar Validitas Tes Kemampuan Koneksi I
155
Lampiran 14 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Koneksi I
158
Lampiran 15 Tes Kemampuan Koneksi Matematika I
159
Lampiran 16 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Koneksi I
160
Lampiran 17 Lembar Validitas Tes Kemampuan Koneksi II
162
Lampiran 18 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi II
165
Lampiran 19 Tes Kemampuan Koneksi Matematika II
166
Lampiran 20 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Koneksi II
167
Lampiran 21 Lembar Observasi Strategi yang Dilakukan Guru Siklus I
169
Lampiran 21 Lembar Observasi Strategi yang Dilakukan Guru Siklus II 172
Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
175
Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
177
Lampiran 23 Hasil Analisis Tes Awal
179
Lampiran 24 Hasil Analisis TKKM I Kategori I
181
Lampiran 25 Hasil Analisis TKKM I Kategori II
183
Lampiran 26 Hasil Analisis TKKM I Kategori III
185
Lampiran 27 Hasil Analisis TKKM I Kategori I, II dan III
187
xiii
Lampiran 28 Hasil Analisis TKKM II Kategori I
189
Lampiran 29 Hasil Analisis TKKM II Kategori II
191
Lampiran 30 Hasil Analisis TKKM II Kategori III
193
Lampiran 31 Hasil Analisis TKKM II Kategori I, II dan III
195
Lampiran 32 Daftar Nama Kelompok Siswa Siklus I dan II
197
Lampiran 33 Jadwal Penelitian
199
Lampiran 34. Dokumentasi Penelitian
200
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya.
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu
kearah kedewasaan dan kematangan. Makna pendidikan memberikan kebebasan
kepada seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi
yang dimiliki.
Menurut Buchori (dalam Trianto, 2011) bahwa “pendidikan yang baik
adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu
profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.” Pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh
karena itu, perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
seharusnya terjadi dan sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan
dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus
dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang
memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas.
Matematika sebagai salah satu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu secara logis
dan sistematis. Seperti yang dikemukakan Abdurrahman (2012) bahwa :
Matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana
untuk memecahkan masalah sehari-hari, sarana mengenal pola
hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan
kreativitas, serta sarana untuk menghasilkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang struktur yang
terorganisasikan. Hal tersebut dimulai dari unsur-unsur yang tidak terdefenisikan,
kemudian pada unsur yang didefenisikan, ke aksioma/postulat, dan berakhir pada
teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarki, terstruktur, logis,
dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai konsep yang
2
paling kompleks. Ada beberapa alasan tentang perlunya belajar dan menguasai
matematika seperti yang dikemukakan oleh Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012)
bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: 1) selalu digunakan
dalam segi kehidupan; 2) semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; 3) merupakan komunikasi yang kuat, jelas dan
singkat; 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai
cara; 5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan; 6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah
yang menantang.
Mengingat pentingnya peranan matematika dalam dunia pendidikan sudah
seharusnya matematika menjadi pelajaran disekolah yang disukai dan diminati
oleh siswa. Tetapi pada kenyataannya banyak siswa yang kurang berminat dan
tidak menyukai pelajaran matematika. Banyak siswa beranggapan bahwa
matematika adalah mata pelajaran yang bergantung pada rumus-rumus, bila tidak
mengetahui rumus maka soal matematika tidak dapat diselesaikan, sehingga siswa
menganggap matematika sangat sulit dibandingkan dengan mata pelajaran lain,
seperti yang dikemukakan oleh Surya (2012), bahwa:
Kenyataan di sekolah hasil belajar matematika rendah karena sebagian
besar siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif,
enggan, takut atau malu untuk mengemukakan pendapat, tidak jarang
siswa merasa kurang mampu dalam mempelajari matematika sebab
matematika dianggap sulit, menakutkan, bahkan sebagian dari mereka ada
yang membencinya sehingga matematika dianggap momok oleh mereka.
Hal ini menyebabkan siswa menjadi takut atau fobia terhadap matematika.
Ketakutan yang muncul dari dalam diri siswa tidak hanya disebabkan oleh
siswa itu sendiri, tetapi juga didukung oleh ketidakmampuan guru
menciptakan situasi dan kondisi yang membawa siswa tertarik pada
matematika.
Mendukung pernyataan di atas, jika melihat kenyataan yang ada disekolah,
matematika masih menjadi hal yang menakutkan bagi siswa. Baik dilihat dari
pelajarannya maupun gurunya yang masih diberi julukan “killer”. Siswa masih
menganggap bahwa matematika itu sulit dan menjadi momok bagi siswa.
Ketakutan siswa tersebut disebabkan oleh banyak hal, salah satunya oleh
ketidakmampuan guru untuk menciptakan suasana belajar yang membuat siswa
tertarik mempelajari matematika.
3
Selain itu, penyebab utama dalam belajar juga dikemukakan oleh Abdurrahman
(2012), bahwa
Penyebab utama masalah belajar (learning problems) adalah faktor
eksternal yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru,
pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar
anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak
tepat.
Berkenaan dengan pendapat diatas, maka dari itu salah satu faktor yang
berpengaruh dalam proses pembelajaran adalah guru. Salah satu tugas guru adalah
mengajar. Mengajar bagi guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi tetapi
menjadi guru juga harus mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan
siswa. Seperti yang diungkapkan Sanjaya (2011) menyatakan bahwa:
Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan
tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mengajar terdapat kegiatan
membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas
perkembangannya, melatih keterampilan baik keterampilan intelektul
maupun keterampilan motorik, membentuk siswa yang memiliki
kemampuan inovatif dan kreatif dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang cocok
dengan minat dan bakat sesuai dengan taraf perkembangan siswa.
Selain guru, faktor lain yang mempengaruhi kualitas belajar siswa adalah
model atau metode yang digunakan guru. Sebagaimana diungkapkan Slameto
(2010) bahwa “metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi
belajar siswa yang tidak baik pula”. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi
kualitas proses pembelajaran diatas tidak mengherankan bahwa siswa dewasa ini
sangat sulit mempelajari matematika. Guru masih banyak yang tidak
memperhatikan bagaimana mengajar yang baik, metode apa yang cocok dipilih
untuk suatu materi tertentu. Banyak guru yang masih mengajarkan suatu pelajaran
khususnya matematika dengan cara konvensional.
Berdasarkan observasi peneliti pada tanggal 1 Februari 2016 mengenai
pembelajaran yang dilakukan guru dikelas dapat dilihat bahwa guru masih
cenderung dengan pembelajaran metode ceramah. Ketika masuk ke kelas, guru
4
melihat keadaan siswa seperti mengecek kehadiran dan tugas-tugas siswa.
Selanjutnya guru langsung memulai materi pelajaran, menjelaskan materi
pelajaran, memberi catatan, memberi contoh soal, dan langsung memberikan soal
latihan pada siswa. Tidak ada variasi dalam model atau metode yang dibawakan,
suasana belajar terlalu monoton, sehingga siswa menjadi bosan, pasif dan kurang
termotivasi untuk belajar khususnya belajar matematika. Hal yang diungkapkan di
atas, mendukung yang dikemukakan oleh Slameto (2010) bahwa:
Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan,
mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani
mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan
kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar
harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada 31 orang siswa
kelas X-1 SMA Swasta Santa Maria Medan pada tanggal 22 Juli 2016 melalui
pembagian angket, diperoleh 10 orang siswa tidak suka matematika, 15 orang
biasa saja, 4 orang siswa suka, dan 2 orang siswa sangat suka pelajaran
matematika. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa siswa kurang tertarik
pada mata pelajaran matematika. Siswa menganggap matematika sulit dan
membosankan. Siswa terpaksa menyukai pelajaran matematika hanya karena
matematika merupakan mata pelajaran wajib disekolah. Siswa rata-rata tidak
melakukan persiapan sebelum memulai pelajaran matematika, kecuali jika ada PR
(pekerjaan
rumah).
Jika
guru
menerangkan
siswa
cenderung
hanya
memperhatikan, mendengarkan dan mencatat apa yang diperintahkan guru. Jarang
siswa mempertanyakan apa yang mereka tidak ketahui dengan alasan takut, malu,
atau menganggap bahwa mereka bisa mempelajari nanti. Suasana belajar monoton
dan membosankan. Guru jarang mengaitkan materi matematika yang dijelaskan
dengan topik materi lain pada matematika. Guru juga jarang mengaitkan konsep
matematika dengan bidang studi lainnya dan dengan kehidupan sehari-hari. Model
pembelajaran yang dilakukan guru masih kurang bervariasi, bahkan konvensional.
Sehingga siswa menjadi pasif dan kurang temotivasi dalam belajar matematika.
5
Mengacu kepada tujuan pembelajaran matematika dalam Standar Isi
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) dan standar pembelajaran matematika
dari NCTM (2000), salah satu kemampuan matematika yang perlu dikuasai dan
dikembangkan adalah kemampuan koneksi matematika. Kemampuan koneksi
matematika penting untuk dikuasai siswa karena dapat mempermudah siswa
dalam belajar, bukan hanya belajar matematika tetapi juga belajar pada bidang
ilmu lain dan dalam kehidupan sehari-hari. Namun masalah yang terjadi adalah
kemampuan koneksi matematika siswa SMA Santa Maria Medan masih rendah.
Siswa belum mampu mengaitkan beberapa representasi yang berbeda dari suatu
konsep matematika serta menggunakan simbol dari konsep matematika untuk
menyelesaikan masalah dalam bidang ilmu lain atau masalah kehidupan seharihari.
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal yang diberikan kepada 31 siswa di
kelas X-1 SMA Santa Maria Medan, menunjukkan bahwa hasil kemampuan awal
siswa masih sangat rendah. Pemberian tes awal kemampuan koneksi matematika
berisi materi prasyarat Bentuk Pangkat dan Akar yaitu perpangkatan SMP. Hasil
jawaban siswa dan kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan koneksi
awal matematika disajikan dalam tabel berikut ini,
Tabel 1.1. Hasil Jawaban Siswa Dan Kesalahan Siswa Dalam Menjawab Soal
Soal
No.
Foto hasil kerja siswa
1
Gambar 1.1. Hasil Jawaban Siswa
Pada Soal No.1
Kesalahan siswa
Siswa tidak menuliskan
informasi yang
diketahui dan yang
ditanyakan dengan
benar.
Siswa tidak memahami
bagaimana
menggunakan kalimat
dan simbol matematika.
Siswa tidak membuat
kesimpulan di akhir
jawaban soal.
Siswa hanya melihat
6
Soal
No.
Foto hasil kerja siswa
Kesalahan siswa
3
Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa
Pada Soal No.3
hasil akhir tanpa
memperhatikan proses
mendapatkan hasil.
Siswa tidak menuliskan
informasi yang diketahui
dan yang ditanyakan
dengan benar.
Siswa kurang mampu
menerjemahkan kalimat
cerita sehari-hari menjadi
kalimat matematika yang
merupakan hasil
pemikirannya sendiri.
Siswa tidak memahami
apa yang diminta soal.
Siswa salah paham pada
maksud soal sehingga
siswa menjawab dengan
bunga tunggal.
Siswa tidak mampu
melihat hubungan antara
soal dengan bidang studi
lain.
Siswa tidak membuat
kesimpulan pada akhir
jawabannya.
Siswa sulit menuliskan
apa yang ada dipikirannya
menjadi model
matematika.
Siswa tidak menuliskan
langkah ketika menjawab
soal, siswa langsung
menuliskan tanda sama
dengan.
7
Tabel diatas adalah contoh dari jawaban siswa yang salah. Berdasarkan
penilaian masih banyak siswa yang membiarkan lembar jawabannya kosong,
dengan alasan tidak memahami soal, lupa rumus, dan soalnya sulit. Dari
penyelesaian tes pada materi prasyarat yang diberikan kepada siswa dapat dilihat
bahwa seluruh siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah nyata
dalam bentuk matematika. Selain itu siswa juga kesulitan menemukan konsep
matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.
Siswa cenderung melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada,
siswa hanya bergantung pada rumus-rumus untuk menyelesaikan soal-soal tanpa
memahami dan memikirkan apa yang dimaksudkan dalam soal. Siswa tidak
memahami apa yang diketahui dan ditanya pada soal dengan benar. Jika siswa
mampu mengkoneksikan masalah matematika dengan berbagai hal yang berkaitan
dengan penyelesaiannya maka pembelajaran akan lebih bermakna.
Soal tes yang diberikan adalah tes kemampuan koneksi matematika siswa
yang mengukur kemampuan siswa dalam melakukan koneksi antar topik
matematika, antara matematika dengan ilmu lain, dan antara matematika dengan
kehidupan sehari-hari. Soal tes terdiri atas 4 soal dimana soal pertama dan kedua
mengukur kemampuan siswa melakukan koneksi antar matematika, soal ketiga
mengukur kemampuan siswa melakukan koneksi antar matematika dengan ilmu
lain dan soal keempat mengukur kemampuan koneksi siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Hasil tes kemampuan koneksi awal 31 siswa di kelas X-1 SMA Santa
Maria Medan, disajikan dalam tabel 1.2. berikut ini :
Tabel 1.2. Persentase Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Tiap Aspek.
Indikator
Kemampuan koneksi
matematika siswa antar topik
matematika (soal no.1&2)
Kemampuan koneksi
matematika siswa antara
matematika dengan ilmu lain
diluar matematika (soal no.3)
Banyak siswa
yang menjawab
benar
Persentase
Keterangan
15 orang
48.39 %
Sangat
Rendah
0 Orang
0%
Sangat
Rendah
8
Indikator
Banyak siswa
yang menjawab
benar
Persentase
Keterangan
Kemampuan koneksi
matematika siswa dengan
kehidupan sehari-hari (soal
no.4)
21 Orang
67.74 %
Sedang
Dari tabel diatas, terlihat jelas bahwa kemampuan koneksi matematika
siswa masih sangat rendah. Kemampuan koneksi matematika siswa dengan
kehidupan sehari-hari lebih tinggi dari kemampuan koneksi lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa masih belajar secara parsial untuk tiap-tiap topik
matematika sehingga belum mampu melihat matematika sebagai sebuah disiplin
ilmu dimana antar topik yang satu dengan topik yang lain saling berkaitan. Belajar
matematika tidak hanya sekedar mengingat kemudian melupakan fakta dan
konsep, padahal yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa
mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan mengkoneksikan setiap
masalah dengan penyelesaiannya.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing
siswa adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham
terhadap materi yang diajarkan dan akhirnya dapat menurunkan motivasi siswa
dalam belajar. Dengan demikian diperlukan model pembelajaran yang efektif,
agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
yang digunakan untuk memunculkan dan meningkatkan kemampuan koneksi
matematika siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model
pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Model pembelajaran
berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi, yaitu koneksi matematika. Pembelajaran ini membantu
siswa memproses informasi sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
9
Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang
dirancang sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan penyajian
masalah yang dirancang dalam konteks yang relevan dengan materi yang akan
dipelajari untuk mendorong siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman
konsep, mencapai berfikir kritis, memiliki kemandirian belajar, keterampilan
berpatisipasi dalam kerja kelompok, dan kemampuan koneksi matematis.
Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas maka peneliti akan
melakukan penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan
Koneksi Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas X SMA.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan kurang berminat mempelajari
matematika. Siswa berpendapat bahwa matematika itu adalah mata
pelajaran yang sulit dan membosankan. Siswa tidak termotivasi.
2. Proses pembelajaran kurang mendukung siswa kelas X-1 SMA Santa
Maria Medan untuk aktif dalam mengembangkan ide-ide/gagasannya
sendiri.
3. Model pembelajaran yang digunakan dikelas X-1 SMA Santa Maria
Medan masih kurang bervariasi, pembelajaran masih berpusat pada guru,
sehingga siswa merasa jenuh dan monoton.
4. Siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan tidak mampu menyelesaikan
soal-soal koneksi matematika secara mandiri, siswa kurang percaya diri
mengemukakan pendapatnya.
5. Kemampuan koneksi matematika siswa kelas X-1 SMA Santa Maria
Medan masih rendah.
6. Hasil belajar matematika siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan masih
rendah.
10
1.3 Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi, maka peneliti
membatasi masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Proses pembelajaran kurang mendukung siswa kelas X-1 SMA Santa
Maria Medan untuk aktif dalam mengembangkan ide-ide/gagasannya
sendiri.
2. Model pembelajaran yang digunakan dikelas X-1 SMA Santa Maria
Medan masih kurang bervariasi, pembelajaran masih berpusat pada guru,
sehingga siswa merasa jenuh dan monoton.
3. Kemampuan koneksi matematika siswa SMA kelas X-1 SMA Santa Maria
Medan masih rendah.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk
dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa kelas X-1
SMA Santa Maria Medan?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa di kelas
X-1 SMA Santa Maria Medan ?
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran berbasis
masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa kelas
X-1 di SMA Santa Maria Medan
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa
kelas X-1 melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah di
SMA Santa Maria Medan.
11
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan
atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan,
terutama:
1. Bagi siswa, sebagai alat bantu siswa dalam memahami pelajaran
matematika, untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa,
memberi pengalaman baru dan mendorong siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.
2. Bagi guru, memberi alternatif atau variasi model pembelajaran matematika
untuk dikembangakan agar menjadi baik dalam pelaksanaannya dengan
cara memperbaiki kelemahan dan kekurangannya.
3. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajarn yang tepat dalam kegiatan mengajar di sekolah di masa yang
akan datang.
5. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan peneliti dan pembaca yang tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)
dan kemampuan koneksi matematika siswa SMA.
1.7 Defenisi Operasional
Untuk menyatukan berbagai pendapat tentang istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka berikut ini adalah defenisi dari setiap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Belajar matematika adalah suatu proses tahapan perubahan tingkah laku
yang disebabkan oleh latihan dan pengalaman-pengalaman untuk
mendapatkan hubungan-hubungan, konsep-konsep dan struktur-struktur
yang terdapat dalam bahasan yang akan dipelajari.
12
2. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang
menekankan pada presentasi ide-ide atau demonstrasi keterampilan siswa.
Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah menyajikan masalah,
sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar memecahkan
masalah oleh dirinya sendiri. Langkah-langkah model pembelajaran
berbasis masalah adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan
siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
3. Masalah matematika adalah suatu pernyataan matematika atau soal
matematika yang
tidak memiliki algoritma/rumus tertentu untuk
menyelesaikannya atau menjawabnya, dapat berupa teka-teki atau soal
cerita.
4. Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan siswa dalam
mengaitkan masalah matematika dengan topik matematika, mengaitkan
matematika dengan disiplin ilmu diluar matematika dan mengaitkan
matematika dengan kehidupan sehari-hari dalam proses pemecahan suatu
masalah.
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Strategi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematika adalah sebagai berikut:
a. Guru mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok menurut prosedur
pembelajaran berbasis masalah, 3 kelompok beranggotakan 5 orang siswa
dan 4 kelompok beranggotakan 4 orang siswa.
b. Guru dan siswa menyimpulkan masalah yang telah siswa diskusikan
dalam kelompoknya maupun hasil presentasi kelas.
c. Guru berkeliling mengamati proses pembelajaran dan memberikan
bantuan.
d. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan LAS.
e. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif bertanya,
memberikan pendapat dan mepresentasikan hasil diskusi ke depan kelas.
2. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
kemampuan koneksi matematika siswa. Hal ini dapat dilihat :
a. Dari hasil tes awal, diperoleh nilai rata-rata kelas X–1 yang berjumlah 31
orang siswa adalah 44.68 (sangat rendah). Dari 31 orang siswa, diperoleh
penyebaran tingkat penguasaan koneksi matematika siswa, yaitu tidak ada
siswa yang memiliki tingkat penguasaan sangat tinggi, 4 orang siswa atau
12.90% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika tinggi, 7
orang siswa atau 22.58% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi
matematika sedang, 4 orang siswa atau 12.90% memiliki tingkat
penguasaan koneksi matematika rendah dan 16 orang siswa atau 51.61%
yang memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika sangat rendah.
107
Banyak siswa yang memiliki nilai ≥ 70 adalah 11 orang siswa atau 35.48%
dan banyak siswa yang memiliki nilai ≤ 69 adalah 20 orang siswa atau
64.52%.
b. Dari hasil tes kemampuan koneksi matematika I pada siklus I, diperoleh
bahwa nilai rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa adalah 61.51
(rendah). Dari 31 orang siswa terdapat diperoleh tidak ada siswa yang
memiliki tingkat penguasaan sangat tinggi, 4 orang siswa atau 12.90% yang
memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika tinggi, 11 orang siswa
atau 35.48% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika
sedang, 10 orang siswa atau 32.26% yang memiliki tingkat penguasaan
koneksi matematika rendah dan 6 orang siswa atau 19.35% yang memiliki
tingkat penguasaan koneksi matematika sangat rendah. Dari hasil TKKM I
diperoleh bahwa siswa yang memiliki nilai ≥ 70 adalah 6 orang siswa atau
19.35% dan yang memiliki ≤ 69 adalah 25 orang siswa atau 80.65%.
c. Dari hasil tes kemampuan koneksi matematika II diperoleh nilai rata-rata
kemampuan koneksi matematika siswa adalah 86.77 (tinggi). Dari 31 orang
siswa terdapat 8 orang siswa atau 25.81% yang memiliki tingkat
penguasaan koneksi matematika sangat tinggi, 17 orang siswa atau 54.84%
memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika tinggi, 5 orang siswa atau
16.13% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika sedang, 1
orang siswa atau 3.23% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi
matematika rendah dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat penguasaan
koneksi matematika sangat rendah. Berdasarkan hasil TKKM II diperoleh
bahwa siswa yang memiliki nilai ≥ 70 sebanyak 30 orang siswa atau
96.77% dan siswa yang memiliki nilai ≤ 69 adalah 1 orang siswa atau
3.23%.
108
5.2.
Saran
Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Kepada guru matematika SMA Santa Maria Medan hendaknya mulai
menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, salah satunya
adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dan
diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi pada akhir
pembelajaran yang telah dilakukan sehingga dapat melakukan perbaikan
pada proses pembelajaran selanjutnya dan pengembangan perangkatperangkat pembelajaran yang sudah dimiliki sebelumnya.
2. Kepada guru hendaknya masalah
yang diberikan dalam model
pembelajaran berbasis masalah adalah masalah yang jelas, menarik minat
siswa unuk menyelesaikannya, masalah bersifat praktis dan ilmiah serta
diambil dari masalah yang dikenal siswa dalam dunia nyata untuk
menghindari kesalahpahaman siswa dalam menyelesaikan masalah
tersebut.
3. Kepada siswa diharapkan mempersiapakan diri dan memiliki pengetahuan
awal yang berkaitan dengan pelajaran baru sebelum memulai suatu
pelajaran, hal ini dimaksudkan untuk membuat siswa lebih memahami
pelajaran baru yang akan disampaikan. Selain itu, siswa juga harus
memiliki minat belajar yang tinggi untuk menimbulkan kepercayaan diri
dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga siswa tidak gampang
menyerah dan menganggap suatu masalah sulit diselesaikan.
4. Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis, disarankan
untuk memperhatikan penggunaan waktu dari tahap persiapan sampai
pelaksanaan tindakan untuk mencapai hasil yang maksimal.
109
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Penerbit Rineka
Cipta.
Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.
Jakarta : Penerbit Kencana.
Arends, Richard. (2012). Learning To Teach 9 th Edition. USA : Penerbit The Mc
Grow Hill Company.
Arikunto, S.,dkk. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
Asmin dan Abil Mansyur. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar
dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan : Penerbit Larispa Indonesia.
Cahya, Antonius. (2006). Pemahaman Dan Penyajian Konsep Matematika Secara
Benar dan Menarik. Jakarta : Penerbit Dirjen Dikti. Melalui
http://faizalnisbah. blogspot. com/masalah - dalam -matematika. {17
Februari 2016}.
Daulay, Leni Agustina. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Dan Koneksi Matematika Siswa SMP Dengan Menggunakan
Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis pada PPs UNIMED : tidak
diterbitkan.
FMIPA Unimed. (2012). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan FMIPA Medan. Medan : Unimed.
Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Surabaya : Penerbit UM PRESS.
Ismail. (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Apa, Bagaimana, dan Contoh pada Subpokok Bahasan Statistika.
Proseding Seminar Nasional Paradigma Baru Pembelajaran MIPA.
Kerja Sama Dirjen Dikti Depdiknas dengan (JICA-IMSTEP).
Istarani. (2014). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Penerbit Media
Persada.
Jhonson, Elaine B. (2009). Contextual Teaching and Learning Menjadikan
Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung :
Penerbit MLC.
110
Kentucky Department of Education. (1991). Open-Response Released Items and
Scoring Rubrics : Grade 12. Chicago Public Schools Bureau of Student
Assesment.
Marsigit,dkk. (2006). Matematika SMA Kelas X. Jakarta : Penerbit Quadra.
MacMath, Sherly, John Wallace,& Xiaohong Chi. (2009). Problem Based
Learning in Mathematics: A Tool for Developing Students Conceptual
Knowledge. Ontorio Institute.
National Council of Teachers Mathematics. (2003). Principles and Standards for
School Mathematics. NCTM : Reston VA.
Nungki, P. (2008). Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta : Penerbit
Tugu.
Padmavathy, R.D. (2013). Effectiveness of Problem Based Learning In
Mathematics. International Multidisciplinary e-Journal (45-5).
Priatno, Nanang dan Sukamto, Tito. (2012). Advancd Learning Mathematics 1B.
Bandung : Penerbit Grafindo Media Utama.
Ruspiani. (2000). Kemampuan dalam Melakukan Koneksi Matematika.Tesis pada
PPs UPI : tidak diterbitkan.
Rusman. (2014). Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit
PT.Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Penerbit Kencana Prenada Media.
Saragih, Donnaria. (2013). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Tesis
pada PPs UNIMED : tidak diterbitkan.
Sinaga, B, dkk. (2013). Matematika Kelas X Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Penerbit Rineke Cipta.
Sudjana. N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit
Rosda Karya.
111
Suherman, H.E. dkk. (2003). Common text book: Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung : Penerbit JICA-UPI.
Surya, E. (2012). Upaya Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Dengan
Strategi Konflik Kognitif. Jurnal Tematik: Universitas Negeri Medan, Vol
001 No 08, April 2012, ISSN: 1979-0633, hal 1-14.
Syaban,
M. (2009). Menumbuhkembangkan Daya Matematis
http://educare.e-fkipunla.net/index2. {6 Januari 2016 }.
Siswa.
T.Raka Joni. (1979). Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum dan Staf
Akademik. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Trianto. (2011). Mendesain model pembelajaran inovatif - progresif. Jakarta :
Penerbit Khrisma Putra Utama.
Winkel,W.S. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Jakarta :
Penerbit Media Abadi.