UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI MTS NEGERI 2 MEDAN ESTATE.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI
MTS NEGERI 2 MEDAN ESTATE

Oleh :
Suryati
NIM. 4121111026
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

iii


UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI
MTS NEGERI 2 MEDAN ESTATE
SURYATI (4121111026)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah
pada materi Kubus dan Balok di kelas VIII-3 MTs Negeri 2 Medan Estate T.A
2015/2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-3 MTs Negeri 2
Medan Estate yang berjumlah 44 orang dan objek penelitian ini adalah
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dengan model
Pembelajaran Berbasis Masalah pada materi Kubus dan Balok di kelas VIII-3
MTs Negeri 2 Medan Estate T.A 2015/2016. Instrument penelitian yang
digunakan adalah tes, dan observasi.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2
siklus, masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil dari PTK ini
merupakan tindakan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes
awal dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan berpikir kreatif. Dari hasil
analisis data diperoleh peningkatan hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif.

Jumlah siswa yang telah mampu menyelesaikan tes kemampuan berpikir kreatif
dari tes awal yaitu 9 dari 44 orang (20,45%) dengan rata-rata kelas 61,51. Hasil
analisis data pada siklus I setelah menggunakan model Pembelajaran Berbasis
Masalah menunjukkan jumlah siswa yang telah mampu menyelesaikan tes
kemampuan berpikir kreatif I adalah 23 orang siswa (52,27%), dengan rata-rata
kelas 61,93. Hasil analisis data pada siklus II dengan model Pembelajaran
Berbasis Masalah menunjukkan jumlah siswa yang telah mampu menyelesaikan
tes kemampuan berpikir kreatif II adalah 38 orang siswa (86,36%), dengan ratarata kelas 75,43. Berdasarkan kriteria kemampuan berpikir kreatif maka
pembelajaran ini telah mencapai terget kemampuan berpikir kreatif siswa berada
pada kategori sedang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model
Pembelajaran Berbasis Masalah, kemampuan berpikir kreatif siswa dapat
meningkat. Saran yang diajukan yaitu guru dapat menerapkan model
Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai alternatif dalam pembelajaran dan selalu
memuat latihan dan tes yang bertujuan lebih melatih siswa untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kata Kunci: Kreatif, Pembelajaran Berbasis Masalah, Kubus, Balok

iv


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

karena atas

berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah di
MTs Negeri 2 Medan Estate”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIMED.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Syafari, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi dan Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak Dr. Asrin Lubis,
M.Pd, Bapak Dr. Abil Mansyur, M.Si dan Bapak Dr. E.Elvis Napitupulu, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari
perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai
direktorat, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy
Surya selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si,Ph.D selaku
Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Musianto, MA selaku Kepala MTs
Negeri 2 Medan Estate dan Bunda Dra. Hj. Paridawati selaku guru bidang studi
matematika di MTs Negeri 2 Medan Estate yang telah banyak membantu penulis
selama penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahandaku
terkasih Muhammad Yadi, Ibundaku tercinta Julita Munthe, Kedua adikku
Muhammad Syahriyal dan Siti Kholija, dan adik baruku Ayu serta seluruh

v

keluarga yang terus memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan demi
keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, Wijayanti Ibrahim, Ulfa

Armadhani, Wika Candra Kasih, Dhiena Safitri, Husna, Aim Imuet, Roy Adi
Putra Manalu, Fery Putra Alam Bara Munthe, Yuni, Nanda, Nisa dan temanteman seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas DIK C 2012 yang
telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi
ini, dan teman-teman PPLT SMPN 1 Lubuk Pakam beserta semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan
kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata
bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini
dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan,

Juni 2016

Penulis

Suryati
NIM. 4121111026


vi

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

i
ii
iii
iv
vi
viii

ix
xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Definisi Operasional

1
8
9
9
9
10
10


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
2.1.2 Pengertian Pembelajaran
2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah
2.1.3.1 Model Pembelajaran
2.1.3.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
2.1.3.3 Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran
Berbasis Masalah
2.1.3.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis
Masalah
2.1.3.5 Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
2.1.4 Berpikir Kreatif
2.1.4.1 Berpikir
2.1.4.2 Berpikir Kreatif
2.1.4.3 Berpikir Kreatif dalam Matematika
2.2 Kubus dan Balok
2.2.1 Unsur-unsur Pada Kubus dan Balok
2.2.2 Jaring-Jaring Kubus dan Balok
2.2.3 Luas Permukaan Kubus dan Balok

2.2.4 Volume Kubus dan Balok
2.2.5 Pembelajaran Kubus dan Balok dengan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
2.3 Penelitian yang Relevan
2.4 Kerangka Konseptual

11
11
12
12
12
13
16
19
20
21
21
23
26
27

27
31
33
35
36
37
38

vii

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
3.1.2 Waktu Penelitian
3.2.Subjek dan Objek Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
3.2.2 Objek Penelitian
3.3.Jenis Penelitian
3.4.Prosedur Penelitian
3.5.Instrumen Pengumpul Data

3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Reduksi data
3.6.2 Paparan Data
3.6.3 Simpulan Data
3.6.3.1 Analisis Data KBK
3.6.3.2 Hasil Observasi
3.7 Indikator Keberhasilan

39
39
39
39
39
39
39
40
42
44
44
44
44
44
46
47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Siklus I
4.1.1.1. Permasalahan I
4.1.1.2. Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I)
4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I
4.1.1.4. Analisis Data I
4.1.1.4.1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa I
4.1.1.4.2. Hasil Observasi I
4.1.1.5. Refleksi I
4.1.2. Siklus II
4.1.2.1. Permasalahan II
4.1.2.2. Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II)
4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II
4.1.2.4. Analisis Data II
4.1.2.4.1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa II
4.1.2.4.2. Hasil Observasi II
4.1.2.5. Refleksi II
4.2. Temuan Penelitian
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

48
48
48
48
54
55
56
56
65
68
70
70
70
72
73
73
76
79
81
81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

85
85

DAFTAR PUSTAKA

87

ix

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah

19

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kreatif

43

Tabel 3.2

45

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematika

Tabel 3.3 Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran

47

Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Berpikir

49

Lancar pada Tes Awal
Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Berpikir

49

Luwes pada Tes Awal
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Berpikir

50

Original pada Tes Awal
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Berpikir

51

Elaborasi pada Tes Awal
Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Matematika Siswa

51

Berpikir Kreatif pada Tes Awal
Tabel 4.6

Data Kesalahan siswa pada tes awal

52

Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Lancar pada TKBK I

57

Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Luwes pada TKBK I

57

Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Original pada TKBK I

58

Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Elaborasi pada TKBK I

59

Tabel 4.11 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif

60

Pada TKBK I
Tabel 4.12 Data kesalahan siswa pada TKBK I

61

Tabel 4.13 Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I

65

Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Lancar pada TKBK II

73

Tabel 4.15 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Luwes pada TKBK II

74

Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Elaborasi pada

75

TKBK II

x

Tabel 4.17 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Original pada

76

TKBK II
Tabel 4.18 Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran

76

Siklus II
Tabel 4.19 Perbandingan Hasil Penelitian

80

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Jawaban siswa 1

6

Gambar 1.2 Jawaban Siswa 2

7

Gambar 2.1 Piramida Berpikir Kruklik dan Rudnik

23

Gambar 2.2 Volume Kubus dan Balok

35

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas

42

Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif pada TKBK I

59

Gambar 4.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif

61

pada Tes TKBK I
Gambar 4.3 Ketuntasan Siswa Berpikir Kreatif Secara Klasikal

82

Gambar 4.4 Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

83

ix

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaa Pembelajaran I (RPP) Siklus I

89

Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I

101

Lampiran 3 Alternatif Penyelesaian LAS I Siklus I

106

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaa Pembelajaran II (RPP) Siklus I

111

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa II (LAS) Siklus I

117

Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LAS II Siklus I

121

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (RPP) Siklus II

126

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa III (LAS) Siklus II

131

Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian LAS III Siklus II

137

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (RPP) Siklus II

143

Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa IV (LAS) Siklus II

148

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LAS IV Siklus II

152

Lampiran 13 Pedoman Penskoran Tes

155

Lampiran 14 Kisi-Kisi Tes Awal

156

Lampiran 15 Tes Awal

157

Lampiran 16 Alternatif Tes Awal

158

Lampiran 17 Kisi-kisi TKBK I

164

Lampiran 18 TKBK I

165

Lampiran 19 Alternatif TKBK I

166

Lampiran 20 Lembar Validasi TKBK I

170

Lampiran 21 Kisi-kisi TKBK II

171

Lampiran 22 TKBK II

172

Lampiran 23 Alternatif TKBK II

173

Lampiran 24 Lembar Validasil TKBK II

178

Lampiran 25 Daftar Nilai Tes Awal

179

Lampiran 26 Daftar Nilai TKBK I

181

xii

Lampiran 27 Daftar Nilai TKBK II

183

Lampiran 28 Daftar Nama Siswa VIII-3 MTs N 2 Medan

185

Lampiran 29 Daftar Nama Kelompok Siswa

186

Lampiran 30 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan I (Siklus I)

187

Lampiran 31 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan II (Siklus I)

191

Lampiran 32 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan III (Siklus II)

195

Lampiran 33 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan IV (Siklus II)
Lampiran 34 Dokumentasi

199
203

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian dan kemampuan manusia, baik yang berada di lingkungan sekolah
maupun diluar sekolah. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju
dan kompleks, manusia dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat diperoleh melalui
pendidikan. Demikian halnya Indonesia sebagai Negara besar menaruh harapan
besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena
dari pendidikanlah tunas muda harapan bangsa sebagai penerus generasi dibentuk.
Seperti yang tertulis dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal I (dalam UU No.20 Tahun 2003 Sisdiknas):
Pendidikan didefenisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Salah satu pendidikan yang harus dimiliki dan ditingkatkan adalah
kemampuan dalam bidang matematika karena matematika memiliki peranan yang
penting dalam kehidupan. Hal tersebut terdapat dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang menyatakan,
“Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari pendidikan dasar dan menengah”. Mata pelajaran matematika yang diberikan
di pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan
bekerja sama. Kemampuan tersebut merupakan kompetensi yang diperlukan oleh
siswa

agar

dapat

memiliki

kemampuan

memperoleh,

memanfaatkan keadaan yang selalu berubah dan kompetitif.

mengelola,

dan

2

Hal yang sama juga dikatakan oleh Cokkroft (dalam Abdurrahman,
2012:204) yang menyatakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan karena: (1)selalu digunakan dalam setiap
segi kehidupan, (2) semua bidang studi membutuhkan keterampilan
matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informai dalam
berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian,
dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Namun pada kenyataannya, keadaan yang diinginkan tidak sesuai dengan
kondisi yang terjadi. Munandar (2012:27) mengatakan: “Sistem pendidikan saat
ini lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sangat sempit
dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik”.
Konsep kreativitas juga masih kurang dipahami, dan ini mempunyai dampak
terhadap cara mengasuh dan mendidik anak. Padahal kebutuhan akan kreativitas
tampak di semua bidang kegiatan manusia.
Dalam setiap bidang, saat ini sangat membutuhkan individual

yang

produktif yang mampu menghasilkan sesuatu yang berbeda dengan yang lainnya.
Hal ini disebabkan oleh tingkat kebutuhan manusia yang semakin hari semakin
besar. Pentingnya kemampuan berpikir kreatif membuat setiap aspek ilmu
pengetahuan mengembangkan kompetensi berpikir kritis, kreatif, dan produktif di
kalangan peserta didik.
Kreativitas individu tidak lahir dengan sendirinya, tetapi dapat dilahirkan
melalui pembelajaran. Namun pada kenyataannya sistem pendidikan di sekolah
sejauh ini khususnya dalam praktik pembelajaran di kelas lebih menekankan
pengembangan kecerdasan dalam arti sempit dan kurang memberi perhatian
kepada

pengembangan

bakat

kreatif

peserta

didik.

Munandar

(2012)

mengemukakan bahwa konsep kreativitas juga masih kurang dipahami, dan ini
mempunyai dampak terhadap cara mengasuh dan mendidik anak. Padahal
kebutuhan kemampuan berpikir kreatif tampak di semua bidang kegiatan manusia.
Munandar (2012:223) menyatakan bahwa :
“Dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya, sering kita
menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan paksaan
atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan

3

hukuman atau memaksakan aturan-aturan, tetapi juga bila kita
memberikan hadiah atau pujian secara berlebih.”
Demikian juga terjadi dalam matematika, dimana menurut Sisk (dalam
Munandar, 2012:150) yang menyatakan hanya sedikit mata pelajaran yang
diajarkan dengan cara yang begitu kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi,
terutama pada tingkat sekolah dasar, seperti matematika, padahal matematika
begitu penting bagi siswa berbakat dalam abad otomatisasi dan teknologi ini”.
Maka dari itu, guru sebagai fasilitator matematika harus memperhatikan
permasalahan ini, dimana matematika sangat membutuhkan kreativitas yang
menyangkut akal budi, imajinasi, estetika, dan intuisi mengenai hal-hal yang
benar.
Dalam

pembelajaran

matematika,

kita

akan

menemukan

berbagai

permasalahan yang dalam penyelesaiannya bukan hanya dengan melihat buku,
namun dibutuhkan kemampuan pemahaman konsep masalah baik yang telah
lampau maupun yang baru saja dipelajari. Hal ini disebabkan sifat matematika
yang hirarki. Selain itu kemampuan berpikir kreatif juga memiliki peranan yang
sangat penting karena dalam pembelajaran matematika, kita tidak hanya akan
menemukan satu bentuk permasalahan tetapi kita akan menemukan permasalahan
yang akan bervariasi dan kompleks. Berdasarkan paparan tersebut, jelaslah bahwa
dalam belajar matematika, siswa memerlukan kemampuan berpikir kreatif.
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif ini tidak relevan dengan kenyataan
yang ada. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika
masih tergolong rendah. Hal ini sejalan dengan ungkapan Guilford (dalam
Munandar, 2012:7) dalam pidatonya yang mengatakan bahwa:
“Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan
tinggi kita adalah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas
yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun
mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang
memerlukan cara-cara yang baru.”
Berdasarkan hal tersebut, salah satu kemampuan berpikir yang harus dilatih
dalam kajian pembelajaran matematika di sekolah adalah kemampuan berpikir
kreatif dalam memecahkan masalah matematika. Siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir tinggi (kreatif) tidak akan mengalami kesulitan dalam

4

memahami dan memecahkan masalah matematika, sebaliknya siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir rendah (tidak kreatif) mungkin akan mengalami
kesulitan dalam memahami dan memecahkan masalah matematika.
Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam
pembelajaran matematika ketika siswa mencapai kriteria-kriteria tertentu atau
biasa dikenal dengan indikator. Ada empat indikator berpikir kreatif menurut
Fitran (2015:8), yaitu: 1) Fluency (Keterampilan berpikir lancar), yaitu mampu
Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau penyelesaian masalah, 2) Flexibility
(Keterampilan berpikir luwes), yaitu mampu Menghasilkan gagasan, jawaban,
atau penyelesaian masalah yang bervariasi, 3) Originality (Keterampilan berpikir
keaslian/orisinal), mampu membuat gagasan-gagasan yang baru, 4) Elaboration
(Keterampilan

berpikir

rinci/elaboratif),

mampu

memperkaya

dan

mengembangkan suatu gagasan dengan menambahkan detil-detil dari suatu
gagasan sehingga menjadi lebih menarik.
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada
substansi berpikir kreatif. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep
matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah sangat
kurang. Mereka hanya menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau
kemampuan berpikirnya. Trianto (2009:90) menyatakan bahwa sebagian besar
siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi
baru.
Faktor

lain

yang

menyebabkan

kurang

berhasilnya

pembelajaran

matematika adalah keaktifan siswa. Metode konvensional yang banyak dijumpai
dalam pembelajaran mengakibatkan siswa pasif karena sebagian besar proses
pembelajaran didominasi oleh guru, siswa hanya mendengarkan dan mencatat
yang pokok dari penyampaian guru sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran hampir tidak ada. Siswa dikatakan belajar aktif jika ada
mobilitas, misalnya nampak dari interaksi yang terjadi antara guru dan siswa,
antara siswa itu sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan (Krismanto, 2003:1)
bahwa: “Komunikasi yang terjadi tidak hanya satu arah dari guru ke siswa tetapi

5

banyak arah”. Dalam pengajaran matematika diharapkan siswa benar-benar aktif
sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan
lebih lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila
konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas
dan menarik. Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan Herman (2006:3) yakni :
Kegiatan pembelajaran matematika masih berpusat pada guru tidak
mengakomodasi pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi tetapi
hanya mengakomodasi pemikiran tingkat rendah, seperti mengingat dan
mengaplikasikan rumus.
Menyadari pentingnya peningkatan kreativitas generasi bangsa, maka
diperlukan usaha untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Oleh
sebab itu, peneliti melakukan sebuah observasi untuk melihat kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di sekolah MTs Negeri
2 Medan Estate pada tanggal 7 Januari 2016, kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa masih rendah, karena masih terdapat beberapa masalah sebagai
berikut:
1.

Sebagian siswa masih sulit menyelesaikan soal-soal matematika

2.

Saat guru selesai memberikan pembelajaran, dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya, jarang sekali siswa mengajukan pertanyaannya.

3.

Siswa kurang memiliki rasa percaya diri dalam mengungkapkan ide-ide yang
ada yang dalam pikiran mereka terutama saat guru memberikan pertanyaan.
Saat melakukan observasi, peneliti juga menemukan bahwa dalam

pembelajarannya guru hanya menggunakan metode ceramah dan bersifat
konvensional. Dimana guru hanya berperan sebagai sumber informasi dan siswa
hanya berperan sebagai penerima. Sehingga siswa tidak memahami pembelajaran
seutuhnya dan tak mampu mengembangkannya.
Pada kesempatan yang sama peneliti juga mewawancarai seoarang guru
matematika di kelas VIII MTs Negeri 2 Medan yaitu Bunda Farida, S.Pd yang
menyatakan bahwa: “Siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal matematika
jika soal tersebut mirip dengan contoh soal yang diberikan. Jika soal yang

6

diberikan

sedikit

bervariasi,

siswa

akan

langsung

kebingungan

menyelesaikannya”.
Observasi selanjutnya adalah pemberian tes yang berhubungan dengan
kreativitas yang berbentuk uraian. Berikut soal yang diberikan untuk melihat
kemampuan berpikir kreatif siswa:
1.

Perhatikanlah gambar di bawah ini. hitunglah keliling dan luas bangun yang
diarsir.
3

8

?

16

12

Gambar 1.3 Jawaban siswa
Pada soal no 1 yang diukur yaitu aspek original dan keluwesan dimana
siswa diharapkan dapat menjawab soal dengan memberikan banyak cara
penyelesaian. Kebanyakan siswa hanya menjawab 1 cara saja seperti jawaban di
atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya unsur original siswa
dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
2.

Atap sebuah rumah terdiri dari dua buah bangun berbentuk persegi panjang
yang masing masing berukuran 10 m x 8 m. Jika tiap m2 atap tersebut

7

membutuhkan 13 buah genteng berapa banyakkah genteng yang yang
dibutuhkan untuk menutup atap rumah tersebut ?

Gambar 1.4 Jawaban siswa
Pada soal no 2 yang diukur adalah aspek kelancaran dan elaborasi siswa
dimana siswa dapat menjawab soal dengan lancar memberikan jawaban yang
benar secara terperinci. Namun, kebanyakan siswa menjawab seperti jawaban di
atas dan tidak teliti dalam menyelesaikan soal yang diberi sehingga terdapat
kesalahan dari hasil yang diperoleh.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti kepada 44 siswa kelas
VIII-3 MTs Negeri 2 Medan Estate diperoleh bahwa rata-rata kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa dikategorikan rendah. Diperoleh 1 siswa
(2,27%) yang memiliki kemampuan berpikir kreatif sangat tinggi (�̅ =93,75), 2
siswa (4,54%) yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi �̅ =

siswa (13,64%) yang memiliki kemampuan berpikir kreatif sedang �̅ =

,

, 6

, dan

35 siswa (79,55%) yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang sangat rendah
(�̅ =57,32). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih
dalam kategori rendah padahal kemampuan ini sangat penting dimiliki oleh setiap

individu. Oleh sebab itu, peneliti hendak melakukan penelitian untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul, terutama berkaitan
dengan praktek pembelajaran matematika di kelas dan pentingnya meningkatkan
kemampuan

berpikir

kreatif

matematika,

maka

upaya

inovatif

untuk

menangggulanginya perlu segera dilakukan. Salah satu alternatif yang dapat
mengatasi

permasalahan

tersebut

adalah

dengan

meningkatkan

kualitas

8

pembelajaran melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Fokus utama dalam
upaya peningkatan kualitas pembelajaran ini adalah memposisikan guru sebagai
perancang dan organisator pembelajaran sehingga siswa mendapat kesempatan
untuk memahami dan memaknai matematika melalui aktivitas belajar serta
memberikan ruang kepada siswa untuk bisa menemukan dan membangun konsep
sendiri sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ini
menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan nyata sebagai pijakan
dalam belajar. Model ini dirasakan tepat karena kemampuan berpikir kreatif akan
muncul apabila didukung oleh suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student-centered), sehingga siswa bebas mengemukakan gagasan-gagasan yang
timbul dari dalam dirinya serta lingkungan belajar yang mendukung peran aktif
siswa pada pembelajaran tersebut. Tan (dalam Rusman, 2012:229) menyatakan
bahwa “Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran
karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan
melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat
memberdayakan,

mengasah,

menguji

dan

mengembangkan

kemampuan

berpikirnya secara berkesinambungan”.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan
penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah di MTs Negeri 2 Medan Estate”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diidentifikasi
adalah:
1.

Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa MTs Negeri 2 Medan Estate
masih rendah.

2.

Penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru MTs Negeri 2 Medan
Estate kurang tepat, dimana

guru tersebut masih menggunakan model

9

pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dalam
pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
3.

Siswa Mts Negeri 2 Medan Estate mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
permasalahan matematika yang membutuhkan kemampuan berpikir kreatif.

1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka
peneliti perlu memberi batasan terhadap masalah yang akan dikaji sehingga dapat
dilakukan analisis yang terarah dan mendalam. Berdasarkan identifikasi masalah
yaitu
1.

Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa MTs Negeri 2 Medan Estate
masih rendah.

2.

Penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru MTs negeri 2 Medan
Estate kurang tepat, dimana

guru tersebut masih menggunakan model

pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dalam
pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
Sehingga masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pembelajaran pada
materi kubus dan balok dengan model pembelajaran berbasis masalah sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa pada
materi kubus dan balok di kelas VIII-3 MTs N 2 Medan dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah?

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
pada materi kubus dan balok di kelas VIII-3 MTs N 2 Medan dengan menerapan
model pembelajaran berbasis masalah.

10

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagi guru, menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam menerapkan
model pembelajaran berbasis untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa.

2.

Bagi siswa, agar lebih mudah memahami materi dalam pelajaran matematika,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.

3.

Bagi

peneliti,

meningkatkan

pengetahuan

dan

pemahaman

tentang

pembelajaran berbasis masalah sebagai wahana untuk mengembangkan dan
menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan. Memberikan
pengalaman yang berharga dan memotivasi peneliti untuk memilih strategi
yang tepat di kemudian hari.
4.

Bagi Pihak Sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
rangka perbaikan kualitas pembelajaran terutama dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.

1.7 Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis maslah dan
berfikir kreatif.
1.

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah model
pembelajaran yang dirancang agar kemampuan berfikir siswa dapat
dioptimalisasikan yaitu, melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

2.

Kemampuan Berpikir Kreatif adalah kemampuan berpikir secara bervariasi
dan memiliki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
persoalan yang melibatkan dimensi kreativitas, yaitu:
a.

Kelancaran (fluency)

b.

Keluwesan (flexibility)

c.

Keaslian/Orisinal (originality)

d.

Elaborasi

85

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah model
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas VIII-3 MTs Negeri 2 Medan Estate dimana peningkatan diperoleh
setelah dilaksanakannya pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pada tes awal,
diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 61,5 dalam
kategori rendah dan terdapat 9 orang siswa (20,45%) yang mencapai ketuntasan
berpikir kreatif. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata
kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 61,93 yang termasuk dalam kategori
rendah dan siswa yang mencapai ketuntasan berpikir kreatif telah mencapai
52,27%. Namun persentase ini belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal,
oleh karena itu dirancang siklus II. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II
diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 75,43 yang
termasuk dalam kategori sedang dan siswa mencapai ketuntasan belajar 86,36%.
Persentase ini telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, oleh karena itu
tindakan dihentikan di siklus II.
5.2. Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1.

Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran
matematika disarankan guru menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah dengan penyelidikan secara berkelompok dan memberikan siswa
hadian untuk menarik motivasi siswa.

2.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di kelas VIII-3 MTs Negeri 2 Medan Estate tahun ajaran
2015/2016.

86

3.

Kepada siswa MTs Negeri 2 Medan Estate khususnya siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif matematika rendah agar lebih banyak berlatih,
membaca dan tidak sungkan-sungkan untuk mengkomunikasikan ide-ide
matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran
matematika.

4.

Kepada peneliti lanjutan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan untuk menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah
pada materi kubus dan balok ataupun pokok bahasan lain yang dapat
dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

87

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Atsnan, dkk, (2013), Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran
Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Jurnal Pendidikan
Matematika
Pasca
Sarjana
UNY.
[Online].
Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/10777/1/P%20-%2054.pdf [14 Februari 2016].
Aziz, A., (2012), Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik (PMRI), Jurnal (Al-Bidayah, vol 4 no 1, Juni 2012), Universitas
PGRI, Yogyakarta.
Daryanto, (2014), Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, gava
Media, Yogyakarta.
Ferdiansyah, F.,(2012), Pengertian Berpikir Kreatif Matematis: http : // fery
ferdiansyah16.blogspot.com/2012/11/berpikirkreatif-matematis.html
(Diakses 25 januari 2016)
Fitran, K., (2015), Deskripsi Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif Dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Pada Materi Kubus Dan Balok Di Kelas
VIII, Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Herman,T., (2006), Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMP. Laporan
Penelitian. UPI Bandung.
http://www.scribd.com/doc/294180480/Pedoman-Penskoran-Soal-TesKemampuan-Berpikir-Kreatif#scribd.

Krismanto, A., (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan pada pelatihan
Instruktur/Pengembang SMU 28 Juli s.d. 10 Agusutus 2003. Yogyakarta:
PPPG Matematika.
Mawaddah, I., (2013), Definisi Berpikir Kreatif, http : // innamawaddah .blogspot
.com/2013/05/definisi-berpikir-kreatif.html (Diakses 28 januari 2016).
Munandar, U., (2012), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :
Rineka Cipta.

88

Nuharuni, D., dkk, (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya Untuk SMP/
MTs kelas VIII, Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Prasetiyo, A., (2014). Berpikir Kreatif Siswa Dalam Penerapan Model
Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan
Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, [on-line] Vol 2, Vol 1, Maret 2014.
Avaliable: http://lppm.stkipgri-sidoarjo.ac.id/files/Berpikir-Kreatif-SiswaDalam-Penerapan-Model-Pembelajaran-Berdasar-MasalahMatematika.pdf.
(Dikases 20 januari 2016, 15:37).
Rusman, (2012), Model-model Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses
pendidikan, Jakarta, Kencana.
Sidu, R., (2013), Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa pada
Soal Open-Ended dalam Materi Sistem Persaamaan Linear Dua Variabel,
Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudjana, N., (2010), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep,
Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta,
Departemen Pendidikan Nasional.