GAMBARAN PSYCHOLOGYCAL WELLBEING PADA PELACUR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sekarang ini keberadaan pelacur merupakan fenomena
yang tidak asing lagi dalam kehidupan sosial masyarakat, akan tetapi keberadaan
tersebut ternyata masih menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat.
pelacur adalah orang yang berbuat lacur atau orang menjual diri sebagai
pelacur (Koentjoro, 2004). Selain pelacur, istilah lainnya adalah sundel atau lonte
yang berarti perempuan nakal, jalang, liar dan pelanggar norma sosial.
Secara legal, pemerintah Indonesia mengeluarkan surat Keputusan Menteri
Sosial No. 23/HUK/96 yang menyebut pelacur dengan istilah WTS (Wanita Tuna
Susila) yang berarti si perempuan dianggap tidak menuruti aturan susila di
masyarakat serta dianggap tidak mempunyai adab dan sopan santun dalam
berhubungan seks. Namun menurut Koentjoro (2004) dan juga para kritisi lainnya,
tidak setiap wanita yang melacur itu tuna susila.
Adapun istilah lain dari WTS adalah PSK (Pekerja Seks Komersial) yang
kerap kali dipakai oleh para pakar, praktisi dan pejabat lainnya. Namun berbeda
dengan pendapat Koentjoro, (2004) yaitu tidak semua pelacur adalah pekerja seks.
Selain itu, istilah pekerja seks dapat diartikan sebagai pengakuan bahwa melacur
merupakan pekerjaan. Dengan istilah lain, pelacur juga pekerja, seperti halnya

pekerja bangunan atau pekerja pabrik.
Oleh karena itu, pemakaian istilah pekerja seks mengindikasikan secara
transparan adanya penerimaan bahwa menjadi pelacur adalah menjadi seorang
pekerja. Jika demikian, status pekerjaan pelacur sama dengan perawat, dokter,
psikolog atau pekerja lainnya. Apabila memang pelacuran telah diakui sebagai salah
satu jenis pekerjaan, hal ini bertentangan dengan norma budaya, susila dan
kelayakan, bahkan agama dan bangsa Indonesia. Berdasarkan alasan tersebut,
peneliti lebih suka menggunakan istilah pelacur dari pada PSK atau WTS.
Di dalam masyarakat, terkait dengan pertanyaan apakah pelacur termasuk
kaum yang tersingkirkan atau kaum yang terhina mungkin sampai sekarang belum
ada jawaban yang dirasa dapat mengakomodasi konsep pelacur itu sendiri. Hal ini

1

2

sebagian besar disebabkan karena mereka telah memiliki anak dan kabutuhan
ekonomi terus meningkat.
Banyak studi melaporkan bahwa sebagian besar pelacur berpendidikan
rendah dan berlatar belakang keluarga miskin. Maka dari itu, banyak daerah

mengasumsikan bahwa tidak ada cara lain bagi seorang perempuan muda yang
berpendidikan rendah untuk mendapatkan cukup uang dalam memenuhi standar
kehidupannya kecuali melacur (Muecke, 1992).
Namun pada kenyataannya pelacur tidak hanya dikalangan miskin dan
berpendidikan rendah. Banyak juga pelacur dari kalangan mahasiswi yang sering
disebut “ayam kampus”. Hal ini di duga dikarenakan kurangnya kasih sayang dari
orang tua, pengaruh lingkungan, keinginan hidup mewah, kecewa dengan pacarnya,
pernah diperkosa dan lain sebagainya. Dan juga keterjebakannya pelacur oleh
materialisme, kesuksesan duniawi dan persaingan materi yang timbul diantara
mereka dan rekannya juga turut bermain dalam dunia pelacuran.
Yang terakhir ini dapat diidentifikasi melalui perilaku dan persaingan
mereka dalam mendirikan rumah, membeli tanah dan barang mewah. Perilaku yang
lain tampak dalam hal berpakaian, kosmetik dan gaya hidup berfoya-foya. Sifat
pamer ini mengakibatkan iri hati orang lain. Orang tua atau suami juga ingin
menunjukkan kesuksesan anak atau istri mereka (Jones dkk, 1994). Terlihat disini
bahwa ada hubungan erat antara aspirasi material dan motif berkuasa dalam
mencapai status sosial ekonomi orang tua dan suami.
Hal ini sejalan dengan pendapat Kontjoro dkk, yaitu banyak pula keluarga
pelacur yang mengetahui dan bahkan mendukung kegiatan anak atau istri mereka
(Koentjoro, 1988 dan Bernas, 5-7 Agustus 1992) karena mereka dapat menerima

uang secara teratur (Koentjoro, 1998 dan Jones, 1994).
Masalah pelacuran dibahas dalam berbagai sudut pandang. Meskipun tidak
ada satu pasal pun dalam KUHP yang secara langsung melarang praktik pelacuran di
Indonesia, namun dalam hubungannya dengan sistem nilai sosial dan sudut pandang
sumber hukum di Indonesia, secara interpretatif, segala bentuk pelacuran
bertentangan dengan Ketuhanan yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab.

3

Dengan kata lain, semua umat beragama di Indonesia menilai pelacuran
sebagian sebuah dosa. Koentjoro (2004) mengatakan, sejauh pemahamannya, agama
Islam pun, yang dianut oleh sekitar 85% penduduk Indonesia, jauh-jauh hari telah
mengharamkan perilaku melacur. Hal ini tersirat dalam sebuah perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk (QS. 17:32). Artinya, melakukan hubungan seks di luar
lembaga pernikahan adalah perbuatan yang dilarang. Dengan demikian, Koentjoro
berpendapat bahwa Islam tidak menerima pelacuran sebagai sebuah pekerjaan yang
sah (Koentjoro, 2004).
Dari sudut pandang kemanusiaan, pelacuran bisa dikategorikan sebagai
sejenis perbudakan seks atas kaum perempuan (Barry, 1979; Bullough, 1988).

Pelacuran juga dipandang merendahkan derajat, harga diri, serta martabat manusia,
khususnya perempuan. Hal ini senada keputusan yang dikeluarkan menteri sosial RI
nomor 23/HUK/1996 yang menegaskan bahwa segala bentuk pelacuran bertentangan
dengan nilai sosial, agama dan norma moral negara. Oleh sebab itu, apabila
didasarkan pada prinsip di atas, seharusnya seluruhnya seluruh praktik pelacuran di
Indonesia dilarang (Koentjoro, 2004).
Bila dilihat dari segi negara Indonesia, pelacuran bertentangan dengan
Pancasila karena tidak sesuai dengan manusia yang berketuhanan, di mana Tuhan
dengan jelas mengutuk perzinahan; tidak sesuai dengan Perikemanusiaan yang Adil
dan Beradab, karena pelacuran justru memperlakukan manusia sebagai benda yang
dapat diperdagangkan; tidak pula sesuai dengan Keadilan Sosial, karena tidakkah
pelacuran merupakan tempat eksploitasi manusia oleh manusia (Alam, 1984).
Selain itu, pelacuran termasuk mediator yang ampuh bagi penyebaran
HIV/AIDS dan penyakit menular seksual (PMS) lainnya. Revolusi triple T.
Koentjoro Jakti (1996) menyatakan bahwa Revolusi triple T (transportasi,
telekomunikasi, turisme), khususnya dalam bidang turisme dan transportasi, sudah
pasti akan diikuti oleh meningkatnya populasi pelacuran. Hal ini sudah barang tentu
akan semakin memudahkan terjadinya kontak langsung antara turis dengan penduduk
asli. Akibat negatifnya, HIV/AIDS dan PMS tersebar secara cepat dan mendunia.
Oleh karenanya, globalisasi sebagai akibat dari revolusi triple T ini juga dapat

diartikan sebagai globalisasi HIV/AIDS dan PMS (Parker, 1991). Namun ada satu
kebutuhan besar di Indonesia, yaitu upaya untuk mengontrol dan memahami

4

pelacuran sebagai mediator risiko untuk mengontrol dan memahami pelacuran
sebagai mediator risiko tinggi penyebaran penyakit menular (Koentjoro, 2004). Akan
tetapi kita tidak dapat menyalahkan penyebab utama penularan penyakit kelamin dari
pelacur saja. Sebaliknya, kemungkinan penularan juga dapat terjadi kebalikannya,
yaitu dari pelanggan kepada pelacur.
Sungguh ironis, pelacuran adalah pekerjaan yang di pandang paling rendah
dibeberapa negara, di Bangladesh misalnya, begitu banyak lelaki yang harus
menyinggahi tempat-tempat menyengsarakan seperti itu hanya untuk membeli seks
dan sekaligus mencemoohkan para perempuan yang telah menyenangkan mereka
disana (Brown, 2005). Disamping itu pelacuran juga dipandang rendah dari segi
norma, sosial, pancasila dan agama.
Adapun hasil penelitian dari Schissel & Fedec (1999) menunjukkan bahwa
ada efek yang parah dari prostitusi well being. Selain itu konsep diri pelacur muda
dan kemampuan afeksi cenderung barasosiasi atau berhubungan dengan pelecehan
seksual dan pelecehan fisik yang menentukan keterlibatan mereka dalam

perdagangan seks.
Lebih jaun lagi, pelecehan terhadap anak merusak persepsi diri, ini sangat
berbahaya. Dan hal ini tentu saja dapat berdampak pada kesejahteraan hidupnya.
Kesejahteraan dalam hidup sangat dekat dengan psikologi. Kesejahteraan dalam
psikologi disebut dengan Psychologycal Well Being (PWB). Adapun Istilah
kesejahteraan

psikologis

dipopulerkan

oleh

konsep

Ryff

(1989)

yang


menggambarkan Psychologycal Well Being sebagai keadaan dimana individu mampu
menerima diri apa adanya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang
lain, memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial, mampu mengontrol lingkungan
eksternal, memiliki arti dalam hidup serta mampu merealisasikan dirinya secara
berkesinambungan.
Hal ini menimbulkan pertanyaan besar bagi peneliti yaitu bagaimanakah
Psychologycal Well Being pada mereka? Sedangkan pelacur dalam keadaan yang
negatif yaitu mereka dipandang rendah dari segi norma sosial dan norma agama.
Apakah dengan keadaan demikian, pelacur memiliki penerimaan diri yang positif
(self-acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positif relation with other),
otonomy yang baik (autonomy), penguasaan terhadap lingkungan yang baik

5

(enviromental mastery), keberhasilan menemukan tujuan hidup (purpose in life) dan
pertumbuhan pribadi yang sehat (Personal Growth). Bukankah setiap orang
membutuhkan Psychologycal Well Being untuk mencapai hidup dengan jiwa yang
sejahtera. Dari sinilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “
Gambaran Psychologycal Well Being Pada Pelacur ”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui bagaimana gambaran Psychologycal Well Being pada pelacur.

C. Tujuan penelitian
Adapun

tujuan

dari

penelitian

ini

adalah

mengetahui

gambaran


Psychologycal Well Being pada pelacur.

D. Manfaat penelitian
Adapun manfaaat dari penelitian ini yang dapat diambil, yaitu:
1. Manfaat secara Teoritis
Penelitian ini dapat memberi sumbangan ilmiah untuk mengembangkan disiplin
ilmu psikologi terutama Psikologi Klinis.
2. Manfaat secara Praktis
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat
umum tentang Psychologycal Well Being pada pelacur.

GAMBARAN PSYCHOLOGYCAL WELLBEING
PADA PELACUR

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Arie Laksathya Wulan
05810231


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

i

ii

GAMBARAN PSYCHOLOGYCAL WELLBEING
PADA PELACUR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Sebagai Salah Satu
Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
(S-1) Psikologi

Disusun Oleh :
Arie Laksathya Wulan

05810231

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi

: Psychologycal Well Being pada Pelacur

2. Nama Peneliti

: Arie Laksathya Wulan

3. NIM

: 05810231

4. Fakultas

: Psikologi

5. Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian

: 27 Desember 2011 – 08 Januari 2012

7. Tanggal Ujian

: 04 Februari 2012

Malang, 04 Februari 2012
Pembimbing I

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si.

Pembimbing II

Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si.

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh Dewan Penguji
Pada tanggal 04 Februari 2012

Dewan Penguji
Ketua Penguji

:

Anggota Penguji :

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M. Si

(

1. Yuni Nurhamida, S. Psi, M. Si

(

)

2. Dra. Siti Suminarti Fasikhah, M. Si.

(

)

3. Hudaniah, M. Si., Psi

(

)

Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M. Si

)

v

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,:
Nama

: Arie Laksathya Wulan

Nim

: 05810231

Fakultas / Jurusan

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
Psychologycal Well Being pada Pelacur
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali
dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah
disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan
merupakan Hak bebas Royalti non ekslusif, apabila digunakan sebagai
sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.

Mengetahui
Ketua Program Studi

M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi

Malang, 04 Februari 2012
Yang Menyatakan

Arie Laksathya Wulan

vi

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberi nikmat berupa petunjuk, kesehatan serta mukjizat yang diberikan
kepada Allah, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tidak lupa pula
sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia dari jalan kegelapan menuju jalan terang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan
tanpa bantuan, bimbingan serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si. selaku dosen pembimbing I, yang telah
sabar dalam membimbing, teliti dalam memberi masukan dan arahan kepada
peneliti demi kesempurnaan skripsi yang dikerjakan ini. Serta rasa terima kasih
yang teramat dalam atas waktunya yang sangat berarti buat peneliti saat detikdetik terakhir menjelang ujian.
3. Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si. selaku dosen pembimbing II, yang telah sabar dan
teliti dalam memberikan masukan, arahan dan motivasi kepada peneliti demi
kesempurnaan skripsi yang dikerjakan ini.
4. Ari Firmanto, S. Psi selaku dosen wali sekaligus sebagai bapak yang telah
mendampingi dan memberikan motivasi peneliti dari semester satu hingga akhir.
5. M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi. yang telah banyak membantu peneliti dalam
memberikan motivasi serta masukan-masukan yang sangat berarti selama peneliti
menyelesaikan skripsi ini.
6. Dra. Siti Suminarti sebagai seorang ibu di PLP, M.Si. Bunda Yanti dan mbak
Vika yang sangat membantu, mbak Arsy, Irma, Weny, Soniya dan semua
sahabat-sahabat seperjuangan yang ada di Pusat Layanan Psikologi UMM yang
tidak henti-hentinya memberikan semangat, arahan dan nasehat-nasehat kepada

vii

peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Serta kepada Bella yang menjadi
inspirasiku sebagai seorang wanita.
7. Kepada kedua orangtuaku tercinta, Papa & Mama

yang selalu mendoakan,

membesarkan, mendidik, menyayangi setulus hati, memberikan motivasi dan
dukungan serta selalu memberikan yang terbaik dengan fasilitas-fasilitas untuk
kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak. Kepada Mas
Wachid, Mas Andi, Mbak Iis, Kak Hendra, Mas Insani, adek tersayang ”Eyi’” &
Dony yang memberikan motivasinya kepada peneliti.
8. Thanks to spesial buat kekasih hati ”Satria Yudha Putra Budhi Sumadhi” yang
selalu setia dan sabar dan selalu ada dalam mendampingi peneliti tanpa kenal
waktu. Thanks a lot.
9. Kepada seluruh Keluarga besar Abdillah yang selalu memberikan arahan,
motivasi dan do’a serta bantuannya yang tak terhingga, matur sanget nuwun.
10. Kepada keluarga Mafec (Malang Fun English Club), Mas Loe, Kaka’ Jony,
Mbak Avi, Mbak Dewi, terima kasih banyak atas motivasi dan semua
bantuannya.
11. Kepada Pak Dji, subjek SA dan IR yang mau menjadi partisipan dan banyak
membantu peneliti, terima kasih banyak.
12. Kepada Yoga dan Reshma yang sangat membantu peneliti dalam literatur serta
Mas Dani yang selalu memberikan motivasi di FB. Terimakasih atas semuanya.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang belum bisa disebutkan satu
persatu, namun bila mungkin akan disebutkan di lain kesempatan.
Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini,
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat peneliti
harapkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amien.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Malang, 25 Januari 2012
Peneliti

viii

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................

i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................

iv

SURAT PERNYATAAN .............................................................................

v

KATA PENGANTAR .................................................................................

vi

INTISARI .............................................................................................

viii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………
BAB I

BAB II

xiv

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………..................................................

1

B. Rumusan Masalah ........................................................

5

C. Tujuan Penelitian .........................................................

5

D. Manfaat Penelitian ........................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA
A. Psychologycal Well Being ................................................... 6
1. Definisi Psychologycal Well Being ..............................

6

2. Indikator Psychologycal Well Being……..……………....

8

a. Penerimaan diri ………………….........................

8

b. Hubungan positif dengan orang lain ……………… 8
c. Otonomy …………………………………………..

8

d. Penguasaan terhadap lingkungan …………………

8

e. Tujuan hidup………………………………………. 9
f. Pertumbuhan Pribadi………………………………
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychologycal

ix

9

ix

Well Being …………………………………………….

9

a. Usia ……………………………………………….. 9
b. Jenis kelamin ……………………………………...

10

c. Status Sosial Ekonomi …………………………….

10

d. Faktor dukungan sosial …………………………… 10
e. Religuisitas ………………………………………..

10

f. Kepribadian ……………………………………….

11

B. Pelacur …………………................................................
1. Definisi Pelacur..............................................................
2. Motif-Motif

yang

Melatarbelakangi

BAB III

11

Tumbuhnya

Pelacuran pada Wanita ……...........................................
3.

11

Dampak Pelacuran...................................................

13
16

METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ........................................................

18

B. Batasan Istilah......................... .........................................

18

C. Subjek Penelitian ...............................................................

19

D. Teknik Pengumpulan Data...................................................

19

E. Jenis Data ………………………………….......................

20

F. Prosedur Penelitian ……………………………………..…

20

1. Tahap pra lapangan ……………………………………

20

2. Tahap pekerjaan lapangan …………………………….. 21

BAB IV

G. Analisa Data ………………………………........................

22

H. Keabsahan Data …………………………………………...

22

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Subjek ………………….......................................

24

B. Deskripsi Data …………………………………………….. 24
1. SA ……………………………………………………..

24

2. IR ……………………………………………………… 31
C. Analisa Data ………………………………………………. 35
1. SA ……………………………………………………..
x

36

x

2. IR ……………………………………………………… 44
D. Rangkuman Analisis ………………………………………

51

E. Pembahasan ……………………………………………….. 53
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………..

59

B. Saran ………………………………………………………

59

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...

60

LAMPIRAN ………………………………………………………………..

61

xi

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Tabel Identitas Subjek Penelitian.....................................................

24

Tabel 4.2. Tabel Hasil Analisa Data SA Dalam Seluruh Indikator Setiap
Dimensi………………………………….………………………….

36

Tabel 4.3. Tabel Hasil Analisa Data IR Dalam Seluruh Indikator Setiap
Dimensi………………………………….…………………………

48

Tabel 4.4. Tabel Rangkuman Hasil Analisa Data Subjek Yang
Menunjukkan Psychologycal Well Being………………………….

xii

58

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Surat Pernyataan Kesediaan (informed consent)…….........

68

Lampiran 2

Guide Interview…………………………………………...

71

Guide Interview Informan………………………………...

78

Lampiran 3

Kegiatan Penelitian...……………………………………..

80

Lampiran 4

Hasil Wawancara………………………………………….

83

Hasil Wawancara Triangulasi…………………………...

107

xiii

xiii

DAFTAR GAMBAR
Lampiran 1

Pondasi teori 6 dimensi dari psychologycal well being
Carol D. Ryff and Burton H. Singer ……......................

xiv

7

xiv
60

DAFTAR PUSTAKA

Alam, A. S. (1984). Pelacuran dan pemerasan. Bandung: Penerbit Alumni.
Cavanaugh, J. C. Kail, R. V. (2006). Human develompment. a lifespan view. United
States of America: Wadsworth.
Compton, W. C (2005). An introduction to positive psychology. United States of
America: Wadsworth.
Faisal, S. (2005). Format-format penelitian sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hauser, R. M. Springer, K. W., & Pudrovska, T. (2005) Temporal Structures of
Psychological Well-Being: Continuity or Change ?. University of WisconsinMadison.
Kartono, K. (2001). Patologi sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Koentjoro, Ph. D (2004). On the spot. Tutur dari sarang pelacur. Yogyakarta: Tinta.
Moleong, L.J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi refisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Seligman, M. E. (2004). Positive psychology in practice. Canada: Wiley.
Ramadhan, Y. A. (2011). Psyc Kesejahteraan psikologis pada remaja santri
penghafal Al-Quran. (Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang).
Ryff, C. D. (1989). Happines is Everything or is It? Exploration On The Meaning of
Psychological Well Being. Journal Of Personality and Social Psychology
1989. Vol 57. No 6. 1069-1081.
Ryff, C. D. Singer, Burton H. (2008) Know Theyself and Become What You Are:
An Eudaimonic Approach to Psychological Well-being. Journal of Happiness
Studies 9:13–39 DOI 10.1007/s10902-006-9019-0. Diperoleh dari
www.ebscohost.com.
Papalia, D. E. Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2001) Human development. Eighth
edition. New York: Mc Graw Hill.

xv
61

Papalia, D. E. Sterns, H. L., & Feldman, R. D. (2002) Adulth development and aging.
New York: Mc Graw Hill.
Ryan, M. R, & Deci, L. D. (2001). On Happiness And Human Potentials, A Review
Of Research On Hedonic And Eudomonic Well Being. University of
Rochester.
Snyder, C.R; Lopez, Shane J. (2002). Handbook of positive psychology. NewYork:
Oxford University Press.
Trankle, T. M. (2001). Psychological Well-Being, Religious Coping, and Religiosity
in College Students.
Zuhria, N. (2005). Metodologi penelitian sosial dan pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.