pekerja yang mengoperasikan mesin molen, sanitasinya dilakukan dengan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
pekerjaannya, pekerja menggunakan penutup kepala yang dapat melindungi rambut yang mungkin terjatuh pada bahan saat proses
pembalutan. 4.
Penggorengan Alat yang digunakan untuk menggoreng dibersihkan
sebelum dan sesudah penggorengan. Minyak untuk menggoreng diganti setelah satu hari digunakan.
5. Penirisan
Penirisan dilakukan dengan mesin peniris yang mempunyai kontruksi mesin rapat dan tidak memungkinkan produk berkontak
langsung dengan udara luar sehingga memperkecil kontaminasi. 6.
Pendinginan Sanitasi yang dilakukan yaitu dengan membersihkan bak
pendingain sebelum dan sesudah proses produksi, kipas pendingin dibersihkan seminggu sekali.
7. Pengemasan
Sanitasi pada proses pengemasan dilakukan dengan cara memberikan kepada pekerja sarung tangan pada waktu melakkan
pengemasan sehingga produk tidak berkontak langsung dengan tangan pekerja.
C. 4. Sanitasi Lingkungan Sekitar
Menurut Betty, 1989 Sanitasi lingkungan meliputi sanitasi didalam industri. Sanitasi didalam industri harus dimulai dari
kawasan industri dimana diperlukan standar pabrik yang layak sehingga dapat dibuat saniter. Ruangan harus cukup luas untuk
orang-orang yang terlibat dan untuk kegiatan-kegiatan yang diperlukan, serta dilengkapi air yang cukup, saluran pembuangan
yang baik untuk menunjang sanitasi. Sanitasi dalam industri menjadi prinsip-prinsip dasar sanitasi yang mehilangkan kotoran
dalam setiap bentuk yang terdapat dalam lingkungan dan mencegah
kontak dengan manusia. Oleh karena itu kebersihan personalia dari tiap-tiap individu harus diutamakan.
Dalam rangka sanitasi lingkungan sekitar UD. Bintang Walet Handika melakukan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu;
membersihkan sampah setiap hari. Got yang terdapat dilingkungan sekitar pabrik ditutup dan dibersihkan setiap hari.
C. 5. Unit Penanganan Limbah
Menurut Betty dan Winiati 1993, limbah industri pangan tidak membahayakan kesehatan masyarakat, karena tidak terlibat
langsung dalam perpindahan penyakit. Akan tetapi kandungan organiknya yang tinggi dapat bertindak sebagai sumber makanan
untuk pertumbuhan mikroba. Dengan pasokan makanan yang berlimpah, mikroorganisme akan berkembang biak dengan cepat
dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air. Penanganan limbah pabrik seharusnya dilakukan dengan proses
daur ulang. Menurut Kamarijani, 1983 limbah adalah segala sesuatu
yang dihasilkan sebagai sampingan akibat proses produksi dalam bentuk padatan, gas, bunyi, cairan dan radiasi yang tidak bisa
dimanfaatkan sebagai produk. Limbah sisa hasil pengolahan ada 3 bentuk yaitu limbah padat solit waste, limbah cair liquid waste,
dan limbah gas gaseaus waste. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan di UD.
Bintang Walet Handika berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa plastik, kulit bawang putih dan produk gagal,
sedangkan limbah cair berupa air bekas cucian tangan pekerja dan cucian alat.
UD. Bintang Walet Handika menggunakan 2 cara dalam penanganan limbahnya yaitu:
a. Limbah padat dikumpulkan dalam bak penampungan sampah
sementara yang ada di pabrik, setelah penuh sampah tersebut
dibuang ketempat pembuangan akhir. Untuk buangan produk gagal ditampung dan dijual untuk pakan ternak.
b. Limbah cair yang berupa bekas cucian para pekerja dan bekas
pencucian alat dialirkan melalui got yang menuju sungai.
D. URAIAN KEGIATAN D. 1. Penyediaan bahan dasar dan bahan pembantu