PEMANFAATAN SITUS SEJARAH LOYANG MENDALE SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VII MTSN PEGASING KABUPATEN ACEH TENGAH.

(1)

PEMANFAATAN SITUS SEJARAH LOYANG MENDALE SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VII MTsN

PEGASING KABUPATEN ACEH TENGAH

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Dasar Oleh:

INGE AYUDIA NIM: 8146181007

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Inge Ayudia. 2016. Pemanfaatan Situs Sejarah Loyang Mendale Sebagai Sumber Belajar IPS Pada Siswa Kelas VII MTsN Pegasing Kabupaten Aceh Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan metode pembelajaranyang digunakan oleh guru dalam memanfaatkan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS bagi peserta didik kelas VII di MTsN Pegasing; (2) mengetahui apresiasi peserta didik terhadap situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar IPS; (3) menganalisis kendala yang dihadapi guru dalam memanfaatkan situs sejarah Loyang Mendale pada pembelajaran IPS. Subjek penelitian adalah guru mata pelajaran IPS dan peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar IPS. Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif naturalistik. Teknik pengumpulan data: Wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data dianalisis secara kualitatif yaitu dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Verifikasi dilakukan dengan empat kriteria keabsahan data, yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Hasil penelitian menunjukkan: (1) pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode karya wisata yaitu metode atau cara belajar diluar kelas yang dilakukan dengan melihat atau mengamati materi pelajaran secara langsung di alam bebas; (2) apresiasi peserta didik terhadap situs sejarah Loyang Mendale dapat dilihat melalui kebanggaan seluruh peserta didik dengan mempublikasikan, mengkomunikasikan dan menginformasikan peninggalan sejarah yang ditemukan di situs sejarah Loyang Mendale melalui kegiatan diskusi dalam mengerjakan LKS dan presentasi hasil pengamatan; (3) terdapat 2 kendala yang dihadapi guru, yaitu: teknis di lapangan dan ketidaksiapan guru dalam pembelajaran IPS.


(6)

ABSTRACT

Inge Ayudia. 2016. The Utilization ot the Historical Sites Loyang Mendale as a Source of Learning IPS In Student Class VII MTsN Pegasing Central Aceh District.

This study aims to: (1) describe the methods used by teachers pembelajaranyang in Loyang Mendale utilizing historical sites as a source of learning in social studies lesson for students of class VII in MTsN Pegasing; (2) determine the appreciation of learners to Loyang Mendale historical sites as a source of social studies; (3) to analyze the obstacles faced by teachers in the use of historical sites Loyang Mendale on learning IPS. The subjects are social studies teachers and students involved in the learning process by utilizing historical sites Loyang Mendale as a learning resource IPS. This research is qualitative naturalistic. Data collection techniques: interview, observation and documentation. Data were analyzed qualitatively that the data reduction, data presentation and conclusion. Verification is done by four data validity criteria, namely: the degree of confidence (credibility), keteralihan (transferability), dependability (dependability), and certainty (confirmability). The results showed: (1) the use of historical sites Loyang Mendale as a learning resource by using the method of travel works is the method or way of learning outside the classroom is done by watching or observing the subject matter directly in the wild; (2) the appreciation of learners to Loyang Mendale historical sites can be seen through the pride of all learners to publish, communicate and inform historical relics found at the site Mendale Loyang history through discussions in working on worksheets and presentation of results of observation; (3) there are two obstacles faced by teachers, namely: technical field and unpreparedness of teachers in social studies learning.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini berjudul Pemanfaatan Situs Sejarah Loyang Mendale Sebagai Sumber Belajar IPS Pada Siswa Kelas VII MTsN Pegasing

Kabupaten Aceh Tengah”. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk

memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis mendapat bimbingan dari para dosen dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Asisten Direktur I, dan Prof. Dr.

Busmin Gurning, M.Pd selaku Asisten Direktur II Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dasar, dan Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

4. Dr. Phil. Ichwan Azhari, MS dan Prof. Dr. Yusnadi, MS, selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah penuh kesabaran, perhatian dan meluangkan waktunya serta telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis selama penulisan tesis ini.


(8)

5. Dr. Reh Bungana Br Perangin-angin, M.Hum, Dr. Hidayat, M.Si dan Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku penguji yang telah banyak memberi masukan dan saran demi perbaikan tesis ini.

6. Bapak/Ibu dosen Prodi Pendidikan Dasar yang telah memberikan ilmu, motivasi dan saran yang bermanfaat selama perkuliahan berlangsung.

7. Seluruh staff pegawai PPs Unimed, terkhusus kepada Abangda Hizrah Syahputra Harahap yang telah banyak memberikan saran dan bantuan sejak peneliti melaksanakan perkuliahan perdana sampai pada penyusunan berkas. 8. Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu guru staf pengajar MTs Negeri Pegasing

Kabupaten Aceh Tengah, yang telah banyak memberikan bantuan dan kerjasama selama penulis melakukan penelitian di Sekolah tersebut.

9. Seluruh pengelola Situs Sejarah Loyang Mendale dan Staf Museum Negeri Gayo Kabupaten Aceh Tengah selaku observer selama penulis melakukan penelitian

10. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Hamdan, S.H dan Ibunda Dra. Isnaini yang dengan penuh kasih sayang, perhatian dan kesabaran telah menuntun penulis untuk bersabar dan tawakal untuk menghadapi tantangan dalam penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridhoNya kepada keduanya.

11. Adik-adikku tercinta Sediken Tara Munthe, Ilham Syahra Munthe dan Syafira Humaira Munthe yang senantiasa memberikan perhatian, do’a, kebahagiaan, cinta dan kasih sayang disetiap kehidupan peneliti.


(9)

12. Teman-teman seperjuangan kelas A1 Reguler 2014 dan konsentrasi IPS, khususnya teman-teman yang telah membantu penelitian yaitu: Maisarah, Putri Rahmi, Lia Sa’adah, Raysyah Putri Sitanggang, Indriani Susiwi dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

13. Sahabat tersayang Rita Devi, Desi Arae, Rismawati dan Sasmika Dewi yang senantiasa memotivasi dan memberikan do’a serta dukungan kepada peneliti. 14. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan

dalam penyelesaian tesis ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik atas bantuan dan bimbingan yang diberikan. Dengan penuh harapan kiranya tesis ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Amin.

Medan, Mei 2016 Penulis,

Inge Ayudia NIM. 8146181007


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Batasan Istilah ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoretis ... 13

2.1.1. Sumber Belajar ... 13

2.1.2. Situs Sejarah ... 23

2.1.3. Loyang Mendale ... 28

2.1.4. Teori Belajar Relevan ... 35

2.2 Penelitian Relevan ... 36

2.3 Kerangka Berpikir ... 41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Subyek dan Lokasi Penelitian ... 45

3.3 Populasi dan Sampel ... 45

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.5 Teknik Analisis Data ... 51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


(11)

4.1 Hasil Penelitian ... 56 4.1.1 Deskripsi Situs Sejarah Loyang Mendale ... 56 4.1.2 Pemanfaatan Situs Sejarah Loyang Mendale sebagai

Sumber Belajar IPS ... 67 4.1.3 Apresiasi Peserta didik terhadap Situs Sejarah Loyang Mendale

sebagai Sumber Belajar pada Pembelajaran IPS ... 77 4.1.4 Kendala Guru dalam Pemanfaatan Situs Sejarah Loyang

Mendale sebagai Sumber Belajar pada Pembelajaran IPS ... 79 4.2 Pembahasan ... 82 4.2.1 Pemanfaatan Situs Sejarah Loyang Mendale sebagai

Sumber Belajar IPS ... 82 4.2.2 Apresiasi Peserta Didik terhadap Situs Sejarah Loyang Mendale

sebagai Sumber Belajar pada Pembelajaran IPS ... 86 4.2.3 Kendala Guru dalam Pemanfaatan Situs Sejarah sebagai Sumber

Belajar pada Pembelajaran IPS ... 89 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 93 5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 42

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data (Flow Model)... 51

Gambar 3.2 Proses Teknik Triangulasi ... 53

Gambar 3.3 Proses Triangulasi Sumber ... 54

Gambar 4.1 Skema Pemanfaatan Situs Sejarah Loyang Mendale sebagai Belajar pada Pembelajaran IPS ... 72


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Pedoman Observasi ... 100

2. Lembar Observasi Guru ... 101

3. Pedoman Wawancara... 103

4. Pedoman Studi Dokumentasi ... 104

5. Format Wawancara ... 105

6. Hasil Observasi Penelitian di MTs Negeri Pegasing Kabupaten Aceh Tengah... 107

7. Hasil Observasi Penelitian di MTs Negeri Pegasing Kabupaten Aceh Tengah... 109

8. Hasil Observasi Penelitian di MTs Negeri Pegasing Kabupaten Aceh Tengah... 111

9. Hasil Observasi Penelitian di Situs Sejarah Loyang Mendale dan Museum Negeri Gayo Kabupaten Aceh Tengah ... 112

10.Hasil Transkrip Wawancara ... 114

11.Panduan Proses Kunjungan ke Situs Sejarah Loyang Mendale ... 122

12.Silabus Pembelajaran ... 124

13.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 129

14.Lembar Kerja Siswa ... 133

15.Dokumentasi Proses Pembelajaran ... 145

16.Koleksi Penemuan di Situs Sejarah Loyang Mendale ... 174

17.SK Pembimbing Tesis ... 184

18.Undangan Seminar Proposal Tesis ... 185

19.Daftar Revisi Seminar Proposal... 186

20.Izin Penelitian Lapangan ... 187

21.SK Penelitian dari MTs Negeri Pegasing ... 188

22.SK Penelitian dari DISPARPORA Aceh Tengah ... 189

23.Daftar Revisi Sidang Tesis ... 190


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tanah Gayo meliputi pusat pegunungan Bukit Barisan bagian Utara yang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian diatas 1.000 Meter diatas permukaan laut. Wilayahnya terpotong-potong oleh punggung-punggung bukit. Punggung-punggung bukit dimaksud merupakan hulu-hulu sungai besar dan penting, seperti Sungai Peusangan, Meulaboh, Jambo Aye/Jemer, Tripa, Temiang dan Sungai Peurlak dengan beberapa anak sungainya. Jajaran bukit barisan yang membentang disebelah Utara merupakan batas alam yang memisahkan Tanah Gayo dengan pesisir Aceh bagian Utara. Kemudian dibagian Barat melengkung dibagian hulu Sungai Seunagan, arah ke Timur Bur Ni Alas dan Bur Ni Serbe Langit yang langsung berbatasan dengan Tanah Alas dan Tanah Batak. Secara tradisional wilayah Tanah Gayo terbagi atas empat bagian yaitu Wilayah Lut Tawar, Wilayah Deret (daerah Jambo Aye), Wilayah Gayo Lues dan Gayo Tanyo serta Wilayah Serbe Jadi (Hugronje, 1996).

Adanya empat wilayah tradisional tersebut sangat mungkin menjadikan Tanah Gayo terbagi menjadi empat kelompok besar, namun masih satu bahasa, yaitu Bahasa Gayo dengan dialek yang sedikit bervariasi antar wilayah tersebut. Masyarakatnya hingga kini banyak bergerak di bidang pertanian, peternakan dan juga perikanan. Masyarakat Gayo menganut paham patrilinial dimana di dalam satu rumah biasanya didiami oleh satu keluarga batih, walaupun ada keluarga baru


(15)

mereka akan membuat rumah disekitar rumah induk, begitu seterusnya hingga terbentuk satu kampung yang merupakan satu belah.

Keberadaan tentang asal usul masyarakat Gayo yang mendiami Dataran Tinggi Tanah Gayo, dapat dikatakan belum terungkap dengan jelas, dikarenakan bahan-bahan sejarah yang pernah ada ditulis sangat terbatas. Tim peneliti dan penulis Monografi Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Tengah dari Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh tahun 1997 menulis bahwa suku bangsa Gayo berasal dari Melayu Tua yang datang ke Sumatera gelombang pertama dan menetap di pantai Utara dan Timur Aceh dengan pusat pemukiman di wilayah antara muara aliran Sungai Jambo Aye, Sungai Perlak dan Sungai Temiang. Kemudian menyusur daerah aliran sungai-sungai itu berkembang ke Serbejadi, Lingga dan Gayo Lues.

Burhanuddin salah seorang peserta Seminar Temu Budaya Nusantara Pekan Kebudayaan Aceh ke 3 di gedung Mount Mata Banda Aceh dari Brunai Darussalam menanggapi bahwa makna kata Gayo dalam bahasa Melayu Brunai Darussalam dan Malaysia adalah indah. Kata itu diungkap masyarakat lapisan atas pada upacara tertentu di Brunai Darussalam dan Malaysia (Ibrahim, 2007).

Menurut sebuah informasi yang disampaikan secara turun temurun (kekeberen), kata Gayo berasal dari kata “Garib” dan “Gaib”. Hal ini dihubungkan dengan datangnya pertama sekali leluhur orang Gayo ke wilayah ini, yaitu pemimpin rombongan yang datang tidak nampak wujudnya, tapi kedengaran suaranya. Ada lagi yang menghubungkan kata Gayo dengan “Dagroian” yang


(16)

berasal dari kata-kata “Drang-gayu” yang artinya orang Gayo, dan ada juga menyebut dengan sebutan pegayon yang artinya mata air yang jernih.

Sebelum dataran Tinggi Gayo dihuni oleh Melayu Tua, sebenarnya daerah ini telah dihuni oleh golongan Manteue yang menyingkir kepedalaman akibat kedatangan Melayu Tua. Melayu Tua terdiri dari suku Leong, Chong, Lie dan Hoo yang berasal dari Mongolia di pegunungan Himalaya, menempati daerah Peurlak dan sekitarnya melalui pantai Timur Selat Malaka pada tahun 2.500 SM dengan sistem hidup berpuak-puak. Melayu Tua ini sebelumnya mendiami pesisir kemudian menyebar kepedalaman adalah suku Gayo, Alas, Nias, Batak dan Suku Toraja (Latief, 1995).

Para ahli sejarah berpendapat, bahwa penduduk yang bermukim di wilayah pedalaman merupakan orang yang datang gelombang pertama ke benua atau pulau itu. Orang Gayo, orang Batak dan lain-lainnya yang bermukim di wilayah pedalaman pulau Sumatera adalah mereka yang pada mulanya datang dari Hindia belakang gelombang pertama dan menetap di pantai dari arah mana mereka datang. Kemudian menyebar ke pedalaman melalui aliran sungai untuk memperluas usaha dan menambah penghasilan (Ibrahim, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Arkeologis yang diteliti oleh Ketut Wiradnyana dan Taufikurrahman Setiawan di situs Loyang Mendale yang terletak di daerah Takengon menemukan titik terang tentang keberadaan asal suku Gayo, mereka berkesimpulan bahwa sebelum 7.400 tahun yang lalu telah ada kelompok orang dengan ras Austromelanesoid yang tinggal di pesisir-pesisir timur pulau Sumatera. Mereka adalah pengusung budaya Hoabinh, yaitu sebuah budaya yang


(17)

berasal dari Vietnam bagian Utara, yang hidup dengan mengeksploitasi biota marti. Kelompok manusia ini diindikasikan ada beberapa dan mereka hidup dengan cara berburu dan juga menangkap ikan serta mengumpulkan berbagai jenis kerang-kerangan ataupun siput sebagai bahan pangan. Pada kisaran 4.000 tahun yang lalu, mereka juga telah mengenal bercocok tanam sederhana, yaitu dengan menanam umbi-umbian dan kacang-kacangan disekitar hunian. Karena berbagai hal, diantara keterbatasan bahan pangan, bencana alam, seperti banjir dan mungkin juga tsunami, mereka berpindah dengan menyusuri sungai-sungai yang bermuara di laut disekitar tempat tinggalnya. Salah satu dari kelompok orang ini diantaranya bertempat tinggal di Loyang Mendale (Wiradnyana, 2011).

Dalam konteks ilmu pengetahuan, situs di Tanah Gayo memiliki peran penting, diantaranya sebagai salah satu bukti adanya migrasi Austromelanesoid di pedalaman Sumatera dan juga Austronesia di Indonesia bagian barat. Selama ini ada kecenderungan aktivitas Austramelanesoid hanya di pesisir saja dan Austronesia kerap dikaitkan dengan alur migrasi di Indonesia bagian timur. Dalam konteks kebudayaan lokal, berbagai budaya prasejarah yang terekam, tampaknya memberikan kontribusi yang kuat bagi kebudayaan Gayo khususnya kebudayaan pra Islam. Banyaknya situs sejarah di Kabupaten Aceh Tengah ini menjadi modal dalam pengembangan pendidikan khususnya bagi pembelajaran peserta didik di sekolah, karena situs sejarah menjadi bagian dari lingkungan. Sudah menjadi prinsip pendidikan bahwa pendidikan harus dimulai dari lingkungan terdekat dan berkembang ke lingkungan terjauh. Lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan budaya, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi,


(18)

lingkungan fisik beserta keseluruhan aspek yang ada di dalamnya seperti ilmu, teknologi dan kekayaan lainnya.

Pembelajaran IPS sejarah merupakan pembelajaran tentang masa lampau, sehingga perlu untuk diperhatikan, bagaimana seorang guru memandang masa lampau tersebut, dan bagaimana materi tentang masa lampau tersebut (Widja dalam Nurul Dkk, 2013). Di sekolah pada umumnya mengandalkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar, sedangkan lingkungan sekitar masih belum optimal dimanfaatkan. Dengan demikian proses pembelajaran IPS sejarah masih berkutat di dalam kelas dan peserta didik tidak dikenalkan dengan lingkungan sekitarnya sehinga pembelajaran IPS sejarah makin menjauhkan peserta didik dengan lingkungannya. Dengan demikian pembelajaran IPS sejarah terkesan menjemukan dan kurang bermakna. Hal ini terjadi di sekolah-sekolah sekitar Kabupaten Aceh Tengah mulai tingkat pendidikan dasar maupun tingkat menengah. Kemajuan teknologi dan informasi saat ini sudah banyak membantu mengatasi keterbatasan sumber belajar yaitu melalui jasa internet, tetapi itu juga memerlukan dana yang tidak sedikit, belum lagi sumber daya manusia yang ahli dibidang ICT masih sangat terbatas.

Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, bahkan sering membebani orang tua peserta didik. Padahal guru dapat memanfaatkan sumber belajar yang sederhana dan murah. Salah satunya dengan melalui belajar di luar kelas dengan mengunjungi benda-benda sejarah.


(19)

Masyarakat pada umumnya masih menganggap terhadap keberadaan situs-situs sejarah sebagai tempat atau benda-benda mati yang tidak terkait dengan kehidupan masa kini apalagi terhadap pembelajaran. Mereka pada umumnya datang mengunjungi situs sejarah hanya untuk melihat makam leluhurnya atau berwisata yang maknanya hanya bersenang-senang. Demikian pula para peserta didik tidak tahu bahwa situs sejarah terkait dengan kehidupan saat ini, akibatnya generasi muda sekarang tidak mengenal budaya daerahnya sehingga jati dirinya makin terkikis oleh arus globalisasi. Oleh karena itu diperlukan inovasi pembelajaran IPS yang bisa memanfaatkan potensi lingkungannya diantaranya situs sejarah yang ada disekitarnya dalam pembelajaran bagi peserta didiknya. Melalui pembelajaran IPS sejarah dengan memanfaatkan situs sejarah, peserta didik diharapkan bisa lebih mengenal secara faktual sebuah kekuasaan dan tokoh di daerahnya secara komprehensif (Zahroh, 2012).

Pembelajaran IPS sejarah yang kaku, statis yang hanya terpaku pada fakta-fakta dan abstrak itu dikatakan masih konvensional (old history), sehingga perlu dikembangkan pembelajaran IPS sejarah yang baru (new history) yang mulai dikenalkan atau dikaitkan pada hal-hal yang lebih nyata dan berprinsip pada lingkungan terdekat, mudah dilaksanakan dan lebih mengembangkan potensi belajar peserta didik. Untuk itu pembelajaran IPS sejarah di sekolah tidak lagi dominan berdasarkan landasan filosofis perenialis dan essensialis yang tidak terjadi interaksi dengan kenyataan yang dialami dan kebutuhan peserta didik. Tetapi berubah filosofis progresivisme atau rekonstruksi sosial yang bersifat efektif yang sudah saatnya untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPS sejarah


(20)

termasuk dalam perspektif lokal, sehingga rasa memiliki atas kelokalannya tumbuh (Supardan D, 2012).

Keberadaan situs sejarah terkait dengan suatu tempat di mana situs tersebut berada. Dengan demikian pembelajaran IPS sejarah yang mengakomodir pada pemanfaatan situs sejarah sebagai media atau sumber belajar tiada lain adalah sejarah lokal. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau dikenal dengan Kurikulum 2006 memberikan peluang yang begitu luas untuk mengembangkan sejarah lokal dalam pembelajaran di sekolah termasuk di jenjang pendidikan dasar (SMP/MTs) yang menempatkan sejarah sebagai bagian dari IPS. Namun demikian peluang ini masih belum bisa dimanfaatkan oleh guru IPS sejarah. Hal ini didasarkan materi pelajaran sejarah yang dikembangkannya pada silabus dan rencana pembelajaran sejarah khususnya di sekolah-sekolah jenjang SMP/MTs masih belum terkait dengan lokal setempat misalnya Kota Takengon sebagai daerah yang punya latar belakang. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah (Oemar, 2015).

Hal ini terkendala dengan keterbatasan dari guru IPS sejarah itu sendiri dan kurangnya motivasi baik dari dalam dirinya maupun dari luar. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan pembelajaran IPS sejarah sangat dibutuhkan khususnya bagi guru sejarah di sekolah. Melalui pembelajaran IPS sejarah peserta


(21)

didik dikenalkan dengan sejarah lingkungan sekitarnya, kemudian meluas ke lingkungan yang lebih besar dalam lingkup nasional, sehingga rasa kebangsaan peserta didik tumbuh. Karena itu melalui pembelajaran IPS sejarah pengembangan “collective memory” sebagai bangsa dapat dilaksanakan.

Pembelajaran IPS sejarah di sekolah jenjang SMP/MTs di Kabupaten Aceh Tengah dengan memanfaatkan situs sejarah sangat jarang dilaksanakan, khususnya di Madrasah Tsanawiyah Negeri Pegasing, sehingga gambaran pemanfaatan situs sejarah tersebut dalam pembelajaran IPS sejarah tidak terekam termasuk efeknya bagi peningkatan kualitas pembelajaran IPS sejarah juga tidak terlihat. Oleh karena itu penelitian dalam konteks pemanfaatan situs sejarah dalam pembelajaran IPS sejarah ini penting dilakukan.

Salah satu situs sejarah yang sarat dengan sejarah keberadaan suku Gayo di Kabupaten Aceh Tengah adalah situs sejarah Loyang Mendale. Pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar IPS sejarah di MTs Negeri Pegasing menjadi pilihan untuk dijadikan judul penelitian ini dengan pertimbangan: Pertama, lokasi Situs sejarah Loyang Mendale jaraknya tidak jauh dari sekolah ± 8 KM, sehingga untuk sampai ke lokasi tidak memerlukan waktu yang lama dengan menggunakan kendaraan waktu yang diperlukan ± 15 menit. Kedua, lokasi situs ini strategis di pinggir jalan raya pinggiran danau Laut Tawar. Ketiga, dari aspek kemudahan data, sudah dikeluarkannya beberapa tulisan tentang situs sejarah tersebut sehingga memudahkan bagi siapa saja yang memerlukannya sebagai sumber. Keempat, pembelajaran IPS sejarah dengan pemanfaatan situs sejarah jarang dilakukan oleh guru IPS sejarah di sekolah ini


(22)

dan belum pernah dilakukan penelitian. Kelima, dari segi konten (isi) situs sejarah Loyang Mendale terkait dengan materi pembelajaran di jenjang SMP/MTs kelas VII yaitu Zaman Praaksara di Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis terdorong dan berketetapan hati untuk melakukan penelitian ini dengan judul: “Pemanfaatan Situs Sejarah Loyang Mendale Sebagai Sumber Belajar IPS Pada Siswa Kelas VII MTsN Pegasing Kabupaten Aceh Tengah”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan tersebut diatas maka

fokus penelitiannya adalah “Bagaimana pemanfaatan situs sejarah Loyang

Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS”. Dengan demikian rumusan masalah dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan guru dalam memanfaatkan

situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS bagi peserta didik kelas VII di MTsN Pegasing?

2. Bagaimana apresiasi peserta didik terhadap situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS?

3. Kendala apa saja yang dihadapi guru dalam memanfaatkan situs sejarah Loyang Mendale pada pembelajaran IPS?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui “Pemanfaatn situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS”. Dengan demikian tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:


(23)

1. Mendeskripsikan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam memanfaatkan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS bagi peserta didik kelas VII di MTsN Pegasing.

2. Mengetahui apresiasi peserta didik terhadap situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar IPS.

3. Menganalisis kendala yang dihadapi guru dalam memanfaatkan situs sejarah

Loyang Mendale pada pembelajaran IPS. 1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini, adapun manfaat penelitian adalah:

a. Secara Teoretis

1. Memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam memanfaatkan situs sejarah

Loyang Mendale sebagai salah satu sumber belajar pada pembelajaran IPS sejarah di tingkat satuan pendidikan SMP/MTs di Kabupaten Aceh Tengah.

2. Memberikan kontribusi bagi guru dalam merancang dan melaksanakan

pembelajaran IPS sejarah melalui pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar.

3. Sebagai bahan pengembangan wawasan bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah yang sama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

b. Secara Praktis

1. Untuk peserta didik: menambah wawasan dan pengetahuan nilai-nilai sejarah melalui pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar.


(24)

2. Untuk Guru: menjadi masukan bagi guru IPS Sejarah yang tergabung dalam MGMP IPS se-Kabupaten Aceh Tengah dalam mengembangkan IPS sejarah melalui pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale atau situs sejarah lainnya yang terkait sebagai sumber belajar.

3. Untuk Sekolah: menjadi referensi bagi sekolah jenjang SMP/MTs dalam mengembangkan sejarah lokal dalam pembelajaran IPS atau sejarah.

1.5 Batasan Istilah

Untuk memperjelas arah penelitian ini penulis membuat batasan istilah agar penelitian ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

1. Pemanfaatan Situs Sejarah Loyang Mendale

Pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar adalah pembelajaran dengan memanfaatkan situs sejarah Loyang Mendale melalui metode karya wisata dan pemberian tugas dalam mata pelajaran IPS.

2. Sumber Belajar IPS

Sumber belajar merupakan daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sumaatmadja (1984) mengatakan bahwa sumber belajar meliputi segala masalah dan peristiwa tentang kehidupan manusia di masyarakat, dapat dijadikan sumber dan materi IPS. Sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar baik secara terpisah maupun secara kombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Yang dimaksud sumber belajar dalam penelitian ini adalah Situs sejarah Loyang Mendale.


(25)

Situs sejarah Loyang Mendale berada di tepi Danau Laut Tawar, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Situs ini berupa beberapa ceruk dan gua yang keletakannya tidak terlalu jauh dari jalan raya. Ada beberapa lokasi yang menjadi pusat kajian arkeologi hingga kini yaitu Loyang Putri Pukes, Loyang Ujung Karang dan Loyang Mendale itu sendiri. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa situs ini telah dihuni sejak masa Mesolitik, Neolitik hingga masa kolonial. Pada masa Mesolitik, kelompok manusia yang ada di Loyang Mendale dan sekitarnya hidup dengan bertumpu pada hasil buruan binatang darat maupun yang hidup di air. Tentu perburuan dilakukan tidak hanya pada binatang yang ada di sekitar hunian, tetapi juga pada binatang yang memiliki aktivitas jauh dari hunian kelompok orang tersebut.

Lokasi gua sangat dekat dengan danau dengan kemiringan lahan di depan gua relatif terjal, namun aksebilitas ke lingkungan sekitarnya masih relatif mudah dilakukan. bagian lantai gua miring di bagian baratlaut dan di bagian tenggara lantainya rata. pada lantai gua kondisi tanah relatif kering dan dengan sedimen relatif tebal dan di beberapa tempat. sirkulasi udara di dalam gua dan pencahayaan cukup bagus.


(26)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan

1. Pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode karya wisata yaitu metode atau cara belajar diluar kelas yang dilakukan dengan melihat atau mengamati materi pelajaran secara langsung di alam bebas. Kelebihan dari metode ini adalah: (a) dapat merangsang kepekaan peserta didik terhadap peristiwa atau gejala yang terjadi di alam bebas, khususnya berkaitan dengan situs sejarah Loyang Mendale, (b) dapat mendorong para peserta didik mencatat data atau gejala-gejala yang terjadi di alam bebas, hal ini bisa digunakan untuk melatih mereka dalam melakukan evaluasi, (c) pengajaran yang dilakukan di luar kelas mampu memperluas cakrawala berpikir para peserta didik mengenai lingkungan sekitar, khususnya hunian awal situs sejarah Loyang Mendale di Kabupaten Aceh Tengah.

2. Apresiasi peserta didik terhadap situs sejarah Loyang Mendale dapat dilihat melalui kebanggaan seluruh peserta didik dengan mempublikasikan, mengkomunikasikan dan menginformasikan peninggalan sejarah yang ditemukan di situs sejarah Loyang Mendale melalui kegiatan diskusi dalam mengerjakan LKS dan presentasi hasil pengamatan saat pembelajaran berlangsung di kelas. Apresiasi yang ditunjukkan peserta didik adalah meningkatnya nilai belajar peserta didik


(27)

3. Terdapat 2 kendala yang dihadapi guru MTs Negeri Pegasing dalam pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS, yaitu: teknis di lapangan dan ketidaksiapan guru dalam pembelajaran. Secara teknis, kendala yang dihadapi guru adalah: kebutuhan biaya yang banyak, waktu tidak cukup, dan izin sekolah maupun orangtua peserta didik. Ketidaksiapan guru dalam pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS terletak pada pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pembelajaran IPS dengan memanfaatkan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar tidak begitu saja dapat diaplikasikan karena perangkat pembelajaran yang lainnya, seperti buku paket juga tidak sejalan dengan RPP yang telah disusun oleh guru mata pelajaran IPS.

5.2Saran

1. Bagi guru disarankan untuk memiliki kesiapan yang optimal terkait pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS sebelum berkunjung ke situs sejarah. Kesiapan tersebut meliputi: penentuan materi pelajaran, penyusunan RPP IPS, sehingga waktu yang dibutuhkan dapat dialokasikan dengan tepat.

2. Bagi kepala sekolah disarankan untuk selalu inten dan peduli terhadap pemanfaatan lingkungan (situs sejarah) sebagai sumber belajar dalam bentuk pemberian surat izin kepada guru yang akan membawa peserta didik untuk melakukan karyawisata ke situs sejarah Loyang Mendale.


(28)

3. Bagi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) disarankan untuk memberikan sosialisasi kepada orangtua peserta didik terkait pentingnya situs sejaah Loyang Mendale sebagai sumber belajar, sehingga dapat mempermdah izin dari orangtua peserta didik untuk mengunjungi situs sejarah Loyang Mendale. 4. Bagi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) disarankan agar

membudayakan pemanfaatan sumber belajar dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya situs sejarah Loyang Mendale, namun juga sumber belajar lain.

5. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah disarankan untuk membuat surat edaran ke sekolah untuk memanfaatkan situs sejarah Loyang Mendale dalam pembelajaran.

6. Bagi pengelola situs sejarah Loyang Mendale dan museum Gayo disarankan agar senantiasa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya pengunjung peserta didik dengan cara membantu guru untuk mendampingi para peserta didik ketika peserta didik melakukan pengamatan di situs sejarah Loyang Mendale dan museum Gayo serta menambah keterangan di setiap koleksi yang belum lengkap.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

A.A Istri Pradnya Asmara Putri. 2014. Tugu Taman Makam Pahlawan Sapta Dharma Pejeng , Sejarah, Makna dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar IPS Studi Kasus di SMP N 3 Tampaksiring, Gianyar-Bali. Jurnal Widya Winayata. Vol 2, No. 1

Agustina, Dewi. Oktober 2014. Kompetensi Guru Dalam Pemanfaatan Sumber Belajar Geografi SMA Negeri. Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang. Vol 2, No. 1

Akhmad Rohani & Abu Ahmadi. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 1998. Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arthanegara, I Gusti Bagus. 1983. Pendayagunaan Koleksi Museum Bali dalam Pengajaran Sejarah di SMA Denpasar di dalam Menyongsong 50 Tahun Museum Bali. Denpasar: Proyek Pembangunan Permuseuman

BPS Kabupaten Aceh Tengah. 2014. Aceh Tengah Dalam Angka. Aceh Tengah: BPS Aceh Tengah

Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Jogjakarta: Penerbit Ombak

Edi Supriadi. 2013. Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal. Tesis Magister pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Hammadin. 2005. Visiklopedia Negeri Antara. Bandung: Cipta Pustaka Media Hasan, Said Hamid. 1995. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Depdikbud

Hugronje, C. Snouck. 1996. Tanah Gayo dan Penduduknya. Jakarta: Indonesian-Nederlands Cooperation in Islamic Studies (INIS)

Ibrahim, Mahmud. 2007. Literatur Budaya Gayo. Takengon: Yayasan Maqamam Mahmuda


(30)

Ida Farida Ningrum. 2013. Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jati Diri Kelokalan. Tesis Magister pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

I Gusti Ayu Yuika Megawangi. 2014. Puri Agung Karangasem: Perspektif Sejarah, Struktur dan Fungsi Sera Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal. Jurnal Widya Winayata. Vol 2, No. 1

Khadijah. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media Latief, AR. 1995. Pelangi Kehidupan Gayo dan Alas. Bandung: Kurnia Bupa Latuheru, John D. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar

Masa Kini. Jakarta: Depdikbud

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills London. New Delhi: Sage Publication

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offse

Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offse

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offse

Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodakarya Offse

Nazli, Akmalun. 2013. Pemanfaatan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Sebagai Sumber Belajar Melalui Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Islam Terpadu Hikmatul Fadhillah Medan. PPs Unimed: Tidak Diterbitkan

Nurul, Dkk. 2013. Situs Duplang Di Desa Kamal Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember Historisitas Dan Pemanfaatannya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah. Pancaran. Vol 2, No. 4

Oemar, Kamaruddin. April 2015. Studi Deskriptif Tentang KTSP Dalam Mata Pelajaran Sejarah Di SMA Nurul Falah PekanBaru. Lentera. Vol 6, No. 15


(31)

Rahayu, Endang. 2009. Pembelajaran Konstruktivisme Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. Prosiding, Hal. 252-269. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. ISBN: 978-979-16353-3-2

Rohani, A. 2010. Pengelolaan Pengajaran, Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Jakarta: Rineka Cipta

Sadiki, Khairus. 2011. Nilai Budaya Sumang Sebagai Sumber Nilai Dalam Pembelajaran IPS Pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Aceh Tengah. Tesis Magister pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada: Jakarta

Setiawan, Taufikurrahman. 2009. Loyang Mendale Situs Hunian Prasejarah di Pedalaman Aceh. Academi Edu

Somantri, M. Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosdakarya

Sudjana, nana. 2001. Tehnologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Sudrajat. 2008. Http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/. (Online)

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sujarwo. 1989. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Medyatama Sarana Perkasa

Sukmadinata, N.S. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya

Sumaatmadja, Nursid. 1984. Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni

Sumaatmadja, Nursid dkk. 2002. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka


(32)

Sumaatmadja, Nursid. 2005. Manusia Dalam Kontek Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta

Sumiati dan Asra. 2007. Mengajar dan Pembelajaran. Bandung: Rancaekek Depdikbud

Supardan, Dadang. 2012. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriatna, E. 2012. Implementasi Pembelajaran Sejarah yang Berbasis Religi dan Budaya di Kawasan Banten Lama: Suatu Kajian Transformasi Nilai-Nilai Religi dan Budaya dalam Pendidikan Sejarah di SMA. Disertasi Doktor pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Susilowati, Nenggih. 2009. “Gua dan Kawasan Karst, Daya Tarik Serta Ragam

Fungsinya dalam Kehidupan Manusia” dalam Sankhakala No 24.

Medan: Balai Arkeologi Medan.

Takai, R.T. and Connor, J.D. 1998. Museum + Learning: A Guide for Family Visits. (Online)

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Wiradnyana, Ketut dan Taufikurrahman Setiawan. 2011. Gayo Merangkai Identitas. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Wiradnyana, Ketut. 2011. Prasejarah Sumatera Baian Utara: Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Zahroh, N.L. 2012. Pemanfaatan Situs Singosari Dalam Mengembangkan Literasi Sejarah (Online)

Internet

Pengajaran Sejarah Lokal.pdf (Online)

http://aceh.tribunnews.com/…/08/14/jejak-leluhur-rakyat-gayo

http://winwannur.blogspot.com/2009/12/takengon-nama-warisan-hugronje-yang.html


(1)

3. Terdapat 2 kendala yang dihadapi guru MTs Negeri Pegasing dalam pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS, yaitu: teknis di lapangan dan ketidaksiapan guru dalam pembelajaran. Secara teknis, kendala yang dihadapi guru adalah: kebutuhan biaya yang banyak, waktu tidak cukup, dan izin sekolah maupun orangtua peserta didik. Ketidaksiapan guru dalam pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS terletak pada pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pembelajaran IPS dengan memanfaatkan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar tidak begitu saja dapat diaplikasikan karena perangkat pembelajaran yang lainnya, seperti buku paket juga tidak sejalan dengan RPP yang telah disusun oleh guru mata pelajaran IPS.

5.2Saran

1. Bagi guru disarankan untuk memiliki kesiapan yang optimal terkait pemanfaatan situs sejarah Loyang Mendale sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS sebelum berkunjung ke situs sejarah. Kesiapan tersebut meliputi: penentuan materi pelajaran, penyusunan RPP IPS, sehingga waktu yang dibutuhkan dapat dialokasikan dengan tepat.

2. Bagi kepala sekolah disarankan untuk selalu inten dan peduli terhadap pemanfaatan lingkungan (situs sejarah) sebagai sumber belajar dalam bentuk pemberian surat izin kepada guru yang akan membawa peserta didik untuk melakukan karyawisata ke situs sejarah Loyang Mendale.


(2)

3. Bagi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) disarankan untuk memberikan sosialisasi kepada orangtua peserta didik terkait pentingnya situs sejaah Loyang Mendale sebagai sumber belajar, sehingga dapat mempermdah izin dari orangtua peserta didik untuk mengunjungi situs sejarah Loyang Mendale. 4. Bagi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) disarankan agar

membudayakan pemanfaatan sumber belajar dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya situs sejarah Loyang Mendale, namun juga sumber belajar lain.

5. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah disarankan untuk membuat surat edaran ke sekolah untuk memanfaatkan situs sejarah Loyang Mendale dalam pembelajaran.

6. Bagi pengelola situs sejarah Loyang Mendale dan museum Gayo disarankan agar senantiasa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya pengunjung peserta didik dengan cara membantu guru untuk mendampingi para peserta didik ketika peserta didik melakukan pengamatan di situs sejarah Loyang Mendale dan museum Gayo serta menambah keterangan di setiap koleksi yang belum lengkap.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

A.A Istri Pradnya Asmara Putri. 2014. Tugu Taman Makam Pahlawan Sapta Dharma Pejeng , Sejarah, Makna dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar IPS Studi Kasus di SMP N 3 Tampaksiring, Gianyar-Bali. Jurnal Widya Winayata. Vol 2, No. 1

Agustina, Dewi. Oktober 2014. Kompetensi Guru Dalam Pemanfaatan Sumber Belajar Geografi SMA Negeri. Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang. Vol 2, No. 1

Akhmad Rohani & Abu Ahmadi. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 1998. Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arthanegara, I Gusti Bagus. 1983. Pendayagunaan Koleksi Museum Bali dalam Pengajaran Sejarah di SMA Denpasar di dalam Menyongsong 50 Tahun Museum Bali. Denpasar: Proyek Pembangunan Permuseuman

BPS Kabupaten Aceh Tengah. 2014. Aceh Tengah Dalam Angka. Aceh Tengah: BPS Aceh Tengah

Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Jogjakarta: Penerbit Ombak

Edi Supriadi. 2013. Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal. Tesis Magister pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Hammadin. 2005. Visiklopedia Negeri Antara. Bandung: Cipta Pustaka Media Hasan, Said Hamid. 1995. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Depdikbud

Hugronje, C. Snouck. 1996. Tanah Gayo dan Penduduknya. Jakarta: Indonesian-Nederlands Cooperation in Islamic Studies (INIS)

Ibrahim, Mahmud. 2007. Literatur Budaya Gayo. Takengon: Yayasan Maqamam Mahmuda


(4)

Ida Farida Ningrum. 2013. Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jati Diri Kelokalan. Tesis Magister pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

I Gusti Ayu Yuika Megawangi. 2014. Puri Agung Karangasem: Perspektif Sejarah, Struktur dan Fungsi Sera Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal. Jurnal Widya Winayata. Vol 2, No. 1

Khadijah. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media

Latief, AR. 1995. Pelangi Kehidupan Gayo dan Alas. Bandung: Kurnia Bupa Latuheru, John D. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar

Masa Kini. Jakarta: Depdikbud

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills London. New Delhi: Sage Publication

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offse

Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offse

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offse

Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodakarya Offse

Nazli, Akmalun. 2013. Pemanfaatan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Sebagai Sumber Belajar Melalui Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Islam Terpadu Hikmatul Fadhillah Medan. PPs Unimed: Tidak Diterbitkan

Nurul, Dkk. 2013. Situs Duplang Di Desa Kamal Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember Historisitas Dan Pemanfaatannya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah. Pancaran. Vol 2, No. 4

Oemar, Kamaruddin. April 2015. Studi Deskriptif Tentang KTSP Dalam Mata Pelajaran Sejarah Di SMA Nurul Falah PekanBaru. Lentera. Vol 6, No. 15


(5)

Rahayu, Endang. 2009. Pembelajaran Konstruktivisme Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. Prosiding, Hal. 252-269. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. ISBN: 978-979-16353-3-2

Rohani, A. 2010. Pengelolaan Pengajaran, Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Jakarta: Rineka Cipta

Sadiki, Khairus. 2011. Nilai Budaya Sumang Sebagai Sumber Nilai Dalam Pembelajaran IPS Pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Aceh Tengah. Tesis Magister pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada: Jakarta

Setiawan, Taufikurrahman. 2009. Loyang Mendale Situs Hunian Prasejarah di Pedalaman Aceh. Academi Edu

Somantri, M. Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosdakarya

Sudjana, nana. 2001. Tehnologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Sudrajat. 2008. Http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/. (Online)

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sujarwo. 1989. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Medyatama Sarana Perkasa

Sukmadinata, N.S. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya

Sumaatmadja, Nursid. 1984. Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni

Sumaatmadja, Nursid dkk. 2002. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka


(6)

Sumaatmadja, Nursid. 2005. Manusia Dalam Kontek Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta

Sumiati dan Asra. 2007. Mengajar dan Pembelajaran. Bandung: Rancaekek Depdikbud

Supardan, Dadang. 2012. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriatna, E. 2012. Implementasi Pembelajaran Sejarah yang Berbasis Religi dan Budaya di Kawasan Banten Lama: Suatu Kajian Transformasi Nilai-Nilai Religi dan Budaya dalam Pendidikan Sejarah di SMA. Disertasi Doktor pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Susilowati, Nenggih. 2009. “Gua dan Kawasan Karst, Daya Tarik Serta Ragam

Fungsinya dalam Kehidupan Manusia” dalam Sankhakala No 24.

Medan: Balai Arkeologi Medan.

Takai, R.T. and Connor, J.D. 1998. Museum + Learning: A Guide for Family Visits. (Online)

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Wiradnyana, Ketut dan Taufikurrahman Setiawan. 2011. Gayo Merangkai Identitas. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Wiradnyana, Ketut. 2011. Prasejarah Sumatera Baian Utara: Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Zahroh, N.L. 2012. Pemanfaatan Situs Singosari Dalam Mengembangkan Literasi Sejarah (Online)

Internet

Pengajaran Sejarah Lokal.pdf (Online)

http://aceh.tribunnews.com/…/08/14/jejak-leluhur-rakyat-gayo

http://winwannur.blogspot.com/2009/12/takengon-nama-warisan-hugronje-yang.html