Analisa Amilosa Metode IRRI 1971 di dalam Apriyantono et al., 1989 Bentuk dan Ukuran Granula Pati Metode Mikroskop Cahaya Terpolarisasi

erlenmeyer dititrasi dengan NaOH 0,02 N hingga diperoleh perubahan warna dari hijau menjadi ungu. Setelah itu dilakukan pula penetapan blanko. Kadar protein kasar = a-b x N x 0,014 x 6,25 x 100 W Keterangan : a = ml NaOH untuk titrasi blanko b = ml NaOH untuk titrasi contoh N = normalitas NaOH W = bobot contoh g

6. Kadar Pati Metode Somogy Nelson di dalam Apriyantono et al. 1989

Sampel ditimbang sebanyak 0,1 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan alkohol 80 sebanyak 15 ml dan dipanaskan pada penangas air suhu 80-85 C selama 30 menit. Setelah didiamkan selama 30 menit, alkohol diuapkan endapan jangan terbawa kemudian dioven semalam suhu 80 C sampai pecah-pecah. Endapan yang telah kering ditambah aquades 2 ml dan dipanaskan dalam penangas suhu 80-85 C selama 3 menit. Kemudian ditambahkan HClO 4 pekat 2 ml dan dipanaskan selama 15 menit. Setelah itu diangkat dan ditambahkan aquades 10 ml. Setelah didiamkan selama 30 menit, supernatancairan ditampung dan endapan ditambahkan HClO 4 pekat 2 ml dan dipanaskan selama 15 menit. Setelah itu diangkat dan ditambahkan aquades 10 ml. Setelah didiamkan selama 30 menit, supernatancairan ditampung, dicampurkan dengan supernatan sebelumnya dan ditepatkan volumenya sampai 100 ml dengan aquades. Larutan diambil 2 ml ditambahkan pereaksi Cu 2 ml dan dipanaskan dalam penangas selama 20 menit, kemudian didinginkan. Tambahkan pereaksi Nelson 2 ml, setelah itu ditepatkan volumenya sampai 50 ml. Ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Kurva standar dibuat dari glukosa 250 ppm 5, 10, 15, 20, 25 ppm.

7. Analisa Amilosa Metode IRRI 1971 di dalam Apriyantono et al., 1989

Sebanyak 40 mg amilosa murni dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml etanol 95 dan 9 ml NaOH 1 N. Larutan dipanaskan dalam air mendidih selama kurang lebih 10 menit sampai semua bahan membentuk gel. Setelah itu didinginkan dan dipindahkan seluruh campuran kedalam labu takar 100 ml. Kedalam masing-masing labu takar tersebut ditambahkan asam asetat 1 N masing-masing 0,2, 0,4, 0,6, 0,8 dan 1 ml, lalu ditambahkan 2 ml larutan Iod 0,2 g iod dan 2 g KI dilarutkan dalam 100 ml air. Larutan dibiarkan selama 20 menit. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm. Sebanyak 100 mg sampel dalam bentuk tepung sampel sebagian besar terdiri dari pati, jika banyak mengandung komponen lainnya, ekstrak dulu patinya baru dianalisa kadar amilosanya dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 1 ml etanol 95 dan 9 ml NaOH 1 N dan dipanaskan dalam air mendidih selama kurang lebih 10 menit sampai terbentuk gel. Seluruh gel dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml, kocok tepatkan sampai tanda tera. Kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan Iod tera dengan air, kocok dan didiamkan selama 20 menit.

8. Bentuk dan Ukuran Granula Pati Metode Mikroskop Cahaya Terpolarisasi

Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian ditambahkan larutan iod untuk menambah daya kontras. Suspensi ini diteteskan di atas gelas obyek dan kemudian ditutup dengan gelas penutup. Obyek diuji dengan meneruskan cahaya melalui polarisator dan selama pengamatan, alat analisator diputar sehingga cahaya terpolarisasi sempurna yang ditunjukkan oleh butir-butir pati yang belum mengalami gelatinisasi dengan sifat birefringence. Pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan polarisator dan alat penganalisa analisator, disebut mikroskop cahaya. Selanjutnya hasil pengamatan disimpan dalam bentuk file JPEG. Pengamatan sifat birefringence pati di bawah mikroskop polarisasi dilakukan untuk mengetahui kecukupan proses gelatinisasi. Sampel disuspensikan dalam akuades dan diaduk secara merata. Kemudian, satu tetes sampel diteteskan ke gelas objek dan diamati di bawah mikroskop polarisasi. Sampel yang bukan berupa tepung perlu ditepungkan terlebih dahulu hingga diperoleh ukuran partikel yang dapat disuspensikan dalam akuades.

9. Total Asam Apriyantono et al., 1989